Makalah Triase Bencana

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TRIASE BENCANA

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Ns. Ismawati, M.Sc


Disusun Oleh: Kelompok II
IV C Keperawatan
Muh. Fardiansyah : 201801116
Devi vanesa pakaya : 201801099
Sinta : 201801135
Moh. Dursule : 201801114
Novita A. Bogolemba : 201801120
Yelchi Kaloan : 201801136
Andrian Bima Wicaksono : 201801096
Sartina H. Tahunini : 201801132
Chadija Alang : 201801097

PROGAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah


melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. Syukur Alhamdulillah
kami dapat mengerjakan tugas makalah dari mata kuliah Keperawatan Bencana
yang berjudul “TRIASE BENCANA YA”. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada dosen mata kuliah Keperawatan Bencana yang telah memberikan tugas
ini. Dengan ini kami bisa belajar memahami lebih dalam terkait judul yang
ditugaskan untuk kelompok kami.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan didalamnya.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan makalah kami selanjutnya. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami umumnya dan khususnya kepada
pembaca.

Palu,23 September 2021

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Triase..............................................................................................3
B. Prinsip – Prinsip Triase................................................................................3
C. Metode Triase...............................................................................................4
D. Kategori Triase...........................................................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Triage sebagai pintu gerbang perawatan pasien memegang peranan
penting dalam pengaturan darurat melalui pengelompokan dan
memprioritaskan paien secara efisien sesuai dengan tampilan medis pasien.
Triage adalah perawatan terhadap pasien yang didasarkan pada prioritas
pasien ( atau korban selama bencana) bersumber pada penyakit/ tingkat
cedera, tingkat keparahan, prognosis dan ketersediaan sumber daya. Dengan
triage dapat ditentukan kebutuhan terbesar pasien/korban untuk segera
menerima perawatan secepat mungkin. Tujuan dari triage adalah untuk
mengidentifikasi pasien yang membutuhkan tindakan resusitasi segera,
menetapkan pasien ke area perawatan untuk memprioritaskan dalam
perawatan dan untuk memulai tindakan diagnostik atau terapi

START membagi korban menjadi 4 kelompok dan masing-


masing memberikan mengelompokkan warna. START triase memiliki tag
empat warna untuk mengidentifikasi status korban. Langkah pertama adalah
meminta semua korban yang membutuhkan perhatian untuk pindah ke daerah
perawatan. Ini mengidentifikasi semua korban dengan luka ringan yang
mampu merespon perintah dan berjalan singkat jarak ke area pengobatan. Ini
adalah GREEN kelompok dan diidentifikasi untuk pengobatan delayed,
mereka memang membutuhkan perhatian. Jika anggota kelompok ini tidak
merasa bahwa mereka yang menerima pengobatan mereka sendiri akan
menyebarkan ke rumah sakit pilihan mereka. Langkah selanjutnya menilai
pernapasan. Jika respirasi lebih besar dari 30 tag korban sebagai RED
(Immediate), jika tidak ada reposisi respirasi jalan napas. Jika tidak ada
respirasi setelah reposisi untuk membuka jalan napas, tag korban BLACK
(mati). Jika tingkat pernapasan kurang dari 30 bpm, periksa denyut nadi radial
dan refill kapiler. Jika tidak ada pulsa radial teraba atau jika kapiler isi ulang
lebih besar dari 2 detik, menandai korban RED (Immediate). Jika ada
perdarahan yang jelas, maka kontrol perdarahan dengan tekanan. Minta orang

1
lain, bahkan korban GREEN untuk menerapkan tekanan dan melanjutkan
untuk triase dan tag individu. Jika ada nadi radial, nilai status mental korban
dengan meminta mereka untuk mengikuti perintah sederhana seperti meremas
tangan. Jika mereka tidak bisa mengikuti perintah sederhana, maka tag
mereka RED (Immediate) dan jika mereka dapat mengikuti perintah
sederhana, maka tag mereka YELLOW (delayed). Algoritma dibawah ini
membuat lebih mudah untuk mengikuti. Pemeriksaan tiga parameter,
pernapasan, perfusi dan status mental kelompok dapat dengan cepat
diprioritaskan atau disortir menjadi 4 kelompok warna berdasarkan apakah
mereka membutuhkan intervensi langsung yang kelompok RED, intervensi
tertunda (sampai satu jam) yang merupakan kelompok YELLOW, luka ringan
dimana intervensi dapat ditunda hingga tiga jam yang adalah kelompok
GREEN dan mereka yang mati yang 5 kelompok BLACK. Tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi dan menghapus mereka yang membutuhkan perhatian
yang paling mendesak. Pada kelompok YELLOW dan GREEN perlu dinilai
kembali untuk menentukan apakah status mereka berubah.

B. Rumusan Maslah
1. Apa yang dimaksud dengan Triase ?
2. Bagaimana prinsip-prinsip Triase ?
3. Bagaimana metode Triase ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Triase.
2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip-prinsip Triase
3. Untuk mengetahui bagaimana metode Triase.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Triase
Triase bencana adalah suatu system untuk menetapkan prioritas
perawatan medis berdasarkan berat ringannya suatu penyakit ataupun tingkat
kedaruratannya, agar dapat dilakukan perawatan medis yang terbaik kepada
korban sebanyak-banyaknya, di dalam kondisi dimana tenaga medis maupun
sumber-sumber materi lainnya serba terbatas (Zailanidkk, 2009).
Menurut Kathleen dkk (2008), triage adalah suatu konsep pengkajian
yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan
sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan
tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan
pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya.
Menurut Pusponegoro (2010), triase berasal dari bahasa Prancis trier
bahasa Inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang
berarti sortir yaitu proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera
atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat.
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan
tingkat kegawat daruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan
prioritas Penanganan dan sumber daya yang ada (Wijaya, S, 2010).

B. Prinsip – Prinsip Triase


Prinsip – prinsip triase yang utama sekali harus dilakukan adalah:
1. Triase umumnya dilakukan untuk seluruh pasien
2. Waktu untuk Triase per orang harus lebih dari 30 detik
3. Prinsip utama Triase adalah melaksanakan prioritas dengan urutan
“nyawa”> “fungsi”> “penampilan”.
4. Pada saat melakukan Triase, maka kartu Triase akan dipasangkan kepada
korban luka untu kmemastikan urutan prioritasnya (Zailani, dkk, 2009).

3
C. Metode Triase
Menurut Lee, C.H., (2010) menerangkan pada situasi diklasifikasikan
sebagai bencana masal atau MCI, membutuhkan metode triase cepat dan
efektif. Dalam rangka mengoptimalkan hasil pasien secara keseluruhan dalam
situasi bencana, ada pergeseran dari melakukan apa yang terbaik untuk setiap
pasien untuk melakukan kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar orang. Ada
beberapa tumpang tindih dalam prinsip-prinsip dasar dari korban massal dan
sistem triase bencana yang sedang digunakan di seluruh dunia, namun data
efikasi masih terbatas dalam literature. Karena secara inheren sulit untuk
menyelidiki dan membandingkan protokol bencana dengan menggunakan
pendekatan berbasis bukti, tidak ada data yang pasti di mana teknik triase
bencana akan menghemat jumlah terbesar korban. Saat ini, dua protokol
triase paling umum diterima adalah START dan SALT.
1. Model SALT Triage Untuk Insiden Korban Masal (Mass Casualty
Incident)
Lerner et al. Dalam Neal, D.J. (2009) menilai sistem triase yang saat
ini digunakan dan menggambarkan kekuatan dan kelemahan dari sistem
ini. Penelitian ini mengembangkan pedoman triase yang digunakan untuk
semua bahaya dan dapat diterapkan pada orang dewasa dan anak-anak.
SALT Triage singkatan (sort – assess – lifesaving – interventions –
treatment/transport). SALT terdiri dari dua langkah ketika menangani
korban. Hal ini termasuk triase awal korban menggunakan perintah suara,
perawatan awal yang cepat, penilaian masing-masing korban dan prioritas,
dan inisiasi pengobatan dan transportasi. Pendekatan Triase SALT
memiliki beberapa karakteristik tambahan. Pertama, SALT
mengidentifikasi kategori expectant (hamil) yang fleksibel dan dapat
diubah berdasarkan faktor-faktor tertentu. Kedua, SALT Triage awalnya
mengkategorikan luka, tapi memberikan evaluasi sekunder untuk
mengidentifikasi korban langsung.

4
Step 1 : SORT
SALT dimulai dengan menyortir pasien secara global melalui
penilaian korban secara individu. Pasien yang bisa berjalan diminta untuk
berjalan ke suatu area tertentu dan dikaji pada prioritas terakhir untuk
penilaian individu. Penilaian kedua dilakukan pada korban yang diminta
untuk tetap mengikuti perintah atau di kaji kemampuan gerakan secara
terarah / gerakan bertujuan. Pada korban yang tetap diam tidak bergerak
dari tempatnya dan dengan kondisi yang mengancam nyawa yang jelas
harus dinilai pertama karena pada korban tersebut yang paling
membutuhkan intervensi untuk penyelamatan nyawa.

Step 2 : ASSES
Prioritas pertama selama penilaian individu adalah untuk
memberikan intervensi menyelamatkan nyawa. Termasuk mengendalikan
perdarahan utama; membuka jalan napas pasien, dekompresi dada pasien
dengan pneumotoraks, dan menyediakan penangkaluntuk eksposur kimia.
Intervensi ini diidentifikasi karena injury tersebut dapat dilakukan dengan
cepat dan dapat memiliki dampak yang signifikan pada kelangsungan

5
hidup pasien. Intervensi live saving yang harus diselesaikan sebelum
menetapkan kategori triase dan hanya boleh dilakukan dalam praktek
lingkup responder dan jika peralatan sudah tersedia. Setelah intervensi
menyelamatkan nyawa disediakan, pasien diprioritaskan untuk pengobatan
berdasarkan ke salah satu dari lima warna-kode kategori. Pasien yang
mengalami luka ringan yang self-limited jika tidak diobati dan dapat
mentolerir penundaan dalam perawatan tanpa meningkatkan risiko
kematian harus diprioritaskan sebagai minimal dan harus ditunjuk dengan
warna hijau. Pasien yang tidak bernapas bahkan setelah intervensi live
saving yang diprioritaskan sebagai mati dan harus diberi warna hitam.
Pasien yang tidak mematuhi perintah, atau tidak memiliki pulsa perifer,
atau dalam gangguan pernapasan, atau perdarahan besar yang tidak
terkendali harus diprioritaskan immediate dan harus ditunjuk dengan
warna merah. Penyedia harus mempertimbangkan apakah pasien ini
memiliki cedera yang mungkin tidak sesuai dengan kehidupan yang
diberikan sumber daya yang tersedia, jika ada, maka provider harus triase
pasien sebagai expectant /hamil dan harus ditunjuk dengan warna abu-abu.
Para pasien yang tersisa harus diprioritaskan sebagai delayed dan harus
ditunjuk dengan warna kuning.

2. Model START/ JUMPSTART Triage Untuk Insiden Korban Masal (Mass


Casualty Incident)
a) Model Start
Stein, L., 2008 menjelaskan Sistem START tidak harus dilakukan
oleh penyedialayanan kesehatan yang sangat terampil. Bahkan, dapat
dilakukan oleh penyedia dengan tingkat pertolongan pertama
pelatihan. Tujuannya adalah untuk dengan cepat mengidentifikasi
individu yang membutuhkan perawatan, waktu yang dibutuhkan untuk
triase setiap korban kurang dari 60 detik. START membagi korban
menjadi 4 kelompok dan masing-masing memberikan
mengelompokkan warna. START triase memiliki tag empat warna
untuk mengidentifikasi status korban. Langkah pertama adalah

6
meminta semua korban yang membutuhkan perhatian untuk pindah ke
daerah perawatan. Ini mengidentifikasi semua korban dengan luka
ringan yang mampu merespon perintah dan berjalan singkat jarak ke
area pengobatan. Ini adalah GREEN kelompok dan diidentifikasi
untuk pengobatan delayed, mereka memang membutuhkan perhatian.
Jika anggota kelompok ini tidak merasa bahwa mereka yang
menerima pengobatan mereka sendiri akan menyebarkan ke rumah
sakit pilihan mereka. Langkah selanjutnya menilai pernapasan.
Jika respirasi lebih besar dari 30 tag korban sebagai RED
(Immediate), jika tidak ada reposisi respirasi jalan napas. Jika tidak
ada respirasi setelah reposisi untuk membuka jalan napas, tag korban
BLACK (mati). Jika tingkat pernapasan kurang dari 30 bpm, periksa
denyut nadi radial dan refill kapiler. Jika tidak ada pulsa radial teraba
atau jika kapiler isi ulang lebih besar dari 2 detik, menandai korban
RED (Immediate). Jika ada perdarahan yang jelas, maka kontrol
perdarahan dengan tekanan. Minta orang lain, bahkan korban GREEN
untuk menerapkan tekanan dan melanjutkan untuk triase dan tag
individu. Jika ada nadi radial, nilai status mental korban dengan
meminta mereka untuk mengikuti perintah sederhana seperti meremas
tangan. Jika mereka tidak bisa mengikuti perintah sederhana, maka tag
mereka RED (Immediate) dan jika mereka dapat mengikuti perintah
sederhana, maka tag mereka YELLOW (delayed).
Algoritma dibawah ini membuat lebih mudah untuk mengikuti.
Pemeriksaan tiga parameter, pernapasan, perfusi dan status mental
kelompok dapat dengan cepat diprioritaskan atau disortir menjadi 4
kelompok warna berdasarkan apakah mereka membutuhkan intervensi
langsung yang kelompok RED, intervensi tertunda (sampai satu jam)
yang merupakan kelompok YELLOW, luka ringan dimana intervensi
dapat ditunda hingga tiga jam yang adalah kelompok GREEN dan
mereka yang mati yang kelompok BLACK. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi dan menghapus mereka yang membutuhkan
perhatian yang paling mendesak. Pada kelompok YELLOW dan

7
GREEN perlu dinilai kembali untuk menentukan apakah status
mereka berubah.

START Triage - Assess, Treat


Find color, STOP, TAG, MOVE ON

Move Walking Wounded


No Resp after head tilt
Breathing but
Unconscious
Resp > 30
Perfusion
D I Cap refill > 2 sec
M E M or No Radial Pulse
I C M Control bleeding
N E E Mental Status –
O A D Can’t follow simple
commands
R S I
E A D Otherwise
D T E
E L Remember
A R – 30
Y P–2
E M – Can do
D

b) Jumstart
Anak-anak memiliki nilai rentang normal yang berbeda dari yang
pernapasan tergantung pada usia mereka, sehingga metode START
berdasarkan tingkat pernapasan 30 tidak akan sesuai untuk anak-anak.
Selain itu, anak-anak lebih cenderung memiliki masalah pernapasan
utama sebagai lawan masalah kardiovaskular dan anak-anak yang
tidak bernapas mungkin hanya memerlukan pernapasan buatan untuk
diresusitasi. Selain itu, anak-anak mungkin tidak mudah dibagi sesuai

8
dengan yang dapat berjalan kaki ke lokasi yang ditunjuk karena
perkembangan, keterampilan, kesediaan mereka untuk meninggalkan
orangtua terluka dan kecenderungan orang tua untuk membawa anak.
Hal ini digunakan secara luas di Amerika Serikat dan Kanada dan
merupakan modifikasi sistem START.. Alat ini digunakan untuk anak-
anak usia 1 dan 8 tahun. Mungkin tidak mudah untuk menentukan usia
anak sehingga korban tampak masih anakanak maka menggunakan
JUMPSTART dan jika korban terlihat seperti orang dewasa muda
menggunakan START. Modifikasi dan penilaian tambahan akan
diperlukan untuk anakanak kurang dari usia 1 tahun,
denganketerlambatan perkembangan, cacat kronis atau cedera terjadi
sebelum kejadian. (Jumpstart, 2008 dalam Stein, L., 2008)

c) SALT Triage Sebagai Triage Prehospital


Penelitian oleh Cone et al (2009) dengan menilai keakuratan dan
kecepatan 2 paramedic dalam menerapkan triage SALT pada 52
korban scenario. Hasil triage SALT oleh kedua paramedic tersebut
adalah benar untuk 41 dari 52 pasien (78,8% akurasi). Tujuh pasien
dimaksudkan untuk menjadi T2 yang diprioritaskan sebagai T1, dan
dua pasien dimaksudkan untuk menjadi T3 diprioritaskan sebagai T2,
untuk tingkat overtriage 13,5%. Dua pasien dimaksudkan untuk
menjadi T2 yang diprioritaskan sebagai T3, untuk tingkat undertriage
dari 3,8%. Triage dicatat oleh pengamat selama 42 dari 52 pasien,
dengan ratarata 15 detik per pasien (kisaran 5-57 detik).
Kesimpulannya SALT dapat diterapkan dengan cepat dilapangan dan
aman. Penilaian tingkat undertriage yang rendah. Hasil overtriage
signifikan dan masih bisa diterima.
Pada penelitian Lerner, E.B,. Schwartz, R.B., Coule, P.L.,
Pirrallo, R.G., (2010) dengan metode simulasi SALT triage pada 73
peserta pelatihan program bencana masal. Hasil menunjukkan 217
observasi korban. Awal triase adalah benar untuk 81% dari
pengamatan, 8% overtriaged dan 11% berada di undertriage. Triage
terakhir adalah benar untuk 83% dari pengamatan, 6% yang overtriage
dan 10% undertriage. Interval triase ratarata adalah 28 detik (± 22;
kisaran: 4-94). 9% melaporkan bahwa sebelum pelatihan mereka
merasa sangat percaya diri menggunakan SALT triase dan 33% tidak
percaya diri. Setelah pelatihan, tidak ada yang melaporkan tidak
merasa percaya diri menggunakan SALT triase, 26% berada pada
tingkat yang sama kepercayaan, 74% merasa lebih percaya diri, dan
tidak ada yang merasa kurang percaya diri. Sebelum pelatihan, 53%
dari responden merasa SALT triase adalah lebih mudah digunakan
daripada triase bencana mereka protokol saat ini, 44% merasa itu

9
mirip, dan 3% merasa itu lebih sulit. Setelah pelatihan tidak ada yang
melaporkan bahwa SALT triase lebih sulit untuk digunakan.

d) Start/JUMPSTART Triage Prehospital


Analisis retrospective oleh Kahn, Schultz, Miller dan Anderson
(2008) mengevaluasi triage START pada bencana kecelakaan kereta
api tahun 2003. Review dilakukan pada 148 catatan di 14 rumah sakit
penerima korban. Pengamatan mulai korban diberi kategori triage,
kesesuaian triage dan waktu tiba di rumah sakit. Hasil didapatkan
korban kategori merah (immediate) 22, kuning (delayed) 68, hijau
(minimal) 58. Berdasarkan kesesuaian hasil triage sebenarnya adalah
2 merah, 26 kuning, dan hijau 120 pasien. 79 pasien overtriaged, 3
yang undertriaged, dan hasil 66 pasien cocok tingkat triagenya. Tidak
ada triage yang mendekati sensivitas 90% dan 90% kebutuhan
sensitivitas yang ditetapkan dalam hipotesis, meskipun merah adalah
100% sensitif (95% confidence interval [CI] 16% sampai 100%) dan
hijau adalah 89,3% spesifik (95% CI 72% sampai 98%). Statistik
Obuchowski adalah 0,81, berarti bahwa korban dari kelompok akuisi
tinggi memiliki peluang 81% untuk kategori triase akuisi tinggi.
Median waktu kedatangan untuk pasien merah adalah lebih dari 1 jam
lebih awal dari pasien lain.

e) Analisis perbandingan model SALT dengan START/JUMPSTART


triage untuk insiden korban masal (Mass Casualty Incident)
Penerapan metode triage SALT maupun START/JUMPSTART
telah disepakati di Amerika Serikat dalam rangka penyeragaman dan
menstandarkan dalam pemilahan kategori pasien (Lee, C.H., 2010).
Dari kedua metode tersebut menggunakan tingkat triage dan coding
warna untuk mengkategorikan korban bencana, yaitu :
1) Triase Tag Merah ("Segera-Immediate" atau T1 atau Prioritas 1):
Pasien yang hidupnya berada dalam bahaya langsung dan yang
membutuhkan pengobatan segera
2) Triase Tag Kuning ("tertunda-delayed" atau T2 atau Prioritas 2):
Pasien yang hidupnya tidak dalam bahaya langsung dan siapa
yang akan membutuhkan mendesak, tidak langsung, perawatan
medis

10
3) Triase Tag hijau ("Minimal" atau T3 atau Prioritas 3): Pasien
dengan luka ringan yang akhirnya akan memerlukan pengobatan
4) Tag Triase hitam ("hamil-expectant" atau Tidak Prioritas): Pasien
yang mati atau yang memiliki luka yang luas sehingga mereka
tidak bisa diselamatkan dengan sumber daya terbatas yang
tersedia.
Hal ini juga penting untuk dicatat bahwa pasien perlu ditinjau
kembali, dan awal sebutan triase kode warna dapat berubah seiring
waktu. Berdasarkan review penelitian Kahn, Schultz, Miller, Anderson
(2008), Cone et al (2009), dan Lerner, E.B,. Schwartz, R.B., Coule,
P.L., Pirrallo, R.G., (2010) bahwa metode START terdapat sedikit data
tentang keefektifan pengkategorian dan ada beberapa bukti bahwa
START dapat menyebabkan overtriage pasien (misalnya, penandaan
pasien sebagai "Immediate" yang dalam kenyataannya harus diberi
label "delayed") dalam pengkategorian korban massal, sedangkan pada
metode SALT lebih mudah dipelajari dan diaplikasikan, mudah diingat,
korban dalam jumlah besar lebih cepat dalam pemilahan dan
penanganan, berlaku untuk semua tipe bencana dan populasi.

D. Kategori Triase
Korban yang nyawanya dalam keadaan kritis dan memerlukan prioritas
utama dalam pengobatan medis diberi kartu merah .Korban yang dapat
menunggu untuk beberapa jam diberi kartu kuning, sedangkan korban yang
dapat berjalan sendiri diberi kartu hijau. Korban yang telah melampaui
kondisi kritis dan kecil kemungkinannya untuk diselamatkan atau telah
meninggal diberi kartu hitam. Dalam kondisi normal, pasien yang sudah
diambang kematian dapat diselamatkan dengan pengobatan yang serius
walaupun kemungkinannya sangat kecil. Para petugas medis yang sudah
terbiasa memberikan pelayanan medis yang maksimal dan pantang
menyerah terhadap pasien dengan kondisi seperti itu, mungkin akan
dihinggapi perasaan berdosa saat memberikan kartu hitam kepada korban.
Disinilah letak perbedaan antara pengobatan darurat dengan prinsip “terbaik

11
untuk satu orang” dan pengobatan bencana dengan prinsip “terbaik untuk
semua” (Zailani, dkk, 2009).Untuk lebih jelasnya, kategori triase dapat kita
lihat pada tabel 2.1.berikut ini:
Kategori Triase
Priorita
No Kode Kategori KondisiPenyakit/Luka
s Warna
1 Merah I Priorotas utama pengobatan Memerlukan pengobatan dengan
segera karena dalam kondisi yang
sangat kritisya itu tersumbatnya
jalan napas, dyspnea, pendarahan,
syok, hilang kesadaran.
2 Kuning II Bisa menunggu pengobatan Pengobatan mereka dapat ditunda
untuk beberapa jam dan tidak akan
berpengaruh terhadapnya wanya.
Tanda-tanda vital stabil.
3 Hijau III Ringan Mayoritas korban luka yang dapat
berjalan sendiri mereka dapat
melakukan rawat jalan.
4 Hitam 0 Meninggal atau tidak dapat Korban sudah meninggal ataupun
diselamatkan tanda-tanda kehidupannya terus
menghilang.

1. Kartu Triase
Hasil Triase dicatat secara sederhana di kartu triase, kemudian
digantungkan di leher atau di salah satu tangan dan kaki pasien. Triase
bukanlah proses yang dilakukan berulang kali untuk memonitor apakah
terjadi perubahan pada kondisi pasien. Jadi, prosesnya perlu dilakukan
setiap saat pada korban atau berulang-ulang ketika mereka akan
dipindahkan kelokasi baru, misalnya ditempat bencana, pusat pertolongan
pertama, sebelum diangkut, di pintu masuk rumah sakit, sebelum
operasi/pembedahan, dan lain-lain (Zailani, dkk, 2009).

12
2. Triase lapangan
Triase lapangan dilakukan pada tiga kondisi:
a) Triase di Tempat (Triase Satu)
Triase ditempat dilakukan di “tempat korban ditemukan” atau pada
tempat penampungan yang dilakukan oleh tim pertolongan pertama atau
tenaga medis gawat darurat. Triase di tempat mencakup pemeriksaan,
klasifikasi, pemberian tanda dan pemindahan korban ke posmedis
lanjutan.
b) Triase Medik
Triase ini dilakukan saat korban memasuki posmedis lanjutan oleh
tenaga medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang
bekerja di Unit Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan terakhir oleh
dokter bedah). Tujuan triase medis adalah menentukan tingkat
perawatan yang dibutuhkan oleh korban.
c) Triase Evakuasi
Triase ini ditujukan kepada korban yang dapat dipindahkan ke
rumah sakit yang telah siap menerima korban bencana masal. Jika
posmedis lanjutan dapat berfungsi efektif, jumlah korban dalam status
“merah” akan berkurang, dan akan diperlukan pengelompokkan korban
kembali sebelum evakuasi dilaksanakan. Tenaga medis di posmedis
lanjutan dengan berkonsultasi dengan poskomando dan rumah sakit
tujuan berdasarkan kondisi korban akan membuat keputusan korban
mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu, rumah sakit tujuan, jenis
kendaraan dan pengawalan yang akan di pergunakan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera


atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta
transportasi. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan
sepanjang pengelolaan musibah massal. Proses triase inisial harus dilakukan
oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai
ulang terus menerus karena status triase pasien dapat berubah. Di Indonesia
triase dianjurkan menggunakan metode triase Penuntun Lapangan START
(Simple Triage And Rapid Transportation).

Prioritas tindakan dalam triase yaitu terdiri dari Prioritas Nol


(Hitam), Prioritas Pertama (Merah), Prioritas Kedua (Kuning), dan Prioritas
Ketiga (Hijau). Konsep Triase antara lain :

1) Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa


2) Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannya
3) Pengkatagorian mungkin ditentukan sewaktu-waktu
4) Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk menghindari penurunan
triage

Pada akhirnya sebagai dokter umum dan perawat terlebih-lebih yang


bekerja sebagai dokter dan perawat IGD dituntut agar dapat menegakkan
bendera triase dengan tepat di saat dihadapkan dengan keadaan pasien yang
beraneka ragam diagnosisnya. Mampu menempatkan pasien yang
kemungkinan besar akan hidup, bagaimanapun perawatan yang mereka terima,
mampu menenmpatkan pasien yang kemungkinan besar akan meninggal,
bagaimanapun juga perawatan yang mereka terima dan mampu menempatkan
pasien bila mana mendapatkan perawatan sesegera mungkin dapat memberikan
hasil akhir yang berbeda

14
B. Saran
Semoga dengan adanya penjelasan dalam makalah tersebut bisa
membuat perawat ataupun tim medis lebih benar dan terstruktur dalam
bekerja dalam situasi apapun dan dapat memberikan contoh terhadap
masiarakat agar proses gawat darurat atau bencana alam terjadi tim kesehatan
maupun masiarakat bisa saling membantu untuk proses penanggulangan
bencana terutama korban akibat bencana

15
DAFTAR PUSTAKA

Kushayati Nuris. 2015. Analisis Metode Triage Prehospital pada Insiden Korban
Masal (https://journal.uny.ac.id/index.php/wuny/article/download/3515/pdf),
diakses pada tanggal 23 Oktober 2019
Depkes RI. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat
Bencana
(http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/penanganankrisis/
buku_pedoman_teknis_pkk_ab.pdf), diakses pada tanggal 23 Oktober 2019
Kemenkes. 2016. Keperawatan Kegawatdaruratan dan Manajemen Bencana.
(http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Keperawatan-GAdar-dan-MAnajemen-Bencana-Komprehensif.pdf), diakses
pada tanggal 23 Oktober 2019
file:///C:/Users/Acer/Downloads/3515-9110-1-PB.pdf

Anda mungkin juga menyukai