LP Peritonitis
LP Peritonitis
LP Peritonitis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peritonitis merupakan peradangan rongga peritoneum yang diakibatkan oleh
penyebaran infeksi dari organ abdomen seperti appendik, pancreatitis, rupture
appendiks, perforasi atau trauma lambung dan kebocoran anastomosis (Padila
2012).
Peritonitis dapat bersifat lokal maupun generalisata, bakterial ataupun kimiawi
dan peritonitis merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada penderita
bedah dengan mortalitas sebesar 10-40%. Dimana 90% merupakan peritonitis
difus sekunder yang disebabkan oleh perforasi gastrointestinal sehingga
menyebabkan komplikasi seperti sepsis, kegagalan multi organ dan syok
(Wibisono 2014).
Menurut data World Health Organization (WHO) 2009, masyarakat yang
menderita peritonitis sekitar 5,9 juta/tahunnya. Di Indonesia pernyebab tersering
dari peritonitis adalah perporasi appendiksitis, perporasi thyphus abdominalis,
trauma organ. Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri
kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulensinya tinggi, resisten yang
menurun dan adanya benda asing atau enzim percernaan aktif, merupakan factor –
factor yang memudahkan terjadinya peritonitis. Jumlah pasien yang mengalami
penyakit. Angka kejadian peritonitis hanya 3,5 % dari seluruh penyakit saluran
pencernaan (Depkes RI 2011).
Berdasarkan hasil data yang didapatkan oleh penulis dari rekam medik RSU
Dr.Slamet Garut di ruang topaz dari bulan Januari sampai dengan bulan
November 2018, kejadian Peritonitis menduduki peringkat Sembilan penyakit
bedah, yaitu 21 kasus (7,64%).Komplikasi yang terjadi pada peritonitis Jika tidak
ditangani akan berdampak seperti sepsis, kegagalan multi organ dan syok
(Dermawan, 2010). Prosedur operasi menjadi langkah medis umum untuk
menangani peritonis, laparatomi eksplorasi.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas “Bagaimanakah Resume Keperawatan
Laparatomi Pada Klien Dengan Penyakit Peritonitis Diruang Ok RS Ahmad
Yani Kota Metro?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Resume keperawatan pada klien Laparatomi dengan
Penyakit Peritonitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien Laparatomi dengan penyakit
Peritonitis.
b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada klien Laparatomi
dengan penyakit Peritonitis.
D. Manfaat
1. Teoritis
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar mengetahui resume
keperawatan pada pasien laparatomi dengan peritonitis.
2. Praktis
a. Bagi Perawat
Perawat dapat melakukan resume keperawatan pada pasien laparatomi
dengan peritonitis di ruang OK RS Ahmad Yani Kota Metro
b. Bagi Rumah Sakit
Untuk memberikan masukan perencanaan dan pengembangan
pelayanan kesehatan pada pasien dalam peningkatan kualitas pelayanan
c. Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat praktis bagi institusi pendidikan yaitu dapat digunakan sebagai
referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang
asuhan keperawatan dengan laparatomi pada pasien peritonitis.
d. Bagi Klien
Sebagai sumber informasi bagi klien agar mengetahui operasi
laparatomi dengan penyakit peritonitis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Etilogi Peritonitis yang dikemukakan Padilla (2012) adalah:
a. Infeksi bakteri, disebabkan invasi/ masuknya bakteri kedalam rongga
peritoneum pada saluran makanan yang mengalami perforasi.
Bakterinya sebagai berikut:
1. Mikroorganisme berasaldari penyakit saluran gastrointestinal.
2. Appendicitis yang meradang dan perforasi
3. Tukak peptic(lambung/duodenum)
4. Tukak thypoid
5. Tukak disentriamuba/colitis
6. Tukak pada tumor
3
7. Salpingitis
8. Diverticulitis
Kuman yang paling hemolitik, stapilokokus aurens, b dan μ sering
adalah bakteri coli, streptokokus enterokokus dan yang paling
berbahaya adalah clostridium wechii.
b. Secara langsung dari luar:
1. Operasi yang tidak steril.
2. Terkontaminasi talcum venectum, lycopedium, sulfonamide
3. Peritonitis yang disertai pembentukan jaringan granulomatosa
sebagai respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis
granulomatosa serta merupakan peritonitis local.
4. Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, rupturs hati,
5. Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius
vermikularis.Terbentuk pula peritonitis granulomatosa.
c. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut
sepertiradang saluran pernapasan bagian atas, otitis media,
mastoiditis, glomerulonephritis. Penyebab utama adalah
streptokokus atau pneumokokus.
d. Peritonitis kimiawi
Disebabkan keluarnya enzim pancreas, asam lambung, atau empedu
sebagai akibat cedera/perforasi usus/saluran empedu.
3. Manifestasi Klinis
a. Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik)
b. Demam, Distensi abdomen
c. Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus atrofi umum,
tergantung pada perluasan iritasi peritonitis
d. Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada
daerah yang jauh dari lokasi peritonitisnya
e. Nausea, Vomating, penurunan peristaltic
(Amin huda nurarif, Hardhi Kusuma 2015)
4
4. Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen ke
dalam rongga abdomen, biasanya diakibatkan dan peradangan
iskemia, trauma atau perforasi tumor, peritoneal diawali
terkontaminasi material.Awalnya material masuk ke dalam rongga
abdomen adalah steril (kecuali padakasus peritoneal dialisis) tetapi
dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri.Akibatnya timbul
edem jaringan dan pertambahan eksudat. Cairan dalam rongga
abdomen menjadi keruh dengan bertambahnya sejumlah protein, sel-
sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah.
Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetapi
segera dikutioleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan
di dalam usus besar. Timbulnya peritonitis adalah komplikasi
berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi. Reaksi awal
peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa. Kantong kantong nanah ( abses ) terbentuk diantara
perlengketan fibrosa yang menempel menjadi satu dengan permukaan
sekitarnya sehingga membatasi infeksi. ( Padila 2012 )
5
Bagan I : Pathway Peritonitis
peradangan peradangan
saluran cerna ginjal
PERITONITIS
Masuk ke rongga
peritoneum
refluk makan
keatas
mual, muntah
anoreksia
intake adekuat
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
6
Bagan II : Pathway Laparatomi
Laparatomi
Lasisi Jaringan
5. Klasifikasi
a. Peritonitis primer
Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi di rongga peritoneum,
kuman masuk ke rongga peritoneum melalui aliran darah atau pada
pasien perempuan melalui saluran alat genital.
b. Peritonitis sekunder
Peritonitis terjadi bila kuman masuk ke rongga peritoneum dalam jumlah
yang cukup banyak. Biasanya dari lumen saluran cerna. Apabila ada
rangsangan kimiawi karena masuknya asam lambung, makanan, tinja,
HB dan jaringan nekrotik atau bila imunitas menurun. Biasanya terdapat
campuran jenis kuman yang menyebabkan peritonitis, sering kuman-
kuman aerob dan anaerob, peritonitis juga sering terjadi bila ada sumber
7
intra peritoneal seperti appendiksitis, diverticulitis, salpingitis,
kolesistitis, pangkreatitis, dan sebagainya.
c. Peritonisis karena pemasangan benda asing kedalam rongga peritoneum
yang menimbulkan peritonitis adalah:
1. Kateter ventrikulo-peritoneal yang dipasang pada pengobatan sefalus
2. Kateter peritoneal-jugular untuk mengurangi asites.
3. Continuous ambulatory peritoneal dialysis.
(Amin huda nurarif, Hardhi Kusuma 2015)
6. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan adalah mengistirahatkan saluran cerna dengan
memuasakan pasien, pemberian antibiotic yang sesuai, dekompresi saluran
cerna dengan penghisapan nasogastric atau intestinal, penggantian cairan
dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena, pembuangan
focus septic (apendik) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin dengan
mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.
(Nurarif, Kusuma, 2015).
Prinsip umum dalam menangani infeksi intra abdominal ada 4, antara lain:
a. Control infeksi yang terjadi
b. Membersihkan bakteri dan racun
c. Memperbaiki fungsi organ
d. Mengontrol proses inflamasi
Eksplorasi laparatomi segera perlu dilakukan pada pasien dengan
akut peritonitis.
a. Discharge Planning
1. Hindari konsumsi makanan yang dapat menyebabkan penyakit.
2. Hindari konsumsi alkohol dan merokok
3. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pola makan yang benar
4. Biasakan hidup bersih dan sehat
5. Cucilah tangan sebelum dan sesudah aktivitas
8
6. Jika pasca op konsultasikan dengan tenaga medis cara perawatan
dan penanganan dirumah sehingga menghindarkan infeksi
bertambah.
(Nurarif, Kusuma, 2015)
2. Tujuan
Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami
nyeri abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang
mengalami trauma abdomen. Laparatomy eksplorasi digunakan untuk
9
mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila
diindikasikan
3. Jenis Laparatomi
Menurut Jitowiyono (2012), Jenis laparatomi berdasarkan indikasi
diantaranya :
a. Adrenektomi : Pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar
adrenalin.
b. Apendiktomi : Operasi pengangkatan apendiks
c. Gasterektomi : Pengangkatan sepertiga distal lambung
(duodenum / jejunum, mengangkat sel-sel penghasil gastrin
dalambagian sel parital)
d. Histerektomi: Pengangkatan bagian uterus
e. Kolektomi: Pengangkatan bagian kolon atau seluruh kolon
f. Pankreatomi: Pengangkatan pankreas
g. Seksiocesaria: Pengangkatan janin dengan membuka dinding
ovarium
melalui abdomen
h. Siksetomi : operasi pengangkatan kandung kemih
i. Selfiigo ofarektomi : Pengangkatan salah satu atau kedua tuba
falopi
dan ovarium
4. Indikasi
Menurut Jitowiyono (2010)
a. Trauma abdomen (tumpul atau tajam) / rupture hepar
b. Peritonitis
c. Perdarahan saluran pencernaan
d. Sumbatan pada usus halus dan usus besar
e. Massa pada abdomen
10
5. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Padila 2012
a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan
b. Mempercepat pembedahan
c. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin
d. Mempertahankan konsep diri pasien
e. Mempersiapkan pasien pulang
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. LAPORAN PREOPERATIF
Data umum
1. Nama pasien : Ny. y
2. No. register : 424375
3. Jenis kelamin : perempuan
4. Diagnosa medis : peritonitis
5. Inform consent ditanda tangani oleh : keluarga
Data kasus
1. Tanda-tanda vital : S : 36,3C N : 100 x/menit TD : 160/90 mmHg RR :
24 x/menit
5. Status psikosial :
Klien mengatakan selama dirawat selalu di dampingi oleh suami dan anak-
anaknya, selama dirawat klien menggunakan bpjs untuk pengobatannya
12
6. Data laboratorium yang mendukung :
13
8. Pemeriksaan fisik fokua pada kasus / masalah
Abdomen
Inspeksi : terdapat distensi abdomen
Auskultasi : bising usus (-)
Perkusi : hasil perkusi hiper timpani
Palpasi : nyeri ketika di palpasi
Rencana Keperawatan
1. Nama pasien : Ny. Y
2. No.registrasi : 424375
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Diagnosa medis : Peritonitis
5. Inform consent ditanda tangani oleh : keluarga
14
Data Diagnosa Intervensi/ Evaluasi
implementasi
DS: Konstipasi Manajemen Konstipasi S:
- Klien b.d - Klien
mengata penurunan 1. Memeriksa mengatakan
kan motilitas tanda dan gejala perutnya sakit
perutnya gastrointesti konstipasi - Klien
sakit nal 2. Memonitor mengatakan
- Klien tanda dan gejala perutnya
mengata ruptur terasa penuh
kan usus/peritonitis - Klien
perutnya 3. Menganjurkan mengatakan
terasa diet tinggi serat tidak BAB
penuh 4. Menjelaskan dan buang
- Klien etiologi masalah angin kurang
mengata dan alasan lebih 1
kan tidak tindakan minggu
BAB dan O:
buang - Terdapat
angin distensi
kurang abdomen
lebih 1 - Klien terlihat
minggu lemas
- bising usus (-)
DO: - hasil perkusi
- Terdapat hiper timpani
distensi
abdomen A:
- Klien - Konstipasi
terlihat belum teratasi
lemas
- bising P:
usus (-) - Pertahankan
- hasil Intervensi
perkusi
hiper - Menganjurka
timpani n diet tinggi
serat
15
DS: Nyeri akut Manajemen nyeri S:
- Klien b.d agen - Klien
mengata pencedera 1. Mengidentifikas mengatakan
kan nyeri fisiologis i lokasi, nyeri perut
perut karakteristik, O:
- Klien durasi, kualitas, - Klien terlihat
mengata intensitas nyeri gelisah
kan 2. Mengidentifikas - TD: 150/ 90
perutnya i skala nyeri mmHg
terasa 3. Mengidentifikas - N: 93 x/menit
penuh i respon nyeri - RR: 25
- Klien non verbal x/menit
mengata 4. Memberikan
kan nyeri teknik relaksasi A:
pada nafas dalam - Masalah
perut Nyeri Akut
bagian Belum
bawah Teratasi
- Skala
nyeri 6 P:
- Nyeri - Pertahankan
dirasaka Intervensi
n ketika - Memberikan
melakuk teknik
an relaksasi
aktivitas nafas dalam
dan
duduk
- Klien
mengata
kan sulit
tidur
DO:
- Klien
tampak
menahan
nyeri
- Klien
tampak
gelisah
- TD:
160/90
mmHg
- N: 100
16
x/menit
- RR: 25
x/menit
DS: Ansietas b.d Reduksi Ansietas S:
- Klien krisis - Klien
mengata situasional 1. Memonitor mengatakan
kan takut tanda-tanda takut dioprasi
dioprasi ansietas - Klien
- Klien 2. Memahami mengtakan
mengtak situasi yang khawatir
an membuat dengan
khawatir ansietas kondisinya
dengan 3. Mendengarkan - Klien
kondisin dengan penuh mengatakan
ya perhatian sulit tidur
- Klien 4. Menggunakan
mengata pendekatan O:
kan sulit yang tenang dan - Klien terlihat
tidur meyakinkan gelisah
5. Menganjurkan - Klien tampak
DO: mengungkapka tegang
- Klien n perasaan dan - TD: 160/90
terlihat persepsi mmHg
gelisah 6. Menemani - N: 100
- Klien pasien untuk x/menit
tampak mengurangi
- RR: 24
tegang kecemasan
x/menit
- TD:
160/90
mmHg A:
- N: 100 - Ansietas
x/menit belum teratasi
- RR: 24 P:
x/menit - Pertahankan
Intervensi
- Menemani
pasien untuk
mengurangi
kecemasan
17
B. LAPORAN INTRA OPERASI
1. Nama operasi : Laparotomy Eksplorasi
2. Dokter operasi : Dr. Irfansyah, Sp.B
3. Asisten dokter : Andika
4. Instrumentator : Cita
5. Dr. Anastesi : Dr. Yusnita, Sp.An
6. Perawat anastesi : Tri Ansori
7. Instrumen / peralatan :
Pinset anatomis
Pinset cirugis
Klem usus
Klem koher
Klem arteri
Spatula
Scaples
Hard
Oval klem
Langen back
Gunting jaringan
18
Pean
Duk klem
Cauter
Suction
Kom
Bengkok
Klem BB
Gunting needle
Dikhas
Kassa steril
Jarum jahit
8. Jalannya operasi
19
Lalu di bersihkan dengan menggunakan Alkohol kurang lebih 3000ml dan
kemudian di suction kembali.
Operasi selesai pada pukul 12.15 WIB. Pasien di rapikan dan di bawa ke
ruang RR.
C.PENGKAJIAN POSTOPERATIF
20
ronchi
A:
- Bersihan
Jalan
Nafas
Tidak
Efektif
belum
teratasi
P:
- Pertahank
an
Intervensi
- Memonito
r adanya
sumbatan
jalan nafas
21
P:
- Pertahank
an
Intervensi
- Memposis
ikan semi
fowler
Cirkulasi
(sirkulasi)
Sirkulasi
perifer :
Nadi : 90
x/menit
Irama :
Teratur
Denyut :
Kuat
TD: 140/90
mmHg
Ekstermitas
() Hangat
( ) Dingin
Warna
Kulit
( ) pucat
()
Cyansosis
()
Kemerahan
Capilery
Refill : < 2
detik
Edema :
Tidak ada
Eliminasi
dan Cairan
BAK
Jumlah/
hari :
Warna :
() Kuning
jernih
22
( ) Kuning
keruh
( ) Merah
( ) Putih
BAB
( ) Diare :
( ) Berdarah
( ) Lendir
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pasien
Ny.Y dengan diagnosa medis post operasi Laparatomi dengan Peritonitis
di ruang OK RSUD jend. Ahmad Yani Metro. pasien sangat kooperatif
24
pada saat dilakukan proses keperawatan. Berdasarkan dari hasil pengkajian
biopsikososial dan spiritual, pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi
di abdomen (perut), keadaan pasien lemah, pasien hanya terbaring
ditempat tidur tanpa aktivitas.
Dari hasil pengkajian hari rabu tanggal 16 februari 2022,
didapatkan diagnosa keperawatan, yang pertama konstipasi berhubungan
dengan penurunan motilitas gastroitestinal, yang kedua nyeri akut
berhubungan agen cedera fisiologis, yang ketiga ansietas berhubungan
dengan krisis situasional. Secara garis besar, bahwa implementasi
keperawatan itu sesuai dengan diagnosa dan intervensi keperawatan di atas
yang telah dilaksanakan pada tanggal 16 februari 2022. Evaluasi dari
asuhan keperawatan yang sudah diberikan dan dilakukan bahwa masalah
yang berhasil/teratasi adalah konstipasi, nyeri akut, ansietas.
B. Saran
1. Untuk Ruangan
Diharapkan ruangan dapat memfasilitasi peralatan/alat yang diperlukan
selama dilakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Peritonitis agar perawatan dapat dilakukan dengan optimal.
2. Untuk Pasien
Diharapkan pasien untuk tetap melanjutkan pengobatan secara tuntas
setelah keluar dari rumah sakit dan jangan sampai putus dalam minum
obat sebelum benar-benar sembuh, diharapkan juga kepada pasien agar
rajin dan teratur untuk mengontrolkan diri ke poli rumah sakit atau di
puskesmas terdekat supaya penyakitnya cepat sembuh.
3. Untuk Keluarga
Diharapkan keluarga agar dapat selalu memberikan dukungan dan
motivasi pada pasien, khususnya dalam hal perawatan, dan keluarga juga
harus memperhatikan hal apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan oleh pasien agar penyakit yang diderita pasien tidak mengalami
kekambuhan kembali.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Muttaqin & Kumala. ( 2014 ). Gangguan Gastroentenital : Aplikasi Asuhan
Keperawatan
Medikal Bedah Jakarta : Salemba Medika
Silvi A. Price. ( 2017 ) Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit ECG ;
Jakarta
27