Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Anda di halaman 1dari 81

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003
Pasal 1). Pendidikan mempunyai peran dan tujuan yang penting, tujuan
pendidikan di Indonesia membentuk suatu hierarki yang saling berkaitan dan
mempengaruhi. Hierarki tujuan tersebut antara lain: (1) tujuan umum pendidikan,
(2) tujuan institusional, (3) tujuan pengajaran/kulikuler, (4) tujuan
instruksional/pembelajaran (Hernawan dkk 2008: 1.18).
Tujuan pendidikan memiliki nilai yang sangat penting dalam pembelajaran,
seperti yang dikemukakan menurut Hamalik (2008: 80), bahwa tujuan pendidikan
memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan
menentukan metode mengajar atau menyediakan lingkungan belajar bagi siswa.
Guru berperan menciptakan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan proses
pembelajaran adalah dengan menentukan pendekatan, model, atau metode pada
pembelajaran yang dilaksanakannya sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 19). Kurikulum di Indonesia selalu
mengalami perkembangan, kurikulum yang digunakan saat ini adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP tahun 2006 terdiri dari beberapa mata
pelajaran dan salah satunya adalah pelajaran matematika. Menurut Standar

1
Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa standar kompetensi
matematika adalah membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Mata pelajaran matematika di sekolah dasar merupakan salah satu program
pembelajaran yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar sanggup
menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan yang selalu berkembang,
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,
cermat, jujur, dan efektif.
Selain membina perubahan dan harapan kehidupan pada anak, juga
mempersiapkan siswa agar menggunakan matematika dan pola pikir matematika
dalam kehidupan seari hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Pentingnya pembelajaran matematika disekolah dasar juga dituangkan dalam
Kurikulum matematika SD, bahwa pengajaran matematika di SD dapat
menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (Menggunakan
Bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan pembelajaran matematika ditentukan oleh bagaimana guru
merencanakan, melaksanakan dan menilai dan tujuan yang telah ditetapkan.
Metematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, menurunkan menggunakan rumus matematika sederhana yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi mengenal segi tiga, segi
empat, dan lingkaran.
Salah satu tujuan pembelajaran matematika di SD adalah melatih cara berfikir
dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan-kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,
konsisten dan inkonsisten dan mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan
imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen,
orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, mencoba-coba serta

2
kemampuan memecahkan masalah. Menurut Jean Peaget dan teman-temannya
menunjukkan bahwa anak tidak bertindak dan berfikir sama seperti orang dewasa
lebih-lebih dalam pembelajaran matematika di SD, suatu yang abstrak dapat saja
dipandang sedrhana menurut kita yang sudah formal, namun dapat saja menjadi
sesuatu yang sulit dimengerti oleh anak yang belum formal.
Berdasarkan refleksi guru kelas V di SDN 3 Sukajawa guru lebih sering
menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas. Guru belum menggunakan
pendekatan, metode, maupun model pembelajaran yang inovatif dan kreatif,. Hal
tersebut menyebabkan siswa kurang antusias pada pembelajaran matematika
karena mereka hanya sebagai objek pembelajaran yang pasif dan hanya
mengerjakan tugas yang diberi oleh guru.
Kurang optimalnya pembelajaran matematika di SDN 3 Sukajawa dapat
dilihat dari data ulangan harian mata pelajaran matematika materi KPK dan FPB
pada siswa kelas V semester I tahun pelajaran 2016/2017, yang secara rata-rata
menunjukkan hasil di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan
sekolah yaitu 60, dari 36 siswa hanya 21 siswa yang tuntas dan 15 siwa yang tidak
tuntas. Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 30 dan nilai tertinggi
80 dengan rata-rata kelas 55,67 dan persentase ketuntasan secara klasikal sebesar
41,67%. Dengan melihat data hasil belajar dan pelaksanaan pembelajaran tersebut
perlu sekali diadakan peningkatan aktivitas belajar agar siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran dan hasil belajar agar siswa kelas V sekolah dasar lebih menguasai
pembelajaran geometri sebagai dasar untuk pembelajaran di kelas dan jenjang
yang lebih tinggi, serta bekal dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu upaya yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar matematika yaitu dengan menggunakan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT). Gagasan utama dibalik model
TGT adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu satu
sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru.
Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan,
mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang
diberikan. Mereka harus mendorong teman meraka untuk melakukan yang terbaik

3
dan menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting,
berharga dan menyenangkan
Atas dasar latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas V pada Materi Kelipatan Persekutan Terkecil (KPK) dan Faktor
Persekutuan Terbesar (FPB) melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT) di SDN 3 Sukajawa Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2017/2018”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan pada siswa
kelas V SDN 3 Sukajawa dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Matematika adalah mata pelajaran yang bertujuan melatih cara berfikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan
2. Keberhasilan pembelajaran matematika ditentukan oleh bagaimana guru
merencanakan, melaksanakan dan menilai dan tujuan yang telah
ditetapkan
3. Dalam pembelajaran matematika guru masih menggunakan metode
ceramah dan pemberian tugas.
4. Rendahnya hasil ulangan harian matematika pada materi KPK dan FPB

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SDN 3 Sukajawa pada
materi KPK dan FPB?;
2. Bagaimana menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Sukajawa pada materi
KPK dan FPB?;
3. Bagaimana menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk
meningkatkan keterampilan guru kelas V SDN 3 Sukajawa pada materi
KPK dan FPB?.

4
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu terdiri dari
tujuan umum dan tujuan khusus yang dijelaskan sebagai berikut:
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan PTK adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
guru melalui penerapan pendekatan, model, maupun metode baru atau tindakan
baru yang guru temukan dan diyakini karena pendekatan, model, maupun metode
baru itu telah teruji ternyata efektif meningkatkan hasil pembelajaran seperti
diharapkan. Diharapkan melalui PTK akan menghasilkan peningkatan kualitas
pembelajaran baik aktivitas maupun hasil belajar siswa. Pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan hasil proses dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas V SDN 3 Sukajawa
Bandar Lampung.

1.4.2 Tujuan Khusus


Tujuan dari pelaksanaan PTK yaitu untuk mengatasi berbagai persoalan nyata
guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran guru melalui
penerapan pendekatan, model, maupun metode baru. Di atas sudah dijelaskan
mengenai tujuan umum dari penelitian ini. Selanjutnya secara khusus penelitian
tindakan kelas ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SDN 3 Sukajawa dalam
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada materi KPK dan FPB.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Sukajawa dalam
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada materi KPK dan FPB.
3. Meningkatkan keterampilan guru kelas V SDN 3 Sukajawa dalam
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada materi KPK dan FPB.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian Tindakan Kelas dapat memberikan banyak manfaat apabila
dilaksanakan. PTK mempunyai manfaat yang langsung dapat dimanfaatkan guru

5
untuk memperbaiki bahkan meningkatkan kualitas pembelajarannya. Penelitian
ini diharapkan memberikan manfaat bagi banyak pihak antara lain siswa, guru,
dan sekolah.
1.5.1 Manfaat bagi siswa
Pelaksanaan tindakan kelas ini diharapkan dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Kesalahan dan kesulitan dalam
proses pembelajaran akan dengan cepat dianalisis, sehingga kesalahan dan
kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat
segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan dan memberikan
manfaat bagi siswa. manfaat bagi siswa dalam penelitian ini antara lain:
1. Meningkatnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
2. Meningkatnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

1.5.2 Manfaat bagi guru


Peneltian ini tidak hanya memberi manfaat bagi siswa saja, melainkan juga
bagi guru. manfaat bagi guru dalam penelitian ini antara lain:
1. Tersedianya alternatif pendekatan pembelajaran pada mata pelajaran
matematika khususnya materi KPK dan FPB.
2. Meningkatnya keterampilan guru dalam membelajarkan materi KPK dan
FPB dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang inovatif.

1.5.3 Manfaat bagi sekolah


Manfaat penelitian ini bagi sekolah antara lain:
1. Meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika
di kelas V SDN 3 Sukajawa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Sebagai bahan kajian lebih lanjut dalam memberdayakan lembaga
pendidikan dengan menerapkan pembelajaran matematika yang efektif.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Matematika
Matematika adalah ilmu tentang kuantitas, struktur, ruang, dan perubahan.
Matematikawan menemukan pola, merumuskan Dugaan baru, dan membangun
kebenaran melalui metode deduksi ketat yang berasal dari aksioma dan definisi
bertepatan.  Seorang ahli matematika Benjamin Peirce disebut matematika sebagai
“ilmu yang Menjelaskan Kesimpulan penting”. Istilah mathematics (inggris),
mathematic (German), wiskunde (Belanda), berasal dari bahasa Yunani dari akar
kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu, atau dari kata lain yang serupa
yaitu mathanein yang berarti belajar atau berpikir.
Jadi, secara etimologis perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang
diperoleh dengan bernalar”, yang lebih menekankan pada aktifitas penalaran ratio.
Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan
ide, proses, dan penalaran. Berikut Ini Merupakan Pengertian Matematika
Menurut Para Ahli.
1. James dan James (1976).
Matematika adalah pola pikir, terorganisir, bukti logis, matematika
adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat, jelas dan akurat representasi dari simbol dan padat, lebih bahasa
simbol dari sebuah ide daripada kedengarannya.

2. Carl Friedrich Gauss


Mengatakan matematika sebagai “Ratu Ilmu”. Dalam bahasa
aslinya, Latin Regina scientiarum, juga di Jerman Konigin der

7
Wissenschaften, kata yang sesuai dengan ilmu pengetahuan berarti
(lapangan) pengetahuan.
3. Kurikulum 2006
Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, memiliki peran penting dalam berbagai disiplin ilmu
dan mempromosikan kekuatan pikiran manusia.
Matematika Sebagai Ilmu Pengetahuan Carl Friedrich Gauss, menganggap
dirinya sebagai “pangeran matematika”, dan mengatakan matematika sebagai
“Ratu Ilmu”. Yang berarti bahwa spesialisasi yang sempit dalam ilmu alam adalah
periode terakhir. Ketika salah satu ilmu pandangan terbatas pada dunia fisik, maka
matematika, atau murni setidaknya matematika, bukanlah ilmu.

2.1.2 Karakteristik Matematika


Berdasarkan definisi matematika, ciri – ciri khas matematika, yang
membedakannya dari mata pelajaran lain, sebagai berikut:
a. Objek pembicaraannya adalah abstrak. Sebagai contoh, konsep lingkaran
sebagai tempat kedudukan titik – titik yang berjarak sama terhadap satu
titik tertentu: hanya dapat dibayangkan dalam pikiran.Untuk sampai ke
pemahaman itu, biasanya dapat diberi contoh dengan cincin, roda, dan
sebagainya.
b. Pembahasannya mengandalkan nalar. Informasi awal berupa pengertian
atau pernyataan di buat seminimal mungkin, kemudian di tunjukan
kebenarannya dengan kata nalar yang logis.
c. Pengertian atau pernyataan dalam matematika diberikan berjenjang sangat
konsisten. Contohnya jumlah besar sudut segitiga sama dengan 180° dapat
terima karena menerima pernyataan bahwa besar sudut lurus 180°.
d. Matematika melibatkan perhitungan dan pengerjaan ( operasi ) yang
aturannya disusun sesuai dengan tata nalar.
e. Matematika dapat dialihgunakan dalam berbagai aspek ilmu maupun
dalam kehidupan sehari – hari sehingga disebut pelayan ilmu dan
teknologi.

8
2.1.3 Manfaat Matematika
Dalam perkembangan ilmu dan teknologi, matematika memegang peranan
penting karena  dengan bantuan matematika semua ilmu pengetahuan menjadi
lebih sempurna. Beberapa contoh tentang hubungan matematika dengan bidang
studi- bidang studi lain.

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa
untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama.
(Felder, 1994: 2).
Wahyuni (2001: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-
kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda.
Sependapat dengan pernyataan tersebut Setyaningsih (2001: 8)
mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif memusatkan aktivitas di
kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerjasama dalam
proses pembelajaran.
Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah.
Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi
menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam
proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan
metode alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas
besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan
kepercayaan diri.
Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling
memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang
pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur, 1996: 4). Dalam pembelajaran
kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran
yaitu dengan cara kerjasama.

9
Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang perlu diperhatikan.
Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama”.
2. Para siswa memiliki tanggungjawab terhadap siswa lain dalam
kelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, dalam
mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan
yang sama.
4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggungjawab sama
besarnya diantara para anggota kelompok.
5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerjasama selama belajar.
7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Johnson, Johnson, dan Smitt dalam Felder (1994: 2) menambahkan unsur-
unsur dalam pembelajaran koopratif sebagai berikut:
1. Ketergantungan Positif
Anggota kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan.
Jika ada anggota yang gagal mengerjakan tugasnya maka setiap anggota
harus menerima konsekuensinya.

2. Kemampuan Individual
Seluruh siswa dalam satu kelompok memiliki tanggung jawab
melakukan pekerjaannya dan menguasai seluruh bahan untuk dipelajari.

3. Promosi tatap muka interaktif


Meskipun beberapa kelompok kerja dibagi-bagikan dan dilakukan
tiap individu, beberapa diantarannya harus dilakukan secara interaktif,
anggota kelompok saling memberikan timbal balik.

10
4. Manfaat dari penggabungan keahliah yang tepat
Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan
mempraktekkan pembangunan kepercayaan, kepemimpinan, pembuatan
keputusan, komunikasi dan konflik manajemen keahlian.

5. Kelompok Proses
Anggota kelompok mengatur kelompok, secara periodik menilai
apa yang mereka lakukan dengan baik sebagai sebuah kelompok dan
mengidentifikasi perubahan yang akan mereka lakukan agar fungsi mereka
lebih efektif di waktu selanjutnya.
Berdasarkan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, Johnson, Johnson
dalam Wahyuni (2001: 10) menyebutkan peranan guru dalam pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
1. Menentukan objek pembelajaran
2. Membuat keputusan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar sebelum pembelajaran dimulai.
3. Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa.
4. Menguasai kelompok belajar dan menyediakan keperluan tugas.
5. Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu siswa dengan cara
mendiskusikan cara kerjasama.

2.1.4.1 Keterampilan-Keterampilan Kooperatif


Pembelajaran kooperatif akan terlaksana dengan baik jika siswa memiliki
keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif
yang perlu dimiliki siswa seperti diungkapkan Nur (1996: 25) adalah keterampilan
kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.
1. Keterampilan kooperatif tingkat awal
Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Menggunakan kesepakatan
Menggunakan kesepakatan artinya setiap anggota kelompok

11
memiliki kesamaan pendapat. Menggunakan kesepakatan bertujuan
untuk mengetahui siapa yang memiliki pendapat yang sama.

b. Menghargai kontribusi
Maksud dari menghargai kontribusi yaitu memperhatikan atau
mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan oleh anggota kelompok
yang dibuat lain. Tidak selalu harus menyetujui, dapat saja tidak
menyetujui yang berupa kritik, tetapi kritik yang diberikan harus
terhadap ide dan tidak terhadap pelaku.

c. Menggunakan suara pelan


Tujuan menggunakan suara dalam kerja kelompok adalah agar
anggota kelompok dapat mendengar percakapan dengan jelas dan tidak
frustasi oleh suara keras dalam ruangan.

d. Mengambil giliran dan berbagi tugas


Setiap anggota kelompok harus bisa menggantikan seseorang yang
mengemban tugas tertetentu dan mengambil tanggungjawab tertentu
dalam kelompok.

e. Berada dalam kelompok


Untuk menciptakan pekerjaan kelompok yang efisien setiap
anggota kelompok harus tetap duduk atau berada dalam tempat kerja
kelompok.

f. Berada dalam tugas


Setiap anggota kelompok harus meneruskan tugas yang menjadi
tanggungjawabnya agar kegiatan selesai tepat waktunya.

g. Mendorong partisipasi
Anggota kelompok selalu mendorong semua anggota kelompok
untuk memberikan sumbangan terhadap penyelesaian tugas kelompok.

12
Karena jika satu atu dua orang anggota kelompok tidak berpartisipasi
atau hanya memberikan sedikit sumbangan, maka hasil dari kelompok
tersebut tidak akan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya kurang
orisinil atau kurang imajinatif.
h. Mengundang orang lain untuk berbicara
Maksud dari mengundang orang lain untuk berbicara yaitu
meminta orang lain untuk berbicara agar hasil kelompok bisa maksimal.

i. Menyelesaikan tugas tepat waktunya


Tugas yang dikerjakan harus diselesaikan sesuai dengan waktu
yang direncanakan agar memperoleh nilai yang tinggi.

j. Menyebutkan nama dan memandang bicara


Memanggil satu sama lain menggunakan nama dan menggunakan
kontak mata akan memberikan rasa bahwa mereka telah memberikan
kontribusi penting kelompok.

k. Mengatasi gangguan
Mengatasi gangguan berarti menghindari masalah yang
diakibatkan karena tidak atau kurangnya perhatian terhadap tugas yang
diberikan. Gangguan dapat membuat suatu kelompok tidak dapat
menyelesaikan tugas belajar yang diberikan.

l. Menolong tanpa memberi jawaban


Agar siswa tidak merasa telah memahami atau menemukan
konsep, dalam memberikan bantuan tidak dengan menunjukkan cara
pemecahannya.

m. Menghormati perbedaan individu.


Bersikap menghormati perbedaaan terhadap budaya unik,
pengalaman hidup serta suku bangsa/ras dari semua siswa dapat
menghindari permusuhan dalam kelompok. Ketegangan dapat

13
dikurangi, rasa memiliki dan persahabatan dapat dikembangkan serta
masing-masing individu anggota kelompok dapat meningkatkan rasa
kebaikan, sensitivitas dan toleransi.

2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah


Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi:
a. Menunjukkan penghargaan dan simpati
Menunjukkan rasa hormat, pengertian dan rasa sensitivitas
terhadap usulan-usulan yang berbeda dari usulan orang lain.

b. Menggunakan pesan “saya”


Dalam berbicara perlu menggunaan kata “saya” agar orang lain
tidak merasa terancam atau merasa bersalah sehingga permusuhan
dapat dihindari.

c. Menggunakan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima


Menyatakan pendapat yang berbeda atau menjawab pertanyaan
harus dengan cara yang sopan dan sikap yang baik karena jika
mengkritik seseorang dan memadamkan ide seseorang dapat
menimbulkan atmosfir yang negatif dalam kelompok.

d. Mendengarkan dengan aktif


Mendenganrkan dengan aktif maksudnya menggunakan pesan fisik
dan lisan dalam meperhatikan pembicara. Pembicara akan mengetahui
bahwa pendengar secara giat sedang menyerap informasi. Pengertian
terhadap konsep akan meningkat dan hasil kelompok akan
menunjukkan tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi.

e. Bertanya
Bertanya artinya meminta atau menanyakan suatu informasi atau
penjelasan lebih jauh. Dengan bertanya dapat menjelaskan konsep,
seseorang yang sedang tidak aktif dapat didorong untuk ikut serta, dan

14
anggota kelompok yang malu dapat dimotivasi untuk ikut berperan
serta.

f. Membuat ringkasan
Membuat ringkasan maksudnya mengulang kembali informasi. Ini
dapat digunakan untuk membantu mengatur apa yang sudah dikerjakan
dan apa yang perlu dikerjakan.

g. Menafsirkan
Menafsirkan artinya menyatakan kembali informasi dengan
kalimat yang berbeda. Informasi dapat dijelaskan dan hal-hal yang
penting dapat diberi penekanan.

h. Mengatur dan mengorganisir


Merencanakan dan menyusun pekerjaan sehingga dapat
diselesaikan secara efektif dan efisien. Dengan mengatur dan
mengorganisir, tugas-tugas yang diberikan akan dapt diselesaikan
dengan efesien dan efektif.

i. Memeriksa ketepatan
Membandingkan jawaban dan memastikan bahwa jawaban itu
benar. Manfaatnya yaitu pekerjaan akan bebas dari kesalahan dan
kekurang tepatan. Pemahaman terhadap bidang studi juga akan
berkembang.

j. Menerima tanggungjawab
Menerima tanggungjawab bersedia dan mampu memikul
tangungjawab dari tugas-tugas dan kewajiban untuk diri sendiri dan
kelompok, untuk meyelesaikan tugas yang diberikan.

k. Menggunakan kesabaran

15
Bersikap toleran pada teman, tetap pada pekerjaan dan bukan pada
kesulitan-kesulitan, serta tidak membuat keputusan yang tergesa-gesa.

l. Tetap tenang/mengurangi ketegangan


Maksud dari tatap tenang/mengurangi ketegangan adalah
menimbulkan atmosfir yang damai dalam kelompok. Suasana yang
hening dalam kelompok dapat menimbulkan tingkat pembelajaran
yang lebih tinggi.

3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir


Keterampilan tingkat mahir meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Mengelaborasi
Mengelaborasi berarti memperluas konsep, kesimpulan dan
pendapat-pendapat yang berhubungan dengan topik tertentu.
Mengelaborasi dapat menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan
prestasi yang lebih tinggi.

b. Memeriksa secara cermat


Bertanya dengan pokok pembicaraan yang lebih mendalam unuk
mendapatkan jawaban yang benar. Memeriksa secara cermat dapat
menjamin bahwa jawabannya benar.

c. Menanyakan kebenaran
Menanyakan kebenaran maksudnya membuktikan bahwa jawaban
yang dikemukakan adalah benar atau memberikan alasan untuk
jawaban tersebut. Menanyakan kebenaran akan membantu siswa untuk
berfikir tentang jawaban yang diberikan dan untuk lebih meyakinkan
terhadap ketepatan jawaban tersebut.

d. Menganjurkan suatu posisi


Menganjurkan suatu posisi maksudnya menunjukkan posisi
kelompok terhadap suatu masalah tertentu.

16
e. Menetapkan tujuan
Menetapkan tujuan maksudnya menentukan prioritas-prioritas.
Pekerjaan dapat diselesaikan lebih efeisien jika tujuannya jelas.

f. Berkompromi
Berkompromi adalah menentukan pokok permasalahan dengan
persetujuan bersama. Kompromi dapat membangun rasa hormat
kepada orang lain dan mengurangi konflik antar pribadi.

g. Mengahadapi masalah khusus


Mengahadapi masalah khusus maksudnya menunjukkan masalah
dengan memakai pesan “saya”, tidak menuduh, tidak menggunakan
sindiran, atau memanggil nama. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hanya sikap yang dapat berubah bukan ciri atau ketidak mampuan
seseorang semuanya itu bertujuan untuk memecahkan masalah dan
bukan untuk memenangkan masalah. Dengan hal ini konflik pribadi
akan berkurang. Tingkat kebaikan, sensitivitas dan toleran akan
meningkat.

2.1.5 Pembelajaran Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament)


2.1.5.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament
(TGT)
Pembelajaran kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) pada mulanya
dikembangkan oleh David Devries dan Keith Edwards, ini merupakan metode
pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam metode ini, para siswa dibagi
dalam tim belajar yang terdiri atas 4 sampai 5 orang yang berbeda-beda tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan
pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua
anggota tim telah menguasai pelajarn. Selanjutnya diadakan turnamen, di mana
siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk
menyumbangkan poin bagi skor timnya. TGT menambahkan dimensi

17
kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan.
Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk
permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah –
masalah satu sama lain, memastikan telah terjadi tanggung jawab
individual.Pembelajaran Kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya,
mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dengan
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan
tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan siswa.
Slavin dalam Miftahul Huda menyarankan agar TGT diterapkan setiap
minggu. Dengan TGT siswa akan menikmati bagaimana suasana tournament itu,
dan arena mereka berkompetisi dengan kelompok – kelompok yang memiliki
komposisi kemampuan yang setara, maka kompetisi dalam TGT terasa lebih fair
dibandingkan kompetisi dalam pembelajarn- pembeajaran tradisional pada
umumnya.

2.1.5.2 Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament


(TGT)
Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamet terdiri dari 5
komponen utama, yaitu:presentasi di kelas, tim (kelompok) game (permainan),
turnamen (pertandingan), dan rekognisi tim (penghargaan kelompok).
1. Presentasi di kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau
dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru.
Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan
membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada
saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok

18
2. Tim (team)
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang
siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama
teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Pada
tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling
membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat
memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai
hasil kerja kelompok.

3. Game
Game terdiri atas pertanyaan – pertanyaan yang kontennya relevan
yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari
presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Kebanyakan gane terdiri
dari pertanyaan – pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu
bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor
itu.
Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan
skor. Permaianan dalam TGT dapat berupa pertanyaan – pertanyaan yang
ditulis pada kartu kartu yang diberi angka. Seorang siswa mengambil
sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor
yang tertera pada kartu tersebut.

4. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung.
Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru
memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja
kelompok terhadap lembar kegiatan.
5. Rekognisi Tim (penghargan kelompok)
Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat
skor tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai

19
tambahan nilai tugas siswa. Selain itu diberikan pada hadiah (reward)
sebagai motivasi belajar.

2.1.5.3 Langkah – langkah pembelajaran kooperaatif tipe TGT


Langkah langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT disusun dalam dua tahap,
yaitu pra kegiatan pembelajaran dan detail kegiatan pembelajaran. Pra kegiatan
pembelajaran menggambarkan hal –hal yang perlu dipersiapkan dan rencana
kegiatan. Adapaun langkah – langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT secara
rinci akan diuraikan dibawah ini
1. Pra kegiatan pembelajaran Team Games Tournament (TGT)
a. Persiapan
1) Materi
Materi dalam pembelajaran kooperatif model TGT dirancang
sedemikian rupa untuk pembelajaran nerkelompok, oleh karena itu,
guru harus mempersiapkan work sheet yaitu materi yang akan
dipelajari pada saat belajar kelompok, dan lembar jawaban dari work
sheet tersebut. Selain itu guru juga harus mempersiakan soal-soal
turnamen

2) Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok


Guru harus mengelompokkan siswa dalam satu kelas menjadi
4-5 kelompok yang kemampuannya heterogen. Cara pembentukan
kelompok dilakukan dengan mengurutkan siswa dari atas kebawah
dan dari bawah keatas berdasarkan kemampuan akademiknya, dari
daftar siswa yang telah diurutkan tersebut dibagi menjadi lima
bagian yaitu kelompok tinggi, sedang 1, sedang 2, dan rendah.
Kelompok –kelompok yang terbentuk diusahakan berimbang baik
dalam hal kemampuan akademik maupun jenis kelamin dan rasnya,
pada kerja kelompok ini guru bertugas sebagai fasilitator yaitu
berkeliling bila ada kelompok yang ingin bertanya tentang work
sheet. Pada kerja kelompok tersebut diperlukan waktu 40 Menit,
kemudian diadakan validasi kelas artinya hasil kerja kelompok

20
dicocokkan bersama dari soal work sheet tersebut.

3) Membagi siswa ke dalam turnamen


Dalam pembelajaran kooperatif model TGT tiap meja
turnamen terdiri dari 4-5 siswa yang mempunyai homogen dan

berasal dari kelompok yang berlainan. Gambaran dari pembagian


siswa dalam meja turnamen dapat dilihat dalam gambar diagram di
bawah ini:

Gambar 2.1 Meja Turnamen


Keterangan:
A-1 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan tinggi
A-2 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan sedang 1
A-3 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan sedang 2
A-4 :Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan rendah
B-1 :Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan tinggi
B-2 :Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan sedang 1
B-3 :Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan sedang 2
B-4 :Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan rendah
C-1 :Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan tinggi
C-2 :Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan sedang 1
C-3 :Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan sedang 2
C-4 :Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan rendah

21
2. Detail kegiatan pembelajaran kooperatif Tipe Team Games Tournament
(TGT)
a. Penyajian Kelas
1) Pembukaan
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi yang
akan dipelajari, tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi
(prasyarat belajar). Saat pembelajaran, guru harus sudah
mempersiapkan work sheet dan soal turnamen

2) Pengembangan
Guru memberikan penjelasan materi secara garis besar.

3) Belajar Kelompok
Guru membacakan anggota kelompok dan meminta siswa
untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing – masing. Satu
kelompok biasanya terdiri dari 4 atau 5 siswa yang anggotanya
heterogen, yang dilihat dari presentasi akademik, jenis kelamin, dan
ras atau etnis. Guru memerintahkan kepada siswa untuk belajar
dalam kelompok (kelompok asal). Fungsi kelompok adalah untuk
lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih
khusus untuk mempersiapkan anggota agar bekerja dengan baik dan
optimal pada saat game. Biasanya belajar kelompok ini
mendiskusikan masalah bersama – sama, membandingkan jawaban
dan memperbaiki pemahaman yang salah tentang suatu materi.
Kelompok merupakan bagian yang utama dalam TGT.
Dalam segala hal, perhatian ditempatkan pada anggota
kelompok agar melakukan yang terbaik untuk kelompok melakukan
yang terbaik untuk membantu sesama anggota. Jika ada satu anggota
yang tidak bisa mengerjakan soal atau memiliki pertanyaan yang
terkait dengan soal tersebut, maka teman sekelompoknya
mempunyai tanggungjawab untuk menjelaskan soal atau pertanyaan

22
tersebut. Jika dalam satu kelompok tersebut tidak ada yang bisa
mengerjakan maka siswa yang bisa meminta bimbingan guru.
Setelah belajar kelompok selesai guru meminta kepada perwakilan
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. Dalam
pembelajaran TGT guru bertugas sebagai fasilitator berkeliling
dalam kelompok jika ada kelompok yang mengalami kesulitan.

4) Validasi kelas
Artinya guru meminta tiap-tiap kelompok untuk menjawab
soal-soal yang sudah didiskusikan sesama kelompoknya dan guru
menyampaikan jawaban dari masing-masing kelompok untuk
didiskusikan bersama

5) Turnamen
Sebelum turnamen dilakukan, guru membagi siswa kedalam
meja-meja turnamen. Setelah masing-masing siswa berada dalam
meja turnamen berdasarkan unggulan masing-masing, kemudian
guru membagikan satu set seperangkat turnamen. Satu set
seperangkat turnamen terdiri dari soal turnamen, kartu soal, lembar
jawaban, gambar smile, dan lembar skor turnamen. Semua
seperangkat soal untuk masing-masing meja adalah sama.

2.1.5.4 Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament


(TGT)
Kelebihan dari pembelajaran kooperatif Tipe Team Games Tournament
(TGT), seperti halnya model pembelajarn yang lain TGT mempunyai kelebihan
diantaranya:
1. Keterlibatan siswa dalam belajar mengajar
2. Siswa menjadi semangat dalam belajar
3. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi
4. juga melalui kontruksi oleh siswa itu sendiri
5. Dapat menumbuhkan sikap positif dalam diri sendiri seperti: kerjasama,

23
toleransi, dan bisa menerima pendapat orang lain.

2.1.5.5 Kerjasama dalam Belajar


Kerja sama atau belajar bersama adalah proses beregu (berkelompok) di mana
anggota- nggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu
hasil mufakat. Ruang kelas suatu tempat yang sangat baik untuk membangun
kemampuan kelompok (tim), yang Anda butuhkan kemudian di dalam kehidupan.
Adapun yang mempengaruhi kerjasama sebagai anggota tim dalam belajar
sebagai berikut
1. Membangun tujuan yang lumrah
2. Memberikan pemahaman tentang pertanyaan, wawasan, dan pemecahan
3. Tanggap terhadap pertanyaan yang lain
4. Bertanggung jawab
Ada beberapa ciri yang menonjol dalam pembelajaran secara kelompok, yaitu
1. siswa sadar sebagai anggota kelompok
2. siswa memiliki tujuan bersama
3. siswa memiliki rasa saling membutuhkan
4. interaksi dan komunikasi antar anggota
5. guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing, dan pengendali
keterlibatan kerja
Berdasarkan ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran
kelompok dapat membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi secara
bersama-sama.

2.1.6 Konsep (KPK) dan (FPB)


Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,
dan konsep- konsep berhubungan lainnya yang jumlahnya banyak. Ruang lingkup
materi matematika di SD yaitu mencakup aritmetika (berhitung, pengantar aljabar,
Geometri, pengukuran, dan kajian data/pengantar statistika (Depdikbud, 1994:97).
Salah satu materi dalam berhitung yaitu KPK dan FPB yang mulai diajarkan di
kelas IV.

24
1. Bilangan Prima
Sebelum memasuki materi ini lebih baik ingat kembali apakah
itu bilangan prima, faktor prima dan faktorisasi prima. Seperti yang
diketahui,
Bilangan prima adalah bilangan bulat lebih dari satu yang hanya
bisa terbagi habis oleh 1 dan bilangan itu sendiri.
Contoh : 2, 3, 5, 7, 11, dll
Faktor prima adalah faktor-faktor dari suatu bilangan yang
berbentuk bilangan prima. Sedangkan faktorisasi prima adalah suatu
perkalian dari semua faktor-faktor primanya.
Contoh :
Faktor dari 15 adalah 1, 3, 5, dan 15. Dari faktor-faktor 15 tersebut
terdapat faktor prima, yaitu 3 dan 5. Jadi faktor prima dari 30 adalah 3 dan
5. Dan faktorisasi primanya adalah 3 x 5 = 15.

2. Faktor Persekutuan Besar (FPB)


FPB ( Faktor Persekutuan Besar ) dari dua bilangan adalah suatu
bilangan bulat positif terbesar yang dapat membagi habis kedua bilangan
itu.
Cara menentukan FPB dari dua bilangan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu :
a. Dengan menggunakan faktor dari kedua bilangan tersebut. Cara ini
dilakukan dengan mencari faktor dari kedua bilangan tersebut,
kemudian ambil dua faktor sama yang terbesar diantara keduanya. Cara
ini hanya dapat dilakukan untuk bilangan kecil.
Contoh :
Mencari FPB dari 12 dan 30.
– Faktor dari 12 adalah : 1,2,3,4,6,12
– Faktor dari 30 adalah : 1,2,3,4,5,6,15,30
FPB dari 12 dan 30 adalah 6, karena 6 adalah faktor dari kedua
bilangan tersebut yang terbesar adalah 6.
b. Dengan menggunakan pohon faktor. Cara ini hampir sama dengan

25
menggunakan faktor kedua bilangan, tetapi lebih memudahkan untuk
bilangan yang besar.

Contoh :
Mencari FPB dari 50 dan 90
Pohon faktor dari 50

Pohon faktor dari 90

Dari pohon faktor tersebut, terlihat bahwa :

faktor dari 50 adalah   = 

faktor dari 90 adalah   = 


Untuk mencari FPB dari kedua bilangan tersebut maka ambil faktor
yang sama dari keduanya, dan ambil pangkat terkecil, dalam contoh
tersebut faktor yang sama adalah 2 dan 5, dengan menggunakan
pengkat terkecil yaitu 1.
jadi FPB nya adalah 

26
3. KPK (Kelipatan Persekutuan Kecil)
KPK (Kelipatan Persekutuan Kecil) dari dua bilangan adalah suatu
bilangan bulat positif terkecil yang dapat dibagi habis oleh kedua bilangan
itu.
Ada beberapa cara untuk mengetahui KPK suatu bilangan, yaitu :
a. Dengan mencari kelipatan yang sama diantara kedua bilangan
Contoh :
Mencari KPK dari 4 dan 14
– Kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, …
– Kelipatan 14 = 14, 28, 42,….
Dari kelipatan dua bilangan tersebut, terdapat 2 bilangan kelipatan sama
yang terkecil yaitu 28, jadi KPK dari 4 dan 14 adalah 28.
b. Dengan menggunakan pohon faktor.
Mencari KPK dari 32 dan 42
Pohon faktor dari 32

Faktor dari 32 adalah = 2^5


Pohon faktor dari 42

27
Faktor dari 42 adalah = 2, 3, 7
Untuk mencari KPK dari kedua bilangan, ambil faktor dari kedua
bilangan tersebut, ketika ada faktor yang sama maka ambil pangkat
terbesar, kemudian kalikan semua faktor tersebut.
Jadi KPK dari 32 dan 42 adalah = 25 x 3 x 7=672

2.2 Hipotesis Tindakan


Berdasarkan uraian teoritis dapatlah dirumuskan hipotesis tindakan yaitu
jika pembelajaran matematika tentang penguasaan konsep KPK dan FPB
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, maka
akan meningkatkan penguasaan konsep KPK dan FPB serta dapat meningkatkan
hasil belajar dan aktivitas siswa kelas V SDN 3 Sukajawa Kecamatan Tanjung
Karang Barat Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018 dalam
pembelajaran konsep KPK dan FPB.

28
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian bertempat di SDN 3 Sukajawa Bandar lampung, yang terletak di
jalan Tamin Gg. Abdurrahman Kelurahan Sukajawa Kecamatan Tanjung Karang
Barat Bandar Lampung, 35118

3.1.2 Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan semester genap bulan Juli-September 2017 pada
tahun ajaran 2017/2018.

3.1.3 Observer/Collaborator
Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah peneliti,
sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah teman sejawat peneliti. Teman
sejawat peneliti adalah Ibu Karlina, S.Pd.SD dan Ibu Sulasmini, S.Pd. Baik
observer maupun peneliti saling berkerjasama dalam penelitian ini.

3.1.4 Subyek Penelitian


Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukajawa tahun pelajaran
2017/2018 yang berjumlah 36 anak terdiri dari 19 siswa laki-laki 17 siswa
perempuan.

29
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini berbentuk Classroom Action Research (CAR) atau Penelitian
Tindak Kelas yang terdiri dari 2 Siklus. Menurut Mulyasa (2011:70) prosedur
PTK biasanya meliputi beberapa siklus, sesuai dengan tingkat permasalahan yang
akan dipecahkan dan kondisi yang akan ditingkatkan. Rancangan yang ditetapkan
dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari beberapa
siklus. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan
tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Alur penelitian
tindakan kelas dapat dilihat dalam bagan berikut:

Refleksi Rencana
Siklus I
awal/rancangan

Tindakan/
Observasi
Siklus II
Rencana yang
Refleksi direvisi

Tindakan/
Observasi

Gambar 3.1 Alur PTK


3.2.1 Perencanaan
Data tentang latar belakang atau penyebab rendahnya hasil belajar siswa
digali dengan cara wawancara dengan siswa. Selain itu juga dilakukan diskusi
secara terbuka dan kondusif antar guru. Data-data yang terkumpul diorganisir dan
dianalisis. Hasil analisis digunakan sebagai masukan dalam menyusun program
pembelajaran dan rencana tindakan yang akan diterapkan untuk pemecahan
masalah.
Dalam penelitian ini, perencanaan pembelajarannya sebagai berikut:

30
1. Menelaah Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, materi pembelajaran,
dan indikator yang ingin dicapai.
2. Menyusun RPP sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dan skenario
pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match berbantuan
Media Gambar.
3. Menyiapkan sumber (buku, dan alat peraga berupa gambar-gambar) yang
dibutuhkan dalam pembelajaran.
4. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja
siswa.Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru,
siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
Adapun perencaaan dalam setiap siklusnya adalah sebagai berikut:
Siklus I pertemuan 1
a. Kegiatan Awal
1) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
2) Apersepsi. Pada tahap ini guru mengingatkan kemabli tentang bilangan
prima
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

b. Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan cara mencari KPK dengan menggunakan kelipatan
dan pohon faktor
2) Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok yang telah dibentuk pada
pertemuan sebelumnya.
3) Guru menyampaikan aturan-aturan yang terkait dengan permainan, di
antaranya:
a) Siswa dalam kelompoknya masing-masing dapat mendiskusikan
siapa anggota kelompok yang ditugaskan menjawab pertanyaan
pada kartu kuis sesuai dengan tingkat kemudahan/kesulitan
pertanyaan. Hal ini menjadi aturan dalam permainan agar semua
anggota kelompok memiliki partisipasi memberikan skor kepada
kelompoknya agar dapat menjadi pemenang,
b) Anggota kelompok lain yang belum gilirannya bermain untuk tidak

31
mengeluarkan pernyataan apapun terkait dengan pertanyaan kuis.
Jika hal ini dilanggar maka kelompok yang anggotanya melanggar
diberi sanksi dalam bentuk pengurangan skor, meskipun belum
bermain.
4) Permainan dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama, guru meminta masing-
masing 1 anggota dari kelompok 4, 5, dan 6 yang bertugas sebagai
pelaksana dan kelompok 1, 2, dan 3 sebagai peserta permainan. 1 orang
dari pelaksana bertugas membacakan soal dari kartu yang diambil oleh
anggota kelompok yang bermain, 1 orang bertugas mencatat skor yang
diperoleh masing-masing kelompok peserta permainan, dan 1 orang
memegang kunci jawaban dari kartu kuis.
5) Untuk sesi kedua, guru meminta masing-masing 1 anggota dari
kelompok 1, 2, dan 3 yang bertugas sebagai pelaksana dan kelompok 4,
5, dan 6 sebagai peserta permainan. 1 orang dari pelaksana bertugas
membacakan soal dari kartu yang diambil oleh anggota kelompok yang
bermain, 1 orang bertugas mencatat skor yang diperoleh masing-masing
kelompok peserta permainan, dan 1 orang memegang kunci jawaban
dari kartu kuis.
6) Pada permainan pertama, kartu kuis yang disediakan sebanyak 18 kartu
sesuai dengan jumlah anggota dari kelompok 1, 2, dan 3 sebagai peserta
kuis, sedangkan untuk permainan kedua kartu kuis yang disediakan
juga 18 kartu sesuai dengan jumlah anggota dari kelompok 4, 5, dan 6
sebagai peserta kuis.
7) Selama permainan berlangsung peneliti dan teman sejawat (guru) yang
ditugaskan untuk mengisi format observasi melakukan pengamatan
terhadap seluruh aktivitas siswa.
8) Setelah permainan sesi pertama selesai, siswa yang bertugas mencatat
skor permainan membacakan skor masing-masing kelompok dan
mengumumkan siapa pemenangnya.

c. Kegiatan Akhir

32
1) Guru memberikan penghargaan dalam bentuk pujian pada setiap
kelompok yang berhasil mengerjakan soal dengan benar
2) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
3) Guru mengadakan refleksi tentang materi yang belum dimengerti.
4) Guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan pekerjaan rumah
dan menginformasikan pembelajaran yang akan datang.

Siklus I pertemuan 2
a. Kegiatan Awal
1) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
2) Apersepsi. Pada tahap ini guru mengingatkan kembali tentang KPK
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

b. Kegiatan Inti
1) Guru menyiapkan siswa untuk kegiatan turnamen
2) Sebelum pelaksanaan turnamen, peneliti memberikan penjelasan
aturan-aturan dalam turnamen yaitu
a) siswa duduk di meja turnamen masing-masing sesuai dengan
kemampuan akademiknya. Pada turnamen I terdapat enam meja
turnamen, setiap meja terdiri dari 6 siswa yang homogen dari
kemampuan akademik.
b) Soal turnamen terdiri dari 10 soal isian.
c) siswa mengambil satu kartu soal dan satu lembar jawaban untuk
dikerjakan pada saat turnamen.
d) Satu kartu soal terdiri dari satu soal, siswa harus mengerjakan satu
soal pada lembar jawaban masing-masing.
e) Setelah mengerjakan satu soal siswa harus mengembalikan kartu
tersebut pada tempatnya.
f) Apabila jawaban dapat dijawab siswa dengan benar, maka siswa
akan mendapatkan 10 poin. Siswa yang menjawab dengan benar dan
banyak akan mendapat poin yang lebih banyak pula.

33
g) Nilai kelompok berpengaruh terhadap nilai individu
3) Setelah waktu turnamen habis, peneliti dan semua masing-masing
perwakilan turnamen mencocokkan hasil jawaban yang telah dijawab
oleh perwakilan turnamen.
4) Guru melakukan penghitungan poin dan pengumuman tiga kelompok
terbaik pertama yang menjadi juara I, II, dan III. Penghargaan untuk
juara I yaitu mendapat 4 gambar smile, juara II mendapat 3 gambar
smile, dan juara III mendapat 2 gambar smile.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberikan penghargaan dalam bentuk pujian dan jaminan nilai
hasil belajar yang baik kepada kelompok pemenang, sedangkan
kelompok yang skor rendah diberi motivasi agar belajar lebih giat lagi
dan setiap anggota agar dapat menyerap informasi sebanyak-banyaknya
terkait dengan materi ajar agar memiliki kontribusi terhadap
kelompoknyapada setiap kelompok yang berhasil mengerjakan soal
dengan benar
2) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
3) Guru mengadakan refleksi tentang materi yang belum dimengerti.
4) Guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan pekerjaan rumah
dan menginformasikan pembelajaran yang akan datang.

Siklus I pertemuan 3
a. Kegiatan Awal
1) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
2) Apersepsi. Pada tahap ini guru mengingatkan kembali tentang KPK
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

b. Kegiatan Inti
1) Guru memberikan soal evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa
terhadap materi KPK

b. Kegiatan Akhir

34
1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2) Guru mengadakan refleksi tentang materi yang belum dimengerti.

Siklus II pertemuan 1
a. Kegiatan Awal
1) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
2) Apersepsi. Pada tahap ini guru mengingatkan kembali tentang bilangan
prima
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

b. Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan cara mencari FPB dengan menggunakan Faktor dan
pohon faktor
2) Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok yang telah dibentuk pada
pertemuan sebelumnya.
3) Guru menyampaikan aturan-aturan yang terkait dengan permainan, di
antaranya:
a) Siswa dalam kelompoknya masing-masing dapat mendiskusikan
siapa anggota kelompok yang ditugaskan menjawab pertanyaan
pada kartu kuis sesuai dengan tingkat kemudahan/kesulitan
pertanyaan. Hal ini menjadi aturan dalam permainan agar semua
anggota kelompok memiliki partisipasi memberikan skor kepada
kelompoknya agar dapat menjadi pemenang,
b) Anggota kelompok lain yang belum gilirannya bermain untuk tidak
mengeluarkan pernyataan apapun terkait dengan pertanyaan kuis.
Jika hal ini dilanggar maka kelompok yang anggotanya melanggar
diberi sanksi dalam bentuk pengurangan skor, meskipun belum
bermain.
4) Permainan dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama, guru meminta masing-
masing 1 anggota dari kelompok 4, 5, dan 6 yang bertugas sebagai
pelaksana dan kelompok 1, 2, dan 3 sebagai peserta permainan. 1 orang
dari pelaksana bertugas membacakan soal dari kartu yang diambil oleh

35
anggota kelompok yang bermain, 1 orang bertugas mencatat skor yang
diperoleh masing-masing kelompok peserta permainan, dan 1 orang
memegang kunci jawaban dari kartu kuis.
5) Untuk sesi kedua, guru meminta masing-masing 1 anggota dari
kelompok 1, 2, dan 3 yang bertugas sebagai pelaksana dan kelompok 4,
5, dan 6 sebagai peserta permainan. 1 orang dari pelaksana bertugas
membacakan soal dari kartu yang diambil oleh anggota kelompok yang
bermain, 1 orang bertugas mencatat skor yang diperoleh masing-masing
kelompok peserta permainan, dan 1 orang memegang kunci jawaban
dari kartu kuis.
6) Pada permainan pertama, kartu kuis yang disediakan sebanyak 15 kartu
sesuai dengan jumlah anggota dari kelompok 1, 2, dan 3 sebagai peserta
kuis, sedangkan untuk permainan kedua kartu kuis yang disediakan
juga 15 kartu sesuai dengan jumlah anggota dari kelompok 4, 5, dan 6
sebagai peserta kuis.
7) Selama permainan berlangsung peneliti dan teman sejawat (guru) yang
ditugaskan untuk mengisi format observasi melakukan pengamatan
terhadap seluruh aktivitas siswa.
8) Setelah permainan sesi pertama selesai, siswa yang bertugas mencatat
skor permainan membacakan skor masing-masing kelompok dan
mengumumkan siapa pemenangnya.

c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberikan penghargaan dalam bentuk pujian pada setiap
kelompok yang berhasil mengerjakan soal dengan benar
2) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
3) Guru mengadakan refleksi tentang materi yang belum dimengerti.
4) Guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan pekerjaan rumah
dan menginformasikan pembelajaran yang akan datang.

Siklus II pertemuan 2
a. Kegiatan Awal

36
1) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
2) Apersepsi. Pada tahap ini guru mengingatkan kembali tentang FPB
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

b. Kegiatan Inti
1) Guru menyiapkan siswa untuk kegiatan turnamen
2) Sebelum pelaksanaan turnamen, peneliti memberikan penjelasan
aturan-aturan dalam turnamen yaitu
a) siswa duduk di meja turnamen masing-masing sesuai dengan kemampuan
akademiknya. Pada turnamen I terdapat enam meja turnamen, setiap meja
terdiri dari 6 siswa yang homogen dari kemampuan akademik.
b) Soal turnamen terdiri dari 10 soal isian.
c) siswa mengambil satu kartu soal dan satu lembar jawaban untuk
dikerjakan pada saat turnamen.
d) Satu kartu soal terdiri dari satu soal, siswa harus mengerjakan satu
soal pada lembar jawaban masing-masing.
e) Setelah mengerjakan satu soal siswa harus mengembalikan kartu
tersebut pada tempatnya.
f) Apabila jawaban dapat dijawab siswa dengan benar, maka siswa
akan mendapatkan 10 poin. Siswa yang menjawab dengan benar dan
banyak akan mendapat poin yang lebih banyak pula.
g) Nilai kelompok berpengaruh terhadap nilai individu
3) Setelah waktu turnamen habis, peneliti dan semua masing-masing
perwakilan turnamen mencocokkan hasil jawaban yang telah dijawab
oleh perwakilan turnamen.
4) Guru melakukan penghitungan poin dan pengumuman tiga kelompok
terbaik pertama yang menjadi juara I, II, dan III. Penghargaan untuk
juara I yaitu mendapat 4 gambar smile, juara II mendapat 3 gambar
smile, dan juara III mendapat 2 gambar smile.

c. Kegiatan Akhir

37
1) Guru memberikan penghargaan dalam bentuk pujian dan jaminan nilai
hasil belajar yang baik kepada kelompok pemenang, sedangkan
kelompok yang skor rendah diberi motivasi agar belajar lebih giat lagi
dan setiap anggota agar dapat menyerap informasi sebanyak-banyaknya
terkait dengan materi ajar agar memiliki kontribusi terhadap
kelompoknya pada setiap kelompok yang berhasil mengerjakan soal
dengan benar
2) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
3) Guru mengadakan refleksi tentang materi yang belum dimengerti.
4) Guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan pekerjaan rumah
dan menginformasikan pembelajaran yang akan datang.

Siklus II pertemuan 3
a. Kegiatan Awal
1) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
2) Apersepsi. Pada tahap ini guru mengingatkan kembali tentang FPB
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

b. Kegiatan Inti
1) Guru memberikan soal evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa
terhadap materi KPK
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberikan soal evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa
terhadap materi FPB
2) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
3) Guru mengadakan refleksi tentang materi yang belum dimengerti.

3.2.2 Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melakasanakan pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya
Dalam pelaksanakan tindakan penelitian ini direncanakan dalam dua siklus.

38
Setiap siklusnya dilaksanakan tiga pertemuan. Pada pertemuan pertama peneliti
menjelaskan materi, pada pertemuan kedua peneliti menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan pada pertemuan ketiga peneliti
engadakan evaluasi. Pada siklus pertama peneliti menjelaskan materi KPK. Pada
siklus kedua peneliti menjelaskan materi FPB.

3.2.3 Pengamatan/Observasi
Pengamatan atau observasi tindakan untuk setiap siklus dilakukan pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran.
Selama penelitian berlangsung kolaborator melakukan pengamatan terhadap
pembelajaran. Observasi pembelajaran dalam penelitian ini adalah:
1. Mengamati keterampilan guru dalam proses pembelajaran matematika
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Tema Games
Tournament (TGT) sesuai dengan lembar pengamatan keterampilan guru
yang telah disediakan.
2. Mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Tema Games Tournament
(TGT) sesuai dengan lembar pengamatan aktivitas siswa yang telah
disediakan.

3.2.4 Refleksi
Pada kegiatan ini akan dilakukan suatu analisis berdasarkan hasil pengamatan
/ observasi. Hasil analisis berupa masukan akan digunakan untuk perbaikan
pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil analisis peneliti melakukan refleksi, dengan alur sebagai
berikut:
1. Mengkaji ulang pelaksanaan pembelajaran dan efek penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dalam
pembelajaran matematika pada siklus I.
2. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dalam
pembelajaran matematika siklus I.

39
3. Merencanakan perencanaan perbaikan untuk siklus selanjutnya berdasarkan
hasil evaluasi proses dan hasil yang telah diperoleh dalam pembelajaran
matematika siklus I.

3.3 Sumber Data


3.3.1 Aktivitas Belajar Siswa
Sumber data aktivitas belajar siswa diperoleh dari hasil observasi tentang
aktivitas siswa selama pelaksanaan siklus pertama sampai siklus kedua, hasil
belajar siswa yang diperoleh melalui tes dalam pembelajaran matematika melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)

3.3.2 Hasil Kerja Kelompok / Catatan Lapangan


Sumber data diperoleh dari Lembar Kerja Siswa yang dibagikan pada setiap
kelompok

3.3.3 Hasil Belajar


Sumber data hasil belajar dijadikan indicator keberhasilan penelitian

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
teknik non-tes dan teknik tes. Teknik non-tes yang digunakan meliputi
pengamatan (observasi), catatan lapangan, dan dokumentasi.

3.4.1 Teknik Non Tes


Hamdani (2011:316) bahwa teknik non-tes adalah suatu alat penilaian yang
digunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan peserta tes
tanpa menggunakan tes. Dalam penelitian ini, teknik nontes dilakukan dengan
pengamatan observasi (observasi), catatan lapangan, dan dokumentasi.

3.4.1.1 Observasi
Dalam penelitian, observasi ini digunakan untuk menggambarkan
keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui

40
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).
Sasaran dalam observasi ini adalah guru dan siswa dengan menggunakan alat
lembar observasi (pengamatan) yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan
kualitas pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).

3.4.1.2 Wawancara
Wawancara merupakan teknik memperoleh informasi secara langsung
melalui permintaan keterangan-keterangan kepada pihak pertama yang dipandang
dapat memberikan keterangan atau jawaban terhadap pertanyaan 80 yang
diajukan. Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara). Dalam wawancara, mereka
yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan disebut dengan
informan. Datanya berupa jawaban-jawaban atau pernyataan-pernyataan yang
diajukan. Untuk memperoleh informasi dalam wawancara biasanya diajukan
seperangkat pertanyaan atau yang tersusun dalam suatu daftar
Pada Penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan siswa kelas V.
Wawancara dilakukan untuk menelusuri dan menggali pemahaman siswa tentang
materi yang diberikan. Peneliti menggunakan wawancara terstruktur. Wawancara
terstruktur adalah jenis wawancara dimana pertanyaan-pertanyaan telah disusun
sedemikian rupa sehinggan runtut

3.4.1.3 Catatan Lapangan


Catatan lapangan digunakan peneliti untuk mencatat hal-hal yang tidak
terekam dalam lembar pengamatan atau observasi dan digunakan untuk
mendukung atau memperkuat data dalam pembelajaran matematika melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).

3.4.1.4 Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam

41
observasi. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar kelompok
siswa dan daftar nilai siswa. Untuk memberikan gambaran secara konkret
mengenai kegiatan kelompok siswa dan menggambarkan suasana kelas ketika
aktivitas belajar berlangsung digunakan dokumen berupa foto.
3.4.2 Teknik Tes
Dalam penelitian ini teknik tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
dan mengetahui kemampuan kognitif siswa. Tes yang diberikan berupa lembar
soal
evaluasi individu dan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran.
Jenis tes yang digunakan sebagai alat pengukur dalam penelitian ini adalah
tes tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang
aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara
tertulis. Tes yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu :
1. Tes pada awal penelitian (pre test), dengan tujuan untuk mengetahui
pemahaman siswa tentang materi yang akan diajarkan.
2. Tes pada setiap akhir tindakan (post test), dengan tujuan untuk mengetahui
peningkatan pemahaman dan hasil belajar siswa terhadap materi yang akan
diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT).
Pada penelitian ini, data tentang skor awal siswa diperoleh dari tes awal
penelitian (pre test). Skor awal ini digunakan untuk membentuk kelompok belajar
siswa dan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I yaitu
dengan membandingkan presentase siswa yang tuntas belajar pada tes akhir siklus
I. Pada saat tindakan, terdapat 2 macam tes yaitu turnamen dan tes akhir siklus.
Turnamen digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang
telah dipelajari pada pembelajaran tersebut. Selain itu, juga untuk memotivasi
siswa dalam belajar. Turnamen dilaksanakan setiap akhir pembelajaran. Pada saat
turnamen, siswa diberi beberapa soal untuk dikerjakan dilembar jawaban. Dari
lembar jawaban itu siswa akan mendapat skor turnamen. Skor kelompok
diperoleh dengan menjumlahkan skor turnamen setiap anggota kelompok. Skor
setiap kelompok akan diurutkan dari yang tertinggi sampai yang terendah. Dan
tiga kelompok dengan skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan kelompok.

42
Tes akhir siklus dilakukan setiap akhir siklus. Pada penelitian ini, dilakukan
dua kali tes yaitu tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II. Tes akhir siklus
digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus
yaitu dengan membandingkan presentase siswa yang tuntas belajar pada masing-
masing siklus. Cara melaksanakan tes akhir siklus adalah dengan tes tulis. Siswa
menjawab soal yang diberikan oleh peneliti secara tertulis pada lembar jawaban.
Soal yang diberikan berupa uraian.

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian


Angka Angka Angka
Huruf Predikat
0-4 0 - 100 0 - 100
A 4 85 – 100 8,5 – 10 Sangat Baik
B 3 70 – 84 7,0 – 8,4 Baik
C 2 55 – 69 5,5 – 6,9 Cukup
D 1 40 – 54 4,0 – 5,4 Kurang
E 0 0 – 39 0,0 – 3,9 Sangat Kurang

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik
analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif.
3.5.1 Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan guru, aktivitas
siswa, hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). dianalisis
dengan cara mengorganisasikan, mengklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek
yang menjadi fokus analisis menurut kriteriai untuk memperoleh simpulan.
Sedangkan hasil catatan lapangan dan dokumentasi dipaparkan dalam kalimat
yang dipisahkan menurut kriteria untuk memperoleh simpulan. Untuk data
kualitatif berupa hasil pengamatan aktivitas siswa dan ketrampilan mengajar guru,
dipaparkan dengan menggunakan kategori atau kriteria. Poerwanti (2008:6-9)

43
bahwa cara untuk mengolah data skor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lembar observasi aktivitas siswa
Tabel 3.2 Lembar Observasi Pengamatan Aktivitas Siswa
Siklus Ke…
Aspek yang dinilai
No Indikator Pengamatan Jumlah
1 2 3 4
Jumlah siwa  
Kesiapan siswa dalam mengikuti
1
pelajaran
Menanggapi apersepsi dengan
2 menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru
Memperhatikan penjelasan guru
3
tentang materi yang telah diberikan
4 Berkerjasama dalam kelompok
Mempresentasikan hasil kerja
5
kelompok
Partisipasi dalam games dan
6
tounrnament
7 Mengerjakan tugas/evaluasi
  Jumlah Skor
  Rata-rata
  Persentase
  Kategori          

2. Lembar Obeservasi Keterampilan Guru


Tabel 3.3 Lembar Obsevasi Keterampilan Guru
Siklus …
No Indikator Pengamatan
Skor Kategori
1 Membuka pelajaran  
2 Melakukan Apersepsi  
3 Menjelaskan materi pelajaran secara klasikal  
4 Membagi siswa dalam setiap kelompok  
Membimbing siswa berdiskusi dalam setiap
5  
kelompok
Membimbing siswa dalam mempresentasikan hasil
6  
kerja kelompok

44
7 Membimbing siswa dalam games dan turnament  
Memberikan penguatan kepada siswa dengan
8  
pemberian reward dan punishment
9 Memberikan soal evaluasi  
10 Menutup pelajaran  
Jumlah Skor  
Rata-rata  
Persentase  
Kategori  

Tabel 3.4 Kategori Setiap Indikator


Nilai Kriteria Kategori Kualifikasi
4 Sangat Baik A Tuntas
3 Baik B Tuntas
2 Cukup C Tidak Tuntas
1 Kurang D Tidak Tuntas

Nilai yang didapat dari lembar observasi kemudian dimasukkan dalam tabel
kriteria ketuntasan data kualitatif.
Tabel 3.5 Kriteria Ketuntasan Data Kualitatif
Nilai Kriteria
30,5 – 40 Sangat Baik
20,5 – 30 Baik
10,5 – 20 Cukup
0 - 10 Kurang

3.5.2 Data Kuantitatif


Analisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan belajar siswa setelah
proses belajar mengajar berlangsung pada setiap siklusnya, dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi atau tes akhir siklus berupa soal tes tertulis, dihitung
menggunakan rumus:
1. Data hasil belajar siswa dianalisa dengan menggunakan rumus:

45
Skor=
∑ Jawaban Benar x 100
∑ Soal

2. Data Nilai rata-rata dianalisa dengan rumus

Nilai Rata−rata=
∑ Jumlah Nilai
∑ Jumlah skor seluruhnya

3. Data ketuntasan belajar dianalisa dengan rumus

Persentase=
∑ Jumlah Siswa Tuntas Belajar x 100 %
∑ JUmlah Seluruh Siswa

Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan berdasarkan kriteria ketuntasan


belajar siswa yang dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu, tuntas dan tidak
tuntas dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kriteria Ketuntasan Belajar

Kriteria Ketuntasan Klasikal Kulaifikasi

≥ 60 75% Tuntas

< 60 < 75 % Tidak Tuntas

Djamarah (2010: 108) menyatakan bahwa apabila 75 % dari jumlah siswa telah
mencapai taraf keberhasilan minimal, maka proses belajar berikutnya dapat
membahas pokok bahasan baru. Membahas pokok bahasan baru dapat diartikan
bahwa pembelajaran yang dilakukan telah berhasil. Besarnya angka 75%
merupakan persentase minimal ketuntasan klasikal. Maka peneliti menentukan
tingkat keberhasilan hasil belajar dengan persentase ketuntasan 80%.

3.6 Indikator Keberhasilan


Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)
dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas V SDN 3 Sukajawa dengan
indikator sebagai berikut:

46
1. Keterampilan guru pada pembelajaran matematika melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). meningkat
dengan kategori sekurang-kurangnya baik dengan skor 20 < skor ≤ 30,5.
2. Aktivitas siswa pada pembelajaran matematika melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). meningkat
dengan kategori sekurang-kurangnya baik dengan skor 20 < skor ≤ 30,5.
3. Hasil belajar kognitif siswa mengalami ketuntasan belajar individual sebesar
≥55 dan sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa kelas V SDN 3 Sukajawa
dalam pembelajaran matematika.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Sekolah


Penelitian dilakukan di SDN 3 Sukajawa Kecamatan Tanjung Karang Barat
Bandar Lampung, bertepat di Jl. Tamin Gg. Hi Abdurachman Kelurahan Sukajwa
Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung.
Kepala sekolah bernama Hj. Refyati, M.Pd. Bangunan sekolah memiliki 1
gedung terpadu yang terdiri dari 11 ruang yaitu, 4 ruang kelas, 1 ruang
perpustakaan, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 kamar madi kepala sekolah,
1 kamar mandi guru dan 1 kamar mandi siswa.
SDN 3 Sukajawa memiliki tujuan yaitu menjadikan sekolah unggulan di
kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung, serta meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

4.2 Hasil Penelitian

47
Hasil penelitian tindakan kelas diperoleh dari hasil tes dan non tes. Hasil
keduanya terangkum dalam dua bagian yaitu siklus I dan siklus II. Hasil tes pada
dua siklus tersebut berupa tes formatif yang dilaksanakan di setiap akhir siklus
untuk mengukur pemahaman dan penguasaan konsep matematika melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)..
Berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian yang terdiri atas observasi
keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas V SDN 3
Sukajawa Bandar Lampung pada pembelajaran matematika melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).
4.2.1 Deskripsi Data Prasiklus
Pra siklus dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Agustus 2017 pukul 07.30-08.40
WIB, dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2x35) menit. Pada pra skilus siswa
diberi soal tes formatif KPK dan FPB setelah sebelumnya guru menjelaskan
materi KPK dan FPB dengan metode ceramah.
Berikut hasil tes formatif pra siklus:
Tabel 4.1 Hasil pre tes siswa
No. Nama Siswa Nilai Siklus 1
1 Adrian Yusuf 30
2 Afriyan Gunawan 40
3 Anjar Ahmad 30
4 Argi Mey landri 50
5 Asfareiti Cahaya 50
6 Aurel Putri 70
7 Az Zahrah 50
8 Bimo Surya P 30
9 Dede Nuraini 40
10 Dian Safitri 70
11 Dinda Putri 60
12 Elsa Amelia 70
13 Farel Ramadhan 70
14 Febrina Asyifa 50
15 Fitri Sewiana 50
16 Kevin Adriand 70
17 M. Alfahri 50
18 M. Alif Wangsa 30
19 M. Fahril 60

48
20 M. Riyan Ardi 70
21 Marisa Anggraini 70
22 Meise Almira 60
23 Nur Fadli 60
24 Nur Mala Dewi 60
25 Nur Safitri 60
26 Pabo Deenejad 70
27 Raihan Alif 50
28 Raihan Tri S 70
29 Restu Fadilah 50
30 Riyanti Tri S 80
31 Sabrina Yolivia 70
32 Taufik Kurahman 60
33 Vega Asawati 80
34 Yovi Ferdian 50
35 Zahrah 60
36 Zidan Al Habsi 60
Jumlah 2040
Rata-rata 56.67
Berdasarkan hasil prasiklus dapat ditemukan bahwa tingkat ketuntasan
obelajar hanya sebesar 58,3 %, yang artinya hanya 21 siswa dari 36 siswa yang
mendapat nilai diatas KKM ≥ 60. Selain itu ditemukan bahwa nilai rata-rata tes
formatif sebesar 56,67.
Hasil prasiklus dijadikan acuan dalam pembentukan kelompok belajar.
Berikut pengelompokan siswa berdasarkan nilai pre test
Tabel 4.2 Pembagian Kelompok Berdasarkan Nilai
Kriteria siswa Nama Siswa Nilai Siswa
Tinggi 1 Riyanti Tri S 80
Vega Asawati 80
Aurel Putri 70
Dian Safitri 70
M. Riyan Ardi 70
Marissa Anggraini 70
Tinggi II Elsa Amelia 70
Farid Rahman 70
Kevin Adriand 70
Pabo Deenejad 70
Raihan Tri S 70
Sabrina Yolivia 70
Sedang I Taufikurrohman 60

49
Zahrah 60
Zaidah Al Habsi 60
Dinda Putri 60
M. Fahril 60
Meise Almira 60
Sedang II Nurmala Dewi 60
Nursafitri 60
Nur Fadli 60
Raihan Alif 50
Restu Fadhillah 50
Yovi Ferdian 50
Rendah I Argi Meylandri 50
Asfaireiti Cahaya 50
Azzahrah 50
Febrina Asyifa 50
Fitri Sewiani 50
M. Alfahri 50
Rendah II Adrian Yusuf 30
Afriyan Gunawan 30
Anjar Ahmad 30
Bimo Surya P 30
Dede Nuraini 40
M. Alif Wangsa 30

Table 4.3 Pembagian Kelompok Kerja


Nama Kelompok Nama Siswa
Riyanti Tri S
Elsa Amelia
Taufikurrohman
Kelompok 1
Nurmala Dewi
Argi Meylandri
Adrian Yusuf
Vega Asawati
Farid Rahman
Zahrah
Kelompok 2
Nursafitri
Asfaireiti Cahaya
Afriyan Gunawan
Aurel Putri
Kevin Adriand
Zaidan Al Habsi
Kelompok 3
Nur Fadli
Azzahrah
Anjar Ahmad
Kelompok 4 Dian Safitri
Pabo Deenejad
Dinda Putri

50
Raihan Alif
Bimo Surya P
Febrina Asyifa
M. Riyan Ardi
Raihan Tri S
M. Fahril
Kelompok 5
Restu Fadhillah
Fitri Sewiani
Dede Nuraini
Sabrina Yolivia
Marissa Anggraini
Meise Almira
Kelompok 6
Yovi Ferdian
M. Alfahri
M. Alif Wangsa

4.2.2 Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus I


Siklus I dengan menerapkan model pembelajaran matematika melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)..
Hasil penelitian dijabarkan sebagai berikut:
4.2.2.1 Perencanaan Siklus I
Pada tahap ini peneliti (guru) memperbaiki rencana pelaksanaan
pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournament (TGT). Hal ini bertujuan agar pelaksanaan tindakan
pada siklus I dapat memperbaiki kekurangan yang masih ada pada pra siklus.
Perencanaan perlu dilakukan sebelum melaksanakan tindakan. Hal ini
dimaksudkan agar pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar. Tahap perencanaan
siklus I yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi SK, KD, indikator serta materi pembelajaran bersama
kolaborator. Dalam penelitian ini Standar Kompetensinya adalah 1.
Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
Kompetensi dasar 1.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
operasi hitung, KPK dan FPB
2. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari: silabus, RPP, tujuan
pembelajaran, indikator, materi ajar, LKS, Kisi-kisi soal, soal-soal
evaluasi, Kunci Jawaban dengan rincian terlampir dalam RPP.
3. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa, nomor undian, dan alat evaluasi (kisi-

51
kisi, soal games, soal tournament, soal evaluasi berupa tes tertulis dan
kunci jawaban).
4. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan
aktivitas siswa, dalam proses pembelajaran serta alat atau instrument
pengumpulan data untuk memperkuat hasil observasi meliputi lembar
pengamatan, angket, catatan lapangan, dan dokumentasi berupa alat foto.

4.2.2.2 Pelaksanaan Siklus I


Siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada hari selasa, 5 September 2017,
pertemuan 2 pada hari rabu, 6 September 2017 dan pertemuan 3 pada hari Kamis,
7 September 2017. Semua pertemuan dilaksanakan pada pukul 07.30-08.40 WIB,
dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2x35) menit.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
1. Siklus I pertemuan 1
Pada siklus I pertemuan 1 peneliti menitik beratkan kegiatan
pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Games Tournament (TGT) pada menerangkan tujuan
pembelajaran, menjelaskan penggunaan serta aturan pada metode Team
Games Tournament (TGT), menjelaskan materi mencari KPK dengan
menggunakan kelipatan dan pohon factor, membentuk kelompok dan
melakukan game berupa kuis.
Pada game berupa kuis peneliti menyiapkan 24 kartu soal, dengan 12
kartu soal utama dan 12 kartu soal cadangan. Kuis dibagi menjadi 2 sesi, sesi
pertama kelompok 1, 2 dan 3 sebagai pelaksana kuis sedangkan kelompok 4,
5 dan 6 menjadi peserta kuis. Sedangkan pada sesi kedua kelompok 4, 5 dan 6
sebagai pelaksana dan kelompok 1, 2 dan 3 sebagai peserta kuis. Setiap soal
diperebutkan oleh kelompok peserta dan anggota kelompok yang sudah maju
mengerjakan soal tidak diperbolehkan maju kembali. Berikut hasil penilaian
kuis:
Tabel 4.4 hasil kuis sesi 1

Kelompok Nama Peserta Nilai Total Skor

52
Sabrina Yolivia 10
6 Marissa Anggraini 10 30
Meise Almira 10
5 M. Riyan Ardi 10 20
Raihan Tri S 10
4 Dian Safitri 10 10

Tabel 4.5 hasil kuis sesi 2

Kelompok Nama Peserta Nilai Total Skor


Vega Asawati 10
2 Zahrah 10 30
Nursafitri 10
Aurel Putri 10
3 20
Kevin Adriand 10
1 Riyanti Tri S 10 10

2. Siklus I pertemuan 2
Pada siklus I pertemuan 2, peneliti menitik beratkan kegiatan
pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Games Tournament (TGT) pada kegiatan turnamen.
Sebelum pelaksanakan turnamen peneliti menjelasakan aturan-atiran
turnamen yaitu soswa duduk di meja turnamen masing masing sesuai dengan
kemampuan akademiknya. Pada turnamen I terdapat enam meja turnamen,
setiap meja terdiri dari 6 orang siswa yang homogen dari kemampuan
akademiknya. Soal turnamen terdiri dari 10 soal yang terdiri dari soal isian.
Selanjutnya siswa mengambil satu kartu soal untuk di kerjakan saat turnamen.
Satu kartu soal terdiri dari satu soal, siswa harus mengerjakannya satu soal
pada lembar jawaban masing-masing. Setelah menngerjakan soal siswa harus
mengembalikan kartu saoal pada tempatnya.
Pada saat turnamen berlangsung siswa terlihat sungguh sungguh
dalam mengerjakan soal mereka juga dituntut benar dalam menngerjakan

53
soal, mereka juga dituntut cepat dalam mengerjakan soal sehingga
mendapatkan banyak poin. Setelah waktu turnamen habis peneliti dan semua
masing-masing perwakilan turamen mencocokkan hasil turnamennya yang
telah dijawab oleh perwakilan turnamen. Apabila jawaban dapat dijawab
siswa dengan benar, maka siswa akan mendapat 10 poin. Siswa yang
menjawab dengan benar dan banyak akan mendapat pounyang lebih bayak
pula.
Tahap selanjutnya penghitungan poin dan pengumuman tiga
kelompok terbaik yang menjadi tiga juara yakni juara I, juara II dan Juara III.
penghargaan untuk juara 1 mendapat lima kartu senyum dan juara II
mendapat empat kartu senyum dan untuk juara III mendapat tiga kartu
senyum dan dua kartu senyum untuk kelompok yang belum berhasil agar
mereka lebih semangat lagi dalam turnamen slanjutnya. Soal turnamen dapat
dilihat pada lampiran. Hasil turnamen masing masing kelompok dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Hasil Turnamen

Meja 1 Meja 2
Kel Nama Skor Kel Nama Skor
1 Riyanti Tri S 70 1 Elsa Amelia 70
2 Vega Asawati 70 2 Farid Rahman 60
3 Aurel Putri 80 3 Kevin Andriand 70
4 Dian Safitri 70 4 Pabo Deenejad 70
5 M. Riyan Ardi 70 5 Raihan Tri S 80
Marissa
6 80 6 Sabrina Yolivia 70
Anggraeni

Meja 3 Meja 4
Kel Nama Skor Kel Nama Skor
1 Taufikurohman 70 1 Nurmala dewi 70
2 Zahrah 70 2 Nursafitri 80
3 Zidan Al Habsi 80 3 Raihan Alif 60

54
4 Dinda Putri 60 4 Restu Fadhillah 70
5 M. Fahril 70 5 Yovi Ferdian 70
6 Meise Almira 80 6 Nur Fadli 80

Meja 5 Meja 6
Kel Nama Skor Kel Nama Skor
1 Argi Melylandri 70 1 Andrian Yusuf 60
Afriayan
2 Asfareiti Cahaya 60 2 50
Gunawan
3 Azzahrah 60 3 Anjar Ahmad 70
4 Febrina Asyifa 70 4 Bimo Surya P 60
5 Fitri Sewiani 60 5 Dede Nur’aini 50
6 M. Alfahri 70 6 M. Ali Wangsa 50

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Turnamen


Nama Kelompok Nama Siswa Skor Total Skor
Riyanti Tri S 70
Elsa Amelia 70
Taufikurohman 70
1 410
Nurmala dewi 70
Argi Melylandri 70
Andrian Yusuf 60
Vega Asawati 70
Farid Rahman 60
Zahrah 70
2 390
Nursafitri 80
Asfareiti Cahaya 60
Afriayan Gunawan 50
Aurel Putri 80
Kevin Andriand 70
Zidan Al Habsi 80
3 420
Raihan Alif 60
Azzahrah 60
Anjar Ahmad 70
Dian Safitri 70
Pabo Deenejad 70
4 400
Dinda Putri 60
Restu Fadhillah 70

55
Febrina Asyifa 70
Bimo Surya P 60
M. Riyan Ardi 70
Raihan Tri S 80
M. Fahril 70
5 400
Yovi Ferdian 70
Fitri Sewiani 60
Dede Nur’aini 50
Marissa Anggraeni 80
Sabrina Yolivia 70
Meise Almira 80
6 430
Nur Fadli 80
M. Alfahri 70
M. Ali Wangsa 50

Tabel diatas menunjukan bahwa kelompok yang menjadi juara yaitu


kelompok 6 (juara I) dan kelompok 3 (juara II) dan kelompok 1 (juara III)

3. Siklus I pertemuan 3
Pada siklus I pertemuan 3 peneliti menitik beratkan kegiatan
pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Games Tournament (TGT) pada kegiatan evaluasi
Pada tahap ini siswa bukan lagi berkelompok dan berdiskusi, melainkan
mengerjakan tugas masing-masing individu, dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa dalam 2 pertemuan tersebut. Siswa akan diberi
soal tes tindakan I (post test I) yang terdiri dari 10 soal essay dengan waktu 40
menit.

4.2.2.3 Observasi Siklus I


Observasi pada penelitian ini ada dua aspek yang diamati, yaitu aspek
keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).
antara lain:
1. Deskripsi Keterampilan Guru Siklus I
Data hasil pengamatan keterampilan guru dalam pembelajaran
matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team

56
Games Tournament (TGT). pada siklus I, hasil penelitian dapat di lihat pada
paparan berikut ini:
Tabel 4.8 Data Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I
Siklus 1
No Indikator Pengamatan Rata-
P1 P2 Kategori
Rata
1 Membuka pelajaran 2 3 2.5 B
2 Melakukan Apersepsi 2 2 2.0 C
Menjelaskan materi pelajaran secara
3 3 3 3.0 B
klasikal
4 Membagi siswa dalam setiap kelompok 3 3 3.0 B
Membimbing siswa berdiskusi dalam
5 2 3 2.5 C
setiap kelompok
Membimbing siswa dalam
6 3 3 3.0 B
mempresentasikan hasil kerja kelompok
Membimbing siswa dalam games dan
7 2 3 2.5 C
turnament
Memberikan penguatan kepada siswa
8 dengan pemberian reward dan 2 3 2.5 B
punishment
9 Memberikan soal evaluasi 3 3 3.0 B
10 Menutup pelajaran 3 3 3.0 B
Jumlah Skor 25 29 27.0
Rata-rata 2.5 2.9 2.7
62. 72.
Persentase 67.5
5 5
Kategori C

Nilai pada setiap indikatornya:


Nilai Kriteria Kategori Kualifikasi
4 Sangat Baik A Tuntas
3 Baik B Tuntas
2 Cukup C Tidak Tuntas
1 Kurang D Tidak Tuntas

Nilai yang didapat dari lembar observasi kemudian dimasukkan dalam


tabel kriteria ketuntasan data kualitatif.

Nilai Kriteria
30,5 – 40 Sangat Baik
20,5 – 30 Baik

57
10,5 – 20 Cukup
0 - 10 Kurang
Pada tabel 4.7 menunjukkan jumlah nilai rata-rata dari pertemuan 1
dan 2 yang diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan guru pada siklus I
adalah 2,7 dengan kategori cukup. Keterampilan guru yang mendapat
perhatian adalah melakukan apersip dengan nilai 2,0. Apersepsi yang
dilakukan guru kurang mengena dengan materi pelajaran yang akan
diajarkan.

2. Aktivitas Siswa Siklus I


Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) yang
diamati mencakup 7 aspek. Hasil pengamatan tersebut tersaji dalam tabel
dibawah

Tabel 4.9 hasil pengamatan aktivitas siswa Siklus I pertemuan 1


Siklus Ke I
Aspek yang dinilai
No Indikator Pengamatan Jumlah
1 2 3 4
Jumlah siwa
Kesiapan siswa dalam mengikuti
1 7 15 8 6 85
pelajaran
Menanggapi apersepsi dengan
2 menjawab pertanyaan yang diberikan 8 17 7 4 79
oleh guru
Memperhatikan penjelasan guru
3 9 15 8 4 79
tentang materi yang telah diberikan
Mengamati gambar tentang pesawat
4 7 12 9 3 70
sederhana
5 Keaktifan siswa dalam pembelajaran 11 8 11 6 84
Mengikuti permainan Make a Match
6 9 13 6 8 85
berbantuan media gambar
Melaksanakan kerja kelompok yaitu
7 5 8 12 11 101
berdiskusi dengan pasangannya
 Jumlah Skor 56 88 61 42 583
 Rata-rata 16,19
 Persentase 57.84

58
 Kategori Baik

Tabel 4.10 hasil pengamatan aktivitas siswa Siklus I pertemuan 2


Siklus Ke I
Aspek yang dinilai
No Indikator Pengamatan Jumlah
1 2 3 4
Jumlah siwa
Kesiapan siswa dalam mengikuti
1 5 12 12 7 93
pelajaran
Menanggapi apersepsi dengan
2 menjawab pertanyaan yang diberikan 4 13 13 6 93
oleh guru
Memperhatikan penjelasan guru
3 6 12 11 6 87
tentang materi yang telah diberikan
Mengamati gambar tentang pesawat
4 5 9 12 10 99
sederhana
5 Keaktifan siswa dalam pembelajaran 6 8 14 8 96
Mengikuti permainan Make a Match
6 5 9 10 12 101
berbantuan media gambar
Melaksanakan kerja kelompok yaitu
7 4 7 12 13 106
berdiskusi dengan pasangannya
 Jumlah Skor 35 70 84 62 675
 Rata-rata 18,75
 Persentase 66,96
 Kategori Baik

Tabel 4.11 Nilai Rata-Rata pengamatan aktivitas siswa

Rata-
No Indikator Pengamatan P1 P2
Rata
Kesiapan siswa dalam mengikuti
1 85 93 89
pelajaran
Menanggapi apersepsi dengan
2 menjawab pertanyaan yang diberikan 79 93 86
oleh guru
Memperhatikan penjelasan guru
3 79 87 83
tentang materi yang telah diberikan
Mengamati gambar tentang pesawat
4 70 99 84.5
sederhana
5 Keaktifan siswa dalam pembelajaran 84 96 90
Mengikuti permainan Make a Match
6 85 101 93
berbantuan media gambar

59
Melaksanakan kerja kelompok yaitu
7 101 106 103.5
berdiskusi dengan pasangannya
 Jumlah Skor 583 675 629

 Rata-rata 16,19 18,75 17,47


 Persentase 57,84 66,96 62,40
 Kategori

Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengamatan


aktivitas siswa pada siklus I mendapatkan jumlah nilai 629. Dengan nilai
rata-rata yang diperoleh tiap indicator adalah 17,47 dan termasuk dalam
kategori baik.

3. Hasil Belajar Siswa Siklus I


Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I mengenai hasil belajar
dalam pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V SDN 3
Sukajawa Bandar Lampung materi pesawat sederhana diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 4.12 Hasil Belajar Siswa Siklus I

No. Nama Siswa Nilai Siklus 1

1 Adrian Yusuf 40
2 Afriyan Gunawan 50
3 Anjar Ahmad 50
4 Argi Mey landri 50
5 Asfareiti Cahaya 70
6 Aurel Putri 80
7 Az Zahrah 70
8 Bimo Surya P 50
9 Dede Nuraini 50
10 Dian Safitri 80
11 Dinda Putri 80
12 Elsa Amelia 90
13 Farel Ramadhan 80
14 Febrina Asyifa 60
15 Fitri Sewiana 50
16 Kevin Adriand 90

60
17 M. Alfahri 70
18 M. Alif Wangsa 40
19 M. Fahril 70
20 M. Riyan Ardi 80
21 Marisa Anggraini 70
22 Meise Almira 70
23 Nur Fadli 80
24 Nur Mala Dewi 70
25 Nur Safitri 70
26 Pabo Deenejad 90
27 Raihan Alif 50
28 Raihan Tri S 80
29 Restu Fadilah 50
30 Riyanti Tri S 90
31 Sabrina Yolivia 90
32 Taufik Kurahman 70
33 Vega Asawati 90
34 Yovi Ferdian 50
35 Zahrah 70
36 Zidan Al Habsi 80
Jumlah 2470
Rata-rata 68.61

Tabel 4.13 Data Hasil Belajar Siswa

No Uraian Hasil Siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 68,61
2 Nilai Tertinggi 90
3 Nilai Terendah 40
4 Jumlah siswa yang tuntas belajar 25
5 Jumlah siswa yang belum tuntas belajar 11
6 Presentase ketuntasan belajar 69,4 %

Pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar


siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game
Tournament (TGT) sebesar 68,61 dengan perolehan nilai tertingginya adalah
90, sedangkan nilai terendahnya 40. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa
yang tuntas sebanyak 25 siswa dan yang belum tuntas 11 siswa. Persentase
ketuntasan belajar kalsikal yaitu 69,4%.

61
Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat dari diagram berikut:

Persentase Ketuntasan Belajar


Siswa
Belum Tuntas
31%

Tuntas
69%

Diagram 4.1 Ketuntasan belajar siswa

4. Rekapitulasi Data Siklus I


Berikut disajikan perolehan persentase data keterampilan guru,
aktivitas siswa, dan hasil belajar siklus I.
Tabel 4.14Rekapitulasi data keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar

Komponen Skor Rata-rata Persentase Kategori


Keterampilan
27 2,7 67,5 Cukup
Guru
Aktivitas
629 17,47 62,4 Baik
Siswa
Hasil Belajar 2470 68,61 69,4 Cukup

Bedasarkan Hasil tersebut menunjukkan bahwa siklus pertama secara


klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 60
hanya sebesar 69,4% lebih kecil dari presentase ketuntasan yang dikehendaki
yaitu sebesar 75%. Maka penelitian dilanjutkan pada siklus II

4.2.2.4 Refleksi Siklus I


Berdasarkan hasil pembelajaran siklus I, diperoleh data berupa hasil
pengamatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Team games Tournament (TGT). Refleksi tindakan pada siklus I digunakan untuk
memperbaiki pembelajaran di siklus II. Adapun refleksi hasil observasi meliputi:

62
1. Keterampilan guru
a. Guru belum terampil dalam menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT
b. Guru belum menggunakan apersepsi yang tepat

2. Aktivitas siswa
a. Ada beberapa siswa yang belum terlibat aktif dalam diskusi
kelompok.
b. Suasana kelas agak ramai ketika siswa sedang melakukan diskusi pada
kelompok.
c. Masih ada beberapa siswa yang ragu-ragu ketika menjawab soal
turnamen
d. Masih ada siswa yang melihat jawaban teman ketika turnamen
e. Kegiatan diskusi kelompok belum berjalan lancar, terlihat ada
beberapa siswa yang tidak aktif dalam diskusi.
f. Masih ada beberapa siswa yang mengerjakan soal evaluasi I dengan
melihat jawaban teman.

3. Hasil belajar
Dengan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I yaitu 69,4 %
ketuntasan klasikal; 62,40 nilai rata-rata; 40 nilai terendah; 90 nilai
tertinggi, maka temuan ini mutlak membutuhkan usaha guru untuk
meningkatkan bimbingan terhadap siswa, khusunya pada siswa yang
memperoleh nilai di bawah KKM.

4.2.2.5 Revisi Siklus I


Berdasarkan refleksi yang telah diuraikan, maka dilakukan perbaikan untuk
siklus berikutnya, yaitu:
1. Keterampilan guru
a. Guru harus mempersiapkan materi pembelajaran dan
menyesuaikannya dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

63
b. Guru harus jeli mempersiapkan apersepsi yang berkaitan dengan
materi pembelajaran

2. Aktivitas Siswa
a. Guru harus membimbing siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi
kelompok.
b. Guru harus menciptakan suasana kelas yang nyaman saat diskusi
kelompok
c. Guru harus memotivasi siswa untuk lebih percaya diri ketika
mengerjakan soal turnamen dan soal evaluasi
d. Guru harus memotivasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok agar
semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan diskusi.

3. Hasil Belajar
Untuk meningkatkan hasil belajar guru harus membimbing siswa
terutama untuk siswa yang nilainya berada di bawah KKM.
4.2.3 Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus II
Siklus II dengan menerapkan model pembelajaran matematika melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)..
Hasil penelitian dijabarkan sebagai berikut:
4.2.3.1 Perencanaan Siklus II
Pada tahap ini peneliti (guru) memperbaiki rencana pelaksanaan
pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournament (TGT) pada siklus I. Hal ini bertujuan agar
pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat memperbaiki kekurangan yang masih
ada pada siklus I. Perencanaan perlu dilakukan sebelum melaksanakan tindakan.
Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar. Tahap
perencanaan siklus II yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi SK, KD, indikator serta materi pembelajaran bersama
kolaborator. Dalam penelitian ini Standar Kompetensinya adalah 1.
Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
Kompetensi dasar 1.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

64
operasi hitung, KPK dan FPB
2. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari: silabus, RPP, tujuan
pembelajaran, indikator, materi ajar, LKS, Kisi-kisi soal, soal-soal
evaluasi, Kunci Jawaban dengan rincian terlampir dalam RPP.
3. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa, nomor undian, dan alat evaluasi (kisi-
kisi, soal games, soal tournament, soal evaluasi berupa tes tertulis dan
kunci jawaban).
4. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan
aktivitas siswa, dalam proses pembelajaran serta alat atau instrument
pengumpulan data untuk memperkuat hasil observasi meliputi lembar
pengamatan, angket, catatan lapangan, dan dokumentasi berupa alat foto.

4.2.3.2 Pelaksanaan Siklus II


Siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 12 September 2017,
pertemuan 2 pada hari Rabu, 13 September 2017 dan pertemuan 3 pada hari
Kamis, 14 September 2017. Semua pertemuan dilaksanakan pada pukul 07.30-
08.40 WIB, dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2x35) menit.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
1. Siklus II pertemuan 1
Pada siklus II pertemuan 1 peneliti menitik beratkan kegiatan
pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Games Tournament (TGT) pada menerangkan tujuan
pembelajaran, menjelaskan penggunaan serta aturan pada metode Team
Games Tournament (TGT), menjelaskan materi mencari FPB dengan
menggunakan Faktor perkalian dan pohon factor, membentuk kelompok dan
melakukan game berupa kuis.
Pada game berupa kuis peneliti menyiapkan 24 kartu soal, dengan 12
kartu soal utama dan 12 kartu soal cadangan. Kuis dibagi menjadi 2 sesi, sesi
pertama kelompok 1, 2 dan 3 sebagai pelaksana kuis sedangkan kelompok 4,
5 dan 6 menjadi peserta kuis. Sedangkan pada sesi kedua kelompok 4, 5 dan 6
sebagai pelaksana dan kelompok 1, 2 dan 3 sebagai peserta kuis. Setiap soal

65
diperebutkan oleh kelompok peserta dan anggota kelompok yang sudah maju
mengerjakan soal tidak diperbolehkan maju kembali. Berikut hasil penilaian
kuis:
Tabel 4.15 hasil kuis sesi 1
Kelompok Nama Peserta Nilai Total Skor
Restu Fadhilah 10
5 Fitri Sewiani 10 30
Dede Nuraini 10
Yovi Ferdian 10
6 20
M. Alfahri 10
4 Pabo Deneejad 10 10

Tabel 4.16 hasil kuis sesi 2


Kelompok Nama Peserta Nilai Total Skor
Elsa Aelia 10
1 Taufikurrahman 10 30
Nurmala Dewi 10
Nursafitri 10
3 20
Asfaireti Cahaya 10
2 nurfadli 10 10

2. Siklus II pertemuan 2
Pada siklus II pertemuan 2, peneliti menitik beratkan kegiatan
pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Games Tournament (TGT) pada kegiatan turnamen.
Sebelum pelaksanakan turnamen peneliti menjelasakan aturan-atiran
turnamen yaitu siswa duduk di meja turnamen masing masing sesuai dengan
kemampuan akademiknya. Pada turnamen I terdapat enam meja turnamen,
setiap meja terdiri dari 6 orang siswa yang homogen dari kemampuan
akademiknya. Soal turnamen terdiri dari 20 soal yang terdiri dari soal isian.
Selanjutnya siswa mengambil satu kartu soal untuk di kerjakan saat turnamen.

66
Satu kartu soal terdiri dari satu soal, siswa harus mengerjakannya satu soal
pada lembar jawaban masing-masing. Setelah menngerjakan soal siswa harus
mengembalikan kartu saoal pada tempatnya.
Pada saat turnamen berlangsung siswa terlihat sungguh sungguh
dalam mengerjakan soal mereka juga dituntut benar dalam menngerjakan
soal, mereka juga dituntut cepat dalam mengerjakan soal sehingga
mendapatkan banyak poin. Setelah waktu turnamen habis peneliti dan semua
masing-masing perwakilan turamen mencocokkan hasil turnamennya yang
telah dijawab oleh perwakilan turnamen. Apabila jawaban dapat dijawab
siswa dengan benar, maka siswa akan mendapat 10 poin. Siswa yang
menjawab dengan benar dan banyak akan mendapat pounyang lebih bayak
pula.
Tahap selanjutnya penghitungan poin dan pengumuman tiga
kelompok terbaik yang menjadi tiga juara yakni juara I, juara II dan Juara III.
penghargaan untuk juara 1 mendapat lima kartu senyum dan juara II
mendapat empat kartu senyum dan untuk juara III mendapat tiga kartu
senyum dan dua kartu senyum untuk kelompok yang belum berhasil agar
mereka lebih semangat lagi dalam turnamen slanjutnya. Soal turnamen dapat
dilihat pada lampiran. Hasil turnamen masing masing kelompok dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.17 Hasil Turnamen
Meja 1 Meja 2
Kel Nama Skor Kel Nama Skor
1 Riyanti Tri S 90 1 Elsa Amelia 80
2 Vega Asawati 70 2 Farid Rahman 70
3 Aurel Putri 80 3 Kevin Andriand 80
4 Dian Safitri 70 4 Pabo Deenejad 80
5 M. Riyan Ardi 70 5 Raihan Tri S 70
Marissa
6 70 6 Sabrina Yolivia 70
Anggraeni

67
Meja 3 Meja 4
Kel Nama Skor Kel Nama Skor
1 Taufikurohman 80 1 Nurmala dewi 80
2 Zahrah 70 2 Nursafitri 90
3 Zidan Al Habsi 70 3 Raihan Alif 80
4 Dinda Putri 80 4 Restu Fadhillah 70
5 M. Fahril 80 5 Yovi Ferdian 70
6 Meise Almira 70 6 Nur Fadli 80

Meja 5 Meja 6
Kel Nama Skor Kel Nama Skor
1 Argi Melylandri 70 1 Andrian Yusuf 60
2 Asfareiti Cahaya 70 2 Afriayan G 70
3 Azzahrah 60 3 Anjar Ahmad 60
4 Febrina Asyifa 70 4 Bimo Surya P 60
5 Fitri Sewiani 60 5 Dede Nur’aini 70
6 M. Alfahri 60 6 M. Ali Wangsa 60

Tabel 4.18 Hasil Penilaian Turnamen


Nama Kelompok Nama Siswa Skor Total Skor
Riyanti Tri S 90
Elsa Amelia 80
Taufikurohman 80
1 460
Nurmala dewi 80
Argi Melylandri 70
Andrian Yusuf 60
2 Vega Asawati 70 440
Farid Rahman 70
Zahrah 70
Nursafitri 90

68
Asfareiti Cahaya 70
Afriayan Gunawan 70
Aurel Putri 80
Kevin Andriand 80
Zidan Al Habsi 70
3 420
Raihan Alif 80
Azzahrah 60
Anjar Ahmad 50
Dian Safitri 70
Pabo Deenejad 80
Dinda Putri 80
4 430
Restu Fadhillah 70
Febrina Asyifa 70
Bimo Surya P 60
M. Riyan Ardi 70
Raihan Tri S 70
M. Fahril 80
5 420
Yovi Ferdian 70
Fitri Sewiani 60
Dede Nur’aini 70
Marissa Anggraeni 70
Sabrina Yolivia 70
Meise Almira 70
6 410
Nur Fadli 80
M. Alfahri 60
M. Ali Wangsa 60

Tabel diatas menunjukan bahwa kelompok yang menjadi juara yaitu


kelompok 1 (juara I) dan kelompok 2 (juara II) dan kelompok 4 (juara III)

4.2.3.3 Observasi Siklus II


Observasi pada penelitian ini ada dua aspek yang diamati, yaitu aspek

69
keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).
antara lain:
1. Deskripsi Keterampilan Guru Siklus II
Data hasil pengamatan keterampilan guru dalam pembelajaran
matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT) pada siklus II, hasil penelitian dapat di lihat pada
paparan berikut ini:
Tabel 4.19 Data Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II
Siklus 1
No Indikator Pengamatan Rata-
P1 P2 Kategori
Rata
1 Membuka pelajaran 3 3 3.0 B
2 Melakukan Apersepsi 2 3 2.5 C
Menjelaskan materi pelajaran secara
3 3 3 3.0 B
klasikal
4 Membagi siswa dalam setiap kelompok 3 3 3.0 B
Membimbing siswa berdiskusi dalam
5 3 3 3.0 B
setiap kelompok
Membimbing siswa dalam
6 3 4 3.5 B
mempresentasikan hasil kerja kelompok
Membimbing siswa dalam games dan
7 3 4 3.5 B
turnament
Memberikan penguatan kepada siswa
8 dengan pemberian reward dan 3 3 3.0 B
punishment
9 Memberikan soal evaluasi 3 4 3.5 B
10 Menutup pelajaran 3 4 3.5 B
Jumlah Skor 29 34 31.5
Rata-rata 2.9 3.4 3.2
72.
Persentase 85 78.8
5
Kategori B

Nilai pada setiap indikatornya:


Nilai Kriteria Kategori Kualifikasi
4 Sangat Baik A Tuntas
3 Baik B Tuntas
2 Cukup C Tidak Tuntas

70
1 Kurang D Tidak Tuntas

Nilai yang didapat dari lembar observasi kemudian dimasukkan dalam


tabel kriteria ketuntasan data kualitatif.

Nilai Kriteria
30,5 – 40 Sangat Baik
20,5 – 30 Baik
10,5 – 20 Cukup
0 - 10 Kurang
Pada tabel 4.19 menunjukkan jumlah nilai rata-rata dari pertemuan 1
dan 2 yang diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan guru pada siklus II
adalah 3,2 dengan kategori baik. Pada setiap indicator mengalami
peningkatan. Peningkatan yang paling tinggi terdapat pada indicator ke 7
yaitu membimbing siswa dalam kegiatan games dan turnamen.

2. Aktivitas Siswa Siklus II


Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) yang
diamati mencakup 7 aspek. Hasil pengamatan tersebut tersaji dalam tabel
dibawah
Tabel 4.20 hasil pengamatan aktivitas siswa Siklus II pertemuan 1
Siklus Ke II
Aspek yang dinilai
No Indikator Pengamatan Jumlah
1 2 3 4
Jumlah siwa
Kesiapan siswa dalam mengikuti
1 5 10 12 9 97
pelajaran
Menanggapi apersepsi dengan
2 menjawab pertanyaan yang diberikan 4 11 13 8 97
oleh guru
Memperhatikan penjelasan guru
3 6 8 10 12 100
tentang materi yang telah diberikan
Mengamati gambar tentang pesawat
4 5 7 12 12 103
sederhana
5 Keaktifan siswa dalam pembelajaran 6 6 14 10 100
Mengikuti permainan Make a Match
6 3 9 12 12 105
berbantuan media gambar

71
Melaksanakan kerja kelompok yaitu
7 2 5 14 15 114
berdiskusi dengan pasangannya
 Jumlah Skor 31 56 87 78 716
 Rata-rata 19,89
 Persentase 71,03
 Kategori Baik

Tabel 4.21 hasil pengamatan aktivitas siswa Siklus II pertemuan 2


Siklus Ke II
Aspek yang dinilai
No Indikator Pengamatan Jumlah
1 2 3 4
Jumlah siwa
Kesiapan siswa dalam mengikuti
1 3 7 14 12 107
pelajaran
Menanggapi apersepsi dengan
2 menjawab pertanyaan yang diberikan 4 9 15 8 99
oleh guru
Memperhatikan penjelasan guru
3 4 8 12 12 104
tentang materi yang telah diberikan
Mengamati gambar tentang pesawat
4 4 7 13 12 105
sederhana
5 Keaktifan siswa dalam pembelajaran 5 6 14 11 103
Mengikuti permainan Make a Match
6 3 9 12 12 105
berbantuan media gambar
Melaksanakan kerja kelompok yaitu
7 1 3 13 19 122
berdiskusi dengan pasangannya
 Jumlah Skor 24 49 93 86 745
 Rata-rata 20,69
 Persentase 73,91
 Kategori Baik

Tabel 4.22 Nilai Rata-Rata pengamatan aktivitas siswa

Rata-
No Indikator Pengamatan P1 P2
Rata
Kesiapan siswa dalam mengikuti
1 97 93 102
pelajaran
Menanggapi apersepsi dengan
2 menjawab pertanyaan yang diberikan 97 93 98
oleh guru

72
Memperhatikan penjelasan guru
3 100 87 102
tentang materi yang telah diberikan
Mengamati gambar tentang pesawat
4 103 99 104
sederhana
5 Keaktifan siswa dalam pembelajaran 100 96 101.5
Mengikuti permainan Make a Match
6 105 101 105
berbantuan media gambar
Melaksanakan kerja kelompok yaitu
7 114 106 118
berdiskusi dengan pasangannya
 Jumlah Skor 716 675 730.5
 Rata-rata 19,89 20,69 20,29
 Persentase 71,03 73,91 72.47
 Kategori

Pada tabel 4.22 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengamatan


aktivitas siswa pada siklus II mendapatkan jumlah nilai 730,5. Dengan nilai
rata-rata yang diperoleh tiap indicator adalah 20,29 dan termasuk dalam
kategori baik.

3. Hasil Belajar Siswa Siklus II


Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II mengenai hasil belajar
dalam pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V SDN 3
Sukajawa Bandar Lampung materi pesawat sederhana diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 4.23 Hasil Belajar Siswa Siklus II

No. Nama Siswa Nilai Siklus II

1 Adrian Yusuf 50
2 Afriyan Gunawan 60
3 Anjar Ahmad 50
4 Argi Mey landri 70
5 Asfareiti Cahaya 70
6 Aurel Putri 90
7 Az Zahrah 90
8 Bimo Surya P 50
9 Dede Nuraini 80

73
10 Dian Safitri 90
11 Dinda Putri 90
12 Elsa Amelia 100
13 Farel Ramadhan 70
14 Febrina Asyifa 70
15 Fitri Sewiana 70
16 Kevin Adriand 80
17 M. Alfahri 90
18 M. Alif Wangsa 50
19 M. Fahril 80
20 M. Riyan Ardi 100
21 Marisa Anggraini 80
22 Meise Almira 80
23 Nur Fadli 90
24 Nur Mala Dewi 80
25 Nur Safitri 90
26 Pabo Deenejad 100
27 Raihan Alif 60
28 Raihan Tri S 80
29 Restu Fadilah 50
30 Riyanti Tri S 100
31 Sabrina Yolivia 80
32 Taufik Kurahman 100
33 Vega Asawati 100
34 Yovi Ferdian 50
35 Zahrah 80
36 Zidan Al Habsi 90
Jumlah 2810
Rata-rata 78.06

Tabel 4.24 Data Hasil Belajar Siswa

No Uraian Hasil Siklus II


1 Nilai rata-rata tes formatif 78,06
2 Nilai Tertinggi 100
3 Nilai Terendah 50
4 Jumlah siswa yang tuntas belajar 30
5 Jumlah siswa yang belum tuntas belajar 6
6 Presentase ketuntasan belajar 83,3 %

Pada tabel 4.24 menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar


siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game
Tournament (TGT) sebesar 78,06 dengan perolehan nilai tertingginya adalah

74
100, sedangkan nilai terendahnya 50. Data tersebut menunjukkan bahwa
siswa yang tuntas sebanyak 30 siswa dan yang belum tuntas 6 siswa.
Persentase ketuntasan belajar kalsikal yaitu 83,3%. Dengan ketuntasan belajar
yang telah melebihi 75% maka indicator penelitian telah terpenuhi.
Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat dari diagram berikut:

Persentase Ketuntasan Belajar Siswa


Belum
Tuntas

Tuntas

Diagram 4.2 Ketuntasan belajar siswa

4.2.3.4 Rekapitulasi Data Siklus II


Berikut disajikan perolehan persentase data keterampilan guru, aktivitas
siswa, dan hasil belajar siklus I.
Tabel 4.25 Rekapitulasi data keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar

Komponen Skor Rata-rata Persentase Kategori


Keterampilan
31,5 3,2 78,8 Baik
Guru
Aktivitas
730,5 20,29 72,47 Baik
Siswa
Hasil Belajar 2810 78,06 83,3 Baik

Hasil tersebut menunjukkan bahwa siklus ketiga secara klasikal siswa telah
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 55 sebesar 83,3% dan telah
melewati presentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 75%.

4.2.3.5 Refleksi Siklus II


Tahap selanjutnya yaitu tahap refleksi yang bertujuan untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan siklus II.

75
1. Keterampilan guru
Pada siklus III diperoleh nilai sebesar 31,5 dengan rata-rata 3,2
dengan demikian keterampilan guru telah meningkat secara signifikan

2. Aktivitas siswa
Pada setiap indicator terlihat siswa telah aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT).

3. Hasil belajar
Pada siklus II telah menunjukkan ketuntasan belajar secara
klasikal.

4.2.3.6 Revisi Siklus II


Dengan nilai rata-rat skor keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar
yang telah meningkat dan memenuhin indicator yang telah ditetapkan, maka dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini telah berhasil. Jadi dapat disimpulkan
pelaksanaan tindakan pada siklus II indicator hasil penelitian telah tercapai

4.3 Pembahasan
Tabel 4.26 Rekapitulasi Keteram pilan Guru Aktivitas Siswa dan Hasil belajar
Siklus I dan II

Skor Rata-rata Persentase


Sumber
No
Data
Sik I Sik II Sik I Sik II Sik I Sik II

Keterampilan
1 27 31,5 2,7 3,2 67,5 78,8
Guru
Aktivitas
2 629 730,5 17,47 20,29 62,4 72,47
Siswa
Ketuntasan
3 2470 2810 68,61 78,06 69,4 83,3
Belajar

4.3.1 Peningkatan Ketrampilan Guru Siklus I dan II


Hasil pengamatan pada pembelajaran matematika melalui penerapan model

76
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menunjukkan
bahwa keterampilan guru mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II.
Pada siklus I diperoleh skor 27 dengan nilai rata-rata 2,7 dan persentase 67,5%
dengan kategori cukup. Pada siklus II diperoleh skor 31,5 dengan nilai rata-rata
3,2 persentase 78,8% dengan kategori baik.
Peningkatan keterampilan guru pada setiap siklusnya dijabarkan dalam diagram
dibawah ini:

Peningkatan Ketrampilan Guru Siklus I dan II


90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Skor Rata-Rata Persentase

Siklus I Siklus II Series3

Diagram 4.3 Peningkatan Ketrampilan Guru Siklus I dan II


Berdasarkan diagram diatas dpat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) dapat meningkatkan keterampilan guru.

4.3.2 Peningkatkan Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II


Hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama menerapkan pembelajaran
matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata aktivitas siswa
adalah 17,47 dan termasuk kategori baik kemudian terjadi peningkatan pada siklus
II menjadi 20,29.

77
Peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklusnya dijabarkan dalam diagram
dibawah ini:

Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I dan II


80
70
60
50
40
30
20
10
0
Skor Rata-Rata Persentase

Siklus I Siklus II Series3

Diagram 4.4 Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I dan II

Dengan demiikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika


melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) dapat meningkatkan aktivitas siswa di dalam kegiatan pembelajaran.

4.3.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II


Berdasarkan data analisis tes siklus I diketahui bahwa nilai rata-rata klasikal
adalah 68,61 nilai terendah 40, nilai tertinggi 90. Terdapat 11 siswa yang belum
tuntas atau 30,6 %. Hanya 25 siswa yang mengalami ketuntasan belajar atau
69,4%. Ketuntasan belajar tersebut belum memenuhi kriteria indikator
keberhasilan dengan ketuntasan belajar klasikal yaitu sekurang-kurangnya 75%.
Pada siklus ke II persentase ketuntasan hasil belajar mengalami peningkatan
menjadi 83,3% atau 30 siswa telah tuntas. Persentase siswa yang belum tuntas
hanya 16,7% atau 6 siswa. Nilai rata-rata klasikal meningkat menjadi 78,06, nilai
terendah 50,dan nilai tertinggi 100. Ketuntasan belajar tersebut telah memenuhi
kriteria indikator keberhasilan dengan ketuntasan belajar klasikal yaitu sekurang-
kurangnya 75%.

78
Hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dari siklus I
sampai siklus II mengalami peningkatan. Secara lebih jelas, peningkatan tersebut
dapat dilihat pada diagram dibawah
Diagram 4.5 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II


300

250

200

150

100

50

0
Skor Rata-Rata Persentase

Siklus I Siklus II Series3

Berdasarkan data yang telah didapatkan berupa hasil pengamatan


keterampilan guru, aktivitas siswa, dan data hasil belajar siswa, diperoleh hasil
bahwa keterampilan guru meningkat dengan kriteria sangat baik, aktivitas siswa
meningkat dengan kriteria sangat baik, dan hasil belajar siswa dapat memenuhi
ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 75%, maka penelitian ini berhenti
sampai di siklus II.

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang menerapkan
pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

79
Team Games Tournament (TGT) kelas V SDN 3 Sukajawa dapat disimpulkan
bahwa:
1. Terjadi peningkatan kualitas pembelajaran matematika kelas V SDN 3
Sukajawa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT).
2. Terjadi peningkatan ketrampilan guru dan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran matematika kelas V di SDN 3 Sukajawa dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)..
Ditunjukkan dengan hasil:
a. Keterampilan guru siklus I mendapat skor 27 (baik), siklus II mendapat
skor 31,5 (sangat baik).
b. Aktivitas siswa siklus I mendapat skor rata-rata 17,47 (baik), siklus II
mendapat skor 20,29 (baik)
c. Hasil belajar siswa siklus I mendapat skor rata-rata 68,61 (cukup),
siklus II mendapat skor 78,06 (baik).
3. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
matemmatika sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah
ditentukan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT). Ditunjukkan dengan hasil siklus I mengalami
persentase ketuntasan klasikal sebesar 69,4% dan pada siklus II
mengalami persentase ketuntasan klasikal sebesar 83,3%

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Siswa
Demi tercapainya tujuan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) maka hendaknya:
1. Siswa melakukan persiapan sebelum pelaksanaan pembelajaran
2. Siswa bersungguh-sungguh dalam mengikuti pemberlajaran.

5.2.2 Bagi Guru

80
Demi tercapainya tujuan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT )serta peningkatan
kualitas pembelajaran, maka guru hendaknya:
1. Guru melakukan persiapan sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT), misalnya menyiapkan materi yang akan dipelajari siswa serta
menyusun rancangan pembelajaran dengan baik.
2. Guru aktif melakukan inovasi pembelajaran agar pembelajaran tidak
membosankan dan siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran

5.2.3 Bagi Sekolah


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, model pembelajaran kooperatif
tipe Team Games Tournament (TGT)terbukti efektif meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar matematika materi KPK dan FPB. Oleh sebab itu hendaknya sekolah
mendukung guru dalam melakukan inovasi pembelajaran, misalnya dengan
menyediakan sarana prasaran yang memadai agar mempermudah guru dalam
melakukan inovasi pembelajaran.

5.2.4 Bagi Pembaca


Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) hendaknya tidak berhenti disini, namun dapat diteruskan ke penelitian yang
akan datang guna memperoleh hasil yang lebih akurat mengenai model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).

81

Anda mungkin juga menyukai