LITERATUR REVIEW Kesehatan Jiwa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 51

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA TERHADAP

KEMAMPUAN MANAJEMEN STRES PADA MAHASISWA


PRODI DIV KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN
DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI DI POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

LITERATURE REVIEW

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Menyelesaikan Pendidikan Diploma IV Keperawatan

Diajukan oleh:

RAHMI M. SAWEDY
NIM: 751430116125

Kepada:

POLITEKNIK KESEHATAN GORONTALO


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2020

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan kesehatan merupakan suatu cara penunjang program-program

kesehatan yang dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan

dalam waktu yang pendek. Konsep pendidikan kesehatan merupakan proses

belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai

kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi

mampu (notoatmodjo, 2007 dalam Utari dan Arneliwati, 2014).

Pemberian penyuluhan kesehatan dalam upaya meningkatkan pengetahuan

dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu promosi kesehatan berupa alat

bantu lihat (visual aids), alat bantu dengar (audio aids) dan alat bantu lihat dengar

(audio visual aids).Media Audiovisual merupakan salah satu media yang

menyajikan informasi atau pesan secara audiovisual.Audiovisual memberikan

kontribusi yang sangat besar dalam perubahan perilaku masyarakat, terutama

dalam aspek informasi dan persuasi.Media ini memberikan stimulus pada indera

pengelihatan dan pendengaran, sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Santi (2014) pendidikan

kesehatan dengan menggunakan media audiovisual efektif terhadap peningkatan

pengetahuan dengan nilai p value 0,00< α 0,05 (Santi, 2014).

Kesehatan mental atau kesehatan jiwa merupakan aspek penting dalam

mewujudkan kesehatan secara menyeluruh.Kesehatan mental juga penting di

perhatikan selayaknya kesehatan fisik.Kesehatan mental yang baik


3

memungkinkan orang untuk menyadari potensi mereka, mengatasi tekanan

kehidupan yang normal, bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada

komunitas mereka (Ayuningtias, Misnaniarti & Rahyani 2018).

Stres merupakan pengalaman subjektif yang di dasarkan pada persepsi

seseorang terhadap situasi yang di hadapinya.Stres berkaitan dengan kenyataan

yang tidak sesuai dengan harapan atau situasi yang menekan.Kondisi ini

mengakibatkan perasaan cemas, marah dan frustasi (Priyoto, 2014).Stres dapat

memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap individu.Pengaruh positif

yaitu mendorong individu untuk melakukan sesuatu, membangkitkan kesadaran,

dan menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan pengaruh negatif, yaitu

menimbulkan perasaan-perasaan tidak percaya diri, penolakan, marah, atau

depresi dan memicu berjangkitnya penyakit sakit kepala, sakit perut, insomnia,

tekanan darah tinggi, atau stroke (Syamsu, 2018).

Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang

memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi.Mahasiswa yang

sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi di tuntut untuk menyelesaikan

studinya dalam jangka waktu yang telah di tentukan (Putri & Budiani,

2012).Selama ini, reaksi stres yang sangat mencolok dari seorang mahasiswa yang

sedang menyelesaikan skripsi adalah hilangnya motivasi dan konsentrasi yang

berdampak pada penundaan penyelesaian skripsi. Kondisi demikian akan

membuat para mahasiswa mengalami perasaan tekanan baik secara fisik maupun

psikis.Dickinson (2006) memaparkan dalam penelitiannya bahwa stres

meningkatkan risiko atau dampak bagi mahasiswa untuk mengalami berbagai


4

gangguan mental dan penyakit fisik yang meliputi kecemasan,depresi, kekebalan

tubuh menurun, sakit kepala, sakit jantung, gangguan tekanan darah, hilangnya

energi, alergi dan stroke(Fadillah, 2013).

Scalavitz (2011) menyatakan bahwa prevalensi mahasiswa di dunia yang

mengalami stres didapatkan sebesar 38-71%. Sedangkan di Asia sebesar 39,6-

61,3% (Habeeb 2010, Koochaki 2009 dalam Ambarwati, 2017). Sementara itu,

prevalensi mahasiswa yang mengalami stres di Indonesia didapatkan sebesar

36,7-71,6 %.

B. Tujuan Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran pengaruh pendidikan ksesehatan jiwa

terhadap kemampuan manajemen stres pada mahasiswa Prodi DIV Keperawatan

Jurusan Keperawatan Dalam Menyelesaikan Skripsi.

C. Manfaat Penulisan

a. Bagi perawat

Dapat dimanfaatkan sebagai sumber untu memperkaya pengetahuan

keperawatan khususnya keperawatan jiwa tentang manajemen stres.

b. Bagi institusi

Dapat memperkaya kepustakaan, dapat menjadi sumber pembelajaran bagi

mahasiswa-mahasiswa Poltekkes Kemenkes Gorontalo dalam melakukan

penelitian selanjutnya dengan topik yang berhubungan dengan judul

penelitian diatas.
5

c. Bagi peneliti

Dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya secara lebih mendalam.

d. Bagi mahasiswa

Dapat menjadi pengetahuan atau wawasan bagi mahasiswa dalam bidang

kesehatan jiwa khususnya dalam melakukan manajemen stres.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan sebuah proses belajar mengajar

dalam bidang kesehatan sebagai upaya untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah

perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat baik pada individu,

kelompok, dan masyarakat.Menurut UU kesehatan Nomor 23 Tahun 1992,

tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat

untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental,

dan sosial, sehingga produktif secara ekonomis maupun sosial (Aryawati &

Nasution, 2018).

Pendidikan kesehatan jiwa adalah upaya untuk mempengaruhi atau

mengajak orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat agar

melaksanakan perilaku sehat jiwa. Pendidikan kesehatan jiwa akan

berpengaruh pada manajemen stres pada mahasiswa. Hal ini menjadikan

kesehatan jiwa sebagai suatu yang bernilai serta mengajarkan mahasiswa

berperilaku sehat jiwa untuk beradaptasi terhadap stres.Tidak adanya

pendidikan kesehatan jiwa menimbulkan manajemen stres yang kurang

sehingga timbul mekanisme koping yang maladaptif (Nihayati, dkk, 2017).

6
7

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk merubah perilaku individu,

kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana

melalui proses belajar. Perubahan perilaku mencakup 3 ranah perilaku, yaitu

pengetahuan, sikap, keterampilan melaui proses pedidikan kesehatan. Hasil

perubahan perilaku yang diharapkan melaui proses pendidikan ksesehatan

pada hakikatnya adalah perilaku sehat. Perilaku sehat dapat berupa emosi,

pengetahuan, pikiran, keingingan, tindakan nyata dari individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat (Ikhsan, 2012).

3. Metode Pendidikan Kesehatan

a. Metode individual (perorangan)

Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual

digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang

mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya

membina seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu

hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja

memperoleh atau mendengarkan penyuluhan kesehatan. Dasar

digunakannya pendekatan individual ini karena setiap individu

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan

penerimaan atau perilaku baru tersebut.Contoh metode individual yaitu

bimbingan dan penyuluhan (Guidance dan Counceling) dan wawancara

(Interview).
8

b. Metode Pendidikan Kelompok

Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah

kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas

metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

1) Kelompok besar

Kelompok besar adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari 15

orang. Metode yang baik untuk kelompok besar antara lain ceramah

dan seminar.

a) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi

maupun rendah.

b) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

pendidikan menengah ke atas.Seminar adalah suatu penyajian

dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik

yang dianggap hangat di masyarakat.

2) Kelompok Kecil

Bila peserta kegiatan kurang dari 15 orang biasanya kita sebut

kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil

adalah:

a) Diskusi kelompok

Semua anggota kelompok dalam diskusi kelompok dapat bebas

berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta


9

dapat diatur sedemikian rupa sehingga mereka berhadap-

hadapan atau saling memandang satu sama lain.

b) Curah pendapat (brain storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.

Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya

pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu

masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau

tanggapan (curah pendapat).

c) Bola salju (snow balling)

Kelompok dibagi dalam pasang-pasangan (1 pasang 2 orang)

kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah.Setelah

lebih kurang 5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi

satu.Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari

kesimpulannya.

d) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil

yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak

sama dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok

mendiskusikan masalah tersebut.Selanjutnya hasil dari tiap

kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.

e) Bermain peran (role play)

Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai

pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya


10

sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan

sebagainya, sedangkan anggota lain sebagai pasien atau anggota

masyarakat.

f) Permainan simulasi (simulation game)

Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi

kelompok pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa

bentuk permainan seperti permainan monopoli.

c. Metode Massa

Metode (pendekatan) massayang cocok untuk

mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada

masyarakat. Oleh karena sasaran ini bersifat umum, dalam arti tidak

membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial

ekonomi, tingkat pendidikan dan sebaigainya. Contoh metode massa

yaitu ceramah umum, berbincang-bincang, simulasi, dan tulisan-

tulisan di majalah atau Koran (Notoatmodjo, 2014).

4. Macam-Macam Alat bantu atau Media

Pada garis besarnya hanya ada tiga macam alat bantu (alat peraga),

atau media yaitu sebagai berikut:

a. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu

menstimulasi indera mata (pengelihatan) pada waktu terjadinya proses

penerimaan pesan. Misalnya slide, film, film strip, dan sebagainya.

b. Alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk

menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian


11

bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya, piringan hitam, radio, pita

suara, kepingan CD, dan sebagainya.

c. Alat bantu lihat-dengar, seperti televisi, video cassette dan DVD. Alat-

alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA).

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan

(media), media ini dibagi menjadi 3 (tiga):

a. Media cetak

1) Booklet: untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik

tulisan maupun gambar.

2) Leaflet: melalui sebaran yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan

atau keduanya.

3) Flyer (sebaran): seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

4) Flip chart (lembar balik): pesan/informasi kesehatan dalam bentuk

lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar

(halaman) berisi gambar dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan

atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut.

5) Rubrik/tulisan-tulisan: pada surat kabar atau majalah, mengenai

bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan.

6) Poster: bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan,

yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum,

atau di kendaraan umum.

7) Foto: mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.


12

b. Media elektronik

1) Televisi: dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum

diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, spot, quiz, atau cerdas

cermat, dll.

2) Radio: bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, ceramah, radio spot,

dll.

3) Video Compact Disk (DVD).

4) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan

kesehatan.

5) Media papan (Bill board)

Papan/bill board yang dipasang ditempat-tempat umum dapat

dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi

kesehatan.Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang

ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kenderaan umum

(bus/taksi).

5. Peran Pendidikan Kesehatan Dalam Perilaku

Pendidikan kesehatan ialah suatu upaya atau kegiatan untuk

menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya,

pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui

bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau

mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang

lain. Kesehatan bukan hanya diketahui (knowledge) atau disadari


13

(attitude)dan disikapi melainkan harus dikerjakan atau dilaksanakan dalam

kehidupan sehari-hari (practice) (Notoatmodjo, 2014).

B. Tinjauan Tentang Kesehatan Jiwa

1. Definisi Kesehatan

Menurut UU nomor 23 tahun 1992 Kesehatan adalah keadaan

sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial ekonomi. Sedangkan menurut WHO (2005) kesehatan

adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan

bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dari dua definisi di atas

dapat diambil kesimpulan bahwa untuk dikatakan sehat, seseorang harus

berada pada suatu kondisi fisik, mental dan sosial yang bebas dari gangguan,

seperti penyakit atau perasaan tertekan yang memungkinkan seseorang

tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres yang terjadi sehari-

hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas (Sumiati, 2009).

2. Definisi Kesehatan Jiwa

Istilah kesehatan jiwa diambil dari konsep mental Hygiene. Kata

mental berasal dari bahasa yunani yang pengertiannya sama dengan psyche

dalam bahasa latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Sementara kata

hygiene berasal dari kata hygea yaitu nama seorang dewi yang bertugas

mengurus kesehatan manusia di dunia (Kusnanto, 2019).

Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari

kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang

terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU


14

No 23 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa didefinisikan sebagai suatu kondisi

yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang

optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan

keadaan orang lain (Sumiati, dkk, 2009).

Definisi tentang kesehatan mental menurut WHO adalah

kesejahteraan (well-being) seorang individu yang menyadari kemampuannya

sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja

secara produktif dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya

(Rahmayani, Liza & Syah, 2019).

3. Sejarah Kesehatan jiwa

Sejarah kesehatan jiwa tidak sejelas sejarah ilmu kedokteran, hal ini

karena masalah jiwa bukan merupakan masalah fisik yang dapat dengan

mudah dideteksi.Orang yang mengalami kesehatan jiwa sering kali tidak

terdeteksi, sekalipun dengan anggota keluarganya sendiri.Berikut disajikan

sejarah mengenai perkembangan kesehatan jiwa.

a. Tahun 1600 dan sebelumnya

Pandangan masyarakat pada saat itu menganggap bahwa orang yang

mengalami gangguan jiwa adalah mereka yang dimasuki oleh roh-roh

halus yang ada disekitarnya.Mereka dianggap telah melakukan kesalahan

kepada roh-roh.Oleh karena itu, mereka sering kali tidak dianggap

sakit.Dengan demikian, mereka tidak disingkirkan maupun dibuang dan

mereka masih mendapatkan tempat dalam masyarakat.


15

b. Tahun 1692

Orang yang bergangguan jiwa saat itu sering dianggap terkena sihir atau

guna-guna dan dirasuki oleh setan.Hal ini merupakan penjelasan yang

diterima secara umum sehingga masyarakat takut dan membenci mereka

yang dianggap memiliki kekuatan sihir kemungkinan besar mengalami

gangguan jiwa sehingga hidup mereka kelihatan aneh dan berbeda dari

kebanyakan orang.

c. Tahun 1724

Pendeta Cotton Mather mematahkan takhayul yang hidup dimasyarakat

berkaitan dengan jiwa dengan memajukan penjelasan secara fisik

mengenai sakit jiwa itu sendiri.Pada masa ini, benih-benih pendekatan

secara medis mulai dikenalkan, yaitu dengan memberikan penjelasan

masalah kejiwaan sebagai gangguan yang terjadi di tubuh.

d. Tahun 1830 – 1860

Di Inggris timbul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa

(therapeutic optimism).Hal ini disebabkan berkembangnya teori dan

teknik dalam menangani orang sakit jiwa di rumah sakit. Pada masa ini

tumbuh kepercayaan bahwa penanganan di rumah sakit jiwa adalah

penanganan yang benar dan cara ilmiah untuk menyembuhkan kegilaan.

Pada tahun 1842 psikiater mulai masuk dan mendapatkan peranan

penting di rumah sakit, menggantikan ahli hukum yang selama ini

berperan.Namun, karena penanganan pada masa ini ternyata banyak

membuahkan kegagalan maka tidak lama kemudian muncul masa terapi


16

pesimisme (therapeutic pessimism).Hal ini terutama dipengaruhi oleh

sosialisme Darwin yang menyatakan bahwa gangguan jiwa adalah

perkembangan evolusi sehingga merupakan bawaan dan tidak mungkin

diubah lagi.

e. Tahun 1910

Penyakit Alzheimer pertama kali digambarkan oleh Emil Belin. Selain

itu, dia juga mengembangkan alat tes yang digunakan untuk mendeteksi

adanya gangguan epilepsi (Kusnanto ,2019).

4. Ruang Lingkup Kesehatan Jiwa

Ahli-ahli kesehatan jiwa memberikan batasan-batasan ruang lingkup

kesehatan jiwa yaitu pemeliharaan dan promosi kesehatan individu dan

masyarakat serta prevensi dan perawatan terhadap penyakit dan kerusakan

jiwa.Ruang lingkup atau kerja kesehatan jiwa secara garis besar mencakup

hal-hal sebagai berikut.

a. Promosi kesehatan jiwa

Promosi kesehatan jiwa adalah usaha-usaha peningkatan kesehatan

jiwa.Usaha ini dilakukan berangkat dari pandangan bahwa kesehatan

jiwa bersifat kualitatif dan kontinum serta dapat ditingkatkan sampai

batas optimal.

b. Prevensi primer

Prevensi primer merupakan usaha kesehatan jiwa untuk mencegah

timbulnya gangguan dan sakit jiwa.Usaha ini dilakukan sebagai proteksi


17

terhadap kesehatan masyarakat agar gangguan dan sakit jiwa tersebut

tidak terjadi.

c. Prevensi sekunder

Prevensi sekunder yaitu usaha kesehatan jiwa untuk menemukan kasus

diri (early rase ditection) dan penyembuhan secara tepat (prompt

treatment) terhadap gangguan dan sakit jiwa. Usaha dilakukan untuk

mengurangi durasi gangguan dan mencegah supaya jangan sampai terjadi

cacat pada seseorang atau masyarakat.

d. Prevensi Tersier

Prevensi tersier adalah usaha rehabilitasi awal yang dapat dilakukan

terhadap orang yang mengalami gangguan dan kesehatan jiwa.Usaha ini

dilakukan untuk mencegah supaya jangan sampai terjadi cacat pada

seseorang atau masyarakat (Kusnanto,2019).

5. Prinsip-prinsip kesehatan jiwa

Prinsip-prinsip dalam kesehatan jiwa didasarkan dalam beberapa

kategori, yaitu hakikat manusia sebagai organisme, hubungan manusia

dengan lingkungan, dan hubungan manusia dengan tuhan.Prinsip-prinsip

tersebut diantaranya sebagai berikut.

a. Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada hakikat manusia

Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada hakikat manusia meliputi hal-hal

sebagai berikut.

1) Kesehatan jiwa dan penyesuaian diri tergantung pada kondisi

jasmani yang baik dan integritas organisme


18

2) Untuk memelihara kesehatan jiwa dan penyesuaian diri yang baik

maka perilaku manusia harus sesuai dengan hakikat manusia sebagai

pribadi yang bermoral, intelektual, religius, emosional, dan sosial

3) Kesehatan jiwa dan penyesuaian diri dapat melalui integritas dan

kontrol diri, baik dengan cara berpikir, mengkhayal, memuaskan

keinginan, mengekspresikan perasaan, dan bertingkah laku.

4) Dalam mencapai dan memelihara kesehatan jiwa dan penyesuian

diri, memperluas pengetahuan tentang diri sendiri merupakan

keharusan.

5) Kesehatan jiwa memerlukan konsep diri yang sehat yang meliputi

penerimaan diri dan penghargaan terhadap status diri sendiri secara

realistis atau wajar.

b. Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada hubungan manusia dengan

lingkungannya

Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada hubungan manusia dengan

lingkungannya meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Kesehatan jiwa dan penyesuaian diri tergantung kepada hubungan

antara pribadi yang harmonis, khususnya di dalam kehidupan

keluarga.

2) Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran tergantung kepada

kepuasan dalam bekerja.

3) Kesehatan jiwa dan penyesuaian diri dicapai dengan sikap yang

realistis, yaitu menerima realitas tanpa distorsi dan objektif.


19

c. Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada hubungan manusia dengan Tuhan

Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada hubungan manusia dengan Tuhan

meliputi:

1) Kestabilan jiwa tercapai dengan perkembangan kesadaran seseorang

terhadap sesuatu yang lebih luhur daripada dirinya sendiri yang

menjadi tempat bergantung kepada setiap tindakan yang

fundamental.

2) Kesehatan jiwa dan ketenangan batin memerlukan hubungan yang

konstan antara manusia dan Tuhannya (Kusnanto, 2019).

6. Fungsi Kesehatan Jiwa

Menurut Schneiders, kesehatan jiwa mempunyai tiga fungsi, yaitu

preventif (pencegahan),amelioratif (perbaikan), dan suportif (pengembangan).

a. Preventif (Pencegahan)

Kesehatan jiwa berupaya mencegah terjadinya kesulitan atau gangguan

jiwa dan penyesuaian diri.Fungsi ini menerapkan prinsip-prinsip yang

menjamin jiwa yang sehat, seperti memelihara fisik yang sehat.

b. Amelioratif (Pengembangan)

Fungsi Amelioratif merupakan upaya untuk memperbaiki dan

meningkatan kemampuan menyesuaikan diri.Dengan demikian, gejala-

gejala tingkah laku dan mekanisme pertahanan diri dapat dikendalikan.

c. Suportif (Pengembangan)
20

Fungsi suportif merupakan upaya untuk mengembangkan jiwa yang

sehat atau kepribadian.Dengan demikian, seseorang mampu menghindari

kesulitan-kesulitan psikologis yang mungkin dialaminya (Kusnanto,

2019).

7. Ciri-ciri orang yang sehat jiwa

Ciri-ciri orang yang sehat jiwa menurut Depkes (2003) adalah:

a. Merasa nyaman terhadap dirinya

1) Mampu menghadapi berbagai perasaan, seperti: rasa marah, takut,

cemas, rasa bersalah, iri, rasa senang dan lain-lain

2) Mampu mengatasi kekecewaan dalam kehidupan

3) Mempunyai harga diri yang wajar

4) Menilai dirinya secara nyata, tidak merendahkan dan tidak pula

berlebihan

5) Merasa puas dengan kehidupan sehari-hari

b. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain

1) Mampu mencintai dan menerima cinta dari orang lain

2) Mempunyai hubungan pribadi yang tetap

3) Mampu mempercayai orang lain

4) Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda

5) Merasa menjadi bagian dari kelompok

6) Tidak mengakali orang lain dan tidak membiarkan dirinya diakali

oleh orang lain

c. Mampu memenuhi kebutuhan hidup


21

1) Menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya

2) Mampu mengambil keputusan

3) Menerima tanggung jawab

4) Merancang masa depan

5) Menerima ide dan pengalaman baru

6) Merasa puas dengan pekerjaanya (sumiati, dkk, 2009).

C. Tinjuan Tentang Manajemen Stres

1. Definisi stres

Stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang

menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari-

hari.Menurut WHO stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor

psikososial (takanan mental/beban kehidupan (Priyoto, 2019).

Stres merupakan fenomena psikofisik yang bersifat manusiawi, dalam

arti bahwa stres itu bersifat inheren dalam diri setiap orang dalam menjalani

kehidupannya sehari-hari. Stres dialami oleh setiap orang tanpa mengenal

jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau status sosial ekonomi (Yusuf,

2018).

2. Gejala stress
22

Gejala terjadinya stres secara umum terdiri dari 2 (dua) gejala:

a. Gejala fisik

Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stres adalah

nyeri dada, diare selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung

berdebar, lelah, suka tidur, dan lain-lain.

b. Gejala psikis

Sementara bentuk gangguan fisik yang sering terlihat adalah cepat marah,

ingatan melemah, tak mampu berkonsentrasi, tidak mampu

menyelesaikan tugas, perilaku impulsive, reaksi berlebihan terhadap hal

sepele, daya kemampuan berkurang, tidak mampu santai pada saat yang

tepat, tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain, dan emosi tidak

terkendali (Priyoto, 2019).

3. Faktor-faktor penyebab atau pemicu stres (stressor)

Faktor pemicu stres itu dapat diklasifikasikan kedalam beberapa

kelompok berikut.

a. Stressor fisik-biologis, seperti: penyakit yang sulit disembuhkan, cacat

fisik atau kurang berfungsinya salah satu organ tubuh, wajah yang tidak

cantik/ganteng, dan postur tubuh yang dipersepsi tidak ideal (seperti

terlalu kecil, kurus, pendek, atau gemuk).

b. Stressor psikologis, seperti: negative thinking, atau berburuk sangka,

frustasi (kekecewaan karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan),

hasad (iri hati atau dendam), sikap permusuhan, perasaan cemburu,

konflik pribadi, dan keinginan yang diluar kemampuan.


23

c. Stressor sosial: (a) iklim kehidupan keluarga, seperti: hubungan antar

anggota keluarga yang tidak harmonis (broken home), perceraian, suami

atau istri meninggal, sikap dan perlakuan orang tua yang keras, salah

seorang anggota keluarga mengidap gangguan jiwa, dan tingkat ekonomi

keluarga yang rendah; (b) faktor pekerjaan, seperti: kesulitan mencari

pekerjaan, pengangguran, kena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja),

perselisihan dengan atasan, jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan

minat dan kemampuan dan penghasilan tidak sesuai dengan tuntuan

kebutuhan sehari-hari. (c) iklim lingkungan, seperti: maraknya

kriminalitas (pencurian, perampokan, dan pembunuhan), tawuran antar

kelompok, harga kebutuhan pokok yang mahal, kemarau panjang, udara

yang sangat panas atau dingin, suara bising, polusi udara, bertempat

tinggal didaerah banjir atau longsor dan ekonomi yang tidak stabil (Yusuf,

2018).

4. Tingkat dan bentuk stress

Stres sudah menjadi bagian hidup masyarakat.Mungkin tidak ada

manusia biasa yang pernah merasakan stres.Stres kini menjadi manusiawi

selama tidak berlarut-larut berkepanjangan. Berdasarkan gejalanya, stres

dibagi menjadi tiga tingkat yaitu:

a. Stres ringan
24

Stres ringan adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur,

seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari

atasan.Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau

jam.Stresor ringan biasanya tidak disertai timbulnya gejala.Ciri-cirinya

yaitu pengelihatan tajam, energi meningkat namun cadangan energinya

menurun, sering merasa letih tanpa sebab.Stres yang ringan dapat

memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih tangguh

menghadapi tantangan hidup.

b. Stres sedang

Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari. Situasi

perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan, anak yang sakit atau

ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga merupakan penyebab

stres.Sedang ciri-cirinya yaitu sakit perut, mules, otot-otot terasa tegang,

perasaan tegang, dan gangguan tidur.

c. Stres berat

Adalah situasi lama dirasakan oleh seseorang dapat berlangsung beberapa

minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan, perkawinan secara

terus-menerus, kesulitan finansial yang berlangsung lama karena tidak ada

perbaikan, berpisah dengan keluarga, dan termasuk perubahan fisik,

psikologis, sosial pada usia lanjut (Priyoto, 2019).

5. Definisi Manajemen stress


25

Menurut Schafer (2000) manajemen stres adalah kemampuan individu

untuk mengelola stres yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan

menurut Nasir dan Muhith (2011) manajemen stres yaitu suatu proses

kesinambungan yang memerlukan adanya kemampuan dan awareness untuk

mengubah, baik perilaku ataupun kebiasaan sehingga pada akhirnya individu

mampu menjadi orang yang efektif. Manajemen stres adalah usaha dalam

mengurangi stres atau meniadakan dampak negatif yang kita alami, maka

sebaliknya yang bersangkutan perlu ditingkatkan agar mampu mananggulangi

stresor psikososial yang muncul dengan cara hidup yang teratur, serasi,

selaras dan seimbang antara hidup dengan Tuhan (Vertikal), sedangkan

secara horizontal antara dirinya dengan sesama orang lain dan lingkungan

alam sekitarnya (Litiloly & Swastiningsih, 2014).

6. Tujuan Manajemen stress

Respon koping individu terjadi secara spontan, yang mana individu

melakukan apapun secara alami pada diri mereka dan apa yang telah

dikerjakan sebelumnya. Tetapi seringkali usaha-usaha itu tidak cukup.Karena

individu dengan jelas kesulitan mengatur stres dengan dirinya sendiri

sehingga ahli psikologi kesehatan mengembangkan tehnik yang disebut

manajemen stres yang dapat diajarkan.

Manajemen stres menurut Taylor (2003) meliputi 3 tahap, yaitu:

a. Tahap pertama, partisipan mempelajari apakah stres itu dan bagaimana

mengidentifikasi stresor dalam kehidupan mereka sendiri


26

b. Tahap kedua, mereka memperoleh dan mempraktekkan keterampilan

untuk mengatasi stress

c. Tahap ketiga, partisipan mempraktekkan tehnik manajemen stres yang

ditargetkan situasi penuh stres mereka dan memonitor efektifitas teknik

itu (Segarahayu, 2013).

7. Cara-cara manajemen stress

Dalam melakukan manajemen stres terdapat beberapa cara yang

digunakan untuk mengelola stres. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat

dilakukan untuk mengelola stres.

a. Strategi Fisik

Cara yang paling cepat untuk mengatasi tekanan fisiologis dari

stres adalah dengan menenangkan diri dan mengurangi rangsangan fisik

tubuh melalui meditasi atau relaksasi.Relaksasi adalah kegiatan yang

dilakukan untuk mendapatkan ketenangan atau merasa santai.Relaksasi

memiliki manfaat seperti mengatasi kecemasan, kegelisahan, kesulitan

berkonsentrasi, sakit kepala, sulit tidur dan dampak stres lainnya.Selain

itu dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental.Teknik sederahana

untuk membangkitkan respon relaksasi:

1) Menemukan lingkungan yang tenang

2) Duduklah atau berbaring dalam posisi yang nyaman, lepaskan

sepatu dan kendurkan ikat pinggang

3) Pejamkan mata
27

4) Kendurkan otot-otot tubuh mulai dari kaki, betis, paha, perut,

pundak, tangan, leher, dan kepala

5) Berkonsentrasilah pada pernapasan. Bernapaslah secara perlahan-

lahan dan wajar

6) Pilihlah satu kata seperti tenang, damai, santai atau rileks. Lalu,

ucapkan berulang-ulang pada hati atau gambarkan pada pikiran anda

setiap anda menghembuskan napas. Ketika menarik napas anda tidak

perlu mengatakan kata tersebut. Jika anda tidak dapat menemukan

kata-kata yang tepat, pusatkan perhatian anda pada perut yang

mengembang dan mengempis seiring dengan irama napas.

7) Bersikaplah postif terhadap pikiran-pikiran yang mengganggu.

Pikiran yang tiba-tiba datang mengganggu adalah hal yang wajar

terjadi. Jika pikiran-pikiran itu datang, abaikan dengan mengatakan

dalam hati, “saya tidak peduli”.

8) Praktikkan relaksasi ini selama 10 menit sampai 20 menit. Jangan

menggunakan alarm untuk mengukur waktu anda karena bunyi

alarm akan mengagetkan dan merusak proses relaksasi. Letakkan

jam didekat anda dan intiplah sesekali untuk mengeceknya.

9) Setelah relaksasi selesai, tetaplah duduk dengan tenang dengan mata

terpejam selama satu menit atau dua menit. Hentikan pengulangan

kata-kata. Bukalah mata dengan perlahan, fokus pada satu obyek

baru kemudian pada yang lain, duduklah dengan tenang selama satu
28

menit atau dua menit lagi sembari menarik beberapa napas panjang

dan melakukan peregangan sebelum anda berdiri.

10) Lakukan relaksasi dua kali sehari. Sebelum pagi dan makan malam

atau pada sore hari. Pelaksanaan relaksasi setelah makan kurang

memberikan hasil maksimal karena proses relaksasi bersaing dengan

proses pencernaan.

b. Strategi Emosional

Merupakan suatu strategi yang berfokus pada emosi yang mucul

akibat masalah yang dihadapi, baik marah, cemas, atau duka

cita.Beberapa waktu atau bencana atau tragedi adalah hal yang wajar bagi

individu yang mengalaminya untuk merasakan emosi-emosi tersebut.

Pada tahap ini orang sering kali butuh untuk membicarakan kejadian

tersebut secara terus-menerus agar dapat menerima, memahami, dan

memutuskan akan melakukan hal apa setelah kejadian tersebut selesai.

Emotion Focus Coping adalah sebuah strategi stres yang lebih

menekankan pada usaha untuk menurunkan emosi negatif yang dirasakan

ketika menghadapi masalah atau tekanan, mengalihkan perhatian dari

masalah. Sedangkan problem focus coping adalah strategi yang lebih

menekankan pada usaha untuk mengubah situasi yang dialaminya. Usaha

yang dilakukan untuk mengatasi stres berfokus pada pemecahan masalah.

Contohnya ketika seseorang mengetahui bahwa dirinya menampilkan

gejala dini suatu penyakit yang serius, ia berusaha mengatasi situasi sulit

tersebut dengan pergi ke dokter untuk memeriksa kesehatannya, minum


29

obat dapat menghilangkan gejala penyakit (control primer/problem focus

coping). Sedangkan jika dilakukan adalah curhat kepada teman dekat

untuk melampiaskan kekhawatiran, berdoa diberikan kekuatan supaya

tabah, pergi menonton bioskop bersama kekasih untuk melupakan sejenak

tentang penyakit yang dialami (emotion focus coping).

c. Strategi kognitif

Dalam strategi kognitif yang dapat dilakukan adalah menilai

kembali suatu masalah dengan positif (Positive Reappraisal Problem).

Strategi positive reappraisal yaitu usaha kognitif untuk menganalisa dan

merestrukturisasi masalah dalam sebuah cara yang positif sambil terus

melakukan penerimaan terhadap realitas situasi. Selain itu juga ada teknik

lain yang dapat digunakan yaitu positive self talk. Apa yang anda katakan

pada diri anda (tingkah laku verbal) dalam psikologi dikenal dengan

istilah “self-talk”. Contoh seorang pelajar yang akan mengikuti ujian,

berkata kepada dirinya “saya pasti bisa” akan mendapatkan kenyataan

bahwa dirinya memang benar-benar bisa lulus ujian. Oleh karena itu,

katakan pada diri anda tentang hal-hal yang positif maka anda akan

memperolehnya.

Menurut Prof. Dr. Jeanette Murad, terdapat beberapa aturan untuk

membuat/menulis suatu pernyataan positif kepada diri sendiri. Aturan

tersebut antara lain:


30

1) Hindari kata-kata negatif

Hindari mengatakan “saya tidak akan khawatir menhadapi masyarakat

yang sangat menuntut” melainkan “saya tenang dan percaya diri

menghadapi masyarakat”

1) Pakailah konteks waktu sekarang

Hindari mengatakan “nanti, satu jam lagi, saya akan merasa lebih

baik” karena akan menunda terjadinya apa yang anda harapkan.

Katakan demikian: “saya bisa bernafas dengan lega dan merasa

tenang”

2) Buat dalam bentuk orang pertama

Awali kalimat yang anda katakan pada diri anda dengan kata “saya”

3) Yakin akan positive self-talk yang dibuat

Jangan mengatakan sesuatu hanya karena kalimat itu positif namun

anda tidak mempercayainya.

Contoh-contoh positive self-talk:

1) Saya bisa mengahadapinya

2) Saya akan terbiasa dengan banyak latihan

3) Saya oke sekarang ini

4) Saya pantas dicintai

5) Saya mampu

6) Saya percaya kemampuan saya

7) Saya terima diri saya

8) Saya bisa maju selangkah demi selangkah


31

9) Saya terima tantangan tersebut

10) Saya gunakan potensi saya(Sumampouw & Mundzir, 2010).

d. Strategi Sosial

Dalam strategi sosial individu, untuk menurunkan stres dapat

melakukan hal-hal berikut ini, seperti mecari kelompok dukungan.

Kelompok dukungan (support group) sangat membantu, karena semua

orang dalam kelompok pernah mengalami hal yang sama dan memahami

apa yang dirasakan. Kelompok dukungan dapat memperlihatkan

kepedulian dan kasih sayang.Mereka dapat membantu seseorang menilai

suatu masalah dan merencanakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk

mengatasinya (Rahmayani, Liza, & Syah, 2019).

Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan dan

mengatasi stres yaitu:

a. Menyelesaikan masalah. Penyelesaian masalah yang berfokus pada masalah,

seseorang dengan sendirinya mencermati stres yang dihadapi, kemudian

berupaya mendapatkan cara terbaik dalam mengatasi stres.

b. Mendekatkan diri kepada Tuhan. Stres merusak keseimbangan alamiah dalam

diri manusia. Mengalami keadaan yang tidak normal ini secara terus-menerus

akan merusak kesehatan tubuh dan berdampak pada beragam gangguan

fungsi tubuh.

c. Bekerja dalam proses wajar. Seseorang bekerja menurut kemampuan yang

dimiliki, kapasitas dan tanggung jawab. Karena semakin besar tanggung


32

jawabnya semakin tinggi pula porsi kerjanya dan biasanya paling tinggi

stresnya.

d. Harmonisasi. Keseimbangan antara lahir batin dan dunia akhirat adalah kunci

utama untuk terhindar dari stres. Harmonisasi dapat dilakukan dengan cara

relaksasi, meditasi, komunikasi, berubah, mengatur finansial, mengubah cara

pandang dan jauhkan diri dari situasi-situasi menekan.

e. Berbagi (silaturahmi). Manusia adalah mahluk sosial yaitu seseorang tidak

dapat hidup sendiri atau menyendiri. Ketika menghadapi berbagai masalah

yang rumit, sebaiknya dapat berbagi dengan orang yang dipercaya misalnya

keluarga, teman dan sahabat.

f. Mengenali penyebab stres. Mengenali penyebab stres dan kemudian

melakukan tindakan penyelesaian dan berkonsentrasi untuk menyelesaikan

masalah.

g. Menangis. Menangis dapat meluapkan seluruh emosi dan dapat menjadi

ekspresi atau membebaskan perasaan.

h. Perencanaan yang baik yaitu perlunya merencanakan atau mengatur waktu

dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan

fisik maupun mental, misalnya dalam pekerjaan, rumah tangga, anak-anak,

keuangan, liburan.

i. Menjaga kesehatan. Seseorang sebaiknya menjaga kesehatannya dengan

memiliki pola hidup sehat, seimbangkan porsi makan dan kalori yang

dibutuhkan (Litiloly & Swastiningsih, 2014).


33

Sedangkan menurut Wallace (2007) menyebutkan beberapa cara

menghadapi stres yaitu:

a. Cognitive restructuring. Mengubah cara berfikir negatif menjadi positif. Hal

ini dilakukan melalui pembiasa dan pelatihan.

b. Journal writing. Menuangkan apa yang dirasakan dan dipikirkan dalam jurnal

atau gambar. Jurnal dapat ditulis periodik tiga kali seminggu, dengan durasi

waktu 20 menit dalam situasi yang memungkinkan penuangan secara optimal

(suasana tenang, tidak di interipsi kegiatan lain).

c. Time management. Mengatur waktu secara efektif untuk mengurangi stres

akibat tekanan waktu.

d. Relaxation technique. Mengembalikan kondisi tubuh pada homeostatik, yaitu

kondisi tenang sebelum ada stresor. Ada beberapa teknik relaksasi, antara lain

yaitu yoga, meditasi, dan bernafas diapraghmatik (Litiloly dan Swastiningsih,

2014).

D. Tinjauan Tentang Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Skripsi

1. Definisi Mahasiswa

Mahasiswa merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda

dalam suatu lapisan masyarakat.Mahasiswa juga merupakan kelompok

generasi muda yang mempunyai peran strategis dalam kancah pembangunan

bangsa, karena mahasiswa merupakan sumber kekuatan moral bagi bangsa

Indonesia.Artinya bahwa mahasiswa merupakan bagian integral dari

masyarakat yang dengan seleksi tertentu sehingga dapat memperoleh formal

tingkat tinggi (Putri & Budiani, 2012).


34

Menurut Willis, S (2011) usia 18-24 tahun merupakan usia dewasa

awal (young adulthood).Masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 18-25

tahun. Rentang umur ini masih dapat dibagi-bagi atas periode usia 18-21

tahun (mahasiswa semester I sampai semester IV), periode usia 21-25

(mahasiswa semester V sampai semester VIII) (Fadillah, 2013).

2. Perkembangan psikis mahasiswa

Mahasiswa adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai

makhluk individu mahasiswa mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang berbeda

antara satu individu dengan individu yang lain. Dalam berinteraksi tidak

jarang muncul perbedaan pendapat yang memicu konflik antar individu.

Selain itu, kebutuhan-kebutuhan akan bertambah seiring dengan

perkembangan seorang individu. Dalam perkembangannya,

individu/mahasiswa mengalami tahapan tertentu, yang disebut sebagai

tahapan perkembangan dan setiap tahapan perkembangan memiliki tugas

yang harus dipenuhi oleh individu/mahasiswa agar tidak menghambat pada

tahap perkembangan selanjutnya.Tuntutan dan perkembangan

individu/mahasiswa muncul dikarenakan adanya perubahan yang terjadi pada

beberapa aspek fungsional individu, yaitu fisik, psikologis dan sosial.

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin banyak tanggung

jawab yang perlu dilaksanakan (Hulukati dan Djibran, 2018).

3. Masalah yang dihadapi mahasiswa

Saat mahasiswa telah menempuh semester akhir dan telah

menyelesaikan seluruh mata kuliahnya, mahasiswa dituntut atau diwajibkan


35

untuk membuat suatu karya ilmiah yaitu skripsi.Penyusunan skripsi yang

diaplikasikan dalam karya ilmiah Merupakan salah satu kendala yang

menyebabkan mahasiswa merasa terbebani dalam menyelesaikan pendidikan

akademis. Kendala-kendala tersebut diantaranya penentuan judul skripsi,

kurang referensi, kurangnya waktu mengerjakan skripsi dan kurang motivasi,

dosen susah ditemui, waktu istirahat yang tidak cukup dan sebagainya. Oleh

karena itu, penulisan skripsi dipandang secara negatif sebagai tugas yang

berat bagi mahasiswa.Hambatan dan permasalahan diatas dapat dikatakan

sebagai hambatan yang bersifat psikologis yang biasanya jadi penyebab yang

paling berpengaruh dalam timbulnya stres (Fadillah, 2013).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan adalah desain deskriptif dengan

pendekatanliterature review. Studi literature review adalah cara yang dipakai

untuk mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada sebuah topik

tertentu yang bisa didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan

pustaka lain.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa

Prodi DIV Keperawatan Jurusan Keperawatan Dalam Menyelesaikan Skripsi.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian yang dibahas adalah pengaruh pendidikan ksesehatan

jiwa terhadap kemampuan manajemen stres pada mahasiswa Prodi DIV Jurusan

Keperawatan Dalam Menyelesaikan Skripsi.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Tipe Studi

Desain penelitian yang diambil dalam penelusuran ilmiah ini adalah studi

deskriptif, studi kasus, dan studi eksperimental.

2. Tipe Intervensi

Intervensi utama yang ditelaah pada penelusuran ilmiah ini adalah pengaruh

pendidikan kesehatan jiwa terhadap kemampuan manajemen stres.

36
37

3. Hasil Ukur

Outcome yang diukur dalam penelusuran ilmiah ini adalah pengaruh

pendidikan kesehatan jiwa terhadap kemampuan manajemen stres pada

mahasiswa.

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui kajian literatur dengan menggunakan

dua database dalam mencari sumber literatur yaitu EBSCO dan Google

Scholar.Penulis menggunakan kata kunci pencarian pendidikan kesehatan (Health

Education) dan manajemen stres (Stress Management).

Artikel atau jurnal yang sesuai dengan criteria inklusi dan eksklusi diambil

untuk selanjutnya dianalisis. Literature review ini menggunakan literature terbitan

5 tahun terakhir (2015-2019). Criteria jurnal yang direview adalah artikel jurnal

penelitian berbahasa Indonesia dengan subyek manusia dewasa, jenis jurnal

artikel penelitian bukan literatur review dengan tema pengaruh pendidikan

kesehatan jiwa terhadap kemampuan manajemen stres.

F. Analisis Data

Analisis review ini di sintesis menggunakan metode naratif dengan

mengelompokkan data-data hasil ekstrasi yang sejenis sesuai dengan hasil yang

diukur untuk menjawab tujuan jurnal penelitian yang sesuai dengan criteria

inklusi kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama

peneliti, tahun terbit jurnal, Negara penelitian, judul penelitian, metode dan

ringkasan hasil atau temuan. Ringkasan jurnal penelitian tersebut dimasukkan


38

kedalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan tahun terbit jurnal dan sesuai dengan

format tersebut diatas.

Untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal dibaca dan

dicermati.Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi yang

terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil/temuan penelitian.Analisis yang

digunakan menggunakan analisis isi jurnal, kemudian dilakukan koding terhadap

isi jurnal yang direview menggunakan kategori manajemen stres.Data yang sudah

terkumpul kemudian dicari persamaan dan perbedaannya lalu dibahas untuk

menarik kesimpualan.
39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil

Pencarian awal artikel dimulai dengan memasukkan kata kunci Pendidikan

Kesehatan (Health Education) dan manajemen stres (stress management)

digabungkan dan mendapatkan hasil 15 artikel.Artikel yang tidak sesuai

dengan kriteria inklusi dikeluarkan sebanyak 8 dan menyisakan 7 artikel.7

artikel kemudian diseleksi lagi menjadi 3artikel yang paling sesuai dengan

tema penelitian.Peneliti menganalisa data dengan menggunakan critical

appraisal dengan pedekatan Aveyard (2014).Terdapat 3 artikel yang

dianalisa lebih lanjut yaitu Gamma, Farah, & Gravisi (2017), Agnes,

Arneliwati, & Yufitriana (2016), danHanik, Dkk (2017).


Tabel 3.1 Hasil Review

N Judul penelitian, Tempat Desain Sampel Prosedur penelitian Hasil

O penulis, tahun penelitian


1. Pengaruh Surabaya Desain Pengambilan sampel Intervensi dilakukan Hasil uji menggunakan

intervensi penelitian yang menggunakan selama 1 hari, wilcoxon yaitu p= 0,000

pendidikan digunakan metode Total pengukuran < 0,05 hal ini

kesehatan jiwa adalah pra- sampling, dengan dilakukan sebelum menunjukan bahwa

remaja terhadap eksperimental jumlah sampel 20 dan setelah intervensi keseahatan

kemampuan dengan orang, sampel yang intervensi, yang jiwa remaja yang

manajemen stres, rancangan one diambil adalah diukur adalah diberikan berpengaruh

di puskesmas grup pre-post remaja awal 12-15 kemampuan kognitif secara bermakna

Pacarkeling, test design tahun, remaja dan kemampuan terhadap kemampuan

Hanik, Dkk pertengahan 16-18 afektif pada remaja. manajemen stres dalam

(2017) tahun, dan remaja aspek afektif remaja

akhir 19-21 tahun. sehingga H1 diterima.

40
41

2. Efektifitas Malang Penelitian ini Pengambilan sampel Intervensi dilakukan Analisis dilakukan

pelatihan bersifat quasi menggunakan selama 2 hari, dengan paired sampel t-

manajemen stres eksperimen, random sampling, pengukuran test dengan nilai

pada mahasiswa, dengan dengan jumlah dilakukan sebelum signifikasi 0,000 < alpha

di Universitas pendekatan one sampel 80 orang, dan setelah (0.05). hasil penelitian ini

Negeri Malang, grup pre-post sampel yang diambil intervensi menunjukkan bahwa

Gamma, Farah & tes design adalah mahasiswa pelatihan manajemen

Pravissi, (2017) aktif Universitas stres tergolong efektif

Negeri Malang bagi mahasiswa.

dengan jenjang S1

berusia 18-23 tahun.


3. Faktor-faktor Riau Penelitian ini Pengambilan sampel Intervensi dilakukan Hasil analisa data dan

yang menggunakan menggunakan teknik selama 3 hari, pembahasan yang telah

mempengaruhi desain deskriptif total sampling, pengukuran diuraikan untuk

stres mahasiswa korelasi dengan dengan jumlah dilakukan dengan menjawab tujuan
42

program transfer pendekatan sampel 73 orang. mengsisi kuesioner. penelitian dapat

keperawatan cross-sectional. Sampel yang diambil Responden mengisi disimpulkan bahwa stres

yang sedang adalah mahasiswa jawaban berdasarkan mahasiswa yang sedang

menyusun Program Studi Ilmu petunjuk pengisian menyusun skripsi

skripsi, di Keperawatan kuesioner. sebanyak 67 orang

Universitas Riau Universitas Riau responden (91,8%) yang

Program Studi angkatan 2016 diteliti mengalami stres

Ilmu (mahasiswa yang sedang, sebanyak 3 orang

Keperawatan, sedang responden (4,1%)

Agnes, menyelesaikan memiliki stres berat, dan

Arneliwati & skripsi) sebanyak 3 orang

Yufitriana, responden (4,1%)

(2018). memiliki stres ringan.

Setelah diteliti dengan


43

menggunakan metode

chi-square, beberapa

faktor yang

mempengaruhi stres

mahasiswa keperawatan

program transfer

angkatan 2016 yang

sedang menyelesaikan

skripsi, yaitu faktor

perilaku mahasiswa (p

value = 0,028), kognitif

mahasiswa (p value =

0,049), emosional

mahasiswa (p value =
44

0,038) dan lingkungan

fisik mahasiswa (p value

= 0,026).
b. Pembahasan

Temuan pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Hanik, Dkk

(2017) menemukan adanya pengaruh kemampuan manajemen stres sebelum

dan sesudah diberikan intervensi pendidikan kesehatan jiwa remaja.Pada uji

statistik dengan menggunakan uji wilcoxon diperoleh data p = 0,000 < 0,05

hal ini menunjukkan bahwa intervensi pendidikan kesehatan jiwa yang

diberikan berpengaruh secara bermakna terhadap kemampuan manajemen

stres dalam aspek kognitif, sehingga H1 diterima. Pada kelompok sebelum

diberikan pendidikan kesehatan jiwa remaja didapatkan kategori kognitifbaik

sebanyak 5 responden (25%), kognitif cukup sebanyak 12 reponden (60%),

dan 3 responden (15%) masih memiliki pengetahuan yang kurang terhadap

manajemen stres. Kemudian setelah diberikan intervensi pendidikan

kesehatan jiwa remaja didapatkan 17 responden (85%) berada pada kategori

kognitif baik dan 3 responden (15%) berada pada kognitif cukup. Pendidikan

kesehatan jiwa adalah upaya untuk mempengaruhi atau mengajak orang lain

baik individu, kelompok, atau masyarakat agar melaksanakan perilaku sehat

jiwa. Pendidikan kesehatan jiwa akan berpengaruh pada manajemen stres

pada remaja maupun mahasiswa. Hal ini menjadikan kesehatan jiwa sebagai

suatu yang bernilai serta mengajarkan remaja maupun mahasiswa berperilaku

sehat jiwa untuk beradaptasi terhadap stres.Tidak adanya pendidikan

kesehatan jiwa menimbulkan manajemen stres yang kurang sehingga timbul

mekanisme koping yang maladaptif (Nihayati, dkk, 2017).Menurut Schafer

45
46

(2000) manajemen stres adalah kemampuan individu untuk mengelola stres

yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.Dalam melakukan manajemen stres

terdapat beberapa cara yang digunakan untuk mengelola stres yaitu strategi

fisik, strategi kognitif, strategi emosional dan strategi sosial.Dalam penelitian

ini Intervensi dilakukan selama 1 hari, kemudian pengukuran dilakukan

sebelum dan setelah intervensi dan yang diukur adalah kemampuan kognitif

dan kemampuan afektif pada remaja.

Hasil ini berbeda dengan penelitian Gamma, Farah & Pravissi, (2017)

yakni pelatihan manajemen stres ini efektif bagi mahasiswa. Analisis

dilakukan dengan paired sample t-test dengan nilai signifikasi 0,000 < 0,05

maka dapat diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara mean skor

pada pretest dan posttest manajemen stres. Hal tersebut menunjukkan bahwa

pelatihan manajemen stres ini efektif bagi mahasiswa. Hamper semua

mahasiswa terlibat aktif dalam proses latihan. Hal ini didorong oleh scenario

yang disiapkan untuk memfasilitasi semua peserta untuk aktif berlatih.

Dengan demikian kemampuan peserta dalam mengelola stres benar-benar

terasah melalui proses pelatihan. Latihan dilaksanakan sesuai dengan skenario

yang telah disiapkan sebelumnya oleh para narasumber, yaitu penentuan skala

prioritas dan teknik relaksasi.Selama 2 hari pelatihan penelitian telah berhasil

melatih 80 orang subjek.Materi yang dirancang maupun teoritis dan

keterampilan yang disampaikan melalui latihan dengan simulasidapat

dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan.Materi yang

dirancang dapat dilaksanakan dengan tuntas. Namun, sebagian peserta


47

mengikuti kegiatan dengan carain-out. Dalam arti mereka masuk ke ruangan

pelatihan mengikuti proses latihan, namun pada jam tertentu mereka pamit

untuk keluar ruangan, karena harus mengikuti perkuliahan pada mata kuliah

tertentu yang tidak berani mereka tinggalkan. Secara umum peserta pelatihan

menyatakan bahwa materi yang diberikan bermanfaat bagi mereka baik dalam

lingkungan kampus maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Temuan ketiga dari penelitian yang dilakukan oleh Agnes, Arneliawati

& Fitriana (2018) berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya

menggunakan 2 kelompok intervensi, penelitian ini hanya mengidentifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi stres mahasiswa program transfer

keperawatan yang sedang menyusun skripsi. Hasil uji dengan menggunakan

chi-square beberapa faktor yang mempengaruhi stres mahasiswa keperawatan

program transfer angkatan 2016 yaitu faktor perilaku mahasiswa (p value =

0,028) dengan alfa 0,05, faktorkognitif mahasiswa (p value = 0,049), faktor

emosional mahasiswa (p value = 0,038) dan faktor lingkungan fisik

mahasiswa (p value = 0,026).Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

yang signifikan baik itu faktor perilaku, faktor kognitif, faktor emosional, dan

faktor lingkungan fisik terhadap stres mahasiswa keperawatan program

transfer angkatan 2016.Hasil analisa data dan pembahasan yang telah

diuraikan untuk menjawab tujuan penelitian dapat disimpulkan bahwa stres

mahasiswa yang sedang menyusun skripsi sebanyak 67 responden (91,8%)

yang diteliti memiliki stres sedang, sebanyak 3 responden (4,1)% memiliki

stres berat dan 3 responden (4,1%) memiliki stres ringan. Stres menurut
48

Sarafino (1994 dalam Fadillah 2013), merupakan kondisi yang disebabkan

ketika perbedaan seseorang atau lingkungan yang berhubungan dengan

individu, yaitu antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis,

psikologis, atau system sosial individu tersebut.Mahasiswa tingkat akhir

dituntut untuk mampu menyelesaikan skripsi dengan bantuan dosen

pembimbing.Rasa ketakutan dan kekhawatiran terhadap kemampuan

menyusun skripsi seharusnya tidak terjadi karena mahasiswa tingkat akhir

sudah dibekali ilmu tentang metodologi penelitian yang dieperoleh

mahasiswa pada semester-semester sebelumnya.Namun, hasil penelitian ini

menunjukkan masih ada mahasiswa yang masih mengalami stres berat dan

stres sedang.

Dari ketiga penelitian diatas dapat dilihat bahwa pendidikan kesehatan

jiwa maupun pelatihan manajemen stres berpengaruh terhadap kemampuan

manajemen stres baik pada mahasiswa maupun remaja.Hal ini menjadikan

kesehatan jiwa sebagai suatu yang bernilai serta mengajarkan remaja maupun

mahasiswa berperilaku sehat jiwa untuk beradaptasi terhadap stres.Tidak

adanya pendidikan kesehatan jiwa atau pelatihan menimbulkan manajemen

stres yang kurang sehingga timbul mekanisme koping yang maladaptif.


49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan yang telah didapatkan dari berbagai sumber dapat

disimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh pendidikan kesehatan jiwa remaja terhadap kemampuan

manajemen stres

2. Pelatihan manajemen stres pada mahasiwa efektif untuk dilakukan

3. Terdapat Faktor-faktor yang mempengaruhi stres mahasiswa program

transfer keperawatan yang sedang menyusun skripsi di Universitas Riau

Program Studi Ilmu Keperawatan

B. Saran

1. Untuk institusi pendidikan

Mahasiswa lebih ditekankan untuk menerapkan manajemen stres, selain

itu perlu dikembangkan penelitian terkait manajemen stres pada

mahasiswa dengan mengkombinasikan beberapa teknik melalui

metodologi ilmiah.

2. Bagi Mahasiswa

Dapat menjadi pengetahuan atau wawasan bagi mahasiswa dalam

bidang kesehatan jiwa khususnya dalam melakukan manajemen stres.


50

DAFTAR PUSTAKA
Aryawati & Nasution. 2018. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang
Pendidikan Kesehatan Dengan Perilaku Sehat Siswa. Ejournal
unesa.Vol 06. Di akses pada tanggal 19 februari 2020

Ayuningtyas, Misnaniarti & Rahyani.2018. Analisis Situasi kesehatan Mental


Pada Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya.
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Di akses pada tanggal 17 februari
2020

Fadillah. 2013. Stres dan motivasi belajar pada mahasiswa psikologi universitas
mulawarman yang sedang menyusun skripsi. Ejournal psikologi.Vol 1.
Di kases pada tanggal 18 februari 2020

Fahrudin H,W. 2018. Efektifitas penanganan dan penatalaksanan orang dalam


gangguan jiwa (ODGJ) di kecamatan karangjati.Universitas sebelas
maret. Di akses pada tanggal 18 februari 2020

Molloy Andrea. 2010. Get A Life (Sukses Di Tempat Kerja, Harmonis Di


Rumah). Raih Asa Sukses: Jakarta

Hakim, Tantiani & Shanti. 2017. Efektifitas Manajemen Stres Pada Mahasiswa.
Jurnal Sains Psikologi. Diakses pada tanggal 7 Maret 2020

Hulukati & Djibran. 2018. Analisis tugas Perkembangan Mahasiswa Fakultas


Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Jurnal Bikotetik. Vol 2.
25 februari 2020

Ikhsan. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Bahaya Merokok Terhadap


Perilaku Mengurangi Konsumsi Merokok Pada Remaja. Bibliography.
Di akses pada tanggal 23 februari 2020

Kusnanto. 2019. Kesehatan Jiwa. CV. Ghias Putra: Semarang

Litiloly & Swastiningsih.2014. Manajemen Stres Pada Istri Yang Mengalami


Long Distance Marriage.Emphaty.Vol 2. Di akses pada tanggal 20
februari 2020

Marbun, Arneliawati & Yufitriana. 2018. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


Stres Mahasiswa Program Transfer Keperawatan Yang Sedang
Menyusun Skripsi.Universitas Riau. Di akses Pada Tanggal 7 Maret 2020

Nihayati, dkk. 2017. Pengaruh intervensi pendidikan kesehatan jiwa remaja


terhadap kemampuan manajemen stres. Universitas Airlangga. Di akses
pada tanggal 19 februari 2019

Priyoto. 2014. Konsep manajemen stres. Nuha Medika: Yogyakarta


51

Putri A, Budiani S,M. 2012. Pengaruh Kelelahan Emosional Terhadap Perilaku


Belajar Pada Mahasiswa Yang Bekerja.Unesa. Di akses pada tanggal 18
februari 2020

Rahmayani, Liza & Syah.2019. Gambaran Tingkat Stres Berdasarkan Stresor


Pada Mahasiswa Kedokteran Tahun Pertama Program Studi Profesi
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2017. Jurnal
Kesehatan Andalas. Di akses pada tanggal 19 februari 2020

Santi, Sabrian & Karim.2014. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan


Media Audiovisual Terhadap Perilaku Pencegahan Filariasis. JOM
PSIK. Vol 1.Di akses pada tanggal 13 februari 2020.

Segarahayu.2013. Pengaruh Manajemen Stres Terhadap Penurunan Tingkat


Stres Pada Narapidana Di LPW Malang. Di akses pada tanggal 20
febuari 2020

Sumampouw & Mundzir. 2010. Manajemen Stres Bagi Pekerja Kemanusiaan.


Leadership strategies. Di akses pada tanggal 26 februari 2020

Sumiati, dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja Dan Konseling. Trans Info Media:
Jakarta

Uteri, Arneliwati & Novayelinda. 2014. Efektifitas Pendidikan Kesehatan


Terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga Tentang Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA).Universitas Riau. Diakses pada tanggal 12 maret
2020

Yusuf Syamsu. 2018. Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama. PT


Remaja Rosdakarya: Bandung

Anda mungkin juga menyukai