Half Slab
Half Slab
Half Slab
https://www.civilstudio.site
https://www.datakonstruksi.com
I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan di dunia konstruksi dengan kemajuan tingkat teknologi yang sangat
tinggi sekarang ini, semua kontraktor berlomba-lomba untuk menawarkan hasil produk
konstruksi yang mempunyai kualitas yang baik dan dengan masa pelaksanaan yang lebih
singkat dan murah.
Berdasarkan hal tersebut di atas dan kondisi proyek X yang terdiri dari 26 lantai
dengan luas total bangunan 22.300 m2 yang mempunyai tipe struktur yang sama dan terletak
pada areal yang sangat luas serta mempunyai waktu pelaksanaan yang singkat, setelah
dievaluasi pada tahap pertengahan mengalami keterlambatan pekerjaan hampir 15% dan hasil
struktur yang kurang memuaskan (sambungan plat tidak rata,sisa bekisting plat terjepit, dll)
sehingga diputuskan untuk melaksanakan sistem precast half slab (beton pracetak ).
Dalam penelitian ini dibahas mengenai evaluasi biaya, waktu d a n t a h a p
pelaksanaan dengan sistem precast half slab untuk mencapai pekerjaan di lapangan sesuai
dengan rencana awal. Pemakaian metode sistem precast half slab memberikan beberapah
keuntungan di antaranya:
a. Percepatan pekerjaan di lapangan khususnya di sistem bekisting di bandingkan dengan
sistem konvensional.
b. Tidak ada pekerjaan bongkaran bekisting sehingga efisiensi pemakaian alat angkat di
lapangan
c. Efisiensi biaya di banding dengan sistem konvensional.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbandingan analisis harga satuan
pekerjaan dalam kaitannya dengan anggaran biaya untuk pelaksanaan metode konvesional
dengan metode precast half slab dan mengetahui perbandingan waktu yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan dengan metode konvensional dan dengan metode precast
half slab.
d. Metode Erection
Erection adalah proses penyatuan komponen bangunan yang berupa beton precast
yang telah diproduksi dan cukup umur untuk disatukan menjadi bagian dari bangunan.
Dalam pelaksanaan erection diperlukan alat bantu, antara lain mobil crane/tower crane.
Terdapat dua jenis metode erection, yaitu:
1. Metode vertikal;
Kegiatan erection beton precast yang dilaksanakan pada arah vertikal struktur
bangunan yang memiliki kolom menerus dari lantai dasar sampai lantai teratas.
2. Metode horizontal;
Proses erection yang pelaksanaannya tiap satu lantai (arah horisontal bangunan).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses erection, yaitu:
1. Sistem struktur bangunan;
2. Jenis alat sambung yang digunakan;
3. Kapasitas angkat crane yang tersedia;
4. Kondisi lapangan.
Untuk melakukan proses erection diperlukan peralatan erection yang dapat
dikelompokkan berdasarkan kapasitas, kegunaan, serta kemampuannya dalam satu hari
seperti dalam tabel 1.
Tabel 1. Penggunaan crane untuk erection komponen beton pracetak (Eksplorasi teknologi
dalam proyek konstruksi, halaman 84)
Tipe Crane Mobile crane Tower crane Climbing crane Goliath crane
Point blocks Slab blocks
Aplikasi One-off job Umum Tower blocks Great height
Heavy loads
Kapasitas
30 ton 2-10 ton 2-10 ton 5 – 30 ton
angkat
Kemampuan
memindahkan 20 - 40 40 - 80 40 - 80 40 - 80
(buah/hari)
e. Sistem Koneksi
Hal yang penting dalam pengaplikasian metode precast ialah pada proses penyatuan
elemen precast untuk mencapai suatu bangunan yang monolitik. Material yang disatukan
adalah material beton dengan material baja untuk sistem vertikal dan material beton dengan
beton untuk sistem horisontal. Metode penyambungan ada dua jenis, yaitu:
1. Metode penyambunganbasah
Metode penyambungan komponen beton pracetak dimana sambungan tersebut baru
dapat berfungsi secara efektif setelah beberapa waktu tertentu. Sambungan basah dibedakan
lagi menjadi dua, yaitu:
a. In-Situ Concrete Joints
Metode pelaksanaannya adalah dengan melakukan pengecoran pada permukaan dari
komponen yang disambung, sedangkan untuk cara penyambungan tulangan dapat dilakukan
coupler atau overlapping.
b. Pre-Packed Aggregate
Cara penyambungannya yaitu dengan menempatkan agregat pada bagian yang akan
disambung dan kemudian dilakukan injeksi air semen pada bagian tersebut dengan
menggunakan pompa hidrolis sehingga air semen tersebut akan mengisi rongga dari agregat
tersebut
2. Metode penyambungan kering
Metode dimana sambungan tersebut dapat segera berfungsi secara efektif. Metode
ini dengan menggunakan alat sambung yang berupa:
a. Sambungan las.
b. Sambungan baut.
Rekapitulasi
b. Manajemen Waktu
Rencana kerja (time schedule) ialah suatu pembagian waktu terperinci yang disediakan
untuk masing-masing bagian pekerjaan, mulai pekerjaan permulaan sampai dengan pekerjaan
akhir (Djojowirono, 2005, hal 125). Sebelum menyusun rencana kerja ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain:
1. Keadaan lapangan kerja (job site/project site)
Kondisi lapangan perlu di survey secara teliti, karena berpengaruh pada waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan bagian-bagian dari pekerjaan.
2. Kemampuan tenaga kerja
Kemampuan tenaga kerja meliputi jenis dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan.
3. Penyediaan bahan bangunan
Jenis dan jumlah bahan bangunan yang diperlukan untuk setiap item pekerjaan perlu
diketahui dengan pasti agar dapat diperhitungkan kebutuhan waktu yang tepat untuk
mendatangkan bahan tersebut di lokasi pekerjaan.
4. Peralatan pembangunan
Untuk pekerjaan yang besar, pada umumnya menggunakan peralatan besar. Oleh karena
itu, perlu diketahui jenis, kemampuan/kapasitas, dan kondisi dari alat-alat tersebut.
5. Gambar-gambar kerja (shop drawing)
Shop drawing dibuat untuk memperjelas gambar-gambar rencana (bestek) untuk bagian-
bagian konstruksi tertentu.
6. Kelangsungan pelaksanaan pekerjaan
Dalam penyusunan rencana kerja harus dapat menjamin kelangsungan pelaksanaan
pekerjaan secara keseluruhan dalam arti bagian-bagian pekerjaan dapat berjalan
berurutan dan tidak saling mengganggu kelancaran keseluruhan pekerjaan.
Biasanya pemilihan jenis rencana kerja tergantung dari jenis pekerjaan bangunan yang
dilaksanakan. Terdapat beberapa jenis rencana kerja yang sering digunakan di proyek, antara
lain:
1. Diagram batang (bar chart/gant chart)
Bentuk rencana kerja bar chart terdiri dari kolom dan baris. Pada kolom tersusun
urutan bagian-bagian pekerjaan, sedangkan pada baris menunjukkan periode waktu dapat
berupa jam, hari, minggu ataupun bulan. Garis-garis lurus mendatar menunjukkan jangka
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian-bagian pekerjaan yang bersangkutan.
Bar chart banyak dipergunakan karena memiliki bentuk sederhana, mudah dibuat, cepat
dimengerti, mudah dibaca, dan sangat mungkin dilakukan revisi berkali-kali tetapi rencana
kerjajenis ini memiliki kelemahan yaitu kurang dapat menjelaskan keterkaitan/ketergantungan
kegiatan satu dengan kegiatan yang lainnya, dan tidak dapat secara langsung memberikan
informasi mengenai akibat-akibat yang akan terjadi apabila terjadi suatu perubahan.
Penggambaran bar chart pelaksanaan di lapangan biasanya dibedakan dengan bar chart
perencanaan (biasanya dengan warna yang berbeda), hal ini dilakukan agar dapat
diketahui kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih cepat dari
yang di rencanakan.
2. Kurva S (Hannum Curve)
Pada proyek yang tidak terlalu banyak kegiatannya, metode bar chart sering digunakan.
Penggunaannya digabungkan dengan kurva S sebagai pemantau biaya. Disebut kurva S
karena bentuknya yang menyerupai huruf S. Hal tersebut terjadi karena pada awal proyek
besar biaya yang dikeluarkan per satuan waktu cenderung rendah, kemudian meningkat cepat
pada pertengahan proyek (konstruksi) dan menurun kembali pada akhir proyek.
Kurva yang menunjukkan pelaksanaan pekerjaan dalam persen (0% s/d 100%)
sebagai sumbu ordinat dan waktu pelaksanaan pekerjaan dalam satuan t (0,00t s/d t) sebagai
absis.
3. Tahap Pelaksanaan
Dalam melakukan sebuah perencanaan beton pracetak, diperlukan beberapa
perhitungan yang berfungsi untuk mengecek tingkat keamanan beton pracetak salahsatunya
adalah mengontrol saat pengangkatan precast. Berikut adalah perencanaan letak titik angkat
yang telah memperhitungkan gaya-gaya yang bekerja. Gambar titik pengangkatan dapat
dilihat pada Gambar 4.
(a) (b)
Gambar 5. (a) Denah Pemasangan Perancah (b) Potongan Pemasangan Perancah
Dari Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pekerjaan dengan menggunakan metode
precast half slab diperoleh biaya pekerjaan Rp. 6.795.804.163,64 dan dengan menggunakan
metode konvensional diperoleh biaya pekerjaan RP. 8.720.142.349,87. Hasil ini
memperlihatkan bahwa dengan menggunakan metode precast half slab terjadi pengurangan
biaya sebesar Rp. 1.924.338.186,24 atau sebesar 22.07 %.
b. Analisis waktu
Pengendalian jadwal kegiatan dalam proyek konstruksi merupakan salah satu aspek
untuk mencapai keberhasilan kegiatan proyek. Bila pelaksanaan dapat dipercepat maka sangat
memungkinkan untuk mengurangi biaya pelaksanaan/overhead. Jadwal kegiatan dalam
proyek yang menerapkan teknologi precast berbeda dengan teknologi konvensional. Metode
precast membutuhkan interaksi positif antar kegiatan. Teknologi precast akan mengubah
hubungan antar kegiatan yang semula tidak saling bergantung (metode cast in place) menjadi
saling tergantung atau sebaliknya. Pada pelaksanaan elemen struktural bangunan gedung yang
biasanya dilaksanakan secara berurutan sangat mungkin dapat dilaksanakan secara paralel.
Perbedaan penerapan metode precast dengan cast in place ditunjukkan pada gambar 6 dan
gambar 7.
b. Saran
Setelah melakukan pengamatan di lapangan pada proyek X, beberapa saran yang
dapat penulis sampaikan adalah:
1. Dalam perencanaan methode precast half slab harus mempertimbangkan dimensi
dan berat setiap komponen yang harus sesuai dengan ketersediaan alat angkut, dan alat
transportasi;
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh luas lahan yang tersedia untuk
produksi dan penyimpanan precast half serta pengaruh alat angkut dan alat untuk
pemasangan;
3. Diperlukan pengawasan lebih teliti tentang pertemuan/koneksi antar precast dengan
balok, precast dengan precast;
DAFTAR PUSTAKA
Analisis SNI, 3434 : 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Kayu untuk Konstruksi
Bangunan Gedung dan Perumahan.
Analisis SNI, 7394 : 2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton untuk Konstruksi
Bangunan Gedung dan Perumahan.
http://taufikhurohman.blogspot.com/2012/12/bekisting.html,(Blake,1975)
id.scribd.com/doc/133827891/72-pdf,(Illing Worth,1972)