MAKALAH Kelompok 8 SISTEM EKONOMI ISLAM
MAKALAH Kelompok 8 SISTEM EKONOMI ISLAM
MAKALAH Kelompok 8 SISTEM EKONOMI ISLAM
M.Ilham
KUALA TUNGKAL
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur tak lupa selalu kita haturkan kepada pencipta sekalian alam yang telah
memberikan kehidupan di dunia. Memberikan kenimatan berpa kesehatan yang senantiasa
kita rasakan sepanjang hari. Dan sholawat beriring salam tak lupa pula selalu kita panjatkan
kepada kekasih-Nya yang telah membawa kita selaku hamba-Nya dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang penuh Iman yakni Islam.
Dan terima kasih pula kepada dosen pengampu mata kuliah sistem ekonomi islam
yang mempercayakan kepada kami untuk membuat makalah ini. Dan semoga makalah ini
dapat kita pelajari bersama-sama dan menjadikan bimbingan kita dalam memenuhi pelajaran
ini.
Demikianlah ucapan pengantar makalah saya, mohon maaf apabila masih terdapat
kesalahan di dalam pembuatan makalah saya, Sekian terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 10
B. Saran ..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
upah pekerja. Memang, kebijakan upah minimum, yang secara luas disebut
sebagai bentuk efisiensi upah, telah muncul. Dari sudut pandang Islam, konsep
kebijakan penetapan upah pekerja berbeda dengan pemikiran ekonomi
tradisional. Dalam ekonomi Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah,
pandangan lain tentang memiliki konsekuensi yang berbeda ketika menetapkan
upah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hanifiyah Yuliatul Hijriah and Elfira Maya Adiba, ‘Pasar Tenaga Kerja : Sebuah Tinjauan
Dalam Perspektif Islam ** The Labor Market : An Overview from an Islamic Perspective’, 3.April
(2019). Hlm 26
3
“dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya.”2
Menurut ayat ini, tidak ada jalan mudah menuju kesuksesan karena untuk
mencapainya dibutuhkan perjuangan dan usaha. Kerja keras sebagai bentuk
usaha dan semakin tinggi usahanya maka semakin tinggi pulalah imbalan yang
akan diterima. Oleh karena itu dalam Islam mendorong umatnya yang menjadi
tenaga kerja untuk meningkatkan kualitas diri baik melalui pendidikan,
pelatihan keterampilan dan juga peningkatan kualitas diri dari sisi moral.
Fauzia dan Riyadi (2014:277) mengemukakan bahwasanya Islam mengakui
adanya perbedaan kompensasi di antara pekerja, atas dasar kualitas dan
kuantitas kerja yang dilakukan, sebagaimana yang dikemukakan dalam Al-
Qur’an surat Al-Ahqaf ayat 19:
“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka
kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-
pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.”3
2
Hijriah and Adiba. Hanifiyah Yuliatul Hijriah and Elfira Maya Adiba, ‘Pasar Tenaga Kerja :
Sebuah Tinjauan Dalam Perspektif Islam ** The Labor Market : An Overview from an Islamic
Perspective’, 3.April (2019) Hlm 26
3
Hijriah and Adiba. Hanifiyah Yuliatul Hijriah and Elfira Maya Adiba, ‘Pasar Tenaga Kerja :
Sebuah Tinjauan Dalam Perspektif Islam ** The Labor Market : An Overview from an Islamic
Perspective’, 3.April (2019) Hlm 27
4
pantas. Kesatuan dari kerja dan tenaga kerja dalam mengelola amanah Allah
secara bertanggung jawab dan mampu menghasilkan sesuatu yang membawa
manfaat atau maslahah. Seorang pelaku ekonomi yang Islami akan berorientasi
mencari maslahah maksimum, karenanya mereka tidak hanya
mempertimbangkan manfaat dari kerja yang dilakukan, tetapi juga kandungan
berkah yang ada dalam kerja yang bersangkutan.
Kerja dalam Islam juga mencakup potensi fisik serta non fisik. Menurut
Chaudhry (2012:186) Al-Qur’an merujuk kepada kerja manual ketika ia
berbicara mengenai pembangunan bahtera oleh Nabi Nuh, manufaktur baju
perang oleh Nabi Dawud, memelihara domba oleh Nabi Musa dan
pembangunan dinding oleh Dzul-Qarnain, merujuk pula kepada tenaga kerja
intelektual ketika disebutkan riwayat Nabi Yusuf yang ditunjuk untuk
mengawasi perbendaharaan negara oleh rajanya. Hal ini menunjukkan
kemuliaan kerja baik manual atau secara fisik maupun intelektual didalam
Islam, sebagaimana dalam firman Allah berikut didalam surah Saba ayat 10-
11:
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami
berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-
ulang bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu)
“buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan
kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu
kerjakan.”
5
Ayat diatas menunjukkan kemuliaan kerja dan tenaga kerja dalam Islam
dan bagi tenaga kerja yang mencari nafkah dengan tangannya sendiri amat
dihormati. Bentuk tenaga kerja baik fisik maupun non fisik tidak dibeda-
bedakan dalam Islam. 4
Hal yan sering kita kenal dalam pemanfaatan tenaga kerja adalah melalui
kontrak tenaga kerja (ijarah) dan diberikan imbalan (ujrah) kepadanya.
Menurut Suhendi (2014:115) ijarah difahami sebagai menukar sesuatu dengan
ada imbalannya dimana seorang musta’jir (orang yang mengontrak tenaga)
memberikan imbalan atas pertukaran jasa dari seorang ajir (orang yang
dikontrak tenaganya). Hubungan antara musta’jir dan ajir dalam Islam telah
diatur secara jelas dengan menjunjung nilai-nilai Islam dalam berakhlak dan
adanya pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja kepada musta’jir (majikan).
6
b) Kewajiban tenaga kerja adalah hak majikan, adapun kewajiban tenaga kerja
yaitu: 1). Memenuhi semua kewajiban yang tertuang dalam perjanjian kerja
dengan sungguh-sungguh, jujur dan komitmen tinggi; 2). Sepenuh hati dalam
mengambil ilmu dan manfaat dari pelatihan agar dapat meningkatkan
kemampuan serta kualifikasinya; 3). Secara moral, tenaga kerja terikat untuk
selalu setia dan menjaga amanah dalam bekerja; 4). Menjaga fisik untuk
mencapai efisiensi tenaga kerja dan lebih produktif; 5). Kepemilikan
pengetahuan dan kemampuan dalam memberikan pelayanan secara
bertanggung jawab, hal ini menunjukka kualitas-pun ditekankan dalam Islam
seperti dalam Al-Qur’an menyebut cerita tentang Nabi Yusuf yang ditunjuk
untuk menangani gudang dan lumbung di kekaisaran Mesir, di surah Yusuf
ayat 55 sebagai berikut:
7
B. Konsepsi syari’at Islam Tentang Ketenagakerjaan
8
Islam, dapat mengembangkan konsep- konsep yang cocok dengan bidang
kehidupannya, dengan tetap berada pada Aqidah Tauhid.8
Tenaga kerja islami adalah pekerja yang melakukan suatu pekerjaan dalam
menghasilkan barang/jasa, dan dalam perilakunya berlandaskan etika yang
telah di ajarkan dalam syariat islam. Adapun prinsip ketenagakerjaan dalam
islam menurut (Idwal, 2014) adalah : 9
1) Kemerdekaan Manusia
8
‘Ketenagakerjaan Dalam Konsepsi Syariat Islam’. Hlm 10
9
Gina Nabilah, ‘PENERAPAN SISTEM PENGUPAHAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM ( STUDI KASUS HOME INDUSTRY ND FOOD )’. Hlm 26
10
Nabilah. Nabilah. Nabilah. Hlm 6
9
Seorang muslim haruslah mencari pekerjaan yang halal, dan bekerja
dengan rasa ikhlas, sabar, dan maksimal. Sehingga akan menciptakan hasil
usaha sesuai dengan yang diinginkan, juga mendapat keberkahan. Hal ini
sesuai dengan Al-Quran surat Al-Jumu’ah ayat 10,
3) Prinsip keadilan
10
rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi
Maha Perkasa.”. berdasarkan ayat ini dapat diartikan bahwa, keadilan sesama
manusia diajarkan Islam dengan tujuan agar tercipta penghormatan dan hak-
hak yang layak sesuai aktifitasnya.12
Sebagai umat yang beriman kita wajib mengikuti segala perintah Allah
SWT, dan mengikuti apa yang telah diajarkan Rasulullah SAW, termasuk
dalam menegakkan keadilan dalam memberikan kejelasan upah pekerja
sebelum pekerja, dan kita wajib memenuhi apa yang telah dijanjikan kepada
pekerja. Hal ini dilaksanakan agar tidak terjadi perkara yang dilarang Islam,
seperti spekulatif, korupsi, kolusi, dan lain-lain 13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
Nabilah. Nabilah. Nabilah. Hlm 8
13
Nabilah. Nabilah. Hlm 9
11
Secara konsepsoinal, Syari’at Islam mempunyai dasar-dasar yang kuat
untuk dikembangkan dalam upaya untuk membentuk sebuah rumusan tentang
tenaga kerja. Bahwa dalam Syari’at Islam terdapat konsepsi ketenagakerjaan
yang dapat dikembangkan dan dibangun dalam rangka untuk menambah dan
memberikan nilai tambah kedalam konsepsi ketenagakerjaan yang berlaku
secara konvensiona selama ini. Konsepsi ketenagakerjaan tersebut akan
semakin mempunyai ciri khas, bila sistemnya didasari serta dilandasi oleh
prinsip-prinsip dasar utama, yaitu prinsip tauhid, prinsip kemnusiaan dan
prinsip akhlak (etika). Disamping itu pula, untuk menciptakan seorang tenaga
kerja yang Islami, maka diperlukan adanya sikap dan tindakan serta karakter
yang Islami pula.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hijriah, Hanifiyah Yuliatul, and Elfira Maya Adiba, ‘Pasar Tenaga Kerja : Sebuah
Tinjauan Dalam Perspektif Islam ** The Labor Market : An Overview from
12
an Islamic Perspective’, 3.April (2019)
13