Bab I Pembahasan 1.1 Desentralisasi Dan Pusat Pertanggungjawaban

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Desentralisasi dan Pusat Pertanggungjawaban

Suatu perusahaan diatur menurut garis-garis pertanggungjawabannya. Apabila


ukuran organisasi bertambah besar, garis pertanggungjawaban ini akan menjadi lebih panjang
dan lebih banyak. Struktur tradisional menjadi tidak praktis. Sistem akuntansi
pertanggungiawaban (responsibility accounting system) adalah sistem yang mengukur
berbagai hasil yang dicapai setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang
dibutuhkan para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungiawaban mereka.
Perusahaan yang memiliki beberapa pusat pertanggungjawaban biasanya memilih salah satu
dari dua pendekatan pengambilan keputusan untuk mengelola kegiatan mereka yang rumit
dan beragam yaitu tersentralisasi atau terdesentralisasi. Pada pengambilan keputusan
tersentralisasi, keputusan dibuat pada tingkat manajemen puncak dan manajemen yang lebih
rendah bertanggung jawab atas pengimplementasian keputusan-keputusan tersebut.
Pengambilan keputusan terdesentralisasi memperkenankan manajer yang jenjang lebih
rendah untuk membuat dan mengimplementasikan keputusan-keputusan penting yang
berkaitan wilayah pertanggung jawaban mereka.

Disentralisasi biasanya dapat diwujudkan melalui pembentukan unit-unit yang


disebut divisi. Pembagian divisi dapat dilakukan berdasarkan jenis barang atau jasa yang
diproduksi. Cara untuk membedakan divisi adalah berdasarkan jenis pertanggungjawaban
yang dikenal sebagai pusat pertanggungjawaban dan menugaskan manajer dibawahnya untuk
menangani wilayah tersebut. Berikut jenis utama pusat pertanggungjawaban :
 Pusat biaya (cost center), manajernya bertanggung jawab hanya terhadap biaya.
 Pusat pendapatan (revenue center), manajernya bertanggung jawa terhadap penjualan.
 Pusat laba (profit center), manajernya bertanggung jawab terhadap penjualan dan
biaya.
 Pusat investasi (investment center), manajernya bertanggung jawab terhadap
penjualan, biaya, dan investasi modal.

Pengorganisasian divisi-divisi sebagai pusat pertanggungjawaban menciptakan


peluang untuk mengendalikan divisi-divisi melalui penggunaan akuntansi
pertanggungjawaban. Pengendalian pusat pendapatan dicapai dengan mengevaluasi efsiensi
dan efektivitas dari manajer-manajer divisi berdasarkan pendapatan dari penjualan.
Pengendalian pusat biaya didasarkan pada pengendalian biaya dan sering menggunakan
analisis variansi.

1.2 Pengukuran Kinerja Pusat Investasi degan Menggunakan Laporan Laba-Rugi


Variabel dan Absorpsi
Mengembangkan laporan laba-rugi segmen untuk setiap pusat laba adalah satu
hal yang penting. Dua metode perhitungan laba yang telah dikembangkan, yaitu satu
berdasarkan perhitungan biaya variabel dan yang lainnya berdasarkan perhitungan biaya
penuh atau absorpsi. Keduanya merupakan metode perhitungan biaya karena berkaitan
dengan cara menentukan biaya produk. Perbedaan antara perhitungan biaya variabel dan
absorpsi bergantung pada perlakuan terhadap satu biaya tertentu, yaitu overhead tetap.
Perhitungan biaya variabel yang juga disebut perhitungan biaya langsung hanya
membebankan biaya manufaktur variabel ke produk, biaya-biaya ini meliputi bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel. Overhead tetap diberlakukan sebagai
beban periode dan tidak disertakan dalam penentuan biaya produk. Sedangkan perhitungan
biaya absorpsi membebankan semua biaya manufaktur pada produk. Bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan overhead tetap adalah hal-hal yang
menentukan biaya produk. Menurut perhitungan biaya absorpsi, overhead tetap dipandang
sebagai biaya produk, bukan biaya periode.
Perhitungan Biaya Absorpsi Perhitungan Biaya Variabel
Biaya Produk Bahan baku langsung Bahan baku langsung
Tenaga kerja langsung Tenaga kerja langsung
Overhead variabel Overhead variabel
Overhead tetap

Biaya Periode Beban Penjualan Overhead tetap


Beban Administrasi Beban penjualan
Beban administrasi

1.2.1 Penilaian Persediaan


Persediaan dinilai atas biaya produk atau produksi. Perhatikan data berikut dari
Fairchild Company untuk tahun lalu.
Unit di persediaan awal -
Unit di produksi 10.000
Unit terjual ($ 300 per unit) 8.000
Biaya variabel per unit:
Bahan baku langsung $ 50
Tenaga kerja langsung 100
Overhead variabel 50
Biaya tetap:
Overhead tetap per unit yang diproduksi 25
Penjualan dan administrasi tetap 100.000

Data tersebut menunjukkan ada 2.000 unit di dalam persediaan akhir (10.000 -
8.000). Tampilan 10-5 menunjukkan cara menghitung biaya persediaan akhir dengan
menggunakan perhitungan biaya absorpsi dan variabel untuk Fairchild Company. Pada
perhitungan biaya persediaan akhir dapat menggunakan perhitungan biaya absorpsi dan
perhitungan biaya variabel. Pada persediaan absorpsi, persediaan akhir mencakup biaya
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel dan overhead tetap per unit.
Pada metode perhitungan biaya variabel, persediaan akhir hanya mencakup biaya bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung dan overhead variabel. Tidak dimasukkannya overhead tetap
dalam hasil biaya persediaan perhitungan biaya variabel membuat penilaian persediaan yang
lebih rendah daripada model absorpsi.
Perhitungan Biaya Absorpsi Perhitungan Biaya Variabel
Bahan baku langsung $ 50 Bahan baku langsung $ 50
Tenaga kerja langsung 100 Tenaga kerja langsung 100
Overhead variabel 50 Overhead variabel 50
Overhead tetap 25
Biaya produk per unit $ 225 Biaya produk per unit $ 200
Nilai persediaan akhir:
= 2.000 x $ 225 = $ 450.000 = 2.000 x $ 200 = $ 400.000

Tampilan 10-5 Biaya Persediaan Akhir di Fairchild Company Menurut Perhitungan


Biaya Absorpsi dan Variabel

1.2.2 Laporan Laba Rugi dengan Menggunakan Biaya Variabel dan Absorpsi
Karena biaya produk per unit merupakan dasar bagi penghitungan harga pokok
penjualan, metode perhitungan biaya variabel dan absorpsi dapat mengakibatkan angka laba
bersih yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena jumlah overhead tetap yang diakui
sebagai beban pada kedua metode. Dengan menggunakan data dari Fairchild Company
sebagai contoh, Tampilan 10-6 menunjukkan laba menurut perhitungan biaya absorpsi adalah
$50.000 lebih tinggi daripada laba menurut perhitungan biaya variabel. Perbedaan ini karena
sebagian overhead tetap periode tersebut yang masuk dalam persediaan ketika perhitungan
biaya absorpsi digunakan. Bahkan, hanya $200.000 ($25 x 8.000) dari overhead tetap yang
dimasukkan dalam harga pokok penjualan pada perhitungan biaya absorpsi; sisanya, yaitu
$50.000 ($25 x 2.000) ditambahkan ke persediaan. Akan tetapi pada perhitungan biaya
variabel, semua biaya overhead tetap sebesar $250.000 untuk periode tersebut ditambahkan
ke beban pada laporan laba-rugi. Perhatikan bahwa Beban penjualan dan administrasi tidak
pernah dimasukkan dalam biaya produk. Beban penjualan dan administrasi selalu dikeluarkan
dari laporan laba rugi dan tidak pernah muncul di neraca.
1.2.3 Hubungan antara Produksi, Penjualan, dan Laba
Hubungan antara laba menurut perhitungan biaya variabel dan laba menurut
perhitungan biaya absorpsi berubah ketika hubungan antara produksi dan penjualan berubah.
Jika barang yang terjual lebih banyak dari barang yang diproduksi, maka laba menurut
perhitungan biaya variabel akan lebih tinggi dari laba menurut perhitungan biaya absorpsi.
Menurut perhitungan biaya absorpsi, unit-unit yang keluar dari persediaan mengandung
overhead tetap dari periode sebelumnya. Selain itu, unit-unit yang diproduksi dan dijual telah
mengandung seluruh overhead tetap periode berjalan. Dengan demikian, jumlah beban
overhead tetap menurut perhitungan biaya absorpsi lebih besar dari overhead tetap periode
berjalan, yaitu sebesar jumlah overhead tetap yang keluar dari persediaan. Oleh karena itu,
laba menurut perhitungan biaya variabel lebih tinggi dari laba menurut perhitungan biaya
absorpsi sebesar jumlah overhead tetap yang mengalir keluar dari persediaan awal.
Jika jumlah produksi dan penjualan sama, maka tidak ada perbedaan laba yang
dilaporkan. Karena unit-unit yang diproduksi terjual seluruhnya, perhitungan biaya absorpsi –
seperti juga perhitungan biaya variabel – akan mengakui total overhead tetap periode tersebut
sebagai beban. Tidak ada overhead tetap yang masuk atau keluar dari persediaan.
Jika Maka
1. Produksi > Penjualan Laba Bersih Absorpsi > Laba Bersih Variabel
2. Produksi < Penjualan Laba Bersih Absorpsi < Laba Bersih Variabel
3. Produksi = Penjualan Laba Bersih Absorpsi = Laba Bersih Variabel

Kunci untuk menjelaskan perbedaan antara laba yang dihasilkan perhitungan


biaya absorpsi dan perhitungan biaya variabel adalah analisis terhadap arus overhead tetap.
Perhitungan biaya variabel selalu mengakui total overhead tetap periode sebagai beban.
Perhitungan biaya absorpsi hanya mengakui overhead tetap yang ada pada unit-unit yang
terjual. Jika jumlah yang diproduksi berbeda dari yang terjual, overhead tetap dalam
persediaan meningkat, maka laba menurut perhitungan biaya absorpsi lebih besar dari pada
menurut perhitungan biaya variabel sebesar kenaikan bersihnya. Jika overhead tetap
persediaan berkurang, maka laba menurut perhitungan biaya variabel lebih besar daripada
laba menurut perhitungan biaya absorpsi sejumlah penurunan bersihnya.
Perubahan dalam overhead tetap dalam persediaan adalah tepat sama dengan
selisih di antara kedua laba. Perubahan ini dapat dihitung melalui perkalian tarif overhead
tetap dengan perubahan total unit persediaan awal dan akhir (yang merupakan selisih antara
produksi dan penjualan). Selisih antara laba operasi menurut perhitungan biaya absorpsi dan
laba bersih menurut perhitungan biaya variabel dapat dinyatakan sebagai berikut.
Laba menurut Laba menurut
Tarif overhead (Unit diproduksi -
perhitungan - perhitungan = x
tetap Unit terjual)
biaya absorpsi biaya variabel

1.3 Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan ROI

Menghitung pengembalian atas investasi investasi (return on investement—ROI) merupakan


satu cara untuk mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang digunakan. ROI merupakan
ukuran kinerja yang paling lazim bagi suatu pusat investasi dan dirumuskan dengan 2 cara,
adalah sebagai berikut.
Operating Income
ROI=
Average Operating Assets
(beginning net book Value+ending net book value)
Average Operating Assets=
2
Laba operasi (operating income) adalah laba sebelum bunga dan pajak.
Sedangkan, aktiva operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan peralatan.
Cara kedua untuk menghitung ROI adalah memisahkan rumusnya (Laba operasi/
Aktiva operasi rata-rata) dalam margin dan perputaran.

ROI=Margin × Turnover
Operating Income Sales
ROI= ×
Sales Average Operating Assets

Margin merupakan rasio dari laba operasi terhadap penjualan dan menyatakan
bagian dari penjualan yang tersedia untuk bunga, pajak, serta laba. Sedangkan
perputaran (turnover)  merupakan suatu ukuran lain yang dihitung melalui pembagian antara
penjualan dan ktiva operasi rata-rata. Hal ini menunjukkan produktivitas aktiva yang
digunakan untuk menghasilkan penjualan.
Komparasi Margin Dan Turnover Divisi A Dan Divisi B PT. DEF
Divisi A Divisi B
Tahun Pertama :
Sales Rp 30.000.000 Rp 117.000.000
Operating Income Rp 1.800.000 Rp 3.510.000
Average Operating
Rp 10.000.000 Rp 19.500.000
Assets

Rp 1.800 .000 Rp 3.510 .000


Margin × 100 %=6 % ×100 %=3 %
Rp 30.000 .000 Rp 117.000 .000
Rp 30.000 .000 Rp 117.000 .000
Turnover =3 =6
Rp 10.000 .000 Rp 3.510 .000
ROI 6 % × 3=18 % 3 % × 6=18 %
Tahun Kedua :
Sales Rp 40.000.000 Rp 117.000.000
Operating Income Rp 2.000.000 Rp 2.925.000
Average Operating
Rp 10.000.000 Rp 19.500.000
Assets

Rp2.000 .000 Rp 2.925 .000


Margin ×100 %=5 % ×100 %=2.5 %
Rp 40.000.000 Rp 117.000 .000
Rp 40.000.000 Rp 117.000 .000
Turnover =4 =6
Rp10.000 .000 Rp 19.500 .000
ROI 5 % × 4=20 % 2,5 % × 6=15 %

Terdapat beberapa sisi positif dari penggunaan ROI, diantaranya adalah sebagai
berikut.
a) Mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan, beban, dan
investasi sebagaimana yang diharapkan dari seorang manajer pusat investasi.
b) Mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi biaya.
c) Mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi aktiva operasi.
Penekanan yang berlebihan pada ROI dapat menghasilkan pemikiran yang
sempit. Dua aspek negatif ROI yang sering disebutkan, adalah sebagai berikut.
a) Mengakibatkan fokus yang sempit hanya pada profitabilitas divisi dengan
mengorbankan profitabilitas keseluruhan perusahaan.
b) Mendorong para manajer untuk fokus pada kepentingan jangka pendek dengan
mengorbankan kepentingan jangka panjang.

1.4 Mengukur Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan Laba Residu dan Nilai
Tambah Ekonomi

D. Mengukur Kinerja Pusat Investasi Dengan Menggunakan Laba Residu dan Nilai
Tambah Ekonomi
Untuk melawan tren ROI dalam memegang investasi yang menguntungkan,
beberapa perusahaan telah mengadopsi metrik kinerja alternatif seperti pendapatan residual.
Economic Value Added merupakan metode alternatif untuk menghitung pendapatan residual
yang saat ini digunakan oleh beberapa perusahaan.

1. Laba Residu
Laba Residu adalah perbedaan antara pendapatan operasional dan tingkat
pengembalian minimum yang disyaratkan dalam dolar atas aset operasi perusahaan.
Pengembalian minimum ditentukan oleh perusahaan dan sesuai dengan tingkat
retensi yang ditentukan di bagian ROI. Jika pendapatan residual lebih besar dari nol,
pendapatan departemen lebih besar dari pengembalian minimum. Jika pendapatan
residual kurang dari nol, pendapatan departemen di bawah pendapatan minimum.

a) Keunggulan Laba Residu


Keunggulan Laba Residu adalah dengan menggunakan perbandingan laba
residu divisi menunjukkan perbedaan dua kelompok dan penggunaan laba
residu mendorong manajer menerima proyek apapun yang menghasilkan
tingkat di atas minimum
b) Kelemahan Laba Residu
Laba Residu dapat membantu mendorong orientasi dalam jangka pendek.
Masalah lain dengan pendapatan residual, yang bertentangan dengan ROI,
adalah pendapatan residual sebagai ukuran absolut dari profitabilitas. Oleh
karena itu, perbandingan indikator secara langsung di dua pusat investasi yang
berbeda menjadi sulit, karena tingkat investasinya mungkin berbeda.
2. Nilai Tambah Ekonomi
Nilai Tambah Ekonomi adalah laba bersih (laba bersih dikurangi pajak) dikurangi
total biaya modal tahunan. Pada dasarnya, Economic Value Added (EVA) adalah
pendapatan residual dengan biaya modal sama dengan biaya modal yang diperoleh
perusahaan (bukan pengembalian minimum yang diinginkan perusahaan karena alasan
lain. Jika EVA positif, perusahaan menciptakan. Jika negatif, modal perusahaan
terbuang percuma.
Sebagai bentuk pendapatan residual, EVA adalah bentuk dolar, bukan persentase
pengembalian. Namun, EVA juga menghasilkan pengembalian seperti ROI karena
menghubungkan laba bersih (pengembalian) dengan modal yang digunakan. Inti dari
EVA adalah penekanan pada pendapatan operasional bersih dan biaya modal yang
masih harus dibayar.
a) Menghitung EVA
EVA= Laba operasi setelah pajak – (presentase biaya modal actual x total
modal yang terpakai)
b) Aspek perilaku EVA
Sejumlah perusahaan telah menemukan bahwa EVA membantu mendorong
jenis perilaku yang tepat di seluruh divisi dengan menunjukkan bahwa
penekanan hanya pada pendapatan operasional tidak cukup. Alasan yang
mendasarinya adalah bahwa EVA bergantung pada biaya modal yang
sebenarnya.

• Metode Evaluasi Kinerja Manajer


Menurut Hani Handoko (2014:142) ada berbagai metode untuk menilai prestasi
kerja karyawan yaitu dengan metode penilaian berorientasi masa lalu dan metode
penilaian berorientasi masa depan.
o Penilaian berdasarkan Orientasi Masa Lalu
1. Rating Scale
Metode rating scale adalah metode yang paling banyak digunakan untuk menilai
kinerja karyawan pada masa lalu, dimana penilaian kinerja dilakukan oleh atasan atau
manajer yang bersangkutan.
Metode ini terdiri dari dua bagian yaitu : bagian suatu daftar karakteristik, bidang,
ataupun perilaku yang akan dinilai dan bagian skala. Dalam penilaian metode meliputi
faktor kejujuran, kerajinan, ketekunan, sikap, kerja sama, kepemimpinan, kecermatan,
kesetian dan kerapihan.
Metode ini memiliki prinsip yaitu dalam penilaiannya terdapat kolom-kolom
yang berisi kategori penilaian yang di nyatakan dalam bentuk sangat baik, baik, cukup,
kurang dan sangat kurang baik. Penilaian metode berdasarkan faktor — faktor
penilaiannya.
Metode ini memiliki kelebihan yaitu penilaian dilakukan dengan banyak pegawai,
metode ini sistem penilaian sederhana dan cepat. Kelemahan : Pengisian lembar penilaian
dalam waktu singkat membuat pemimpin melupakan tujuan evaluasi kinerja, kriteria yang
dipergunakan untuk penilaian samar.
2. Checklist
Metode ini hampir sama dengan rating scale dengan memberikan pertanyaan
yang berupa lembar pertanyaan atau formulir, tetapi pertanyannya di beri bobot untuk
mengkalkulasi penilaian kinerja pegawai. Metode ini di jadikan gambaran hasil kerja
karyawan yang akurat.
Metode ini memiliki prinsip yaitu formulir isian yang berdasarkan nama
karyawan, bagian dimana karyawan bekerja, nama dan jabatan penilai, faktor yang dinilai
dengan sorotan perhatian terutama ditunjukan pada aspek kritikal dalam mengukur
keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas.
Metode ini memiliki kelebihan yaitu biaya yang murah, pengurusannya mudah,
penilaian hanya membutuhkan pelatihan sederhana. Kelemahan : penilaian yang hanya
mengedepankan penilaian pribadi karyawan dalam menentukan kriteria pekera,
menentukan bobot yang tidak sesuai.
3. Forced Choice Method
Merupakan berbentuk presentase yang sudah ditentukan dari karyawan
ditempatkan dalam kategori kerja. Dalam metode ini mengandung pernyataan baik
bersifat positif maupun negatif tentang pegawai yang dinilai. Pernyataan terdapat
berbagai faktor seperti kemampuan belajar, prestasi kerja.
Metode ini memiliki prinsip yaitu dalam sistem penilaian ini menggunakan
penilaian dengan skala lima butir yaitu berkinerja tinggi, berkinerja rata-rata tinggi,
berkinerja rata-rata, berkinerja rata-rata rendah dan berkinerja rendah.
Metode ini memiliki kelebihan yaitu dapat mengidentifikasi yang mempunyai
prestasi tinggi, mengurangi penyimpanan penilai. Kelemahan : tidak realistik mendorong
pimpinan untuk mendistribusikan ke lima kelas yang karyawanya hanya empat atau lima.
Penilaian hasil tergantung pada ketepatan pilihan awal pimpinan atas nilai-nilai jalan
pintas. kesulitan dalam mendapatkan karyawan yang memandang diri sendiri sebagai
orang yang berprestasi tinggi untuk memahami bahwa mendapatkan nilai standar tinggi
tidak sama dengan mendapat nilai C
4. Metode Catatan Prestasi
Merupakan metode yang berhubungan dengan metode peristiwa kritis dengan
catatan penyempurnaan misalnya penampilan, kemampuan berbicara dan kepemimpinan.
Metode ini memiliki prinsip yaitu metode ini digunakan untuk menghasilkan
detail laporan tahunan tentang kontribusi pegawai.
Metode ini memiliki kelebihan yaitu digunakan untuk pengambilan keputusan
untuk promosi serta memberikan masukan tentang hasil kerja yang akan datang.
Kelemahannya adalah metode ini hanya memberikan sesuatu yang baik saja terhadap apa
yang dilakukan karyawan.
5. Behaviorally Anchored Rating Scale (BARS)
Merupakan metode ini bertujuan untuk mengkombinasikan manfaat dari metode
peristiwa kritis dan penilaian berdasarkan kuantitas dikaitkan dengan skala berdasarkan
kuantitas.
Metode ini memiliki kelebihan yaitu skala pemberian penilaian yang akurat,
standar yang lebih jelas, memberikan umpan balik, memiliki dimensi independen.
Kelemahannya adalah sulit untuk di kembangkan
6. Field Review Method
Merupakan metode dengan penilaian langsung turun ke lapangan untuk mendapat
informasi dari atasan atas prestasi karyawannya. Dari hasil turun langsung ke lapangan di
buat untuk langkah-langkah pengembangan karir.
Metode ini memiliki kelebihan yaitu penilaian dilakukan oleh para ahli penilaian
dan juga karena tidak terpengaruh oleh hallo effect. Kelemahannya adalaj penilai,
meskipun seorang ahli, tetap tidak bebas dari ‘bias' tertentu dan bagi organisasi besar
menjadi mahal karena harus mendatangkan ahli penilai ke tempat pelaksanaan tugas.

o Penilaian berdasarkan Orientasi Masa Depan


1. Management by Objective (MBO)
Merupakan satu bentuk penilaian di mana karyawan dan penyelia bersama-sama
menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja di waktu yang akan
datang. Penilaian kinerja berdasarkan metode ini merupakan suatu alternatif untuk
mengatasi kelemaha-kelemahan dari bentuk penilaian kinerja lainnya.
Metode ini memiliki prinsip yaitu : Pemakaiannya terutama ditujukan untuk
keperluan pengembangan karyawan. Metode ini lebih mengacu pada pendekatan hasil.
Metode ini sebagai sebuah program di mana manajemen yang melibatkan karyawan
dealam pengambilan keputusan untuk menentukan sasaran-sasaran yang hendak
dicapainya, yang dapat dilakukan melalui prosedur.
2. Penilaian berdasarkan Psikologis
Adalah proses penilaian yang dilakukan oleh para ahli psikologi untuk
mengetahui potensi seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti
kemampuan intelektual, motivasi, dan lain-lain yang bersifat psikologis. Penilaian ini
biasanya dilakukan melalui serangkaian tes psikologi seperti tes kecerdasan intelektual,
tes kecerdasan emosional, diskusi-diskusi, tes kecerdasan spiritual dan tes kepribadian,
yang dilakukan melalui wawancara atau tes tertulis terutama untuk menilai potensi
karyawan dimasa mendatang
3. Assesment Center
Merupakan penilaian yang dilakukan melalui serangkaian teknik penilaian dan
dilakukan oleh sejumlah penilai untuk mengetahui potensi seseorang dalam melakukan
tanggung jawab yang lebih besar. Dasar dari teknik ini berupa serangkaian latihan
situsional, dimana latihan ini berupa tugas manajemen yang disimulasikan dan meliputi
teknik-teknik seperti bermain peran, analisis kasus, wawancara dan tes psikologis.

1.5 Penetapan Harga Transfer


Cara menilai barang-barang yang ditransfer yaitu ketika divisi-divisi diperlakukan
sebagai pusat petanggungjawaban, divisi tersebut dievaluasi berdasarkan laba operasi,
pengembalian atas investasi dan laba residua tau EVA. Jadi, nilai barang yang ditransfer
merupakan pendapatan bagi divisi yang menjual dan biaya bagi divisi yang membeli. Nilai
ini atau harga internal disebut harga transfer (transfer price). Sehingga, harga transfer adalah
harga yang dibebankan untuk suatu komponen oleh divisi penjual pada divisi pembeli di
perusahaan yang sama. Pendapatan harga transfer adalah masalah yang rumit.
 Dampak Penetapan Harga Transfer terhadap Divisi dan Perusahaan secara
Keseluruhan
Ketika suatu divisi menjual pada divisi lain, kedua divisi tersebut dan perusahaan
secara keseluruhan mendapat pengaruhnya. Harga yang dikenakan untuk barang yang
ditransfer memengaruhi biaya divisi pembeli dan pendapatan divisi penjual. Artinya,
laba kedua divisi tersebut, sebagaimana juga evaluasi dan kompensasi para manajer
mereka, dipengaruhi oleh harga transfer.
Meskipun harga transfer aktual tidak memengaruhi perusahaan sebagai suatu
kesatuan, penetapan harga transfer ternyata mampu memengaruhi tingkat laba yang
dihasilkan perusahaan multinasional melalui pajak badan dan persyaratan hukum
lainnya yang ditetapkan negara tempat berbagai divisi beroperasi.
 Kebijakan Penetapan Harga Transfer
Perusahaan yang terdesentralisasi memungkinkan lebih banyak wewenang
pengambilan keputusan di tingkat manajemen yang lebih rendah. Dalam penyusun
sebuah kebijakan penetapan harga transfer, pandangan dari divisi penjualan dan divisi
pembelian harus dipertimbangkan. Pendekatan biaya peluang mencapai tujuan
tersebut dengan mengidentifikasi harga minimum yang ingin diterima divisi penjualan
dan harga maksimum yang ingin dibayar oleh divisi pembeli. Harga maksimum dan
minimum tersebut sesuai dengan biaya transfer internal.
Berikut harga yang ditetapkan:
1. Harga transfer minimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan
divisi penjual tidak menjadi lebih buruk jika barang dijual pada divisi internal
daripada dijual pada pihak l uar.
2. Harga transfer maksimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan
divisi pembeli tidak menjadi lebih buruk jika suatu input dibeli secara internal.
Beberapa kebijakan penetapan harga transfer digunakan dalam praktik. Kebijakan
penetapan harga transfer ini mencakup harga pasar, harga transfer berdasarkan
biaya, dan harga transfer yang dinegosiasikan.

Beberapa kebijakan penetapan harga transfer digunakan dalam praktik. Kebijakan


penerapan harga transfer ini mencakup harga pasar, harga transfer berdasarkan biaya, dan
harga transfer yang dinegosiasikan.

1. Harga Pasar

Jika terdapat pasar luar dengan persaingan sempurna untuk produk yang
ditransfer, maka harga transfer yang sesuai adalah harga pasar. Pada suatu demikian, berbagai
Tindakan manajer divisi akan mengoptimalkan laba divisi dan laba perusahaan secara
simultan. Jika tersedia, harga pasar adalah pendekatan terbaik untuk penetapan harga transfer.
Karena divisi penjual mampu menjual barangnya pada harga pasar, transfer internal pada
harga yang lebih rendah dari harga pasar akan mengakibatkan divisi tersebut merugi. Divisi
pembeli yang selalu mampu membeli barang pada harga pasar untuk barang yang ditransfer
secara internal.

2. Harga Transfer Berdasarkan Biaya

Harga pasar luar kerap tidak tersedia. Hal tersebut bisa terjadi karena produk
yang akan ditransfer menggunakan desain hak paten yang dimiliki perusahaan induk. Dalam
hal ini, perusahaan bisa menggunakan penetapan harga transfer berdasarkan biaya. Sebagai
contoh, perusahaan matras menggunakan busa dengan kepadatan tinggi untuk matras dari
tempat tidur lipat tersebut dan perusahaan luar tidak memproduksi matras semacam ini
dengan ukuran yang sesuai. Jika perusahaan telah menetapkan kebijakan penetapan harga
transfer berdasarkan biaya, maka divisi matras akan membebankan biaya penuh mencakup
biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan bagian dari
overhead tetap.

3. Harga Transfer yang Dinegosiasikan

Akhirnya, manajemen tingkat atas bisa mengizinkan manajer divisi pembeli dan
penjual untuk menegosiasikan harga transfer. Secara khusus, pendekatan ini berguna saat
kondisi pasar tidak sempurna, seperti kemampuan divisi di dalam perusahaan untuk
menghindari biaya penjualan dan distribusi. Dalam hal ini, biaya yang dihemat bisa dibagi di
antara dua divisi.

1.6 Kasus
Kasus 1
Biaya per Unit, Penilaian Persediaan, Perhitun Biaya Variabel dan Absorpsi (TB2)
Soal
Witherspoon Company memproduksi 20.000 unit selama tahun pertama operasi dan
menjual 19.350 unit. Perusahaan memilih aktivitas praktis—dengan 20.000 unit—untuk
menghitung tarif overhead yang telah ditentukan sebelumnya. Biaya manufaktur adalah
sebagai berikut.

Bahan baku langsung $120.600


Tenaga kerja langsung 90.000
Overhead variabel yang diharapkan dan aktual 26.400
Overhead tetap yang diharapkan dan aktual 68.000

Diminta

1. Hitunglah biaya per unit dan biaya persediaan barang jadi dengan perhitungan biaya
absorpsi!
2. Hitunglah biaya per unit dan biaya persediaan barang jadi dengan perhitungan biaya
variabel!
3. Berapa dolarkah jumlah yang akan digunakan untuk melaporkan biaya persediaan
barang jadi pada pihak eksternal? Mengapa?

Jawaban

1. Hitunglah biaya per unit dan biaya persediaan barang jadi dengan perhitungan biaya
absorpsi!

Perhitungan Biaya Absorpsi

Total Biaya Per Unit


Bahan Baku Langsung $ 120.600 $ 6,03
Tenaga Kerja Langsung 90.000 4,50
Overhead Variabel 26.400 1,32
Overhead Tetap 68.000 3,40
Total $ 305.000 $ 15,25

Nilai Persediaan Akhir = $15,25 x 650 = $9.912,50

2. Hitunglah biaya per unit dan biaya persediaan barang jadi dengan perhitungan biaya
variabel!

Perhitungan Biaya Variabel

Total Biaya Per Unit


Bahan Baku Langsung $ 120.600 $ 6,03
Tenaga Kerja Langsung 90.000 4,50
Overhead Variabel 26.400 1,32
Total $ 237.000 $ 11,85
Nilai Persediaan Akhir = $11,85 x 650 = $7.702,50

3. Berapa dolarkah jumlah yang akan digunakan untuk melaporkan biaya persediaan
barang jadi pada pihak eksternal? Mengapa?
Biaya absorpsi diperlukan untuk pelaporan eksternal, sehingga jumlah yang
dilaporkan yaitu sebesar $9.912,50.

Kasus 2
Soal
Schipper Company memiliki laba operasi setelah pajak tahun lalu sebesar
$115.000. Dua sumber pendanaan digunakan oleh perusahaan; $1,3 juta berupa obligasi
hipotek dengan 8 persen bunga dan $700.000 dalam saham biasa yang dianggap tidak lebih
atau kurang beresiko disbanding saham lainnya. Tingkat pengembalian obligasi jangka
pendek pemerintahan adalah 6 persen. Perusahaan Schipper membayar suatu tingkat pajak
marginal sebesar 30 persen. Total modal yang dipakai adalah $1,5 juta.
Diminta
1. Berapakah biaya setelah pajak obligasi hipotek?
2. Berapakah biaya setelah pajak saham biasa?
3. Berapakah biaya rata-rata tertimbang atas modal bagi Schipper?
4. Berapakah biaya dolar atas modal bagi Schipper?
5. Hitunglah EVA untuk Shipper! Apakah Schipper menciptakan kekayaan atau tidak?
Jawaban
1. Biaya setelah pajak obligasi hipotek
¿ ( 1−0,3 )( 0.08 )
¿ 0,056
2. Biaya setelah pajak saham biasa
¿ ( 0,06+0,06 )
¿ 0,12
3. Biaya rata-rata tertimbang atas modal bagi Schipper
Jumlah Persen x Biaya Setelah Pajak = Biaya
Tertimbang
Obligasi hipotek $ 0,65 0,056 0,0364
1.300.000
Saham biasa 700.000 0,35 0,120 0,0420
Total $
2.000.000

Biaya rata-rata tertimbang atas modal 0,0784

4. Biaya dolar atas modal bagi Schipper


¿ $ 1.500.000 x 0,0784
¿ $ 117.600
5. EVA untuk Shipper
Laba operasi setelah pajal $ 115.000
Dikurang: Biaya modal 117.600
EVA $ (2.600)

Jadi didapat EVA negatif, sehingga Schipper tidak menciptakan kekayaan.


DAFTAR PUSTAKA

Hansen, D.R. and Mowen, M.M. 2007. Managerial Accounting,8th edition. Thomson. :
South–Western (HM).
Debi Sihombing, Y. 2019. “Penilaian Prestasi Kerja Pgeawai pada PT Jasa Raharja”. Tugas
Akhir.Program Studi administrasi Bisnis, Administrasi Niaga, Politeknik Negeri
Medan. Diakses pada tanggal 14 Maret 2022.

Anda mungkin juga menyukai