MAKALAH Kelompok 8 SISTEM EKONOMI ISLAM

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM

TENAGA KERJA EKONOMI ISLAM

Dosen Pengampu: H. Ahmad Luthfi, S.Ag., M.EI.

Di Susun Oleh Kelompok 8

M.Ilham

Jurusan Ekonomi Syari’ah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH

KUALA TUNGKAL

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur tak lupa selalu kita haturkan kepada pencipta sekalian alam yang telah
memberikan kehidupan di dunia. Memberikan kenimatan berpa kesehatan yang senantiasa
kita rasakan sepanjang hari. Dan sholawat beriring salam tak lupa pula selalu kita panjatkan
kepada kekasih-Nya yang telah membawa kita selaku hamba-Nya dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang penuh Iman yakni Islam.

Dan terima kasih pula kepada dosen pengampu mata kuliah sistem ekonomi islam
yang mempercayakan kepada kami untuk membuat makalah ini. Dan semoga makalah ini
dapat kita pelajari bersama-sama dan menjadikan bimbingan kita dalam memenuhi pelajaran
ini.

Demikianlah ucapan pengantar makalah saya, mohon maaf apabila masih terdapat
kesalahan di dalam pembuatan makalah saya, Sekian terima kasih.

Kuala Tungkal, 29 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................2

C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Tenaga Kerja Menurut Perspektif Islam .................................... 3

B. Konsepsi Syari’at Islam Tentang Ketenagakerjaan ................................ 7

C. Prinsip Ketenagakerjaan Dalam Islam .................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 10

B. Saran ..................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Situasi ekonomi yang stabil menjadi harapan pemerintah. Sebagai agen


ekonomi, negara memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian
tujuan ekonomi nasional. Islam mengatur secara komprehensif beberapa
keputusan dalam kehidupan, termasuk pencapaian tujuan ekonomi. Nilai-nilai
Islam berdasarkan Al-Qur’an dan hadits selalu memiliki pedoman hidup,
terutama dari sisi ekonomi. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian
sebelumnya yang dilaporkan oleh Azid et al. Usulan (2013) mengasumsikan
bahwa Islamisasi ekonomi dapat berdampak positif pada produktivitas dan
efisiensi.

Pemerintah bertanggung jawab untuk merumuskan kebijakan yang


ditujukan untuk memecahkan masalah pemerintah dan mendukung situasi
pemerintah, dan menjaganya dalam keadaan positif setiap saat. Masyarakat
sebagai bagian dari bangsa juga harus memperhatikan sebagai bagian dari
sumber dayanya. Pertumbuhan penduduk sejalan dengan peningkatan
penyerapan tenaga kerja atau tenaga kerja dan keadaan ini menarik perhatian
pemerintah karena banyak hal yang perlu diatur untuk mencapai kondisi yang
baik. Ketenagakerjaan ekonomi berkaitan erat dengan pencapaian
pembangunan nasional, karena tenaga kerja merupakan barang nasional yang
berdaya guna dalam mencapai tujuan strategis nasional.

Dinamika penduduk yang terus mengalami pergerakan yang teratur juga


menyebabkan peningkatan angkatan kerja yang tersedia, termasuk situasi
pasar tenaga kerja. Keadaan pasar tenaga kerja nasional tidak hanya
mempengaruhi ketersediaan angkatan kerja, tetapi juga penetapan upah.
Pekerja. Kebijakan penetapan upah yang dikenal dalam ekonomi tradisional
dibentuk oleh ketergantungan pada kondisi pasar tenaga kerja. Situasi
penawaran dan permintaan pekerja dianggap sebagai standar utama tingkat

1
upah pekerja. Memang, kebijakan upah minimum, yang secara luas disebut
sebagai bentuk efisiensi upah, telah muncul. Dari sudut pandang Islam, konsep
kebijakan penetapan upah pekerja berbeda dengan pemikiran ekonomi
tradisional. Dalam ekonomi Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah,
pandangan lain tentang memiliki konsekuensi yang berbeda ketika menetapkan
upah.

Islam memberikan pandangan yang luas tentang kehidupan manusia,


termasuk operasi ekonomi. Tertanam dalam konsep kerja dari sudut pandang
Islam, kepemimpinannya memiliki nilai etika tersendiri. Bahkan Islam
mengklasifikasikan pekerja sebagai bagian inti dari kegiatan ekonomi yang
berperan dalam penciptaan nilai atau penciptaan kekayaan (Syed dan Ali,
2010). Konsep kesejahteraan tenaga kerja tetap menjadi perhatian ekonomi
Islam dari perspektif kebijakan pasar tenaga kerja, dan ruang lingkup pasar
tenaga kerja dari perspektif makroekonomi tidak hanya menciptakan kondisi
kerangka ekonomi yang bermanfaat, tetapi juga mengarah pada kebijakan
upah yang optimal. Kesejahteraan sebagai sarana untuk menciptakan suatu
bangsa. Pada tahun, artikel ini mencoba menjelaskan konsep pasar tenaga kerja
dari sudut pandang Islam. Ini termasuk konsep penentuan kerja dan upah dari
perspektif Islam.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep tenaga kerja menurut perspektif islam?

b. Bagaimana Konsepsi syari’at islam tentang ketenagakerjaan?

c. Bagaimana prinsip ketenagakerjaan dalam islam?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui konsep tenaga kerja menurut perspektif islam

b. Untuk mengetahui konsepsi syari’at islam tentang ketenagakerjaan?

c. Untuk menegetahui prinsip ketenagakerjaan dalam islam?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep tenaga kerja menurut perspektif islam

Kerja sebagai sebuah aktivitas yang menjadikan manusia produktif dan


bernilai di mata Allah dan Rasulnya serta di mata masyarakat. Menurut Ibn
Khaldun kerja merupakan implementasi fungsi kekhalifahan manusia yang
diwujudkan dalam menghasilkan suatu nilai tertentu yang ditimbulkan dari
hasil kerja. Adapun tenaga kerja sebagai pelaku dalam aktivitas kerja kini
memiliki makna yang cukup luas. Dahulu mungkin masih sebatas diartikan
sebagai modal produksi yang dimanfaatkan dari fisik manusianya saja yang
bermanfaat bagi kelangsungan usaha. Namun kini tidak hanya mencakup
kegiatan fisik yang dapat dimanfaatkan dan disebut tenaga kerja melainkan
secara utuh sumber daya manusia tergolong sebagai tenaga kerja karena selain
kegiatan fisik juga mencakup kemampuan non fisik seperti ide dan kreativitas.
Tujuan utama bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan,
seperti kepemilikan yang halal dan tercukupi kebutuhan dasar manusia untuk
mampu hidup berkelanjutan.1

Rosyidi mengartikan secara rinci istilah tenaga kerja kedalam istilah


human resource dimana didalamnya terkumpul semua atribut atau kemampuan
manusiawi yang dapat disumbangkan untuk memungkinkan dilakukannya
proses produksi barang dan jasa. Definisi ini semakin meluaskan pandangan
kita akan makna tenaga kerja yang terdapat unsur-unsur yang berada
didalamnya seperti intelektual, keterampilan, kejujuran, ketakwaan, tanggung
jawab dan lan-lain. Kerja dan tenaga kerja dalam Islam menjadi kewajiban bagi
umat yang mampu untuk mencapai sebuah kesuksesan bahkan memiliki
kemuliaan tersendiri hingga telah tertulis didalam Al-Qur’an. Firman Allah di
surah An-Najm ayat 39 tertulis:

1
Hanifiyah Yuliatul Hijriah and Elfira Maya Adiba, ‘Pasar Tenaga Kerja : Sebuah Tinjauan
Dalam Perspektif Islam ** The Labor Market : An Overview from an Islamic Perspective’, 3.April
(2019). Hlm 26

3
“dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya.”2

Menurut ayat ini, tidak ada jalan mudah menuju kesuksesan karena untuk
mencapainya dibutuhkan perjuangan dan usaha. Kerja keras sebagai bentuk
usaha dan semakin tinggi usahanya maka semakin tinggi pulalah imbalan yang
akan diterima. Oleh karena itu dalam Islam mendorong umatnya yang menjadi
tenaga kerja untuk meningkatkan kualitas diri baik melalui pendidikan,
pelatihan keterampilan dan juga peningkatan kualitas diri dari sisi moral.
Fauzia dan Riyadi (2014:277) mengemukakan bahwasanya Islam mengakui
adanya perbedaan kompensasi di antara pekerja, atas dasar kualitas dan
kuantitas kerja yang dilakukan, sebagaimana yang dikemukakan dalam Al-
Qur’an surat Al-Ahqaf ayat 19:

“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka
kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-
pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.”3

Menurut Huda et al (2008:227) Islam memandang kerja sebagai unsur


produksi didasari konsep istikhlaf, dimana manusia bertanggung jawab untuk
memakmurkan dunia dan juga bertanggung jawab untuk menginvestasikan dan
mengembangkan harta yang diamanatkan Allah untuk menutupi kebutuhan
manusia, sedangkan tenaga kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang
dilakukan oleh anggota badan atau pikiran untuk mendapatkan imbalan yang

2
Hijriah and Adiba. Hanifiyah Yuliatul Hijriah and Elfira Maya Adiba, ‘Pasar Tenaga Kerja :
Sebuah Tinjauan Dalam Perspektif Islam ** The Labor Market : An Overview from an Islamic
Perspective’, 3.April (2019) Hlm 26
3
Hijriah and Adiba. Hanifiyah Yuliatul Hijriah and Elfira Maya Adiba, ‘Pasar Tenaga Kerja :
Sebuah Tinjauan Dalam Perspektif Islam ** The Labor Market : An Overview from an Islamic
Perspective’, 3.April (2019) Hlm 27

4
pantas. Kesatuan dari kerja dan tenaga kerja dalam mengelola amanah Allah
secara bertanggung jawab dan mampu menghasilkan sesuatu yang membawa
manfaat atau maslahah. Seorang pelaku ekonomi yang Islami akan berorientasi
mencari maslahah maksimum, karenanya mereka tidak hanya
mempertimbangkan manfaat dari kerja yang dilakukan, tetapi juga kandungan
berkah yang ada dalam kerja yang bersangkutan.

Kerja dalam Islam juga mencakup potensi fisik serta non fisik. Menurut
Chaudhry (2012:186) Al-Qur’an merujuk kepada kerja manual ketika ia
berbicara mengenai pembangunan bahtera oleh Nabi Nuh, manufaktur baju
perang oleh Nabi Dawud, memelihara domba oleh Nabi Musa dan
pembangunan dinding oleh Dzul-Qarnain, merujuk pula kepada tenaga kerja
intelektual ketika disebutkan riwayat Nabi Yusuf yang ditunjuk untuk
mengawasi perbendaharaan negara oleh rajanya. Hal ini menunjukkan
kemuliaan kerja baik manual atau secara fisik maupun intelektual didalam
Islam, sebagaimana dalam firman Allah berikut didalam surah Saba ayat 10-
11:

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami
berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-
ulang bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu)
“buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan
kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu
kerjakan.”

5
Ayat diatas menunjukkan kemuliaan kerja dan tenaga kerja dalam Islam
dan bagi tenaga kerja yang mencari nafkah dengan tangannya sendiri amat
dihormati. Bentuk tenaga kerja baik fisik maupun non fisik tidak dibeda-
bedakan dalam Islam. 4

Hal yan sering kita kenal dalam pemanfaatan tenaga kerja adalah melalui
kontrak tenaga kerja (ijarah) dan diberikan imbalan (ujrah) kepadanya.
Menurut Suhendi (2014:115) ijarah difahami sebagai menukar sesuatu dengan
ada imbalannya dimana seorang musta’jir (orang yang mengontrak tenaga)
memberikan imbalan atas pertukaran jasa dari seorang ajir (orang yang
dikontrak tenaganya). Hubungan antara musta’jir dan ajir dalam Islam telah
diatur secara jelas dengan menjunjung nilai-nilai Islam dalam berakhlak dan
adanya pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja kepada musta’jir (majikan).

Menurut Chaudhry (2012:192-197) hak dan kewajiban tenaga kerja adalah


sebagai berikut:

a) Hak-hak tenaga kerja mencakup: 1). Memperlakukan tenaga kerja dengan


menjunjung persaudaraan dan kesamaan di antara umat muslim tanpa
membeda-bedakan golongan, ras, dan status sosial; 2). Kemuliaan dan
kehormatan haruslah senantiasa melekat pada tenaga kerja; 3). Islam
mengharuskan kepastian dan kesegeraan dalam pembayaran upah artinya
pembuatan kontrak kerja secara tertulis dengan pemberitahuan ketentuan upah
secara jelas di awal kontrak kerja adalah wajib adanya dan pembayarannya
tidak ditunda-tunda. Seperti dalam hadits, “Berikanlah olehmu upah orang
sewaan sebelum keringatnya kering” (HR. Ibnu Majah); 4). Tidak membebani
para pekerja dengan pekerjaan yang berat di luar kekuatan fisiknya, jika
pekerjaan itu berat dan pekerja tidak dapat mengerjakannya maka hendaklah
majikan membantunya; 5). Penjaminan kesehatan yang cukup bagi tenaga kerja
oleh majikan.5
4
Hijriah and Adiba. Hanifiyah Yuliatul Hijriah and Elfira Maya Adiba, ‘Pasar Tenaga Kerja :
Sebuah Tinjauan Dalam Perspektif Islam ** The Labor Market : An Overview from an Islamic
Perspective’, 3.April (2019) Hlm 27
5
Hijriah and Adiba. Hanifiyah Yuliatul Hijriah and Elfira Maya Adiba, ‘Pasar Tenaga Kerja :
Sebuah Tinjauan Dalam Perspektif Islam ** The Labor Market : An Overview from an Islamic

6
b) Kewajiban tenaga kerja adalah hak majikan, adapun kewajiban tenaga kerja
yaitu: 1). Memenuhi semua kewajiban yang tertuang dalam perjanjian kerja
dengan sungguh-sungguh, jujur dan komitmen tinggi; 2). Sepenuh hati dalam
mengambil ilmu dan manfaat dari pelatihan agar dapat meningkatkan
kemampuan serta kualifikasinya; 3). Secara moral, tenaga kerja terikat untuk
selalu setia dan menjaga amanah dalam bekerja; 4). Menjaga fisik untuk
mencapai efisiensi tenaga kerja dan lebih produktif; 5). Kepemilikan
pengetahuan dan kemampuan dalam memberikan pelayanan secara
bertanggung jawab, hal ini menunjukka kualitas-pun ditekankan dalam Islam
seperti dalam Al-Qur’an menyebut cerita tentang Nabi Yusuf yang ditunjuk
untuk menangani gudang dan lumbung di kekaisaran Mesir, di surah Yusuf
ayat 55 sebagai berikut:

“Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya


aku

adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.”

Konsep Islam dalam memandang hubungan tenaga kerja, seperti antara


pemberi kerjan dengan pekerja diharapkan dapat saling memberikan manfaat
serta saling menghargai satu sama lain, yang secara terang dapat terselesaikan
melalui perjanjian kerja (Rosyada et al, 2018). Islam menghargai kompetensi
tenaga kerja, sebagaimana Allah tidak membebankan kepada manusia diluar
batas kemampuannya (QS. Al-Baqarah (2): 282). Pekerjaan dipandang sebagai
bagian dari Ibadah sehingga bagaimana manusia dapat memanfaatkan
kemampuannya seoptimal mungkin guna menghasilkan daya hasil yang baik
dan mampu memenuhi keseimbangan kebutuhan dasar hidupnya dan
kehidupan sosialnya (Ali, 1988).6
Perspective’, 3.April (2019) Hlm 27
6
Hijriah and Adiba. Hanifiyah Yuliatul Hijriah and Elfira Maya Adiba, ‘Pasar Tenaga Kerja :
Sebuah Tinjauan Dalam Perspektif Islam ** The Labor Market : An Overview from an Islamic

7
B. Konsepsi syari’at Islam Tentang Ketenagakerjaan

1. Ajaran Tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja

Pemanfaatan tenaga kerja manusia dalam rangka mengejawantahkan dan


mengaktualisasikan fungsi kekhalifaan dan sekaligus fungsinya sebagai
pembangun, ssangat dihargai oleh ajaran (syari’at Islam). Sehubungan dengan
hal tersebut, manusia sebagai pekerja, mutlak memperhatingkan kemungkinan-
kemungkinan yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
melaksanakan aktivitasnya. Dalam hal ini, Dr. Ahmad Muhammad Al-Assad
memberikan beberapa catatan alternative, agar manusia sebagai makhluk
pekerja (pembangun dan khalifah), dapat menjalankan fungsinya sebagaimana
mustinya.7

2. Tenaga Kerja Sebagai Sumber Produksi

Dalam segala kegiatan hidup manusia, maka tuntutan utama adalah


mengarahkan dan mencurahkan segala kemampuan fisik maupun yang besifat
non fisik (idea atau pikiran) untuk dapat memenuhi tingkat kehidupan yang
lebih baik dan lebih layak. Dengan kata lain, ajaran Islam menempatkan
manusia sebagai posisi sentral dalam setiap kegiatan, termasuk didalamnya
kegiatan perekonomian.

3. Sistem Ketenagakerjaan Menurut Islam

Sebagaimana diketahui bahwa sistem masyarakat Islam bersumber dari


Aqidah Islam, yang pelaksanaannya dijalankan secara operasional lewat
petunjuk syari’at Islam.11 Maka dari sini dapat dipahami bahwa sistem
ketenagakerjaan pun harus bersumber dari sistem tersebut, dengan terlebih
dahulu dirumuskan dalam bentuk syari’at Islam. Hal ini tidak berarti, bahwa
setiap individu Islam mutlak bersikap pasif dan tidak berusaha memahami
sistem tersebut, maka setiap individu dan kelompok-kelompok tertentu dalam

Perspective’, 3.April (2019) Hlm 28


7
‘Ketenagakerjaan Dalam Konsepsi Syariat Islam’. Hlm10

8
Islam, dapat mengembangkan konsep- konsep yang cocok dengan bidang
kehidupannya, dengan tetap berada pada Aqidah Tauhid.8

C. Prinsip Ketenagakerjaan Dalam Islam

Tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang mempengaruhi


kelancaran suatu produksi. Bahan baku produksi tidak akan dapat diolah
menjadi sebuah produk yang bermanfaat, apabila tidak ada campur tangan dari
tenaga kerja. Untuk itu, setiap usaha yang dikeluarkan seorang tenaga kerja
harus diberikan kompensasi yang sesuai.

Tenaga kerja islami adalah pekerja yang melakukan suatu pekerjaan dalam
menghasilkan barang/jasa, dan dalam perilakunya berlandaskan etika yang
telah di ajarkan dalam syariat islam. Adapun prinsip ketenagakerjaan dalam
islam menurut (Idwal, 2014) adalah : 9

1) Kemerdekaan Manusia

Rasulullah Saw mengajarkan kita,untuk dengan tegas menerapkan sikap


antiperbudakan. Tujuan dari sikap ini adalah untuk menciptakan keadilan dan
sikap toleran sesame manusia. Karena pada dasarnya semua manusia baik
kaya, miskin, pekerja ataupun pengusaha dimata Allah SWT adalah sama.
Sehingga Islam dengan tegas tidak memperbolehkan sistem perbudakan,
seperti contohnya seorang pengusaha yang merampas hak-hak tanpa
memberikan kompensasi yang setara, atau pengusaha yang tidak
memperlakukan tenaga kerjanya secara manusiawi (Idwal, 2014).10

2) Prinsip Kemuliaan Derajat Manusia

8
‘Ketenagakerjaan Dalam Konsepsi Syariat Islam’. Hlm 10
9
Gina Nabilah, ‘PENERAPAN SISTEM PENGUPAHAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM ( STUDI KASUS HOME INDUSTRY ND FOOD )’. Hlm 26
10
Nabilah. Nabilah. Nabilah. Hlm 6

9
Seorang muslim haruslah mencari pekerjaan yang halal, dan bekerja
dengan rasa ikhlas, sabar, dan maksimal. Sehingga akan menciptakan hasil
usaha sesuai dengan yang diinginkan, juga mendapat keberkahan. Hal ini
sesuai dengan Al-Quran surat Al-Jumu’ah ayat 10,

Yang artinya, “apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu


dimuka bumi ini, dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak,
supaya kamu beruntung.”. Berdasarkan ayat tersebut, dapat diartikan bahwa
islam memandang apapun jenis pekerjaan, dan bagaimana kedudukannya di
suatu perusahaan tersebut, Islam menempatkan manusia dalam posisi yang
mulia dan terhormat.11

3) Prinsip keadilan

Prinsip keadilan sesama manusia telah tertera dalam A-Quran surat Al


Hadid ayat 25, yaitu :

Yang artinya, “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami


dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan
keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat
dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu)
dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-
11
Nabilah. Nabilah.Nabilah. Hlm 7

10
rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi
Maha Perkasa.”. berdasarkan ayat ini dapat diartikan bahwa, keadilan sesama
manusia diajarkan Islam dengan tujuan agar tercipta penghormatan dan hak-
hak yang layak sesuai aktifitasnya.12

4) Prinsip kejelasan aqad (perjanjian) dan transaksi upah

Sebagai umat yang beriman kita wajib mengikuti segala perintah Allah
SWT, dan mengikuti apa yang telah diajarkan Rasulullah SAW, termasuk
dalam menegakkan keadilan dalam memberikan kejelasan upah pekerja
sebelum pekerja, dan kita wajib memenuhi apa yang telah dijanjikan kepada
pekerja. Hal ini dilaksanakan agar tidak terjadi perkara yang dilarang Islam,
seperti spekulatif, korupsi, kolusi, dan lain-lain 13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

12
Nabilah. Nabilah. Nabilah. Hlm 8
13
Nabilah. Nabilah. Hlm 9

11
Secara konsepsoinal, Syari’at Islam mempunyai dasar-dasar yang kuat
untuk dikembangkan dalam upaya untuk membentuk sebuah rumusan tentang
tenaga kerja. Bahwa dalam Syari’at Islam terdapat konsepsi ketenagakerjaan
yang dapat dikembangkan dan dibangun dalam rangka untuk menambah dan
memberikan nilai tambah kedalam konsepsi ketenagakerjaan yang berlaku
secara konvensiona selama ini. Konsepsi ketenagakerjaan tersebut akan
semakin mempunyai ciri khas, bila sistemnya didasari serta dilandasi oleh
prinsip-prinsip dasar utama, yaitu prinsip tauhid, prinsip kemnusiaan dan
prinsip akhlak (etika). Disamping itu pula, untuk menciptakan seorang tenaga
kerja yang Islami, maka diperlukan adanya sikap dan tindakan serta karakter
yang Islami pula.

B. Saran

Semoga dengan selesainnya makalah ini, maka penyususn sangat


mengharapkan respon dari para teman-teman mahasiswa maupun dari dosen
dan saran dari siapapun datangnya demi perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyususn sendiri dan umumnya
para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Hijriah, Hanifiyah Yuliatul, and Elfira Maya Adiba, ‘Pasar Tenaga Kerja : Sebuah
Tinjauan Dalam Perspektif Islam ** The Labor Market : An Overview from

12
an Islamic Perspective’, 3.April (2019)

‘Ketenagakerjaan Dalam Konsepsi Syariat Islam’

Nabilah, Gina, ‘PENERAPAN SISTEM PENGUPAHAN DAN


PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
( STUDI KASUS HOME INDUSTRY ND FOOD )’

13

Anda mungkin juga menyukai