Prosiding 2019

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 233

i

PROSIDING
Seminar Nasional Fisika dan Terapannya 2019 (SENFIT 2019)

Program Studi Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat “Kontribusi Fisika


dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam, Energi, dan Lingkungan Menuju
Revolusi Industri 4.0”

Banjarbaru, 05 Oktober 2020

Hotel Roditha

Lambung Mangkurat University Press

ii
Prosiding

Seminar Nasional Fisika dan Terapan 2019


“Kontribusi Fisika dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam, Energi, dan
Lingkungan Menuju Revolusi Industri 4.0”

Pengarah : Drs. Abdul Gafur, M.Si.,M.Sc.,Ph.D

Penasehat : Dr. Uripto Trisno Santoso, S.Si.,M.Si

Penanggung Jawab : Iwan Sugriwan, S.Si., M.Si.

Steering Committee : Amar Vijai Nasrullah, S.Si.,M.Si.,Ph.D

:
Organizing Committee
Ketua : DR. Ichsan Ridwan, , S.Si., M.Kom.

Sekretaris : DR. Fahruddin, S.Si., M.T.

Bendahara : Nurlina, S.Si., M.Sc.

Kesekretariatan : Arfan Eko Fahrudin, S.Si., M.Eng.

Seksi Acara dan Persidangan : Sri Cahyo Wahyono, S.Si., M.Si.

Seksi Konsumsi : DR. Sudarningsih, M.Si.

Seksi Publikasi dan Promosi : Ade Agung Harnawan, S.Si., M.Sc.

Seksi Akomodasi dan : Simon Sadok Siregar, S.Si., M.Si.


Perlengkapan

Reviewer : Prof. DR. Abdullah, S.Si., M.Si.


DR. Ninis Hadi Hariyanti, M.S.
DR. Suryajaya, M.Sc.Tech
DR. Totok Wianto, S.Si., M.Si.
Rodiansono, S.Si., M.Si., Ph.D
DR. Ir. Badruzsaufari
DR. Sunardi, S.Si., M.Sc.
Editor : Sadang Husain, S.Pd., M.Sc.
Nurma Sari, S.Si.,M.Si
Eka Suarso, S.Si.,M.Si
iii
Tetti Novalina Manik, S.Si.,M.Si
Muhammad Saukani, S.Si.,M.Si
Layout dan Cover : Yoga Pambudi

ISBN : 97 8 623 7533 39 9

Kerjasama :

Prodi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

dengan

PSI (Physical Society Indonesia) Cabang Kalsel

Penerbit :

Lambung Mangkurat University Press


d/a Pusat Pengelolaan Jurnal dan Penerbitan ULM

lantai 2 Gedung Perpustakaan Pusat ULM

Jl. Brigjen H. Hasan Basri, Kayu Tangi Banjarmasin, 70123

Telp/Fax. (0511) 3305195

iv
KATA PENGANTAR KETUA PANITIA

Segala puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kepada kita semua, sehingga prosiding ini bisa
diterbitkan dari Seminar Nasional yang telah diadakan oleh Program Studi Fisika FMIPA ULM.
Melalui prosidin ini, diharapkan kita memiliki kesempatan untuk berbagi informasi, menambah
wawasan dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian serta penerapan
hasil-hasil penelitian dalam bidang Fisika dan aplikasinya. Melalui kegiatan ini, diharapkan juga
dapat membangun kerjasama dan dapat menciptakan inovasi serta memenuhi tuntutan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sosial budaya khususnya di bidang sains
(Fisika).
Seminar Nasional ini merupakan rangkaian kegiatan yang dilakasanakan setiap tahun
oleh Program Studi Fisika FMIPA ULM. Pada seminar dipresentasikan hasil penelitian, review
dan hasil pengabdian yang dilakukan oleh penelitian yang berasal dari berbagai instansi yang
beragam. Hasil seminar tersebut kemudian didokumentasikan dalam prosiding. Penyuntingan
terhadap abstrak ini telah diupayakan sebaik mungkin, namun kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunannya. Karena itu, kritik dan
saran sangat kami harapkan guna perbaikan abstrak ini.
Seminar Nasional ini dapat terselenggara berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan ini izinkan kami mengucapkan terima kasih kepada Rektor ULM, Dekan
FMIPA ULM, para narasumber, Asosiasi profesi (PSI cabang KalSel) dan para sponsor yang
berpartisipasi serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penghargaan yang
setinggi-tingginya kami sampaikan kepada segenap panitia yang telah bekerja keras demi
suksesnya kegiatan ini.
Tema ini dipilih mengingat sejalan dengan koridor Kalimantan, khususnya Kalimantan
Selatan sebagai provinsi yang kaya dengan kandungan mineral dan batu bara, perkebunan dan
pertanian dan lumbung energi. Sehingga diyakini bahwa Seminar Nasional Fisika dan
Terapannya akan memberi dampak yang luas bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Forum ilmiah ini diperlukan bagi para peneliti untuk saling menginspirasi kajian fisika dan
terapannya dalam bidang sumber daya alam, energi dan lingkungan, meningkatkan kapasitas
riset, dan mengkomunikasikan gagasan mengenai ilmu dan teknologi terkait fisika yang
berkembang pada saat ini dan masa akan datang. Hasil forum ilmiah ini diharapkan dapat
mendesiminasikan hasil-hasil penelitian dalam bidang fisika dan terkait fisika dalam
kontribusinya untuk pengelolaan sumber daya alam, energi dan lingkungan menuju revolusi
industri 4.0. Meningkatkan kapasitas riset melalui kolaborasi dan kerja sama penelitian antar
sesama peneliti dan atau lembaga pemerintah /swasta. Saling mengkomunikasikan gagasan,
ide dan perkembangan terkini ilmu dan teknologi fisika serta terkait fisika dalam pengelolaan
sumber daya alam, energi dan lingkungan menuju revolusi industri 4.0.
Kami menyadari bahwa penyelenggaran seminar ini masih banyak kekurangan baik
dalam penyajian acara, pelayanan administrasi maupun keterbatasan fasilitas. Untuk itu kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga kumpulan abstrak ini dapat digunakan sebagai
data sekunder dalam pengembangan penelitian di masa akan datang. Akhir kata kepada semua
pihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.

Ketua Panitia
Seminar Nasional Fisika dan Terapannya II 2019

Dr. Ichsan Ridwan, S.Si., M.Kom

v
KATA PENGANTAR KETUA PRODI FISIKA

Segala puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kepada kita semua, sehingga hari ini kita dapat dipertemukan untuk
mengikuti acara Seminar Nasional yang diadakan oleh Program Studi Fisika FMIPA ULM. Kami
mengucapkan selamat datang di Banjarbaru kepada peserta seminar. Melalui kegiatan ini, diharapkan kita
memiliki kesempatan untuk berbagi informasi, menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan
peneliti dalam melakukan penelitian serta penerapan hasil-hasil penelitian dalam bidang Fisika dan
aplikasinya. Melalui kegiatan ini, diharapkan juga dapat membangun kerjasama dan dapat menciptakan
inovasi serta memenuhi tuntutan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sosial budaya
khususnya di bidang sains (Fisika).
Seminar Nasional ini dapat terselenggara berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini izinkan kami mengucapkan terima kasih kepada Rektor ULM, Dekan FMIPA ULM, para
narasumber, Asosiasi profesi (PSI cabang KalSel) dan para sponsor yang berpartisipasi serta pihak lain
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan
kepada segenap panitia yang telah bekerja keras demi suksesnya kegiatan ini.
Atas nama Prodi Fisika, saya menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada panitia pelaksana
atas usaha dan kerja kerasnya sehingga kegiatan seminar ini dapat terlaksana sesuai rencana serta bantuan
dan dukungan dari seluruh civitas akademik Prodi Fisika. Tak kalah penting, dukungan Pimpinan Fakultas
MIPA dan Pimpinan Universitas yang saling melengkapi, menjadikan kegiatan seminar ini dapat berjalan
lancar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.

Ketua Program Studi Fisika


Seminar Nasional Fisika dan
Terapannya II 2019

Iwan Sugriwan, S.Si., M.Si

vi
DAFTAR ISI

Cover ii
Halaman Dalam iii
Kata Pengantar Ketua Panitia v
Kata Pengantar Ketua Prodi vi
Daftar Isi vii
Achmad Fatikhul Arifin, Ade Karakterisasi Sensor IR sebagai 1
Agung Harnawan, Arfan Eko Pengukur Jarak Pakan pada
Fahrudin Hopper Ading (Automatic Feeding)
Pintar
Alfia Faizatul Azimah, Arfan Eko Otomasi Sistem Titrasi Kadar 9
Fahrudin, Iwan Sugriwan Asam Lemak Bebas pada Palm
Kernel Oil Berbasis Arduino Uno
Gia Eka Negara, Iwan Sistem Monitoring 21
Sugriwan, Arfan Eko Fahrudin Karbondioksida, Kelembaban dan
Temperatur pada Alih Fungsi
Lahan Gambut: Perkebunan
Kelapa Sawit (Elaesis Guineesis
Jacq) dan Tanaman Bawang Daun
(Allium Sp) Terintegrasi Database
Joko Santoso, Iwan Sugriwan, Pembuatan Sistem Monitoring 34
Arfan Eko Fahrudin Suhu di Ruang Pengatur Udara dan
Kelembaban di Dalam Chamber
Berbasis Modul Mikrokontroler
Atmega 16A-PU
Karolina Indriyani, Iwan Pembuatan Alat Ukur Kadar 45
Sugriwan, Arfan Eko Fahrudin Oksigen pada T-Piece
Resuscitator untuk Neonatus
menggunakan Sensor ke-50
Berbasis Arduino Uno
Neny Kurniawati, Kerelius, Siti Pemanfaatan Paparan Gelombang 52
Sunariyati, Luqman Hakim, Ultrasonik sebagai Antibakteri
Dyah Ayu Pramoda Wardani, Coliform pada Air Sungai Kahayan
Widya Krestina
Rida Fathulana Faqih, Iwan Pembuatan Sistem Monitoring Air 61
Sugriwan, Ade Agung PDAM Berbasis Mikrokontroler
Harnawan
Winardi, Iwan Sugriwan, Ade Pembuatan Sistem Kontrol 73
Agung Harnawan, Tanto Budi Otomatis Suhu Uap Air di dalam
Susilo, Oni Soesanto, Alan Dwi Chamber Menggunakan Metode
Wibowo, Hysyam Al Hakim, Susi Kendali ON/OFF Berbasis
Mikrokontroler ATMega 16A-PU
vii
Deni Anggara, Hadma Yuliani Penggunaan Media Ular Tangga 83
pada Materi Wujud Zat untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Kelas VII di Panti Asuhan
Berkah
Devi Vitrianingsih, Hadma Pembelajaran Fisika 88
Yuliani menggunakan Simulasi Phet pada
Materi Hukum Newton untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas VIII di Panti Asuhan Berkah
Dini Marlina, Fahruddin, Simon Interpretasi Lapisan Bawah 95
Sadok Siregar Permukaan Penambangan Batu
Andesit di Kecamatan Batu Ampar
Kabupaten Tanah Laut Provinsi
Kalimantan Selatan dengan
menggunakan Metode Geolistrik
2D
Ajeng Mahestri, Nurlina, Ichsan Identifikasi Ruang Terbuka Hijau 104
Ridwan Metode menguunakan Hybrid
Index Citra Satelit Landsat 8 Oli
Tirs di Kecamatan, Pelaihari Tanah
Laut
Muhammad Taufik Rahman, Klasifikasi Penggunaan Lahan di 110
Ichsan Ridwan, Nurlina Das Maluka menggunakan
Transformasi Tasseled Cap pada
Citra Landsat 8
Rima Niatunai, Husein Agil Prediction of Sand Stone 116
Almunawwar, Muh. Resky Reservoar Distribution using
Ariansyah, Simon Sadok Seismic Attribute Analysis and
Siregar, Fahrudin Inversion of Acoustic
Implementation in Fc-85 Field
Basin Tarakan North Kalimantan
Selvy Tiurma Simamora, Sri Identifikasi Batu Andesit dengan 127
Cahyo Wahyono, Simon Sadok Metode Geolistrik menggunakan
Siregar Konfigurasi Schlumberger 2D di
Kecamatan Pengaron, Kabupaten
Banjar Provinsi Kalimantan
Selatan
Fretika Septiawati, Sri Cahyo Identifikasi Akuifer untuk 134
Wahyono, Simon Sadok Siregar Penentuan Rencana Titik Sumur
Bor Produksi menggunakan
Metode Geolistrik 2D di
Perkebunan Kelapa Sawit
Kabupaten Tanah Bumbu

viii
Sitti Rahmasari Studi Geofisika terhadap Tanah 143
Makam yang Meninggi pada
Makam Habib Basirih Banjarmasin
Wiwik Agustinaningsih Pengembangan Instrumen Analisis 145
Kreativitas Mahasiswa dalam
Pemodelan Personalized Learning
Dyah Ayu Pramoda Wardani, Sintesis dan Karakterisasi 153
Suyanta, Dwi Siswanta, Rendy Bentonit Termagnetisasi sebagai
Muhammad Iqbal, Erwin Adsorben Cepat Pisah
Prasetya Toepak
Ishaq, Mohamad Nur Heriawan, Karakterisasi Zona Manifestasi 167
Asep Saepuloh Geotermal Berdasarkan Sifat Fisis
Permukaan Tanah menggunakan
Metode Geostatistik
Ismi Kamilia, Arfan Eko Pembuatan Elektrookulogram 177
Fahrudin, Ade Agung Harnawan (EOG) Dua Channel Berbasis
Mikrokontroler Arduino Uno
Maya Safitri, Ninis Hadi Karbon Aktif dari Purun Tikus 187
Haryanti, Suryajaya (Eleocharis Dulcis) untuk Adsorpsi
Logam Besi (Fe)
Muhammad Rizali Effect of Water Solvent pH to 191
Production Rate, CO2 Levels, and
Flame Color of Cow Biogas
Perriy Irawan Obat Herbal Kalimantan Tengah 197
Ditinjau dari Nanoteknologi
Shaliha, Ninis Hadi Haryanti, Variasi Tekanan Impregnasi pada 204
Suryajaya, Mashuri, Muhammad Batang Kelapa Sawit Termodifikasi
Zainuri, Darminto, Tetti Melamin Formaldehida
Novalina Manik
Sulung Apria Nuki, Ninis Hadi Sifat Fisik dan Mekanik Batang 212
Haryanti, Suryajaya, Mashuri, Kelapa Sawit Termodifikasi
Muhammad Zainuri, Darminto, Melamin Formaldehida terhadap
Tetti Novalina Manik Variasi pH Formalisasi
Hadma Yuliani, Muhammad Pembelajaran Fisika Matematika I 218
Nasir, Luvia Ranggi Nastiti dengan Model Self Regulated
Learning (SRL) Berbantukan
Lembar Kerja Mahasiswa :
Dampak Motivasi Belajar
Mahasiswa

ix
SINOPSIS PROSIDING
Seminar Nasional Fisika dan Terapannya 2019 (SENFIT 2019)
Program Studi Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
“Kontribusi Fisika dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam, Energi, dan
Lingkungan Menuju Revolusi Industri 4.0”

Prosiding ini merupakan kumpulan makalah yang dipresentasikan baik secara


oral maupun melalui poster pada kegiatan Seminar Nasional Seminar Nasional
Fisika dan Terapannya 2019 (SENFIT 2019) yang telah diselenggarakan di Hotel
Roditha Banjarbaru pada hari Sabtu, 5 Oktober 2019 bertemakan “Kontribusi
Fisika dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam, Energi, dan Lingkungan Menuju
Revolusi Industri 4.0”
Seminar utama pada SENFIT II kali ini mengundang Keynote speaker Dr. Eng.
Idris Mandang. M.Si.(Jurusan Fisika FMIPA Universitas Mulawarman, Samarinda,
Fisika Komputasi dan Permodelan) sebagai pembicara satu, Dr. Eko Susilowati.
M.Si. (Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin)
sebagai pembicara dua.
Prof. Dr. rer. nat. Agus Rubiyanto, M. Eng. Sc. (Fakultas Sains ITS Surabaya,
Optoelektronika dan Aplikasi Dasar). sebagai pembicara tiga dan Dr. Ninis Hadi
Haryanti, MS sebagai pembicara empat.
Makalah hasil-hasil penelitian yang dimuat dalam prosiding ini disampaikan oleh
para akademisi, peneliti, praktisi, dan mahasiswa(i) dari seluruh Indonesia yang
berkecimpung pada dunia akademis khususnya bidang fisika. Makalah-makalah
dalam prosiding ini terdiri dari bidang material, bidang instrumentasi, bidang
geofisika, dan bidang pendidikan fisika.
Makalah bidang material meliputi makalah dengan judul: Sintesis dan
Karakterisasi Bentonit Termagnetisasi sebagai Adsorben Cepat Pisah, Karbon Aktif
dari Purun Tikus (Eleocharis Dulcis) untuk Adsorpsi Logam Besi (Fe), Obat Herbal
Kalimantan Tengah Ditinjau dari Nanoteknologi, Variasi Tekanan Impregnasi pada
Batang Kelapa Sawit Termodifikasi Melamin Formaldehida, Sifat Fisik dan Mekanik
Batang Kelapa Sawit Termodifikasi Melamin Formaldehida terhadap Variasi pH
Formalisasi.
Makalah dalam bidang Instrumentasi terdiri dari makalah dengan judul: Karakterisasi
Sensor IR sebagai Pengukur Jarak Pakan pada Hopper Ading (Automatic Feeding)
Pintar, Otomasi Sistem Titrasi Kadar Asam Lemak Bebas pada Palm Kernel Oil Berbasis
Arduino Uno, Sistem Monitoring Karbondioksida, Kelembaban dan Temperatur pada
Alih Fungsi Lahan Gambut: Perkebunan Kelapa Sawit (Elaesis Guineesis Jacq) dan
Tanaman Bawang Daun (Allium Sp) Terintegrasi Database, Pembuatan Sistem
Monitoring Suhu di Ruang Pengatur Udara dan Kelembaban di Dalam Chamber
Berbasis Modul Mikrokontroler Atmega 16A-PU, Pembuatan Alat Ukur Kadar Oksigen
pada T-Piece Resuscitator untuk Neonatus menggunakan Sensor ke-50 Berbasis
Arduino Uno, Pemanfaatan Paparan Gelombang Ultrasonik sebagai Antibakteri

x
Coliform pada Air Sungai Kahayan, Pembuatan Sistem Monitoring Air PDAM Berbasis
Mikrokontroler, Pembuatan Sistem Kontrol Otomatis Suhu Uap Air di dalam Chamber
Menggunakan Metode Kendali ON/OFF Berbasis Mikrokontroler ATMega 16A-PU,
Pembuatan Elektrookulogram (EOG) Dua Channel Berbasis Mikrokontroler Arduino
Uno.
Makalah dalam Bidang Geofisika terdiri dari makalah dengan judul artikel Interpretasi
Lapisan Bawah Permukaan Penambangan Batu Andesit di Kecamatan Batu Ampar
Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan dengan menggunakan Metode
Geolistrik 2D, Identifikasi Ruang Terbuka Hijau Metode menguunakan Hybrid Index
Citra Satelit Landsat 8 Oli Tirs di Kecamatan, Pelaihari Tanah Laut, Klasifikasi
Penggunaan Lahan di Das Maluka menggunakan Transformasi Tasseled Cap pada Citra
Landsat 8, Prediction of Sand Stone Reservoar Distribution using Seismic Attribute
Analysis and Inversion of Acoustic Implementation in Fc-85 Field Basin Tarakan North
Kalimantan, Identifikasi Batu Andesit dengan Metode Geolistrik menggunakan
Konfigurasi Schlumberger 2D di Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar Provinsi
Kalimantan Selatan, Identifikasi Akuifer untuk Penentuan Rencana Titik Sumur Bor
Produksi menggunakan Metode Geolistrik 2D di Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten
Tanah Bumbu, Studi Geofisika terhadap Tanah Makam yang Meninggi pada Makam
Habib Basirih Banjarmasin, Karakterisasi Zona Manifestasi Geotermal Berdasarkan
Sifat Fisis Permukaan Tanah menggunakan Metode Geostatistik.
Makalah bidang pendidikan fisika terdiri dari makalah dengan judul-judul Penggunaan
Media Ular Tangga pada Materi Wujud Zat untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Kelas VII di Panti Asuhan Berkah, Pembelajaran Fisika menggunakan Simulasi Phet
pada Materi Hukum Newton untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII di Panti
Asuhan Berkah, Pengembangan Instrumen Analisis Kreativitas Mahasiswa dalam
Pemodelan Personalized Learning.

xi
Karakterisasi Sensor IR sebagai Pengukur Jarak Pakan pada
Hopper Ading (Automatic Feeding) Pintar
Achmad Fatikhul Arifin*, Ade Agung Harnawan, Arfan Eko Fahrudin
Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat

Email : [email protected]

ABSTRACT- Pengembangan sistem pemberi pakan ikan otomatis terus dilakukan salah satunya adalah
manajemen pengukuran jumlah pakan pada hopper ading (Automatic Feeding) pintar. Pengukuran jarak pakan
pada hopper dapat digunakan dua sensor inframerah GP2Y0A21YK0F, untuk itu dilakukan karakterisasi
dengan parameter pengukuran jarak, pengaruh sudut pantulan dari sudut 0° - 70° dan sudut -70° - 0°, serta
penghalang kaca sebagai penutup sensor agar sensor terhalang dari debu pakan. Reflektor yang digunakan
adalah kertas HVS berstandar SNI. Berdasarkan hasil pengujian, pengukuran jarak yang dihasilkan oleh kedua
sensor memiliki selisih pengukuran minimal sebesar 0,18 cm untuk sensor 1 dan 0,06 cm untuk sensor 2.
Pengukuran jarak pada sudut pantulan menunjukkan bahwa sensor mampu melakukan pengukuran dengan
baik dari jarak 10 cm – 30 cm. Sedangkan penghalang kaca dengan tebal 1,49 mm memberikan selisih jarak
pengukuran sebesar 0 – 0,5 cm pada jarak 0 – 25 cm dan 0,5 – 1 cm pada jarak 26 – 60 cm.
KATA KUNCI : Jarak; Penghalang kaca; Sensor IR GP2Y0A21YK0F; Sudut.

PENDAHULUAN gelombang sensor ultrasonik. Semakin besar


Sistem pemberi pakan ikan otomatis ukuran pakan maka semakin besar juga
sudah banyak dikembangkan diantaranya pengaruhnya pada sudut pantulan dan
adalah sistem cerdas penampungan dan akurasi pengukuran pakan (Harnawan. dkk,
pemberian pakan ikan pada pusat budidaya 2018). Menurut Yunardi, dkk (2017) Sensor
ikan berbasis mikrokontroler (Muharram. dkk, inframerah memiliki presisi dan akurasi yang
2013). Pengembangan Sistem pemberi pakan lebih tinggi dibandingkan dengan sensor
ikan secara otomatis telah dilakukan oleh ultrasonik. Perbandingan tingkat akurasi
Santoso (2014), yakni dengan penambahan sensor inframerah adalah 98,16% sedangkan
sistem pengganti air berdasarkan kekeruhan sensor ultrasonik 96,88%, hal ini karena sensor
pada akuarium air tawar secara otomatis inframerah memiliki keunggulan dalam
berbasis mikrokontroler ATmega 16. pengambilan data dan kecepatan transfer data
Pengembangan lanjutan dari sistem pemberi yang menggunakan prinsip optik atau cahaya.
pakan ikan otomatis terus dilakukan demi
meningkatkan efektivitas dan efisiensi Pakan Ikan
pemberian pakan, diantaranya adalah Ukuran pakan bervariasi mengikuti usia
penggunaan sensor ultrasonik untuk dan jenis ikan (Fathia, 2016), seperti pada
pengamatan volume pakan pada hopper atau produk pakan dari PT. Matahari sakti yakni
tempat pakan (Sari, 2015). Berdasarkan hasil pakan terapung MS Preo 891 yang
penelitian terakhir oleh Harnawan dkk (2018), diperuntukkan sebagai pakan ikan umum dan
pengamatan volume pakan pada hopper atau disusun sesuai dengan kebutuhan ikan
tempat pakan menggunakan sensor ultrasonik (Matahari sakti, 2015).
masih kurang bagus yakni dengan rentang
pengukuran ± 3 mm, hal ini dikarenakan jenis,
bentuk muka pakan yang tidak rata dan
ukuran pakan yang berbeda – beda sehingga
mempengaruhi sudut pantulan sinyal

1
Setiap pakan ikan memiki parameter telah dibuktikan oleh Malheiros (2009) dengan
fisiknya sendiri. Contoh dari pengukuran judul Towards a more Accurate Infrared Distance
parameter fisik pakan ikan dengan jenis Sensor Model. Grafik pengukuran jarak dengan
perekat tepung rumput laut dapat dilihat pada pengaruh sudut dapat dilihat pada Gambar 2.
Tabel 1 (Saade, 2009). Nilai parameter fisik
yang berbeda-beda inilah yang membuat
pengukuran volume pakan dengan
menggunakan sensor ultrasonik
menghasilkan data yang kurang bagus.
Permasalahan lain yang ada pada pengukuran
pakan ikan menggunakan sensor ultrasonik
adalah permukaan pakan yang tidak rata dan
sudut kemiringan serta kontur pakan yang
terjadi saat penakaran pakan ikan. Selain itu
ada juga permasalahan mengenai adanya Gambar 1. Grafik karakterisasi sensor IR
rongga yang terdapat dalam butiran maupun P2Y0A21YK0F (Sharp Datasheet, 2006).
kumpulan pakan ikan. Secara tidak langsung
kumpulan pakan ikan pada hopper atau Aplikasi sensor dalam pengukuran jarak
tempat pakan akan menghasilkan rongga yang juga telah dilakukan diantaranya adalah Smart
mengganggu proses pengukuran yang Campus Phase One: Smart Parking Sensor
dilakukan oleh sensor ultrasonik (Harnawan. Network (Bandara, 2016) dan Analisa Kinerja
dkk, 2018). Sensor Inframerah Dan Ultrasonik Untuk
System Pengukuran Jarak Pada Mobile Robot
Sensor IR GP2Y0A21YK0F Inspection (Yunardi, dkk. 2017).
Sensor IR GP2Y0A21YK0F mempunyai
kinerja yang jauh lebih baik daripada alternatif
IR lainnya. Sensor ini dapat dengan mudah
dihubungkan ke sebagian besar
mikrokontroler. Keluaran sensor yang berupa
data analog tunggal dapat dihubungkan ke
ADC digital untuk memperoleh pengukuran
jarak, selain itu output juga dapat
dihubungkan ke alat pembanding lain untuk
deteksi ambang. Sensor GP2Y0A21YK0F Gambar 2. Grafik pengukuran jarak dengan
pengaruh sudut (Malheiros, 2009).
menghasilkan tegangan yang sesuai dengan
jarak sehingga bisa juga digunakan sebagai
sensor jarak. Fitur sensor IR GP2Y0A21YK0F Ading (Automatic Feeding) Pintar
diantaranya adalah jarak rentang pengukuran Ading (automatic feeding) Pintar adalah
dari 10 hingga 80 cm dengan tipe keluaran sebuah sistem alat pemberi pakan ikan
analog, ukuran sensor: 29,5 × 13 × 13,5 mm, otomatis yang telah dilengkapi berbagai fitur
konsumsi arus 30 mA dan tegangan suplai 4,5 yang meningkatkan efisiensi dan efektifitas
hingga 5,5 V (Sharp Datasheet, 2006). pemberi pakan serta pengawasan kolam
Kemampuan sensor IR GP2Y0A21YK0F tambak ikan. Ading pintar telah dilengkapi
dalam pengukuran jarak dari rentang 10 - 80
cm dapat dilihat pada Gambar 1 yang berupa
grafik karakterisasi sensor, selain itu sensor ini
juga memiliki tingkat akurasi yang cukup
tinggi meski dengan pengaruh sudut, hal ini

2
Tabel 1. Tabel nutrisi dan spesifikasi pakan MS Preo 981.

Perlakuan
Parameter yang diuji
E.Denticulatum G.Gigas K.Alvarezii Pakan komersil
Stabilitas pakan dalam air 50,00 ± 50,00 ͨ 92,66 ± 2,52 ª 69,00 ± 3,00 ᵇ 91,66 ± 1,53 ª
Kecepatan pecah (menit) 14.36 ± 00.00 ͨ 11.60 ± 0.03 ª 13.86 ± 0.01 ᵇ 11.75 ± 0.01 ª
Dispersi padatan (%) 92.27 ± 00.27 ͨ 94.67 ± 0.22 ª 93.63 ± 0.24 ᵇ 93.76 ± 0.79 ᵇ
Tingkat kekerasan (%) 73.01 ± 0.04 ᵇ 74.63 ± 0.77 ª 73.13 ± 0.05 ᵇ 21.63 ± 0.34 ª
Tingkat homogenitas (%) 4.08 ± 0.07 ͨ 4.34 ± 0.02 ᵇ 4.15 ± 0.01 ͨ 4.55 ± 0.01 ª
Kecepatan tenggelam (cm/s) 0,73 ± 0,09 ª 0,82 ± 0,07 ª 0,77 ± 0,05 ª 0,69 ± 0,04 ª
Daya lezat pakan 0.022 ± 1.42 ᵇ 0.024 ± 1.67 ª 0.023 ± 1.72 ᵇ 0.019 ± 0.55 ͨ
(g/bobot udang/hari)
Keterangan : huruf kecil (a, b, c,) yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan nilai yang berbeda (p<0,05)

dengan RTC (Real Time Clock) DS3231, sensor Karakterisasi Sensor IR GP2Y0A21YK0F
pH, sensor suhu, keypad, motor driver, Karakterisasi sensor inframerah
kendali nirkabel dan LCD 16 x 2 sehingga GP2Y0A21YK0F dilakukan dengan
mampu bekerja memberi pakan ikan secara membandingkan nilai pengukuran jarak
akurat dan efektif sesuai jumlah pakan dan dengan tegangan keluaran dengan pengaruh
waktu tertentu yang telah ditentukan sendiri sebagai berikut :
oleh pemilik tambak. Jarak jangkauan lontaran 1. Tanpa penutup kaca dan reflektor kertas
pakan yang mampu dilakukan oleh ading berwarna putih.
pintar adalah 3 - 5 meter, hal ini karena sistem 2. Menggunakan kaca sebagai penutup
pelontar pakan pada ading pintar
sensor dan reflektor berwarna putih.
menggunakan pompa air (Harnawan. dkk,
3. Pengaruh sudut pengukuran.
2018).
Karakterisasi menggunakan penutup
METODE PENELITIAN kaca bertujuan untuk melindungi lensa sensor
Karakterisasi sensor ini memiliki 3 tahapan inframerah dari debu pada saat proses
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. pengisian pakan. Pengambilan data
karakterisasi akan diambil mulai jarak 10 cm
sesuai dengan datasheet sensor sampai jarak 60
cm. Variasi data pengukuran akan diperoleh
dengan memperjauh jarak pengukuran tiap 5
mm. Hasil pengukuran sensor dan tegangan
keluaran sensor akan dicatat dan diolah
menjadi grafik karakterisasi.
Gambar 3 Proses karakterisasi sensor IR
GP2Y0A21Y0K0F

Perakitan Perangkat Keras


Perakitan keras dibuat dengan
menghubungkan Arduino Mega 2560 dengan
2 sensor inframerah GP2Y0A21YK0F, voltage
follower dan LCD 16 x 2 untuk sistem Gambar 4. Karakterisasi dengan pengaruh sudut
pengukuran ketinggian pakan ikan pada
Ading pintar. Grafik karakterisasi dan data yang
diperoleh dari karakterisasi tanpa penutup

3
kaca dan penghalang berwarna putih akan sensor telah mendekati hasil karakterisasi
dibandingkan dengan data dan grafik yang datasheet sensor. Hal ini dapat kita lihat dengan
diperoleh dari hasil Software Engauge terjadinya tumpang tindih antara grafik yang
Digitizer. Pengambilan data karakterisasi diperoleh dari datasheet dengan grafik
untuk pengaruh sudut pengukuran akan karakterisasi hasil pengujian.
dilakukan pengambilan data dari sudut 0° -
70° dan (-70°) - 0°, untuk pergeseran sudut dan Karakterisasi Menggunakan Kaca Sebagai
jarak akan dilakukan tiap 5° dan 10 cm seperti Penutup Sensor dan Reflektor Berwarna
ditunjukkan Gambar 4. Perulangan Putih
pengambilan data untuk masing – masing
karakterisasi dilakukan sebanyak 3 kali.

Analisis Data
Data yang diperoleh akan di analisa dan
dibandingkan dengan datasheet serta grafik
penelitian sebelumnya oleh Malheiros (2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Perakitan Perangkat Keras Gambar 7. Perbandingan grafik pengukuran
Hasil perakitan perangkat keras untuk sensor 1 tanpa penghalang dan berpenghalang
karakterisasi sensor IR GP2Y0A21YK0F
ditunjukkan pada gambaar 5.

Gambar 5. Perakitan perangkat keras

Gambar 8. Perbandingan grafik pengukuran


Hasil Karakterisasi Sensor IR
sensor 2 tanpa penghalang dan berpenghalang
GP2Y0A21YK0F
Hasil yang ditunjukkan oleh Gambar 7 dan 8
Karakterisasi Tanpa Penutup Kaca dan
menunjukkan bahwa pengukuran jarak tanpa
Reflektor Kertas Berwarna Putih
penghalang yang dihasilkan oleh kedua sensor
memiliki selisih pengukuran minimal sebesar
0,18 cm untuk sensor 1 dan 0,06 cm untuk
sensor 2. Adanya penghalang kaca setebal 1.49
mm pada sensor telah mempengaruhi hasil
pengukuran jarak pada masing masing sensor
meskipun pengaruhnya tidak signifikan.
Penghalang kaca memberikan selisih jarak
pengukuran sebesar 0 – 0,5 cm pada jarak 0 –
25 cm dan 0,5 – 1 cm pada jarak 26 – 60 cm pada
Gambar 6. Grafik kalibrasi tanpa penutup kaca
masing masing sensor. Berdasarkan grafik
Berdasarkan hasil pengujian pada Gambar 6
juga dapat disimpulkan bahwa adanya
menunjukkan bahwa hasil karakterisasi kedua
penghalang kaca tidak menurunkan tingkat
4
kesetabilan pengukuran pada kedua sensor, pada penelitian ini hasil yang telah diperoleh
bahkan dengan adanya penghalang kaca, telah mendekati penelitian sebelumnya yakni
grafik pengukuran yang dihasilkan terlihat oleh malheiros (2009)
lebih halus daripada grafik pengukuran Perbedaan hasil pengukuran pada jarak
langsung atau tanpa penghalang. diatas 30 cm sebesar 1,89 cm, dan selisih
pengukuran pada jarak 50 cm diperoleh
Karakterisasi Pengaruh Sudut Pengukuran sebesar selisih pengukuran sebesar 7,6 cm
lebih jauh daripada pengukuran jarak yang
Grafik Perbandingan Hasil dihasilkan oleh penelitian sebelumnya.
Pengukuran Sensor 1 Dengan Perbedaan yang signifikan ini dipicu oleh
jarak 10
Jurnal cm kurang lengkapnya peralatan yang digunakan
60,00 dan mungkin juga karena kesalahan peneliti
jarak 10
saat pengambilan data.
Jarak (cm)

cm (-)
40,00
20,00 jarak 20
cm Analisis Data
0,00 Berdasarkan hasil karakterisasi yang
-100,00 0,00 100,00 jarak 20
telah dilakukan perlu adanya nilai kompensasi
cm (-)
Sudut atau proses pemfilteran data pada data yang
telah diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari
Gambar 8. Grafik perbandingan hasil adanya fluktuasi grafik pada proses
pengukuran sensor 1 dengan jurnal karakterisasi sensor dengan pengaruh sudut
dan karakterisasi sensor tanpa penghalang
dan berpenghalang. Penggunaan sensor IR
Grafik Perbandingan Hasil
GP2Y0A21YK0F akan memberikan hasil
Pengukuran Sensor 2 Dengan pengukuran yang baik dari jarak 10 – 30 cm
Jurnal jarak 10 sehingga pada jarak lebih dari 30 cm aplikasi
cm
60,00 sensor untuk pengukuran jarak harus lebih
diperhatikan lagi terutama jika ada pengaruh
Jarak (cm)

jarak 10
40,00 cm (-)
sudut pada reflektornya.
20,00
jarak 20
cm
0,00 KESIMPULAN
-100,00 0,00 100,00 jarak 20 Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
Sudut cm (-)
data yang telah dilakukan, dapat diperoleh
kesimpulan dari penelitian ini, yaitu :
1. Pengukuran jarak tanpa penghalang
Gambar 9. Grafik perbandingan hasil
pengukuran sensor 2 dengan jurnal yang dihasilkan oleh kedua sensor
memiliki selisih pengukuran minimal
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan oleh sebesar 0,18 cm untuk sensor 1 dan 0,06
gambar 8 dan 9 membuktikan bahwa sensor IR cm untuk sensor 2.
GP2Y0A21YK0F tetap mampu melakukan
2. Penghalang kaca memberikan selisih
pengukuran jarak dengan baik pada jarak 10 -
jarak pengukuran sebesar 0 – 0,5 cm
30 cm meski dengan pengaruh sudut pantulan
yang tinggi yakni hingga sudut 70. Meskipun pada jarak 0 – 25 cm dan 0,5 – 1 cm pada
begitu hasil pengukuran pada jarak yang lebih jarak 26 – 60 cm pada masing masing
tinggi dari 30 cm menunjukkan hasil yang sensor.
kurang memuaskan, terutama pada sensor 2. 3. Sensor IR GP2Y0A21YK0F tetap mampu
Hal ini membuktikan bahwa melakukan pengukuran jarak dengan

5
baik pada jarak 10 - 30 cm meski dengan Matahari sakti. 2015. Preo 891.
pengaruh sudut pantulan yang tinggi https://mataharisakti.com/products/pre0-
yakni hingga sudut 70. 981. 22 Februari 2019.
Malheiros, p. Goncalves, J & Costa, P. 2009.
Towards a more Accurate Infrared
UCAPAN TERIMA KASIH
Distance Sensor Model. Gecad. Faculty of
Ucapan terima kasih yang sebesar
Engineering of the University of Porto.
besarnya ditujukan kepada kedua orang tua,
Portugal.
teman – teman perkuliahan baik teman satu
Muharram, A. Pangestu, G. I, Akbar, M. T &
angkatan, kakak tingkat, maupun adik tingkat
Septiani, S. K. 2013. Sistem Cerdas
terutama saudara Rahmat dan Akhmadi yang
Penampungan Dan Pemberian Pakan
telah banyak membantu dalam menyelesaikan
Ikan Pada Pusat Budidaya Ikan Berbasis
proses karakterisai sensor IR GP2Y0A21YK0F.
Mikrokontroler. Prosiding Elektronik
PIMNAS. Teknik Elektro, Politeknik
DAFTAR PUSTAKA
Negeri Jakarta.
Bandara, H. M. A. P. K, Jayalath, J. D. C. and
Saade, E & Aslamiyah, S. 2009. Uji Fisik Dan
Rodrigo, A. R. S. P. 2016. Smart Campus
Kimia Pakan Uatan Untuk Udang Windu
Phase One: Smart Parking Sensor Network.
Penaeus Monodon Fab. Yang
Proceeding of the Fourth Enginering
Menggunakan Berbagai Jenis Rumput
Students’ Conference at Peradeniya
Laut Sebagai Bahan Perekat. Torani
(ESCaPe) 2016. Department of Computer
(Jurnal Ilmu Kelautan Dan Perikanan) Vol.
Engineering.Faculty of
19 (2) Agustus 2009: 107 – 115 ISSN: 0853-
Engineering.University of Peradeniya. Sri
4489. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Lanka.
Perikanan. Unversitas Hasanuddin.
Bank Indonesia. 2013. Komoditi Unggulan.
Santoso, B & Arfianto, A. D. 2014. Sistem
https://www.bi.go.id/id/umkm/kelayaka
Pengganti Air Berdasarkan Kekeruhan
n/komoditi/Default.aspx?Prov=Kalimant
Dan pemberi Pakan Ikan Pada Akuarium
an%20Selatan. 23 April 2019.
Air Tawar Secara Otomatis Berbasis
Fathia, N. 2016. Uji Sifat Fisik Dan Mekanik
Mikrokontroler Atmega 16. Jurnal Ilmiah
Pakan Ikan Buatan Dengan Perekat
Teknologi dan Informasi ASIA Vol. 8 No. 2,
Tepung Tapioka. Skripsi. Digilib Unila.
Agustus 2104. STMIK Asia Malang.
Universitas Lampung.
Sari, K, Suhery, C & Arman, Y. 2015.
Harnawan, A. A. dkk. 2018. Karakterisasi
Implementasi Sistem Pakan Ikan
Pemanfaatan Screw Conveyor Terhadap
Menggunakan Buzzer Dan Aplikasi
Stabilitas Penakaran Pakan Dan
Antarmuka Berbasis Mikrokontroler.
Pemakaian Media Air Dalam Penebaran
Jurnal Coding Sistem Computer Untan
Pakan Pada Mesin Pemberi Pakan Ikan
Volume 03, No. 2(2015). Hal 111-122.
Otomatis (Ading Pintar). Laporan Akhir
Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura.
Penelitian Terapan Unggulan Perguruan
SNI 7274. 2008. Kertas cetak A. Badan
Tinggi, FMIPA, Universitas Lambung
Standarisasi Nasional.
Mangkurat.Banjarbaru.
Suryaningrum, L. H. 2011. Pemanfaatan Bulu
Haryanto, E. 2011. Perancangan Dan
Ayam Sebagai Alternatif Bahan Baku
Implementasi Alat Pemberi Makan Ikan
Pakan Ikan. Prosiding Forum Inovasi
Otomatis Berbasis Mikrokontroler
Teknologi Akuakultur 2011. Balai Riset
AT89S52. Jurnal Teknik FTUJB. Jurusan
Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor.
Teknik Informatika, Fakultas Teknik,
Wiguna, T, Hidayanto, A & Andromeda, T.
Universitas Janabadra.
2007. Pengukur Volume Zat Cair
Menggunakan Gelombang Ultrasonik

6
Berbasis Mikrokontroler AT89S51.
Institusional Repository. Jurusan Teknik
Elektro. Fakultas Teknik. Universitas
Diponegoro.
Yunardi, R. T. Winarno & Pujiyanto. 2017.
Analisis Kinerja Sensor Inframerah Dan
Ultrasonik Untuk Sistem Pengukuran
Jarak Pada Mobile Robot Inspection. Jurnal
SETRUM, ISSN. 2301-4652. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.

7
Otomasi Sistem Titrasi Kadar Asam Lemak Bebas pada
Palm Kernel Oil Berbasis Arduino UNO

Alfia Faizatul Azimah, Arfan Eko Fahrudin*, Iwan Sugriwan


Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat

Email : [email protected]

ABSTRACT- An automation system has been made in this research to determine the percentage of
free fatty acid content (%FFA) in PKO with alkalimetric titration methode based on Arduino UNO
microcontroller module. The automation system is an integration of a software and hardware that
consists of a sensor module DT-Sense as the sensing component of the colour transformation, High
Power LED (HPL) as the light source, optocoupler sensor module as the sensing component of
titrant droplets, servo motor to rotate the burette faucet, LCD 2×16 character as the display
component and Arduino UNO module as the control system. The endpoint titration is detected by
measuring the changement of HPL light faced with titrated PKO using phototransistor sensor
module DT-Sense, by reading the changement of the voltage during the titration process and
determine the set point voltage when the titrate colour has been change. The percentage of FFA
content is obtained by counting the titrant volume with the drops of the titrant by using the
optocoupler sensor module based counter system. The set point of endpoint titration is used for the
control of servo motor rotation to close and open the burette faucet. The automation system that has
been made is tested for titration with 9 mass variations and shows the error of %FFA is 0,02% to
0,55% with volume counting error is 0,06 ml to 0,88 ml. Generally, the automation system is able to
stop the titration process when the titrate colour has change, and calculate the FFA content based
on the drops of titrant.

KEYWORD : Arduino uno; Automation; Free fatty acid; Palm kernel oil; Titration.

PENDAHULUAN Asam lemak bebas adalah asam lemak


Kelapa sawit memiliki peran penting yang dilepaskan oleh minyak bersamaan
pada sub sektor perkebunan dalam dengan pembentukan gliserol ketika terjadi
perekonomian Indonesia. Perkebunan kelapa reaksi hidrolisis (Herlina & Ginting 2002).
sawit di Indonesia menunjukkan peningkatan Asam lemak bebas akan menyebabkan
luas yang beriringan dengan meningkatnya penurunan kualitas minyak diantaranya dari
industri kelapa sawit, dengan 48,44% minyak aspek kerugian yang ditimbulkan berupa
sawit dunia diproduksi oleh Indonesia (Pusat korosi alat, kerugian untuk melakukan proses
Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2017). netralisasi serta menimbulkan masalah
Ada 2 produk utama dalam industri kelapa pembuangan limbah hasil netralisasi
sawit Indonesia, yaitu minyak kelapa sawit (Mangoensoekarjo, 2003). Kadar ALB yang
atau crude palm oil (CPO), dan minyak inti tinggi menyebabkan perubahan rasa dan
kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO). ketengikan minyak serta kadar kolestrol yang
9
meningkat (Naibaho, 1998). Pada PKO, asam mengembangkan sistem titrasi alkalimetri
lemak bebas dihitung sebagai asam laurat manual.
karena komposisi asam lemak pada PKO yang Penelitian tentang otomasi titrasi telah
didominasi oleh asam laurat sebesar 49,5279% dilakukan oleh Grossi & Riccò (2017) untuk
(Viele et al., 2013). mengetahui konsentrasi oli pada metarworking
Metode titrasi alkalimetri adalah metode fuids dengan titrasi potensiometer otomatis
klasik yang umum digunakan dalam menggunakan mikrokontroler Arduino UNO,
penentuan kadar ALB, namun kekurangan dan nilai titik akhir titrasi ditentukan oleh nilai
metode ini adalah analisa yang dilakukan konduktansi listrik sampel. Penelitian lainnya
secara manual dan kurang akurat (Raspe & dilakukan oleh Irawan (2017) berupa kendali
Silva, 2013). Penentuan titik akhir berdasarkan otomatis pada buret digital untuk titrasi
warna indikator bersifat subjektif akibat faktor asidimetri pada larutan NaOH menggunakan
penglihatan analis, serta pembacaan volume Arduino UNO dengan antarmuka ke PC. Titik
pada buret yang tidak teliti dapat akhir titrasi ditentukan berdasarkan nilai RGB
menyebabkan ketidakakuratan volume titran citra titrat. Sementara itu dalam penelitian
yang digunakan (SI Analytics, 2018). yang dilakukan oleh (Fahrunnisa, et al,. 2017),
Penghentian titrasi yang tidak tepat dan menggunakan sensor fotodioda dan high power
pembacaan volume titran yang tidak teliti LED (HPL) dengan mikrokontroller Arduino
pada metode titrasi alkalimetri kadar ALB UNO. Titik akhir titrasi ditandai dengan
akan mempengaruhi nilai kadar ALB pada perubahan intensitas cahaya HPL yang dibaca
PKO yang diperoleh, sehingga diperlukan sensor fotodioda akibat adanya perubahan
suatu perangkat yang dapat membantu analis warna, menggunakan larutan HCl dan NaOH
untuk menghentikan proses titrasi serta pada titrasi alkalimetri dengan pembacaan
membantu dalam pembacaan volume titran volume masih dilakukan secara manual.
yang digunakan. Pada penelitian ini dibuat otomasi
Penelitian tentang titrasi otomatis pada dengan perangkat keras dan lunak pada
penentuan kadar ALB telah dilakukan metode titrasi alkalimetri untuk penentuan
sebelumnya oleh Smith & Haider (2002), kadar ALB pada PKO, berupa penghentian
dengan instrument Titrotherm 859 pada titrasi secara otomatis dan perolehan nilai
minyak nabati untuk keperluan quality control kadar ALB berdasarkan perhitungan volume
berdasarkan nilai kadar ALB dan nilai iodin. titran. Sistem yang dibuat terdiri dari
Tetapi titrasi pada penelitian ini tidak spesifik komponen pengendali yaitu Arduino UNO,
pada PKO dan memerlukan instrument komponen pengindra untuk penentuan titik
Titrotherm 859. Penelitian mengenai akhir titrasi yaitu modul sensor fototransistor
penentuan kadar ALB pada PKO dilakukan DT-Sense dengan HPL sebagai sumber cahaya,
oleh Saad et al., (2007) dengan menggunakan penghitung volume titran dengan modul
prinsip Flow Injection menggunakan reagent sensor optocoupler, dan motor servo sebagai
indikator fenolftalein (PP) dan bromotimol penggerak keran buret untuk membuka atau
biru (BB) yang dibandingkan dengan metode menutup keran buret, serta LCD 2×16 karakter
titrasi manual, penelitian ini terfokus pada sebagai penampil.
metode penentuan kadar ALB dengan METODE PENELITIAN
instrument Flow Injection Analysis dan tidak

10
Tahapan penelitian pada rancang
bangun sistem otomasi ini ditunjukkan pada Pembuatan Perangkat Keras
Gambar 1. Pembuatan perangkat keras dilakukan
dengan mengintegrasikan adaptor, Arduino
Pembuatan Perangkat Keras UNO, modul sensor fototransistor DT-Sense,
modul sensor optocoupler, HPL, larutan titran
Penentuan Pembacaan Volume Titran pada gelas piala 100 ml, motor servo dan keran
buret, serta LCD 2×16 karakter, dengan skema
Penentuan Set Point Titik Akhir Titrasi perangkat keras ditunjukkan pada Gambar 2,
dan diagram blok sistem ditunjukkan pada
Pembuatan Perangkat Gambar 3. Kontrol dilakukan terhadap
pergerakan motor servo berdasarkan set point
Pengujian Otomasi Sistem Titrasi penghentian titrasi pada modul sensor
fototransistor DT-Sense yang ditunjukkan
Gambar 1. Tahapan penelitian pada Gambar 4.

Keran Adaptor
Modul Sensor
Buret Larutan
Motor Servo Fototransistor
Titrat
Arduino DT-Sense
Gelas Piala Modul Sensor
UNO
100 ml Optocoupler
Modul Sensor Tetesan
Modul Sensor Optocoupler Titran
Fototransistor
DT-Sense
HPL LCD Keran
Motor Servo
Buret
LCD Stirrer
Gambar 3. Diagram blok sistem

Gambar 2. Skema perangkat keras


Set point Perubahan
Arduino UNO Motor servo Keran buret Larutan
warna
titrat

Modul Sensor Fototransistor DT-Sense

Gambar 4. Diagram blok kontrol sistem

Penentuan Pembacaan Volume Titran Pembuatan sistem penghitung tetesan


Penentuan pembacaan volume dilakukan dengan mengukur tegangan
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: keluaran modul sensor optocoupler saat celah
1. Penentuan Laju Tetesan sensor tidak ada penghalang, dan saat ada
Penentuan laju tetesan dilakukan dengan penghalang berupa tetesan KOH 0,1 N, selama
menghitung jumlah tetesan per menit pada 3 1 menit setiap 0,5 detik dan diulang tiga kali.
bukaan sudut servo, yaitu 400, 500, dan 550. Keluaran sensor yang merupakan tegangan
2. Pembuatan Sistem Penghitung Tetesan analog dihubungkan dengan rangkaian switch
seperti Gambar 5.
11
Mulai

Servo buka keran buret

Baca data sensor

Gambar 5. Rangkaian switch

3. Penentuan Volume Per Tetesan


Penentuan volume per tetesan dilakukan Terjadi Tidak
perubahan
dengan membuka keran buret pada sudut
warna
yang telah ditentukan dari metode Penentuan larutan
Laju Tetesan, dan volume per tetesan
ditentukan dengan membagi total volume Ya
yang menetes dengan jumlah tetesan.
Servo tutup keran buret

Penentuan Set Point Titik Akhir Titrasi


Penentuan set point titik akhir titrasi Menampilkan nilai kadar
dilakukan dengan mengukur tegangan asam lemak bebas PKO

keluaran modul sensor fototransistor DT-


Sense saat cahaya HPL dihadapkan dengan
titrat PKO sebelum dititrasi selama 1 menit dan Selesai
saat proses titrasi setiap 0,5 detik. Penentuan
set point dilakukan pada variasi massa yang Gambar 6. Diagram alir perangkat lunak
berbeda dan kondisi cahaya ruangan yang
berbeda. Pengujian Otomasi Sistem Titrasi Kadar ALB
pada PKO
Pembuatan Perangkat Lunak Pengujian otomasi sistem titrasi kadar
Diagram alir perangkat lunak ALB pada PKO diawali dengan preparasi
ditunjukkan pada Gambar 6. sampel dan titrasi menggunakan alat otomasi
titrasi yang telah dibuat. Prosedur pengujian
dilakukan sebagai berikut:
1. Menimbang massa PKO sesuai variasi
massa.
2. Menambahkan 50 ml Propanol.
3. Menambahkan 3 tetes indikator PP.
4. Mentitrasi dengan KOH 0,1 N
menggunakan alat otomasi titrasi yang
telah dibuat.

12
digunakan adalah 550 dengan rata-rata tetesan
HASIL DAN PEMBAHASAN per menit sebanyak 52 tetesan.
Pembuatan Perangkat Keras Pembuatan Sistem Penghitung Tetesan
Hasil rata-rata pengukuran nilai
tegangan modul sensor optocoupler
Keterangan:
1 2 1. Motor Servo ditunjukkan pada Tabel 2.
3 2. Keran Buret
3. Modul Sensor
Optocoupler
4 4. Gelas Piala 100 ml
6 5. Letak HPL
5 6. Letak Modul Sensor
7 Fototransistor Tabel 2. Tegangan modul sensor optocoupler
DT-Sense
7. LCD 2×16 Karakter Tegangan Rata-Rata (mV)
Gambar 7. Perangkat keras otomasi titrasi
No. Tanpa Dengan
kadar ALB pada PKO
Tetesan Tetesan
Perangkat keras otomasi titrasi telah
1 106 3474
dibuat dengan bentuk fisik alat terlihat pada
Gambar 7. 2 106 3526

3 106 3372
Penentuan Pembacaan Volume Titran
Penentuan Laju Tetesan Rata-Rata 106 3457
Hasil pengamatan pada sudut bukaan
40 , 500, dan 550 ditunjukkan oleh Tabel 1.
0 Berdasarkan Tabel 2, dapat disimpulkan
Tabel 1. Hasil pengamatan laju tetesan bahwa tetesan terjadi saat sensor membaca
No. Sudut Tetesan per Rata- tegangan 3457 mV atau di atas 3,4 V, untuk
Bukaan menit Rata membuat logika ON-OFF pada saat ada
tetesan dan saat tidak ada tetesan, dibuat
1 1 rangkaian switch menggunakan dua buah
transistor NPN C945. Ketika tidak ada tetesan,
2 400 1 1
sensor membaca tegangan sebesar 0,1 V,
3 1 dengan Vbias transistor sebesar 0,7 V, maka
tegangan 0,1 mV ada pada daerah cut-off
1 11 karena emitor-basis tidak dibias maju yang
menyebabkan switch dalam kondisi OFF.
2 500 9 10
Ketika ada tetesan, sensor membaca tegangan
3 10 di atas 3,4 V yang menyebabkan kondisi ini
ada pada daerah saturasi karena adanya bias
1 46
maju pada emitor-basis dan kolektor-basis
2 550 52 52 sehingga switch dalam kondisi ON.
Hasil perbandingan tetesan yang
3 58 terhitung oleh sistem penghitung dengan
pengamatan menunjukkan adanya tetesan
Berdasarkan laju tetesan pada Tabel 1,
yang terbaca lebih dari 1 oleh sistem
ditetapkan sudut bukaan servo yang

13
penghitung disebabkan adanya efek bouncing. dapat diatasi dengan menambahkan
Bouncing adalah terbacanya sinyal ON rangkaian RC atau rangkaian RS flip-flop
berulang pada sebuah saklar akibat deretan (Darmana, 2017).
pulsa tajam karena saklar, yang terjadi ketika
perubahan sinyal dari ON menuju OFF atau
sebaliknya, akibat saklar yang tidak sempurna
terhubung atau terputus. Efek bouncing ini
Tabel 4. Hasil penentuan set point pada perbedaan kondisi cahaya ruangan
Tanpa Cahaya Lampu Ruangan Dengan Cahaya Lampu Ruangan

Massa (gr) 3,0145 3,0160 3,0220 3,0078 3,0117 3,0263

ALB (%) 5,33 5,46 5,45 5,50 5,47 5,51

Mean (mV) 49 43 41 53 43 42

Modus (mV) 48 42 38 55 45 dan 42 42

Keseluruhan Data

Mean (mV) 44 46

Modus (mV) 42 42

Penentuan Volume per Tetesan Volume


Jumlah Volume per
Penentuan volume tetesan KOH 0,1 N Rata-
Tetesan Tetesan
dilakukan pada bukaan sudut 550 saat keran Rata
buret terisi sebanyak 2,8 ml dan saat keran
1,8 ml 20 0,09 ml
buret tidak terisi dengan meneteskan 20
tetesan dari buret penampung, dan dilakukan Berdasarkan pembulatan nilai dari data
10 kali perulangan. Hasil penentuan volume pada Tabel 3, nilai volume per tetesan pada
ditunjukkan pada Tabel 3. alat otomasi titrasi ditetapkan sebesar 0,09 ml.

Tabel 3. Volume per tetesan Penentuan Set Point Titik Akhir Titrasi
Keran Buret Terisi Pengambilan data penentuan set point
dilakukan untuk mengetahui tegangan cahaya
Jumlah
Volume per HPL yang terbaca oleh modul sensor
Volume Tetesan Rata-
Tetesan fototransisor DT-Sense pada saat titrat PKO
Rata
telah berwarna ungu homogen. Pengambilan
2,8 ml 31,5 0,089 ml data dengan perbedaan kondisi cahaya
ruangan serta dengan variasi massa dilakukan
Keran Buret Tidak Terisi
untuk menemukan nilai set point yang tepat
meskipun kondisi cahaya lingkungan dan
massa PKO yang digunakan sebagai titrat

14
berbeda-beda. Penentuan set point diawali ruangan. Nilai tersebut tidak jauh berbeda,
dengan mengambil nilai tegangan sebelum sehingga dapat disimpulkan bahwa cahaya
titrat PKO dititrasi, hasil pengamatan lampu ruangan tidak berpengaruh besar
ditunjukkan dengan nilai modus. Nilai modus terhadap intensitas cahaya HPL yang terbaca
sebelum titrasi pada kondisi tanpa cahaya oleh sensor, maka dari itu, dilakukan
ruangan untuk keseluruhan 3 massa analitik pengambilan data untuk variasi massa dengan
sebesar 2138 mV, dan dengan cahaya lampu kondisi cahaya tanpa menggunakan lampu
ruangan untuk massa PKO 3,0078 gram, 3,0117 ruangan, dan diperoleh nilai tegangan rata-
gram, dan 3,0263 gram masing-masing sebesar rata 43 mV.
2125 mV, 2135 mV, dan 2138 mV, dan nilai Nilai tegangan rata-rata pada
modus pada keseluruhan data variasi massa keseluruhan data yang diperoleh
menunjukkan nilai 2125 mV. Nilai set point menunjukkan nilai berbeda, sehingga dicari
ditentukan dengan mencari nilai rata-rata dan nilai modus sebagai pemusatan data untuk
nilai yang paling sering muncul dari sepuluh digunakan sebagai nilai set point saat titrat
nilai tegangan terakhir sebelum titrasi telah berubah warna. Terdapat lima tegangan
dihentikan secara manual. Hasil penentuan set yang menjadi nilai modus data, yaitu 48 mV,
point titik akhir untuk pengamatan pada 42 mV, 38 mV, 55 mV dam 45 mV, dengan dua
kondisi tanpa cahaya lampu ruangan dan data yang bimodal, yaitu pada kondisi dengan
dengan cahaya lampu ruangan ditunjukkan cahaya lampu ruangan massa PKO 3,0117
pada Tabel 4, dan pada variasi massa gram dengan modus 45 mV dan 42 mV, dan
ditunjukkan pada Tabel 5. pada variasi massa 3,0054 gram dengan modus
Tabel 5. Hasil penentuan set point dengan 38 mV dan 42 mV. Modus keseluruhan data
variasi massa pada kondisi tanpa cahaya lampu ruangan,
Massa ALB Mean Modus kondisi dengan cahaya lampu ruangan, serta
(gram) (%) (mV) (mV) keseluruhan variasi massa menunjukkan nilai
42 mV, sehingga dapat disimpulkan bahwa
3,0054 6,98 48 42 dan 38
nilai 42 mV merupakan nilai yang muncul saat
4,0061 6,98 42 42 titrat telah berubah warna pada berbagai
kondisi dalam pengambilan data dan
5,0060 6,98 40 42 ditetapkan sebagai set point dalam penghentian
titrasi, yaitu kondisi nilai yang digunakan
Keseluruhan Data 43 42
untuk mengendalikan pergerakan motor servo
Nilai tegangan rata-rata yang diperoleh dalam menutup dan membuka keran buret.
pada penentuan set point menunjukkan nilai
yang bervariasi, hal ini dikarenakan adanya
ketidakstabilan pembacaan sensor ketika Pembuatan Perangkat Lunak
sudah terjadi perubahan warna pada titrat. Perangkat lunak telah dibuat dengan
Tegangan rata-rata pada titik akhir titrasi Arduino IDE dan ditanamkan ke
keseluruhan data perbedaan kondisi cahaya mikrokontroller Arduino UNO dan ditampilan
ruangan menunjukkan nilai tegangan sebesar dengan LCD 2×16 karakter seperti yang
44 mV untuk kondisi tanpa cahaya ruangan, ditunjukkan oleh Gambar 8.
dan 46 mV pada kondisi dengan cahaya

15
Gambar 8. Tampilan LCD ketika tegangan
mencapai set point

Pengujian Otomasi Sistem Titrasi Kadar


Asam Lemak Bebas pada PKO
Pengujian alat otomasi titrasi dengan
bukaan sudut motor servo sebesar 550, dan set
point 42 mV, untuk massa PKO sebesar 3 gram,
4 gram, dan 5 gram, masing-masing dilakukan
3 kali titrasi, sehingga diperoleh 9 variasi
massa. Hasil pengujian ditunjukkan oleh Tabel
6, Tabel 7 dan Tabel 8. Nilai error pada hasil
pengujian merupakan nilai perolehan manual
dikurangi nilai yang dihasilkan oleh alat
otomasi, sehingga tanda negatif menunjukkan
nilai yang dihasilkan alat otomasi lebih besar
daripada nilai perolehan manual. Error
volume pada keseluruhan pengujian
menunjukkan nilai terkecil sebesar 0,06 ml dan
nilai terbesar adalah 0,88 ml, sedangkan error
perhitungan %ALB pada alat otomasi
menunjukkan nilai terkecil 0,02% dan nilai
terbesar 0,55%.

16
Tabel 6. Hasil pengujian pada 3 gram PKO

Massa Volume KOH0,11656 N (ml) Error %ALB (%) Error


(gram) Manual Alat Volume (ml) Manual Alat %ALB(%)

3,0019 10,8 10,63 0,17 8,39 8,26 0,13

3,0042 9,4 10,09 -0,69 7,29 7,84 -0,55

3,0011 9,3 9,46 -0,16 7,22 7,35 -0,13

Tabel 7. Hasil pengujian pada 4 gram PKO

Massa Volume KOH 0,11656 N (ml) Error %ALB (%) Error %ALB
(gram) Manual Alat Volume (ml) Manual Alat (%)

4,0007 13 13,15 -0,15 7,58 7,66 -0,08

4,0075 12,8 12,52 0,28 7,45 7,3 0,15

4,0016 13,8 14,68 -0,88 8,04 8,56 -0,52

Tabel 8. Hasil pengujian pada 5 gram PKO

Massa Volume KOH0,10663 N (ml) Error %ALB (%) Error


(gram) Manual Alat Volume (ml) Manual Alat %ALB (%)

5,0025 18,1 17,65 0,45 7,72 7,53 0,19

5,0013 18,2 17,83 0,37 7,76 7,6 0,2

5,0045 17,8 17,74 0,06 7,59 7,57 0,02

Perbedaan nilai %ALB antara alat otomasi dan kemungkinan tidak selalu homogen dan
perolehan manual disebabkan oleh beberapa sistem penghitung tetesan yang tidak tepat
hal diantaranya massa analitik yang dalam membaca tetesan karena adanya
digunakan pada perhitungan manual, tetesan yang terbaca lebih dari satu kali akibat
sementara alat titrasi otomatis menghitung efek bouncing pada rangkaian switch, atau
%ALB dengan massa 3, 4, dan 5 gram. Selain karema adanya tetesan yang terlalu cepat atau
itu, hal yang sangat berpengaruh adalah bersifat kontinu sehingga tidak terbaca oleh
adanya perbedaan dalam perhitungan modul sensor optocoupler.
volume KOH pada proses titrasi. Perbedaan Pada 9 kali pengujian yang dilakukan,
ini disebabkan oleh volume tetesan yang warna ungu titik akhir titrasi tidak sama
17
antara setiap sampel, semakin banyak PKO hingga digunakan untuk pengambilan data
maka semakin banyak KOH yang diperlukan pada bulan Mei 2019.
dan semakin pekat pula kekeruhan dan ungu Penyimpanan PKO tidak seharusnya
yang dihasilkan. Selain itu, semakin besar dilakukan pada suhu ruangan, melainkan
massa PKO maka akan mudah menyebabkan dilakukan pada tangki penimbunan dengan
penggumpalan yang juga dipengaruhi oleh kontrol suhu minimal 500 C dan maksimal 550
lama waktu titrasi. Semakin besar massa C serta bebas dari oksigen untuk menghindari
analitik PKO, maka semakin lama waktu yang reaksi oksidasi. Penyimpanan pada suhu
diperlukan dalam proses titrasi, dan kurang dari 500 C mengakibatkan
menyebabkan PKO akan menggumpal dan bertambahnya nilai kadar ALB karena
terpisah dari propanol. Penggumpalan peningkatan aktivitas enzim lipase pada PKO
minyak ini juga mempengaruhi pembacaan yang merupakan katalis dalam reaksi
modul sensor fototransistor dan penutupan hidrolisis, dan peningkatan aksi mikroba yang
keran buret. Tetapi secara umum, alat otomasi memicu reaksi oksidasi yang menghasilkan
yang direalisasikan mampu mendeteksi senyawa aldehida dan keton, sehingga
perubahan warna pada titik akhir titrasi kadar minyak menjadi tengik (Purba, 2008).
ALB pada PKO, serta mampu menentukan Penyimpanan PKO yang dilakukan pada
kadar ALB dengan volume titrasi yang suhu ruangan, menyebabkan nilai kadar ALB
dihitung melalui tetesan. pada bernilai tinggi akibat aksi mikroba dan
Nilai spesifikasi persyaratan mutu kadar ALB aktivitas enzim.
pada PKO menurut SNI adalah maksimal 3% Nilai kadar ALB juga berkaitan dengan
(Badan Standardisasi Nasional, 1987). Pada kadar air, karena semakin besar nilai kadar
keseluruhan pengujian, nilai kadar ALB pada air, maka kadar ALB juga semakin meningkat
yang digunakan menunjukkan nilai yang akibat besarnya air yang terkandung pada
tinggi, dengan angka yang relatif tinggi di atas minyak menyebabkan terjadinya reaksi
3%, yang berarti PKO yang digunakan telah hidrolisis (Rantawi et al., 2017), dan kadar air
menjadi tengik. Tingginya nilai kadar ALB PKO yang disimpan pada tangki penimbunan
pada PKO yang digunakan diakibatkan PKO semakin lama semakin meningkat
tersebut telah lama diperoleh, dan dikirimkan (Nurhidayati, 2010). Kadar ALB yang
melalui jalur darat dengan jarak 728 km tanpa diperoleh selama pengujian otomasi sistem
perlakuan khusus, dan disimpan dalam suhu titrasi menunjukkan nilai yang tidak
ruangan, dengan nilai kadar air sebesar 4,45% konsisten, hal ini juga diakibatkan oleh
dan merupakan PKO yang menggunakan penyimpanan yang tidak sesuai dan tingginya
kernel restan, yaitu kernel yang tidak kadar air yang kemungkinan mengalami
langsung diolah menjadi minyak, serta peningkatan, sehingga menyebabkan
adanya over heat dalam pengutipan, yaitu terjadinya reaksi hidrolisis dan membuat nilai
suhu yang digunakan selama proses kadar ALB meningkat dengan cepat.
pengolahan terlewat tinggi melebihi batas
maksimum suhu yang seharusnya digunakan. KESIMPULAN
PKO yang digunakan diterima pada Januari Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
2019 dan disimpan dengan suhu ruangan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

18
1. Sistem otomasi titrasi pada proses https://doi.org/10.1016/j.measurement.2016.11
penentuan kadar ALB PKO telah .014
berhasil dibuat menggunakan modul Herlina, N. & M. H. S. Ginting. 2002. Lemak dan
sensor fototransistor DT-Sense dengan Minyak. Universitas Sumatera Utara,
HPL sebagai sumber cahaya. Titik akhir Medan.
titrasi menggunakan set point sebesar 42 Irawan, D. 2017. Kendali Valve pada Burette
mV dan kontrol dilakukan pada putaran dengan Identifikasi Warna Larutan Titrasi.
motor servo. Volume titran pada proses Laporan Tugas Akhir. Program Diploma
titrasi dapat diperoleh menggunakan IV Teknik Mekatronika Politeknik
sistem penghitung tetesan dengan Negeri Batam, Batam.
modul sensor optocoupler. Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen
2. Kadar ALB yang diperoleh dari sistem Agrobisnis Kelapa Sawit. Universitas
otomasi untuk 9 variasi massa Gadjah Mada, Yogyakarta.
menunjukkan error %ALB sebesar 0,02% Naibaho, P. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa
hingga 0,55% dengan error volume Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit,
sebesar 0,06 ml hingga 0,88 ml. Nilai Medan.
error %ALB terbesar pada variasi 3 gram Nurhidayati, R. 2010. Analisa Mutu Kernel
PKO sebesar 0,55% dengan error volume Palm dengan Parameter Kadar ALB (Asam
sebesar 0,69 ml pada massa analitik Lemak Bebas), Kadar Air, dan Kadar Zat
3,0043 gram. Pada pengujian 4 gram Pengotor Di Pabrik Kelapa Sawit
PKO, error %ALB terbesar bernilai 0,52% PT.Perkebunan Nusantara -V Tandun
dengan error volume 0,88 ml pada massa Kabupaten Kampar. Skripsi S-1.
analitik 4.0016 gram. Pada pengujian 5 Pendidikan Kimia Universitas Islam
gram PKO, error %ALB terbesar bernilai Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
0,19% dengan error volume 0,45 ml pada Pekanbaru.
massa analitik 5,0025 gram. Purba, K. (2008). Penentuan Kadar Asam Lemak
Bebas (ALB) dari Palm Kernel Oil (PKO)
DAFTAR PUSTAKA pada Tangki Penimbunan di PT. Sarana
Badan Standardisasi Nasional. 1987. Inti Agro Nusantara. Karya Ilmiah. Program
Kelapa Sawit. SNI-01-0002-1987. Diploma III Kimia Analis Universitas
Darmana, T. (2017). Rancangan Rangkaian Sumatera Utara, Medan.
Anti Bouncing Untuk Rangkaian Digital. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.
Jurnal Sutet, 7(1), 24–31. 2017. Outlook 2017 Komoditas Pertanian
https://doi.org/10.33322/sutet.v7i1.168 Sub Sektor Perkebunan Kelapa Sawit.
Fahrunnisa, Fahrudin, A. E., & Sugriwan, I. Sekretariat Jenderal Kementerian
(2017). Otomasi Titrasi Asam Basa Pertanian, Jakarta.
Berbasis Mikrokontroler. JUMAFIS Rantawi, A. B., Mahfud, A., & Situmorang, E.
(Jurnal Mahasiswa Fisika), 1(1), 1–5. R. (2017). Korelasi Antara Kadar Air
Grossi, M., & Riccò, B. (2017). An automatic pada Kernel Terhadap Mutu Kadar
titration system for oil concentration Asam Lemak Bebas Produk Palm Kernel
measurement in metalworking fluids. Oil Yang Dihasilkan ( Studi Kasus pada
Measurement, 97, 8–14. PT XYZ ). Industrial Engineering Journal,

19
6(1), 36–42. and Practice of Titration. Xylem Inc.,
Raspe, D. T., & Silva, C. (2013). Determination Mainz.
of Free Fatty Acid by FT-NIR Smith, T. K., & Haider, C. (2002). Applications
Spectroscopy in Esterification Reaction of automated thermometric titrimetry in
for Biodiesel Production. Journal of routine process and quality control of
Energy. fats and oils. In Metrohm (hal 33578–
https://doi.org/10.1155/2013/301647 33578). Herisau: Metrohm.
Saad, B., Ling, C. W., Jab, M. S., Lim, B. P., Viele, E. L., Chukwuma, F. O., & Uyigue, L.
Mohamad Ali, A. S., Wai, W. T., & Saleh, (2013). Esterification of High Free Fatty
M. I. (2007). Determination of free fatty Acid Crude Palm Kernel Oil As
acids in palm oil samples using non- Feedstock for Base-Catalyzed
aqueous flow injection titrimetric Transesterification Reaction.
method. Food Chemistry, 102(4), 1407– International Journal of Aplication or
1414. Innovation in Engineering & Management
https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2006. (IJAEM), 2(12), 361–3
05.051
SI Analytics. 2018. Titration Handbook Theory

20
Sistem Monitoring Karbondioksida, Kelembaban dan
Temperatur pada Alih Fungsi Lahan Gambut: Perkebunan
Kelapa Sawit (Elaesis Guineesis Jacq) dan Tanaman Bawang
Daun (Allium Sp) Terintegrasi Database

Gia Eka Negara*, Iwan Sugriwan, Arfan Eko Fahrudin


Program Studi Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Email korespodensi : [email protected]

ABSTRACT−Development of sensor network for real-time measurement carbon dioxide, humidity, and
temperature on land use change of peatland for an oil palm plantations and welsh onion have been made.
This research was focused on manufacturing instrument devices for concentration measurement carbon
dioxide, humidity, and temperature with results sent wirelessly and equipped with data acquisition systems.
This system consists of a transmitter system and a receiver system, the function of the transmitter system is to
measure the concentration of carbon dioxide, humidity and temperature consisting of CDM4160, SHT-11,
Arduino Mega 2560, Voltage Follower, Power Supply, nRF24L01+ and 20x4 LCD. The CDM4160 sensor
output signal was conditioned by a voltage follower and forwarded to the ADC microcontroller, measurement
data was displayed on the LCD, then sent wirelessly to the receiver system using nRF24L01 +, the data
received was then displayed on an interface on a PC made with Delphi 7.0, recorded automatically on Ms.
Excel and sent to the XAMPP database. This system had been applied to an oil palm plantations on peatland,
welsh onion on a peatland and primer peatland. For 30 minute with measured carbon dioxide concentration
on peatland of 743.7 – 1133.14 ppm, humidity of 75.61–90.28 % and temperature 30.08 – 30.58 oC, in welsh
onion on peatland carbon dioxide concentration of 490.32 – 2270.97 ppm, humidity of 61.96 – 74.32 %, and
temperature of 46.66 – 39.2 oC and on primer peatland carbon dioxide concentration of 490.32 – 2270.97 ppm,
humidity of 68.3 – 85.8 %, temperature of 53.6 – 41.8 oC. From the results of statistical test with the z test was
obtained carbon dioxide concentration on oil palm plantations more smaller than primer peatland and carbon
dioxide concentration on welsh onion more smaller than primer peatland.

KEYWORD : Carbon dioxide; Humidity; Oil palm plantations; Peatland; Temperature; Welsh onion.

PENDAHULUAN (Adji et al., 2016). Lahan gambut di pulau


Lahan gambut merupakan suatu lahan Kalimantan sebagian besar terdapat di
yang terbentuk dari proses penumpukan Kalimantan Barat, Tengah dan Selatan,
sisa–sisa tumbuhan yang tidak dengan Kalimantan Selatan memiliki luas
terdekomposisi secara sempurna karena lahan gambut sekitar 106.271 Ha (Dirjen
kekurangan oksigen (Agus & Subiksa, 2008). Perkebunan, 2015).
Luas lahan gambut Indonesia sekitar 14,9 juta Sejalan dengan luas lahan gambut yang
Ha yang tersebar pada pulau–pulau besar di ada di Kalimantan Selatan, menurut data
Indonesia seperti Sumatra, Kalimantan dan yang diperoleh dari Dirjen Perkebunan (2015)
Papua, dengan Sumatra memiliki luas sekitar luas perkebunan kelapa sawit dari tahun
6,4 Juta Ha, Kalimantan 4,7 Ha, Papua 3,6 Ha 2014-2016 terus mengalami peningkatan
dan sebagian kecil berada di pulau Sulawesi dengan tahun 2014 sekitar 512.897 Ha, tahun
21
2015 sekitar 548.554 Ha dan pada tahun 2016 dapat meningkatkan temperatur permukaan
sekitar 569.654 Ha. Selain komoditas bumi sebasar 1-3,5oC sehingga pengukuran
perkebunan kelapa sawit yang mengalami konsentrasi gas CO2 penting untuk dilakukan
peningkatan, komoditas lainnya seperti (Nusantara et al., 2014), selain konsentrasi
tanaman bawang daun juga menunjukan CO2, parameter lain yang berpengaruh
produktifitas yang tinggi dengan rata-rata terhadap lingkungan yaitu kelembaban dan
produksi sekitar 3 Ton/Ha jika dibandingkan temperatur.
dengan bawang merah dan putih (BPS Kalsel, Berbagai macam teknik pengukuran
2018). Sehingga dengan luas yang ada maka telah dilakukan untuk mengukur konsentrasi
lahan gambut berpotensi dimanfaatkan gas karbondioksida pada alih fungsi lahan
sebagai lahan untuk perkebunan kelapa gambut menjadi tanaman perkebunan,
sawit dan tanaman bawang daun dengan pangan dan sayuran. Satu diantaranya telah
meminimalisir dampak lingkungan yang dilakukan oleh Handayani et al., (2009)
akan terjadi (Chadirin, Saptomo, Rudiyanto, dengan mengukur konsentrasi gas CO2 pada
& Osawa, 2016). perkebunan kelapa sawit di lahan gambut
Pada keadaan alami lahan gambut dengan menggunakan metode Gas
dapat berfungsi sebagai keseimbangan Chromatography (GC), selain dengan
hidrologi dan habitat alami bagi flora dan menggunakan metode GC, teknik
fauna endemik (Safrizal, Oksana, & Saragih, pengukuran lainnya telah dilakukan oleh
2016), dan yang paling penting lahan gambut Barchia (2016) dan Adji et al., (2016) yang
berfungsi sebagai penyimpan cadangan menggunakan metode titrasi kimia untuk
karbon (C) bawah tanah, namun apabila mengetahui konsentrasi CO2. Metode
lahan gambut dialihfungsikan menjadi area pengukuran emisi gas CO2 pada alih fungsi
perkebunan kelapa sawit dan tanaman lahan gambut menjadi perkebunan kelapa
bawang daun yang mencakup kegiatan sawit secara real-time telah dilakukan oleh
pembuatan drainase dan pembukaan lahan, Pahlipi et al., (2017) dengan menggunakan
dapat merubah fungsi lahan gambut yang Infrared Gas Analyzer (IGRA) LI 820.
sebelumnya menjadi sumber cadangan Teknik pengukuran dengan membuat
karbon bawah tanah menjadi sumber emisi alat ukur telah dilakukan oleh Sugriwan et
Gas Rumah Kaca (GRK) (Pahlipi et al., 2017). al., (2012) dengan membuat prototipe alat
Emisi GRK akan berdampak pada ukur gas CO2 kelembaban dan temperatur
pemanasan global yang mengindikasikan yang dilengkapi dengan sistem akuisisi data,
terjadinya perubahan iklim sehingga sistem ini dapat mengukur konsentrasi gas
konsentrasi GRK yang diemisikan oleh lahan CO2 dan parameter lingkungan berupa
gambut penting untuk diteliti (Samiaji, 2011). kelembaban dan temperatur serta
Ada tiga jenis GRK utama yang keluar dari menyimpan data hasil pengukuran pada Ms.
lahan gambut yaitu Karbon Dioksida (CO2), Excell, namun pada penelitan ini pengiriman
Metana (CH4), dan Nitrous Oxide (N2O) data dari alat ukur ke Personal Computer (PC)
(Agus & Subiksa, 2008), dengan gas CO2 masih menggunakan kabel dan belum ke
memiliki konsentrasi terbesar jika ranah nirkabel, serta belum diaplikasikan
dibandingkan dengan CH4 dan N2O, untuk mengukur konsentrasi gas CO2 dan
peningkatan konsentrasi gas CO2 di atmosfer parameter lingkungan pada alih fungsi lahan

22
gambut menjadi komoditas tanaman Instrumentasi, Balittra Banjarbaru, PT.
perkebunan dan sayuran. Hasnur Citra Terpadu, TPA. Cahaya Kencana
Penelitian ini difokuskan pada Kab. Banjar dan kawasan “Kampung Sayur”
pembuatan alat ukur konsentrasi gas CO2 Banjarbaru. Secara keseluruhan penelitian ini
menggunakan sensor CDM4160, serta terdiri dari pembuatan perangkat keras dan
parameter lingkungan berupa kelembaban perangkat lunak, perangkat keras terdiri dari
dan temperatur menggunakan sensor SHT-11 sistem transmitter dan sistem receiver. Proses
dengan pengiriman data dilakukan secara pembuatan perangkat keras terdiri dari
nirkabel dari alat ukur ke PC menggunakan pembuatan skematik rangkaian, persiapan
modul nRF24LO1+ dan dilengkapi dengan alat dan bahan, tata letak komponen pada
sistem akuisisi data yang berfungsi untuk box alat dan pengkabelan antar komponen.
menampilkan data hasil pengukuran pada Pembuatan perangkat lunak berupa
PC, mencatat data hasil pengukuran pada antarmuka hasil pengukuran pada LCD
Ms. Excel dan mengirim data hasil dengan Arduino IDE dan sistem akuisisi data
pengukuran ke database XAMPP. Sistem ini yang dibuat dengan Delphi 7.0.
telah diaplikasikan untuk mengukur Rangkaian skematik catudaya dibuat
konsentrasi CO2 pada permukaan lahan dengan Express sch, catudaya dirancang
gambut, serta parameter lingkungan yang untuk menghasilkan tegangan keluaran
dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sebesar +5V, 12V dan -12V, adapun rangkaian
sawit dan tanaman bawang daun dan catudaya yang telah dibuat dapat dilihat
selanjutnya dilakukan uji statistik pada Gambar 1 dibawah.
menggunakan uji z untuk mengetahui
apakah ada beda antara konsentrasi gas CO2
dari lahan gambut yang dialihfungsikan
menjadi perkebunan kelapa sawit dan
tanaman bawang daun.

HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah: Gambar 1. Skematik rangkaian catudaya.
Hipotesis nol (Ho): Tidak ada beda
antara konsentrasi CO2, pada alih fungsi Rangkaian voltage follower digunakan
lahan gambut menjadi komoditas untuk mengkondisikan sinyal keluaran dari
perkebunan kelapa sawit dan tanaman sensor CDM4160 dengan tipe CDM4160-H00,
bawang daun. tipe sensor ini dapat mengukur konsentrasi
Hipotesis alternatif (H1): Ada beda gas CO2 dengan range 400-40.000 ppm,
antara konsentrasi CO2, pada alih fungsi metode karakterisasi sensor dilakukan
lahan gambut menjadi tanaman perkebunan dengan cara menterjemaahkan datasheet
kelapa sawit dan tanaman bawang daun. sensor CDM4160, dari datasheet diperoleh
persamaan karakteristik sensor sebesar V =
METODE PENELITIAN CO2/10.000, dengan V merupakan tegangan
Penelitian ini telah dilaksanakan selama keluaran sensor (Volt) dan CO2 merupakan
6 bulan, bertempat di Lab. Fisika konsentrasi gas karbondioksida (ppm)

23
(Figaro, 2005). Rangkaian voltage follower merupakan suatu sistem hasil
dapat dibuat dengan cara menghubungkan pengintegrasian antara komponen catudaya,
kaki 2 dan kaki 6 pada IC OP07, skematik mikrokontroler Arduino Mega 2560 R.3, LCD
rangkain sensor CDM4160 dengan rangkaian 20x4 dan nRF24L01+, menurut penelitian
voltage follower dapat dilihat pada Gambar 2. yang dilakukan oleh Rahmat et al., (2019)
jangkauan pengiriman optimum nRF24L01+
pada ruang terbuka pada jarak 0-167 meter,
sedangkan pada ruang tertutup pada jarak 0-
46 m, data yang diterima oleh sistem receiver
kemudian diteruskan ke PC menggunakan
komunikasi serial via kabel USB (Universal
Gambar 2. Skematik rangkaian voltage follower Serial Bus).
dengan sensor CDM4160 Perangkat lunak yang telah dibuat
berupa sistem akuisisi data yang dibuat
Sensor SHT-11 digunakan untuk
dengan menggunakan software Delphi 7.0,
mengukur kelembaban dan temperatur,
sistem akuisisi data berfungsi untuk
sensor ini telah terkalibrasi pabrik dengan
menampilkan data hasil pengukuran pada
sinyal keluaran berupa sinyal digital yang
PC, mencatat data hasil pengukuran pada
terdiri dari data pin dan clock pin, sehingga
Ms. Excel dan mengirim data ke database
data keluaran sensor (data pin) dapat
XAMPP via ODBC (Open Database
dihubungkan langsung ke pin digital
Conectivity), database XAMPP merupakan
mikrokontroler (Sensirion, 2011), skematik
sebuah layanan penyedia database yang
rangkaian SHT-11 dapat dilihat pada Gambar
dapat diakses secara lokal (localhost).
3.
Sebelum digunakan untuk mengukur
konsentrasi gas Karbondioksida, sensor
CDM4160 dilakukan uji pembacaan dan
verifikasi, CDM4
SHT

PC
Gambar 3. Skematik rangkaian SHT-11 Recei Transm
ver
Sistem transmitter merupakan suatu 35
sistem hasil pengintegrasian antara
40
komponen catudaya, voltage follower,
mikrokontroler Arduino Mega 2560 R.3, LCD Closed- 40
20x4, nRF24L01+, sensor CDM4160 dan
Gambar 4. Skema pengambilan data
sensor SHT-11, sistem transmitter berfungsi
untuk mengukur konsentrasi gas
Uji pembacaan sensor dilakukan pada
karbondioksida, kelembaban dan temperatur
gasifikasi sampah organik di TPA. Cahaya
dengan data hasil pengukuran ditampilkan
Kencana Kab Banjar. Dengan cara
pada LCD dan mengirim data hasil
mengalirkan gas CO2 ke closed-chamber yang
pengukuran ke sistem receiver menggunakan
berukuran 60x50x40 cm selama 18 detik.
modul nRF24L01+. Sistem receiver
24
Pemilihan waktu 18 detik dilakukan karena dilakukan menggunakan uji z, uji z dipilih
konsentrasi gas pada closed-chamber cukup karena menggunakan sampel lehih dari 30
optimum dan tidak melebihi range data, adapun langkah-langkah uji z sebagai
pembacaan sensor, proses ini dilakukan berikut:
sebanyak 3 kali pengulangan dan Menentukan hipotesis nol-nya H0 dengan µ =
dilaksanakan pada pukul 14.41–14.57 WITA, µ0
pemilihan waktu pengambilan data pada Menentukan hipotesis alternatif H1 yang
siang hari dilakukan karena temperatur sesuai pada µ < µ0 , µ > µ0 , µ ≠ µ0
udara maksimum yang berdampak pada Menentukan taraf nyata 𝜶
produksi gas pada gasifikasi sampah organik Melakukan uji z serta menentukan wilayah
dalam keadaan optimum. Verifikasi kritiknya dengan melihat Tabel uji z
CDM4160 dilakukan dengan cara
membandingkan nilai yang terbaca oleh
sensor CDM4160 dengan metode
pengukuran GC, sampel gas yang diperoleh
kemudian dikirim ke BALINGTAN untuk
dialisa. Verifikasi parameter kelembaban dan Gambar 5. Wilayah kritik untuk hipotesis
temperatur telah dilakukan pada Lab. alternatif
Kalibrasi di Balai Pengujian dan Sertifikasi
Mutu Barang Prov. Kalsel dengan Menghitung nilai uji z berdasarkan
menggunakan alat thermohygrometer yang contohnya, dengan persamaan
tertelusur ke SI (Satuan Internasional). ( ) ( ) ( )
𝑧= (1)
Skema pengambilan data dapat dilihat ( )
pada Gambar 4, proses pengambilan data Keterangan:
dilakukan dengan cara menempatkan sensor 𝑋 = nilai rata-rata sampel 1
CDM4160 dan SHT-11 pada closed-chamber, X = nilai rata-rata sampel 2
closed-chamber merupakan suatu alat yang µ1 = nilai rata- rata populasi 1
digunakan untuk memerangkap gas µ2 = nilai rata rata populasi 2
karbondioksida, kelembaban dan 𝜎12 = ragam sampel 1
temperatur, sehingga data hasil pengukuran 𝜎22 = ragam sampel 2
yang diperoleh merupakan hasil akumulatif, n1 = jumlah sampel 1
closed-chamber ditempatkan pada permukaan n2 = jumlah sampel 2
sehingga konsentrasi CO2 yang terukur Adapun persamaan rata-rata
berasal dari tanah gambut yang ∑
𝑥̅ = (2)
dialihfungsikan. Pengambilan data
dilakukan pada tiga tempat yaitu lahan Sedangkan persamaan ragam
gambut alami, perkebunan kelapa sawit dan ∑ ( ̅)
𝜎2 = (3)
tanaman bawang daun yang ditanam di
lahan gambut, dengan durasi pengambilan
Kesimpulan: Tolak H0, jika nilai uji statistik
data selama 30 menit.
berada di dalam wilayah kritiknya dan
Pengujian hipotesis pada parameter uji
(µ) terhadap hipotesis alternatifnya (µ0) telah

25
terima H1 bila nilai uji berada di luar wilayah Sistem transmitter telah selesai dibuat
kritiknya. dengan mengintegrasikan komponen
(Walpole, 1993) catudaya, voltage follower, sensor CDM4160,
sensor SHT11, Mikrokontroler Arduino Mega
HASIL DAN PEMBAHASAN 2560 R.3, LCD 20x4 dan nRF24L01+. Data
Komponen perangkat keras yang telah hasil pengukuran berupa konsentrasi
dibuat berupa rangkaian carudaya (Gambar karbondioksida, kelembaban dan temperatur
6), voltage follower (Gambar 7). Catudaya yang telah ditampilkan pada LCD 20x4 dan
telah dibuat memiliki keluaran 4,97 V, +11,98 dikirim secara nirkabel ke sistem receiver
V dan -11,97 V. Tegangan 4,97 V digunakan menggunakan modul nRF24L01+.
untuk menyuplai tegangan ke
mikrokontroler Arduino Mega 2560 R.3,
SHT-11, sensor CDM4160, dan LCD 20x4.
Sedangkan tegangan -11,97 dan +11,98 V
digunakan untuk mengaktifkan IC OP07
pada rangkaian voltage follower.
Gambar 6. Realisasi rangkaian catudaya

CDM4160

Voltage
Follower
Closed-
Chamber

Gambar 7. Realisasi voltage follower

SHT11 nRF24L01+

LCD

Gambar 8. Realisasi voltage follower Gambar 9. Realisasi voltage follower

Perangkat lunak telah dibuat dengan pada PC secara real-time per satu detik,
menggunakan software Delphi 7.0 berupa pengiriman data dari mikrokontroler ke PC
tampilan hasil pengukuran konsentrasi menggunakan port serial yang dikirim
karbondioksida, kelembaban dan temperatur melalui kabel USB. Selain data hasil
26
pengukuran dapat ditampilkan pada PC juga dilihat pada Gambar 10, pencatatan data hasil
dicatat secara otomatis pada Ms Excel secara pengukuran pada Ms. Excel dapat dilihat
real-time setiap satu detik dan disimpan pada pada Gambar 11 dan data hasil pengukuran
database XAMPP melalui ODBC. Realisasi pada database XAMPP dapat dilihat pada
tampilan hasil pengukuran pada PC dapat Gambar 12.

Gambar 10. Tampilan hasil pengukuran pada PC

Gambar 11. Data hasil pengukuran dicatar secara otomatis pada Ms. Excel

Gambar 12. Data disimpan pada database XAMP

Pengujian respon pembacaan sensor Dari 3 kali hasil pengukuran yang telah
telah dilakukan pada gasifikasi sampah dilakukan diperoleh konsentrasi gas CO2
organik di TPA. Cahaya Kencana Kab Banjar, mengalami peningkatan lalu kemudian
27
mengalami penurunan, hal ini disebabkan yang diverifikasi dari 20-90 oC untuk setiap
karena konsentrasi CO2 telah terdistribusi di kenaikan 10oC, dari hasi verifikasi temperatur
dalam closed-chamber, sehingga data yang diperoleh nilai sebenarnya yaitu 27±1 oC
diambil hanya konsentrasi minimum dan artinya nilai yang telah terverifikasi dari
maksimum, Grafik pembacaan sensor dapat 27±1oC sampai 90 oC, sedangkan untuk uji
dilihat pada Gambar 13, kemudian dilakukan kelembaban range yang diuji dari 30-90%,
perhitungan koefisien variansi, dari hasil dari hasil uji verifikasi diperoleh nilai
perhitungan diperoleh koefisien variansi sebenarny 56±3% artinya nilai yang telah
pada konsentrasi CO2 minimum sebesar terverifikasi dari 56±3% sampai 90 %, dengan
4.74% dan maksimum sebesar 0.98%, dengan Grafik verifikasi temperatur dan kelembaban
diperolehnya nilai koefisien variansi yang dapat dilihat pada Gambar 14 dan 15.
relative kecil, maka dari 3 kali pembacaan Verifikasi parameter CO2 dilakukan
sensor CDM4160 menunjukan variasi data dengan cara membandingkan nilai yang
yang homogen baik pembacaan minimum terbaca oleh sensor dengan metode
maupun maksimum. pengukuran GC, setelah dilakukan
Verifikasi Sensor SHT-11 dilakukan perhitungan ketelitian pembacaan sensor
dengan cara membandingkan data yang didapatkan ketelitian CDM4160 sebesar
terbaca sensor dengan oleh alat ukur standar 94.7%, dengan Grafik verifikasi dapat dilihat
berupa Thermohygrometer. Range temperatur pada Gambar 16.

8000
7000
Konsentrasi (ppm)

6000
5000
4000
Pengujian ke-
3000
1
2000 Pengujian Ke-
1000 2
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Detik Ke- (s)

Gambar 13. Grafik pengujian pembacaan sensor CDM4160

100 90
100 80 90 80
70 70 92
80 88,6 80 79,8
Kelembaban (%)

60 79,1 60
Temperatur (C)

60 50 70,5 60 50 67,5
40 60,2 40 55,3 Alat Buat
40 20 30 41,1
50,6 Alat Buat 40 41,1
31,5 30,8 Alat Standar
20 21,8 20
T = 27±1 C RH = 56±3 %
0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7
Pengujian ke- Pengujian ke-

Gambar 14. Grafik verifikasi temperatur Gambar 15. Grafik verifikasi kelembaban

28
900
Konsentrasi CO2 (ppm)
800 742,6 737,4 714,7 714,7
693,9 686,1 686,1
672,2 663,7 672,2
700
742,6
600 693,8 676,6 683,0 686,0
636,6 649,7 640 649,8
591,3
500
Metode GC
400 Alat Buat
300
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33
Waktu (Menit)
Gambar 16. Grafik verifikasi alat buat dengan metode GC

Sistem ini telah di implementasikan Hasnur Citra Terpadu (HCT) pada usia
untuk mengukur konsentrasi tanaman sekitar 5-10 tahun, proses
karbondioksida, kelembaban dan temperatur pengambilan data dilakukan pada pukul
pada perkebunan kelapa sawit dan pertanian 10.03–10.33 WITA, dari proses pengambilan
bawang daun yang ditanam di lahan gambut data diperoleh konsentrasi CO2 sebesar 743,7–
serta dilakukan juga pengukuran di lahan 1133,14 ppm, kelembaban dari 75,61-90,28 %
gambut alami. Pengambilan data pada dan temperatur relatif stabil dari 30.08–30.58
perkebunan kelapa sawit dapat dilihat pada 0C, dengan Grafik hasil pengukuran dapat
Gambar 17 dan telah dilaksanakan di PT. dilihat pada Gambar 19.

Gambar 20. Pengambilan data pada Gambar 21. Pengambilan data pada area
perkebunan kelapa sawit pertanian bawang daun

Pengambilan data konsentrasi sedangkan temperatur terukur menurundari


karbondioksida, kelembaban dan temperatur 46,66–39,2 oC.
pada tanaman bawang daun yang ditanam di Proses pengambilan data pada lahan
lahan gambut telah dilakukan pada pukul gambut alami telah dilakukan pada pukul
09.19 – 09.49 WITA. Proses pengambilan data 10.00 WITA, dari data hasil pengukuran
dapat dilihat pada Gambar 18, dari hasil diperoleh nilai konsentrasi CO2 dari 490,32–
pengukuran diperoleh konsentrasi CO2 2270,97 ppm, kelembaban meningkat dari
terukur dari 497,17–4358,36 ppm, 68,3–85,8 %, temperatur yang terukur relatif
kelembaban terukur dari 61,96–74,32 %, menurun dari 53,6 – 41,8 oC.

29
1400 100
Konsentrasi CO2 (ppm)

Kelembaban (%) dan Temperatur


90
1200
80
1000 70
800 60
50
600

(C)
40
400 30
Karbondioksida 20
200 Temperatur 10
0 Kelembaban 0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
Detik Ke- (s)
Gambar 22. Grafik pengukuran CO2 , RH dan T pada kebun sawit

5000 80
Konsentrasi CO2 (ppm)

Kelembaban (%) dan


70
4000

Temperatur (C)
60
3000 50
40
2000 Karbondioksida 30
Kelembaban 20
1000
Temperatur 10
0 0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
Detik Ke - (s)

Gambar.23 Grafik pengukuran CO2 , RH dan T pada tanaman bawang daun

2500 100
Konsentrasi CO2 (ppm)

Kelembaban (%) dan

2000 80
Temperatur (C)

1500 60

1000 Karbondioksida 40

500 Kelembaban 20
Temperatur
0 0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
Detik Ke- (s)

Gambar.24 Grafik pengukuran CO2 , RH dan T pada lahan gambut

30
Pencarian beda konsentrasi dengan lahan gambut alami, dengan
karbondioksida dilakukan pada dua kondisi konsentrasi CO2 pada tanaman bawang daun
yaitu perbandingan konsentrasi lebih kecil jika dibandingkan konsentrasi CO2
karbondioksida pada perkebunan kelapa pada gambut alami.
sawit dan lahan gambut alami serta pada
tanaman bawang daun dan lahan gambut KESIMPULAN
alami. Penentuan beda konsentrasi CO2 pada Kesimpulan dari penelitian ini sebagai
perkebunan kelapa sawit (µo) dan lahan berikut:
gambut alami (µ1) dengan Hipotesis nol (Ho): 1. Alat ukur (sistem transmitter) konsentrasi
µo = µ1 dan Hipotesis alternatifnya (H1) : µo ≠ gas CO2, kelembaban dan temperatur,
µ1, taraf nyata yang digunakan sebesar 0,01 telah selesai dibuat menggunakan modul
dengan selang kepercayaan 99%, sehingga sensor CDM4160 dan SHT-11, serta data
wilayah kritik berdasarkan tabel uji z sebesar hasil pengukuran ditampilkan pada LCD
z < -2,575 dan z > 2,575. Dari hasil perhitungan 20x4. Range pengukuran konsentrasi CO2
uji z menggunakan persamaan 1 diatas dari 400–40.000 ppm, dengan ketelitian
diperoleh nilai z = -114,116, karena nilai uji z pengukuran sebesar 94.7%. Range
berada di area wilayah kritiknya, maka tolak pengukuran kelembaban yang
Ho sehingga diperoleh kesimpulan ada beda terverifikasi dari 56±3 sampai 90% dan
antara konsentrasi CO2 pada perkebunan temperatur dari 27±1 sampai 900C.
kelapa sawit di lahan gambut dan lahan 2. Data hasil pengukuran telah dikirim
gambut alami, dengan konsentrasi CO2 pada secara nirkabel ke sistem receiver dengan
perkebunan kelapa sawit lebih kecil jika menggunakan modul nRF24L01+. Sistem
dibandingkan konsentrasi CO2 pada gambut akuisisi data hasil pengukuran telah
alami. Hasil yang sama juga disebutkan pada dibuat menggunakan Delphi 7.0 untuk
penelitian Melling et al,. (2007) yang melakukan monitoring hasil pengukuran
menyebutkan emisi CO2 pada lahan gambut pada PC secara real-time dan terus
primer 78,5 Emisi Ton CO2/ha/Tahun, menerus, menampilkan data hasil
sedangkan pada lahan perkebunan kelapa pengukuran secara otomatis pada Ms.
sawit di lahan gambut sekitar 57,6 Emisi Excel dan mengirim data hasil
CO2/ha/tahun. Sedangkan penentuan beda pengukuran ke database XAMPP.
konsentrasi CO2 pada tanaman bawang daun 3. Sistem telah diimplementasikan pada
(µo) dan lahan gambut alami (µ1) dengan perkebunan kelapa sawit di lahan
Hipotesis nol (Ho): µo = µ1 dan Hipotesis gambut, tanaman bawang daun di lahan
alternatifnya (H1): µo ≠ µ1, taraf nyata yang gambut dan lahan gambut alami. Selama
digunakan sebesar 0,01 dengan selang 30 menit pengambilan data diperoleh
kepercayaan 99%, sehingga wilayah kritik konsentrasi CO2 pada perkebunan kelapa
berdasarkan tabel uji z sebesar z < -2,575 dan sawit dari 743.,7–1133,14 ppm,
z > 2,575, nilai z yang diperoleh sebesar - 8,224. kelembaban dari 75,61–90,28 % dan
Karena nilai uji z berada di area wilayah temperatur relatif stabil dari 30,08–30,58
kritiknya, maka tolak Ho sehingga diperoleh o C, tanaman bawang daun konsentrasi
kesimpulan ada beda antara konsentrasi CO2 CO2 dari 497,17– 4358,36 ppm,
pada tanaman bawang daun di lahan gambut kelembaban dari 61,96–74,32 %,

31
sedangkan temperatur menurun dari (ICRAF).
46,66–39,2 C, serta pada lahan gambut
o Barchia, M. F. (2016). Carbon Release from
alami konsentrasi CO2 dari 490,32-2270,97 Agricultural Cultivated Peats at Sungai
ppm, kelembaban meningkat dari 68,3– Hitam Wetland , Bengkulu Province ,
85,8 %, temperatur yang terukur relatif Indonesia. International Conference on
menurun dari 53,6– 41,8 C. Dari hasil uji
o Inventions & Innovations for Sustainable
stratistik menggunakan uji z, diperoleh Agriculture, 11, 71–76.
konsentrasi CO2 pada perkebunan kelapa https://doi.org/10.1016/j.aaspro.2016.12.0
sawit di lahan gambut lebih kecil jika 12
dibandingkan dengan lahan gambut BPS Kalsel. (2018). Luas Panen Produksi dan
alami serta konsentrasi CO2 pada Rata – Rata Produksi Sayur – Sayuran
tanaman bawang daun juga lebih kecil menurut Jenisnya pada Tahun 2010.
jika dibandingkan dengan lahan gambut Chadirin, Y., Saptomo, S. K., Rudiyanto, &
alami. Osawa, K. (2016). Lingkungan Biofisik
dan Emisi Gas CO2 Lahan Gambut untuk
UCAPAN TERIMAKASIH Produksi Biomassa yang Berkelanjutan.
Terimaksih kepada Badan Pengelola Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 21(2), 146–
Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) 151. https://doi.org/10.18343/jipi.21.2.146
yang telah mendanai penelitian ini dalam Dirjen Perkebunan. (2015). Statistik Perkebunan
agenda Lomba Riset Sawit Mahasiswa 2018, Indonesia 2014-2015 Kelapa Sawit. Jakarta:
serta kepada Ibu Wahidah Annisa Dirjen Perkebunan Press.
(BALITTRA Banjarbaru) yang telah Figaro. (2005). CDM4160 - Pre-calibrated module
memberikan arahan serta masukan dalam for carbon dioxide Applications: Osaka:
melakukan pengukuran konsentrasi CO2 Figaro Engineering Inc.
menggunakan GC dan terimakasih kepada Handayani, E. P., Komaruddin, I., Sabiham, S.,
BALINGTAN, PT. Hasnur Citra Terpadu, Djuniwati, S., & Noordwijk, M. Van.
TPA Cahaya Kencana Kab. Banjar dan (2009). Emisi CO2 pada Kebun Kelapa
Kawasan Kampung Sayur Banjarbaru sebagai Sawit di Lahan Gambut: Evaluasi Fluks
mitra dalam melakukan penelitian ini. CO2 di Daerah Rizosfer dan Non
Rizosfer. Jurnal Tanah Dan Lingkungan,
DAFTAR PUSTAKA 11(1), 8–13.
Adji, F. F., Damanik, Z., Yulianti, N., Birawa, Melling, L., Goh, K. J., & Hartanto, R. (2007).
C., Handayani, F., Sinaga, A. N., … Comparison Study Betwen GHG Fluxes
Dohong, S. (2016). Dampak Alih Fungsi from Forest and Oil Palm Plantation on
Lahan terhadap Sifat Fisik Tanah dan Tropical Peatland of Serawah Malaysia.
Emisi Karbon Gambut Transisi di Desa International on Oil Palm and Environment.
Kanamit Barat Kalimantan Tengah. Bali.
Jurnal Pedon Tropika, 3(1), 79–88. Nusantara, R. W., Sudarmadji, Djohan, T. S., &
Agus, F., & Subiksa, I. . . made. (2008). Lahan Haryono, E. (2014). Emisi CO2 Tanah
Gambut : Potensi untuk Pertanian dan Aspek Akibat Alih Fungsi Lahan Hutan Rawa
Lingkungan. Bogor: Balai Penelitian Gambut di Kalimantan Barat. J.Manusia
Tanah dan World Agroforestry Centre Dan Lingkungan, 21(3), 268–276.

32
Pahlipi, M. R., Aryanti, E., Irfan, M.,
Permanasari, I., & Arminudin, T. (2017).
Emisi Gas Karbon Dioksida (CO2) pada
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaesis
Guineensis Jacq) yang Ditumpangsari
dengan Tanaman Pangan di Lahan
Gambut. Jurnal Agroteknologi, 7(2), 33–40.
Rahmat, Harnawan, A. A., & Suryajaya.
(2019). Implementasi Sistem Komunikasi
Nirkabel pada Ading Pintar
Menggunakan Modul nRF24L01+. Jurnal
Fisika FLUX, 1(1), 22–30.
Safrizal, Oksana, & Saragih, R. (2016). Analisis
Sifat Kimia tanah Gambut pada Tiga Tipe
Penggunaan Lahan di Desa Pangkalan
Panduk Kabupaten Pelalawan. Jurnal
Agroteknologi, 7(1), 27–32.
Samiaji, T. (2011). Gas CO2 di Wilayah
Indonesia. Berita Dirgantara, 12(2), 68–75.
Sensirion. (2011). Datasheet SHTx (SHT10,
SHT11, SHT15) Humidity and Temperatur
Sensor IC. Retrieved from
https://www.sparkfun.com/datasheets/S
ensors/SHT1x_datasheet.pdf.
Sugriwan, I., Fuadi, A. J., Riadi, S.,
Rahmadiansyah, & Tuhuloula, A. (2012).
Pengembangan Sistem Sensor untuk
Mengukur Parameter Gas pada Produksi
Biogas. Prosiding Insinas, 76–82.
Walpole, R. E. (1993). Pengantar Statistika Edisi
ke-3. Jakarta: Gramedia Pustaka.

33
Pembuatan Sistem Monitoring Suhu di Ruang Pengatur Udara
dan Kelembaban di dalam Chamber Berbasis Modul
Mikrokontroler ATMega 16A-PU

Joko Santoso*, Iwan Sugriwan, Arfan Eko Fahrudin


Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lambung Mangkurat

Email Korespondensi : [email protected]

ABSTRACT- The focus of this research is to create a temperature and humidity monitoring system based on
the ATMega 16A-PU microcontroller module which is applied directly to the FFB heating system.
Temperature and humidity measuring devices consist of DC power supply, voltage follower, SHT11 sensor
module, LM35 Waterproof sensor, 20x4 character LCD and ATMega 16A-PU microcontroller module.
Whereas the FFB heating system consists of steam, boiler, air control room, and chamber. The system can be
realized by placing the LM35 Waterproof sensor inside the air control room and the SHT11 sensor module
inside the chamber. This system is also equipped with data acquisition software using the Delphi 7.0 program
to display measured data in real-time and save it to Excel and the database. Tests carried out by flowing using
wet steam generated from the boiler into the air control room and chamber. The heating process of the FFB is
done for 1 hour in a chamber. The average error value of reading the standard gauge with a gauge that has
been made for the LM35 Waterproof sensor with a measurement range of 20-90ºC is 1.22ºC. As for the SHT11
sensor module, the average error value of readings with a measurement range of 27-80ºC and 80-96% is 0.99°C
and 0.84%.

KEYWORDS: ATMega 16A-PU microcontroller; Heating system; Monitoring system; Real time; Temperature
and humidity.

PENDAHULUAN guna diterapkan pada mesin pengering padi


Sistem monitoring merupakan proses (Alam, 2016) dan budidaya jamur (Hafiz et al.,
pengumpulan data dari hasil pengukuran 2017), sedangkan contoh untuk monitoring
yang telah dilakukan (Permana & Susi suhu udara juga diterapkan pada penetas telur
Herawati, 2018). Sistem monitoring suhu dan (Yulis et al., 2018) dan untuk monitoring
kelembaban udara telah banyak diterapkan kelembaban yang diterapkan pada green house
diberbagai bidang diantaranya: dibidang (Faisal et al., 2016).
industri dan bidang teknologi tepat guna. Najmurrokhman et al., (2018) melakukan
Dibidang industri, sistem monitoring suhu dan penelitian tentang pembuatan sistem
kelembaban udara diterapkan pada proses monitoring yang diterapkan pada proses
penyimpanan makanan (Najmurrokhman et penyimpan makanan. Sistem ini digunakan
al., 2018), pematangan keju (Desgraha, 2015). untuk memantau perubahan suhu dan
Sedangkan contoh untuk monitoring suhu kelembaban udara di ruang penyimpan
diterapkan pada proses penyimpanan CPO makanan dengan suhu dan kelembaban udara
(Hafiz et al., 2016). Sistem monitoring suhu dan yang telah diatur sebesar 14°C dan 70-72%
kelemababan udara dibidang teknologi tepat melalui liquid crystal display (LCD) 16x2
34
karakter dan telpon genggam dengan Sistem ini digunakan untuk memantau
memanfaatkan modul global system for mobile perubahan suhu yang telah diatur sebesar 34 -
communication (GSM). Sistem ini 38°C melalui LCD 16x2 karakter. Penelitian ini
menggunakan modul sensor DHT11 dan menggunakan modul sensor DHT11 dan
modul mikrokontroler ATMega 328. Penelitian Arduino Uno. Pembuatan sistem monitoring
selanjutnya dibidang industri dilakukan oleh kelembaban yang diterapkan pada green house
(Desgraha, 2015). Penelitian ini memantau dilakukan oleh (Faisal et al., 2016). Penelitian
perubahan suhu dan kelembaban udara yang ini menggunakan modul mikrokontroler
telah diatur sebesar 11-13°C dan 75% melalui ATMega 8535 dan modul sensor SHT11.
personal computer (PC). Penelitian ini Sistem monitoring digunakan untuk
menggunakan sensor suhu PT 100, HSM-20G memantau perubahan kelembaban udara yang
dan programmable logic control (PLC). telah diatur sebesar 60% melalui program
Hafiz et al., (2016) telah melakukan antarmuka ke PC dengan software Delphi 7.0
penelitian tentang monitoring suhu yang Fokus dari penelitian ini adalah
diterapkan pada sistem pemanas crude palm oil pembuatan sistem monitoring suhu di ruang
(CPO). Sistem ini digunakan untuk memantau pengatur udara dan kelembaban di dalam
perubahan suhu pada sistem pemanas CPO. chamber. Sistem ini telah diterapkan pada
Sistem ini dapat berjalan dengan sistem pemanas tandan buah segar kelapa
menggunakan sensor LM35, DS18B20 dan sawit (TBS). Sistem monitoring suhu dapat
PLC. Sistem ini berhasil memantau perubahan dilakukan dengan menempatkan sensor LM35
suhu CPO yang telah diatur sebesar 40°C Waterproof di dalam ruang pengatur udara,
melalui PC. sedangkan untuk monitoring suhu dan
Pada bidang teknologi tepat guna, sistem kelembaban udara dapat dilakukan dengan
monitoring suhu dan kelembaban udara yang menempatkan modul sensor SHT11 di dalam
diterapkan pada mesin pengering padi chamber. Sistem monitoring suhu dan
dilakukan oleh (Alam, 2016). Sistem kelembaban udara dapat direalisasikan
monitoring yang digunakan untuk memantau dengan menggunakan modul mikrokontroler
perubahan suhu dan kelembaban udara yang ATMega 16A-PU. Data hasil pengukuran yang
telah diatur sebesar 53-54°C dan 35-36% didapatkan berupa data monitoring suhu di
melalui LCD 16x2 karakter. Penelitian ini ruang pengatur udara, data monitoring suhu
menggunakan modul sensor SHT11 dan dan kelembaban di dalam chamber. Data hasil
modul mikrokontroler AT89S52. Hafiz et al., pengukuran juga dapat dicatat secara real time
(2017) telah melakukan penelitian yang dan disimpan secara otomatis dengan
diterapkan pada budidaya jamur. Sistem ini menggunakan software Excel melalui program
menggunakan Ardiuno R3, modul sensor antarmuka (interface) menggunakan software
DHT11 dan sensor DS18B20. Sistem ini Delphi 7.0. Selain itu, data hasil pengukuran
berhasil memantau perubahan suhu dan juga dapat disimpan ke dalam Excel dan
kelembaban udara yang telah diatur sebesar database.
32-36°C dan 80-90% melalui website ubidots
dengan memanfaatkan internet of things (IOT). METODE PENELITIAN
Yulis et al., (2018) telah melakukan Pembuatan alat ukur suhu dan
penelitian yang diterapkan pada penetas telur. kelembaban dilakukan di Laboratorium

35
Instrumentasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pembuatan Rangkaian Power Supply DC
Pengetahuan Alam serta di Pilot Plant Penelitian ini akan membuat rangkaian
Agroindustry, Fakultas Pertanian, Universitas power supply DC dengan 3 buah keluaran
Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Pembuatan tegangan yaitu: +12V, +5V dan -12V
alat ukur suhu dan kelembaban memerlukan (Nurhikmah et al., 2019). Skematik rangkaian
beberapa tahapan penelitian seperti pada power supply DC dapat ditunjukkan pada
Gambar 1. Gambar 4.

Gambar 4. Skematik rangkaian power supply DC.

Pembuatan Rangkaian Sensor LM35


Waterproof dan Penguat Voltage Follower
Penelitian akan ini menggunakan
rangkaian penguat voltage follower dengan 1
kali penguatan. Pin kaki 2 dihubungkan
Gambar 1. Tahapan-tahapan penelitian.
dengan pin kaki 6 pada IC OP-07 dan pin kaki
Perangkat Keras (Hardware) 6 dihubungkan dengan PortA.0 pada modul
Perangkat keras (hardware) terdiri dari 2 mikrokontroler ATMega 16A-PU, sedangkan
buah sistem yaitu: sistem monitoring suhu dan pin kaki 3 sebagai input dari sensor LM35
kelembaban sepert pada Gambar 2 serta sistem Waterproof (Sugriwan et al., 2019). Adapun
pemanas TBS seperti pada Gambar 3. skematik rangkaian dapat ditunjukkan pada
Gambar 5.

Gambar 5. Skematik rangkaian sensor LM35


Gambar 2. Diagram blok sistem monitoring suhu Waterproof dan penguat Voltage Follower.
dan kelembaban.
Pembuatan Rangkaian Modul Sensor SHT11
Penelitian ini akan membuat rangkaian
modul sensor SHT11 dengan menghubungkan
pin kaki 1 (Data) dan 3 (Sck) ke PortB.1 dan
PortB.0 pada modul mikrokontroler ATMega
16A-PU. Pin kaki 4 (Gnd) dan 8 (Vcc)
Gambar 3. Diagram blok sistem TBS.
dihubungkan pada power supply DC (Sugriwan

36
& Soesanto, 2017). Skematik rangkaian modul
sensor SHT11 dapat ditunjukkan pada Gambar
6.

Gambar 6. Skematik rangkaian modul sensor Gambar 7. Tahapan penelitian antarmuka antara
SHT11. modul mikrokontroler ATMega 16A-PU dan
LCD 20x4 karakter.
Karakterisasi Sensor LM35 Waterproof,
Modul Sensor SHT11 dan Penguat Voltage Antarmuka Antara Modul Mikrokontroler
Follower ATMega 16A-PU dan PC/Laptop
Karakterisasi sensor LM35 Waterproof Antarmuka antara modul
dengan cara membandingkan nilai tegangan mikrokontroler ATMega 16A-PU dan
keluaran dari sensor LM35 Waterproof pada PC/laptop memerlukan beberapa tahapan
multimeter dengan nilai suhu yang dihasilkan penelitian seperti pada Gambar 8 (Hidayat et
dari termokopel dimulai dari suhu 1-100°C al., 2017).
dengan setiap interval kenaikan suhu sebesar
1°C (Sarif et al., 2017). Karakterisasi modul
sensor SHT11 dilakukan dengan memasukkan
variabel dan nilai konstanta yang terdapat di
dalam datasheet kedalam listing program
BASCOM-AVR. Karakterisasi penguat voltage
follower dengan cara membandingkan
tegangan keluaran dari pembagi tegangan dan
tegangan keluaran dari IC OP-07. Karakterisasi
dimulai dari 1-2V dengan setiap interval Gambar 8. Tahapan penelitian antarmuka antara
modul mikrokontroler ATMega 16A-PU dan
kenaikan tegangan sebesar 0.1V.
PC/Laptop.

Pembuatan Software untuk Interface


Uji Banding Alat Ukur yang telah dibuat
Antarmuka Antara Modul Mikrokontroler
dengan Alat Ukur Standar dan Alat Ukur
ATMega 16A-PU dan LCD 20x4 Karakter
yang telah terverifikasi
Antarmuka antara modul
Uji banding alat ukur dilakukan di Balai
mikrokontroler ATMega 16A-PU dan LCD
Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang
20x4 karakter memerlukan beberapa tahapan
(BPSMB). Proses Uji banding yang akan
penelitian seperti pada Gambar 7 (Sahu &
dilakukan dengan cara membandingkan nilai
Mazumdar, 2012).
keluaran sensor LM35 Waterproof dengan alat
ukur standar berupa Thermo-Hygrometer
Digital dan Thermometer Digital Tipe-K.

37
Modul sensor SHT11 dengan nilai keluaran follower serta rangkaian untuk modul sensor
berupa suhu dan kelembaban juga akan SHT11.
dilakukan uji banding di dalam chamber
dengan menggunakan alat ukur yang telah Power Supply DC
terverifikasi. Power supply DC yang telah dibuat
menghasilkan 3 buah tegangan keluaran yaitu:
Implementasi Sistem Monitoring Suhu di +5.01V, +12.26V dan -12.11V. Tegangan
Ruang Pengatur Udara dan Kelembaban di keluaran tersebut dihasilkan dari IC Regulator
dalam Chamber 7805, 7812 dan 7912. Realisasi power supply DC
Implementasi alat ukur suhu dan dapat ditunjukkan pada Gambar 10.
kelemaban pada sistem TBS dapat dilakukan
dengan cara menempatkan modul sensor
SHT11 di dalam chamber dan sensor LM35
Waterproof di dalam ruang pengatur udara.
Pengukuran dapat dilakukan dengan nilai set
Gambar 10. Hasil realisasi rangkaian Power
point suhu di dalam chamber sebesar 50, 60 dan
Supply DC.
70°C. Pengukuran dilakukan secara real time
dan data hasil pengukuran dapat ditampilkan
Rangkaian Sensor LM35 Waterproof dan
melalui interface dengan menggunakan
Penguat Volage Follower
software Delphi 7.0 (Ekawati et al., 2017). Selain
Sensor LM35 Waterproof dapat
itu data hasil pengukuran juga dapat disimpan
diintegrasikan dengan menggunakan
ke dalam Excel dan database (Sugriwan et al.,
rangkaian penguat voltage follower dengan 1
2015). Implementasi alat ukur suhu dan
kali penguatan. Keluaran dari rangkaian
kelembaban udara pada sistem pemanas TBS
voltage follower dihubungkan dengan analog to
dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 9.
digital converter (ADC) pada modul
mikrokontroler ATMega 16A-PU melalui
PortA.0. Integrasi sensor LM35 Waterproof dan
penguat voltage follower dapat ditunjukkan
pada Gambar 11.

Gambar 9. Implementasi alat ukur suhu dan


kelembaban udara pada sistem pemanas TBS
(Sugriwan et al., 2019).
(a) (b)
Gambar 11. Realisasi rangkaian: (a) penguat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Voltage Follower dan (b) sensor LM35
Perangkat Keras (Hardware)
Waterproof.
Hasil realisasi perangkat keras (hardware)
yang telah dibuat terdiri dari 3 buah bagian Karakterisasi penguat voltage follower
yaitu: rangkaian power supply DC, rangkaian yang telah dilakukan didapatkan persamaan
sensor LM35 Waterproof dan penguat voltage karakteristik linier y = 0,9968𝑥 + 0.0065
dengan nilai R = 1 Adapun grafik hasil
38
karakterisasi penguat voltage follower dapat 1,2
V = 0,0097T + 0,0009
ditunjukkan pada Gambar 12.

Tegangan (V)
0,9 R² = 0,9999
2,2
0,6
Tegangan Output (V)

y = 0,9968x + 0,0065
1,9 R² = 1
0,3
1,6
0
1,3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Suhu (℃)
1
1 1,3 1,6 1,9 2,2 Gambar 14. Grafik persamaan karakterisasi
Tegangan Input (V) sensor LM35 Waterproof.

Gambar 12. Grafik hasil karakterisasi penguat


Voltage Follower.
Pembuatan Software untuk Interfacing
Antarmuka Antara Modul Mikrokontroler
Hasil Rangkaian untuk Modul Sensor SHT11 ATMega 16A-PU dan LCD 20x4 Karakter.
Modul sensor SHT11 memiliki 4 buah pin Antarmuka antara LCD 20x4 karakter
kaki keluaran, untuk pin kaki 1 (data) dan pin dengan Mikrokontroler ATMega 16A-PU
kaki 3 (sck) dihubungkan dengan PortB.1 dan menghasilkan 3 buah parameter nilai keluaran
PortB.0 pada modul mikrokontroler ATMega yaitu: TP, TC dan RH. Nilai “TP” untuk
16A-PU. Pin kaki 4 dan 8 dihubungkan pada parameter suhu di dalam ruang pengatur
Gnd dan Vcc (+5V). Rangkaian modul sensor udara. Nilai ”TC” dan “RH” untuk parameter
SHT11 dengan modul mikrokontroler suhu dan kelembaban di dalam chamber.
ATMega 16A-PU dapat ditunjukkan seperti Adapun tampilan hasil pengukuran dengan
pada Gambar 13. LCD 20x4 karakter dapat ditunjukkan pada
Gambar 15.

Gambar 15. Tampilan hasil pengukuran dengan


LCD 20x4 karakter.

Antarmuka Antara Modul Mikrokontroler


Gambar 13. Hasil rangkaian modul sensor SHT11 ATMega 16A-PU Dan PC/Laptop
dengan modul mikrokontroler ATMega 16A-PU. Data hasil pengukuran dicatat secara real
time dan ditampilkan dengan menggunakan
Karakterisasi Sensor LM35 Waterproof Delphi 7.0 seperti pada Gambar 16. Hasil
Hasil karakterisasi sensor LM35 Pengukuran yang telah dilakukan disimpan ke
Waterproof yang telah dilakukan didapatkan dalam Microsoft Excel dan database
persamaan karakteristik linier V = 0.0097T + menggunakan Xampp seperti pada Gambar 17
0.0009 dengan nilai R = 0.9999. Grafik hasil dan 18.
karakterisasi sensor LM35 Waterproof dapat
ditunjukkan pada Gambar 14.

39
untuk modul sensor SHT11 didapatkan nilai
error rata-rata adalah 0,99ºC dan 0,84%.
Sensor
Closed-
Thermo-
Chamber
Hygrometer
Digital
Alat Ukur
yang telah Alat Ukur
Gambar 16. Tampilan antarmuka (interface) terverifikasi yang telah
dengan menggunakan Delphi 7.0. dibuat

Gambar 19. Proses uji banding alat ukur suhu


dan kelembaban dengan alat ukur standar.

Implementasi Sistem Monitoring Suhu di


Ruang Pengatur Udara dan Kelembaban di
Dalam Chamber
Pengujian alat ukur suhu dan
kelembaban diterapkan secara langsung pada
Gambar 17. Tampilan data hasil pengukuran sistem pemanas TBS. Pengujian dapat
dengan menggunakan Microsoft Excel. dilakukan dengan menempatkan sensor LM35
Waterproof di ruang pengatur udara dan modul
sensor SHT11 di dalam chamber. Proses
monitoring suhu dan kelembaban dapat
dilakukan dengan mengalirkan dry steam and
wet steam yang dihasilkan dari steam dan boiler
ke dalam ruang pengatur udara dan chamber.
Proses pengambilan data dimulai dari suhu
Gambar 18. Tampilan data hasil pengukuran awal yang terbaca di ruang pengatur udara
dengan menggunakan Xampp. dan di dalam chamber sampai dengan nilai set
point 50, 60 dan 70°C di dalam chamber
Hasil Uji Banding Alat Ukur yang telah terpenuhi. Data hasil pengukuran dicatat
dibuat dengan Alat Ukur Standar dan Alat secara real time dengan menggunakan program
Ukur yang telah terverifikasi Delphi 7.0. Selain itu, data hasil pengukuran
Hasil uji banding yang telah dilakukan juga dapat disimpan kedalam Microsoft Excel
didapatkan nilai error pada alat ukur yang dan database. Grafik hasil monitoring suhu di
telah dibuat dengan alat ukur standar dan alat ruang pengatur udara serta suhu dan
ukur yang telah terverifikasi seperti pada kelembaban di dalam chamber dengan nilai set
Gambar 19. Nilai error rata-rata untuk sensor point 50, 60 dan 70°C dapat ditunjukkan pada
LM35 Waterproof adalah 1,22 ºC. Sedangkan Gambar 20, 21 dan 22

40
(a) (b)
Gambar 20. Grafik hasil monitoring: (a) suhu di dalam ruang pengatur udara, (b) suhu dan kelembaban
di dalam Chamber dengan Set Point 50°C.

(a) (b)
Gambar 21. Grafik hasil monitoring: (a) suhu di dalam ruang pengatur udara, (b) suhu dan kelembaban
di dalam Chamber dengan Set Point 60°C.

(a) (b)
Gambar 22. Grafik hasil monitoring: (a) suhu di dalam ruang pengatur udara, (b) suhu dan kelembaban
di dalam Chamber dengan Set Point 70°C.
42
Berdasarkan Gambar 20, 21 dan 22 nilai DAFTAR PUSTAKA
set point 50, 60 dan 70°C dapat terpenuhi Alam, T. H. I. 2016. Rancang Bangun Prototype
dengan waktu 52 menit, 87 menit dan 51 Payung Otomatis. Seminar Nasional
menit. Peningkatan dan penurunan suhu di TEKNOKA_FT UHAMKA. Teknik
ruang pengatur udara, suhu dan kelembaban Informatika, Fakultas Teknik,
di dalam chamber dapat diakibatkan karena Universitas Muhammadiyah Sorong
perlakuan buka dan tutup dry steam valve and Desgraha, G. 2015. Pengendalian Suhu Dan
wet steam. Kelembaban Proses Pematangan Keju
Menggunakan Kontroler PID Berbasis PLC.
KESIMPULAN Jurusan Teknik Elektro, Universitas
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Brawijaya.
1. Alat ukur yang telah dibuat dapat Ekawati, D., I. Sugriawan & T. Novalina M.
digunakan untuk memonitoring suhu di 2017. Pengukuran Kadar Oksigen (O2),
dalam ruang pengatur udara, suhu dan Kelembaban dan Temperatur Di PT.
kelembaban di dalam chamber secara real Perkebunan Nusantara XIII. Jurnal Fisika
time dan dapat menyimpan data hasil Flux. 14(1): 34–39.
pengukuran secara otomatis kedalam Faisal., I. Sugriwan & A. Agung H. 2016.
Microsoft Excel serta database. Nilai error Pengembangan Pengendalian
rata-rata alat ukur standar dengan alat Kelembaban, Temperatur pada Rumah
ukur yang telah dibuat untuk sensor Kaca dengan Pencatatan Data Otomatis.
LM35 Waterproof dengan range Jurnal Gravity. 2(1): 12–22.
pengukuran 20-90°C adalah sebesar Hafiz, A., Fardian & A. Rahman. 2017.
1,22ºC. Sedangkan untuk pembacaan nilai Rancang Bangun Prototipe Pengukuran
suhu dan kelembaban pada modul sensor Dan Pemantauan Suhu, Kelembaban
SHT11, nilai error rata-rata dengan range Serta Cahaya Secara Otomatis Berbasis
pengukuran 28-80°C dan 70-96% adalah Iot Pada Rumah Jamur Merang. Jurnal
sebesar 0,99°C dan 0,84%. Online Teknik Elektro. 2(3):51–57.
2. Alat ukur yang dibuat telah diterapkan Hafiz, M., R. Arnalis R., A. Haryanto., N.
secara langsung pada sistem pemanas Araswati & I. Dewa M.S. 2016. Design of
tandan buah segar kelapa sawit (TBS) Temperature and Volume Control
untuk mengukur suhu di dalam ruang System at Crude Palm Oil (CPO) Storage
pengatur udara serta suhu dan Tank. International Conference on the Role
kelembaban di dalam chamber. of Agricultural Engineering for Sustainable
Agriculture Production. Department of
UCAPAN TERIMA KASIH Mechanical and Biosystem Engineering,
Ucapan terimakasih kepada Grant Riset Bogor Agricultural University.
Sawit (GRS) Tahun 2018-2019, Badan Hidayat, A., I. Sugriwan & A. Agung H. 2017.
Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Desain Dan Fabrikasi Alat Ukur
(BPDPKS), Kementerian Keuangan, Republik Temperatur dan Kelembaban Udara
Indonesia. dalam Tanah Berbasis Mikrokontroler
ATMega8535. Jurnal Fisika FLUX. 14(1):
14-18.

43
Najmurrokhman, A., Kusnandar & Suryajaya. 2019. Pemanfaatan Sistem
Amirulloh. 2018. Prototipe Pengendali Alat Ukur Kadar Gas Metana (Ch4),
Suhu Dan Kelembaban Untuk Cold Suhu Dan Kelembaban Pada
Storage Menggunakan Mikrokontroler Perkebunan Kelapa Sawit Di Lahan
Atmega328 Dan Sensor Dht11. Jurnal Gambut. Jurnal Fisika FLUX. 1(1): 138-
Teknologi. 10(1):73–82. 148.
Nurhikmah., I. Sugriwan & A. Agung H. 2019. Sugriwan, I., T. Budi S., O. Soesanto., A. Dwi
Pembuatan Sistem Akuisisi Gas Karbon W., H. Musthafa A & Susi. 2019.
Monoksida Berbasis ATMega8535. Microcontroller-Based Temperature and
Jurnal Fisika FLUX. 1(1): 13-21. Humidity Monitoring in Temporary
Permana, E & S. Herawati. 2018. Rancang Storage Chamber of Palm Oil Fresh Fruit
Bangun Sistem Monitoring Suhu Bunch Strerilization Process. Laporan
Ruangan Bagian Pembukuan Berbasis Kemajuan Grant Research Sawit 2019.
Web Menggunakan Mikrokontroler Fakultas MIPA, Universitas Lambung
Arduino Uno R3. Jurnal Teknologi Mangkurat.
Informasi Dan Komunikasi. ISSN: 2252- Yulis, T.Y., I Devi S & R Syafutra L. 2018.
4517. Perancangan Sistem Suhu Otomatis Dan
Sahu, K & S. Mazumdar. 2012. Digitally Pengaturan Posisi Telur Pada Sistem
Greenhouse Monitoring and Controlling Penetas Telur Berbasis Arduino. Jurnal
of System Based on Embedded System. Online Teknik Elektro. 3(2): 39–45.
International Journal of Scientific &
Engineering Research. 3(1): 3–6.
Sarif, M., I. Sugriwan & A. Eko F. 2017.
Fabrikasi Sistem Alat Ukur Temperatur
Lapisan Buah Mangga Dengan
Menggunakan Sensor Waterproof
LM35. Jurnal Fisika Flux. 13(2): 111–16.
Sugriwan, I & O. Soesanto. 2017. Development
of TGS2611 Methane Sensor and SHT11
Humidity and Temperature Sensor for
Measuring Greenhouse Gas on
Peatlands in South Kalimantan,
Indonesia. Journal International
Conference on Physical Instrumentation and
Advanced Materials. 853(1): 1-7.
Sugriwan, I., A. Rachmattulah., O. Soesanto &
A. Agung H. 2015. Desain Dan Fabrikasi
Alat Ukur Kadar Gas Metana (Ch4) Pada
Lahan Gambut Menggunakan Sensor
Tgs2611 Berbasis Atmega8535. Jurnal
Neutrino. 8(1): 11-20.
Sugriwan, I., A. Saputra R., A. Eko F &

44
Pembuatan Alat Ukur Kadar Oksigen Pada T-Piece Resuscitator
Untuk Neonatus Menggunakan Sensor KE-50
Berbasis Arduino Uno

Karolina Indriyani*, Iwan Sugriwan, Arfan Eko Fahrudin


Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lambung Mangkurat

Email Korespondensi : [email protected]

ABSTRACT - In this research, an oxygen level measuring device was made in the T-Piece Resuscitator for
neonates using an arduino uno based KE-50 sensor. Measuring instruments made consist of AD 620 amplifier,
KE-50 sensor, Arduino Uno microcontroller, buzzer, PC, with an interface program for measuring oxygen gas
levels and displayed on the LCD. Testing on this measuring instrument is carried out on a medical instrument
namely the T-Piece Resuscitator used for neonatal resuscitation. The results of the oxygen content will be
displayed on the LCD 128X64 and PC. In the O2 measuring system that is made showing oxygen levels of 21%
to 100% adjusted to the settings that have been determined in the T-Piece Resuscitator. Data was collected at
Ulin Hospital in Banjarmasin and obtained an average accuracy value of 93.39%.

KEYWORDS: Arduino uno module; KE-50 sensor; Neonate; Oxygen levels; T-Piece resuscitator.

PENDAHULUAN Oksigen merupakan kebutuhan


Neonatus atau bayi baru lahir fisiologis yang paling penting. Tubuh
merupakan hasil reproduksi yang berhasil tergantung pada oksigen dari waktu ke
dilahirkan oleh seorang ibu hamil, sebagai waktu untuk bertahan hidup. Beberapa
suatu makhluk yang “unik“ oleh karena jaringan, seperti otot skelet, dapat bertahan
mempunyai kemampuan untuk beradaptasi beberapa waktu tanpa oksigen melalui
dengan kehidupan ekstrauterin. Di dalam metabolisme anaerob, sebuah proses dimana
rahim kebutuhan nutrisi dan oksigen jaringan ini menyediakan energi mereka
dipenuhi sepenuhnya oleh ibu melalui sendiri tanpa adanya oksigen. Jaringan yang
mekanisme uteroplasental. Begitu lahir melakukan hanya metabolisme aerob,
seorang bayi harus mampu melakukan prosesnya membentuk energi dengan adanya
adaptasi agar bisa bertahan hidup. oksigen bergantung secara total pada oksigen
Kemampuan adaptasi ini sangat tergantung untuk bertahan hidup (Ulfa, 2016).
pada maturitas organ, kondisi janin (berat Pemberian oksigen dengan konsentrasi
lahir, masa gestasi) dan faktor lingkungan yang tinggi dan dalam jangka waktu yang
(sebagian adalah faktor ibu). Proses adaptasi lama dapat membahayakan pada bayi yang
yang tidak berjalan semestinya dapat menggunakan ventilasi mekanik, khususnya
mengakibatkan keadaan gawat darurat bayi prematur. Bahaya yang terjadi akibat
neonatus yang dapat menjadi pangkal pemberian oksigen konsentrasi tinggi tersebut
bencana, karena dapat mengakibatkan diantaranya adalah Retinopathy of
kematian atau kecacatan (Kosim, 2006). Prematurity (ROP), Cerebral Palsy (CP) dan

45
Bronchopulmonary Dysplasia (BPD) menambahkan pengukuran parameter
(Erlanggawati et al., 2018) Resiko terjadinya kelembaban dan temperature yang diuji coba
peningkatan ROP dapat juga disebabkan pada perkebunan kelapa sawit PTPN XIII
akibat ketergantungan pada oksigen dan dengan chamber terbuka. Penelitian lainnya
saturasi oksigen yang fluktuatif pada bilang kesehatan adalah adalah
(Rahmadevita, 2013). Berdasarkan hasil Riset penelitian oleh Hadiyoso et al (2015) dengan
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 judul implementasi regulator oksigen
menunjukkan bahwa penyebab kematian otomatis berdasarkan tingkat pernapasan
terbanyak pada kelompok bayi 0 sampai menggunakan logika fuzzy dengan desain
dengan 6 hari didominasi oleh prototipe sebuah regulator oksigen otomatis
gangguan/kelainan pernafasan (35,9%), pada sebuah alat bantu pernafasan akan
prematuritas (32,4%) dan sepsis (12,0%). berfungsi untuk mengatur tekanan atau kadar
Masalah utama penyebab kematian pada bayi oksigen yang dikeluarkan. Penelitian
dan balita adalah pada masa neonatus (bayi selanjutnya adalah Geniusa (2018) dengan
baru lahir umur 0 sampai dengan 28 hari). judul inovasi tampilan kadar oksigen pada
Menurut hasil Riskesdas 2007 menunjukkan oxygen analizer berbasis ATMega8. Penelitian
bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi ini bertujuan merancang tampilan kadar
pada umur 0 sampai dengan 6 hari. oksigen dari oxygen analyzer berbasis
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian ATMega 8 dengan tampilan LCD 16x2 serta
terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir membantu tenaga medis dan teknisi untuk
rendah dan infeksi (Departemen Kesehatan mengetahui dan mengukur kadar oksigen di
RI, 2013). Pada bayi cukup bulan dianjurkan dalam sentral gas medis dengan mudah
untuk menggunakan oksigen 100%. karena adanya tampilan LCD yang memiliki
Pemberian oksigen 100% tidak dianjurkan berbagai macam informasi.
pada bayi kurang bulan karena dapat Pada penelitian ini akan dibuat alat ukur
merusak jaringan. Penghentian pemberian kadar oksigen dengan sensor KE-50 yang
oksigen dilakukan secara bertahap bila tidak digunakan dalam bidang kesehatan yaitu
terdapat sianosis sentral lagi yaitu bayi tetap pada T-Piece Resuscitator yang digunakan
merah atau saturasi oksigen tetap baik untuk neonatus. Dimana target saturasi
walaupun konsentrasi oksigen sama dengan oksigen untuk neonatus sudah diatur pada
konsentrasi oksigen ruangan. Bila bayi T-Piece Resuscitator. Pada alat T-Piece
kembali sianosis, maka pemberian oksigen Resuscitator memiliki pengaturan kadar
perlu dilanjutkan sampai sianosis sentral oksigen tetapi tidak dilengkapi dengan
hilang. Kemudian secepatnya dilakukan pemantau kadar oksigen, sehingga kadar
pemeriksaan gas darah arteri dan oksimetri oksigen yang dikeluarkan belum diketahui
untuk menyesuaikan kadar oksigen mencapai kesesuaiannya dengan pengaturan kadarnya.
normal (Kaunang et al., 2015). Hal ini bisa berakibat buruk terhadap pasien,
Beberapa penilitian tentang pengukuran apabila tubuh kekurangan oksigen sel-sel
gas oksigen telah dilakukan. Penelitian akan mati sehingga metabolisme tubuh tidak
tersebut diantaranya tentang penelitian berjalan dengan baik, begitu juga jika kadar
Ekawati et al (2017) yaitu dengan oksigen terlalu berlebih bisa mempengaruhi
menggunakan sensor KE-50 yang dengan

46
paru-paru. Untuk itu saat pemberian oksigen 7. AD620 berfungsi sebagai penguat
terhadap pasien perlu diperhatikan kadarnya. instrumentasi.
Pada alat ukur ini, menggunakan sensor 8. Buzzer/Alarm berfungsi sebagai suara.
KE-50 buatan Figaro, yang digunakan untuk 9. LED berfungsi sebagai tanda berupa
mengukur kadar oksigen, hasil dari kadar warna.
oksigen tersebut akan ditampilkan pada LCD
128x64 dan hasil dari pengukuran tersebut Prosedur Penelitian
akan ditampilkan didelphi. Dengan data Pembuatan alat ukur ini memerlukan
pengukuran oksigen tersebut maka alat ukur beberapa tahapan penelitian seperti pada
ini dapat membantu tim medis untuk Gambar 1.
mengetahui penggunaan oksigen dan
memberikan tindakan medis yang
selanjutnya. Alat ukur ini akan digunakan
pada alat resusitasi neonatus yaitu T-Piece
Resuscitator.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Gambar 1. Tahapan Penelitian.
Pembuatan alat ukur kadar oksigen
dilakukan di Laboratorium Instrumentasi Perangkat Perangkat Keras
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Pada pembuatan perangkat keras
Alam di Banjarbaru serta Laboratorium adalah dengan menghubungkan adaptor
Elektromedik Rumah Sakit Umum Daerah dengan penguat instrumentasi AD620 dan
Ulin di Banjarmasin. sensor oksigen. Gambar 2 adalah sistem yang
digunakan.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Laptop yang telah terinstal software
arduino IDE.1.8.8, delphi 7 dan XAMPP
berfungsi sebagai penulisan coding
program dan mikrokontroler.
2. Arduino Uno berfungsi sebagai Gambar 2. Blok Diagram Rangkaian Sistem
mikrokontroler kadar oksigen. Pengukur.
3. Sensor Gas O2 berfungsi sebagai sensor
oksigen. Karakterisasi Penguat dan Sensor
4. LCD 128x64 berfungsi sebagai penampil Karakterisasi berfungsi untuk
hasil kadar oksigen. mengetahui penguat berfungsi dengan benar.
5. Adaptor 12volt DC berfungsi sebagai Untuk karakterisasi penguat dilakukan
sumber daya. dengan mengubah nilai tegangan masukan
6. T-Piece Resuscitator berfungsi sebagai untuk mendapatkan nilai tegangan keluaran
sumber gas medis. yag beragam dari penguat. Perubahan nilai

47
masukan digunakan pada proses karakteristik
penguat. Dari data tersebut akan didapat
persamaan karateristik penguat. Data
pengambilan data ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengambilan Data Penguat AD620.

Pengambilan data selanjutnya adalah


karakteristik sensor, yaitu saat konsentrasi Gambar 3. Flowchart Arduino Uno.
21% di udara bebas sampai dengan
konsentrasi oksigen 100%. Setiap konsetrasi
akan diukur tegangannya. Tabel 2 merupakan
tabel yang akan dilakukan penelitian pada
sensor KE-50.
Tabel 2. Pengambilan Data Sensor KE-50

Gambar 4. Flowchart Program Delphi 7.

Pengujian Sistem Pada T-Piece Resuscitator


Pada sistem ini akan dilakukan dengan
mengalirkan oksigen medis dari T-Piece
Resusitator, oksigen akan diterima oleh sensor
Pembuatan Modul Perangkat Lunak.
KE-50 dengan penguat instrumentasi AD620.
Arduino Uno merupakan aplikasi yang
Mengingat sensor KE-50 memiliki karakter
digunakan dalam modul mikrokontroler dan
dimana waktu respon adalah 60detik, maka
selanjutnya akan ditampilkan pada layar LCD
alat T-Piece Resusitator sudah dialirkan ke
128×64 flowchart. Gambar 3 merupakan
alat minimal 60detik sebelum digunakan
flowchart pembuatan modul perangkat lunak.
sehingga output oksigen bisa maksimal.
Perangkat lunak lainnya adalah Delphi 7 yang
Kemudian data yang telah diterima sensor
digunakan untuk menampilkan hasil
tersebut akan diproses di mikrokontroler.
pengukuran sensor pada komputer. Gambar 4
Pada T-Piece Resusitator terdapat indikator
merupakan Flowchart program Delphi 7.
untuk setting jumlah oksigen yang akan
dikeluarkan, dan alat pengukur kadar oksigen

48
ini akan di set sesuai dengan alat T-Piece pengukuran pada komputer. Gambar 6
Resusitator tersebut. menunjukkan hasil realisasi perangkat keras.
Pengujian alat akan dilakukan pada
sumber gas medis yaitu oksigen. Dimana
pada sumber oksigen tersebut sudah
dikondisikan pada kadar tertentu yaitu
rentang dari 21% sampai dengan 100%. Pada
alat ukur akan diatur sesuai dengan jumlah
dari sumber oksigen medis. Setelah semua Gambar 6. Hasil Realisasi Perangkat Keras
pengujian berjalan dengan baik, sistem ini
kemudian akan diimplementasikan pada alat Sistem antarmuka yang dibuat adalah
T-Piece Resusitator. Parameter pengujian alat media penampil hasil pengukuran pada LCD
tersebut yang dilakukan sama dengan 128X64. Gambar 7 adalah tampilan hasil
pengujian pada sumber oksigen medis. Hasil pengukuran pada LCD.
dari pengujian ini kemudian akan dianalisa
dan dibahas di laporan akhir penelitian ini.
Alat ukur ini dapat digunakan secara
portable dengan pengimplementasian sistem
T-Piece Resusitator ditunjukkan pada gambar
5 dibawah ini.

Gambar 7. Hasil Pengukuran Pada LCD

Karakterisasi Penguat dan Sensor


Karakterisasi Penguat AD620
Perubahan nilai masukan yang
Gambar 5. (a) T-Piece Resuscitator (b) Alat diberikan setiap 0,03V mulai dari 0,03V
Ukur (c) Koneksi PC. sampai 0,3V. Dari proses karakterisasi
penguat didapatkan persamaan karakteristik
HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu y = 17.402x + 0.0087 dengan nilai R2=
Pembuatan Perangkat Keras 0,9999. Gambar 8 merupakan grafik
Pembuatan alat kadar oksigen ini karakteristik penguat AD620.
menggunakan adaptor 12V dimana berfungsi
mengubah rangkaian tegangan AC menjadi
DC dan mengaktifkan modul, microkontroler,
penguat dan komponen lainnya. Penguat
instrumentasi yaitu AD620 yang fungsi untuk
menguatkan sinyal keluaran dari sensor.
Rangkaian sistem alat pengukur tersebut
selanjutnya ditampilkan pada LCD dan
software delphi 7 untuk menampilkan hasil Gambar 8. Grafik Karakterisasi Penguat AD620

49
Karakterisasi Sensor Oksigen Dengan oksigen dan tekanan sentral. T-Piece
Penguat AD620. resuscitator akan dikoneksikan dengan
Pada karakteristik sensor ini dilakukan sumber tersebut dan alat ukur kadar oksigen
dengan konsentrasi mulai 21%-100% dengan kemudian dilakukan pengujian. Pada Gambar
penguat AD620 yaitu 17 kali. Persamaan 11 merupakan hasil perbandingan kadar
karakteristiknya yaitu y= 41.891x + 109.47 oksigen yang dibuat di T-Piece Resuscitator
dengan nilai R2= 0,9974 dan Gambar 9 dengan merk fanem babypuff neonatal
merupakan grafik karakteristik rangkaian resusitator tipe 1020 dan Gambar 12 adalah
sensor oksigen dengan penguat AD620. T-Piece Resuscitator.

Gambar 9. Grafik Karakterisasi Rangkaian


Sensor Oksigen Dengan Penguat AD620.
Gambar 11. Hasil Perbandingan Pengukuran
Kadar Oksigen Yang Dibuat Di T-Piece
Pembuatan Modul Perangkat Lunak
Resuscitator.
Pada pembuatan modul perangkat
lunak ini selain menampilkan hasil
pengukuran pada LCD 128X64, hasil
pengukuran juga ditampilkan pada komputer
dengan menggunakan Delphi 7. Gambar 10
menunjukkan tampilan hasil pengukuran
pada komputer dengan menggunakan Delphi
7.

Gambar 12. T-Piece Resuscitator.

Dari hasil pengujian sistem pada T-Piece


Resuscitator dengan nilai error dari setting
21%-100% adalah pada tabel 6. Berdasarkan
Gambar 10. Tampilan Hasil Pengukuran Pada
Komputer hasil pengujian, maka alat ukur dapat
berfungsi untuk mengukur kadar oksigen
Pengujian Sistem Pada T-Piece Resuscitator. pada T-Piece Resuscitator. Alat ukur kadar
Pengujian alat ukur ini menggunakan oksigen kadar oksigen mempunyai nilai
sumber oksigen dan tekanan dari sentral akurasi rata-rata adalah 93.39%.

50
Tabel 3. Hasil Pengambilan Data Alat Ukur. Pasca Pemberian Oksigen Konsentrasi
Tinggi (Studi Eksperimental
Retinopathy of Prematurity Pada Tikus
Wistar). Jurnal Kedokeran Diponegoro.
7(4): 1707–1719.
Geniusa, B. A. 2018. Inovasi Tampilan Kadar
Oksigen Pada Oxygen Analyzer Berbasis
ATMega8. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta,
Yogakarta.
Hadiyoso, S., Nursanto & A. RIZAL. 2015.
Implementasi Regulator Oksigen
Otomatis Berdasarkan TIngkat
Pernapasan Menggunakan Logika
KESIMPULAN
Fuzzy. Jurnal Elkomika. 3(1): 52–63.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
Kaunang, A. W., R. Wilar & J. Rompis. 2015.\
1. Telah dibuat alat ukur kadar oksigen
Perbandingan Kadar Saturasi Oksigen
menggunakan sensor KE-50, penguat
Hari Pertama Dan Hari Ketiga Pada Bayi
AD620, arduino uno, LCD 128x64,
Baru Lahir. Jurnal E-Clinic (ECl). 3(1):
ditampilkan pada Delphi 7 telah selesai
397–401.
dibuat dengan sistem pengukuran
Kosim, M.S. 2006. Gawat Darurat Neonatus
oksigen secara real time.
Pada Persalinan Preterm. Jurnal
2. Alat ukur kadar oksigen yang dibuat
Kedokteran Diponegoro. 7(4): 225–31.
dapat dipergunakan untuk menguji T-
Rahmadevita, S.A.M., Y. Rustina & E.
Piece Resuscitator dan diperoleh nilai
Syahreni. 2013. Memperbaiki Saturasi
akurasi rata-rata adalah 93.39%.
Oksigen, Frekuensi Denyut Jantung,
Dan Pernafasan Neonatus Yang
UCAPAN TERIMA KASIH
Menggunakan Ventilasi Mekanik
Ucapan terimakasih kepada RS Ulin
Dengan Terapi Musik. Jurnal
Banjarmasin bagian elektromedik dan VK
Keperawatan Indonesia. 16(3): 154–60.
Kandungan ruang teratai.
Ulfa, R. 2016. Analisis Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Masalah
DAFTAR PUSTAKA
Ketidakefektifan Pola Napas Di Ruang
Departemen Kesehatan RI. 2013. Profil
Melati RS Prof DR Margono Soekarjo
Kesehatan Indonesia 2013. From http
Purwokerto. Skripsi. Sekolah Tinggi
:/.www.depkes.go.id.
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah,
Ekawati, D., I. Sugriawan & T. Novalina M.
Gombong.
2017. Pengukuran Kadar Oksigen (O2),
Kelembaban dan Temperatur Di PT.
Perkebunan Nusantara XIII. Jurnal Fisika
Flux. 14(1): 34–39.
Erlanggawati, T., A. Aji P & P. Kusuma D.
2018. Gambaran Vaskularisasi Retina
51
Pemanfaatan Paparan Gelombang Ultrasonik sebagai Antibakteri
coliform Pada Air Sungai Kahayan

Neny Kurniawati1)*, Kerelius2), Siti Sunariyati3), Luqman Hakim1),


Dyah Ayu Pramoda Wardani2), Widya Krestina3)
1) Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Palangka Raya
2) Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Palangka Raya
3) Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Palangka Raya

Email korespodensi : [email protected]

ABSTRAK− Air Sungai Kahayan pada tahun 2008 sudah terkategori tercemar berat, salah satu indikasi
pencemarnya adalah tingginya jumlah bakteri coliform, sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengurangi
pencemaran tersebut. Salah satu metode alternatif untuk mengurangi jumlah bakteri adalah dengan paparan
gelombang ultrasonik, yaitu dengan memanfaatkan sifatnya yang memiliki frekuensi tinggi dan dapat
merambat dalam medium padat, cair, dan gas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan
gelombang ultrasonik yang berfungsi sebagai antibakteri coliform pada air sungai Kahayan. Pengambilan
sampel air sungai dilakukan dengan teknik Grab Sampling menggunakan alat Kemmerer Sampler. Sampel air
yang didapatkan diberikan paparan gelombang ultrasonik secara langsung, tanpa merubah kondisi
lingkungan awal. Frekuensi divariasikan pada 20 kHz, 30 kHz, 40 kHz, 50 kHz, dan 60 kHz dengan waktu 2
jam untuk memperoleh data frekuensi optimum. Uji coliform dilakukan dengan metode MPN, dengan tahapan
uji pendugaan, uji penegasan, dan perhitungan koloni. Hasil uji MPN 24 jam setelah paparan menunjukkan
bahwa penggunaan ultrasonik sebagai antibateri bekerja optimum pada frekuensi 40 kHz, dengan efisiensi
81,79%.

KATA KUNCI : Antibakteri; Colifor; Ultrasoni; Water treatment.

ABSTRACT− Kahayan River water in 2008 has been categorized as heavily pollut, one indication of pollution
is the high number of coliform bacteria, so it is necessary to make efforts to reduce the pollution. One alternative
method for reducing the number of bacteria can be to use ultrasonic wave exposure, by using its high
frequency characteristics and its ability to propagate in solid, liquid, and gas mediums. This study aims to
examine the use of ultrasonic waves as an antibacterial coliform in the Kahayan River water. Water sampling
has been carried out with the Grab Sampling technique using the Kemmerer Sampler tool. Water samples
have been exposed to ultrasonic waves directly, without changing the initial environmental conditions.
Frequencies vary in 20 kHz, 30 kHz, 40 kHz, 50 kHz, and 60 kHz at 2 hours to obtain the optimum frequency.
Coliform test was carried out by the MPN method, with the estimation test stage, the affirmation test stage,
and the colony calculation stage. MPN test results 24 hours after exposure, showed that the use of ultrasonic
as an antibacterial coliform works optimally at a frequency of 40 kHz, with efficiency 81.79%.

KEYWORD: Antibakteri; Colifor; Ultrasoni; Water treatment.

PENDAHULUAN yang sangat mudah tercemar oleh berbagai


Air merupakan kebutuhan yang sangat faktor. Salah satu penyebab tercemarnya air
penting bagi manusia, dan merupakan habitat adalah kontaminasi air limbah oleh bakteri
52
patogen dan bakteri resisten yang bersikap kerapatan  (kg/m3), maka kelajuan
kondusif terhadap penyebaran penyakit gelombang bunyi pada medium tersebut
bakteri dan virus. Air yang terkontaminasi ini adalah,
terutama karena polusi tinja, tetapi juga 𝐵
karena polusi industri. Dewasa ini keberadaan 𝑣= (1)
𝜌
kebersihan air permukaan di Indonesia sudah
v dalam satuan m/s. Kelajuan bunyi juga
sangat mengkhawatirkan, berdasarkan data
bergantung pada suhu medium, untuk bunyi
Badan Pusat Statistik Indonesia 75% sungai di
yang merambat pada medium air, hubungan
Indonesia dalam status tercemar berat,
antara kelajuan bunyi dengan suhunya adalah,
demikian juga dengan air Sungai Kahayan
pada tahun 2008 sudah terkategori tercemar 𝑇
𝑣 = 1493 m/s 𝜌 + (2)
298°C
berat (Badan Pusat Statistik, 2017).
Langkah pencegahan yang paling dimana 1493 m/s adalah kelajuan bunyi di air
penting adalah dengan cara mengontrol air pada suhu 25°C, dan TC adalah suhu air dalam
limbah. Beberapa metode telah digunakan derajat Celcius.
untuk mengurangi bakteri patogen, seperti Gelombang ultrasonik dapat
menggunakan bahan kimia (antibiotik) dibangkitkan melalui transduser piezoelektrik
(Auajjar, 2006), proses fisika (γ dan radiasi UV) seperti twetter speaker, atau menggunakan
(Hayet, 2017), dan teknik fisika-kimia (proses transduser ferroelektrik. Pola perambatan
membran) (Ferran, 2007; Lebleu, 2007). gelombang ultrasonik menyebar dengan
Namun, resistensi bakteri terhadap antibiotik sudut sebaran yang berbanding terbalik
telah terjadi secara cepat setelah aplikasi dengen frekuensi kerja (Gambar 1).
penerapan pada banyak penyakit menular. Gelombang ultrasonik sebagai antibakteri
Resistensi ini merupakan faktor utama yang memanfaatkan prinsip kerja transduser
mempersulit terapi infeksi bakteri dan ultrasonik. Transduser ultrasonik – yang
penyebaran penyaring multi-resisten. terdiri dari bagian pengirim dan penerima –
Salah satu metode untuk membunuh bekerja dengan prinsip yang mirip dengan
bakteri coliform dapat dilakukan dengan sonar yang mengevaluasi atribut target
pemberian gelombang ultrasonik pada sampel dengan menginterpretasikan gema dari audio.
air. Gelombang ultrasonik merupakan Transduser ultrasonik menghasilkan
gelombang bunyi yang frekuensinya berada di gelombang suara dengan frekuensi tinggi dan
atas ambang frekuensi audio, atau lebih besar mengevaluasi gema yang diterima kembali
dari 20 kHz. Gelombang bunyi sendiri oleh perangkat ultrasonik (Suastika, Martani,
merupakan jenis gelombang longitudinal yang & Hartanto, 2015).
merambat melalui berbagai jenis medium
dengan kelajuan yang dipengaruhi oleh jenis
medium tersebut. Kelajuan gelombang bunyi
di dalam medium perantara bergantung pada
kompresibilitas dan kerapatan medium. Jika Gambar 1 Pola Sebaran Gelombang Ultrasonik
mediumnya adalah cairan atau gas yang
modulus bulk-nya adalah B (N/m2) dan Penelitian tentang potensi ultrasonik

53
untuk membunuh microba telah dimulai pada perlakuan panas pada cairan akan berdampak
tahun 1960-an, setelah ditemukan bahwa sangat efektif pada berkurangnya jumlah
gelombang bunyi yang dihasilkan oleh sonar koloni bakteri E.coli pada susu (Herceg, Režek
kapal dapat membunuh ikan. Melalui proses Jambrak, Lelas, & Mededovic Thagard, 2012).
sonikasi, gelombang longitudinal yang Studi lain menggambarkan bahwa
dihasilkan oleh gelombang bunyi berinteraksi perlakuan komninasi sonikasi gelombang
dengan medium cair, sehingga menghasilkan ultrasonik dan perlakuan panas pada cairan
daerah kompresi dan ekspansi yang akan berdamfak sangat efektif pada
mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan berkurangnya jumlah koloni bakteri E.coli
dan terbentuk gas dalam medium tersebut. pada susu. Sonikasi gelombang ultrasonik saja
Gelembung dari gas ini memiliki permukaan sebenarnya sudah memberikan efek inaktifasi
yang terus membesar selama siklus ekspansi, pada bakteri, dan setelah dikombinasikan
yang meningkatkan difusi gas, dan dengan perlakuan panas berdampak lebih
menyebabkan gelembung terus meluas. Suatu signifikan terhadap menurunnya jumlah
titik tercapai dimana energi ultrasonik yang bakteri dalam susu. Penelitian menunjukkan
disediakan tidak cukup untuk bahwa semakin lama waktu sonikasi
mempertahankan fase uap dalam gelembung; gelombang ultrasonik, maka jumlah bakteri
oleh karena itu, kondensasi terjadi dengan pada susu akan semakin berkurang (gambar
cepat. Molekul-molekul kental bertabrakan 2.5), sementara pada proses sonikasi dengan
keras, menciptakan gelombang kejut. waktu yang lebih singkat jumlah bakteri lebih
Gelombang kejut ini menciptakan daerah banyak.(Herceg et al., 2012)
dengan suhu dan tekanan yang sangat tinggi, Selain itu terdapat pemanfaatan
mencapai hingga 5500 jC dan 50.000 kPa. gelombang ultrasonik untuk mengurangi
Perubahan tekanan yang dihasilkan dari jumlah Salmonella typhimurium pada susu
peristiwa ini adalah efek utama ultrasonik (Juraga, Šalamon, Herceg, & Jambrak, 2011;
pada bakteri. Zona panas ini dapat membunuh Wrigley & Llorca, 1992), pengkajian efek
beberapa bakteri, akan tetapi keadaanya gelombang ultrasonik pada air kaldu sapi
terlokalisir dan tidak dapat mempengaruhi (Puspasari, Surtono, & Warsito, 2014), dan
area yang cukup luas (Gao, Lewis, mengontrol mikroba pada air (Broekman,
Ashokkumar, & Hemar, 2014). Pohlmann, Beardwood, & de Meulenaer, 2010;
Zhou, dkk pada tahun 2009 melakukan Al-Juboori, Aravinthan, & Yusaf, 2015;
penelitian pemanfaatan gelombang ultrasonik Gómez-López, Gogate, & Gogate, 2017)
untuk membunuh bakteri E.coli pada daun Pemanfaatan gelombang ultrasonik
bayam selama 0-4 menit, pemberian sebagai antibakteri coliform yang dilakukan
perlakuan gelombang ultrasonik memberikan dalam penelitian ini telah diawali dengan
dampak signifikan terhadap menurunnya penelitian tentang rancang bangun sistem
jumlah koloni bakteri pada daun bayam pembangkit gelombang ultrasonik sebagai
dibandingkan dengan daun bayam yang metode alternatif menurunkan jumlah bakteri
hanya diberi perlakuan dicuci dengan air saja. E.coli pada proses penjernihan air. Penelitian
Studi lain menggambarkan bahwa perlakuan yang dilaksanakan oleh Suastika, Martani, dan
kombinasi sonikasi gelombang ultrasonik dan Hartanto pada tahun 2015 ini, dilakukan

54
dengan menguji pemberian gelombang Tahapan pengambilan sampel adalah
ultrasonik pada sampel air Sungai Kahayan sebagai berikut:
dengan memvariasikan frekuensi kerja hingga 1. Peralatan yang digunakan dalam
28 kHz dan dilaporkan bahwa pada paparan pengambilan sampel disterilisasi terlebih
gelombang ultrasonik dengan frekuensi 27,6 dahulu sebelum digunakan.
kHz didapakan hasil optimum untuk 2. Sebelum pengambilan sampel, tangan di
membunuh bakteri E.coli dengan presentase aseptik terlebih dahulu dengan
sebesar 37,8% (Suastika et al., 2015). menggunakan alkohol 70%.
Berdasarkan hal tersebut dalam 3. Buka botol sampel dari kertas pelindung
penelitian ini dikaji mengenai penggunaan (dibuka sampai setengah saja untuk
paparan ultrasonik sebagai antibakteri pada menghindari kontaminasi).
air Sungai Kahayan. Keuntungan yang 4. Mengisi botol dengan sampel air hingga
diharapkan dari metode ini adalah proses ¾ botol.
pengolahan air dan limbah cair dapat 5. Lalu ditutup kembali.
menghasilkan air dengan kualitas yang lebih 6. Seluruh proses pengambilan dilakukan
baik. Tujuan penelitian ini adalah, mengetahui secara aseptis.
pengaruh paparan ultrasonik sebagai
antibakteri coliform pada air Sungai Kahayan. Sonikasi Menggunakan Gelombang
Ultrasonik
METODE PENELITIAN Pada tahapan ini sampel air Sungai
Metode Penlitian di bagi menjadi 3 Kahayan akan diberi perlakukan dengan
tahapan, yaitu: pengambilan sampel air gelombang ultrasonik. Tahapan sonikasi
Sungai Kahayan, sonikasi dengan adalah sebagai berikut:
menggunakan ultrasonik, dan penghitungan 1. Gelombang ultrasonik dibangkitkan
jumlah koloni bakteri. menggunakan speaker tweeter piezo
dengan frekuensi 20 kHz. Pengaktifan
Pengambilan Sampel pengoperasian speaker menggunakan
Pengambilan sampel air menggunakan pembangkit gelombang ultrasonik (signal
teknik Grab Sampling menggunakan alat generator).
Kemmerer Sampler. Sampel diambil dari air 2. Sampel air Sungai Kahayan dimasukkan
Sungai Kahayan, dengan titik pengambilan ke dalam wadah yang bagian atasnya
sampel dengan memperhitungkan kedalaman terdapat speaker piezo (gambar 2) dengan
sungai, lebar sungai, dan debit air. Sungai perlakuan dengan beberapa variasi
Kahayan memiliki kedalaman 7 m, lebar 500 frekuensi, selama 2 jam. (mengacu pada
m, debit air terbesar 2.716 m3/ detik dan debit Puspasari, Surtono, and Warsito 2014).
air terkecil 26,30 m3/detik. Pengambilan
sampel air Sungai Kahayan dilaksanakan pada
bulan Juni 2019. Berdasarkan data tersebut,
maka pengambilan sampel air Sungai
Kahayan dilakukan pada titik lebar 375 m dan
kedalaman Sungai Kahayan pada titik 1,4 m.

55
Lactosa Broth Double Strength (LBDS) 30 ml
3. Memasukkan larutan LBSS ke dalam 6
tabung reaksi dengan menggunakan pipet
volume, 10 ml tiap tabung.
4. Memasukkan larutan LBDS ke dalam 3
tabung reaksi dengan menggunakan pipet
volume, 10 ml tiap tabung.
5. Media pada tabung reaksi disterilisasi
Gambar 2. Proses Sonikasi Air Sungai Kahayan
dengan autoclave
6. Memipet sebanyak 10 ml sampel,
3. Proses diulang untuk frekuensi 30 kHz, 40
memasukkan dalam 3 tabung reaksi yang
kHz, 50 kHz, dan 60 kHz.
telah berisi larutan LBDS
7. Memipet sebanyak 1 ml sampel,
Pemeriksaan Jumlah Koloni Bakteri coliform
memasukkan ke dalam 3 tabung reaksi
Sampel air yang telah diberi perlakukan
yang telah berisilarutan LBSS
untrasonik kemudian diperiksa jumlah koloni
8. Memipet sebanyak 0.1 ml sampel,
bakteri coliform, sebagai kontrol diperiksa pula
memasukkan kedalam 3 tabung reaksi
koloni bakteri pada sampel tanpa perlakuan.
yang telah berisi larutan LBSS.
Pemeriksaan coliform dibagi menjadi 2
9. Seluruh tabung diinkubasi selama 24 jam
tahapan, yaitu pemeriksaan kuantitatif dan
sampai dengan 48 jam (Apabila pada
pemeriksaan kualitatif.
inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka
dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24) pada
Pemeriksaan Kuantitatif
suhu 350C
Uji Pendugaan
10. Apabila dalam waktu 2 x 24 jam tidak
Uji pendugaan merupakan uji spesifik
terbentuk gas dalam tabung durham,
untuk deteksi bakteri coliform, ini merupakan
dihitung sebagai hasil negatif.
tes pendahuluan tentang ada tidaknya
11. Jika terbentuk gas pada tabung durham
kehadiran bakteri coliform berdasarkan
maka tabung dinyatakan positif.Tabung
terbentuknya asam dan gas yang disebabkan
yang dinyatakan positif selanjutnya akan
karena fermentasi laktosa oleh bakteri
dilakukan uji konfirmatif atau uji
golongan coli. Metode yang digunakana dalah
penegasan
metode Most Probable Number (MPN) seri 3
tabung. Prinsip dari metode MPN yaitu
Uji Konfirmatif
menghitung jumlah perkiraan terdekat
Hasil positif pada uji pendugaan air baku
melalui uji penduga. Prosedur uji pendugaan
dilanjutkan dengan uji penguat menggunakan
adalah sebagai berikut:
metode MPN seri 3. Media yang digunakan
1. Menyiapkan tabung reaksi yang telah
adalah Brilliant Green Lactosa Bile (BGLB),
berisi tabung durham, dengan posisi
media ini merupakan media selektif bagi
mulut terbalik atau menghadap kedasar
coliform, sehingga dapat menghambat
tabung reaksi.
pertumbuhan bakteri lain dan meningkatkan
2. Membuat media Lactosa Broth Single
pertumbuhan bagi coliform. Prosedur uji
Strength (LBSS) sebanyak 60 ml dan media
56
konfirmatif adalah sebagai berikut: Pemeriksaan Kualitatif
1. Membuat media Brilliant Green Lactosa Bile Pemeriksaan ini digunakan untuk
(BGLB) sebanyak 90 ml mengetahui total coliform yang terdapat pada
2. Memasukkan larutan BGLB ke dalam sampel air. Metode yang digunakan adalah
tabung reaksi yang sudah diisi dengan Standard Plate Count (SPC), adapun prosedur
tabung Durham menggunakan pipet yang digunakan sebagai berikut:
volumesebanyak 10 ml tiaptabung. 1. Menyiapkan media Eosin Methilen Blue
3. Media pada tabung reaksi disterilisasi (EMB).
dengan autoclave 2. Menuangkan media EMB yang telah
4. Setelah media didinginkan, disterilisasi ke cawan petri
diinokulasikan sebanyak 2 ose dari 3. Mengambil 1 ml sampel air yang tidak
tabung Lactosa Broth positif kedalam diencerkan lalu menanam dengan metode
media BGLB pour plate pada cawan petri
5. Seluruh tabung diinkubasi selama 24 jam 4. Setelah media membeku kemudian
sampai dengan 48 jam dengan suhu 35°C. diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C.
6. Uji dinyatakan negatif jika tidak terbentuk 5. Menghitung koloni yang muncul dengan
gas pada tabung Durham dan uji menggunakan alat colony counter.
dinyatakan positif jika tidak terbentuk gas
pada tabung Durham. Tabung yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dinyatakan positif selanjutnya akan Hasil Pemeriksaan coliform
dilakukan uji pelengkap. Sebanyak 250 mL sampel air diberikan
paparan gelombang ultrasonik selama 2 jam,
Uji Pelengkap dengan memberikan variasi frekuensi 20 kHz,
Uji ini merupakan analisi sakhir dari 30 kHz, 40 khz, 50 kHz, dan 60 kHz. Sampel air
sampel air untuk mendeteksi keberadaan ditempatkan dalam gelas kimia, dan
coliform. Media yang digunakan adalah Eosin ditempatkan dalam wadah kaca yang telah
Methilen Blue (EMB), Prosedur uji pelengkap diisi air steril, sebagai tindakan untuk
adalah sebagai berikut: mencegah kontaminasi dengan gelombang
1. Membuat media Eosin Methilen Blue lain. Setelah 2 jam sampel air dikeluarkan dan
(EMB). diperiksa jumlah koloni coliform.
2. Media EMB yang sudah disterilisasi di Hasil pemeriksaan coliform setelah
tuang ke dalam cawan petri. diinkubasi selama 24 jam disajikan dalam
3. Menanambiakan dari uji konfirmatif Tabel 1, index MPN menunjukkan jumlah
dengan mengambil 1 ose dari biakan koloni coliform. Ssemakin besar nilai index
tabung BGLB positif menggunakan MPN menunjukkan bahwa jumlah koloni
metode streak pada media EMB coliform juga semakin banyak. Dari Tabel 1
4. Petri yang telah ditanami kemudian dapat dilihat bahwa jumlah coliform paling
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C sedikit ketika perlakuan dengan 40 kHz. Lebih
5. Uji pelengkap dikatakan positif jika koloni jelas dapat kita lihat pada Gambar 4, terlihat
yang muncul berwarna hijau metalik. bahwa jumlah coliform terendah pada
perlakuaan dengan frekuensi 40 kHz,

57
sementara ketika frekuensi 20 kHz dan 30 kHz perlakuan)
jumlah koloni bakteri tidak berbeda dengan 2 Frekuensi 20 kHz 0.00
kontrol, dan pada frekuensi 50 kHz, dan 60 3 Frekuensi 30 kHz 0.00
kHz jumlah koloni bakteri naik kembali. 4 Frekuensi 40 kHz 85.72
Tabel 1. Hasil perlakuan untrasonik 5 Frekuensi 50 kHz 76.92
Index 6 Frekuensi 60 kHz 76.92
No Sampel/Perlakuan
MPN 100
Kontrol (tanpa 90
1 1898 80
perlakuan)
70
2 Frekuensi 20 kHz 1898

Efisiensi (%)
60
3 Frekuensi 30 kHz 1898 50
4 Frekuensi 40 kHz 271 40
30
5 Frekuensi 50 kHz 438
20
6 Frekuensi 60 kHz 438 10
2000 0
1800 0 20 40 60 80
1600 Frekuensi (kHz)
1400 Gambar 5. Grafik efisiensi pengurangan koloni
Index MPN

1200
coliform terhadap frekuensi
1000
800
600 Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat
400 bahwa efisiensi tertinggi untuk pengurangan
200
jumlah bakteri adalah pada frekuensi 40 kHz
0
0 20 40 60 80 yang mencapai nilai 85,72%, yang berarti
Frekuensi (kHz) bahwa setelah perlakuan 2 jam terdapat
Gambar 4. Grafik jumlah koloni coliform 85,72% bakteri telah hilang dari sampel air, ini
terhadap frekuensi menunukkan bahwa gelombang ultrasonik
dapat dimanfaatkan sebagaai anti-bakteri
Perhitungan efisiensi pengurangan pada air Sungai Kahayan dengan frekuensi
jumlah koloni bakteri kemudian dilakukan efektik 40 kHz.
untuk melihat persen pengurangan koloni
bakteri menggunakan persamaan, KESIMPULAN
MPN − MPN
% Efisiensi = × 100 (3) Berdasarkan hasil penlitian dapat
MPN
disimpulkan bahwa gelombang ultrasonik
dengan % efisiensi adalah persen
dapat dimanfaatkan sebagai anti-bakteri
pengurangan bakteri, MPNktr adalah index
coliform, dan setelah perlakuan paparan
MPN kontrol, dan MPNper adalah index MPN
gelombang ultrasonik selama 2 jam,
perlakuan. Menggunakan persamaan (3),
didapatkan frekuensi efektif untuk
didapatkan hasil pada Tabel 2.
mengurangi jumlah koloni coliform adalah 40
Tabel 2. Efisiensi pengurangan koloni bakteri
kHz, dengan efisiensi sebesar 85,72%.
No Sampel/Perlakuan Efisiensi (%)
1 Kontrol (tanpa 0.00
UCAPAN TERIMAKASIH
58
Tim peneliti mengucapkan terimakasih bacteria. Ultrasonics Sonochemistry, 21(1),
sebesar-besarnya kepada Kementerian Riset, 446–453.
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang telah https://doi.org/10.1016/j.ultsonch.2013.06
mendanai riset ini. .006
Gómez-López, V. M., Gogate, P. R., & Gogate,
P. R. (2017, September 18).
DAFTAR PUSTAKA Reconditioning of Vegetable Wash Water
Al-Juboori, R. A., Aravinthan, V., & Yusaf, T. by Physical Methods.
(2015). Impact of pulsed ultrasound on https://doi.org/10.1201/9781315114859-7
bacteria reduction of natural waters. Hayet, M. (2017). Modélisation par la méthode
Ultrasonics Sonochemistry, 27, 137–147. numérique de la dynamique des fluides du
https://doi.org/10.1016/j.ultsonch.2015.05 procédé de désinfection des eaux par les
.007 rayonnements ultraviolets (UV). Retrieved
Auajjar, N. (2006). Multiresistance Aux from
Antibiotiques de Pseudomonas Aeruginosa, http://archives.umc.edu.dz/handle/1234
P. Fluorescens ET Staphylococcus Aureus 56789/12448
ET Surviesur Divers Tissus Hospitaliers. Herceg, Z., Režek Jambrak, A., Lelas, V., &
Badan Pusat Statistik. (2017). Status Kualitas Mededovic Thagard, S. (2012). The Effect
Air Sungai, 2007 - 2016. Retrieved of High Intensity Ultrasound Treatment
August 27, 2018, from on the Amount of Staphylococcus aureus
https://www.bps.go.id/statictable/2014/0 and Escherichia coli in Milk. Food
9/05/1372/status-kualitas-air-sungai-- Technology and Biotechnology, 50(1), 46,
2007---2016.html 46–52, 52.
Broekman, S., Pohlmann, O., Beardwood, E. S., Juraga, E., Šalamon, B. S., Herceg, Z., &
& de Meulenaer, E. C. (2010). Ultrasonic Jambrak, A. R. (2011). Application of High
treatment for microbiological control of Intensity Ultrasound Treatment on
water systems. Ultrasonics Sonochemistry, Enterobacteriae Count in Milk. 11.
17(6), 1041–1048. Lebleu, N. (2007). Désinfection des eaux par
https://doi.org/10.1016/j.ultsonch.2009.11 procédés membranaires : étude des
.011 mécanismes de transfert des bactéries (Phd,
Ferran, A. (2007). Influence de la taille de Université de Toulouse, Université
l’inoculum bactérien sur l’activité bactéricide Toulouse III - Paul Sabatier). Retrieved
et sur la sélection de mutants résistants lors from http://thesesups.ups-tlse.fr/189/
de l’exposition d’Escherichia coli à la Puspasari, N., Surtono, A., & Warsito, W.
marbofloxacine (Other). Retrieved from (2014). Efek Frekuensi Gelombang
http://oatao.univ-toulouse.fr/1769/ Ultrasonik Terhadap Mikroba Pada Air
Gao, S., Lewis, G. D., Ashokkumar, M., & Kaldu Daging Sapi. Jurnal Teori dan
Hemar, Y. (2014). Inactivation of Aplikasi Fisika, 2(2). Retrieved from
microorganisms by low-frequency high- http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php
power ultrasound: 1. Effect of growth /jtaf/article/view/1272
phase and capsule properties of the Suastika, K. G., Martani, N. S., & Hartanto, T.

59
J. (2015). Rancang Bangun Sistem
Pembangkit Gelombang Ultrasonik
Sebagai Metode Alternatif Menurunkan
Jumlah Bakteri E. Coli Pada Proses
Penjernihan Air. PROSIDING
SIMPOSIUM FISIKA NASIONAL XXVII,
1(BM 109), 546–552.
Wrigley, D. M., & Llorca, N. G. (1992).
Decrease of Salmonella typhimurium in
Skim Milk and Egg by Heat and
Ultrasonic Wave Treatment. Journal of
Food Protection, 55(9), 678–680.
https://doi.org/10.4315/0362-028X-
55.9.678

60
PEMBUATAN SISTEM MONITORING AIR PDAM BERBASIS
MIKROKONTROLER

Rida Fathulana Faqih, Iwan Sugriwan, Ade Agung Harnawan.


Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
Jalan Ahmad Yani km. 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Email: [email protected]

ABSTRACT− The research of the microcontroller-based PDAM water monitoring system has been completed
and implemented in one of the household users of the PDAM. This monitoring system consists of a transmitter
and receiver device. The transmitter device aims to retrieve and transmit information data in the form of debit,
volume, and water usage costs. While the receiver device aims to receive data information that can be read by
Microsoft Excel. Data transmission is done wirelessly with the SMS Gateway using the SIM800L GSM module.
This system is made with several components including, Arduino Uno Microcontroller, YF-S201 sensor, 20x4
I2C LCD, DS3231 RTC module, SIM800L GSM module, and computer. The results of the GSM module testing
were carried out in three different places and the result was that the communication went well. The results of
system characterization are made in accordance with the reading of the PDAM meter with a volume deviation
of 3 ml - 5 ml. The results of the system implementation in the household for three days obtained the volume
and cost of water use amounting to 1,688,530 ml, Rp.9,219, -; 1,341,500 ml, Rp.7,324, -; 1,606,268 ml, Rp.8,770,
- and there is a difference in volume of 2 - 8 ml between the system and the PDAM meter.

KEYWORD : PDAM; Sensor YF-S201; GSM SIM800L; Transmitter; Receiver

PENDAHULUAN penggunaan air yang disalurkan ke


Air merupakan sumber daya alam masing-masing pelanggan setiap bulan.
yang tidak dapat dipisahkan dari Selama ini, pelaksanaan monitoring
kehidupan manusia dan makhluk hidup. pemakaian air masih dengan cara manual,
Bagi kehidupan manusia, air banyak yaitu dengan cara mengirimkan petugas
digunakan dalam berbagai kegiatan secara bergantian untuk mendatangi setiap
diantaranya minum, mandi (Syafliadi dkk, lokasi ke rumah-rumah pelanggan
2015). Untuk mendapatkan air dapat (Suardiana dkk, 2017). Cara monitoring ini
dilakukan dengan berbagai cara antara lain: masih dinilai kurang efisien karena banyak
membuat sumur, mengambil dari sungai, kendala seperti membutuhkan banyak
mengambil dari laut dan jika dalam tenaga, menghabiskan banyak waktu, serta
lingkungan perkotaan biasanya terdapat letak meteran PDAM yang sulit dijangkau
jasa Perusahaan Daerah Air Minum dan meteran PDAM yang tidak berfungsi
(PDAM) (Pynkyawati, 2015). sehingga sering terjadi kesalahan dalam
PDAM sebagai penyedia layanan air pencatatan pemakaian air pada meteran
bersih di perkotaan dalam menyalurkan air yang dilakukan oleh petugas (Rahman dkk,
pada umumnya, membutuhkan proses 2015). Pada awal Juni 2016 PDAM
pengecekan atau monitoring jumlah Bandarmasih akan melakukan pergantian
61
meteran air pelanggan yang usia informasi berupa debit, volume, biaya
meterannya sudah tua yaitu di atas lima penggunaan air yang digunakan oleh
tahun. Seiring dengan lamanya pemakaian, pelanggan. Perangkat receiver bertujuan
ada meteran air yang akurasinya menurun. untuk menerima informasi data dari
Oleh sebab itu harus diganti dengan transmitter setiap satu hari sekali dan data
meteran air yang baru (Salmah, 2016). tersebut disimpan ke Microsoft Excel.
Berdasarkan masalah tersebut di atas, perlu
dibuat sebuah sistem monitoring air PDAM Alat, Bahan dan Metode
yang dapat mengukur volume air yang Skema tahapan penelitian yang
digunakan dan biaya penggunaan air dilakukan untuk merealisasikan sistem
PDAM. monitoring air PDAM ini memiliki 8
Penelitian tentang monitoring tahapan, ditunjukkan pada Gambar 1.
pemakaian air PDAM yang pernah
dilakukan diantaranya. Suharjono dkk
(2015) melakukan penelitian tentang
aplikasi water flow sensor untuk mengukur
penggunaan air pelanggan secara digital
serta pengiriman data secara otomatis pada
PDAM Kota Semarang. Ramyaa dkk (2016)
mendesain dan membuat prototipe
meteran air dengan mengukur laju aliran Gambar 1. Skema tahapan penelitian
air yang melewati pipa dan secara otomatis
mematikan pompa. Pompa mati setelah Penelitian ini yang pertama dilakukan
jumlah waktu yang ditentukan oleh yaitu mempesiapkan alat dan bahan yang
pengguna. Shrotriya dkk (2017) melakukan digunakan, dalam penelitian ini alat dan
penelitian tentang meteran air digital bahan yang digunakan yaitu water flow
menggunakan Arduino untuk mengukur sensor YF-S201, 2 arduino UNO, adaptor
volume air yang digunakan oleh 9V, LCD 20x4 karakter, 2 Modul GSM
konsumen. Prototipe yang dibuat di atas SIM800L, RTC DS3231, multimeter, kabel-
dapat membaca debit dan menghitung kabel penghubung dan laptop berfungsi
volume air yang digunakan saja, tanpa sebagai penunjang untuk menjalankan
mengukur biaya pengeluaran air yang software Arduino serta Box komponen.
digunakan oleh pelanggan dan data Setelah mempersiapkan alat dan bahan
tersebut tidak disimpan. penelitian ini membuat catu daya.
Pada penelitian ini difokuskan Catu daya dalam penelitian ini dibuat
membuat sistem monitoring air PDAM 3 buah keluaran tegangan +5V, +5V, dan +9V
berbasis mikrokontroler. Sistem monitoring yang diperlukan untuk mengaktifkan
ini terdiri dari perangkat transmitter dan Mikrokontroler Arduino Uno, Sensor YF-
perangkat receiver (Asriya dkk, 2016), S201, Modul GSM SIM800L, RTC DS3231,
perangkat transmitter bertujuan untuk LCD. Adapun rangkaian catu daya yang
mengambil dan mengirimkan data dibuat ditunjukkan pada Gambar 2. Setelah

62
membuat catu daya penelitian ini D7 dan D8. Kemudian menghubungkan
selanjutnya merakit perangkat keras. LCD dengan mikrokontroler pada pin A4
dan A5 serta menghubungkan RTC DS3231
dengan mikrokontroler pada pin SDA dan
SCL, konfigurasi rangkaian transmitter
ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 2. Rangkaian catu daya

Perakitan perangkat keras yang


dibuat terdiri dari 2 rangkaian yaitu
rangkaian transmiter dan rangkaian receiver,
ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 4. Konfigurasi rangkaian transmitter

Perakitan rangkaian receiver


dilakukan dengan menghubungkan Modul
GSM SIM800L dengan Arduino UNO dan
komputer. Perakitan rangkaian receiver
dilakukan pertama dengan
menghubungkan pin modul GSM SIM800L
dengan mikrokontroler pada pin D7 dan D8
dengan menghubungkan mikrokontroler
dengan komputer, konfigurasi rangkaian
receiver ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 3. Diagram blok system
Setelah merakit perangkat keras penelitian
Rangkaian transmitter pada Gambar 3 ini selanjutnya membuat perangkat lunak.
terdiri dari beberapa komponen yaitu catu
daya, Arduino UNO, water flow sensor, RTC
DS3231, LCD, dan modul GSM SIM800L.
Rangkaian receiver pada Gambar 3 terdiri
dari adaptor 9V DC, Arduino UNO, modul
GSM SIM800L dan komputer.
Gambar 5. Konfigurasi rangkaian receiver
Perakitan rangkaian transmitter
dilakukan dengan menghubungkan catu Perangkat lunak yang digunakan
daya, water flow sensor, RTC DS3231, LCD, dibuat menggunakan software Arduino
dan modul GSM SIM800L dengan Arduino UNO IDE. Pembuatan modul perangkat
UNO. Perakitan rangkaian transmitter lunak menjadi dua bagian yaitu bagian
dilakukan pertama dengan transmitter dan receiver. Pada bagian transmitter
menghubungkan pin output water flow keluaran dari water flow sensor yang berupa
sensor dengan mikrokontroler pada pin D2, pulsa diubah oleh mikrokontroler Arduino
selanjutnya menghubungkan modul GSM UNO Ide menjadi data debit air, volume
SIM800L dengan mikrokontroler pada pin
63
penggunaan air dan biaya penggunaan air.
Data tersebut dikirim dari transmitter ke
receiver oleh modul GSM SIM800L setiap
satu hari sekali dan setelah data dikirim Gambar 7. Flowchart proses receiver
selanjutnya dihapus data tersebut oleh Perangkat lunak antar muka ke
mikrokontroler. Flowchart proses transmitter komputer yang digunakan adalah PLX-
ditunjukkan pada Gambar 6. DAQ. PLX-DAQ digunakan untuk
memudahkan proses pencatatan hasil
pengukuran debit, volume, biaya danwaktu
serta bisa disimpan data tersebut didalam
Microsoft Excel. Antar muka ke komputer
ditunjukkan pada Gambar 8. Setelah
membuat perangkat lunak transmitter,
receiver dan antar muka ke komputer
penelitian ini selanjutnya melakukan proses
karakterisasi.

Gambar 6. Flowchart proses transmitter

Pada bagian receiver melakukan


proses penerimaan data dari transmitter.
Dalam listing program Mikrokontroler Gambar 8. Antar muka ke computer

Arduino IDE modul GSM diberi perintah


untuk menerima data dari transmitter, Proses karakterisasi dilakukan

setelah data diterima data tersebut dengan memasang water flow sensor YF-S201,
diproses oleh mikrokontroler untuk meteran PDAM dan valve secara seri di pipa.

diteruskan dan ditampilkan ke komputer. Kemudian membuka valve dengan sudut 45°

Flowchart proses receiver ditunjukkan pada dan 90° seperti ditunjukkan pada Gambar 10
Gambar 7. untuk mengalirkan air dari 1 liter sampai 30
liter dengan 5 kali perulangan tiap liternya
dan air akan ditampung menggunakan
gelas ukur untuk mengetahui apakah air
yang keluar benar-benar sesuai dengan
yang terdapat di meteran PDAM maupun
yang terdapat di water flow sensor YF-S201,
bisa dilihat pada Gambar 9. Hasil dari
kedua alat tersebut dicatat nilainya dan
dibuat grafik antara output air yang
ditampung dengan water flow sensor YF-
S201, setelah itu dibuat persamaan
64
karakteristik sensor dan dimasukkan pengujian ini dilakukan selama 3 kali
kedalam algoritma pemrograman transmitter. dalam setiap karakter setelah itu mencatat
Selanjutnya diuji coba lagi sensor sebanyak data yang dikirim, yang diterima, dan
5 kali untuk mengetahui keakuratannya. waktunya. Keterangan jarak pada titik 1 ke
Jika masih belum akurat maka titik 4 = 5 km, titik 2 ke titik 4 = 4,56 km, titik
ditambahkan dengan nilai kompensasi. 3 ke titik 4 = 4 km. Setelah proses pengujian
modul GSM SIM800L transmitter dan
modul GSM SIM800L receiver dilakukan
penelitian ini selanjutnya melakukan
pengujian sistem monitoring.

Gambar 11. Lokasi pengujian modul GSM


Setelah proses karakterisasi water flow sensor
YF-S201 penelitian ini selanjutnya Pengujian sistem monitoring yang pertama
melakukan pengujian modul GSM memastikan alat sudah terpasang semua
SIM800L transmitter dan modul GSM dengan benar seperti pada Gambar 12. Alat
SIM800L receiver di tiga tempat berbeda. yang dibuat ini terdiri dari rangkaian
transmitter dan receiver. Rangkaian
transmitter diletakkan di titik 1 sesuai
Gambar 11 di rumah tangga yang
menggunakan PDAM sedangkan
rangkaian receiver diletakkan di kamar.
Waktu pengambilan data pada pagi serta
Gambar 9. Karakterisasi water flow sensor
sore dalam durasi waktu pengisian
menyesuaikan kondisi bak penampungan
(tandon). Data yang diperoleh selanjutnya
dikirim secara nirkabel dan diterima oleh
receiver setelah itu disimpan di Microsoft
Excel.
Gambar 10. Sudut valve

Pengujian modul GSM SIM800L dilakukan


antara transmitter dan receiver ditempat
yang berbeda ditunjukkan pada Gambar 11.
Pengujian modul GSM SIM800L dilakukan
dengan membandingkan data yang
Gambar 12. Pengujian sistem monitoring
dikirim dan data yang diterima serta
air PDAM
mencatat waktu pengirim dan penerima
dari GSM SIM800L transmitter dan receiver.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sedangkan data yang dikirim berupa
Hasil rangkaian catu daya yang telah dibuat
karakter huruf, angka dan simbol. Untuk
menghasilkan beberapa tegangan
65
sebesar +5,08VDc, +5,04VDc dan 9,04VDc.
Setiap tegangan yang dihasilkan oleh catu Gambar 13. Realisasi rangkaian catu daya
daya digunakan untuk menghidupkan
komponen yang ada pada sistem monitoring Perakitan rangkaian transmitter seperti
air PDAM yang dibuat, antara lain pada gambar 14 (a) berfungsi sebagai alat
tegangan +9VDc untuk menghidupkan yang dapat mengambil data debit air,
arduino uno sedangkan tegangan +5VDc volume penggunaan air dan biaya
digunakan untuk menghidupkan sensor, penggunaan air pelanggan PDAM, serta
modul GSM SIM800L, LCD, RTC DS 3231 data tersebut ditampilkan di LCD.
pada penelitian ini. Realisasi dari rangkaian Perakitan rangkaian receiver seperti pada
catu daya yang telah dibuat ditunjukkan Gambar 14 (b) berfungsi sebagai alat
pada Gambar 13. Setelah pembuatan penerima data dari transmitter yang
catu daya selesai penelitian ini selanjutnya selanjutnya di simpan di Microsoft Excel.
melakukan perakitan rangkaian transmitter Setelah perakitan perangkat transmitter
dan receiver. dan receiver selesai penelitian ini
selanjutnya mengunduh kode program
pada rangkaian transmitter dan receiver.

(a) (b)
Gambar 14. (a) Rangkaian Transmitter dan (b) Rangkaian Receiver
Keterangan Gambar :
1. Arduino Uno 4. Sensor YF-S201
2. Modul GSM SIM800L 5. LCD 20x4
3. RTC DS3231 6. Meteran air PDAM

Interface transmitter dengan LCD 20x4


karakter dilakukan dengan mengunduh
kode program yang telah dibuat
Gambar 15. Tampilan LCD 20x4 karakter
menggunakan software Arduino UNO
pada transmitter
IDE ke dalam mikrokontroller Arduino
Interface receiver dengan komputer
UNO. Gambar 15 merupakan tampilan
dilakukan dengan menjalankan software
LCD 20x4 pada alat ukur monitoring air
PLX- DAQ. Software parallax data
PDAM bagian transmitter.
acquisition (PLX- DAQ) memproses akuisisi
66
data antara mikrokontroler dan Microsoft sedangkan sumbu y merupakan nilai volume
Excel. Data yang dikirimkan dari transmitter output air yang ditampung. Perbandingan
akan diterima oleh receiver dan selanjutnya antara nilai volume yang terukur dari
diteruskan melalui PLX- DAQ ke komputer output air yang ditampung dengan
dan tampil di Microsoft Excel. Tampilan data rangkaian water flow sensor yang telah
di Microsoft Excel ditunjukkan pada Gambar dibuat memiliki selisih pengukuran sebesar 0
16. ml hingga 10 ml, standar deviasi sensor
terbesar 8 ml pada rentang pengukuran dari
1L hingga 30L serta nilai R2 sebesar 1.
Berdasarkan Gambar 18 menghasilkan
persamaan karakterisasi seperti ditunjukan
pada persamaan 1.
y = 1x − 4,448 (1)
Gambar 16. Tampilan data pada Microsoft Excel Persamaan 1 selanjutnya dimasukkan
ke dalam listing program mikrokontroler
Karakterisasi water flow sensor arduino transmitter dimana variable x
dilakukan dengan membandingkan hasil merupakan pembacaan water flow sensor.
pengukuran antara pembacaan sensor dengan
output air yang ditampung. dari 1 liter hingga
30 liter dengan 5 kali perulangan setiap 1
liternya, air yang dialirkan akan ditampung
dan setelah itu mencatat hasil yang
diperoleh. Gambar 17 merupakan gambar
proses karakterisasi water flow sensor.

Gambar 18. Grafik karakterisasi valve terbuka


full

Sedangkan Gambar 19 merupakan


grafik hasil karakterisasi sensor dengan
kondisi valve terbuka ½, sumbu x
Gambar 17. Karakterisasi Water Flow Sensor menyatakan nilai volume yang berasal dari
Keterangan Gambar : sensor sedangkan sumbu y merupakan
1. Meteran PDAM 4. Output Air nilai volume output air yang ditampung.
2. Sensor YF-S201 5. Arah aliran Perbandingan antara nilai volume yang
air terukur dari output air yang ditampung
3. Valve dengan rangkaian water flow sensor yang
Gambar 18 merupakan grafik hasil telah dibuat memiliki selisih pengukuran
karakterisasi sensor dengan kondisi valve sebesar 0 ml hingga 10 ml, standar deviasi
terbuka full, sumbu x menyatakan nilai sensor terbesar 9 ml pada rentang
volume yang berasal dari sensor YF-S201 pengukuran dari 1L hingga 30L serta nilai

67
R2 sebesar 1. Berdasarkan Gambar 19
menghasilkan persamaan karakterisasi
seperti ditunjukan pada persamaan 2.
y = 1x − 5,0629 (2)

Gambar 20. Grafik pengujian sensor valve


terbuka full

Kemudian setelah dimasukkan nilai


kompensasi pada program alat diuji
kembali dengan membandingkan
pembacaan meteran PDAM dan
pembacaan sensor untuk mengalirkan air
Gambar 19. Grafik karakterisasi valve terbuka
½ sebanyak 6 kali. Perbandingan antara nilai
volume yang terbaca oleh meteran PDAM
Setelah sensor dikarakterisasi dengan rangkaian sensor yang telah dibuat
selanjutnya sensor di lakukan pengujian memiliki selisih pengukuran sebesar 2 ml
ulang dengan membandingkan antara hingga 6 ml. Gambar 21 merupakan grafik
meteran PDAM dengan water flow sensor pengujian sensor dengan meteran PDAM
yaitu mengalirkan air dari 1L hingga 30L setelah dimasukkan nilai kompensasi.
sebanyak 5 kali perulangan. Gambar 20
merupakan grafik hasil pengujian sensor
dengan meteran PDAM kondisi valve
terbuka full, Perbandingan antara nilai
volume yang terbaca oleh meteran PDAM
dengan rangkaian sensor yang telah dibuat Gambar 21. Grafik pengujian sensor dan meteran
memiliki selisih pengukuran sebesar 0 ml PDAM setelah dimasukkan nilai kompensasi
hingga 2 ml. Standar deviasi sensor dari 3 ml
hingga 5 ml pada rentang pengukuran 1L Pengujian modul GSM SIM800L yang
hingga 30L. Oleh karena itu, pada program telah dilakukan dengan beberapa kali
mikrokontroler yang telah dibuat diberi pengulangan pengiriman data yang berupa
nilai kompensasi -0,7204 pada pengukuran karakter huruf, angka dan simbol dari
water flow sensor sehingga diharapkan transmitter menuju receiver. Untuk pengujian
memperoleh nilai yang sesuai pada saat ini dilakukan selama 3 kali dalam setiap
pengukuran. karakter setelah itu mencatat data yang
dikirim, serta data yang diterima, dan
waktunya.
Pada pengujian tersebut, transmitter
diprogram untuk mengirimkan sebanyak 54
karakter“ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUV
68
WX YZ”, “12345678 90”, “+-_=/*!@#&(){};:?.” Setelah semua tahapan pengujian
Setelah itu mengupload program ke Arduino dilakukan dan sistem sudah dapat bekerja
UNO dan tunggu hingga waktu pengiriman dengan baik, transmitter dan receiver
sms maka akan tampil dilcd “SMS Send Uji kemudian diuji secara langsung dirumah
GSM” seperti pada Gambar 22 dan 23 sms warga yang menggunakan air PDAM di
sedang proses mengirim ke receiver. Jl.Pondok Empat Gg.Kresna No,8
Karakter yang dikirimkan akan diterima Banjarbaru Utara pada tanggal 8 hingga 10
oleh receiver setelah itu diteruskan ke Maret 2019. Sedangkan waktu pengambilan
komputer dan ditampilkan di Microsoft excel. data yaitu pagi dan sore hari dengan durasi
Data yang diterima oleh receiver sama waktu pengisian menyesuaikan kondisi bak
dengan data yang dikirim oleh transmitter penampungan (tandon). Pengiriman data
seperti pada Gambar 24. hasil pengukuran dari sistem (transmitter)
dilakukan dimalam hari jam 23:50 WITA
selanjutnya di jam 23:59 WITA sistem akan
mereset ulang data, yang tujuannya agar
pengukuran dimulai dari awal kembali di
hari selanjutnya. Jarak antara transmitter dan
Gambar 22. Tampilan listing pengujian modul receiver 10 meter. Pengujian sistem
GSM SIM800L pada alat transmitter monitoring pemakaian air PDAM terlihat
pada Gambar 25.
PDAM selaku penyedia air bersih
kepada pelanggannya memiliki tarif yang
berbeda-beda. Pada pengujian sistem
Gambar 23. Tampilan pengujian modul GSM
monitoring air
SIM800L
PDAM di salah satu rumah warga,
biaya penggunaan air di rumah warga
tersebut berada di golongan pelanggan non
niaga rumah tangga A.3 yaitu setiap 0
sampai 10.000L air dikenakan biaya
Rp.5.460,- sedangkan pada sistem monitoring
air PDAM ini alat transmitter di program
untuk biaya penggunaan air sebesar Rp.5,46
Gambar 24. Tampilan data pengujian modul
GSM SIM800L pada Microsoft Excel
/liternya.

69
(a) (b)
Gambar 25. (a) Posisi Transmitter pada pengujian sistem monitoring air PDAM dan (b) Posisi
Receiver didalam rumah

Keterangan Gambar :
1. Alat Transmitter dan Receiver 4. Valve
2. Meteran PDAM 5. Alat receiver
3. Sensor YF-S201 6. Laptop

Tabel 1 Data hasil pengujian sistem monitoring di rumah warga


Pengujian Sistem Monitoring di Rumah Warga
Hari Jam (WITA) Transitter Receiver
Total
Debit Volume Total Volume Biaya Debit Total Volume
Biaya
(L/min) (ml) (ml) (Rp.) (L/min) (ml)
(Rp.)
1 07:30 – 08:18 0 759.328 759.328 4.145,- 0 1.688.530 9.219,-
17:00 – 17:53 0 929.202 1.688.530 5.073,-
2 06:41 – 07:15 0 454.546 454.546 2.481,- 0 1.341.500 7.324,-
17:44 – 18:30 0 886.954 1.341.500 4.842,-
3 07:00 – 07:52 0 871.442 871.442 4.758,- 0 1.606.268 8.770,-
16.35 – 17:23 0 734.826 1.606.268 4.012,-

Tabel 2 Data hasil meteran PDAM di rumah warga


Hari Jam Meteran Air PDAM
(WITA) Total
Awal Akhir Volume Biaya Total Biaya
Volume
(m3) (m3) (ml) (Rp.) (Rp.)
(ml)
1 07:30 – 18:18 1839 1915 759.320 4.145,- 1.688.520 9.219,-
17:00 – 17:53 1915 2007 929.200 5.073,-
2 06:41 – 07:15 2007 2053 454.540 2.481,- 1.341.500 7.324,-
17:44 – 18:30 2053 2142 886.960 4.842,-

70
3 07:00 – 07:52 2142 2229 871.440 4.758,- 1.606.260 8.770,-
16.35 – 17:23 2229 2302 734.820 4.012,-

Hasil pengujian dilakukan selama 3 hari volumenya adalah 929.202 ml dengan


hari ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. biaya Rp.5.073,-. Sedangkan pada meteran
Pada hari pertama data diambil pada waktu PDAM volume yang terbaca 929.200 ml
pagi hari dimulai dari jam 07:30 WITA dengan biaya Rp.5.073,- terdapat selisih 2
hingga 08:18 WITA dari volume awal 0 ml ml, selisih tersebut ketika dirupiahkan
hingga 759.328 ml dengan total biaya menjadi 0,01092 rupiah.
Rp.4.145,- sedangkan pada meteran PDAM Setelah data didapatkan alat
volume yang terbaca yaitu 759.320 ml transmitter akan mengirim data tersebut ke
dengan total biaya Rp.4.145,- terdapat selisih 8 alat receiver pada jam 23:50 WITA.
ml, selisih tersebut ketika dirupiahkan Selanjutnya pada jam 23:59 WITA alat
menjadi 0,04368 rupiah. Selanjutnya pada transmitter akan menghapus data tersebut
sore hari dilakukan pengisian kembali yang nantinya akan kembali seperti
dimulai dari jam 17:00 WITA hingga 17:53 semula, ditunjukkan pada Gambar 26 dan
WITA dari volume awal 759.328 ml hingga Gambar 27.
1.688.530 ml berarti pada pengukuran sore

(a) (b)
Gambar 26. (a) Tampilan LCD ketika mengirim data dan (b) Tampilan LCD ketika mereset ulang
data

yaitu yang pertama memerlukan laptop


untuk menyimpan data sehingga laptop
harus dinyalakan selama pengukuran
berlangsung. Maka dari itu untuk
mempermudah menggunakan internet of
thing (IOT), jadi data dikirim online
selanjutnya data disimpan di server.
Gambar 27. Tampilan data pada Microsoft Excel Kendala yang kedua membuka tutup
valve secara manual menyebabkan
Berdasarkan hasil pengujian sistem ketelitian pengukuran menjadi kurang
monitoring air PDAM dapat memonitoring maka dari itu untuk membuat pengukuran
data debit, volume air yang digunakan dan menjadi lebih teliti dapat digunakan solenoid
harga penggunaan air PDAM. Sedangkan valve otomatis.
kendala yang dihadapi saat pengukuran

71
KESIMPULAN Bangun Sistem Penghitung
Dari penelitian ini maka dapat ditarik Penggunaan Air Prabayar
beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut: Menggunakan Mikrokontroler
1. Sistem monitoring air PDAM berbasis PIC16F877A. Youngster Physics Jurnal.
mikrokontroler yang telah dibuat Vol. 4. No. 4. Hal. 323-326.
dapat mengukur debit air, volume Ramyaa A.S, Alekhya D, Balachander, Hema,
penggunaan air dan biaya Kameswara R. 2016. Desain and
penggunaan air yang telah dilakukan. Development of Automatic Water Flow
Sistem monitoring air PDAM tersebut Meter. Internasional Journal of Advanced
dapat mengirimkan data secara Technology and Innovative Research. Vol.
nirkabel pada bagian receiver setiap 1 8. No. 4. Hal. 732-735.
hari sekali. Sistem tersebut memiliki Salmah. 2016. PDAM Bandarmasih Ganti
deviasi dari 3 ml hingga 5 ml untuk Meteran Air yang Sudah Tua. Banjarmasin
rentang pengukuran 1L hingga 30L. Post 30 Mei 2016. Hal 1 (kolom 1-10).
2. Monitoring air PDAM di salah satu Shrotriya K, Manish J, Madhur M, Lokesh Y,
rumah warga tersebut berada di Nidhi V. 2017. Digital Water Meter
golongan pelanggan non niaga rumah Using Arduino. International Journal of
tangga A.3 yaitu setiap 0 sampai 10.000L Engineering and Management Research.
air dikenakan biaya Rp.5.460,-. Hasil Vol. 7. No. 2. Hal. 276-279.
pengujian alat system monitoring air Suardiana, I.M.N., Agung, I.G.A.P.R.A.,
PDAM di salah satu rumah warga Rahardjo, P. 2017. Rancang Bangun
yang menggunakan air PDAM selama 3 Sistem Pembacaan Jumlah Konsumsi
hari dengan volume dan biaya Air Pelangggan PDAM Berbasis
penggunaan air PDAM sebesar 1.688.530 Mikrokontroler ATMEGA328
ml, Rp.9.219,-; 1.341.500 ml, Rp.7.324,-; dilengkapi SMS. Teknologi Elektro. Vol.
1.606.268 ml, Rp.8.770,-. Serta selisih 16. No. 1. Hal. 31-40.
antara sensor dengan meteran PDAM 2 Suharjono, A., Rahayu, L.N., Afwah, R 2015.
ml hingga 8 ml, selisih tersebut ketika Aplikasi Sensor Flow Water untuk
dirupiahkan antara 0,01092 hingga Mengukur Penggunaan Air Pelanggan
0,04368 rupiah. Secara Digital Serta Pengiriman Data
Secara Otomatis Pada PDAM Kota
DAFTAR PUSTAKA Semarang. Jurnal Teknik Elekro, Politeknik
Asriya P., Yusfi M. 2016. Rancang Bangun Negeri Semarang. Vol. 13. No.1. Hal. 7-12.
Sistem Monitoring Kelembaban Tanah Syafliadi H, Eddy S, M.Eng, Mirza Z. 2015.
Menggunakan Wireless Sensor Perancangan Meteran Air Bersih
Berbasis Arduino Uno. Jurnal Fisika Prabayar Pada Rumah Tangga Berbasis
UNAND. Vol. 5. No. 4. Hal. 327-333. Mikrokontroler. Jurnal Teknik Elekro.
Pynkyawati T. 2015. Utilitas Bangunan Vol. 5. No.1.Hal.1-1
Modul Plumbing. Griya Kreasi,
Cibubur.
Rahman F, Kusworo A. 2015. Rancang

72
Pembuatan Sistem Kontrol Otomatis Suhu Uap Air di dalam
Chamber Menggunakan Metode Kendali ON/OFF Berbasis
Mikrokontroler ATMega 16A-PU

Winardi1, Iwan Sugriwan1*, Ade Agung Harnawan1, Tanto Budi Susilo2, Oni Soesanto3, Alan
Dwi Wibowo4, Hysyam Musthafa AL Hakim4,Susi4
1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lambung Mangkurat
2) Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lambung Mangkurat
3) Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lambung Mangkurat
4) Program Studi Teknik Industri Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lambung Mangkurat

*Email Korespondensi : [email protected]

ABSTRACT- An automatic steam temperature control system has been created and will be applied to the oil
palm fruit heating system. This control system consists of Power Supply, ATMega16 Microcontroller, SHT11,
Voltage Follower, Relay, LM35 Waterproof and 20x4 character LCD. SHT11 is used to measure the
temperature of water vapor and humidity over the inside of the chamber and the LM35 waterproof is used to
measure the temperature of water vapor under the inside of the chamber. The heating system consists of steam,
boiler, blower and chamber. The results obtained from the control system can be recorded in real time by using
Delphi 7.0 software and can be stored through Microsoft Excel and the database. The results obtained by using
palm at the 60oC setpoint are controlled for 4 hours and every hour some palm will be removed from the
chamber. The chamber is heated from At 10 hours past 43 minutes with a measured bottom temperature of
21.79oC and a measured upper temperature of 22.88oC. At 14 hours past 24 minutes TBS began to be inserted
into the chamber and will be maintained at a temperature of 60oC. Several factors influence the temperature
decrease due to filling water, changing fuel, and opening the chamber door when it wants to remove the FFB
when the FFB is already an hour in the chamber.

KEYWORDS: ATMega 16A-PU microcontroller; Control system; Heating system; Database; Real time;
Temperature and humidity.

PENDAHULUAN suhu dan kelembaban pada gedung walet.


Sistem kontrol merupakan sekumpulan (Puspasari et al., 2018) menerapkan sistem
komponen elektronika yang disusun kendali suhu dan kelembaban pada kandang
sedemikian rupa agar dapat mengatur kondisi ayam broiler. Alat pemberi pakan dan
sesuai yang diinginkan (Fauren, Jaya, & pengatur suhu otomatis untuk ayam pedaging
Budayawan, 2016). Sistem kontrol telah telah dibuat oleh (Nasution, Trisanto, &
banyak diterapkan di berbagai bidang. Pada Nasrullah, 2015) yang akan diterapkan pada
bidang peternakan (Dewi, Nyoto, & kandang tertutup dan pada bidang teknologi
Marindani, 2018) menerapkan sistem kontrol tepat guna sistem kontrol Suhu pada inkubator
73
penetas telur telah dibuat oleh (Amusa, F.A, dan dapat disimpan dengan menggunakan
Adewusi, & Nuga, 2018) yang akan mengatur software Excel melalui program antarmuka
suhu pada inkubator sebesar 25oC- 29oC dan (interface) menggunakan software Delphi 7.0.
(Faisal, Sugriwan, & Harnawan, 2016) juga Selain itu, data hasil pengukuran juga dapat
telah membuat sistem kontrol suhu dan disimpan ke dalam Excel dan database.
kelembaban yang diterapkan apda rumah
kaca. Sistem kontrol debit air juga telah dibuat METODE PENELITIAN
oleh (Iqbal & Septiawan, 2019) yang akan di Pembuatan alat sistem kontrol suhu
terapkan pada tangki kembar. dilakukan di Laboratorium Instrumentasi,
Pada bidang pertanian dan pangan (Al- Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Farzaq & Wildian, 2017) merancang sistem Alam serta di Pilot Plant Agroindustry,
kontrol suhu dan kelembaban tanah pada Fakultas Pertanian, Universitas Lambung
rumah kaca berbasis mikrokontroler dan Mangkurat, Banjarbaru. Pembuatan alat ukur
(Musthafa, Utama, & Harmini, 2018) telah suhu dan kelembaban memerlukan beberapa
membuat sistem penyiraman otomatis pada tahapan penelitian seperti pada Error! Not a
tanaman bawang merah serta mengontrol
suhu ruangan pada greenhouse. Sistem kontrol
suhu dan kelembaban ruangan juga telah
dirancang oleh (Devi, Erwanto, & Utomo,
2018) dan menerapkannya pada ruangan
budidaya jamur tiram, sedangkan pada bidang
kesehatan sistem kendali ON/OFF telah di
rancang dan dibuat oleh (Bonita, Supriyanto, &
Surtono, 2018) yang diterapkan pada nebulizer
Gambar 2. Tahapan-tahapan penelitian
untuk pengobatan asma dan kontrol kursi roda
oleh (Imron, Muldayani, & Sumardi, 2019)
valid bookmark self-reference.
berdasarkan perintah oto yang dideteksi oleh
Perangkat Keras (Hardware)
sensor elektromiofraf.
Perangkat keras (hardware) yang dibuat
Fokus dari penelitian ini adalah
yaitu sistem kontrol suhu pada sistem
pembuatan sistem kontrol suhu uap air di
dalam chamber. Sistem ini telah diterapkan
pada sistem pemanas tandan buah segar
kelapa sawit (TBS). Sistem kontrol ini
menggunakan sensor SHT11 sebagai alat ukur
suhu dan kelembaban yang diletakkan
didalam chamber. Sistem ini menggunakan
pemanas dan kipas angin sebagai
penggkondisi suhu yang terukur didalam
Gambar 3 Diagram blok sistem kontrol suhu dan
chamber. Data hasil pengukuran yang monitoring yang ditampilkan pada PC dan LCD
didapatkan berupa data kontrol suhu atas dan pemanas TBS seperti pada
suhu bawah didalam chamber. Data hasil Gambar 3
pengukuran juga dapat dicatat secara real time

74
Pembuatan rangkaian Power Supply DC Pembuatan Rangkaian Relay
Penelitian ini akan membuat rangkaian Relay driver dibuat dengan
power supply DC dengan 3 buah keluaran menggunakan relay SPDT dengan skematik
tegangan yaitu: +12V, +5V dan -12V. Skematik rangkaian yang dapat dilihat pada
rangkaian power supply DC dapat ditunjukkan Gambar 6.
pada Gambar 4. Karakterisasi Sensor LM35 Waterproof,
Modul Sensor SHT11 dan Voltage Follower
Karakterisasi sensor LM35 Waterproof

Gambar 4 Skematik rangkaian power


supply DC
Gambar 6 Skematik Rangkaian Relay
Pembuatan Rangkaian Sensor LM35 dengan cara membandingkan nilai tegangan
Waterproof dan Penguat Voltage Follower keluaran dari sensor LM35 Waterproof pada
Penelitian akan ini menggunakan multimeter dengan nilai suhu yang dihasilkan
rangkaian penguat voltage follower dengan 1 dari termokopel dimulai dari suhu 20oC-80°C
kali penguatan. Pin kaki 2 dihubungkan dengan setiap interval kenaikan suhu sebesar
dengan pin kaki 6 pada IC OP-07 dan pin kaki 1°C. Karakterisasi modul sensor SHT11
6 dihubungkan dengan PortA.0 pada modul dilakukan dengan memasukkan variabel dan
mikrokontroler ATMega 16A-PU, sedangkan nilai konstanta yang terdapat di dalam
pin kaki 3 sebagai input dari sensor LM35 datasheet kedalam listing program BASCOM-
Waterproof. Adapun skematik rangkaian dapat AVR. Karakterisasi penguat voltage follower
ditunjukkan pada dengan cara membandingkan tegangan
keluaran dari pembagi tegangan dan tegangan
keluaran dari IC OP-07. Karakterisasi dimulai
dari 0.1 V- 5V dengan setiap interval kenaikan
tegangan sebesar 100 mV.

Pembuatan Software untuk Interface


Gambar 5 Skematik Rangkaian Voltage
Follower Antarmuka Antara Modul Mikrokontroler
ATMega 16A-PU dan LCD 20x4 Karakter
Gambar 5. Antarmuka antara modul
mikrokontroler ATMega 16A-PU dan LCD
20x4 karakter memerlukan beberapa tahapan
penelitian seperti pada Error! Reference
source not found..

75
nilai set point suhu di dalam chamber sebesar 50,
60 dan 70°C. Pengukuran dilakukan secara real
time dan data hasil pengukuran dapat
ditampilkan melalui interface dengan
menggunakan software Delphi 7.0. serta dapat
disimpan ke dalam Excel dan database.
Implementasi alat ukur suhu dan kelembaban
udara pada sistem pemanas TBS dapat
ditunjukkan seperti pada
Gambar 10.
Gambar 8 Tahapan penelitian antarmuka
antara modul mikrokontroler ATMega 16A-PU
dan PC/Laptop. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perangkat Keras (Hardware)
Hasil realisasi perangkat keras (hardware)
yang telah dibuat terdiri dari 3 buah bagian
Gambar 7 Flowchart Interface Menggunakan yaitu: rangkaian power supply DC, rangkaian
LCD 20x4 Karakter sensor LM35 Waterproof dan penguat voltage
follower serta rangkaian untuk modul sensor
Antarmuka Antara Modul Mikrokontroler SHT11.
ATMega 16A-PU dan PC/Laptop
Antarmuka antara modul  Power Supply DC
mikrokontroler ATMega 16A-PU dan Power supply DC yang telah dibuat
PC/laptop memerlukan beberapa tahapan menghasilkan 3 buah tegangan keluaran yaitu:
penelitian seperti pada Gambar 8. +5.01V, +12.26V dan -12.11V. Tegangan
keluaran tersebut dihasilkan dari IC Regulator
Implementasi Sistem Kontrol Suhu di dalam 7805, 7812 dan 7912. Realisasi power supply DC
Chamber dapat ditunjukkan pada Gambar 9.
Implementasi alat ukur suhu dan
kelemaban pada sistem TBS dapat dilakukan
dengan cara menempatkan modul sensor
SHT11 di dalam chamber sisi atas dan sensor
LM35 Waterproof di bagian bawah dalam
chamber. Pengukuran dapat dilakukan dengan

Gambar 9 Hasil Realisasi Rangkaian Power


Supply DC
 Rangkaian Relay
Relay yang telah dibuat akan digunakan
untuk mengendalikan kipas angin sebagai
pengkondisi suhu uap air dalam chamber.
Gambar 10 Implementasi alat ukur suhu dan Relay bekerja dengan cara menghubungkan
kelembaban udara pada sistem pemanas TBS arus lsitrik ke kipas angin ketika suhu telah
(Sugriwan et al., 2019)
melebihi set point yang telah ditentunkan dan
76
akan memutuskan arus listrik yang mengalir dengan nilai R = 1 Adapun grafik hasil
jika suhu turun kurang dari setpoint yang telah karakterisasi penguat voltage follower dapat
ditentukan. Realisasi rangkaian relay driver ditunjukkan pada Gambar 13.
dapat dilihat pada
Gambar 11.  Hasil Rangkaian untuk Modul Sensor
SHT11
Modul sensor SHT11 pada Gambar 16
memiliki 4 buah pin kaki keluaran, untuk pin
kaki 1 (data) dan pin kaki 3 (sck) dihubungkan
dengan PortB.1 dan PortB.0 pada modul
mikrokontroler ATMega 16A-PU. Pin kaki 4
dan 8 dihubungkan pada Gnd dan Vcc (+5V).
Gambar 11 Hasil realisasi Rangkaian Relay
 Rangkaian Sensor LM35 Waterproof dan Karakterisasi Sensor LM35 Waterproof
Volage Follower Hasil karakterisasi sensor LM35
Sensor LM35 Waterproof dapat Waterproof yang telah dilakukan didapatkan
diintegrasikan dengan menggunakan persamaan karakteristik linier V = 0.0099x −
rangkaian penguat voltage follower dengan 1 0.0165 dengan nilai R = 1. Grafik hasil
kali penguatan. Keluaran dari rangkaian karakterisasi sensor LM35 Waterproof dapat
voltage follower dihubungkan dengan analog to ditunjukkan pada Gambar 14.
digital converter (ADC) pada modul
mikrokontroler ATMega 16A-PU melalui
PortA.0. Integrasi sensor LM35 Waterproof dan
penguat voltage follower dapat ditunjukkan
pada Gambar 12.

Gambar 14 Grafik persamaan karakterisasi


sensor LM35 Waterproof
(a) (b)
Gambar 12 Realisasi Rangkaian : (a) Voltage Pembuatan Software untuk Interfacing
Follower (b) LM35 Waterproof  Antarmuka Antara Modul Mikrokontroler
ATMega 16A-PU dan LCD 20x4 Karakter
Karakterisasi penguat voltage follower Antarmuka antara LCD 20x4 karakter
yang telah dilakukan didapatkan persamaan dengan Mikrokontroler ATMega 16A-PU
karakteristik linier y = 0.9993𝑥 + 1𝐸 − 05 menghasilkan 3 buah parameter nilai keluaran
yaitu: TC, HM dan TM. Nilai “TC” untuk
parameter suhu dalam Chamber bagian atas.
Nilai ”HM” untuk kelembaban di dalam
chamber dan “TM” adalah suhu dalam chmaber
bagian bawah Adapun tampilan hasil

Gambar 13 Grafik hasil karakterisasi Voltage


Follower 77
pengukuran dengan LCD 20x4 karakter dapat
ditunjukkan pada Gambar 15.

Gambar 15 Tampilan hasil pengukuran dengan


LCD 20x4 karakter.

78
Antarmuka Antara Modul Mikrokontroler
ATMega 16A-PU Dan PC/Laptop
Data hasil pengukuran dicatat secara real
time dan ditampilkan dengan menggunakan
Delphi 7.0 seperti pada Gambar 20. Hasil
Pengukuran yang telah dilakukan disimpan ke
dalam Microsoft Excel dan database
menggunakan Xampp seperti pada Gambar 19 Gambar 16. Hasil rangkaian modul
dan Gambar 18. sensor SHT11 dengan modul
mikrokontroler ATMega 16A-PU.

(a) (b)
Gambar 17 Grafik hasil monitoring setpoint 50oC tanpa sawit : (a) suhu bawah dalam chamber.
(b) suhu dan kelembaban atas dalam chamber

Gambar 18 Tampilan data hasil pengukuran dengan


menggunakan Xampp.

Gambar 20 Tampilan antarmuka Gambar 19 Tampilan data hasil


(interface) dengan menggunakan pengukuran dengan menggunakan
Delphi 7.0. Microsoft Excel.

78
(a) (b)
Gambar 21 Grafik hasil monitoring setpoint 70oC tanpa sawit : (a) suhu bawah dalam chamber.
(b) suhu dan kelembaban atas dalam chamber

Berdasarkan Gambar 17 suhu yang dimulai dengan pengukuran awal pada jam
terbaca pada awal pengukuran pada jam 11.31 14.07 Wita yaitu 28.85oC dan mencapai set
Wita yaitu 32.42oC pada suhu atas dan 35.57 point pada jam 16.09 Wita, sedangkan pada
pada suhu bawah dan mencapai suhu 50 Gambar 21(b) suhu atas yang terukur
derajat pada jam 12.42 Wita pada suhu atas menggunanakan sensor SHT11 yaitu 27.25oC
dan suhu bawah. Jadi membutuhkan waktu dan mencapai setpoint 70oC pada jam 15.49
sekitar 1 jam 15 menit untuk mencapai Wita. Jadi waktu yang diperlukan untuk
setponint 50 C. Pada Gambar 21(a) Suhu
o mencapai setpoint 70oC yaitu sekitar 1 jam 42
terukur menggunakan sensor LM35 Waterproof menit

(a) (b)
Gambar 22 Grafik Hasil Monitoring dalam chamber menggunakan sawit dengan setpoint 60oC
: (a) suhu bawah. (b) suhu dan kelembaban atas

79
Gambar 22 merupakan grafik hasil Amusa, K. A., F.A, O., Adewusi, A., & Nuga,
pengendalian suhu didalam chamber dengan O. . (2018). Automatic temperature
menggunakan TBS. Suhu dalam chamber control. FULafia Journal of Science &
dikendalikan dengan setpoint 60oC. Dalam Technology, 4(September), 17–22.
pengambilan data, proses pemanasan Bonita, A. B., Supriyanto, A., & Surtono, A.
chamber dimulai dari jam 10.43 Wita dengan (2018). Rancang-bangun Pengendali
suhu bawah yang terukur yaitu 21.79 C dan o On/Off Nebulizer Berbasis Sensor
suhu atas yang terukur yaitu 22.88oC. TBS Fotodioda, Komparator, dan Relay.
akan dimasukkan kedalam chamber ketika Jurnal Penelitian Sains, 20(1), 10–13.
suhu dalam chamber sudah mencapai Devi, N. S., Erwanto, D., & Utomo, Y. B. (2018).
setpoint 60 C. Pada jam 14.24 Wita TBS mulai
o Perancangan Sistem Kontrol Suhu dan
dimasukkan kedalam Chamber dan akan Kelembaban Ruangan pada Budidaya
dipertahan suhu sebesar 60oC. Beberapa Jamur Tiram Berbasis Internet of Things.
faktor yang memperngaruhi penurunan suhu Multitek Indonesia: Jurnal Ilmiah, 12(2),
dikarenakan yaitu melakukan pengisian air, 104–113.
pergantian bahan bakar, dan membuka pintu Dewi, S. K., Nyoto, R. D., & Marindani, E. D.
chamber ketika ingin mengeluarkan TBS saat (2018). Perancangan Prototipe Sistem
TBS sudah berada satu jam dalam chamber. Kontrol Suhu dan Kelembaban pada
Gedung Walet dengan Mikrokontroler
KESIMPULAN Berbasis Mobile. Jurnal Edukasi Dan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Penelitian Informatika (JEPIN), 4(1), 36–
Sistem yang telah dibuat dapat diterapkan 42.
pada sistem pemanan TBS untuk mengukur https://doi.org/10.26418/jp.v4i1.24065
dan mengontrol suhu di dalam chamber Faisal, Sugriwan, I., & Harnawan, A. A. (2016).
penyimpanan TBS sementara dan data hasil Pengembangan Pengendalian
pengukuran dapat disimpan melalui exel dan Kelembaban, Temperatur Pada Rumah
database. Kaca Dengan Pencatatan Data Otomatis.
Gravity, 2(1), 12–22.
UCAPAN TERIMA KASIH Fauren, R., Jaya, P., & Budayawan, K. (2016).
Ucapatan terima kasih ditujukan kepada Rancang Bangun Sistem Kontrol Lemari
orang tua, dosen pembimbing 1 dan 2 serta Pengering Pakaian Berbasis
teman-teman yang telah membantu atau turut Mikrokontroler ATMega8535. Vokasional
ikut andil dalam menyelesaikan penelitian. Teknik Elektronika & Informatika, 4(1),
125–134.
DAFTAR PUSTAKA Imron, A. M. N., Muldayani, W., & Sumardi,
Al-Farzaq, A. A., & Wildian. (2017). S. (2019). Perintah Kontrol Gerak Kursi
Perancangan Sistem Kontrol Roda Elektrik Menggunakan Sensor
Temperatur dan Kelembaban Tanah Elektromiograf. Jurnal Rekayasa Elektrika,
pada Rumah Kaca Berbasis 15(1).
Mikrokontroler Arduino Uno. Jurnal https://doi.org/10.17529/jre.v15i1.12744
Fisika Unand, 6(2), 113–118. Iqbal, M., & Septiawan, A. (2019). Sistem

80
Kontrol Debit Air Via Android Pada Puspasari, F., Fahrurrozi, I., Satya, T. P.,
Tangki Kembar Berbasis Mikrokontroler Setyawan, G., & Al-Fauzan, M. R. (2018).
ATMEGA2560. Jurnal Jaringan Sistem Prototipe Sistem Kendali Suhu dan
Informasi Robotik (JSR), 3(1), 184–193. Kelembaban Kandang Ayam Broiler
Musthafa, A., Utama, S. N., & Harmini, T. melalui Blynk Server Berbasis Android.
(2018). Sistem Kontrol Suhu Ruangan Wahana Fisika, 3(2), 143–147.
dan Penyiraman Tanaman Bawang https://doi.org/10.1192/bjp.111.479.1009-
Merah pada Greenhouse dengan a
Smartphone. Multitek Indonesia: Jurnal Sugriwan, I., Susilo, T. B., Soesanto, O.,
Ilmiah, 12(2), 95–103. Hakim, H. M. Al, Wibowo, A. D., & Susi.
Nasution, A. K., Trisanto, A., & Nasrullah, E. (2019). Microcontroller-Based
(2015). Rancang Bangun Alat Pemberi Temperature and Humidity Monitoring
Pakan dan Pengatur Suhu Otomatis in Temporary Storage Chamber of Palm
untuk Ayam Pedaging Berbasis Oil Fresh Fruit Bunch Before
Programmable Logic Controller pada Sterilization Process. Seminar Prosiding
Kandang Tertutup. Rekayasa Dan Grant Research Sawit 2019.
Teknologi Elektro Rancang, 9(2), 86–95.

81
Penggunaan Media Ulat Tangga Pada Materi Wujud Zat Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII Di Panti Asuhan
Berkah

Deni Anggara, HadmaYuliani


Mahasiswa JurusanPendidikan MIPA FTIK IAIN Palangkaraya

Email Korespodensi: [email protected]

ABSTRACT: The study was intended: to learn the motivation for studying VII in the center Foster care for an
ipa subject in complex subject matter. Research results Directing that students experience increased
motivation for learning after applying the media Snakes and ladders on lesson materials of substance form.
So according to my research on media use Snakes and ladders on matter in substance form can increase the
motivation of learning.

KEYWORD: Media snake ladder, Learning motivation, Substance form

PENDAHULUAN peserta didik dengan berbagai cara


Ilmu pengetahuan alam atau sains diantaranya memperkenalkan kepada peserta
merupakan ilmu yang mempelajari gejala- didik bermain sambil belajar. Motivasi yang
gejala alam yang meliputi mahluk hidup dan diberikan kepada peserta didik diharapkan
mahluk tak hidup atau sains tentang mampu meningkatkan hasil belajar peserta
kehidupan dan sains tentang dunia fisik didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
(Nurdyansyah et al, 2018). IPA dibagi menjadi dalam pembelajaran itu sendiri. (Maisyarah,
beberapa cabang ilmu, diantaranya biologi, 2019)
kimia, dan fisika.“Pembelajaran IPA pada Berdasarkan hasil observasi di panti
hakikatnya merupakan suatu pendekatan asuhan berkah didapatkan bahwa siswa yang
pembelajaran yang memungkinkan siswa kelas VII memerlukan semangat belajar untuk
baik secara individual maupun kelompok belajar sains khususnya fisika agar menyukai
secara aktif mencari, menggali, dan belajar fisika. Dengan menyukai belajar fisika
menemukan konsep serta prinsip secara diharapkan mampu menumbuhkan motivasi
holistik dan otentik” (Depdiknas, 2006). belajar fisika.
Dalam pembelajaran IPA seorang guru Untuk memotivasi peserta didik
tidak hanya dituntut untuk tidak hanya diperlukan alat komunikasi atau media yang
meminta siswa menghafal atau mengingat dapat menyalurkan pesan-pesan tersebut.
fakta tetapi melakukan sesuatu yang dapat Oleh karena itu dibutuhkan media
meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
materi yang akan dipelajari, misalnya dengan Sesuai dengan pengertiannya bahwa media
melakukan diskusi untuk memecahkan suatu adalah (Djamarah: 2002) alat bantu apa saja
masalah (Widowati et al, 2014). Disamping itu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guru harus sebisa mungkin memotivasi guna mencapai tujuan pengajaran. Banyak
83
media pembelajaran yang dapat digunakan Pengambilan sampel menggunakan
dalam proses belajar mengajar, salah satu teknik purposive sampling yaitu teknik
contohnya adalah media permainan ular pengambilan sampel dengan pertimbangan
tangga. tertentu dan memiliki tujuan tertentu. Teknik
Permainan ular tangga dapat dijadikan pengumpulan data yang digunakan dalam
sebagai media pembelajaran yang penelitian ini antara lain: metode angket
menyenangkan bagi siswa. Siswa akan untuk mengetahui motivasi belajar siswa.
cenderung tertarik mengikuti proses Instrumen pengambilan data yang
pembelajaran. Dalam hal ini, guru berperan digunakan ialah angket motivasi belajar.
sebagai fasilitator bagi siswa. Siswa yang aktif Analisis angket motivasi siswa menggunakan
dalam permainan ular tangga dapat analisis statistik deskriptif rata-rata
menemukan sendiri konsep materi yang berdasarkan hasil angket siswa yang telah
sedang dipelajari. Sebab metode dalam dijawab. Kriteria yang digunakan untuk
permainan ular tangga dipadukan dengan mendeskripsikan rata-rata penelitian dari
diskusi kelompok (Nugroho et al, 2013) hasil pengamatan yaitu; 1 = Tidak pernah; 2 =
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat Kadang-kadang; 3 = Sering; 4 = Selalu.
dirumuskan bagaimana peningkatan motivasi Rentang tiap kategori ditetapkan
belajar siswa dengan penggunaan media ular menggunakan persamaan statistik yang
tangga pada materi wujud zat di Panti disesuaikan dengan data.
Asuhan Berkah. Jumlah aspek yang diamati ada 17, maka:
Skor maksimal : 17 x 4 = 68
METODE PENELITIAN Skor minimal : 17 x 1 = 17
Penelitian ini menggunakan 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙
(1)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑘
pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang
(Astupura, 2014).
dilakukan yaitu penelitian deskriptif
Tabel 1. Klasifikasi skor motivasi
(Arikunto, 2013). Penelitian ini dilakukan di
Skor Kategori
Panti Asuhan Berkah, dengan objek penelitian
17 - 34 Rendah
kelas VII dan VIII di Panti Asuhan Berkah.
35 - 51 Sedang
Penelitian dilakukan pada bulan September
52 - 68 Tingggi
2019.
(Sudaryono, 2013)
Penelitian terdiri dari empat tahapan,
yaitu tahap persiapan (observasi, menentukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel, membuat instrumen, dan validasi
Tabel informasi yang didapat
instrumen); tahap pelaksanaan penelitian
berdasarkan rekapitulasi kuesioner motivasi
(pretest, pembelajaran menggunakan media
terakhir adalah sebagai berikut:
ular tangga, postest); tahap analisis data
(menganalisis pretest dan postestserta angket
motivasi siswa); dan tahap menyimpulkan.

84
Tabel 2. Rekapitulasi Kuesioner Motivasi Sebelum Diterapkan Media Ular Tangga
Klasifikasi Skor Motivasi
Skor
No. Nama Rendah (17- Sedang (35-
Motivasi Tinggi (52-68)
34) 51)
1 DL 36
2 IR 51
3 TR 40
4 KN 57
5 AP 51
6 S 40
7 TK 47
8 MC 55
9 SH 35
10 AA 44
11 SV 50
12 DN 42
13 F 43
14 YA 43
15 HR 51
16 AM 61
17 DCP 45
18 NA 44
19 IA 42
20 FW 56
Tabel 3. Rekapitulasi Kuesioner Motivasi Setelah Diterapkan Media Ular Tangga
Klasifikasi Skor Motivasi
Skor
No. Nama Rendah (17- Sedang (35-
Motivasi Tinggi (52-68)
34) 51)
1 DL 40
2 IR 55
3 TR 47
4 KN 57
5 AP 50
6 S 42
7 TK 53
8 MC 60
9 SH 41
10 AA 44
11 SV 54
12 DN 40
13 F 43
14 YA 41
15 HR 50
16 AM 61
17 DCP 42
18 NA 39
19 IA 40
20 FW 52
Total Skor 951
Rata-rata skor 47.55 Sedang

Dari data skor motivasi terjadi pembelajaran, dan 13 lainnya memiliki


penurunan pada 3 orang siswa, 4 orang siswa peningkatan skor motivasi setelah diterapkan
tetap mengalami skor seperti awal media ular tangga. Dapat disimpulkan

85
sebanyak 65 % siswa kelas VII di Panti Berdasarkan kesimpulan penelitian,
Asuhan Berkah mengalami peningkatan dapat disarankan beberapa hal yaitu
motivasi belajar. Hal ini sejalan dengan pembelajaran dengan media ular tangga
penelitian Afandi (2015) yang menyatakan dapat dijadikan pilihan alternatif media
bahwa penggunaan media pembelajaran pembelajaran bagi tenaga pengajar. Sehingga
dalam kegiatan pembelajaran lebih pembelajaran Fisika terlihat menarik dan
memudahkan siswa dalam memperoleh tidak lagi membosankan.
pemahaman dan memotivasi siswa untuk
belajar. Pendapat lain juga disampaikan oleh UCAPAN TERIMA KASIH
Sadiman, dkk (2007:17) yang menyatakan Ucapan terimakasih ini ditujukan untuk
media pembelajaran berguna menimbulkan orang tua yang selalu memberi doa dan
kegairahan belajar, sedangkan Asnawi dan dukungan. Ucapan terimakasih juga
Usman (2002:14) menyatakan media ditujukan kepada Ibu Hadma Yuliani yang
pembelajaran dapat membangkitkan motivasi telah bersedia membimbing dan memberi
dan merangsang siswa untuk belajar. motivasi, serta tempat saya melakukan
Selain itu, Penggunaan media yang penelitian ini dan teman-teman yang telah
inovatif dapat diterapkan dalam membantu dalam proses kegiatan penelitian
pembelajaran agar siswa dapat memahami ini.
pembelajaran dengan lebih mudah
(Azizaturredha et al, 2019) Berdasarkan DAFTAR PUSTAKA
pendapat para ahli tersebut dapat Afandi, Rifki. 2015. Pengembangan Media
disimpulkan bahwa media pembelajaran Pembelajaran Permainan Ular Tangga
sangat berperan penting dalam proses Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
pembelajaran terutama dapat menumbuhkan Dan Hasil Belajar IPS Di Sekolah Dasar.
motivasi siswa dalam proses pembelajaran. JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran)
Volume 1, Nomor 1, Mei 2015.
KESIMPULAN DAN SARAN Arikunto, S. 2003. Manajemen Penelitian,
Kesimpulan Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Berdasarkan penelitian yang telah Asnawir, H., & Usman M., Basyiruddin. 2002.
dilakukan didapatkan hasil terjadi Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat
peningkatan motivasi belajar pada siswa Pers.
setelah diterapkan pembelajaran Astupura, D.A. 2014. Penerapan Model
menggunakan media ular tangga. Hal Pembelajaran Learning Cycle Terhadap
tersebut dikarenakan media dapat Motivasi dan Keterampilan Proses Sains
menumbuhkan semangat dan motivasi dalam Siswa Pada Materi Pokok Cahaya di Kelas
diri siswa untuk dalam proses pembelajaran. VIII Semester II SMPN 1 Palangka Raya
Dengan demikian, media ular tangga dapat Tahun Pelajaran 2013/2014. IAIN
dijadikan sebagai pilihan media dalam Palangka Raya: Skripsi .
melaksanakan pembelajaran. Azizaturredha, M., Fatmawati, Sri., Yuliani,
Hadma. 2019. Penerapan Model
Saran Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan

86
Media Laboratorium Virtual (Phet) Untuk Gaya. Jurnal Pendidikan Fisika (2013)
Meningkatkan Hasil Belajar, Keterampilan Vol.1 No.1 halaman 11. ISSN: 2338 –
Proses Sains Dan Minat Belajar Siswa Pada 0691
Pokok Bahasan Elastisitas. EduFisika Nurdyansyah, N., & Amalia, F. 2018. Model
Volume 4 No. 1 P-ISSN:2477-7935, E- Pembelajaran Berbasis Masalah Pada
ISSN: 2548-6225. Pelajaran IPA Materi Komponen
Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Ekosistem. Hal 4. Sidoarjo: Universitas
Pembelajaran IPA Terpadu Sekolah Muhammadiyah Sidoarjo.
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Sardiman S., Arief., Raharjo R., & Haryanto,
(SMP/MTs). Jakarta Pusat: Pusat Anung. 1984. Media Pendidikan,
Kurikulum Balitbang Depdiknas. Pengertian, Pengembangan, dan
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2002. Pemanfatannya. Cetakan 2007. Jakarta:
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Asdi Mahasatya. Hal 137 Sudaryono. (2013). Pengembangan Instrumen
Maisyarah, E., & Firman, F . 2019. Media Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha
Permainan Ular Tangga, Motivasi dan Ilmu.
Hasil Belajar Peserta Didik di Sekolah Widowati, F., & Mulyani. 2014. Penggunaan
Dasar. Jurnal FKIP UN Padang Media Ular Tangga Untuk Meningkatkan
Nugroho, A.P., & Raharjo, T., & Hasil Belajar Siswa Pada Tema Hiburan.
Wahyuningsih, D. 2013. Pengembangan JPGSD Volume 02 No. 01 Tahun 2014
Media Pembelajaran Fisika Menggunakan
Permainan Ular Tangga Ditinjau Dari
Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII Materi

87
PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN SIMULASI PHET
PADA MATERI HUKUM NEWTON UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII DI
PANTI ASUHAN BERKAH

Devi Vitrianingsih, HadmaYuliani


Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA FTIK IAIN Palangkaraya

[email protected]

ABSTRACT: This study was intended: (1) to know the results of a student's study by Using Physics Education
Technology (PhET) on learning materials Newton's law; (2) to find out students' response after media phet
applied to them Newton's legal field. Studies indicate that: (1) students' studies after implementation by media
PhET has improved; (2) students respond to the material Newton's law study by using media phet on physics
subjects generally express pleasure, and students feel beneficial.

KEYWORD: Media phet, Newton's law, Results, Student response

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan media
Physics Education Technology (PhET) pada materi pembelajaran hukum Newton; (2) Untuk mengetahui respon
siswa setelah diterapkan media PhET pada pembahasan hukum Newton. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) hasil belajar siswa sesudah diterapkan media PhET mengalami peningkatan; (2) Respon siswa
terhadap materi pembelajaran hukum Newton dengan menggunakan media PhET pada mata pelajaran Fisika
pada umumnya menyatakan senang, dan siswa merasa bermanfaat.

KATA KUNCI: Media PhET, Hukum newton, Hasil belajar, Respon siswa

PENDAHULUAN pembelajarannya harus benar-benar


Pembelajaran merupakan proses utama memperhatikan keterlibatan siswanya.
yang diselenggarakan dalam kehidupan Mata pelajaran fisika adalah salah satu
sekolah. Menurut Jamil (2014) kegiatan unsur IPA (sains) yang memiliki peranan
pembelajaran melibatkan komponen guru, penting dalam proses perkembangan dan
siswa, metode, lingkungan, media, sarana dan kemajuan IPTEK (Mubarok & Mulyaningsih,
prasarana pembelajaran yang saling terkait 2014). Mata pelajaran fisika merupakan mata
satu dengan lainnya. Proses pembelajaran pelajaran yang berkaitan erat dengan cara
harus benar-benar memperhatikan mencari tahu tentang gejala-gejala alam secara
keterlibatan siswa, sehingga tidak ada lagi sistematis sehingga menjadikan peserta didik
siswa yang pasif dalam mengikuti lebih berpikir kritis (Perdana et al, 2017). Selain
pembelajaran (Bulan et al, 2015). Fisika itu, fisika juga adalah suatu bidang studi yang
merupakan mata pelajaran yang dalam proses mempunyai peranan penting dalam
pendidikan khususnya dalam pendidikan di
sekolah (Nurhayati; dkk, 2014). Mata pelajaran

88
fisika mulai di ajarkan secara khusus kepada menggunakan media ini, strategi
siswa semenjak Sekolah Menengah Pertama pembelajaran akan terancang sebaik mungkin
(SMP). untuk memantapkan pengetahuan konsep
Hasil wawancara terhadap siswa SMP siswa yang akhirnya dapat mempengaruhi
kelas VIII di Panti Asuhan Berkah hasil belajar siswa.
menunjukkan bahwa pada Mata Pelajaran Adapun objek dalam penelitian ini ialah
Fisika masih sulit dipahami. Khususnya untuk siswa kelas VIII di Panti Asuhan Berkah yang
materi yang berkaitan dengan kehidupan berjumlah 22 orang. Penelitian ini
sehari-hari, seperti misalnya materi hukum menggunakan metode pre test dan post test
Newton. Hal ini dikarenakan kurangnya untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa
media pembelajaran yang sesuai dengan dan respon siswa setelah di terapkan media
pokok pembahasan hukum Newton dalam simulasi PhET.
Mata Pelajaran Fisika. Dalam media ini dapat menampilkan
Media menurut Djamarah (2002) alat suatu materi yang bersifat abstrak dan dapat
bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai dijelaskan dengan gamblang oleh media ini
penyalur pesan guna mencapai tujuan sehingga peserta didik dengan mudah
pengajaran. Jadi media pembelajaran memahami materi tersebutn (Ekawati et al,
merupakan sarana untuk memvisualisasikan 2017).
proses belajar yang sering juga dipakai dalam Selain itu, berdasarkan penelitian yang
pengajaran Fisika (Supardi et al, 2015). sudah dilakukan menggunakan media
Menurut Jihad (2008), tujuan dalam simulasi PhET dapat meningkatkan hasil
pembelajaran fisika mencakup aspek belajar siswa, diantaranya; penelitian (Ekawati
pemahaman dan penerapan konsep serta et al, 2017) yang menyimpulkan bahwa
pelatihan dan pengembangan kinerja ilmiah penerapan media simulasi menggunakan
(Mubarrok & Mulyaningsih, 2014). PhET dapat meningkatkan hasil belajar Fisika.
Pemahaman konsep dan penerapan konsep Penelitian lain dilakukan oleh (Harum et al,
fisika didapat siswa dari sumber-sumber 2017) menyimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran seperti buku bacaan, informasi model pembelajaran generatif berbantu
guru dan media pembelajaran. simulasi PhET terbukti dapat meningkatkan
Banyak media yang dapat digunakan hasil belajar siswa baik ketuntasan secara
oleh guru dalam membelajarkan fisika agar individual maupun secara klasikal.
peserta didik lebih mudah memahami dan Berdasarkan paparan diatas dapat
menguasai konsep dari materi yang dipelajari, disimpulkan tujuan penilitian yang ingin
salah satunya yaitu menggunakan media Phet dicapai pada penelitian ini adalah; (1) untuk
Simulations (Ekawati et al, 2017). Media PhET mengetahui hasil belajar siswa dengan
Simulation merupakan sebuah software media menggunakan media Physics Education
pembelajaran yang di dalamnya terdapat Technology (PhET) pada materi pembelajaran
beberapa materi simulasi pembelajaran fisika perubahan hukum Newton; (2) Untuk
untuk kepentingan pengajaran dikelas atau mengetahui respon siswa setelah diterapkan
dapat digunakan untuk kepentingan belajar media PhET pada pembahasan hukum
individu (Setyosari, 2013). Dengan Newton.

89
siswa dianalisis menggunakan N-gain untuk
METODE PENELITIAN mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Untuk mengetahui N-gain digunakan rumus:
kuantitatif. Jenis penelitian yang dilakukan <N-g> = (1)
yaitu penelitian deskriptif (Arikunto, 2003).
Kriteria indeks gain menurut Hake
Penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan
dalam Rostina Sundaya yang kemudian
Berkah, dengan objek penelitian kelas VIII
penulis modifikasi dapat dilihat pada tabel 1
Panti Asuhan Berkah. Penelitian dilakukan berikut:
pada bulan September 2019. Tabel 1. Kriteria Indeks Gain
Penelitian terdiri atas empat tahapan, Indeks gain Interpretasi
yaitu tahap persiapan (observasi, menentukan N-g > 0,71 Tinggi
sampel, menentukan instrumen yang sudah 0,31 < N-g ≤ 0,70 Sedang
divalidasi); tahap pelaksaan penelitian (pretest N-g ≤ 0,30 Rendah
diberikan sebelum pembelajaran Sumber: (Sundayana, 2014)
menggunakan simulasi PhET, posttest Untuk teknik penskoran hasil belajar dan
diberikan setelah pembelajaran menggunakan
respon siswa dihitung menggunakan rumus:
simulasi PhET, dan penyebaran angket respon
𝑁𝑎 = × 100% (2)
siswa); tahap analisis data (menganalisis
Dimana:
pretest dan posttest, serta angket respon siswa);
Na : Nilai akhir
dan tahap menyimpulkan.
A : Jumlah skor yag diperoleh pengamat
Peneliti mengambil siswa kelas VIII yang
B : Jumlah skor maksimal
sedang mempelajari materi ‘Hukum Newton’.
Pengambilan sampel menggunakan teknik
HASIL DAN PEMBAHASAN
purposive sampling yaitu teknik pengambilan
Hasil Belajar Siswa
sampel dengan pertimbangan tertentu dan
Rekapitulasi hasil belajar siswa (pre-
memiliki tujuan tertentu.
Teknik pengumpulan data yang test) sebelum diterapkan PhET, serta nilai
digunakan dalam penelitian ini antara lain: post-test setelah penerapan pembelajaran
metode tes untuk mengetahui hasil belajar menggunakan PhET. Hal tersebut dapat
siswa; dan metode angket untuk mengetahui dilihat seperti pada tabel 2 berikut:
respon siswa.
Instrumen pengambilan data yang
digunakan ialah tes. Peningkatan hasil belajar
Tabel 2. Rekapitulasi Nilai Pre-test, post-test, Gain, N-Gain hasil belajar
No. Nama Siswa Pretest Posttest Gain N-Gain
1. AA 32,5 54 21,5 0,318
2. AG 43,5 62 18,5 0,327
3. CH 37 60 23 0,365
4. AI 46 66 20 0,370
5. E 30 57,5 27,5 0,392
6. MJ 38,5 58 19,5 0,317

90
7. DS 34 58 24 0,364
8. RL 41 66 25 0,423
9. ML 35 60 25 0,385
10. RF 30,5 57 26,5 0,381
11. SF 34 55,5 21,5 0,326
12. MR 41 65 27 0,407
13. AN 44 67 23 0,410
14. RH 32 59 27 0,397
15. AF 38,5 61 22,5 0,366
16. HI 40 64,5 24 0,408
17. MH 40 63 23 0,383
18. DT 37 59 22 0,349
19. DH 49 68,5 19,5 0,382
20. MA 31,5 55,5 24 0,350
21. DL 42 63,5 21,5 0,370
22. TN 40 61 21 0,35

Rata-rata hasil belajar siswa dengan bahwa penggunaan media pembelajaran


menerapkan simulasi PhET dapat dilihat dari sangat penting dalam pembelajaran.
tabel 3 berikut:
Tabel 3. Nilai Rata-rata Pretest, Posttest, Gain, N- Respon Siswa Setelah Diterapkan Media
Gain Hasil Belajar Kognitif
PhET
Pretest Posttest Gain N-Gain Respon siswa dimaksudkan untuk
37,773 60,954 23,023 0,37 melihat pendapat dan perasaan siswa
Data Tabel 2 dan 3 di atas terlihat nilai terhadap proses pembelajaran setelah
pretest sebelum diterapkan simulasi PhET oleh diterapkannya media simulasi PhET dalam
peneliti sebesar (37,773), dan nilai posttest pembahasan hukum Newton yang telah
setelah diterapkan simulasi PhET sebesar dilaksanakan di kelas.
(60,954), nilai gain yang diperoleh sebesar Respon siswa terhadap pembelajaran
(23,023), nilai N-gain yang diperoleh (0,37) setelah diterapkan media simulasi PhET
dengan kategori sedang. dalam pembahasan perubahan hukum
Hal ini dapat dinyatakan bahwa Newton yaitu meliputi perasaan selama
penggunaan media simulasi PhET untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM),
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII di kesan terhadap cara penyajian materi oleh
Panti Asuhan Berkah dalam pembahasan pengajar, materi pelajaran, suasana belajar di
hukum Newton telah berhasil. Siswa kelas. Selain itu juga untuk melihat kesan
mendapatkan hasil belajar yang sangat siswa terhadap penggunaan media simulasi
memuaskan setelah peneliti menerapkan PhET dalam pembahasan hukum Newton,
simulasi PhET sebagai media pembelajaran. kesan apabila media simulasi PhET diterapkan
Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan untuk semua materi pelajaran fisika dapat
oleh Azizaturredha et al (2019) menyatakan memudahkan siswa dalam memahami

91
pelajaran. Adapun respon siswa terhadap
kegiatan belajar mengajar (KBM) dapat dilihat
pada tabel 4.

Tabel 4. Respon siswa terhadap pembelajaran media PhET


Ya Tidak
No. Pertanyaan
F % F %
1. Apakah anda mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan diterapkannya media simulasi PhET 22 100 0 0
dengan baik?
Senang Tidak senang
Apakah anda senang mengikuti pembelajaran F % F %
2.
yang diterapkan oleh pengajar?
22 100 0 0

3. Apakah menurut anda pembelajaran fisika pada Ya Tidak


pembahasan hukum Newton dengan diterapkan F % F %
media simulasi PhET lebih mudah dipahami? 20 90,9 2 9,1
4. Apakah anda merasa senang dengan media Senang Tidak senang
pembelajaran yang baru? F % F %

22 100 0 0

5. Apakah pembelajaran fisika pada pembahasan Ya Tidak


hukum Newton dengan diterapkan media simulasi F % F %
PhET bermanfaat bagi anda? 22 100 0 0
6. Apakah menurut anda media pembelajaran yang Ya Tidak
seperti ini patut diterapkan dalam materi fisika F % F %
lainnya? 21 95,5 1 4,5
7. Apakah pengajar menyampaikan materi dengan Ya Tidak
benar menggunakan PhET? F % F %

22 100 0 0

8. Ya Tidak
Jika media PhET diterapkan dalam pembelajaran
F % F %
fisika apakah anda akan semangat dalam belajar?
18 81,8 4 18,2

92
Respon siswa terhadap simulasi PhET pada materi
pembelajaran fisika materi hukum hukum Newton dengan kategori
Newton menggunakan media simulasi sedang.
PhET, umumnya siswa menyatakan
2. Respon siswa setelah diterapkan
senang (100%), siswa merasa baru
media PhET umumnya
(100%), dan siswa merasa bermanfaat
menyatakan senang, dan siswa
(100%). Tetapi, respon untuk perasaan
merasa bermanfaat
siswa dalam semangat belajar untuk
semua pembelajaran fisika dalam
bentuk PhET umumnya menyatakan SARAN
semangat (81,8%) hal ini dikarenakan Berdasarkan kesimpulan
berdasarkan wawancara siswa tidak penelitian, dapat disarankan
suka belajar fisika dan penguasaan beberapa hal yaitu pembelajaran
konsep matematika masih lemah. Hal dengan media simulasi PhET pada
ini sesuai dengan penelitian Yuliani materi pembelajaran Fisika ini dapat
(2017) menyatakan perlunya dijadikan pilihan alternatif media
penguasaan matematika yang pembelajaran bagi tenaga pengajar.
membantu siswa menguasai konsep Sehingga pembelajaran Fisika
materi tersebut, dan keterbatasan
terlihat menarik dan tidak lagi
media animasi yang masih kurang
membosankan
mampu menjelaskan materi
pembelajaran secara spesifik. Cara
UCAPAN TERIMAKASIH
pengajar menyampaikan materi
Ucapan terimakasih ditujukan
umumnya menyatakan benar (100%)
kepada orang tua dan keluarga yang
dan respon siswa untuk penggunaan
selalu memberikan doa dan dorongan.
media PhET dalam pembelajaran fisika
Ucapan terimakasih juga ditujukan
pokok bahasan hukum Newton lebih
kepada Ibu Hadma Yuliani yang telah
mudah dipahami umumnya
bersedia membimbing dan memberi
menyatakan mudah (90,9%).
motivasi, serta teman-teman dan tempat
melakukan penelitian yang telah
KESIMPULAN
membantu dalam proses penelitian ini.
Berdasarkan hasil analisis data
dan pembahasan dapat disimpulkan:
DAFTAR PUSTAKA
1. Terdapat peningkatan hasil Arikunto, S. (2003). Manajemen
belajar siswa dalam Penelitian, Jakarta: PT. Rineka
pembelajaran fisika dengan Cipta.
menggunakan media media

93
Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Hasil Belajar Siswa Dalam Materi
Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Listrik Dinamis Kelas X Madrasah
Bumi Aksara Aliyah Negeri 1 Pontianak. Jurnal
Azizaturredha, M., Fatmawati, S., & Pendidikan Fisika dan Aplikasinya
Yuliani, H. (2019). Penerapan Model (JPFA) Vol 4 No 2
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Perdana, A., Siswoyo., & Sunaryo.
Dengan Media Laboratorium Virtual (2017). Pengembangan Lembar Kerja
(PhET) Untuk Meningkatkan Hasil Siswa Berbasis Discovery Learning
Belajar, Keterampilan Proses Sains Berbantuan Phet Interactive
dan Minat Belajar Siswa Pada Pokok Simulations Pada Materi Hukum
Bahasan Elastisitas. Vol 4 Nomor 1, Newton. Jurnal Wahana
Juni 2019 Pendidikan Fisika (2017) Vol.2
Bulan, S.N., Maharta, N. Ertikanto, C. No.1 73-79 Februari 2017. ISSN:
(2015). Pengaruh Kemampuan 2338-1027. Hal 73
Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Setyosari, P. (2013). Metode penelitian dan
Berbantuan Virtual Laboratory. Vol pengembangan. Jakarta: kencana.
3, No 3 (2015). Hal 110. Sundayana, R. (2014). Statistika
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. Penelitian Pendidikan. Bandung:
2002. Strategi Belajar Mengajar. Alfabeta
Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Hal Suprihatiningrum, J. (2014). Strategi
137 Pembelajaran (Teori & Aplikasi). Hal
Mubarrok, M.F., & Mulyaningsih, S. 73
(2014). Penerapan Pembelajaran Supardi, U.S., Leonard., Hendri, H.,
Fisika Pada Materi Cahaya Dengan Rismurdiyati. (2015). Pengaruh
Media Phet Simulations Untuk Media Pembelajaran Dan Minat
Meningkatkan Pemahaman Konsep Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika.
Siswa Di Smp. Jurnal Inovasi Hal 73
Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. Yuliani, H. 2017. Pembelajaran Fisika
01 Tahun 2014, 76-80 ISSN: 2302- Menggunakan Media Animasi
4496 Macromedia Flash-Mx Dan Gambar
Nurhayati., Fadilah, S., Mutmainnah. Untuk Meningkatkan Pemahaman
(2014). Penerapan Metode Konsep Mahasiswa. Jurnal
Demonstrasi Berbantu Media IlmiahPendidikan Fisika Al-
Animasi Software Phet Terhadap BiRuNi, 06 (1) (2017) 13-21

94
Interpretasi Lapisan Bawah Permukaan Penambangan Batu
Andesit Di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut
Provinsi Kalimantan Selatan Dengan Menggunakan Metode
Geolistrik 2D

Dini Marlina*, Fahruddin, Simon Sadok Siregar


Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714

Email korespodensi : [email protected]

ABSTRACT-Research on the interpretation of andesite stone layers based on resistivity values has been
carried out using the Schlumberger configuration 2D geoelectric method in Batu Ampar District, Tanah Laut
District, South Kalimantan Province. Data was collected as many as five lines with a length of 270 m. The
research objective is to model 2D cross sections, determine the type of lithology, depth and thickness of the
andesite stone layer based on resistivity values. The results of the 2D cross section found three types of
lithology layers, namely top soil, clay and andesite stone with resistivity values of 20-7000 Ωm. The results of
the interpretation are indicated as andesite stones spread across 2-5 at a depth of 11-72 m and a thickness of
50-58 m.

KEYWORDS : 2D geoelectric methods; Andesite stone; Ampar stone; Resistivity.

PENDAHULUAN penyebarannya (Prastowo, 2017).


Batu andesit merupakan salah satu Eksplorasi batuan andesit dapat
jenis batuan beku vulkanik yang banyak dilakukan dengan menggunakan metode
dimanfaatkan dalam bidang konstruksi geofisika. Salah satu metode geofisika yang
seperti bahan baku pondasi bangunan, banyak digunakan dalam eksplorasi batuan
andesit ialah metode geolistrik, berdasarkan
pengaspalan jalan dan pembuatan
sifat kelistrikan batuannya metode geolistrik
jembatan. Dalam pemanfaatannya
membedakan jenis-jenis batuan di bawah
dibutuhkan batuan andesit yang belum
permukaan berdasarkan kontras nilai
mengalami pelapukan (fresh), sedangkan
resistivitasnya (Purwasatriya & Waluyo,
sebagian besar batuan andesit yang 2011).
tersingkap di permukaan telah Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengalami pelapukan dengan tingkat memodelkan penampang 2D, menentukan
yang berbeda-beda. Nilai ekonomis jenis litologi, menentukan kedalaman dan
batuan andesit juga ditinjau dari sumber ketebalan batu andesit. Metode geolistrik
daya cadangannya, sehingga diperlukan yang digunakan adalah metode geolistrik
suatu metode eksplorasi yang mampu konfigurasi Schulmberger.
Metode geolistrik dapat digunakan
mengungkap keberadaan batuan andesit
untuk mendeteksi lapisan batu andesit hal ini
di bawah permukaan beserta pola
95
ditunjukkan dari beberapa penelitian dengan :
sebelumnya oleh Ardi & Mimin (2009) tentang R = resistansi bahan (ohm)
resistivitas 2D pada gua bawah tanah di Gua I = adalah besar kuat arus (ampere)
Dago Pakar, Bandung. Sistem konfigurasi V = besar tegangan (volt).
lintasan resistivitas menggunakan konfigurasi Hukum Ohm menyatakan bahwa potensial
elektroda Wenner-Schlumberger. Pemprosesan atau tegangan antara ujung-ujung penghantar
dan pemodelan data menggunakan perangkat adalah sama dengan hasil kali resistansi dan
lunak Res2DInv. Hasil dari pemodelan kuat arus. Hal ini diasumsikan bahwa R tidak
inverse 2D menunjukkan bahwa bentuk tergantung I, bahwa R adalah konstan (tetap)
tubuh gua berlokasi sekitar 10 – 12,4 m di (Muallifah, 2009).
bawah lintasan resistivitas dengan rentang Rangkaian resistansi, kuat arus, dan
nilai resistivitas 540-600 Ohm. tegangan ditunjukkan oleh Gambar 1.

Metode Geolistrik
Metode Geolistrik merupakan suatu
metode dalam geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dan cara
mendeteksinya di permukaan bumi. Gambar 1. Rangkaian resistansi, arus dan
Pendeteksian ini meliputi pengukuran beda tegangan.
potensial, arus, dan elektromagnetik yang
terjadi secara alamiah maupun akibat Konfigurasi Schlumberger
pengijeksian arus ke dalam bumi. Kerja Pada Metode resistivitas konfogurasi
metode geolistrik adalah dengan mengalirkan Schlumberger dilakukan dengan cara
arus searah atau atau bolak-balik berfrekuensi mengkondisikan spasi antar elektrode
rendah ke dalam medium bumi melalui dua potensial adalah tetap sedangkan spasi antar
elektroda arus, kemudian diukur beda elektroda arus berubah secara bertahap.
potensial yang timbul melalui dua elektroda Perubahan jarak antar elektroda dapat
potensial, sehingga nilai resistivitasnya dapat menentukan berbagai variasi nilai tahanan
dihitung melalui Hukum Ohm (Prastowo, jenis terhadap kedalaman. Hasil dari
2017). pengukuran di lapangan dapat dihitung nilai
Konsep dasar metode resistivitas adalah tahanan jenisnya yang merupakan fungsi dari
Hukum Ohm. Pada tahun 1826 George Simon konfigurasi elektroda dan berkaitan dengan
Ohm melakukan eksperimen menentukan kedalaman penetrasinya (Arman, 2012).
hubungan antara tegangan V pada Resistivitas semu (ρa) pada pengukuran
penghantar dan arus I yang melalui resistivitas secara umum dengan cara
penghantar dalam batas-batas karakteristik menginjeksikan arus kedalam tanah melalui 2
parameter penghantar. Parameter itu disebut elektroda arus (C1 dan C2). Dan mengukur
resistansi R, yang didefinisikan sebagai hasil
bagi tegangan V dan arus I, sehingga
dituliskan :
V= I.R …(1)

96
hasil beda potensial yang ditimbulkannya
pada 2 elektroda potensial (P1 dan P2). Dari
data harga arus (I) dan beda potensial (V),
dapat dihitung nilai resistivitas semu (ρa)
sebagai berikut :

𝜌𝛼 = 𝐾 … (2)
Harga tahanan jenis semu (ρa) susunan
Gambar 2. Batu andesit (Preptisa, 2012)
elektroda schlumberger dapat dihitung dengan
persamaan (1) (Reynold, 1997):
Batu andesit merupakan batuan beku
Dalam hal ini K adalah faktor geometri. Dapat
yang mempunyai kandungan silika yang
di rumuskan sebagai berikut:
lebih tinggi dibandingkan dengan batuan
𝑘=𝜋 … (3) basalt. Secara umum mempunyai warna yang
menandakan dengan baik akan kandungan
Keterangan :
silika dari lava, dengan kandungan basalt
∆V = beda potensial yang diperoleh dari
yang terlihat gelap. Batu andesit termasuk
pengukuran
golongan batuan intermediet dengan kadar
I = arus yang diinjeksikan ke dalam bumi
silika SiO2 adalah 57,5 %. Batuan ini
AB = jarak elektroda arus
umumnya akan menghasilkan tanah-tanah
MN = jarak elektroda potensial
yang kaya dan subur karena mengandung
unsur-unsur basa yang mudah mengalami
Batu Andesit
proses pelapukan sehingga membentuk tanah
Batu andesit adalah batuan beku yang
dengan tekstur yang halus (Budi, 1987).
terjadi akibat pembentukan magma
intermediet di dekat atau di permukaan bumi
METODE PENELITIAN
(Gambar 2). Batu andesit ini bertekstur kerikil
Alat Dan Bahan
sampai dengan bongkah. Secara umum
Adapun alat dan bahan yang digunakan
berwarna segar abu-abu, keras, struktur kekar
dalam penelitian ini adalah :
berlembar dan bertekstur porfiritik
1. AGI Super Sting R1 IP, sebagai alat untuk
(Hardiyono dkk, 2013). Nama andesit sendiri
melakukan pengukuran resistivitas
diambil berdasarkan tempat ditemukannya
batuan.
yaitu di daerah Pegunungan Andes, Amerika
2. GPS, untuk menentukan koordinat daerah
Selatan. Menurut Sukandarumidi, batu
penelitian.
andesit ini memiliki ciri-ciri fisik yaitu
3. Kabel sepanjang 270 meter, berfungsi
berwarna gelap (abu-abu sampai hitam),
sebagai penghantar arus pada elektroda.
tahan terhadap air hujan, berat jenis rata-
4. Elektroda, berfungsi sebagai penghantar
ratanya 2,3 – 3 g/cm³, dan nilai kuat tekannya
arus dari sumber ke batuan.
berkisar antara 600-2400 g/cm³ (Kusuma,
5. Aki 12 volt, berfungsi sebagai sumber
2017).
tegangan.
6. Palu, berfungsi sebagai alat untuk
memukul elektroda.
7. Alat Komunikasi (HT), berfungsi sebagai
97
alat bantu komunikasi selama
pengukuran. Hasil dan Pembahsan Penampang Geolistrik
8. Laptop, berfungsi sebagai hardware yang Lintasan 1
digunakan untuk mengolah data. Penampang geolistrik pada lintasan
9. Software pengolahan geolistrik, AGI pertama dengan arah lintasan dari timur laut
Earthlmager 2D dan RockWorks. – barat daya, dengan titik koordinat
3°47’50.521 LS, 114°55’40.118” BT sampai
Tahapan Penelitian dengan 3°47’53.495” LS, 114°55’31.978” BT.
Survey Lapangan Panjang lintasan yang digunakan adalah 270
m dengan jumlah elektroda sebanyak 28 dan
spasi antar elektoda 10 m. Hasil pengukuran
Pengambilan data
ditampilkan dalam bentuk gambar
penampang 2D dan terdapat 2 jenis lapisan
Pengolahan data dibawah permukaan pada lintasan geolistrik
tersebut.
Pada lintasan pertama yang diperoleh
Interpretasi data dan analisis data dari lapisan pertama dengan resistivitas 20,0-
143,5 Ωm yang diindikasikan sebagai top soil
yang terdiri dari kerikil. Lapisan ini memiliki
saturasi warna dari biru tua hingga biru muda
Litologi Kedalaman dan ketebalan
yang kemudian dapat dibedakan menjadi 3
lapisan batuan andesit
titik. Pada titik pertama terlihat di bagian atas
pada bentangan jarak 10-110 m di kedalman
17-35 m, pada titik kedua terlihat pada
Kesimpulan bentangan jarak 118-147 m di kedalaman 28-
56 m, pada titik ketiga terlihat pada bentangan
HASIL DAN PEMBAHASAN jarak 157-256 m di kedalaman 3-24 m. Lapisan
Penelitian ini terdiri dari 5 rekaman data ini merupakan lapisan terluar dari semua titik
geolistrik yang berlokasi di Daerah Batu dilintasan pertama.
Ampar Tanah Laut Provinsi Kalimantan Lapisan kedua dengan nilai resistivitas
Selatan. Berdasarkan pengambilan data 143,5-662 Ωm yang diindikasikan sebagai
geolistrik sebanyak 5 lintasan untuk tanah lempung. Lapisan ini memiliki saturasi
pengukuran 2D dengan konfigurasi warna dari kuning hingga hijau tua. Pada
schlumberger maka didapatkan litologi batuan, lapisan kedua ini hanya terdapat satu titik saja
kedalaman batuan serta ketebalan batuan yang terbentang dari jarak 10-256 m di
andesit yang berada di daerah tersebut. Hasil kedalaman 3-72 m.
rekaman data geolistrik kemudian Hasil pengolahan data lapangan
dikorelasikan antar titiknya dan geolistrik lintasan pertama dapat dilihat
menghasilkan penampang 2D. Berikut ini dengan dua gambar yaitu pada Gambar 3 dan
adalah hasil dan pembahasan pengolahan Gambar 4.
data dari setiap lintasan.

98
dari jingga hingga warna merah tua. Pada
lapisan ketiga ini terdapat pada terbentangan
dari jarak 10-256 m di kedalaman 14-64 m dan
ketebalan 50 m.
Hasil pengolahan data lapangan
Gambar 3. Penampang resistivitas 2D pada geolistrik lintasan pertama dapat dilihat
lintasan 1
dengan dua gambar yaitu pada Gambar 5 dan
Gambar 6.

Gambar 4. Penampang litologi 2D lintasan 1


Gambar 5. Penampang resistivitas 2D pada
Hasil dan Pembahsan Penampang Geolistrik lintasan 2

Lintasan 2
Penampang geolistrik pada lintasan
kedua dengan arah lintasan dari utara-selatan
dengan titik koordinat 3°48’3.564” LS,
114°55’36.815” sampai dengan 3°47’54.940”
LS, 114°55’36.932” BT.
Pada lintasan kedua yang diperoleh dari
Gambar 6. Penampang litologi 2D lintasan 2
lapisan pertama dengan resistivitas 20,0-143,5
Ωm yang diindikasikan sebagai top soil. Hasil dan Pembahsan Penampang Geolistrik
Lapisan ini memiliki saturasi warna dari biru Lintasan 3
muda hingga biru tua. Pada lapisan pertama Penampang geolistrik pada lintasan
ini hanya terdapat satu titik saja yang ketiga dengan arah linatasan dari barat-timur
terbentang dari jarak 10-256 m di kedalaman dengan titik koordinat 3°47’58.662” LS,
1-35 m. 114°55’15.052” BT sampai dengan
Lapisan kedua dengan nilai reisistivitas 3°47’57.772” LS, 114°55’23.868” BT. Pada
143,5-662 Ωm yang diindikasikan sebagai lintasan ketiga yang diperoleh dari lapisan
tanah lempung. Lapisan ini memiliki saturasi pertama dengan resistivitas 20,0-143,5 Ωm
warna dari kuning hingga hijau tua yang yang diindikasikan sebagai top soil. Lapisan
kemudian dapat dibedakan menjadi 2 titik. ini memiliki saturasi warna dari biru tua
Pada titik pertama ini terlihat pada bentangan hingga biru muda yang kemudian dapat
dari jarak 10-256 m di kedalaman 10-65 m, dibedakan menjadi 5 titik.
pada titik kedua terlihat pada bentangan dari Pada titik pertama ini terbentang dari
jarak 236-246 m di kedalaman 35-60 m. jarak 10-98 m di kedalaman 14-34 m kemudian
Lapisan ketiga dengan nilai reisistivitas pada titik pertama ini juga terdapat top soil di
662-7000 Ωm yang diindikasikan sebagai batu kedalaman 36-69 m, pada titik kedua
andesit. Lapisan ini memiliki saturasi warna terbentang dari jarak 108-145 m di kedalaman
99
8-26 m, pada titik ketiga terbentang dari jarak
173-251 m di kedalaman 1-17 m, pada titik
keempat terbentang dari jarak 135-155 m di
kedalaman 30-35 m, pada titik kelima
terbentang dari jarak 135-173 m di kedalaman
54-62 m.
Gambar 8. Penampang litologi 2D lintasan 3
Lapisan kedua dengan nilai reisistivitas
143,5-662 Ωm yang diindikasikan sebagai Hasil dan Pembahsan Penampang Geolistrik
tanah lempung. Lapisan ini memiliki saturasi Lintasan 4
warna dari kuning hingga hijau tua yang Penampang geolistrik pada lintasan
kemudian dapat dibedakan menjadi 3 titik. keempat dengan arah lintasan dari utara-
Pada titik pertama ini terbentang dari jarak 29- selatan dengan titik koordinat 3°47’54.669”
251 m di kedalaman 10-42 m, pada titik kedua LS, 114°55’19.274” BT sampai dengan
terbentang dari jarak 29-58 m di kedalaman 3°48’3.362” LS, 114°55’20.517” BT. Pada
53-69 m, pada titik ketiga terbentang dari jarak lintasan keempat yang diperoleh dari lapisan
125-231 m di kedalaman 51-69 m dengan pertama dengan resistivitas 20,0-143,5 Ωm
warna kuning hingga hijau tua yang yang diindikasikan sebagai top soil.
merupakan bagian tanah lempung. Lapisan ini memiliki saturasi warna dari
Lapisan ketiga dengan nilai reisistivitas biru tua hingga biru muda. Pada lapisan
662-7000 Ωm yang diindikasikan sebagai batu pertama ini hanya terdapat satu titik saja yang
andesit. Lapisan ini memiliki saturasi warna terbentang dari jarak 10-256 m di kedalaman
dari jingga hingga warna merah yang 3-43 m dengan warna biru tua hingga biru
kemudian dapat dibedakan menjadi 2 titik. muda yang merupakan bagian top soil.
Pada titik pertama terbentang dari jarak 58-68 Pada lapisan kedua dengan nilai
m di kedalaman 22-34 m, pada titik kedua reisistivitas 143,5-662 Ωm yang diindikasikan
terbentang dari jarak 10-256 m di kedalaman sebagai tanah lempung. Lapisan ini memiliki
11-69 m dan ketebalan 58 m dengan warna saturasi warna dari kuning hingga hijau tua
jingga hingga warna merah yang merupakan yang kemudian dapat dibedakan menjadi 2
bagian batu andesit. titik. Pada titik pertama terlihat bentangan
Hasil pengolahan data lapangan pada dari jarak 10-256 m di kedalaman 20-49 m
geolistrik lintasan ketiga dapat dilihat dengan kemudian pada titik kedua terdapat pada
dua gambar yaitu pada Gambar 7 dan Gambar bentangan dari jarak 28-48 di kedalaman 53-76
8. m dengan warna kuning hingga hijau muda
yang merupakan bagian tanah lempung.
Pada lapisan ketiga dengan nilai
reisistivitas 662-7000 Ωm yang diindikasikan
sebagai batu andesit. Lapisan ini memiliki
Gambar 7. Penampang resistivitas 2D pada saturasi warna dari jingga hingga warna
lintasan 3
merah tua. Pada lapisan ketiga ini hanya
terdapat satu titik saja yang terbentang dari

100
jarak 10-256 m di kedalaman 28-83 m dan Lapisan kedua dengan nilai reisistivitas
ketebalan 55 m. 143,5-662 Ωm yang diindikasikan sebagai
Hasil pengolahan data lapangan pada tanah lempung. Lapisan ini memiliki saturasi
geolistrik lintasan keempat dapat dilihat warna dari kuning hingga hijau tua yang
dengan dua gambar yaitu pada Gambar 9 dan kemudian dapat dibedakan menjadi 3 titik.
Gambar 10. Pada titik pertama terbentang dari jarak 10-
256 m di kedalaman 12-52 m, pada titik kedua
terdapat lagi pada bentangan jarak dari 74-150
di kedalaman 4-23m, pada titik ketiga
terdapat pada bentangan jarak dari 20-47 m di
kedalaman 40-67 m.
Gambar 9. Penampang resistivitas 2D pada Lapisan ketiga dengan nilai reisistivitas
lintasan 4 662-7000 Ωm yang diindikasikan sebagai batu
andesit. Lapisan ini memiliki saturasi warna
dari jingga hingga warna merah tua yang
kemudian dapat dibedakan menjadi 2 titik.
Pada titik pertama terbentang dari jarak 10-
256 m di kedalaman 15-72 m, kemudian pada
titik kedua terdapat pada bentangan dari jarak
104-124 m dikedalaman 3-10 m dan ketebalan
Gambar 10. Penampang litologi 2D lintasan 4
57 m.
Hasil pengolahan data lapangan pada
Hasil dan Pembahasan Penampang
geolistrik lintasan kelima dapat dilihat
Geolistrik Lintasan 5
dengan dua gambar yaitu pada Gambar 11
Penampang geolistrik pada lintasan
dan Gambar 12 .
kelima dengan arah lintasan dari timur
laut-barat daya dengan titik koordinat
3°47’57.538” LS, 114°55’7.862” BT sampai
dengan 3°48’5.471” LS, 114°55’4.343” BT.
Pada lintasan pertama yang diperoleh
dari lapisan pertama dengan resistivitas 20,0- Gambar 11. Penampang resistivitas 2D pada

143,5 Ωm yang diindikasikan sebagai top soil. lintasan 5

Lapisan ini memiliki saturasi warna dari biru


tua hingga biru muda yang kemudian dapat
dibedakan menjadi 3 titik. Pada titik pertama
terlihat di bagian atas pada bentangan jarak
10-57 m di kedalman 5-27 m, pada titik kedua
Gambar 12. Penampang litologi 2D lintasan 5
terlihat pada bentangan 74-124 m di
kedalaman 11-27 m, pada titik ketiga terlihat
pada bentangan 178-247 m di kedalaman 19-
37 m.
Hasil Penggabungan Penampang Geolistrik.

101
dengan ketebalan 57 m, sedangkan
pada lintasan pertama hanya terdapat
lempung dan top soil.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
Gambar 20. Penggabungan penampang
resistivitas 2D kepada Bapak Dr.Fahruddin,S.Si.,M.T dan
Bapak Simon Sadok Siregar, S.Si., M.Si selaku
dosen pembimbing, Terimakasih juga kepada
Bapak Dwi Priyono dan rekan-rekan yang
telah membantu dalam pengambilan data
penelitian. Selanjutnya kepada kedua orang
tua penulis yang selalu memberikan motivasi
dan dukungan kepada penulis.
Gambar 21. Penampang penggabungan litologi
2D
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN Arman, Y. 2012. Identifikasi Struktur Bawah
Berdasarkan penelitian yang telah Tanah di Kelurahan Pangmilang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Singkawang Selatan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil Menggunakan Metode Geolistrik
penelitian yang telah dilakukan adalah Resistivtas dan Inversi Lavenberg –
sebagai berikut : Marquardt. Jurnal Positron. 2 : 6-11.

1. Berdasarkan dari hasil 5 penampang Ardi, N. D, & M, Iryanti. 2009. Profil


Resistivitas 2d Pada Gua Bawah Tanah
litologi yang didapatkan nilai
Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi
resistivitas 20-7000 Ωm.
Wenner-Schlumberger (Studi Kasus Gua
2. Berdasarkan penampang 2D terdapat 3
Dago Pakar, Bandung). Jurnal
jenis litologi batuan yang ada didaerah Pengajaran MIPA. 14 : 79-86.
penelitian yaitu, top soil dengan nilai Budi, S. P. 1987. Panduan Mengenal Batuan
resistivitas 20-143,5 Ωm, lempung Bekuan. Direktorat Geologi, Direktorat
dengan nilai resistivitas 143,5-662 Ωm Jenderal Pertambangan Umum,
dan batu andesit 662-7000 Ωm. Bandung.
3. Lapisan batu andesit didaerah Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.
penelitian yaitu pada lintasan ke-2 di 2008. Peta Geologi Kab. Tanah Laut

kedalaman 14-64 m dengan ketebalan Kalimantan Selatan. Badan Geologi


Kementrian Energi dan Sumber Daya
50 m, pada lintasan ke-3 di kedalaman
Mineral, Jakarta.
11-69 m dengan ketebalan 58 m, pada
Kusuma, W. S. 2017. Sikap Masyarakat Terhadap
lintasan ke-4 di kedalaman 28-83 m
Perusahaan Tambang Andesit Di Desa
dengan ketebalan 55 m, dan pada Cipinang Kecamatan Rumpin Kabupaten
lintasan ke-5 di kedalaman 15-72 m Bogor. Skirpsi Program Sarjana, Jurusan
102
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Berdasarkan Ukuran Fragmen Dengan
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Menggunakan Metode Geolistrik. Jurnal
Universitas Islam Negeri Syarif Kurvatek. 2 : 39-44.
Hidaytullah, Jakarta. Sikumbang, N. & R. Heryanto. 1994. Peta
Mamonto, F. As’ari, & Ferdy. 2016. Geologi Lembar Banjarmasin, skala
Identifikasi Patahan Manado Dengan 1:250.000. Pusat Penelitian dan
Menggunakan Metode Geolistrik Pengembangan Geologi, Bandung.
Resistivitas Konfigurasi Wenner- Swatika, A., Syafriyono, D. Caesario1, A. Y.
Schlumberger Di Desa Watutumou Ii Pratama, S. M. Kartanegara, W. B.
Kecamatan Kalawat Kabupaten Khorniawan, M. Sayyidi, & N. Natasia.
Minahasa Utara. Jurnal Ilmiah Sains. 16 : 2018. Pola Persebaran Dan Estimasi
50-60. Cadangan Andesit Pada Desa Ciluluk,
Mutia, S., Akmam, & H, Amir. 2018. Kecamatancicalengka, Kabupaten
Identifikasi Jenis Batuan Menggunakan Bandung. Jurnal Bulletin of Scientific
Metode Geolistrik Tahanan Jenis Contribution, 16 : 81-88.
Konfigurasi Wenner. Pillar of Physics. 11 : Telford, W. M., Geldart, L.P, & Sheriff, R. E.
17-24. 1990. Applied Geophysics Second Edition.
Purwasatriya, E. B & Waluyo, G. 2011. Cambridge : Cambridge University.
Pembuatan Model Geologi Bawah Telford, W. M., Geldart, L. P., Sherif, R.E
Permukaan Dengan Metode Geolistrik & Keys, D. D. 1988. Applied Geophysics
dan Studi Stratigrafi Pada Pembesaran First Edition. Cambridge University
Gas Di Jati Lawang Banyu Mas. Jurnal Press. Cambridge : New York.
Dinamika Rekayasa. 07 : 1858 – 3075. Todd, D.K. 1959. Groundwater Hydrology.
Purwastriya, E., B. 2013. Studi Potensi Associate Professor of Civil Engineering
Sumberdaya Andesit Menggunakan California University. John Wiley and
Metode Geolistrik Di Daerah Kokap, Sons. New York.
Kabupaten Kulonprogo, Daerah Todd, D.K. 1980. Groundwater Hydrology
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Dinamika Second Edition. John Wiley & Sons.Inc.
Rekayasa. 9 : 1858-3075. New York.
Prastowo, R. 2017. Pemodelan 2D Resistivitas
Batuan Andesit Daerah Gunung
Kukusan Kulon Progo. Jurnal Kurvatek.
02 : 87-93.
Preptisa, N. 2012. Nilai Ekonomis Batu Andesit.
Teknik Geologi Universitas
Diponegoro, Semarang.
Reynolds, J. M. 1997. An. Introduction To
Applied and Environ Mental Geophysics.
John Wiley and Sons Ltd. New York.
Santoso, A. B. & H. Sidiq. 2017. Perhitungan
Sumberdaya Batuan Breksi Andesit

103
Identifikasi Ruang Terbuka Hijau Menggunakan Hybrid Index
Citra Satelit Landsat 8 Oli Tirs Di Kecamatan Pelaihari, Tanah
Laut

Ajeng Mahestri, Nurlina, S.Si., M.Sc, Dr. Ichsan Ridwan, S.Si., M.Kom
Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Email korespodensi : [email protected]

ABSTRACT- Green open space is a non-built area that has a function as an air and area circulation system.
GOS functions as a support for comfort, well-being, binding of environmental quality, and conservation of
nature, generally consisting of linear or corridor movement and island space or oasis. GOS consists of open
areas, plant life places that grow naturally and deliberately planted. The Hybrid Index method consists of
NDVI, NDWI, NDBI and NDBaI. NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) is a change in index
of vegetation area with a range of values -0.682439-0.753982. NDBaI (Normalized Difference Barness Index) is
an index of changes in open regions with a range of values -0.016961-1.58879. GOS consists of a change
in vegetation area index and an open area change index, while non green open space consists of a water area
change index and an open area change index. The area of GOS in Pelaihari District is 73,892.7 m2 or around
19% of the area of Pelaihari District.

Keywords: GOS; Hybrid index; Landsat 8 OLI-TIRS; Pelaihari.

PENDAHULUAN daerah pertambangan. Hal inilah yang


Dalam membangun suatu kawasan kemudian menjadi pemicu berbagai
khususnya perkotaan diperlukan adanya permasalahan khususunya masalah
suatu konsep tata ruang yang baik, tepat, dan lingkungan seperti pencemaran limbah
tentunya mempunyai mempunyai rumah tangga dan limbah pertambangan
pandangan jauh kedepan untuk serta polusi asap dari kawasan industri.
mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan Secara umum, RTH merupakan bagian kota
masyarakat. Untuk dapat mewujudkannya, bukan terbangun, yang memiliki fungsi
hal yang harus diperhatikan dalam penentuan sebagai penunjang kenyamanan, peningkatan
Ruang Terbuka Hijau ialah dengan kualitas lingkungan dan pelestarian alam
mempertimbangkan adanya lingkungan alam yang terdiri atas ruang gerak linier atau
yang mempunyai peranan penting terhadap koridor serta oasis. RTH terdiri atas jalan
keseimbangan ekologis. Saat ini sebagai jalur gerak dan ruang sebagai tempat
pembangunan di daerah-daerah cukup pesat berkegiatan. RTH di suatu kota bisa
dilakukan, termasuk juga di Kecamatan berbentuk buatan dan alamiah, yang dibuat
Pelaihari. Perlahan-lahan ruang-ruang oleh teknologi berupa koridor jalan,
kosong di Pelaihari berubah fungsi menjadi bangunan, hutan kota, aliran sungai dan
tempat pemukiman, kawasan industri dan sebagainya. Pada dasarnya RTH kota

104
merupakan semua kesatuan yang memiliki Kota yang dijadikan acuan untuk penentuan
hubungan dan dapat digunakan sebagai luas area yang dibutuhkan untuk penyediaan
suatu sistem yang sama. ruang terbuka hijau pada daerah penelitian
Ruang Terbuka ialah kawasan kota dengan membandingkan luas RTH yang
yang luas baik berbentuk wilayah ataupun sudah ada. Sedangkan penelitian yang
kawasan yang memiliki bentuk memanjang dilakukan oleh Zulfian berkaitan dengan RTH
yang memiliki sifat terbuka tanpa adanya di wilayah Banjarmasin menggunakan data
bangunan. Ruang Terbuka terbagi atas dua, citra geoeye menggunakan metode site
yaitu RTH dan Non RTH. RTH merupakan selection, dimana site selection dikhususkan
area yang mengelompok dan bersifat terbuka, untuk menempatkan RTH tambahan untuk
sebagai area tumbuh tanaman secara alami wilayah Banjarmasin.
maupun yang sengaja ditanam. Ruang Koreksi Radiometrik merupakan teknik
Terbuka Hijau terdiri atas RTH tertutup yang memperbaiki tampilan citra satelit untuk
dimiliki suatu instansi maupun perorangan menghilangkan dampak atmosfer yang
yang dimanfaatkan untuk sebagian orang, berakibat pada kenampakan bumi yang tidak
berupa halaman rumah atau gedung milik tajam. Koreksi Radiometrik adalah tahap awal
pribadi ataupun swasta. Ruang Terbuka Hijau pengolahan data sebelum dilakukan analisa
Publik ialah RTH yang dibuat dan diatur oleh berikutnya. Proses ini meliputi koreksi yang
pemerintah kota untuk kepentingan umum. berkaitan dengan sensor untuk meningkatkan
Ruang Terbuka Hijau dapat berupa kontras piksel dari citra, sehingga objek yang
kawasan perkampungan, kelurahan, terlihat mudah diartikan dan dianalisa untuk
kecamatan, kabupaten dan seterusnya. mendapatkan data yang sesuai dengan data
Adanya RTH memiliki peranan yang penting dilapangan (Mapper, 1998).
untuk keseimbang masyarakat, dan dapat Koreksi Geometrik adalah proses
digunakan sebagai penunjang aktivitas memposisikan citra sehingga cocok dengan
dengan sesama warga. RT yang ada di peta dunia yang sesungguhnya. Ada
lingkungan masyarakat terdiri atas lahan beberapa cara dalam pengkoreksian ini yaitu
kosong yang ditanami tanaman hijau maka triangulasi, polynomial, orthorektifikasi dengan
disebut sebagai RTH. Ada juga yang berupa menggunakan titik kontrol lapangan (ground
area terbuka terbangun, seperti taman control point), proyeksi peta saat pencatatan
disekitar rumah, RT tidak hanya berfungsi titik yang telah diketahui (Mapper, 1998).
sebagai penunjang interaksi sosial pada suatu Seperti yang dipublikasikan oleh USGS,
wilayah, tetapi juga berperan penting dalam citra satelit landsat 8 berada di ketinggian
menjaga sistem ekologis lingkungan secara 705Km dari permukaan bumi dan memiliki
keseluruhan (Hidayah, 2012). area rekam seluas 170Km x 183Km. Nasa
Penginderaan jauh adalah pengambilan menargetkan satelit landsat versi terbarunya
data dari sebuah objek atau kejadian oleh memiliki misi selama 8 tahun saat beroperasi
sebuah alat yang tidak melakukan kontak (sensor OLI selama 5 tahun dan TIRS selama 3
langsung dengan objek tersebut atau jarak tahun). Tidak menutup kemungkinan citra
jauh. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh satelit Landsat 8 dapat berjalan lebih lama dari
Sri Sutarmi (2014) mengenai analisis yang direncanakan, seperti yang terjadi pada
kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kecamatan landsat 5 (TM) yang awalnya ditargetkan

105
hanya beroperasi 3 tahun ternyata sampai Google Earth
2012 dapat beroperasi (USGS, 2013).
Citra satelit landsat 8 mempunyai
sensor Onboard Operational Land Imager (OLI)
dan Thermal Infrared Sensor (TIRS) dengan
jumlah kanal sebanyak 11 buah. Diantara
kanal tersebut, 9 kanal (band 1-9) berada pada
OLI dan 2 lainnya (band 10 dan 11) pada TIRS.
Tabel 1. Berikut menjelaskan karakterisktik
band-band yang terdapat pada citra landast 8.
Sebagian besar kanal memiliki spesifikasi
yang hampir mirip dengan landsat 7 (USGS,
2013).
Tabel 1. Band Citra Landsat 8
Panjang
Band Gelombang Sensor Resolusi
(µm)
1 0,43 -.0,45 Visible 30 m Gambar 1. Prosedur Penelitian
2 0,45 – 0,51 Visible 30 m
3 0,53 – 0,59 Visible 30 m Dengan rumus untuk menghitung nilai
4 0,64 – 0,67 Near-infrared 30 m
Hybrid Index untuk menentukan hasil
5 0,85 – 0,88 Near-infrared 30 m
6 1,57 – 1,65 SWIR 1 30 m klasifikasi RTH sebagai berikut:
7 2,11 – 2,29 SWIR 2 30 m NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)
8 0,50 – 0,68 Pankromatik 15 m ( )
NDVI = ( )
(1)
9 1,36 – 1,38 Cirrus 30 m
10 10,6 11,19 TIRS 1 100 m Keterangan:
11 11,5 – 12,51 TIRS 2 100 m NDVI : Normalized Difference Vegetation Index
Sumber : (www.usgs.gov.2013). NIR : Panjang Gelombang Inframerah
Dekat
METODELOGI PENELITIAN RED : Gelombang Inframerah
Penelitian ini dilakukan dengan 2 (Purevdorj et al., 1998).
tahapan penelitian yaitu: tahap persiapan dan NDWI (Normalized Difference Water Index)
( – )
tahap pelaksanaan data. Pada tahap persiapan NDWI = (2)
( )
data dilakukan studi pustaka dan Keterangan:
pengumpulan data citra yang dapat NDWI : Normalized Difference Water Index
didownload dari USGS. Untuk tahap NIR : Panjang Inframerah Dekat
pelaksanaan data terbagi menjadi 2, yaitu SWIR : Panjang Inframerah Dekat
tahap klasifikasi RTH dan penentuan luasan (Gao, 1996).
RTH pada daerah penelitian. Alat, bahan serta NDBI (Normalized Difference Built-Up Index)
prosedur penelitian dapat dilihat pada ( )
𝑁𝐷𝐵𝐼 = (3)
Gambar 1 sebagai berikut. )
Keterangan:
Sofware ENVI 4.5
NDBI : Normalized Difference Built-Up Index
Citra landsat 8 OLI TIRS Tahun 2018
NIR : Panjang Inframerah Dekat
Peta Administrasi Kecamatan Pelaihari

106
SWIR : Panjang Gelombang Inframerah Dekat
(Xu, 2007).
NDBaI (Normalized Difference Barness Index)
𝑁𝐷𝐵𝑎𝐼 = 𝑁𝐷𝐵𝐼 − 𝑁𝐷𝑉𝐼 (4)
Keterangan:
NDBaI : Normalized Difference Barness Index
NDBI : Normalized Difference Built-Up Index
NDVI : Normalized Difference Vegetation Index
(Zhao and Chen, 2005). Gambar 3. Hasil Identifikasi Wilayah Vegetasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengolahan data citra Landsat 8


Hasil klasifikasi NDWI antara 0 sampai 0,920705.
Sebelum mengidentifikasi ruang Warna hijau diidentifikasi sebagai wilayah air
terbuka hijau menggunakan metode Hybrid dengan rentang nilai 0 sampai 0,460353. Hasil
Index, langkah yang dilakukan ialah membuat kenampakan identifikasi wilayah air dapat
batas area kecamatan pelaihari berupa Region dilihat pada Gambar 4.
Of Interest (ROI) pada daerah yang akan di
identifikasi. Pembuatan ROI didasarkan pada
kenampakan yang ada pada masing-masing
citra satelit berupa rona atau warna, ukuran,
bentuk, tekstur dan sebagainya. Identifikasi
Ruang Terbuka Hijau dilakukan secara digital
dengan menggunakan metode Hybrid Index,
yang meliputi indeks perubahan lahan
bervegetasi, iindeks perubahan lahan terbuka, Gambar 4. Hasil Identifikasi Wilayah Air

indeks perubahan kawasan terbangun dan


Hasil pengolahan data citra Landsat 8
indeks perubahan badan air. Keempat indeks
klasifikasi NDBI antara -0,920705 sampai 0.
tersebut yang menentukan kawasan terbuka
Warna biru diidentifikasi sebagai wilayah
hijau.
terbangun. Hasil kenampakan identifikasi
Hasil pengolahan data citra Landsat 8
wilayah terbangun air dapat dilihat pada
klasifikasi NDVI antara -0,682439 sampai
Gambar 5.
0,753982. Warna merah diidentifikasi sebagai
wilayah vegetasi dengan rentang nilai
0,224478 – 0,753982. Hasil kenampakan
identifikasi wilayah vegetasi dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 5. Hasil Klasifikasi Wilayah Terbangun

107
Hasil pengolahan data citra Landsat 8 harus dilakukan analisis spektral terlebih
klasifikasi NDBaI antara -0,016961 - 1,58879. dahulu untuk setiap band pada setiap objek
Warna biru muda diidentifikasi sebagai pada area.
wilayah terbuka dengan rentang nilai Luas daerah penelitian Kecamatan
0,001930 – 1,58879. Hasil kenampakan Pelaihari sebesar 379.45 Km² atau 379,450 m2.
identifikasi wilayah air dapat dilihat pada Luas ruang terbuka hijau terdiri atas luas
Gambar 6. Indeks Lahan Vegetasi (NDVI) dan luas
Indeks Lahan Terbuka (NDBaI). Luas Lahan
Vegetasi sebesar 31,824.09 m2. Luas Lahan
terbuka sebesar 42,068.61 m2. Luas dari RTH
keseluruhan 73,892.7 m2 . Ketersediaan RTH
di Kecamatan Pelaihari sebesar 19% dari Luas
wilayah Kecamatan Pelaihari.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari
Gambar 6. Hasil Identifikasi Wilayah Terbuka penelitian yang dilakukan yaitu:
1. Ruang terbuka hijau (RTH)
Pembahasan merupakan gabungan antara Indeks
Ruang Terbuka Hijau merupakan Lahan Vegetasi (NDVI) dan Indeks
wilayah atau jalur dalam kota yang bersifat Lahan Terbuka (NDBaI), dimana Niai
terbuka. Dikatakan hijau karena RTH menjadi Indeks Vegetasi daerah ini terdapat
tempat tumbuh tanaman, secara alami pada rentang nilai antara -0.682439 ≥
maupun yang ditanami secara tidak sengaja. NDVI ≤ 0.753982 yang memiliki ;uas
Pada penelitian ini RTH terdiri atas NDVI dan area sebesar 31,824.09 m2. Sedamgkan
NDBaI.Pada gambar NDVI, dapat dilihat nilai nilai Indeks Lahan Terbuka ini dari
indeks yang lebih tinggi (berwarna merah)
rentang nilai 0.001930 – 1.58879
memiliki luas area sebesar 42,068.61
menunjukkan kepadatan dan tutupan
m2.
vegetasi yang lebih baik. Sedangkan pada
2. Luas daerah penelitian Kecamatan
gambar NDBaI terlihat nilai indeks lahan
Pelaihari sebesar 379.45 Km² atau
terbuka lebih tinggi pada area bangun dan
379,450 m2. Luas dari RTH
lahan kosong. Untuk mengklasifikasikan
keseluruhan 73,892.7 m . Ketersediaan
2

GOS, akan dilakukan klasifikasi ulang RTH di Kecamatan Pelaihari sebesar


menjadi kelas GOS (vegetasi dan lahan 19% dari Luas wilayah Kecamatan
kosong) dengan non GOS (membangun area Pelaihari, yang artinya luasan RTH
dan air). Ketika melibatkan beberapa indeks yang dibutuhkan di Kecamatan
untuk mengklasifikasikan tutupan lahan, ada Pelaihari tidak memenuhi dari
beberapa masalah dalam menentukan peraturan Kementrian Pekerjaan
ambang batas, karena ada pencampuran objek Umum seluas 30% dari luas wilayah
di setiap indeks, seperti dalam indeks NDWI Kecamatan Pelaihari seluruhnya.
ada sedikit pencampuran antara air dan objek
vegetasi. Untuk mengatasi masalah tersebut,

108
UCAPAN TERIMAKASIH Combination Technique.
1. Kedua orang tua, Bapak Slamet dan Photogrammetric Engineering & Remote
Ibu Siti Asfiyah, yang sudah Sensing 73(12):1361-1391.
memberikan doa, dukungan baik Zhao HM., Chen XL. (2005), Use of
moril maupun materil. Normalized Difference Bareness Index
2. Ibu Nurlina, S.Si., M.Sc dan Bapak DR. in Quickly Mapping Bare Areas from
Ichsan Ridwan, M.Kom yang sudah TM/ETM+. Geoscience and Remote Sensing
membimbing dari awal sampai akhir. Symposium,
3. Sri Rohyanti dan Lia Lutfiana, yang
selalu memberikan support
terbaiknya, doa dan bantuan dalam
penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Gao B., (1996), NDWI-A Normalized
Difference Water Index for Remote
Sensing of Vegetation Liquid Water
From Space. Remote Sensing Environment
58(3): 257-266. doi:10.1016/S0034-
4257(96)00067-3.
Hidayah, Retna. 2012. Tata Bangunan dan
Lingkungan. Diktat Matakuliah TBDL
tidak dipublikasikan. Yogyakarta : PPS
UNY.
Kementerian Pekerjaan Umum. 2008.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor: 05/PRT/M/2008-Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Perkotaan.
Mapper, E. R. 1998. Earth Resources Mapper
User Manual. Ver. 6.0.87 Collin Street.
West Perth.
Purevdorj TS, Tateishi R., Ishiyama T., Honda
Y., (1998), Relationships between
Percent Vegetation Cover and
Vegetation Indices. 8 International
Journal of Remote Sensing and Earth
Science Vol. 13 No. 1 June 2016
USGS. 2013. Landsat 8.
http://landsat.usgs.gov/landsat8.php
Xu, H. (2007). Extraction of Urban Built-up
Land Features from Landsat Imagery
Using a Thematic oriented Index

109
Klasifikasi Penggunaan Lahan di DAS Maluka Provinsi
Kalimantan Selatan Menggunakan Transformasi
Tasseled Cap pada Citra Landsat 8

Muhammad Taufik Rahman, Ichsan Ridwan*, Nurlina


Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat

Email Korespodensi: [email protected]

ABSTRACT− Land use is one of the factors that influence the function of water management in a watershed.
Good and appropriate land use can benefit the surrounding area. Given the role and function of watershed
that are very important for human life at large, the management of watershed needs to be carried out
continuously and integrated. One effort in the framework of watershed management is to classify the land use
of the watershed area according to its use. The purpose of this study was to identify and determine the
accuracy of the land use classification results in the Maluka Watershed using Tasseled Cap Transformation on
Landsat 8 Imagery . Tasseled Cap Transformation aims to obtain data files Brightness, Greenness, and Wetness
which are then combined using the stacking layer. The method used to classify land use is Support Vector
Machine (SVM) by inputting eight land use classes which dominate in Maluka Watershed, namely water
bodies, settlements, swamp, forest, bare land, oil palm plantation, rice fields and rubber plantation. The result
of this classification is a map of land use in Maluka Watershed. The results of the study obtained eight classes
of land use in Maluka Watershed, namely water bodies with an area of 143.45 ha, settlements of 8,159.37 ha,
swamp of 15,769.52 ha, forest of 8,722.09 ha, bare land 23,735.54 ha, oil palm plantation 8,191.95 ha, paddy
fields 12,101.64 ha and rubber plantation 9,369.47 ha. The accuracy test obtained was 92.99% with a kappa
coefficient of 0.92.

KEYWORDS : Landsat 8; Land use; Maluka watershed; Support vector machine; Tasseled cap
transformation

PENDAHULUAN bentang alam yang sangat penting perannya


Setiap manusia membutuhkan lahan dalam melestarikan fungsi ekosistem yang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh akan bermanfaat bagi kehidupan. Ekosistem
karena itu, tidak bisa dipungkiri penggunaan DAS merupakan satu unit kesatuan ekologis
lahan saat ini menjadi sangat meningkat yang paling baik. Dalam ekosistem DAS
seiring dengan pertambahan penduduk yang berbagai tataguna lahan seperti bentuk
ada pada suatu daerah. Penggunaan lahan geomorfologi, flora dan fauna, bangunan-
merupakan salah satu faktor yang bangunan fisik serta manusia dan aktivitasnya
berpengaruh terhadap fungsi tata air di suatu bersama-sama menyusun kesatuan ekosistem
Daerah Aliran Sungai (DAS). Penggunaan tersebut (Soedjoko dan Fandeli, 2002). Provinsi
lahan yang baik dan tepat mampu Kalimantan Selatan memiliki beberapa DAS
memberikan keuntungan bagi daerah yang perlu mendapat perhatian serius dari
sekitarnya. semua pihak, karena kondisinya yang kritis.
DAS merupakan suatu kesatuan Salah satunya adalah DAS Maluka yang
110
terletak di Kabupaten Banjar, Tanah Laut dan ENVI. Pengguna dapat melihat anggota Pusat
Kota Banjarbaru. Mengingat peranan dan Pengamatan Bumi Yale untuk salinan ekspresi
fungsi DAS yang sangat penting bagi Matematika Band ENVI untuk menghasilkan
kehidupan manusia secara luas, maka lapisan data baru.
pengelolaan DAS perlu dilaksanakan secara Brightness :
terus menerus dan terpadu. Salah satu usaha =b1*0,3029+b2*0,2786+b3*0,4733+b4*0,5599+b5
dalam rangka pengelolaan DAS adalah *0,508+b6*0,1872 ...….(1)
mengklasifikasikan penggunaan lahan Greenness :
wilayah DAS tersebut sesuai dengan =b1*(-0,2941)+b2*(-0,243)+b3*(0,5424)+b4*
kegunaannya. 0,7276+b5*0,0713+b6*(-0,1608) ..…...(2)
Penelitian ini bertujuan untuk Wetness:
mengidentifikasi penggunaan lahan di DAS =b1*0,1511+b2*0,1973+b3*0,3283+b4*0,3407+b5
Maluka dan menenetukan akurasi hasil dari *(-0,7117)+b6*(-0,4559) ...….(3)
klasifikasi penggunaan lahan di DAS Maluka Keterangan :
menggunakan Transformasi Tasselled Cap b1 = band 1
pada citra Landsat 8. b2 = band 2
b3 = band 3
Transformasi Kauth Dan Thomas (Tasseled b4 = band 4
Cap) b5 = band 5
Transformasi Tasseled Cap dalam b6 = band 6
penginderaan jauh merupakan konversi dari (Baig et al , 2014).
pembacaan dalam satu set saluran ke dalam
nilai komposit. yaitu jumlah tertimbang dari METODE PENELITIAN
pembacaan saluran terpisah. Salah satu dari Penelitian ini berlokasi di Daerah Aliran
jumlah tertimbang ini mengukur kira-kira Sungai (DAS) Maluka yang terletak di
kecerahan setiap piksel dalam adegan. Nilai Kabupaten Banjar, Tanah Laut dan Kota
komposit lainnya merupakan kombinasi Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan.
linear dari nilai saluran yang terpisah, tetapi Prosedur penelitian ini diawali dengan
beberapa bobotnya negatif dan yang lainnya pengumpulan data sekunder yang diperlukan
positif. Salah satu dari nilai komposit ini seperti data Citra Landsat 8 OLI dan peta batas
mewakili tingkat kehijauan piksel dan yang DAS Maluka dalam format shp. Proses
lain mungkin mewakili tingkat kekuningan selanjutnya adalah pengolahan data yang
vegetasi atau mungkin kebasahan tanah. mana pada proses ini terbagi dalam beberapa
Biasanya hanya ada tiga variabel komposit. tahapan yaitu dari koreksi radiometrik,
Koefisien yang diterbitkan untuk koreksi geometrik, pemotongan citra,
menghasilkan Transformasi Tasseled Cap untuk transformasi tasseled cap, dan proses klasifikasi
sensor landsat OLI. Seseorang dapat penggunaan lahan. Seluruh proses
menggunakan Band Math di ENVI untuk pengolahan data dilakukan pada software
membuat file baru untuk data Brightness, ENVI 5.1 Selanjutnya adalah melakukan uji
Greenness, dan Wetness. Jika diinginkan, ketiga akurasi hasil dari pengolahan data dari
file baru ini dapat digabungkan menjadi satu klasifikasi penggunaan lahan di DAS Maluka
file menggunakan fungsi Layer Stacking di menggunakan uji akurasi nominal dengan

111
metode confusion matrix. Tujuan dari proses ini yang didapat >75 % maka dapat dilakukan ke
adalah untuk menguji tingkat akurasi hasil proses selanjutnya yaitu analisis data. Analisis
dari klasifikasi penggunaan lahan data dilakukan menggunakan software ArcGIS
menggunakan klasifikasi terbimbing 10.3 untuk mendapatkan hasil dari penelitian
(superviced classification) dengan metode yaitu berupa peta penggunaan lahan di DAS
support vector machine (SVM). Perhitungan Maluka dan luasan dari masing-masing kelas
keletitian dari hasil uji akurasi dilakukan penggunaan lahan yang ada di DAS Maluka.
dengan menghitung nilai kappa dari matriks Tahapan prosedur penelitian dapat dilihat
konfusi dengan menggunakan data dari pada Gambar 1.
Google Earth dan data lapangan sebagai
referensi validasi. Apabila hasil dari uji akurasi

Peta DAS Maluka Citra Landsat 8 Citra Ikonos,


Data Lapangan

Koreksi Radiometrik

Koreksi Geometrik

Pemotongan Citra

Klasifikasi Penggunaan Lahan


(Transformasi Tasseled Cap)

Tidak
Uji Akurasi

Ya
Peta Penggunaan Lahan DAS
Maluka

Gambar 1. Tahapan penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Maluka. Hasil dari klasifikasi menghasilkan


Pada penelitian ini identifikasi peta penggunaan lahan di DAS Maluka yang
penggunaan lahan di DAS Maluka dilakukan telah dilakukan proses analisis pada software
secara digital dan secara visual. Secara digital ArcGIS 10.3 (Gambar 2).
identifikasi penggunaan lahan menggunakan Berdasarkan data tabel 1 DAS Maluka
metode klasifikasi SVM. Klasifikasi SVM dari memiliki luas lahan sekitar 88.710,43 ha.
data citra Landsat 8 dilakukan untuk Penggunaan lahan yang mendominasi yaitu
pengelompokan penggunaan lahan di DAS lahan terbuka sekitar 26,76 %. Kemudian pada

112
daerah rawa sekitar 17,78 %, untuk daerah klasifikasi yang diperoleh menunjukkan
sawah sekitar 13,64 %. Selanjutnya pada adanya tutupan berupa awan dan bayangan
daerah perkebunan karet memiliki luasan awan menyebabkan beberapa area tidak dapat
sekitar 10,58 %, hutan sekitar 9,83 %, diidentifikasi jenis penggunaan lahannya.
perkebunan sawit sekitar 9,23 %, dan Pada penelitian ini tutupan awan sebesar 1,77
pemukiman sekitar 9,20 %. Untuk daerah % dan bayangan awan sebesar 1,06 % dari luas
tubuh air memiliki luasan yang terendah dari wilayah keseluruhan.
pada daerah lainnya yaitu sekitar 0,16 %. Hasil

Gambar 2. Peta penggunaan lahan di DAS maluka

Tabel 1. Jenis dan luas penggunaan lahan di DAS maluka


No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persen (%)

1 Tubuh Air 143,45 0,16


2 Pemukiman 8.159,37 9,20
3 Rawa 15.769,52 17,78
4 Hutan 8.722,09 9,83
5 Lahan Terbuka 23.735,54 26,76
6 Perkebunan Sawit 8.191,95 9,23
7 Sawah 12.101,64 13,64
8 Perkebunan Karet 9.369,47 10,56
9 Awan 1.574,58 1,77

113
10 Bayangan Awan 942,81 1,06

Total 88.710,43 100

Tabel 2. Matriks penaksiran akurasi hasil klasifikasi


Hasil Data Lapangan (Piksel) Total PA UA
Klasifikasi TA PM R H LT PS S PK A BA (Piksel) (%) (%)

TA 389 0 0 0 2 0 0 0 0 2 393 78,90 98,98


PM 9 2807 7 0 2 0 22 0 44 3 2894 95,06 96,99
R 4 20 3456 5 7 0 39 0 6 56 3593 98,71 96,19
H 1 1 3 3447 5 166 0 83 13 53 3772 94,41 91,38
LT 0 62 15 2 2643 24 217 5 11 0 2979 95,38 88,72
PS 0 6 0 83 8 487 0 34 0 0 618 58,53 78,80
S 1 37 8 0 67 1 2422 0 81 8 2625 87,47 92,27
PK 0 0 0 57 1 154 0 1364 0 0 1576 91,79 86,55
A 4 20 0 0 36 0 0 0 3424 0 3484 95,67 98,28
BA 85 0 12 57 0 0 69 0 0 2372 2595 95,11 91,41
Total 493 2953 3501 3651 2771 832 2763 1486 3579 2494 24529 - -
Overall Accuracy (Akuasi Keseluruhan) 92,99%
Kappa Coefficient (koefisien Kappa) 0,92

Keterangan : akurasi produser dan akurasi pengguna.


TA = Tubuh Air Akurasi Produser mengindikasikan rasio kelas
A = Awan yang terklasifikasikan terhadap kelas (data)
PM = Pemukiman yang sebenarnya di lapangan. Sedangkan
BA = Bayangan Awan Akurasi Pengguna mengindikasikan
R = Rawa kebenaran kuantitatif setiap kelas dalam peta
PK = Perkebunan Karet tematik hasil klasifikasi dengan kelas (data)
H = Hutan sebenarnya di lapangan (ground truth). Pada
PA = Producer’s Accuracy kelas penggunaan lahan di DAS Maluka,
LT = Lahan Terbuka akurasi produser yang paling tinggi adalah
UA = User’s Accuracy kelas rawa dengan 98,71 %. Sedangkan akurasi
PS = Perkebunan Sawit produser paling rendah adalah kelas
S = Sawah perkebunan sawit sebesar 58,53 %. Begitupun
Berdasarkan data pada tabel 2 dengan akurasi pengguna perkebunan sawit
dihasilkan akurasi keseluruhan klasifikasi memiliki nilai yang paling rendah yaitu sekitar
penggunaan lahan di DAS Maluka sekitar 78,80 % dan akurasi pengguna yang paling
92,99 %. Tingkat ketelitian ini telah memenuhi tinggi adalah kelas tubuh air dengan 98,98 %.
syarat ketelitian interpretasi minimal 75 %.
Sedangkan Nilai koefisien kappanya sekitar KESIMPULAN
0,92. Penentuan akurasi hasil klasifikasi Berdasarkan analisis penggunaan lahan
penggunaan lahan di DAS Maluka di DAS Maluka menggunakan citra satelit
(menggunakan confusion matrix) untuk setiap Landsat 8 OLI, dapat disimpulkan yaitu:
kelas dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu
114
1. Hasil dari penelitian ini diperoleh 8 kelas Sistem Informasi Geografis. Gajah Mada
penggunaan lahan yang ada di DAS University Press. Yogyakarta.
Maluka yaitu tubuh air dengan luas 143,45 Soedjoko, S.A. & C. Fandeli. 2002. Kriteria
ha, pemukiman 8.159,37 ha, rawa 15.769,52
Indikator Dan Parameter Kerusakan
ha, hutan 8.722,09 ha, lahan terbuka
Ekosistem Daerah Aliran Sungai (Studi
23.735,54 ha, perkebunan sawit 8.191,95
ha, sawah 12.101,64 ha dan perkebunan Kasus DAS Srayu)”. Makalah disajikan
karet 9.369,47 ha . dalam Seminar Prosiding Monitoring
2. Uji akurasi klasifikasi penggunaan lahan di dan Evaluasi Pengelolaan DAS,
DAS Maluka menggunakan confusion Surakarta.
matrix diperoleh hasil penelitian sebesar Stehman, S. V & R.L. Czaplewski. 1997. Design
92,99 % untuk nilai akuasi keseluruhan
and Analisys for Thematic Map
(Overall Accuracy) dengan nilai koefisien
kappa sebesar 0,92. Accuracy Assessment: Fundamental
Principles. Remote sensing of Environment.
UCAPAN TERIMA KASIH Vol. 64. Pp. 331-344.
Ucapan terima kasih kami ucapkan
kepada USGS dan Google Earth sebagai
penyedia data, serta Prodi Fisika FMIPA
ULM sebagai penyedia sarana prasarana
penelitian ini, sehingga dapat dipublikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Baig, M. H.A., L. Zang, T. Shuai, & Q. Tong.
2014. Penurunan transformasi topi tasselled
berdasarkan Landsat 8 pantulan di satelit,
Remote Sensing Letters, ISSN: 2150/7058.
Kauth, R.J. & G.S. Thomas, 1976. The Tasseled-
cap -- A Graphic Description of the Spectral-
temporal Development of Agricultural Crops
as Seen by Landsat. Paper presented at the
Symposium on Machine Processing of
Remotely-sensed Data, West Lafayette,
Indiana.
Lilesand,T.M., R.W. Kiefer, & J.W. Chipman.
2004. Remote Sensing and Image
Interpretation. United States of America :
Addison-Wesley.
Septiady, B. & Sudaryatno. 2018. Pemetaan
Potensi Genangan Di DAS Ciujung Banten
Dengan Teknologi Penginderaan Jauh Dan
115
Prediksi Sebaran Reservoir Batu Pasir Menggunakan Analisa
Atribut Seismik dan Inversi Acoustic Impedance pada Lapangan
FC-85 Cekungan Tarakan Kalimantan Utara

Rima Niatunai1,*), Husein Agil Almunawwar2), Muh Resky Ariansyah3), Simon Sadok Siregar1),
Fahrudin1)
1) Universitas Lambung Mangkurat
2) Pertamina EP Asset 5
3) Universitas Hasanudin

Email korespodensi* : [email protected]

ABSTRACT− Sandstone reservoir distribution has been approved based on seismic attribute analysis and
inversion acoustic impedance in the FC-85 Field in the Tarakan Basin in North Kalimantan based on 3D
seismic volume post-Stack Time Migration data and well data. Seismic Research Attributes (square root &
instantaneous frequency) and seismic inversion analysis (Model Based), obtained a map of the distribution of
reservoir areas and also the producer of a new production well drilling locations. The results of good seismic
and logging data records are carried out and interpreted to get a backup map based on the amplitude,
frequency and acoustic impedance values. Based on the analysis of the RMS seismic attribute and
Instantaneous Frequency, a zone which can be identified as a sandstone reservoir area is located northeast of
and south of the FC-85 field where the zone is marked by high amplitude and low frequency values. Based
on the results of the acoustic impedance seismic analysis, for the sensitivity test the data obtained obtained
the acoustic impedance rating of the target zone sandstone reservoir reaching from 6000 ((m / s) * (g / cc)) -
7500 ((m / s) * (g) / cc)), but cannot complete sandstone lithology and shale. For areas that are suspected of
reserves that can be used the location of drilling new production wells can be placed in the northeast to east
and south to southwest of the FC-1 well.

KEYWORDS : acoustic impedance; instantaneous frequency; RMS amplitude; sandstone; seismic attribute;
seismic inversion.

116
PENDAHULUAN mengidentifikasi perubahan litologi yang
Dalam proses eksploitasi ekstrim seperti pada kasus pasir gas dan
hidrokarbon, dibutuhkan informasi bawah chanel deltaic. RMS amplitude secara
permukaan yang akurat agar penentuan matematis:
lokasi pengeboran sumur produksi baru
𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜 𝑅𝑀𝑆 = ∑ 𝑎 (1)
lebih cepat, tepat dan efisien dalam
pembiayaan. Teknologi seismik refleksi keterangan:

merupakan metode yang efektif untuk N : Jumlah sampel amplitude pada jendela

menginterpretasikan kondisi bawah analisis

permukaan seperti susunan litologi, 𝑎 : Besar amplitude

keberadaan patahan dan juga sebaran Sedangkan untuk instantaneous

reservoar. Untuk menghasilkan interpretasi frequensi, prinsip dasarnya yaitu

yang lebih akurat pada metode seismic merepresentasikan besarnya perubahan

refleksi, dibutuhkan proses lanjutan lain Fasa Sesaat terhadap waktu atau sebagai

misalnya dengan dilakukan analisa atribut slope jejak fasa yang diperoleh dari turunan

seismik dan seismik inversi. pertama dari fasa sesaat. Dimana secara

Seismik atribut merupakan suatu matematis bisa dituliskan sebagai berikut:


( )
transformasi matematis dari data tras 𝜔(𝑡) = 𝑡𝑎𝑛 .( )
(2)
seismik yang mempresentasikan besaran keterangan :
waktu, amplitudo, fase, frekuensi, dan ω (t) = frekuensi sesaat
atenuasi guna menampilkan beberapa 𝑓 ∗ (𝑡) = jejak seismik imajiner
informasi properti fisik ataupun anomali 𝑓(𝑡) = jejak seismik riil
bawah permukaan yang mula-mula tidak Barnes (1999) juga menjelaskan bahwa
teridentifikasi oleh data konvensional Frekuensi sesaat memberikan informasi
(Barnes, 1999). Menurut Brown (2000) tentang perilaku gelombang seismik yang
atribut seismik diklasifikasikan kedalam mempengaruhi perubahan frekuensi
empat atribut turunan yaitu waktu, seperti efek absorbsi, rekahan, dan
amplitudo, frekuensi, dan atenuasi. ketebalan sistem pengendapan. Atenuasi
Dalam penelitian ini menggunakan dua gelombang seismik ketika melewati
jenis atribut turunan amplitude yaitu reservoir gas dapat dideteksi sebagai
Atribut RMS (Root Mean Square) dan Atribut penurunan frekuensi, fenomena ini lebih
Frekuensi Sesaat (Instantaneous Frequency). dikenal dengan “low frequency shadow”.
Menurut Sukmono (2007) RMS Amplitudo Seismik inversi merupakan metode
merupakan atribut yang mengakarkan yang digunakan untuk membuat model
jumlah energi dalam domain waktu. geologi bawah permukaan dengan
Atribut ini sangat sensitif terhadap nilai menggunakan data seismik sebagai input
amplitudo yang ekstrim dan berguna untuk dan data sumur sebagai kontrol (Sukmono,

117
2007). Secara umum metode seismik inversi dalam mengidentifikasi zona reservoir.
adalah suatu proses untuk mengubah data Dikman et al.,(2015) juga melakukan
seismik yang berupa kumpulan nilai-nilai penelitian serupa yang dilakukan di
amplitude kedalam kumpulan nilai cekungan Sumatera menggunakan metode
impedansi. Perbedaan antara data seismik seismik inversi. Dalam penelitian tersebut
dengan data impedansi akustik adalah metode inversi seismik cukup bagus dalam
bahwa data seismik hanya melihat pola memberikan gambaran target reservoir
perlapisan bumi sedangkan data impedansi sebagain zona dengan anomali impedansi
akustik melihat sifat fisik dalam lapisan itu yang rendah. Sanjaya et al.,(2014) juga
sendiri (Putri & Santosa, 2014). melakukan penelitian analisis sifat fisis
Impedansi akustik (IA) merupakan reservoar menggunakan metode seismik
parameter fisis yang didefinisikan sebagai inversi dan atribut seismik. Dalam
perkalian antara nilai kecepatan gelombang penelitian tersebut, seismik inversi
seismik dengan densitas batuan. Secara berperan sangat bagus dalam memisahkan
matematis bisa didefinisikan sebagai litologi batuan.
berikut: Lapangan FC-85 secara geografis
𝐼𝐴 = 𝜌. 𝑉 (3) terletak di Kabupaten Nunukan,
keterangan : Kalimantan Utara. Memiliki pola struktur
𝐼𝐴 = Impedansi Akustik antiklin dan juga berada dalam wilayah
𝜌 = densitas cekungan Tarakan. Pada umumnya, daerah
𝑉 = kecepatan gelombang cekungan seringkali menjadi tempat
Nilai impedansi akustik (AI) dimana reservoir hidrokarbon bisa
berbanding lurus dengan kekerasan batuan ditemukan. Sehingga dilakukan penelitian
dan berbanding terbalik dengan porositas di Lapangan FC-85 dengan tujuan untuk
batuan. Besar kecilnya nilai AI juga memprediksi sebaran reservoar batupasir
dipengaruhi oleh cepat rambat gelombang. yang bisa dijadikan sebagai lokasi
Maka dari itu IA dapat digunakan sebagai pengeboran sumur produksi baru.
indikator jenis litologi, nilai porositas, jenis
hidrokarbon, dan pemetaan litologi dari METODE PENELITIAN
suatu zona reservoir (Sukmono, 1999). Data Penelitian
Penelitian sebelumnya pernah Data yang digunakan merupakan
dilakukan oleh Putri dan Santosa (2014) di data seismik 3D Post Stack Time Migration
cekungan Kutai. Berdasarkan hasil (PSTM) dari lapangan FC-85, data sumur
penelitian tersebut, impedansi akustik tidak sebagai data control dan data geologi
dapat memisahkan litologi pada daerah sebagai acuan. Untuk data 3D PSTM
penelitian. Akan tetapi hasil atribut RMS memiliki jumlah inline 212 (1-212) dan
amplitude cukup baik untuk digunakan jumlah crossline 212 (1-212). Untuk data

118
sumur yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan pada jendela dibawah 10 ms, 15
ada 2 sumur yaitu sumur FC-1 (inline 88, ms dan 20 ms dari top horizon. Dari
xline 91) dan sumur FC-2 (inline 46, xline 82). pembandingan hasil atribut rms amplitude
Pada Gambar 1 berikut merupakan base dengan frekuensi sesaat maka nanti akan
map data seismik dari lapangan FC-85. diperoleh peta sebaran reservoar
berdasarkan nilai amplitude dan frekuensi.
Untuk seismik inversi IA, proses
diawali dengan melakukan uji sensitivitas
dengan mengcrossplot antara log
impedansi dengan log gamma ray.
Crossplot ini dilakukan untuk melihat
persebaran respon dari data log yang
disandingkan dan juga untuk mendapatkan
nilai kisaran impedansi akustik pada tiap
Gambar 1 Base map data seismik
jenis batuan. Data dikatakan sensitive jika
data tersebut mampu menunjukkan respon
Pengolahan Data litologi yang berbeda.
Dalam penelitian ini digunakan dua Tahapan inversi selanjutnya yaitu
analisa yaitu atribut seismik dan seismik ekstraksi wavelet. Wavelet sangat
inversi impedansi akustik. Untuk analisa mempengaruhi nilai korelasi pada saat well
atribut seismik menggunakan dua atribut seismic tie, sehingga wavelet yang
yaitu RMS amplitude dan frekuensi sesaat. diekstraksi harus mampu mengcover
Sementara untuk analisa inversi seismik pengikatan data seismik dengan data
impedance akustik hanya menggunakan sumur. Ketika telah didapatkan wavelet
model based. Dimana kunci utama dari yang paling sesuai, tahapan selanjutnya
model based yaitu mencari model yang yaitu melakukan korelasi antara data
paling mendekati keadaan sebenarnya seismik yang memiliki domain time dan
(Russel,1991). data sumur yang memiliki domain
Dalam proses ekstraksi atribut kedalaman (well seismic tie). Untuk standar
seismik, diperlukan proses picking horizon minimum nilai korelasi yaitu ± 0.5 dimana
terlebih dahulu untuk membatasi zona semakin mendekati 1 maka data semakin
target. Batas zona target (horizon) valid dengan asumsi data seismik telah
digunakan untuk membuat peta struktur ditempatkan pada kedalaman yang
waktu dan juga peta struktur kedalaman mendekati sebenarnya. Jika sudah ada
yang mana peta tersebut dibutuhkan untuk kesesuaian antara data seismik dengan data
proses ekstraksi atribut seismik. Ekstraksi sumur, proses selanjutnya dilakukan
atribut RMS amplitude dan frekuensi sesaat analisa data seismik yang bertujuan untuk

119
menandai zona target. Zona target tersebut sangat diperlukan, karena jika tidak ada
digunakan untuk membuat model initial data checkshot akan mengubah posisi
yang mana model initial tersebut kedalaman sumur sebenarnya.
digunakan sebagai masukan untuk proses Untuk hasil proses well seismic tie
analisis inversi dan inversi seismik. Untuk yang dilakukan pada sumur FC-1 dan FC-2
memahami alur penelitian lebih jelas lagi dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
perhatikan pada Gambar 2. Berdasarkan hasil well seismic tie
didapatkan pada sumur FC-1 didapatkan
nilai korelasi sebesar 0.652 dan untuk
sumur FC-2 didapatkan nilai korelasi
sebesar 0.658. Karena standar korelasi
minimum ± 0.5, maka korelasi tersebut
cukup lumayan untuk dipakai pada
tahapan selanjutnya.

Gambar 2 Diagram alir tahapan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Ekstraksi Wavelet dan Well Seismic Tie
Gambar 3 Hasil well to seismic tie pada
Dalam penelitian ini hanya
sumur FC-1 dengan korelasi 0.652.
menggunakan satu wavelet konstan yaitu
statistical karena wavelet ini mampu
memberikan korelasi paling baik
dibandingkan wavelet jenis lainnya pada
penelitian ini. Setelah proses ekstraksi
wavelet, dilakukan proses konvolusi antara
koefisien refleksi dari data sumur dengan
wavelet sehingga akan dihasilkan synthetic
seismogram yang akan digunakan untuk
proses well seismic tie dimana data seismik
diikat dengan data sumur sehingga akan
Gambar 4 Hasil well to seismic tie pada
didapatkan keadaan geologi yang
sumur FC-2 dengan korelasi 0.658.
sebenarnya. Dalam hal ini data checkshot

120
Analisa Atribut Seismik ms, 15 ms dan 20 ms dari top horizon. Pada
Sebagaimana telah dijelaskan Zona peta terlihat bahwa reservoar batu pasir
DHI (Direct Hydrocarbon Indicator) identik berkembang pada daerah timur laut dan
dengan nilai amplitudo yang sangat tinggi barat daya Lapangan FC-85 yang
dan juga nilai frekuensi yang sangat ditunjukkan dengan nilai amplitudo yang
rendah. Pada map surface attribute RMS tinggi. Untuk Gambar 6 menunjukkan peta
dan instantaneous frequency, zona yang hasil attribute seismik Instantaneous
memiliki amplitudo rendah dan juga Frequency pada window yang sama dengan
frekuensi yang rendah ditunjukkan dengan RMS Amplitudo. Dari peta ini terlihat
warna ungu hingga biru dan untuk zona bahwa nilai frekuensi yang rendah berada
yang memiliki amplitudo tinggi dan pada daerah timur laut dan selatan dari
frekuensi yang tinggi ditunjukkan dengan Lapangan FC-85.
warna hijau hingga merah seperti pada
Gambar 5 dan Gambar 6. Analisa Sensitivitas
Dalam penelitian ini dilakukan
crossplot antara P-Impedance terhadap
Gamma ray untuk mengetahui litologi
batuan dan juga mengetahui persebaran
reservoar. Dalam penelitian ini, crossplot
dilakukan hanya pada zona target yaitu
antara horizon MF_3 dan horizon FS_23.
Gambar 5 Map attribute RMS ( Rms Pada sumur FC-1 horizon MF_3
Amplitude ) pada zona target MF_3. diperkirakan berada pada kedalaman 2250
ft sementara untuk horizon FS_23 sekitar
3000 ft. Untuk sumur FC-2 horizon MF_3
diperkirakan berada di kedalaman 2250 ft
sementara untuk horizon FS_23 kurang
lebih pada kedalaman 3150 ft. Crossplot
dilakukan dengan cara memplot silang dua
data log (P-Impedance vs Gamma Ray) pada
sumbu x dan y dengan parameter color key
adalah data log density.
Gambar 6 Map attribute Instantaneous Litologi batu pasir yang menjadi
Frequency pada zona target MF_3. target reservoar ditunjukkan dengan zona
bewarna kuning, sementara untuk zona
Gambar 5 menunjukkan peta hasil shale yang bewarna hijau. Untuk nilai
attribute seismik menggunakan analisa impedansi yang mengindikasikan target
RMS amplitude pada window dibawah 10

121
reservoir batu pasir diperkirakan berada
pada kisaran 6000 ((m/s)*(g/cc)) – 7500
((m/s)*(g/cc)), dengan nilai gamma ray
mencapai 70 API, nilai tersebut juga
dikontrol oleh log densitas sebagai
parameter warna dimana reservoir batu
pasir memiliki nilai antara 2.2 g/cc – 2.3 g/cc.
Namun pada hasil crossplot yang telah
dilakukan terlihat bahwa antara litologi Gambar 8 Crossplot P-Impedance Vs Gamma
sand dan shale tidak bisa dipisahkan, hal ini Ray dari sumur FC-2.
ditunjukkan dengan zona yang diberikan
lingkaran merah. Hal ini dapat terjadi
karena lingkungan pengendapan di
Lapangan FC-85 merupakan tipikal
reservoar deltaik yang memiliki
karakteristik reservoar batu pasir yang
tipis, hal ini juga ditunjukkan oleh cross
section pada Gambar 9 dan 10 bahwa litologi
shale lebih dominan daripada litologi sand
pada Horizon MF_3 & FS_23. Dari tipikal
Gambar 9 Cross Section P-Impedance Vs
log Gamma Ray juga terlihat dari horizon
Gamma Ray dari sumur FC-1.
FS_23 sampai dengan MF_3 memiliki
sekuen yang semakin menghalus (fining
upward), yang disebabkan oleh adanya fase
transgresi yaitu kondisi dimana naiknya
muka air laut yang membawa lebih banyak
sedimen shale dibandingkan sand.

Gambar 10 Cross Section P-Impedance Vs


Gamma Ray dari sumur FC-2.

Inversi Impedansi Akustik


Untuk mengetahui nilai impedansi
Gambar 7 Crossplot P-Impedance Vs Gamma akustik, maka diperlukan proses inversi
Ray dari sumur FC-1 pada zona target. Zona target pada

122
penelitian ini yaitu pada horizon MF_3 dan
horizon FS_23. Sementara metode yang
digunakan dalam penelitian ini hanya
inversi model based.

Analisis Inversi Impedansi Akustik


Analisis inversi diperlukan untuk
mengkoreksi data sebelum masuk
ketahapan inversi dan meminimalisir hasil Gambar 10 Analisis Inversi model based pada
invesi yang kurang baik, dengan sumur FC-1.
memasukkan parameter-parameter agar
hasil inversi yang didapat memiliki akurasi
yang baik. Untuk hasil analisis inversi
model based dapat dilihat pada Gambar 15
dan Gambar 16.
Target inversi dalam analisis inversi
linier model based yaitu daerah reservoar 50
ms sebelum horizon MF_3 dan 50 ms setelah
horizon FS_23. Berdasarkan hasil analisis
inversi terlihat adanya kecocokan tren Gambar 11 Analisis Inversi model based pada
sumur FC-2.
antara kurva impedansi data sumur dengan
kurva impedansi hasil inversi. Pada sumur
Inversi Model Based
FC-1, besar error rmsnya yaitu 1398.61
sementara antara sintetik dengan data Setelah melewati tahapan analisis

seismik memiliki korelasi sebesar 0.948699 inversi, kemudian dilakukan inversi model
based sehingga akan dihasilkan
dan error sebesar 0.38712 Pada sumur FC-2
penampang impedansi seperti pada
error rmsnya sebesar 1902.77 sementara
antara sintetik dan data seismik memiliki Gambar 16.

korelasi sebesar 0.930506 dan error sebesar


0.469547.

Gambar 12 Penampang impedansi dari inversi


model based lapangan FC-85 yang melewati
sumur FC-1.

123
Berdasarkan hasil inversi yang telah menjadi bias apakah merupakan batu pasir
dilakukan, terlihat adanya kecocokan atau shale, namun bila memang zona
antara log accosutic impedance dari sumur tersebut merupakan sandstone karena
dengan nilai acoustic impedance hasil inversi. didukung oleh hasil analisa atribut seismic
Setelah hasil inversi didapatkan cukup baik, sebelumnya yang menunjukkan bahwa di
maka diperlukan ektraksi nilai impedansi zona tersebut adalah daerah potensi
akustik kedalam peta struktur kedalaman hidrokarbon, maka kemungkinan besar
untuk melihat dimanakah daerah atau akan memiliki properti batuan yang tight
zona-zona reservoar batu pasir dengan secara permeabilitas. Sehingga, dapat
mengacu pada nilai impedansi. Gambar 17 dikatakan bahwa metode inversi seismik
adalah peta hasil ekstraksi nilai impedansi accoustic impedance kurang sensitive dalam
akustik kedalam peta struktur kedalaman memisahkan litologi batu pasir dan shale.
pada pada window dibawah 10 ms, 15 ms
dan 20 ms dari horizon MF_3. Interpretasi Hasil
Berdasarkan hasil analisa yang telah
dilakukan dengan membandingkan antara
hasil analisa atribut seismik RMS amplitude
& instantaneous frequency serta inversi
seismik yang terlihat pada Gambar 18,
terlihat bahwa analisa atribut seismik RMS
& instantaneous frequency menunjukkan
zona-zona potensi hidrokarbon di daerah
timur laut serta selatan dari Lapangan FC-
Gambar 13 Persebaran AI pada peta struktur
kedalaman horizon MF3.
85 yang ditandai dengan nilai amplitude
yang tinggi serta frekuensi yang rendah.
Berdasarkan hasil uji sensistvitas, Sedangkan dari hasil analisa inversi
reservoar batu pasir di Lapangan FC-85 seismik, terlihat bahwa nilai impedansi
memiliki nilai impedansi akustik 6000 akustik 6000 ((m/s)*(g/cc)) – 7500
((m/s)*(g/cc)) – 7500 ((m/s)*(g/cc)), zona- ((m/s)*(g/cc)) juga berada pada daerah
zona yang memiliki nilai impedansi timur laut dan selatan tetapi hal ini menjadi
tersebut ditunjukkan oleh lingkaran bias karena dari hasil uji sensistivitas terjadi
berwarna merah. Tetapi dari hasil uji overlap antara litologi batu pasir dan shale,
sensitivitas juga menunjukkan bahwa hal ini kemungkinan diakibatkan karena
terjadi overlap antara litologi batu pasir lingkungan pengendapan di Lapangan FC-
dengan shale pada nilai akustik impedansi 85 merupakan lingkungan pengedapan
tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa zona deltaic yang memiliki karakteristik
yang ditunjukkan dengan lingkaran merah reservoar batu pasir tipis sehingga metode

124
inversi seismik menjadi kurang sensitive didapatkan rentang nilai impedansi
dalam memisahkan litologi batu pasir dan akustik reservoar batu pasir zona
shale. Oleh karena itu dibutuhkan metode target berkisar dari 6000
lain yang dapat memisahkan litologi ((m/s)*(g/cc)) – 7500 ((m/s)*(g/cc)),
tersebut agar interpretasi zona-zona namun tidak dapat memisahkan
potensial reservoar batu pasir di Lapangan litologi batu pasir dan shale.
FC-85 dapat menjadi akurat. 3. Berdasarkan hasil analisa yang telah
dilakukan dengan membandingkan
antara hasil analisa atribut seismik
RMS amplitude & Instantaneous
Frequency serta inversi seismik,
terlihat bahwa sebaran batu pasir
yang berpotensi memilki
hidrokarbon berada pada daerah
timur laut dan selatan dari
Lapangan FC-85.
4. Daerah dugaan reservoar yang bisa
Gambar 14 Kemungkinan zona reservoar pada
dijadikan lokasi titik pengeboran
horizon zona target.
sumur produksi baru berada di
sebelah timur laut hingga timur dan
KESIMPULAN
selatan hingga barat daya dari
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil
sumur FC-1.
penelitian yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut : UCAPAN TERIMA KASIH
1. Berdasarkan hasil analisa attribute Penulis mengucapkan terima kasih
seismik dengan menggunakan yang sebesar-besarnya kepada dosen
analisa RMS dan Instantaneous pembimbing internal maupun eksternal
Frequency, didapatkan zona yang dan juga staff PT Pertamina EP Asset 5 yang
bisa diidentifikasikan sebagai
sudah memberikan kesempatan kepada
daerah reservoar batupasir
penulis untuk melakukan penelitian di PT
disebelah timur laut dan selatan dari
Pertamina EP Asset 5.
lapangan FC-85 dimana zona
tersebut ditandai dengan nilai
DAFTAR PUSTAKA
amplitude tinggi dan frekuensi
Barnes, A.E. 1999. Seismic attributes: past,
rendah.
2. Berdasarkan hasil analisa seismik present, and future, Society of
inversi impedansi akustik dengan Exploration Geophysics, USA.
menggunakan model based, untuk Brown, A.R. 2000. Interpretation of Three-
uji sensitivitas data sumur Dimensional Seismic Data, Fifth Edition.

125
AAPG Memoir 42 SEG Investigations Sanjaya D.N., D.D. Warnana & B.J. Sentosa.
in Geophysics, Oklahoma. 2014. Analisis Sifat Fisis Reservoar
Dikman S.T., A. Susilo & S. Sabbeq. 2015. Menggunakan Metode Seismik
Korelasi Data Log Sumur dan Seismik Inversi Acoustic impedance (AI) dan
untuk Penyebaran Litologi dan Porositas Multiatribut (Studi Kasus Lapangan
Reservoir Hidrokarbon Formasi Gumai F3). JURNAL SAINS DAN SENI
Cekungan Sumatera Selatan. Natural B. POMITS. 3: 2337-3520.
3: 166-174. Sukmono, S. 1999. Seismik Inversi Untuk
Putri S.H. & B.J. Sentosa. 2014. Aplikasi Karakterisasi Reservoir. Departemen
Inversi Seismik untuk Karakterisasi Teknik Geofisika. Institut Teknologi
Reservoir Lapangan Y Cekungan Bandung, Bandung.
Kutai, Kalimantan Utara. Jurnal Sains Sukmono, S. 2007. Fundamental of seismic
Dan Seni Pomits. 3: 2337-3520. Interpretation. Geophysical
Russell, B.H. 1991. Introduction to Seismic Engineering. Bandung Institue of
Inversion Methods, Third edition. Seciety Teknologi, Bandung.
of Exploration Geophysicists, Calgary,
Alberta.

126
Identifikasi Batu Andesit Menggunakan Metode Geolistrik
Konfigurasi Schlumberger 2D Di Kecamatan Pengaron,
Kalimantan Selatan

Selvy Tiurma Simamora, Sri Cahyo Wahyono*, Simon Sadok Siregar


Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lambung Mangkurat

Email Korespondensi : [email protected]

ABSTRACT- Identification of andesite stone layers research has been carried out using the Schlumberger
configuration geoelectric 2D method in Pengaron District, Banjar District, South Kalimantan Province.
Measurements were made of five lines with a length of 270 m. The research objective is to model 2D cross
sections, determine the type of lithology and depth and thickness of andesite in the study area. Based on the
results of research data found three layers namely top soil (gravel), Clay and andesite rocks with resistivty
values 39.0–1000 Ωm were indicated as clay, gravel and andesite spread almost dise all tracks with a thickness
of 10–86 m and depth of andesite are at a depth of 10–55 m.

KEYWORDS: 2D geoelectric method; Andesite Stone; Pengaron; Resistivity.

PENDAHULUAN dijadikan lahan perkebunan seperti karet,


Kecamatan Pengaron merupakan salah langsat, cempedak dan durian. Dari formasi
satu daerah potensi bahan galian berupa batu pada peta geologi ada batu andesit yaitu pada
andesit. Kebutuhan batu andesit sebagai formasi pitanak yang terdiri atas lava andesit
sarana dan prasarana untuk mendorong dengan breksi-konglomerat vulkanik. Dalam
kegiatan usaha dalam melakukan eksplorasi. penelitian ini di lakukan untuk mendapatkan
Untuk menentukan nilai tahanan jenis batu informasi berupa kedalaman, ketebalan dan
andesit di Kecamatan Pengaron maka perlu persebaran batu andesit dengan cara melihat
dilakukan penyelidikan pendugaan bawah nilai resistivity serta akan dibuat penampang
permukaan dengan metode geofisika. Salah 2D data geolistrik dengan daerah penelitian
satu metode yang dapat digunakan adalah yaitu Daerah Kecamatan Pengaron,
metode geofisika. Kalimantan Selatan.
Kecamatan Pengaron terdapat potensi
sumber pendapatan dalam mengembangkan Kondisi Geologi Kecamatan Pengaron
modal untuk dijadikan usaha batu andsit. Secara geografis Kecamatan Pengaron,
Kecamatan Pengaron, Kalimantan Selatan terletak di antara 3°9’34” – 3°17’58” Lintang
memiliki jenis tanah yang subur untuk lahan Selatan dan 115°7’50” – 115°5’43” Bujur
perkebunan dan jenis tanah yang Timur. Jenis batuan yang mendomasi daerah
mendominasi adalah tanah alluvial, podsolik, penelitian yaitu Formasi Pitanak (Kvpi) terdiri
dan laotosol. Selain itu beberapa masyarakat atas lava andesit berwarna kelabu, umumnya
disana memanfaatkan lahan kosong untuk berisi zeolit dan setempat berstruktur bantal.

127
Berasosiasi dengan breksi-konglomerat Konfigurasi Schlumberger
vulkanik, umumnya lapuk berwarna coklat Metode geolistrik konfigurasi
berkomponen andesit-basalt porfiri dengan Schlumberger adalah metode yang banyak
masa dasar batu pasir gunung api. Tebal digunakan mengetahui lapisan batuan
formasi ini 500 m dengan lingkungan permukan untuk mencari keberadaaan
pengendapan laut dalam (Sikumbang & lapisan. Pengukuran dengan konfigurasi
Heryanto, 1994). Schlumberger menggunakan empat elektroda,
yang masing–masing ditunjukkan pada
Metode Geolistrik gambar. Resistivitas semu yang terukur
Metode geolistrik merupakan salah satu merupakan resistivitas gabungan dari
metode geofisika yang mempelajari sifat beberapa lapisan tanah yang dianggap
aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana sebagai satu lapisan homogen. Susunan
cara mendeteksinya di permukaan bumi. elektroda konfigurasi Schlumberger
Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial dilustrasikan oleh gambar dibawah ini :
dan pengukuran arus yang terjadi baik secara
alamiah maupun akibat injeksi arus kedalam
bumi. Oleh karena itu metode geolistrik
mempunyai banyak macam, salah satunya
adalah metode geolistrik tahanan jenis atau
resistivitas. Prinsip dalam metode geolistrik
Gambar 1. Konfigurasi Schlumberger (Telford,
yaitu, arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi 1990).
melalui dua elektroda arus, sedangkan
potensial yang terjadi diukur melalui dua Batu Andesit
elektroda potensial. Besarnya beda potensial Batuan andesit adalah batuan beku yang
diantara kedua elektroda potensial tersebut terjadi akibat pembentukan magma di dekat
selain tergantung pada besarnya arus yang atau di permukaan bumi. Batuan andesit ini
dialirkan kedalam bumi, juga tergantung bertekstur kerikil sampai dengan bongkah.
pada letak kedua elektroda potensial tersebut Secara umum berwarna segar abu-abu, keras,
terhadap letak kedua elektroda yang dipakai. struktur kekar berlembar dan bertekstur
Dalam hal ini tercakup juga pengaruh porfiritik (Hardiyono dkk, 2013). Nama
keadaan batuan yang dilewati arus listrik andesit sendiri diambil berdasarkan tempat
tersebut (Hendrajaya, 1990). ditemukannya yaitu di daerah Pegunungan
Tabel 1. Nilai resistivitas batuan (Telford, 1990). Andes, Amerika Selatan. Menurut
Sukandarumidi, batuan andesit ini memiliki
ciri-ciri fisik yaitu berwarna gelap (abu-abu
sampai hitam), tahan terhadap air hujan, berat
jenis rata-ratanya 2,3 – 3 g/cm³, dan nilai kuat
tekannya berkisar antara 600-2400 g/cm³
(Kusuma, 2017).

128
Tahap Pengambilan Data
Pengambilan data dengan
menggunakan metode geolistrik konfigurasi
Schlumberger. Penelitian ini dilakukan
sebanyak 5 titik pengukuran. Panjang lintasan
yang digunakan untuk masing-masing
Gambar 2. Batu Andesit (Preptisa, 2012). pengukuran adalah 270 m dengan target
kedalaman maksimum yang akan dicapai
METODE PENELITIAN adalah 50 m.
Alat dan Bahan 1. Membentang meteran dan kabel
Alat dan bahan yang digunakan dalam sepanjang 270 m pada lintasan yang
penelitian ini adalah AGI Super Sting R1 IP, telah ditentukan dititik awal dan titik
meteran, kabel arus dan potensial masing- akhir.
masing panjang 270 m, elektroda, palu, aki 12 2. Memasang elektroda sesuai dengan
volt, GPS (Global Positioning System), alat jarak yang ditentukan konfigurasi
komunikasi (HT), Laptop, Software Schlumberger dan menyusun rangkaian
pengolahan data geolistrik AGI Earthlmager alat AGI Earthlmager2D.
2D dan Rockworks. 3. Menjepitkan elektroda sehingga
terhubung dengan kabel geolistrik.
Tahapan Penelitian 4. Menyalakan GSP untuk mengetahui
titik koordinat setiap elektroda.
5. Menghidupkan alat AGI Earthlmager 2D
yang sudah terhubung dengan kabel,
elektroda dan aki.
6. Memastikan elektroda dengan alat AGI
Earthlmager.
7. Menyetting alat AGI Earthlmager 2D
yaitu dengan cara sebagai berikut :
a. Membuat nama file
b. Menentukan konfigurasi
c. Menentukan spasi elektroda
d. Memeriksa kembali bahwa file yang
Gambar 3. Bagan Tahap Penelitian
dimasukkan sudah benar.
Tahap Survei 8. Melakukan pengambilan data.
Survei ini dilakukan untuk menentukan 9. Melakukan pengukuran seperti
beberapa hal pada saat pengambilan data, langkah 1-7 untuk lintasan yang lainya.
yaitu:
 Perencanaan panjang lintasan,
 Penentuan titik awal dan akhir,
 Target kedalaman yang akan diukur dan
waktu penelitian.

129
Cara menginterpretasikan data yaitu
dengan cara mengkorelasi hasil pengolahan
data yang dilakukan dengan menggunakan
Software EarthImager 2D Software ini
menggambarkan harga resistivitas dari hasil
perhitungan dilapangan sehingga dihasilkan
penampang 2D yang berupa nilai resistivitas,
Gambar 4. Arah Lintasan (Citra Google Earth) ketebalan, dan ketinggian. Data yang didapat
akan diolah menggunakan Software Rockworks
yang nantinya akan menghasilkan gambaran
penampang penggabuangan tentang batu
andesit berdasarkan nilai resistivitas batuan
yang diketahui kedalaman dan ketebalan
lapisan batuan dapat memberikan informasi
keberadaan batu andesit di daerah Kecamatan
Gambar 5. Model Akuisisi Data Lapangan
Pengaron, Kalimantan Selatan.

Pengolahan Data Menggunakan Software


Analisis Data
Agi Earthlmager 2D
Setelah semua data terkumpul,
Pengolahan data geolistrik yaitu dengan
selajutnya dilakukan analisis hasil
cara menginterpretasikan 5 lintasan dengan
pengolahan data. Analisis yang digunakan
menggunakan Software AGI Earthlmager 2D.
untuk mendapatkan gambaran tentang
Kemudian data yang sudah berekstensi *STG,
kondisi keberadaan batuan andesit di sekitar
file tersebut diolah menggunakan Software
lokasi penelitian.
AGI Earthlmager 2D dengan cara :
a. Menginput data
HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Meproses data
Hasil Interpretasi Resistivitas
c. Membuat penampang 2D (Resistivity)
Pada lintasan 1 ditemukan 3 titik batu
andesit. Titik pertama dari jarak 90–111 m
Pengolahan Data Menggunakan Software
yang memiliki nilai resistivitas sebesar 720–
RockWorks
860 Ωm dengan kedalaman 26–40 m dan
Mengolah dan menganalisis jenis
ketebalannya sekitar 14 m. Penelitian
litologi batuan berdasarkan data resistivitas
yang ada yaitu dengan menggunakan sebelumnya, sebaran nilai resistivitas
Software RockWorks, kemudian batuan andesit melalui hasil penampang
memasukkan data tipe litologi, titik model 2D resistivitas yaitu nilai >522 Ωm,
koordinat dan elevasi sehingga sedangkan nilai resistivitas batuan andesit
menghasilkan penggabungan penampang yang telah mengalami pelapukan berkisar
geolistrik. antara 179–659 Ωm, menurut (Prastowo,
2017). Titik kedua dari jarak 170–210 m yang
Interpretasi Data memiliki nilai resistivitas sebesar 382–444 Ωm
dengan kedalaman 20–38 m dan ketebalannya

130
sekitar 18 m. Titik ketiga dari jarak 230–255 m resistivitas sebesar 580–720 Ωm dengan
yang memiliki nilai resistivitas sebesar 382– kedalaman 10–50 m dan ketebalan 40 m. Titik
444 Ωm dengan kedalaman 10–25 m dan kedua dari jarak 174–223 m yang memiliki
ketebalannya sekitar 15 m. Penelitian resistivitas sebesar 580–720 Ωm dengan
sebelumnya, batuan andesit terletak antara kedalaman 30–40 m dan ketebalan 10 m.
kedalaman (38–45) m, dengan variasi tahanan Penelitian sebelumnya, sebaran nilai
jenis dari (352–512) Ωm, menurut (Saputro, resistivitas batuan andesit melalui hasil
2017). penampang model 2D resistivitas yaitu nilai
Pada lintasan 2 ditemukannya batu >522 Ωm, sedangkan nilai resistivitas batuan
andesit dari jarak 20–239 m yang memiliki andesit yang telah mengalami pelapukan
nilai resistivitas sebesar 860–1000 Ωm dengan berkisar antara 179–659 Ωm, menurut
kedalaman 16–58 m. dan ketebalannya sekitar (Prastowo, 2017).
42 m. Penelitian sebelumnya, sebaran nilai Pada lintasan 5 ditemukan 2 titik
resistivitas batuan andesit melalui hasil batu andesit. Titik pertama dari jarak 110–
penampang model 2D resistivitas yaitu 140 m yang diperoleh resistivitas sebesar
nilai >522 Ωm, sedangkan nilai resistivitas 382–444 Ωm dengan kedalaman 16–32 m
batuan andesit yang telah mengalami dan ketebalan 16 m. Titik kedua dari jarak
pelapukan berkisar antara 179–659 Ωm, 209–239 m yang diperoleh resistivitas
menurut (Prastowo, 2017). sebesar 382–444 Ωm dengan kedalaman
Pada lintasan 3 ditemukannya dua titik 14–24 m dan ketebalan 10 m. Penelitian
batu andesit. Titik pertama dari jarak 50–145 sebelumnya, batu andesit terletak antara
m yang diperoleh resistivitas sebesar 580– kedalaman (38–45) m, dengan variasi
1000 Ωm dengan kedalaman 22–77 m dan
tahanan jenis dari (352 – 512) Ωm menurut
ketebalan 55 m. Penelitian sebelumnya,
(Saputro, 2017).
sebaran nilai resistivitas batuan andesit
melalui hasil penampang model 2D
resistivitas yaitu nilai >522 Ωm,
sedangkan nilai resistivitas batuan andesit
yang telah mengalami pelapukan berkisar
antara 179–659 Ωm, menurut (Prastowo, Gambar 6. Penampang Geolistrik 2D Lintasan 1

2017). Titik kedua dari jarak 163–172 m yang


diperoleh resistivitas sebesar 444–580 Ωm
dengan kedalaman 21–32 m dan ketebalan 11
m yang dilambangkan dengan warna kuning
hingga merah. Penelitian sebelumnya, batuan
andesit terletak antara kedalaman (38–45) m, Gambar 7. Penampang Geolistrik 2D Lintasan 2
dengan variasi tahanan jenis dari (352–512)
Ωm, menurut (Saputro, 2017).
Pada lintasan 4 ada dua titik
ditemukannya batu andesit. Pada titik
pertama dari jarak 18–86 m yang memiliki
131
2. Litologi batuan yang terdapat pada
daerah penelitian dengan jenis litologi
yaitu top soil yang berupa batu kerikil
dengan nilai resistivitas 39,0–116 Ωm,
lempung 143–298 Ωm, dan andesit 320–
Gambar 8. Penampang Geolistrik 2D Lintasan 3 1000 Ωm.
3. Kedalaman dan ketebalan batu andesit
yang terukur yaitu pada lintasan 1,
lapisan andesit berada pada kedalaman
26–40 m dan ketebalan 14 m. Pada
lintasan 2, lapisan andesit berada pada
kedalaman 16–58 m dan ketebalan 42 m.
Pada lintasan 3, terdapat dua titik untuk
Gambar 9. Penampang Geolistrik 2D Lintasan 4
titik pertama andesit berada pada
kedalaman 22–77 m dan ketebalan 55 m
serta titik kedua andesit berada pada
kedalaman 21–32 dan ketebalan 11 m.
Pada lintasan 4 terdapat dua titik untuk
titik pertama andesit berada pada
kedalaman 15–50 m dan ketebalan 35 m
Gambar 10. Penampang Geolistrik 2D Lintasan 5 serta titik kedua berada pada kedalaman
30–40 m dan ketebalan 10 m. Pada
lintasan 5, lapisan andesit berada pada
kedalaman 14–24 m dan ketebalan 10 m.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapatan terima kasih ditujukan kepada
UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah)
Laboratorium Energi dan SDM (Sumber
Daya Mineral) Dinas Energi dan Sumber
Daya Mineral Provinsi Kalimantan
Selatan.
Gambar 11. Penggabungan Penampang
Geolistrik 2D
DAFTAR PUSTAKA
Ardi, N.D., & I. Mimin. 2009. Profil
KESIMPULAN
Resistivitas 2d Pada Gua Bawah Tanah
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi
1. Berdasarkan permodelan penampang
Wenner–Schlumberger (Studi Kasus
2D dari 5 penampang yang di dapatkan
Gua Dago Pakar, Bandung). Jurnal
dari Software AGI Earthlmager diperoleh
Pengajaran MIPA 2 : 12–17.
nilai resistivitas 39,0 – 1000 Ωm.
Arman, Y. 2012. Identifikasi Struktur Bawah
Tanah di Kelurahan Pangmilang
132
Kecamatan Singkawang Selatan Munaji, H. 2017. Penyebaran Batuan Andesit
Menggunakan Metode Geolistrik Dengan Metode Geolistrik Di Desa
Resistivtas dan Inversi Lavenberg– Laksanamekar Bandung, Jawa Barat.
Marquardt. Jurnal Positron. 2 : 6–11. Kurvatek. 2 : 31–37.
Chalikakis, K., V. Plagnes., R. Guerin., R. Pani, S. Investigasi Intrusi Batuan Andesit dan
Valois., & F.B. Bosch. 2011. Contribution Reservoar Air Tanah Permukaan
of Geophysical Methods to Karst– Menggunakan Metode Geolistrik Di
System Exploration. Hydrogeology Daerah Lansot Kema Minahasa Utara.
Journal. 19 : 1169 – 1180. Jurnal MIPA UNSRAT. 8 (2) : 78–81
Distamben. 2014. Survey Geolistrik di Prastowo, R. 2017. Pemodelan 2D Resistivitas
Kabupaten Banjar. Martapura : Dinas Batuan Andesit Daerah Gunung
Pertambangan dan Energi (tidak Kukusan Kulon Progo. Kurvatek. 2 : 87–
dipublikasikan). 93.
Hendrajaya, L. & I. Arif. 1990. Geolistrik Preptisa, N. 2012. Nilai Ekonomis Batu Andesit.
Tahanan Jenis. Laboratorium Fisika Teknik Geologi Universitas Diponegoro,
Bumi. Jurusan Fisika FMIPA ITB, Semarang.
Bandung. Purwastriya, E. B. 2013. Studi Potensi
Herman, R. 2001. An Introduction to Electrical Sumberdaya Andesit Menggunakan
Resistivity in Geophysics. Journal of Metode Geolistrik Di Daerah Kokap,
American Association of Physics Teachers. Kabupaten Kulonprogo, Daerah
69 : 943–952. Istimewa Yogyakarta. Jurnal Dinamika
Hunt, R.E. 1984. Geotechnical Engineering Rekayasa. 9 : 1858–3075.
Investigation Manual McGraw Hill. Reynolds, J. M. 1997. An. Introduction To
New York. Applied and Environ Mental Geophysics.
Janah, S.R. 2014. Analisis Perbandingan John Wiley and Sons Ltd. New York.
Konfigurasi Elektroda Untuk Identifikasi Santoso, A. B. & H. Sidiq. 2017. Perhitungan
Keberadaan Air Pada Skala Laboratorium Sumberdaya Batuan Breksi Andesit
dengan Metode Geolistrik Resistivitas, Berdasarkan Ukuran Fragmen Dengan
Yogyakarta. Menggunakan Metode Geolistrik (Studi
Khosama, L.K. 2012. Kuat Tekan Beton Kasus Lahan 52 Ha, Desa Mekarsari,
Beragregat Kasar batuan Tuff Merah Kecamatan Merak, Kabuoaten Cilegon,
Batuan Tuff Putih dan Batuan Andesit. Provinsi Banten). Kurvatek 2 : 39–44.
Jurnal Ilmiah Media Engineering. 2 : 273– Saputro, H. & P. H. Winingsih. 2017.
278. Penyebaran Batuan Andesit Dengan
Kusuma, W.S. 2017. Sikap Masyarakat Terhadap Metode Geolistrik Di Desa
Perusahaan Tambang Andesit Di Desa Laksanamekar Bandung, Jawa Barat.
Cipinang Kecamatan Rumpin Kabupaten Kurvatek. 2 : 31–37.
Bogor. Skripsi Program Sarjana, Jurusan Sari, W. P., Akmam & Hidayati. 2018. Analisis
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Struktur Batuan Berdasarkan Data
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi
Universitas Islam Negeri Syarif Schlumberger Dan Konfigurasi Dipole-
Hidayatullah, Jakarta. Dipole Di Kecamatan Malalak

133
Kabupaten Agam. Pillar Of Physics. 11 : Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E. Sheriff &
25–32. D.A. Keys. 1976. Applied Geophysics Edisi
Sariisik, A., G. Sariisik & A. Senturk. 2011. ke-1. Cambridge : Cambridge University.
Applications of Glaze and Decor on Telford, W.M., L.P. Geldart & R.E.Sheriff.
Dimensioned Andesites Used in 1990. Applied Geophysics. Cambridge
Construction Sector. Construction and University Press, New York.
Building Materials. 25 : 3694–3702. Thanden, R.E., H. Sumadirdja, P.W. Richard,
Sikumbang, N. & R. Heryanto. 1994. Peta K. Sutisna & T.C. Amin. 1996. Peta
Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan Geologi Bersistem, Indonesia : Lembar
Selatan. Pusat Penelitian dan Magelang–Semarang.
Pengembangan Geologi, Bandung. Todd, D.K. 1959. Groundwater Hydrology.
Sukandarrumidi. 1999. Bahan Galian Industri. Associate Professor of Civil Engineering
Gajah Mada University Press, California University, John Wiley and
Yogyakarta. Sons. New York.

134
Identifikasi Akuifer Untuk Penentuan Rencana Titik Sumur Bor
Produksi Menggunakan Metode Geolistrik 2D Di Perkebunan
Kelapa Sawit Kabupaten Tanah Bumbu

Fretika Septiawati, Sri Cahyo Wahyono*, Simon Sadok Siregar


Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lambung Mangkurat

Email Korespondensi : [email protected]

ABSTRACT- The aquifer layer has been identified based on resistivity values using the Schlumberger
configuration geoelectric 2D method in the Tanah Bumbu Oil Palm Plantation. Measurements were made as
many as four lines each with a length of 675 m. The purpose of this study was to determine the 2D cross-
sectional model and the type of lithology as well as the depth and thickness of the aquifer layer based on the
resistivity value. Based on the results of the study, the types of lithology obtained were three layers, namely
clay with a resistivity value of 12-29.5 Ωm, clay sand with a resistivity value of 29.5-71.5 Ωm and sand with a
resistivity value of 71.5-190 Ωm. From the results of the interpretations indicated, the planned wellbore points
are located on all trajectories with successive depths and thicknesses of 60-130 m and 70 m, 72-90 m and 18 m
as well as 77-145 m and 68 m.

KEYWORDS: 2D geoelectric method; Aquifer layer; Resistivity; Tanah bumbu.

PENDAHULUAN bawah permukaan bumi ialah metode


Air merupakan sumber kebutuhan geolistrik.
pokok yang sangat mutlak yang dibutuhkan Penelitian sebelumnya pernah dilakukan
oleh setiap makhluk hidup. Air juga sangat oleh Hanifa et al., (2016) untuk penentuan
diperlukan untuk keperluan industri maupun lapisan akuifer air tanah di Desa Sungai Jati
domestik. Air pada dasarnya bisa berasal dari sebagai dasar dalam perencanaan dalam
air permukaan maupun air tanah. Air pembuatan sumur bor. Hasil yang didapatkan
permukaan merupakan air yang terletak di dari penelitian yaitu dengan nilai resistivitas
permukaan tanah (misal: sungai, danau), 100–450 Ωm. Penelitian Kadri (2016) untuk
sedangkan air tanah merupakan air yang eksplorasi potensi air tanah di Kota Tanjung
teletak di bawah permukaan tanah (misal: balai Sumatera Utara dengan metode
sungai bawah tanah, air sumur). Air biasanya geolistrik. Hasil dari penelitian ini adalah
dapat tersimpan dan mengalir pada lapisan dengan nilai resistivitas 0,5-138 Ωm yang
batuan yang dikenal dengan akuifer (aquifer). merupakan akuifer tertekan karena lapisan
Untuk mengetahui pendugaan lapisan disekitarnya dilapisi oleh lapisan kedap air
akuifer yang terdapat di bawah permukaan yaitu lempung.
bumi dapat dilakukan dengan analisa metode Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
geofisika. Salah satu metode yang sangat menentukan model penampang 2D
berperan penting dalam mengetahui kondisi berdasarkan nilai resistivitas dengan Software
Agi Earthlmager 2D dan menentukan jenis

135
litologi batuan berdasarkan model penampang metode-metode yang sering digunakan salah
2D serta menentukan kedalaman dan satunya ialah metode geolistrik.
ketebalan lapisan akuifer tertekan di Metode geolistrik adalah suatu metode
Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten Tanah geofisika yang memanfaatkan sifat tahanan
Bumbu. jenis untuk mempelajari keadaan bawah
permukaan bumi. Metode ini merupakan
Kondisi Geologi Daerah Penelitian peran yang sangat penting untuk
Secara geografis Kabupaten Tanah mengkarakterisasikan keadaan fisis bawah
Bumbu terletak di antara 2°52’ – 3°47’ Lintang permukaan, yang diasoasiasikan dengan
Selatan dan 115°15’ – 116°04’ Bujur Timur. material dan kondisi bawah permukaan
Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu (Telford, 1998). Survey geolistrik metode
kabupaten dari 13 (tiga belas) kabupaten di resistivitas ini dapat dilakukan dengan 2 cara
Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak yaitu mapping ataupun sounding yang
persis di ujung tenggara Pulau Kalimantan. menghasilkan informasi perubahan variasi
Tanah Bumbu yang terdiri dari 10 kecamatan harga resistivitas baik arah horizontal maupun
memiliki luas wilayah sebesar 4.890,30 km2 arah vertikal. Pada metode ini, arus listrik
(489.030 ha) atau 13,03 persen dari total luas diinjeksi ke dalam bumi melalui dua elektroda
Provinsi Kalimantan Selatan. arus, kemudian mengukur nilai tegangan
Secara geologi yang menyusun daerah dengan melalui dua elektroda potensial
Tanah Bumbu meliputi batuan dari Formasi menggunakan alat resistivitym. Terdapat
Manunggul (Km), Formasi Pudak (Kok), berbagai macam aturan yang dipakai untuk
Formasi Pitap (Ksp), Formasi Haruyan (Kyh), menempatkan keempat elektroda tersebut.
Batuan Malihan (Mm), Batuan Ultramafik Aturan-aturan penempatan keempat elektroda
(Mub), Aluvium (Qa), Formasi Dahor (TQd), tersebut dalam istilah geofisika biasa disebut
Formasi Tanjung (Tet), Formasi Warukin dengan konfigurasi elektroda (Hendrajaya &
(Tmw), Formasi Berai (Tomb), Formasi Arif, 1990).
Pamaluan (Tomp). Jenis batuan yang Berdasarkan konsep dasar metode
mendomasi daerah penelitian yaitu Formasi resistivitas yaitu hukum Ohm diketahui
Dahor (TQd) tersusun oleh batu pasir kuarsa bahwa besar tegangan V suatu material
putih kurang padat, sebagian berupa pasir bergantung pada kuat arus I dan hambatan
lepas, bersisipan lempung, lanau abu-abu, listrik R yang dirumuskan sebagai persamaan
lignit dan limonit. Formasi ini diperkirakan (1).
berumur Miosen Akhir sampai Pliosen. V= I.R (1)
Formasi ini mempunyai ketebalan 300 m studi hambatan listrik dapat dipahami dalam
(Sikumbang & Heryanto, 1994). konteks dari aliran arus melalui medium di
bawah permukaan yang terdiri dari lapisan
Metode Geolistrik bahan dengan resistivitas yang berbeda. Secara
Untuk mengetahui kondisi bawah sederhana semua lapisan dapat diasumsikan
permukaan bumi, di dalam geofisika terdapat horizontal. Resistivitas bahan ρ merupakan
banyak metode-metode yang digunakan param ukur seberapa baik bahan menghambat
untuk mengungkap keadaan bawah aliran arus listrik (Herman, 2001).
permukaan yang sebenarnya. Diantara

136
Konfigurasi Schlumberger Keterangan :
Metode geolistrik konfigurasi K = faktor geometri
Schlumberger adalah metode yang banyak AB = Jarak elektroda arus (m)
digunakan mengetahui lapisan batuan bawah MN = Jarak elektroda potensial (m)
permukaan untuk mencari keberadaaan
lapisan akuifer. Metode geolistrik konfigurasi Air Tanah
elektroda Schlumberger bertujuan untuk Air tanah merupakan air pada lapisan
mengidentifikasi diskontinuitas horizontal bawah permukaan tanah yang terdapat di
dan vertikal. Arus diinjeksikan melalui dalam pori-pori antar butir batuan.
elektroda AB dan pengukuran beda potensial Keberadaan air tanah dibawah permukaan
dilakukan pada elektroda MN, di mana jarak tanah dipengaruhi oleh formasi geologi.
elektroda arus (AB) jauh lebih besar dari jarak Formasi geologi tersebut mempengaruhi
elektroda tegangan (MN). Pengukuran dengan terbentuknya air tanah yang terperangkap
konfigurasi Schlumberger menggunakan empat dibawah permukaan yang disebut sebagai
elektroda, yang masing – masing ditunjukkan akuifer (Todd, 1980).
pada Gambar 1 sebagai berikut :
Akuifer
Akuifer berasal dari bahasa latin yaitu
aqui dari kata aqua yang berarti air dan kata
ferre yang berarti membawa, jadi akuifer
adalah lapisan pembawa air. Akuifer adalah
lapisan tanah yang memiliki kandungan air
yang mengalir melalui rongga-rongga udara
Gambar 1. Konfigurasi Schlumberger kedalam bawah tanah. Selain itu, berdasarkan
(Telford,1990). sifat batuannya terhadap air akuifer
merupakan lapisan batuan jernih air di bawah
Harga tahanan jenis semu (𝜌) susunan permukaan tanah yang dapat menyimpan dan
elektroda Schlumberger dapat dihitung dengan meneruskan air dalam kuantitas yang cukup
persamaan (2) (Reynold, 1997): dan ekonomis (Herlambang, 1996).

𝜌=𝐾 (2)
Dimana  adalah resistivitas semu, V adalah
beda potensial, K adalah faktor geometri, dan I
adalah kuat arus listrik. Nilai faktor geometri
(K) tergantung dari konfigurasi atau susunan
elektroda yang digunakan dalam pengukuran
geolistrik persamaan (3). Adapun untuk
konfigurasi Schlumberger, susunan dan jarak
Gambar 2. Lapisan Akuifer (Rizal &
antar elektroda didesain seperti Gambar 3
Kuryanto, 2015).
dengan nilai faktor geometri dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Berdasarkan lapisan litologi akuifer dibedakan
AB 2 MN 2
( ) -( ) menjadi 4 macam yaitu :
K= π 2
MN
2
(3)
2 ( )
2
137
1. Akuifer Bebas dicapai sekitar 145 m serta menggunakan
Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger.
adalah air tanah dalam akuifer tertutup
lapisan impermeable, dan merupakan
akuifer yang mempunyai muka air
tanah.
2. Akuifer Tertekan
Akuifer tertekan adalah suatu akuifer
dimana air tanah terletak di bawah
lapisan kedap air (impermeable) dan
mempunyai tekanan lebih besar
daripada tekanan atmosfer. Gambar 3. Lokasi Pengambilan Data

3. Akuifer Setengah Tertekan


Akuifer setengah tertekan adalah suatu  Pengolahan Data, menggunakan Software
akuifer jenuh air, dengan bagian atas AGI Earthlmager 2D sehingga
dibatasi oleh lapisan setengah kedap air menghasilkan penampang 2D
dan pada bagian bawah dibatasi oleh (Resistivity).
lapisan kedap air.  Interpretasi Data, hasil interpretasi yang
4. Akuifer Menggantung diperoleh dari AGI Earthlmager 2D
Akuifer menggantung merupakan menghasilkan penampang 2D untuk
akuifer yang massa air tanahnya terpisah mengetahui lapisan akuifer yang ada di
dari air tanah induk. setiap lintasan berdasarkan nilai
resistivitas dan jenis litologinya.
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam
Prosedur Penelitian
penelitian ini adalah Agi Super String R1/IP,
Prosedur penelitian yang telah
GPS, Kabel arus dan potensial, Elektroda arus
dilakukan dapat dilihat gambar berikut:
dan potensial, palu, Aki 12 Volt, Alat
Komunikasi (HT), Leptop, Software
Pengolahan data geolistrik.
Tahapan Penelitian
 Survey Lapangan, merupakan langkah
awal yang dilakukan dalam penelitian
sehingga dapat mengetahui perencanaan
panjang lintasan dan menentukan titik
awal dan akhir di setiap lintasan, serta
target kedalaman yang akan diukur.
 Pengambilan Data, dilakukan pada 4
lintasan pengukuran dengan panjang
lintasan yang digunakan untuk masing-
masing pengukuran yaitu 675 m dengan
spasi 25 m dan target kedalaman yang akan

138
Survei Lapangan tertekan berada pada kedalaman antara 72-90
m sehingga dapat dilakukan pengeboran
Pengambilan data hingga kedalaman 90 m pada posisi titik bor
terletak yaitu pada jarak 175-225 m. Lintasan 3
Pengolahan data diperkirakan pasir lempungan yang bertindak
sebagai lapisan akuifer tertekan berada di
Model penampang kedalaman antara 77-145 m sehingga dapat
dilakukan pengeboran hingga kedalaman 125
Interpretasi data dan m pada posisi titik bor yaitu pada jarak 175-225
analisis data
m. Lintasan 4 diperkirakan pasir lempungan
sangat dekat dengan permukaan tanah dan
Jenis litologi Kedalaman keberadaan lempung terdapat di bagian
batuan dan ketebalan bawah pasir lempungan sehingga kurang baik
lapisan akuifer
dilakukan pengeboran dengan ini jenis litologi
lempung yang mempunyai nilai permeabilitas
Kesimpulan material dengan nilai 0,0002 menurut Todd
(1995), sehingga sangat kecil kemampuannya
Gambar 4. Bagan Alir Tahap Penelitian
untuk dapat meloloskan air. Penafsiran
interpretasi litologi menggunakan tabel
HASIL DAN PEMBAHASAN
resistivitas (Telford, 1982, tabel resistivitas
Hasil dari pengolahan data berupa
(Hunt, 1984) dan peta geologi yang
penampang 2D yang merupakan gambaran
menyajikan formasi batuan yang ada di daerah
dari lapisan yang berada di bawah permukaan
penelitian. Formasi yang dominan pada
tanah sehingga dapat mengetahui potensi
daerah penelitian adalah formasi dahor (TQd).
lapisan akuifer tertekan yang ada di daerah
Formasi ini terdiri dari batu pasir kuarsa, lepas
penelitian tersebut. Adapun 3 jenis lapisan
berbutir halus-sedang terpilah buruk,
litologi yang terdapat di daerah penelitian
setempat bersisipan lempung, lignit, limonit,
yaitu dengan range resistivitas 12-190 Ωm
konglomerat lepas dengan komponen kuarsa
yang merupakan lempung dengan nilai
berdiam 1-3 cm. Hasil yang didapatkan
resitivitas 12-29,5 Ωm, pasir lempungan
diinterpretasikan menggunakan Software AGI
dengan nilai resistivitas 29,5-71,5 Ωm dan pasir
Earthlmager 2D seperti yang dilakukan oleh
dengan 71,5-190 Ωm. Gambar 5, 6, 7 dan 8
(Gemilang et al. 2018) dimana nilai resistivitas
merupakan hasil inversi yang diperoleh dari
antara 5,7-32,9 Ωm yang didominasi oleh
AGI Earthlmager 2D dari lintasan 1, 2, 3 dan 4.
lempung, sedangkan nilai resistivitas antara
Hasil dari keseluruhan interpretasi data
30-200 Ωm menurut (Firdaus et al. 2018).
di lapangan akuifer tertekan pada lintasan 1
Dimana litologi pasir lempungan dan pasir
diperkirakan pasir lempungan yang bertindak
secara lateral tersebar merata di semua lintasan
sebagai lapisan akuifer tertekan berada di
ketebalan 20-60 m, kecuali pada bagian timur
kedalaman antara 60-130 m sehingga dapat
lintasan 3 dan bagian selatan lintasan 4 batu
dilakukan pemboran hingga kedalaman 125 m
pasir menipis dan menghilang. Kedalaman
pada posisi titik bor yaitu pada jarak 125-200
lapisan yang bertindak sebagai akuifer
m. Lintasan 2 diperkirakan pasir lempungan
tertekan berada pada kedalaman antara 36-100
yang bertindak sebagai lapisan akuifer
139
m. Dengan ini, secara umum potensi air tanah (kandungan air) besar tetapi permeabilitasnya
di daerah ini kecil, sebab lapisan yang kecil (atau kemampuan untuk meloloskan air
berfungsi sebagai akuifer mempunyai butir kecil).
yang halus meskipun porositasnya

Gambar 5. Penampang Resistivitas 2D Lintasan 1

Gambar 6. Penampang Resistivitas 2D Lintasan 2

Gambar 7. Penampang Resistivitas 2D Lintasan 3

Gambar 8. Penampang Resistivitas 2D Lintasan 4

140
Gambar 9. Penggabungan Penampang Resistivitas 2

KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil UCAPAN TERIMA KASIH
penelitian ini adalah : Terimakasih kami ucapkan kepada
1. Telah diperoleh 4 penampang lapisan 2D UPTD Laboratorium Energi dan SDM
dengan panjang lintasan 675 m, jarak spasi (Sumber Daya Mineral) Dinas Energi dan
25 m dan 28 elektroda dengan kedalaman Sumber Daya Mineral, serta orang tua dan
0-145 m yang memiliki nilai range
teman-teman yang telah berkontribusi
resistivitas 12-190 Ωm.
dalam penelitian ini.
2. Daerah penelitian berada pada formasi
batuan yaitu formasi dahor (TQd) yang
DAFTAR PUSTAKA
jenis litologinya adalah lempung dengan
Firdaus., H. Bakri & J. Rauf. 2018. Penentuan
nilai resistivitas 12-29,5 Ωm, pasir
Lapisan Akuifer Berdasarkan Hasil
lempungan 29,5-71,5 Ωm dan pasir 71,5-
Interpretasi Geolistrik (Tahanan Jenis) Di
190 Ωm.
Desa Nonong Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Pendugaan lapisan akuifer tertekan di
Jurnal Geomine. 6: 71-79.
daerah penelitian yang terletak di lintasan
Gemilang, W.A., G. Kusumah & G.A.
1 dengan kedalaman 60-130 m dan
Rahmawan. 2018. Potensi Air Tanah Di
ketebalan 70 m, lintasan 2 dengan
Bagian Beach Ridge Daerah Labuhan
kedalaman 72-90 m dan ketebalan 18 m,
Bajau dan Sekitarnya Kabupaten
serta lintasan 3 dengan kedalaman 77-145
Simeuleu Berdasarkan Analisis
m dan ketebalan 68 m adalah pasir
Pengukurn Geolistrik. Jurnal Geosaintek.
lempungan. Sedangkan pada lapisan 4
04: 7-14.
tidak terdapat lapisan akuifer tertekan
Hanifa, D., I. Sota & S.S. Siregar. 2016.
karena berada di dekat permukaan tanah
Penentuan Lapisan Akuifer Air Tanah
dan merupakan akuifer bebas.

141
Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi
Schlumberger Di Desa Sungai Jati
Kecamatan Mataraman Kabupaten
Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal Fisika
FLUX. 13: 30-39.
Hendrajaya, L. & I. Arif. 1990. Geolistrik
Tahanan Jenis. Laboratorium Fisika Bumi.
Jurusan Fisika FMIPA ITB, Bandung.
Herlambang, A. 1996. Kualitas Air Tanah
Dangkal Di Kabupaten Bekasi. Program
Pascasarjana, IPB, Bogor.
Herman, R. 2001. An Introduction to Electrical
Resistivity in Geophysics. Journal of
American Association of Physics Teachers.
69: 943-952.
Hunt, R.E. 1984. Geotechical Engineering
Investigation Manual. McGraw Hill.
New York.
Kadri, M. 2016. Eksplorasi Potensi Air Tanah
Di Kota Tanjung Balai Sumatera Utara
Dengan Menggunakan Metode
Geolistrik. Jurnal Enstein. 4: 31-38.
Rizal, N.S & T.D. Kuryanto. 2015. Teknik
Pendugaan dan Eksploitasi Air Tanah.
Lppm Unmuh Jember, Jember.
Sikumbang, N. & R. Heryanto. 1994. Peta
Geologi Lembar Banjarmasin, skala
1:250.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Telford, W.M., L.P. Geldart, & R.E. Sheriff.
1990. Applied Geophysics, Second Edition.
Cambrige University Press, USA.
Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E. Sheriff, &
D.A. Keys 1998. Applied Geophysics. Edisi
1. Cambridge University Press, USA.
Todd, D.K. 1980. Groundwater Hydrology Second
Edition. John Wiley & Sons. Inc, New
York.
Todd, D.K. 1995. Groundwater Hydrology Second
Edition. John Wiley & Sons. Inc, New
York.

142
Profil Literasi Lingkungan Gambut Mahasiswa Prodi Tadris
Fisika

Sitti Rahmasari
Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin

Email lorespondensi : [email protected]

ABSTRAK− Banjarmasin adalah ibu kota provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin dikenal sebagai kota
seribu sungai. Selain itu, Banjarmasin juga terkenal dengan lingkungan hidup lahan gambut. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat lietrasi mahasiswa Tadris Fisika terhadap
lingkungan gambut. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Tadris Fiska. Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa masih minimnya pengetahuan
mahasiswa akan lingkungan gambut. Hal ini ditunjukkan dengan kriteria yang diperoleh oleh responden
yang menjadi subjek penelitian yaitu 53,10% mahasiswa berada pada kategori rendah, 28,10% berada pada
kategori cukup dan 18,80% berada pada kategori tinggi.
KEYWORDS : Literasi, Lingkungan gambut

PENDAHULUAN memiliki budaya literasi lingkungan gambut.


Kebakaran lahan gambut di Indonesia Hal ini dikarenakan, secara keseluruhan
menjadi sorotan masyarakat dunia saat ini Kalimantan Selatan diperkirakan memiliki
karena merupakan bencana regional dan luas lahan gambut seluas 103.566 hektar.
global. Malaysia dan Singapura merupakan Literasi secara etimologis berasal dari
negara tetangga yang sangat merasakan bahasa latin littera yang berarti sistem tulisan
dampak dari kebakaran hutan yang terjadi di yang menyertainya. The possession of multiple
Indonesia. Salah satu penyebab tools enabling the individual to copein in society is
permasalahan lingkungan ini adalah captured by the term literacy (Martin &
kurangnya literasi masyarakat mengenai Madigan, 2006). Menurutnya literasi adalah
lingkungan gambut. alat yang digunakan individu dalam
Mahasiswa sebagai agent of changes menyelesaikan masalah dimasyarakat.
sudah sepatutnya membawa perubahan pada Literasi membutuhkan kemampuan kognitif,
masyarakat. Perubahan pada masyarakat pengetahuan bahasa tulis dan lisan,
untuk menjadi lebih baik dapat terwujud jika pengetahuan mengenai gender dan
budaya literasi meningkat. Budaya literasi pengetahuan kultural (M.Pd, M.Pd, & M.Pd,
dapat membuat masyarakat memiliki 2017). Sehingga dapat kita simpulkan bahwa
kemampuan dan keterampilan kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa
menyelesaikan setiap permasalahan yang tulis, lisan, gender dan kultural merupakan
ada secara bijak. alat yang digunakan oleh manusia untuk
Menumbuhkan kesadaran akan menyelesaikan masalah yang ada
pengelolaan lingkungan hidup menjadi dimasyarakat. Pendidikan merupakan
penunjang mahasiswa sebagai agent of domain kehidupan yang berkonsentrasi
changes. Sebagai mahasiswa Tadris Fisika penuh dalam pengembangan literasi mulai
UIN Antasari Banjarmasin yang berada di dari pendidikan usia dini hingga perguruan
Kalimantan Selatan, sudah sepatutnya tinggi. Literasi ialah hak asasi manusia yang

142
fundamental dan pondasi untuk belajar utama dalam pendidikan dan pelatihan
sepanjang hayat. Ini merupakan hal yang yang mendayagunakan jaringan
penting untuk pembangunan sosial dan telekomunikasi, khususnya world wide
manusia dalam kemampuannya untuk web dan internet, sebagai ruang kelas
mengubah kehidupan (Division, 2006). virtual bukan ruang kelas fisik. Dalam
Kemampuan literasi pada abad-21 model literasi berupa distance learning
terdiri dari 6 kategori menurut UNESCO dan elearning ini, antara pendidik dengan
dalam (L. H. Nasution, 2013) adalah sebagai peserta didik melakukan komunikasi
berikut. secara online, sehingga siswa dapat
a. Basic Literacy, atau Literasi Fungsional mengakses informasi mengenai
(Functional Literacy), merupakan pendidikan dan sebagainya di mana saja
kemampuan dasar literasi atau sistem mereka berada
belajar konvensional yang diwujudkan e. Cultural Literacy merupakan model
dengan perilaku individu. Sistem belajar pembelajaran literasi yang melibatkan
konvensional tersebut adalah bagaimana literasi budaya yang berarti pengetahuan,
cara membaca, menulis, dan melakukan dan pemahaman, mengenai bagaimana
perhitungan numerik dan suatu negara, agama, sebuah kelompok
mengoperasikan suatu hal sehingga etnis atau suatu suku, keyakinan, simbol,
setiap individu mampu untuk perayaan, dan cara komunikasi yang
mendayagunakan potensinya dan meliputi berbagai hal tentang tradisi,
memperoleh kesempatan untuk penciptaan, penyimpanan, penanganan,
berpartisipasi dalam kelompok di komunikasi, pelestarian dan pengarsipan
lingkungan sekitarnya. data, informasi dan pengetahuan, serta
b. Computer literacy, merupakan cara pemanfaatan teknologi. Hal yang
seperangkat keterampilan, sikap, dan sangat penting untuk ditelaah dari
pengetahuan yang digunakan dalam pemahaman literasi informasi adalah
memahami dan mengoperasikan fungsi kesadaran tentang bagaimana faktor
dasar teknologi informasi dan budaya berdampak secara positif
komunikasi, termasuk perangkat maupun negatif dalam hal penggunaan,
elektronik dan media komunikasi yang pemahaman, dan penyebaran informasi
digunakan untuk mengakses sumber modern dari teknologi komunikasi.
literasi. f. Information literacy merupakan model
c. Media Literacy, merupakan seperangkat literasi informasi yang erat kaitannya
keterampilan, sikap, serta pengetahuan dengan pembelajaran untuk belajar, dan
yang digunakan untuk memahami dan berpikir kritis, yang menjadi tujuan
memanfaatkan berbagai jenis media dan pendidikan formal, namun seringkali
format di mana informasi di tidak diintegrasikan dalam kurikulum
komunikasikan dari pengirim ke atau bahkan dijadikan sebagai hidden
penerima, seperti pesan gambar, suara, curriculum, silabus dan rencana pelajaran,
dan video, dan digunakan untuk kadang-kadang dibeberapa negara lebih
berkomunikasi antar individu, atau sering menggunakan istilah information
sebagai media komunikasi massal antara competencies atau information fluency.
pengirim tunggal dan banyak penerima, Literasi media merupakan bagian dari
bahkan sebaliknya literasi informasi yang seiring dengan
d. Distance Learning dan E-Learning adalah perkembangan zaman sehingga media
istilah yang merujuk pada perangkat juga ikut berkembang. Untuk

143
mengantisipasi hal itu dibutuhkan literasi dan menahan air sangat tinggi. Oleh karena
media agar mampu mempunyai itu, meskipun tanah dibagian atasnya sudah
kemampuan dan sikap terhadap kering tetapi dibagian bawahnya tetap
penggunaan media serta pemahaman lembab dan relatif masih basah sehingga
terhadap informasi literasi tersebut sebagai bahan bakar di bawah permukaan ia
beserta pemaknaan isi informasi tersebut memiliki kadar air yang lebih tinggi darpada
agar tidak menjadi salah tafsir. bahan bakar di atas permukaan. Namun saat
Di era modern ini, mahasiswa sebagai musim kemarau panjang kandungan airnya
agen perubahan dihadapkan pada tuntutan menurun secara berlebihan yang dapat
kompetensi yang harus dikuasai agar bisa mengakibatkan kondisi kering, hingga rentan
survive dengan berbagai masalah yang ada terhadap api. Kondisi ini dapat
dimasyarakat terutama masalah lingkungan. mengakibatkan kebakaran lahan maupun
Kompetensi tersebut dapat ditingkatkan hutan. Kebakaran tidak hanya terjadi di atas
dengan menguasai kemampuan literasi. permukaan tetapi juga di bawah permukaan.
Lingkungan gambut di Indonesia Kebakaran lahan gambut secara lamban
menyebar di tiga pulau besar yaitu pasti akan menggerogoti materi organik di
Kalimantan, Sumatera dan Papua. Istilah bawahnya dan gas-gas hasil emisi
gambut diambil dari kosa kata bahasa daerah pembakaran dapat berdampak pada
Kalimantan Selatan yaitu Suku Banjar (Noor, perubahan iklim global (Adinugroho et al.,
2001). Gambut terbentuk dari lingkungan 2005). Masalah kebakaran ini hampir setiap
yang khas yaitu rawa atau genangan yang tahun dirasakan dampaknya oleh
terjadi hampir sepanjang tahun. Menurut masyarakat khususnya Kalimantan Selatan.
Hardjowigeno dan Abdullah dalam (H. R. Munculnya penyakit Infeksi Saluran
Nasution, Fahrudin, & Harnawan, 2016) Pernapasan (Ispa) merupakan dampak dari
lahan gambut terdiri dari jenis tanah yang kebakaran lingkungan gambut. Oleh karena
terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman itu perlu pencegahan yang maksimal dari
yang telah mati, baik yang sudah lapuk seluruh lapisan masyarakat. Bukankah ada
maupun belum dengan proses deposisi dan istilah lebih baik mencegah daripada
transportasi. mengobati. Sudah sepantasnya mahasiswa
Lingkungan gambut memiliki manfaat sebagai agen perubahan yang menjadi
yang besar apabila dikelola dengan baik. pelopor dalam mengembangkan literasi
Menurut Andriesse dalam (Adinugroho, I N. lingkungan gambut agar dapat mentansfer
N Suryadiputra, Suparjo, & Labueni Siboro, pengetahuannya tersebut pada masyarakat.
2005) Gambut sebagai tanah organik dapat Sehingga masyarakat dapat mengetahui
digunakan sebagai lahan untuk melakukan dengan benar pengertian lingkungan
berbagai kegiatan pertanian dan dapat gambut, manfaat serta cara menjaga dan
digunakan sebagai sistem usaha tani. melestarikannya agar tidak terjadi lagi
Sedangkan gambut sebagai bahan organik kebakaran yang meresahkan.
merupakan sumber energi, bahan untuk Tekstur gambut lunak dan mudah
media perkecambahan biji dan pupuk ditekan. Gambut apabila ditekan, kandungan
organik. air dalam gambut bisa dipaksa untuk keluar
Gambut merupakan salah satu dan apabiila dikeringkan, gambut bisa
penyusun bahan bakar di bawah permukaan. digunakan sebagai bahan bakar sumber
Pada konteks lingkungan gambut memiliki energi. Manfaat gambut secara tradisional
peran sebagai buffer atau penyangga. Secara gambut dapat digunakan untuk memasak
hidrologis gambut berfungsi menyimpan air dan pemanas rumah tangga dan secara

144
modern gambut dipanen dalam sekala dan bumi dan menurunkan air hujan
banyak (industri) dan dipakai untuk bahan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan
bakar pembangkit listrik. Pembangkit listrik dengan air hujan itu berbagai buah-
tenaga gambut terbesar ada di Finlandia. buahan menjadi rezeki untukmu; dan
Dia telah menundukkan bahtera bagimu
supaya bahtera itu, berlayar di lautan
dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-
sungai.
33. Dan Dia telah menundukkan (pula)
bagimu matahari dan bulan yang terus
menerus beredar (dalam orbitnya); dan
telah menundukkan bagimu malam dan
siang.
34. Dan Dia telah memberikan kepadamu
(keperluanmu) dan segala apa yang
Gambar 1. Pembangkit Listrik Toppila di kamu mohonkan kepadanya. Dan jika
Finlandia kamu menghitung nikmat Allah,
tidaklah dapat kamu
Pembangkit listrik Toppila adalah salah menghinggakannya. Sesungguhnya
satu Pembangkit listrik tenaga gambut manusia itu, sangat zalim dan sangat
terbesar di dunia, dengan kapasitas mengingkari (nikmat Allah). (Qs. Al
terpasang 190 MW. Fasilitas ini terletak di Baqarah [14]: 32-34)
Oulu, Finlandia, dan mengoperasikan 2 unit Apabila kita meninjau kata “kamu”
77 MW dan 113 MW. Boiler dipasok oleh pada (Qs. Al Jathiyah [45]: 13) dan (Qs. Al
Tampella dan Ahlstrom, dan turbin disuplai Baqarah [14]: 32-34) di atas ditunjukkan
oleh Zamech, LMZ dan Ganz. Pembangkit ini untuk umat manusia. Kapanpun dan
dioperasikan oleh Oulun Energia dimanapun mereka berada dan bahkan
(“Pembangkit Listrik Toppila,” 2018) bertempat tinggal di lingkungan tersebut
Allah swt., telah memberikan hendaknya menjaga ciptaan Allah swt.
Kalimantan Selatan karunia yang luar biasa Oleh karena itu sudah sepatutnya
dengan hamparan lingkungan gambutnya mahasiswa pada khususnya yang
yang luas. Allah berfirman di dalam Alquran berkecimpung dibidang ini turut serta dalam
sebagai berikut. melestarikan dan mengolah lingkungan
ُ ‫يعا ِ ّم ۡن ۚه‬ ِ ‫ت َو َما فِي ۡٱﻷ َ ۡر‬
ٗ ‫ض َج ِم‬ ‫س ﱠخ َر لَ ُكم ﱠما فِي ٱل ﱠ‬
ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬ َ ‫َو‬ gambut ini agar memiliki manfaat yang besar
ٖ ‫ِإ ﱠن فِي ٰذَلِكَ َﻷ ٓ ٰ َي‬
َ‫ت ِلّقَ ۡو ٖم َيتَفَ ﱠك ُرون‬ seperti yang ada di Finlandia. Masih banyak
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa daerah di Kalimantan Selatan yang masih
yang di langit dan apa yang di bumi terbatas akan sumber energi.
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Lingkungan gambut dapat dijadikan
Sesungguhnya pada yang demikian itu materi ajar berbasis energi. Sebagai calon
benar-benar terdapat tanda-tanda guru, mahasiswa tadris fisika khususnya di
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. Kalimantan Selatan dapat menjadikan
(Qs. Al Jathiyah [45]: 13) lingkungan gambut sebagai materi ajar yang
‫ض َوأَنزَ َل ِمنَ ٱل ﱠ‬
‫س َما ٓ ِء‬ َ ‫ت َو ۡٱﻷ َ ۡر‬ ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬ ‫ٱ ﱠ ُ ٱلﱠذِي َخلَقَ ٱل ﱠ‬ berbasis kearifan lokal. Literasi mahasiswa
َ‫ت ِر ۡز ٗقا لﱠ ُك ۡ ۖم َو َس ﱠخ َر لَ ُك ُم ۡٱلفُ ۡلك‬ ِ ‫َما ٓ ٗء فَأ َ ۡخ َر َج بِِۦه ِمنَ ٱلث ﱠ َم ٰ َر‬ mengenai lingkungan gambut juga harus
ۡ َ ۡ
‫س ﱠخ َر لَ ُك ُم ٱﻷن ٰ َه َر َو َس ﱠخ َر لَ ُك ُم‬ َ ‫ي فِي ۡٱلبَ ۡح ِر بِأَمۡ ِر ۖ ِهۦ َو‬ َ ‫ِلت َۡج ِر‬ ditingkatkan terlebih dahulu agar dapat
‫ار‬ ‫ﱠ‬ ۡ ‫ﱠ‬
َ ‫سخ َر لك ُم ٱلي َل َوٱلن َه‬ ُ َ ‫ﱠ‬ ۖ ۡ ٓ
َ ‫س َوٱلق َم َر دَائِبَي ِن َو‬ َ ۡ ‫ٱل ﱠ‬
َ ‫ش ۡم‬ mentransfer dengan baik dan benar
ْ
‫سألت ُ ُموهُ َو ِإن تَعُد ﱡوا نِعۡ َمتَ ٱ ﱠ ِ َﻻ‬ ۚ ۡ َ َ ‫َو َءات َٰى ُكم ِ ّمن ُك ِّل َما‬ pengetahuan mengenai lingkungan gambut
ۗ ُ ‫ت ُ ۡح‬
‫ار‬ٞ ‫وم َكفﱠ‬ ُ
ٞ َ‫سنَ ل‬
‫ل‬ َ
‫ظ‬ ِ ۡ ‫صو َها ٓ إِ ﱠن‬
َ ٰ ‫ٱﻹن‬ kepada keluarga dan masyarakat umumnya
32. Allah-lah yang telah menciptakan langit serta siswa-siswanya pada khususnya nanti
145
nantinya. Agar lingkungan gambut di
Profil Literasi Lingkungan Gambut
Kalimantan Selatan yang merupakan
Mahasiswa Tadris Fisika
anugerah dari Allah swt., dapat kita jaga dan
kelola dengan baik potensinya untuk
kemaslahatan hidup. 18,80%
Tinggi
53,10%
28,10% Cukup

METODE PENELITIAN Rendah

Metode yang digunakan dalam


penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Gambar 2. Profil Literasi Lingkungan Gambut
Subjek penelitian adalah mahasiswa Tadris Mahasiswa Tadris Fisika
Fisika Angkatan 2017. Pengumpulan data
dilakukan melalui instrumen angket yang Profil literasi mahasiswa pada grafik
berisi 15 pernyataan tentang materi yang ditampilkan gambar 1. di atas diperoleh
lingkungan gambut diantaranya: pengertian berdasarkan pengolahan data angket tentang
tentang lahan gambut, pentingnya lahan lingkungan gambut yang telah dijawab oleh
gambut, alasan lahan gambut harus 32 orang responden. Berdasarkan grafik
dilindungi, langkah-langkah pemerintah tampak bahwa 53,10% mahasiswa berada
untuk melindungi lahan gambut, tantangan pada kategori rendah, 28,10% berada pada
dalam melindungi lahan gambut, peran kategori cukup dan 18,80% berada pada
masyarakat dan mahasiswa dalam upaya kategori tinggi.
perlindungan lahan gambut dengan variasi Hasil ini menunjukkan bahwa masih
jawaban tepat, tidak tepat dan tidak paham. sedikit mahasiswa tadris fisika yang paham
Data penelitian berupa skor jawaban subjek akan lingkungan gambut dan umumnya
penelitian yang direkapitulasi dan masih belum paham sehingga masih sulit
dikategorisasi mengikuti aturan tabel di untuk menerapkannya.
bawah ini: Budaya literasi tengah giat
Tabel 1. Kriteria Literasi Lingkungan Gambut dikembangkan diberbagai jenjang
Kriteria Skor pendidikan saat ini salah satunya adalah di
Rendah 1-5 lingkungan kampus. Hal ini guna
Cukup 6-10 memberikan bekal kepada mahasiswa untuk
Tinggi 11-15 mampu menyelesaikan permasalahan-
Hasil yang diperoleh kemudian
permasalahan yang terjadi dimasyarakat.
dipersentasikan berdasarkan jumlah
Sebagai agent of changes sudah sepatutnya
mahasiswa yang berada pada kriteria
mahasiswa membawa perubahan pada
tersebut.
masyarakat.
HASIL PENELITIAN Lahan gambut memberikan banyak
manfaat diantaranya dapat menjadi sumber
Hasil penelitian yang diperoleh
pembelajaran. Sebagai mahasiswa dan calon
berdasarkan jawaban responden terhadap
guru masa depan mahasiswa tadris fisika
angket yang disebarkan sebagaimana
haruslah memiliki daya literasi tinggi dan
diperlihatkan pada gambar 1 di bawah ini.
memiliki kesadaran akan alam sekitar.
Meningkatkan pengetahuan mengenai
lahan gambut dapat diperoleh dari berbagai
media offline dan online. Sebagai generasi
revolusi industri 4.0, mahasiswa harus melek
terhadap teknologi. Pada media online
146
banyak berita yang membahas tentang gambaran mengenai gambaran lingkungan
lingkungan gambut. Media ini dapat gambut saat ini dan pemanfaatan lingkungan
dimanfaatkan oleh mahasiswa saat untuk gambut. Bagi mahasiswa tadris fisika
mendapatkan pengetahuan mengenai lingkungan gambut dapat menjadi sumber
lingkungan gambut. pembelajaran. Hal ini didukung oleh
Jurnal-jurnal penelitian yang juga dapat penelitian yang terangkum dalam tabel di
dengan mudah diakses oleh mahasiswa. bawah ini.
Jurnal-jurnal tersebut banyak memberikan
Tabel 2. Penelitian Pendukung
No Peneliti Tahun Hasil Penelitian Sumber
1. Ahmad 2017 Penggunaan model inkuiri terbimbing secara (Rusyadi &
Rusyadi (Dalam kontektual Amalia,
dan Lia Seminar membuat peserta didik dapat memecahkan 2017)
Amalia Nasional PIPA permasalahan yang berkaitan dengan
ULM BJM) pembelajaran IPA khususnya materi energi
dalam kehidupan berbasis lahan gambut.
Pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan
analisis kebutuhan
peserta didik akan menghasilkan kevalidan,
kepraktisan, dan keefektifan.
2 Laila Farida 2017 Perasaan dan pemahaman siswa yang (Farida,
(Dalam berlandaskan kebudayaan dimasyarakat ikut 2017)
Seminar serta berperan dalam menginterpretasikan dan
Nasional PIPA menyerap pengetahuan yang baru (konsep-
ULM BJM) konsep IPA). Siswa menjadi peduli akan
lingkungan dan merasa bangga akan kearifan
lokal yang dimiliki sehingga siswa dapat menjaga
kelestarian alam. Pada pembelajaran tanah
gambut terbatas pada materi yang berkaitan
dengan materi asam basa yang meliputi
keasaman tanah dan reaksi penetralan pada
tanah.
3 Yulia 2017 Penerapan model pembelajaran inkuiri pada (Rahmi &
Rahmi dan (Dalam materi lahan gambut yang akan Adeyantina,
Putri Seminar disajikan dalam proses pembelajaran IPA akan 2017)
Adeyantina Nasional PIPA menumbuhkan karakter peduli
ULM BJM) lingkungan.

Lingkungan gambut merupakan dijadikan materi ajar dalam pendidikan fisika


kekayaan alam yang ada di Kalimantan yang merupakan bagian dari ilmu
Selatan. Kemampuan literasi pada materi pengetahuan alam. Kita dapat mempelajari
lahan gambut sudah sepatutnya ditingkatkan energi dan asam basa berbasis lingkungan
oleh mahasiswa sebagai agen perubahan agar gambut. Dengan mempelajari lingkungan
dapat menumbuhkan karakter peduli pada gambut diharapkan mahasiswa menjadi
lingkungan dan dapat membuat kemampuan peduli akan lingkungan dan merasa bangga
berpikir kritis dan kreatif mahasiswa berjalan akan kearifan lokal yang dimiliki.
untuk menjaga, mengelolah dan
mengembangkan lingkungan gambut. KESIMPULAN
Selain itu, lingkungan gambut dapat 1. Profil literasi lingkungan gambut
147
mahasiswa tadris fisika masih tergolong Martin, A., & Madigan, D. (2006). Digital
rendah hal ini dikarenakan masih Literacies for Learning. Facet Publishing.
kurangnya minat mahasiswa untuk M.Pd, D. I. M., M.Pd, D. T., & M.Pd, A. K. H.
mencari tahu mengenai lingkungan (2017). Pembelajaran Literasi Berbasis
gambut dan kurangnya kesadaran Sastra Lokal (Pertama). Magetan, Jawa
mahasiswa akan lingkungan sekitar. Timur: Cv. Ae Media Grafika.
2. Literasi lingkungan gambut pada Nasution, H. R., Fahrudin, A. E., & Harnawan,
mahasiswa tadris fisika dapat A. A. (2016). Prototipe Sistem Jaringan
ditingkatkan dengan memberi arahan Sensor Untuk Monitoring Temperatur-
pada mahasiswa bahwa lingkungan Kelembaban Permukaan Dan Bawah
gambut memiliki banyak manfaat dan Lahan Gambut Berbasis Database. Jurnal
dapat dijadikan sumber pembelajaran Fisika FLUX, 9.
yang berkearifan lokal. Nasution, L. H. (2013). Analisis Literasi
3. Literasi Lingkungan gambut dapat Informasi Pengguna Perpustakaan
membuka pikiran mahasiswa bahwa Universitas Sumatera Utara. Institut
lingkungan gambut dapat memberi Pertanian Bogor, Bogor.
warna pada penelitian mahasiswa yang Noor, M. (2001). Pertanian Lahan
selama ini hanya fokus pada metode dan Gambut,Potensi Dan Kendala.
strategi, tetapi lingkungan gambut dapat Yogyakarta: Kanisius.
menjadi sumber pembelajaran yang Pembangkit Listrik Toppila. (2018). In
diintegrasikan dengan model ataupun Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
strategi pembelajaran. bebas. Retrieved from
https://id.wikipedia.org/w/index.php?ti
DAFTAR PUSTAKA tle=Pembangkit_Listrik_Toppila&oldid
Adinugroho, W. C., I N. N Suryadiputra, =14446902
Suparjo, B. H., & Labueni Siboro. (2005). Rahmi, Y., & Adeyantina, P. (2017). Penerapan
Panduan pengendalian kebakaran hutan dan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
lahan gambut. Bogor: wahyu catur Untuk Menumbuhkan Karakter Peduli
adinugroho. Lingkungan Pada Materi Lahan Gambut.
Division, B. E. (2006). Literacy Initiative for 13.
Empowerment, LIFE: vision and Rusyadi, A., & Amalia, L. (2017).
strategy paper, 2005-2015; 2006. United Pengembangan Bahan Ajar Melalui
Nation Educational, Scientific and Cultural Model Inkuiri Terbimbing Untuk
Organisation, Second, 46. Melatih Keterampilan Berpikir Kritis
Farida, L. (2017). Lahan Gambut Sebagai Sumber Pada Materi Energi Dalam Kehidupan
Pembelajaran Ipa Berbasis Sains Tradisional Berbasis Lahan Gambut. Seminar
Dengan Model Inkuiri Terbimbing. 14. Nasional PIPA ULM BJM, 12.

148
Pengembangan Instrumen Analisis Kreativitas Mahasiswa dalam
Pemodelan Personalized Learning

Wiwik Agustinaningsih
Program Studi Tadris Fisika, Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin

Email korespodensi: [email protected]

ABSTRACT−Review the results of studies in the Tadris Fisika Program at The State Islamic University
Antasari Banjarmasin with the approval for assignments, the Midterm Examination (UTS), and the Final
Semester Examination (UAS) which is championed when promoting competency in the knowledge domain.
While the development of creativity and innovation which are 21st century skills achievements receive less
attention, before they are considered paying attention to individuals. While each individual has unique
advantages, talents, and interests which is differed from each other that can be empowered in the lecture
process. This paper supports designing an instrument for analyzing the creativity of students interested in
lectures by personal learning (PL). Personalize learning according to the learning experience in steps and
recommended adjusted to meet the needs of each student. The instruments processed to follow the research
and development flow in the development process, namely analysis, design, and development. While the
developed instruments publish Semester Lecture Plans (RPS) for teaching material development, Curriculum
Study Module and Physics Teaching Material Development, Teaching Material Development Project Sheets,
Project Creativity Evaluation Sheets, and questionnaires as the results of their own research. Every
smoothness, flexibility, elaboration (detailing), and originality (authenticity) in terms of people, press, process,
and product. The assessment of instruments for the analysis of creativity is provided by physics education
expert by taking into account the indicators of the development of each instrument, considering the relevance,
accuracy, systematic presentation, and suitability of active-creative learning considerations.

KEYWORD: Creativity; Instruments of analysis; Modeling; Personalized learning.

Abstrak – Umumnya penilaian hasil pembelajaran di Program Studi Tadris Fisika Universitas Islam Negeri
Antasari mengacu pada tugas, Ujian Tengah Semester (UTS), dan Ujian Akhir Semester (UAS) yang berfokus
pada pencapaian kompetensi ranah pengetahuan. Sementara pengembangan kreativitas dan inovasi yang
menjadi capaian keterampilan abad 21 kurang mendapat perhatian, terlebih jika memperhatikan perbedaan
individual. Padahal setiap individu memiliki keunggulan, bakat, dan ketertarikan unik yang berbeda antara
satu sama lain yang mana dapat diberdayakan dalam proses perkuliahan. Makalah ini bertujuan untuk
memberi rancangan instrumen analisis kreativitas mahasiswa yang diamati dalam perkuliahan dengan
personalized learning (PL). Pembelajaran yang dipersonalisasi mengacu pada pengalaman belajar dengan
langkah dan pendekatannya disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing mahasiswa. Instrumen
yang diolah mengikuti alur metode research and development dalam proses pengembangannya, yakni
analysis, design, and development. Adapun instrumen yang dikembangkan meliputi Rencana Perkuliahan
Semester (RPS) mata kuliah pengembangan bahan ajar, Modul Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan
Ajar Fisika, Lembar Proyek Pengembangan Bahan Ajar, Lembar Penilaian Kreativitas Proyek, dan angket
kreativitas sebagai penilaian diri. Setiap instrumen berfungsi untuk menilai aspek kreativitas fluency
(kelancaran), flexibility (kelenturan), elaboration (memperinci), dan originality (keaslian) yang ditinjau dari
person, press, process, dan product. Penilaian terhadap instrumen untuk analisis kreativitas ini diberikan oleh
pakar Pendidikan Fisika dengan memperhatikan indikator pengembangan masing-masing instrumen,
149
diantaranya relevansi, keakuratan, sistematika penyajian, dan kesesuaian dengan tuntutan pembelajaran
aktif-kreatif.

KATA KUNCI: Instrumen analisis; Kreativitas; Pemodelan; Personalized learning.

PENDAHULUAN dalam perkuliahan. Untuk memantik daya


Profil lulusan merepresentasikan bentuk kreativitas mahasiswa maka diperlukan
perkuliahan yang perlu dikembangkan oleh pemahaman akan adanya perbedaan
pengajar. Salah satu kompetensi tambahan karakteristik mereka saat mengikuti kuliah.
yang memperkuat kompetensi utama dan Inilah konsep dari personalized learning. Proses
sebagai penciri keunggulan Tadris Fisika UIN perkuliahan yang memperhatikan perbedaan
Antasari yakni memiliki kemampuan (soft skill individu (individual differences).
dan hard skill) dalam bidang manajemen dan Sukmadinata dalam Munirah (2018)
kepemimpinan pendidikan fisika serta mampu menyatakan bahwa untuk memahami
merancang sistem pendidikan fisika yang perbedaan individual, guru seharusnya
kreatif dan inovatif. Dalam harapan tersebut mengetahui faktor yang mempengaruhi
memunculkan konsep kreatif. Kreativitas belajar. Lebih lanjut dijelaskan faktor yang
berarti suatu daya yang dimiliki seorang mempengaruhi tersebut meliputi faktor
individu dalam menyelesaikan permasalahan internal (fisiologis dan psikologis) dan faktor
dengan cara baru, unik, dan memuaskan. eksternal (lingkungan). Cara dan hasil belajar
Kreativitas dimulai dari banyaknya seseorang dipengaruhi perbedaan individu.
mengajukan pertanyaan hingga solusi Sudut pandang fisiologis yang
permasalahan yang sedang dihadapinya. mempengaruhi cara dan hasil belajar menjadi
Dilanjutkan dengan mengkaitkan dan tinjauan dalam makalah ini. Kondisi fisiologis
menguraikan solusi yang diperoleh merupakan kondisi fisik seseorang meliputi
sebelumnya dari berbagai sudut pandang. panca indera yakni pendengaran dan
Setelah itu melakukan penambahan maupun pengliahatn, keutuhan tubuh serta keadaan
pengurangan berdasarkan kebutuhan masalah jasmani. Perangkat fisik yang mendukung
setelah ditinjau dari berbagai sisi. Hingga proses belajar tersebut ada dalam Firman
akhirnya diperoleh cara baru dan unik yang Allah Swt pada surah An Nahl (16:78).
tentunya berbeda dari yang ada sebelumnya. ‫ون أ ُ ﱠم ٰ َهتِ ُك ۡم َﻻ‬
ِ ‫ط‬ ُ ُ‫َوٱ ﱠ ُ أ َ ۡخ َر َج ُكم ِ ّم ۢن ب‬
Idelanya satu permasalahan untuk lima
anak, menghasilkan 5 solusi kreatif. Hal ini ‫تَعۡ لَ ُمونَ ش َۡي ٔ◌ ٗ◌ا َو َج َع َل لَ ُك ُم ٱل ﱠ‬
‫س ۡم َع‬
karena setiap individu berbeda dalam sudut َ‫ص َر َو ۡٱﻷ َ ۡف ٔ◌ ِ◌دَة َ لَ َعلﱠ ُك ۡم ت َ ۡش ُك ُرون‬
َ ٰ ‫َو ۡٱﻷ َ ۡب‬
pandang, pengalaman, pengetahuan dasar, Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari
lingkungan yang mempengaruhinya dalam perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
melalui setiap proses kreatif. Contohnya saat sesuatupun, dan Dia memberi kamu
melihat sumber daya rotan melimpah di pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
daerahnya, maka 5 orang berbeda akan bersyukur.” (Q.S. An-Nahl [16]: 78)
merencanakan tata kelola sumber daya rotan Dapat dipahami ada 3 modalitas belajar
yang berbeda pula. Rencana yang sesuai yang menjadi kekuatan individu dalam
pemikiran dan motivasinya. menyerap bahan kuliah, yakni visual
Perbedaan mahasiswa pun demikian
150
(penglihatan), auditori (pendengaran), dan mahasiswa di perguruan tinggi ialah
kinestetik (gerak). Dan fungsi gerak pengajarnya itu sendiri.
dikendalikan otak. Menurut Dr. Taufiq Pasiak Pola pengajaran yang dilakukan oleh
(pakar neurosains Indonesia) terhadap hadits dosen secara teoritis akan mempengaruhi
Nabi Muhammad Saw tentang segumpal perkembangan mahasiswanya. Baik
daging yang ada di tubuh manusia, “jika daging perkembangan mental, psikologis, cara
itu baik maka baik pula manusia itu, jika daging itu komunikasi, sikap, pengetahuan, dan tentu
jelek maka akan jelek manusia itu,” bahwa saja pengaruh terhadap kreativitas
segumpal daging itu ialah otak (Iriyanto, 2015). mahasiswa. Jika pola pengajaran tidak
Dalam Firman Allah Swt di surah Al-Hajj memperhatikan pentingnya pengembangan
(46) ada seruan penggunaan modalitas belajar kreativitas, maka perkuliahan akan berjalan
tersebut. sebagaimana pengejaran nilai-nilai akademis.

‫ض فَتَ ُكونَ لَ ُه ۡم‬ ِ ‫ِيرواْ فِي ۡٱﻷ َ ۡر‬ ُ ‫أَفَلَ ۡم يَس‬ Aspek kreativitas penting diasah
sebagaimana pisau jika jarang digunakan
‫ان يَ ۡس َمعُونَ بِ َه ۖا‬ٞ َ‫وب يَعۡ ِقلُونَ بِ َها ٓ أ َ ۡو َءاذ‬
ٞ ُ‫قُل‬ maka akan tumpul. Rumah yang lama tidak
‫ص ُر َو ٰلَ ِكن ت َعۡ َمى‬ َ ٰ ‫فَإِنﱠ َها َﻻ ت َعۡ َمى ۡٱﻷ َ ۡب‬ ditempati lama-lama rusak dengan

ُ ُ‫ۡٱلقُل‬
sendirinya. Kemanfaatannya lambat laun
‫ُور‬
ِ ‫صد‬ ‫وب ٱلﱠ ِتي ِفي ٱل ﱡ‬ berkurang, karena segala sesuatunya baik
Artinya: “maka apakah mereka tidak berjalan di
fisik maupun keterampilan jika tidak
muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang
digunakan maka akan hilang (tidak
dengan itu mereka dapat memahami atau
berkembang).
mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
Berangkat dari hal inilah maka perlu
mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata
mengembangkan instrumen analisis
itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di
kreativitas mahasiswa yang menjadi
dalam dada.”(Q.S. Al Hajj [22]: 46)
perangkat aktivitas mengajar bagi pendidik
Perkuliahan umumnya memberikan tes
khususnya dosen.
tengah semester dan akhir semester juga tugas
Pengembangan kreativitas mengacu
ataupun kehadiran sebagai pertimbangan
pada aspek kreatif fluency (kelancaran),
kelulusan mahasiswa dalam kompetensi hasil
flexibility (keluwesan), elaboration (kerincian),
belajarnya. Hal ini tentu saja tidak sejalan
dan originality (keaslian). Dengan menelaah
dengan kompetensi yang menjadi harapan
keempat aspek tersebut dalam proses
program studi Tadris Fisika untuk pencapaian
perkuliahan yang memperhatikan perbedaan
kemampuan kreatif mahasiswa. Khususnya
individu maka diharapkan menjadi usaha
dalam konteks pedagogik menjadi guru yang
berkelanjutan dalam usaha mewujudkan
kreatif.
calon pendidik yang kreatif.
Guru kreatif akan menghasilkan siswa
kreatif. Atau sebelum siswanya menjadi kreatif
METODE PENELITIAN
maka gurunya harus lebih dahulu menjadi
Metode penelitian ini menggunakan
kreatif. Sebagaimana dikemukakan oleh
penelitian pengembangan dengan
Teviana dan Yusiana (2012) bahwa jenis pola
mengadaptasi dari Four-D Models oleh
asuh orang tua mempengaruhi tingkat
Thiagarajaan, Semmel, dan Semmel (1974);
kreativitas anak. Maka orangtuanya
Susilowati, Jamal, Suyidno (2012) dengan
151
tahapan pendefinisian, perancangan, analisis meliputi RPS, modul pengembangan
pengembangan, dan penyebaran. bahan ajar, lembar proyek mahasiswa, dan
Pendefinisian dilakukan dengan analisis lembar penilaian kreativitas. Selanjutnya
karakteristik mahasiswa dalam hal gaya instrumen hasil rancangan ditelaah oleh
belajar dan profil kreativitas awal. Angket validator dari pakar pendidikan fisika dan
identifikasi gaya belajar dan angket kreativitas kreativitas pada tahap pengembangan.
digunakan dalam tahap ini. Selain itu Proses pengembangan dilakukan
dilakukan pula definisi materi ajar dengan dengan merevisi instrumen berdasarkan
menelaah capaian pembelajaran dan materi saran dan penilaian 3 orang pakar. Setiap
ajar pada Rencana Perkuliahan Semester (RPS) instrumen dinilai dengan menggunakan
untuk mata kuliah yang direncanakan. Dalam lembar validasi sesuai indikator
penelitian ini pengajar mengampu mata kuliah pengembangannya. Dari tahapan ini
pengembangan bahan ajar. diperoleh draf II instrumen yang siap untuk
Tahap perancangan dilakukan dengan diujicobakan pada mahasiswa.

Analisis Materi Pengembangan Bahan Ajar

Pendefinisian
Analisis Mahasiswa

Perumusan Tujuan Pembelajaran

Penyusunan Instrumen Penyusunan Lembar Validasi

Perancangan
Draft I Instrumen Analisis Kreativitas

Validasi Instrumen

Revisi

Draft II dan Ujicoba

Analisis Ujicoba Pengembangan &

Penyebaran
Laporan

penyusunan draf I instrumen pendukung


Gambar 1. Tahap Pengembangan Instrumen (adaptasi Susilowati, Jamal, Suyidno 2012)

Pengembangan instrumen ini memprogramkan mata kuliah


diterapkan pada subyek sejumlah 16 orang Pengambangan Bahan Ajar.
mahasiswa Tadris Fisika angkatan 2017 yang Selanjutnya tahapan akhir ialah

152
penyebaran instrumen yang harapannya pelaksanaan proyek, tujuan kegiatan,
dapat diadaptasikan dan diterapkan dalam langkah kegiatan, dan format hasil analisis
berbagai materi perkuliahan di Tadris Fisika proyek.
UIN Antasari Banjarmasin. 4. Lembar Penilaian Kreativitas
Teknik analisis data dilakukan dengan Lembar penilaian kreativitas untuk
menghitung skor penilaian validator laporan kegiatan menggunakan aspek
kemudian menginterpretasikannya. kreativitas fluency, flexibility, elaboration,
Interpretasi dilakukan terhadap validitas dan dan originality sebagai rubrik penilaian.
reliabilitas setiap instrumen berdasarkan Nilai diberikan dengan skala minimum 5
penilaian pakar. Adapun skala penilaian dan maksimum 25 untuk setiap
validasi dengan skala Likert dari 1 sampai komponen.
dengan 4.
Validitas Instrumen
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji validitas instrumen menggunakan
Instrumen Analisis Kreativitas SPPS statistics 25 pada bagian korelasi
1. Rencana Perkuliahan Semester (RPS) Bivariate Pearson dengan taraf siginifikansi
RPS yang dikembangkan memuat 0,05. Analisis dilakukan terhadap hasil rata-
deskripsi unsur pedagogik seperti rata penilaian 3 validator terhadap 4
Capaian pembelajaran program studi dan instrumen yang dikembangkan. Validitas
mata kuliah, media pembelajaran, instrumen menunjukkan kecermatan
kemampuan akhir, bahan kajian, metode instrumen dalam kegiatan analisis.
pembelajaran dan estimasi waktu,
indikator, penilaian, dan deskripsi tugas, Berdasarkan tabel 1 dapat diperoleh
serta daftar referensi perkuliahan. nilai r hitung RPS < r tabel 0,997 untuk taraf
2. Modul Pengembangan Bahan Ajar signifikansi 0,05. Hal ini berarti
Modul yang dikembangkan sebagai pengembangan RPS masih belum valid.
pendukung kegiatan kuliah memuat Sedangkan untuk instrumen modul, lembar
tinjauan mata kuliah, kajian (karakteristik proyek, dan lembar penilaian kreativitas
siswa, karakteristik materi fisika, strategi didapat r hitung > r tabel, yakni 0,999 > 0,997.
dan desain pembelajaran, bahan ajar dan Berdasarkan analisis tersebut dapat
pengembangannya), serta daftar pustaka. disimpulkan ketiga instrumen memenuhi
Modul dikembangkan dengan kriteria valid.
memperhatikan prinsip pengembangan RPS dikembangkan untuk setengah
modul. semester, sehingga belum sepenuhnya
3. Lembar Proyek Mahasiswa menggambarkan rencana perkuliahan secara
Lembar proyek menjadi bagian dari menyeluruh. Penilaian terendah dari
modul dimana setiap akhir bab akan validator berada pada elemen perumusan
diikuti oleh kegiatan proyek yang akan kegiatan pembelajaran. Hal ini karena
dilakukan mahasiswa secara kegiatan yang dirancang sangat padat
berkelompok. Elemen yang sehingga dinilai kurang mengakomodasi
dikembangkan dalam lembar proyek kebutuhan mahasiswa untuk belajar secara
meliputi judul proyek, jadwal bertahap.
153
Modul pengembangan terintegrasi Lembar penilaian kreativitas termasuk
dengan lembar proyek mahasiswa. Kedua dalam kategori valid. Penilaian dimaksudkan
instrumen berada pada kategori valid. Hal ini untuk menelaah 5 tugas proyek mahasiswa
karena modul sudah dikembangkan sesuai yang dinilai dari aspek kreativitas fluency,
prinsip pengembangan modul dan format isi flexibility, elaboration, dan originality. Skor
yang bersesuaian. Sehingga menjadi bahan maksimum penilaian bagi mahasiswa yakni
ajar yang cukup baik sebagai penunjang 100.
kegiatan belajar mandiri bagi mahasiswa. Validitas berhubungan dengan
Terkait dengan lembar proyek kesahihan instrumen yang sesuai dengan
memenuhi strategi yang mampu mengungkit karakteristik pengembangan kreativitas
daya kreativitas mahasiswa. Hapsari, mahasiswa. Menurut Sani (2014) tahap
airlanda, dan Susiani (2019) menyebutkan pengembangan kreativitas (yang harusnya
project based learning memberi pengaruh ada dalam instrumen pengajaran) yakni
positif bagi pengajar dan pembelajar, merasakan ketidaksesuaian, mengumpulkan
diantaranya membangun kreatifitas individu elemen, modifikasi elemen, mencari sintesis,
dengan bentuk proyek yang harus mereka melakukan inkubasi, inspirasi, dan verifikasi.
kerjakan.
Tabel 1. Analisis Korelasi Bivariate Pearson untuk Instrumen Pengembangan
Correlations
Lembar_proy Lembar_krea
RPS Modul ek tivitas Sum
RPS Pearson 1 .866 .866 .866 .889
Correlation
Sig. (2-tailed) .333 .333 .333 .303
N 3 3 3 3 3
Modul Pearson .866 1 1.000 ** 1.000 ** .999*
Correlation
Sig. (2-tailed) .333 .000 .000 .031
N 3 3 3 3 3
Lembar_proyek Pearson .866 1.000 ** 1 1.000 ** .999*
Correlation
Sig. (2-tailed) .333 .000 .000 .031
N 3 3 3 3 3
Lembar_kreativit Pearson .866 1.000 ** 1.000 ** 1 .999*
as Correlation
Sig. (2-tailed) .333 .000 .000 .031
N 3 3 3 3 3
Sum Pearson .889 .999 * .999 * .999 * 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .303 .031 .031 .031
N 3 3 3 3 3
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

154
Reliabilitas Instrumen penilaian aspek kreatif pada laporan kegiatan
Reliabilitas instrumen dianalisis dengan proyek mahasiswa dalam mengembangkan
Cronbach’s Alpha dengan nilai acuan minimum bahan ajar sesuai gaya belajarnya (instrumen
0,6. Analisis dilakukan terhadap 4 instrumen terlampir). Sementara lembar identifikasi
yang dinilai meliputi RPS, modul gaya belajar dan angket kreativitas
pengembangan bahan ajar, lembar proyek mengadaptasi instrumen pada penelitian
mahasiswa, dan lembar penilaian kreativitas. sebelumnya.
Tabel 2. Nilai reliabilitas dengan Cronbach’s
Alpha UCAPAN TERIMA KASIH
Reliability Statistics Terima kasih ditujukan kepada
Cronbach's validator instrumen Dr. Suyidno, M.Pd.
Alpha N of Items
program studi pendidikan Fisika Lambung
.880 4
Mangkurat, Hasby Assidiqi, M.Pd. pemerhati
Pada tabel 2 diperoleh angka Cronbach’s
kreativitas dan akademisi UIN Antasari, dan
Alpha sebesar 0,880. Hasil ini lebih besar dari
Mufida Istati, M.Pd. dari Bimbingan Layanan
angka minimal 0,6. Sehingga dapat
Konseling UIN Antasari. Pimpinan Program
disimpulkan bahwa keempat instrumen
Studi Tadris Fisika beserta seluruh mahasiswa
bersifat reliabel atau handal.
Tadris Fisika atas dukungan dan
Reliability is the degree of consistency of a measure.
kerjasamanya.
A test will be reliable when it gives the same
repeated result under the same conditions
DAFTAR PUSTAKA
(Shuttleworth dan Wilson, 2019). Hapsari, D.I., Airlanda, G.S., dan Susiani,
Suatu instrumen dikategorikan reliabel 2019. Penerapan project based learning
jika memberikan hasil analisis yang sama pada untuk meningkatkan motivasi belajar
kondisi yang sama pula. matematika. Jurnal Riset Teknologi dan
Inovasi Pendidikan. Salatiga, h. 102-112
KESIMPULAN Iriyanto, H. D. 2015. Learning Metamorphosis
Berdasarkan hasil yang sudah dikaji Hebat Gurunya Dahsyat Muridnya.
dapat disimpulkan bahwa instrumen analisis Jakarta: Erlangga
pengembangan kreativitas bersifat valid dan Munirah, 2018. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
handal sebagai pendukung perkuliahan yang DAN PEMBELAJARAN (Perhatian dan
ingin menggali potensi kreatif mahasiswa. Motivasi, Keaktifan, Keterlibatan
Rancangan instrumen analisis kreativitas Langsung, Pengulangan, Tantangan dan
meliputi RPS sebagai wadah pengembangan Perbedaan Individu). AULADUNA:
kegiatan kuliah berbasis personalized learning, Jurnal Pendidikan Dasar Islam. Makassar,
modul pengembangan bahan ajar sebagai pp. 116-125
sumber belajar mandiri, lembar proyek Sani, Ridwan Abdullah, 2014. Pembelajaran
mahasiswa sebagai panduan kegiatan kreatif, Saintifik untuk Implementasi Kurikulum
dan lembar penilaian kreativitas sebagai acuan 2013. Jakarta: Bumi Aksara
155
Shuttleworth, Martyn and Wilson, Lyndsay T, Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika FKIP
(2009). Definition of Reliability. Retrieved Universitas Lambung Mangkurat. Laporan
Sep 30, 2019 from Penelitian, tidak diterbitkan, Universitas
Explorable.com: https://explorable.com/ Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
definition-of-reliability Teviana, Venia dan Yusiana, Maria Anita,
Susilowati, Eko, Muh Arifuddin Jamal dan 2012. Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Suyidno, 2012. Pengembangan Modul Kreativitas Anak. Jurnal STIKES. H. 48-
Perkuliahan Strategi Belajar Mengajar 60
(SBM) untuk Meningkatkan Kreativitas

156
Sintesis dan Karakterisasi Bentonit Termagnetisasi sebagai
Adsorben Cepat Pisah

Dyah Ayu Pramoda Wardani1*), Suyanta2), Dwi Siswanta2) Rendy Muhamad Iqbal1),
Erwin Prasetya Toepak1)
1) Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Palangka Raya
2) Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada

Email korespodensi : [email protected]

ABSTRAK−Bentonit merupakan material alam yang memiliki kecenderungan yang tinggi membentuk
koloid, ukuran partikelnya yang dapat membesar sampai beberapa kali lipat jika terkontak dengan air dan
membentuk suspensi, akan menimbulkan kesulitan dalam proses pemisahannya dari fasa cair setelah proses
adsorpsi. Salah satu upaya untuk mengatasi kelemahan tersebut ialah dengan melakukan modifikasi bentonit
menggunakan magnetit (Fe3O4), yang akan mengakibatkan adanya sifat kemagnetan pada material tersebut.
Sifat kemagnetan ini diharapkan memudahkan pemisahan partikel–partikel bentonit termodifikasi setelah
proses adsorpsi dapat dilakukan dengan mudah dan cepat menggunakan medan magnet eksternal. Metode
yang digunakan untuk proses pembuatan bentonit termagnetisasi meliputi preparasi sampel bentonit
teraktivasi dan bentonit termagnetisasi yang akan diketahui pengaruh pembentukannya dengan variasi
konsentrasi Fe2+ dan Fe3+ dengan rasio konsentrasi molar 1:2(0,0125:0,025; 0,025:0,05; 0,05:0,1; dan 0,1:0,2)
kemudian akan dikarakterisasi menggunakan XRD dan TEM. Uji pemisahan dilakukan antara bentonit
teraktivasi dan bentonit termagnetisasi untuk mengkaji pemisahan adsorben. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bentonit termagnetisasi optimum terbentuk pada rasio konsentrasi molar 0,05:0,1 dan magnetit (Fe3O4)
terbentuk pada ruang antar lapis bentonit yang ditunjukkan oleh hasil karakterisasi TEM. Uji pemisahan
bentonit termagnetisasi menunjukkan bahwa bentonit termagnetisasi dapat terpisah dari larutan setelah 5
menit dengan bantuan medan magnet eksternal.

KEYWORDS : Adsorben; Bentonit; Bentonit termagnetisasi; Magnetit

ABSTRACT− Bentonite is a natural material that has a high tendency to form colloids, the particle size that
can enlarge up to several times if contacted with water and forms a suspension, will cause difficulties in the
process of separation from the liquid phase after the adsorption process. One effort to overcome these
weaknesses is to modify bentonite using magnetite (Fe3O4), which will cause magnetic properties in the
material. The magnetic properties are expected to facilitate the separation of modified bentonite particles after
the adsorption process can be carried out easily and quickly using an external magnetic field. The method
used for the process of making magnetized bentonite includes the preparation of activated bentonite samples
and magnetized bentonite that will be known to influence its formation by varying concentrations of Fe2+ and
Fe3+ with a molar concentration ratio of 1: 2 (0,0125: 0,025; 0,025: 0,05; 0,05:0,1 and 0,1: 0,2) will then be
characterized using XRD and TEM. Separation test is carried out between activated bentonite and magnetized
bentonite to assess adsorbent separation. The results showed that optimum magnetized bentonite formed at a
molar concentration ratio of 0.05: 0.1 and magnetite (Fe3O4) formed in the space between layers of bentonite as
indicated by the TEM characterization results. The magnetized bentonite separation test shows that the

158
magnetized bentonite can separate from the solution after 5 minutes with the help of an external magnetic
field.

KEYWORDS : Adsorbent; Bentonite; Magnetite; Magnetized bentonite

PENDAHULUAN struktur monmorilonit memungkinkan air


Bahan penyerap yang layak secara atau molekul lain masuk di antara unit lapisan.
ekonomis digunakan sebagai adsorben adalah Bentonit termasuk mineral yang memiliki
bahan yang banyak ditemukan di alam. Salah gugus aluminosilikat. Unsur-unsur kimia
satu material alam yang dapat dimanfaatkan yang terkandung dalam bentonit
sebagai adsorben adalah bentonit. Bentonit diperlihatkan pada Tabel 1.
merupakan material yang keberadaannya Menurut Bhattacharyya & Gupta (2008)
cukup melimpah terutama di Indonesia dan sebelum digunakan sebagai adsorben,
harganya relatif murah. Bentonit di Indonesia bentonit sebaiknya diaktivasi untuk
tersebar di beberapa lokasi seperti di Pulau mempermudah proses modifikasi bentonit
Jawa dan Sumatera, dan sebagian berada di dalam meningkatkan kemampuan
Pulau Kalimantan dan Sulawesi dengan adsorpsinya sebagai adsorben, salah satu cara
jumlah lebih dari 380 ton, yang merupakan untuk mengaktivasi bentonit adalah
aset potensial yang harus dimanfaatkan menggunakan larutan asam atau basa.
sebaik-baiknya (Syuhada, Wijaya, Jayatin, & Tabel 1 Komposisi kimia bentonit (Oliveira et al.,
Rohman, 2009). 2003)
Bentonit adalah material alam yang Senyawa Na-Bentonit Ca-Bentonit
memiliki kecenderungan tinggi untuk (%) (%)
membentuk koloid, ukuran yang dapat SiO2 61,3-61,4 62,12
membesar sampai beberapa kali lipat jika Al2O3 19,8 17,33
terkontak dengan air dan membentuk Fe2O3 3,9 5,30
suspensi, akan menimbulkan kesulitan dalam CaO 0,6 3,68
proses pemisahannya dari fasa cair setelah MgO 1,3 3,30
proses adsorpsi (Hamsah, 2007). Salah satu Na2O 2,2 0,50
upaya untuk mengatasi kelemahan tersebut K2O 0,4 0,55
ialah dengan melakukan modifikasi bentonit H2O 7,2 7,22
menggunakan magnetit (Fe3O4), yang akan Penggunaan larutan asam atau basa
mengakibatkan adanya sifat kemagnetan pada ditujukan untuk melepaskan pengotor-
material tersebut. Dengan memberikan sifat pengotor lain dari kisi struktur dan
kemagnetan ini diharapkan pemisahan menukarkan kation penyeimbang pada
partikel-partikel bentonit termodifikasi setelah struktur berlapis dengan ion H+, sehingga
proses adsorpsi dapat dilakukan dengan secara fisik rangkaian struktur (framework)
mudah dan cepat menggunakan medan bentonit memiliki area yang lebih luas. Asam
magnet eksternal (Oliveira et al., 2003). sulfat dan asam klorida merupakan senyawa
Bentonit berbeda dari clay lainnya kimia yang dapat digunakan untuk keperluan
karena hampir seluruhnya (75%) merupakan tersebut.
mineral monmorilonit. Adanya atom-atom Pembuatan magnetit menggunakan
yang terikat pada masing-masing lapisan metode kopresipitasi, cara-cara dan kondisi

159
yang digunakan akan mempengaruhi sifat- NaOH biasa digunakan hanya saja
sifat akhir yang diperoleh (Arisandi, 2007). kerugiannya kation-kation Na dapat
Sintesis magnetit dengan metode kopresipitasi diadsorpsi oleh endapan hidroksida,
diperlukan bahan awal (precursor) yang terdiri sementara pencucian untuk membebaskan
atas garam besi yang memiliki ion ferric (Fe ) 3+ endapan dari kation-kation ini sangat sulit
dan ion ferrous (Fe ). Bahan awal yang dapat
2+ dilakukan. Pengotoran seperti ini yang akan
digunakan untuk proses tersebut dapat berupa menurunkan mutu magnetit yang dihasilkan,
larutan FeCl2∙4H2O atau FeSO4∙7H2O untuk sementara NH4OH lebih stabil dan
garam besi dengan ion Fe , sedangkan garam
2+ penggunaan NH4OH yang mengotori
dengan ion Fe dapat diperoleh dari larutan
3+ endapan dapat dihilangkan dengan
Fe(NO3)3 atau FeCl3∙4H2O (Harris, 2002). memanaskan endapan pada suhu tinggi [3].
Sintesis partikel magnetit (Fe3O4) dengan Menurut Fisli dan Yusuf (2010) pada
metode kopresipitasi perlu memperhatikan tahap modifikasi, magnetit dibentuk pada
perbandingan/rasio antara ion ferro (Fe ) dan 2+ ruang antar lapis bentonit dengan
ferri (Fe3+) dalam medium basa (alkali) karena menggunakan prekursor Fe2+ dan Fe3+ serta
akan sangat mempengaruhi hasil sintesis. larutan pengendap berupa NH4OH sampai
Pembentukan Fe3O4 akan dicapai bila pada pH 10. Kenaikan pH ketika ditambahkan
prekursor Fe2+ dan Fe3+ mempunyai NH4OH menyebabkan konsentrasi basa
perbandingan mol 1:2. Pada penelitian yang menjadi berlebih sehingga reaksi hidrolisis
lain juga dinyatakan bahwa temperatur Fe(II) maupun Fe(III) akan bergeser ke arah
larutan garam besi selama kopresipitasi akan pembentukan endapan. Perkiraan reaksi yang
sangat mempengaruhi pembentukan magnetit akan terjadi adalah sebagai berikut:

Gambar 23 Ilustrasi pilarisasi bentonit dengan partikel magnetik (Fisli dan Yusuf, 2010).
(Gnanaprakash, Ayyappan, Jayakumar, FeSO4(aq) + 2OH-(aq) → Fe(OH)2(s) + SO (aq) (1)
Philip, & Raj, 2006). Semakin tinggi 2FeCl3(aq) + 6OH-(aq) → Fe(OH)3(s) + 6Cl-(aq) (2)
temperatur, nukleasi partikel magnetit akan Spesies hidroksida besi yang terbentuk
cenderung lebih cepat terbentuk.Metode inilah yang akan berperan membentuk
basah garam-garam yang diperlukan sebagai padatan magnetit dan terdistribusi pada ruang
bahan dasar dilarutkan bersama-sama. antar lapis bentonit. Selanjutnya, padatan
Larutan yang sudah diaduk sampai homogen yang diperoleh dipanaskan untuk
selanjutnya perlu ditambahkan dengan mendehidrasi molekul air sehingga terbentuk
larutan pengendap sedemikian rupa sehingga spesies magnetit. Perkiraan reaksi sintesis
endapan yang didapatkan memiliki magnetit yaitu :
homogenitas. Fe(OH)2(aq) + 2Fe(OH)3(s) → Fe3O4(s) + 4H2O(l) (3)
Zat-zat yang paling umum digunakan sebagai Perkiraan reaksi sintesis pembentukan
zat pengendap adalah hidroksida, karbonat, magnetit pada ruang antar lapis bentonit:
sulfat dan oksalat (Liong, 2005). Pengendap Bentonit + 3Fe(OH)3(s) + Fe(OH)2(s) → Bentonit-

160
Fe3O4 + 4H2O(l) (4) ºC selama 3 jam. Selanjutnya dilakukan
Pada penelitian ini dilakukan kajian penggerusan dan diayak dengan
sintesis bentonit termagnetisasi sebagai menggunakan ayakan 100 mesh. Masing-
adsorben cepat pisah dan dikarakterisasi masing sebanyak 50 g bentonit yang telah
menggunakan XRD, TEM, dan uji pemisahan diayak, direfluks dengan 250 mL HCl dengan
adsorben dari dalam larutan. konsentrasi 2, 3, dan 5 M selama 3 jam pada
temperatur 105 ºC. Kemudian disaring dan
METODE PENELITIAN dicuci dengan aquabides hingga lolos uji klor
Bahan menggunakan AgNO3 0,1 M. Padatan
Bahan utama yang digunakan dalam dikeringkan dengan menggunakan oven pada
penelitian ini adalah Bentonit alam (Gunung temperatur 60 ºC selama 48 jam. Bentonit
Kidul, Kimia Raya), bahan-bahan lain dengan teraktivasi kemudian dikarakterisasi dengan
kualitas pro analisis produksi E-Merck yaitu menggunakan XRD dan dilakukan uji
FeCl3∙6H2O, FeSO4∙7H2O, HCl 37%, morfologi menggunakan TEM pada bentonit
3CdSO4∙8H2O, Cr(NO)3∙9H2O, AgNO3, teraktivasi optimum.
NH4OH, akuabides dari CV. Progo Mulyo, dan
kertas Whatman 42µ.  Sintesis Bentonit termagnetisasi
Bentonit yang telah diaktivasi kemudian
Alat diayak sampai lolos 200 mesh. Bentonit
Alat-alat yang akan digunakan dalam teraktivasi yang paling optimum dimodifikasi
penelitian ini yaitu alat-alat gelas (Pyrex), Hot dengan mencampurkan 100 mL larutan
Plate Stirrer, Neraca Analitik (Mettler Toledo FeSO4.7H2O dan FeCl3∙6H2O dengan variasi
Classic AB204), pH meter (Mettler Toledo), konsentrasi masing-masing sebesar
ayakan 100 mesh dan 200 mesh, Shaker (OSK 0,0125:0,025; 0,025:0,05; 0,05:0,1; 0,1:0,2 M.
TW-116), Lumpang dan Alu Porselen, Oven Campuran diaduk pada temperatur 85 ºC,
(Memmert UN 75), Hot Plate-Stirrer (Thermo kemudian ditambahkan larutan NH4OH 1,3 M
Scientific MAREC), Heating mantle (M-TOPO tetes demi tetes sehingga pH 11. Campuran
M-SE), Ultrasonic Cleaner (Sakura model US- didiamkan selama 2 jam. Bentonit
10E), Spektrometer IR Shimadzu (FTIR termagnetisasi dikarakterisasi menggunakan
Prestige 21), X-Ray Diffraction (Rhigaku XRD dan dilakukan uji morfologi
Miniflex600), Fisiosorpsi Isotermal Gas N2 menggunakan TEM pada bentonit
menggunakan gas sorption analyzer termagnetisasi optimum.
berdasarkan persamaan BET (Quantachrome
NovaWin), Transmission Elecron Microscopy  Uji pemisahan adsorben dalam larutan
(JEM-1400), Vibrating Sample Magnetometer Larutan ditempatkan dalam 2 botol
(VSM 250) dan Atomic Adsorption sampel. Botol sampel pertama ditambahkan
Spectrofotometric (ContrAA 300). dengan adsorben bentonit teraktivasi dan
botol sampel kedua ditambahkan adsorben
Prosedur Penelitian bentonit termagnetisasi. Masing-masing
 Preparasi bentonit dan aktivasi bentonit campuran diaduk kemudian didiamkan
Bentonit dibersihkan dari pengotor beberapa saat. Pada botol sampel kedua diberi
kasar, kemudian dioven pada temperatur 70 medan magnet eksternal. Kemudian diamati

161
laju pemisahan bentonit teraktivasi dan Apabila konsentrasi H+ cukup tinggi
bentonit termagnetisasi pada masing-masing maka dimungkinkan terjadi proses
campuran. dealuminasi, yaitu pelepasan Al dari struktur
bentonit. Reaksi proses pelepasan Al dari
HASIL DAN PEMBAHASAN bentonit dituliskan pada persamaan kimia
Konfirmasi XRD bentonit dan bentonit berikut ini:
teraktivasi (Al3)(Si8)O20(OH)4 + 3H+ → (Al3)(Si8)O20(OH)2
Bentonit yang telah dipersiapkan + Al3+ + 2H2O (5)
kemudian diaktivasi dengan menggunakan (Al3)(Si8)O20(OH)4 + 6H → (Al3)(Si8)O20(OH)2
+

larutan asam. Penggunaan larutan asam + Al3+ + 4H2O (6)


ditujukan untuk memperbaiki karakteristik Proses aktivasi dengan perlakuan asam
permukaan bentonit yang digunakan sebagai menghasilkan filtrat yang berwarna kuning
adsorben. Proses aktivasi ini dapat kehijauan yang mengindikasikan bahwa
menghilangkan pengotor sehingga pori kation pengotor larut. Setelah dicuci, disaring,
bentonit diharapkan menjadi lebih terbuka dan dioven didapatkan padatan bentonit yang
sehingga permukaan spesifik pori meningkat. berwarna putih.
Selain itu, diharapkan situs aktif juga akan Analisis dengan menggunakan difraksi
mengalami peningkatan disebabkan oleh situs sinar-X dilakukan untuk mengetahui jenis
aktif yang tersembunyi dapat terbuka. mineral penyusun bentonit yang ditunjukkan
Aktivasi asam dilakukan untuk memperoleh dengan munculnya puncak-puncak pada
karakteristik tersebut, caranya adalah dengan daerah 2θ. Hasil analisis sampel bentonit dan
refluks menggunakan larutan HCl dengan bentonit teraktivasi dengan variasi konsentrasi
variasi konsentrasi 2, 3, dan 5 M pada HCl 2, 3, dan 5 M dengan difraksi sinar-X
temperatur 110 ºC selama 3 jam. Perlakuan ini disajikan pada Gambar 2. Analisis secara
cukup efektif untuk meningkatkan aktivitas kualitatif yang dilakukan dengan mengacu
adsorpsi dari bentonit (Koyuncu, 2008). pada JCPDS No. 12-0219, 89-3433, dan 82-0512,
Larutan asam klorida diketahui yaitu data mineral monmorilonit, kuarsa, dan
merupakan asam yang mampu melarutkan kristobalit.
senyawa yang bersifat anorganik dan memiliki Perlakuan asam pada bentonit
kemampuan dalam mendonorkan ion teraktivasi yang ditampilkan pada Gambar 2
hidrogen (H+) yang digunakan untuk (b) secara umum tidak menunjukkan
mengimbangi situs negatif yang terdapat pada perbedaan yang signifikan, terutama pada
ruang antar lapis bentonit. Selama proses puncak-puncak yang karakteristik untuk
aktivasi, pengotor larut dalam fasa cair, mineral monmorilonit. Perubahan yang cukup
kemudian terjadi pertukaran kation K , Na , + + jelas hanya tampak pada puncak kristobalit di
Mg dan Ca yang berada pada ruang antar
2+ 2+ 2θ sebesar 22,27º yang mengalami penurunan
lapis bentonit dengan ion hidrogen (H+) dari intensitas. Hal ini mengindikasikan bahwa
larutan asam klorida, (Fisli dan Yusuf, 2010). terjadi kerusakan pada struktur kristobalit
Proses aktivasi bertujuan untuk akibat adanya perlakuan asam. Hal tersebut
menghilangkan pengotor-pengotor yang juga menjelaskan bahwa mineral
terdapat di permukaan bentonit yang berupa monmorilonit yang merupakan penyusun
garam-garam Ca dan Mg (Supeno, 2007). dasar bentonit memiliki ketahanan struktur

162
yang lebih baik terhadap asam jika karakteristik untuk oksida besi pada 2θ
dibandingkan mineral kristobalit. sebesar 19,61º; 35,21º; dan 62,60º yang masing-
Gambar 2 menunjukkan (a) bentonit dan masing berkesesuaian dengan d = 4,52; 2,54;
(b) bentonit teraktivasi HCl 2 M memiliki dan 1,48 Å. Puncak-puncak difraktogram pada
kandungan mineral yang sama. Hal ini Gambar 3 karakteristik terhadap oksida besi
menunjukkan perlakuan aktivasi asam fasa magnetit (Fe3O4). Hal ini mengindikasikan
terhadap bentonit tidak merusak struktur bahwa terjadi pembentukan magnetit pada
yang ada di dalam bentonit. Perbedaan pola ruang antar lapis struktur bentonit.
difraktogram bentonit dan bentonit teraktivasi
HCl 2 M yaitu adanya penurunan intensitas
pada difraktogram bentonit teraktivasi HCl 2
M. Namun, kandungan mineralnya semakin
berkurang pada Gambar 2 (c) dan (d). Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan aktivasi
dengan konsentrasi asam yang tinggi dapat
merusak struktur bentonit. Dengan demikian,
perlakuan asam optimum adalah bentonit
teraktivasi HCl 2 M.

Gambar 3 Difraktogram sinar-X (a) bentonit


teraktivasi dan bentonit termagnetisasi pada T =
85 ºC dengan konsentrasi molar Fe2+ dan Fe3+
sebesar (b) 0,0125:0,025; (c) 0,025:0,05; (d) 0,05:0,1;
(e) 0,1:0,2. Keterangan: M = monmorilonit, M* =
magnetit, Q = Kuarsa, C = Kristobalit

Difraktogram sinar-X bentonit


termagnetisasi dengan variasi konsentrasi Fe2+
Gambar 2 Pola difraktogram (a) bentonit;
(b) bentonit teraktivasi HCl 2 M; (c) bentonit dan Fe3+ yang disajikan pada Gambar 3
teraktivasi HCl 3 M; (d) bentonit teraktivasi HCl memperlihatkan adanya perubahan pola
5 M. Keterangan: M = monmorilonit, I = Illit, Q = difraksi pada bentonit termagnetisasi dengan
Kuarsa, C = Kristobalit munculnya puncak-puncak baru yang
karakteristik untuk oksida besi pada 2θ
Konfirmasi XRD bentonit termagnetisasi sebesar 19,61º; 35,21º; dan 62,60º yang masing-
dengan variasi konsentrasi molar Fe dan Fe2+ 3+ masing berkesesuaian dengan d = 4,52; 2,54;
Difraktogram sinar-X bentonit dan 1,48 Å. Puncak-puncak difraktogram pada
termagnetisasi dengan variasi konsentrasi Fe2+ Gambar 3 karakteristik terhadap oksida besi
dan Fe 3+ yang disajikan pada Gambar 3 fasa magnetit (Fe3O4). Hal ini mengindikasikan
memperlihatkan adanya perubahan pola bahwa terjadi pembentukan magnetit pada
difraksi pada bentonit termagnetisasi dengan ruang antar lapis struktur bentonit.
munculnya puncak-puncak baru yang

163
Kerusakan bentonit dapat disebabkan yang dianggap optimal terjadi pada
oleh banyaknya magnetit yang terbentuk pada konsentrasi sebesar 0,05:0,1.
ruang antar lapis bentonit. Penurunan
intensitas puncak bidang difraktogram juga Analisis morfologi dengan TEM
dapat disebabkan karena terjadinya Analisis dengan instrumentasi TEM
peningkatan interferensi distruktif sebagai digunakan untuk melihat morfologi bentonit
akibat pengisian ruang antar lapis oleh teraktivasi dan bentonit termagnetisasi,
partikel magnetit. Pengisian dan pemasukan diharapkan dengan menggunakan
ini menyebabkan berkurangnya kontras instrumentasi TEM maka dapat diketahui
penghamburan sehingga berakibat pada perbedaan antara bentonit teraktivasi dan
berkurangnya intensitas puncak. bentonit termagnetisasi. Gambar 4 (a)
Mockovčiaková, Orolinová, dan Škvarla (2010) menunjukkan bahwa pada ruang antar lapis
menyatakan bahwa secara umum pemasukan bentonit teraktivasi belum ada partikel
materi ke dalam ruang antar lapis akan magnetit yang masuk dan Gambar 4 (b)
meningkatkan fasa yang saling meniadakan menunjukkan partikel magnetit masuk pada
antara yang dihamburkan oleh dinding ruang antar lapis bentonit dengan adanya
dengan yang dihamburkan oleh ruang antar warna kehitaman. Pada bentonit
lapis, sehingga mengurangi intensitas termagnetisasi terlihat terdapat bulatan-
penghamburan pada pantulan Bragg. bulatan berwarna hitam yang mengalami
Tingginya intensitas puncak difraktogram aglomerasi membentuk bulatan hitam yang
magnetit yang dihasilkan serta intensitas melebar. Aglomerasi dapat terjadi akibat
difraktogram monmorilonit penyusun partikel magnetit yang bermuatan tinggi
bentonit maka konsentrasi molar Fe2+ dan Fe3+ sehingga terdapat interaksi dipol magnet.

(a)
Gambar 4 Mikrogram (a) bentonit teraktivasi dan (b) bentonit(b)
termagnetisasi

Uji pemisahan adsorben dalam Larutan eksternal. Uji pemisahan dilakukan pada
Pada penelitian ini, bentonit termagnetisasi kedua jenis adsorben, yaitu pada adsorben
memiliki sifat kemagnetan diharapkan dapat bentonit teraktivasi dan termagnetisasi.
terpisah dengan mudah dan cepat dalam Adsorben bentonit teraktivasi dilarutkan ke
larutan jika diberikan medan magnet dalam larutan kemudian didiamkan selama

164
beberapa saat agar mengendap secara alami. KESIMPULAN
Perlakuan yang sama juga dilakukan pada Berdasarkan hasil penelitian yang telah
adsorben bentonit termagnetisasi, kemudian dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan,
dilakukan proses pemisahan adsorben dengan sebagai berikut:
menggunakan medan magnet eksternal. Hasil 1. Aktivasi asam mampu mendisolusi
pengamatan ditunjukkan pada Gambar 5 dan kation logam dan mineral pengotor serta
Gambar 6. mampu meningkatkan kristalinitas dan
luas permukaan bentonit, terlihat dari
hasil analisis menggunakan XRD dan
TEM dan aktivasi optimum
menggunakan HCl dengan konsentrasi 2
M.
(a) (b (c) 2. Bentonit termagnetisasi telah berhasil
Gambar 5 Bentonit teraktivasi saat t = dibuat dengan metode kopresipitasi dan
(a) 0; (b) 5; dan (c) 20 menit optimum pada konsentrasi molar Fe2+
dan Fe3+ sebesar 0,05:0,1 dengan
temperatur sintesis 85 ºC.
3. Bentonit termagnetisasi dapat
dipisahkan dari fasa cairnya dengan
diberikan medan magnet eksternal.
(a) (b) Bentonit termagnetisasi lebih cepat
Gambar 6 Bentonit termagnetisasi terpisah di dalam larutan ketika
saat t= (a) 0 dan (b) 5 menit diberikan pengaruh medan magnet
Gambar 6 menunjukkan bahwa setelah eksternal, waktu yang dibutuhkan untuk
proses pemisahan belangsung selama 5 menit, terpisah adalah 5 menit. Bentonit
bentonit termagnetisasi telah terpisah dari teraktivasi yang pemisahannya hanya
dalam larutan. Hal yang berbeda ditunjukkan berdasarkan gaya gravitasi
bentonit teraktivasi pada Gambar 5 yang membutuhkan waktu 20 menit untuk
masih terdispersi di dalam larutan dan terpisah dari fasa cairnya.
terpisah setelah waktu 20 menit. Hal tersebut
menunjukkan bahwa bentonit termagnetisasi UCAPAN TERIMA KASIH
menerima respon terhadap medan magnet Terima kasih kepada LPPT UGM dan
eksternal sehingga dapat terpisah dengan Laboratorium Kimia Anorganik UGM.
mudah dari dalam larutan.
Dengan demikian dapat disimpulkan DAFTAR PUSTAKA
bahwa jika bentonit termagnetisasi memiliki Arisandi, D. M. (2007). Pengaruh Pemanasan
sifat kemagnetan, maka fase padat adsorben dan Jenis Surfaktan pada Sifat Magnetik
tersebut akan lebih cepat terpisah jika Ferrofluida Berbahan Dasar Pasir Besi.
dibandingkan dengan bentonit teraktivasi TA: ITS Surabaya.
yang proses pemisahannya hanya bergantung Bhattacharyya, K. G., & Gupta, S. Sen. (2008).
pada gaya gravitasi. Adsorption of a few heavy metals on
natural and modified kaolinite and

165
montmorillonite: a review. Advances in 38(3–4), 279–287.
Colloid and Interface Science, 140(2), 114– Liong, S. (2005). A multifunctional approach to
131. development, fabrication, and
Fisli, A., & Yusuf, S. (2010). Sintesis characterization of Fe3O4 composites.
Nanokomposit Magnetik Berbasis Bahan Georgia Institute of Technology.
Alam untuk Adsorben Thorium. Jurnal Mockovčiaková, A., Orolinová, Z., & Škvarla,
Sains Pusat Teknologi Bahan Industri J. (2010). Enhancement of the bentonite
Nuklir (PTBIN)-BATAN, 1–6. sorption properties. Journal of Hazardous
Gnanaprakash, G., Ayyappan, S., Jayakumar, Materials, 180(1–3), 274–281.
T., Philip, J., & Raj, B. (2006). Magnetic Oliveira, L. C. A., Rios, R. V. R. A., Fabris, J. D.,
nanoparticles with enhanced $γ$-Fe2O3 Sapag, K., Garg, V. K., & Lago, R. M.
to $α$-Fe2O3 phase transition (2003). Clay--iron oxide magnetic
temperature. Nanotechnology, 17(23), composites for the adsorption of
5851. contaminants in water. Applied Clay
Hamsah, D. (2007). Pembuatan, Pencirian, dan Science, 22(4), 169–177.
Uji Aplikasi Nanokomposit Berbasis Supeno, M. (2007). Bentonit Alam Terpilar
Montmorilonit dan Besi Oksida. Skripsi. Sebagai Material Katalis/Co-katalis
Departemen Kimia IPB, Bogor. pembuatan gas hidrogen dan oksigen
Harris, L. A. (2002). Polymer stabilized magnetite dari air.
nanoparticles and poly (propylene oxide) Syuhada, S., Wijaya, R., Jayatin, J., & Rohman,
modified styrene-dimethacrylate networks. S. (2009). Modifikasi Bentonit (Clay)
Virginia Tech. menjadi Organoclay dengan
Koyuncu, H. (2008). Adsorption kinetics of 3- Penambahan Surfaktan. Jurnal Nanosains
hydroxybenzaldehyde on native and & Nanoteknologi, 2(1), 48–51.
activated bentonite. Applied Clay Science,

166
Karakterisasi Zona Manifestasi Geotermal Berdasarkan Sifat Fisis
Permukaan Tanah Menggunakan Metode Geostatistik

Ishaq1), Mohamad Nur Heriawan2), Asep Saepuloh3)


1) Pengajar Program Studi Teknik Pertambangan, Akademi Teknik Pembangunan Nasional,
Banjarbaru
2) Pengajar Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan,
Institut Teknologi Bandung
3) Pengajar Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi
Bandung

Email korespondensi : 1)[email protected]; 2)[email protected]

ABSTRACT-Wayang Windu is an area that has geothermal activity (geothermal) which is now being
exploited. The development of geothermal fields needs to be done to support sources of non-fossil-based
electricity. One that can be done is to explore areas of manifestation using the geostatistical of Multivariate
Ordinary Cokriging (COK). The purpose of this research is to determine the surface manifestation zone using
the physical surface parameters of the manifestation area. The primary data parameters used were three
physical properties of the soil surface: roughness, susceptibility and temperature which were measured
directly in nine zones of manifestation and seven non-manifestation zones. Secondary data used of data from
the surface roughness modeling of the backscattering intensity of ALOS PALSAR images with two
polarizations: HV and VH. The results of the primary data correlation analysis with secondary data that is
roughness of 0.1, susceptibility of -0.04, and temperature of 0.11. The variogram model used for three
parameters is nested structure with two spherical variogram model structures which are parameter of
variogram range (a) is 900 m for local scale and 4000 m for regional scale. The estimation of the three
parameters shows the potential to north direction (Mount Haruman, Puncak Besar and Mount Malabar) and
also appeared in the southwest (Waringin Formation) on roughness estimation result. The manifestation zone
has characteristics of high roughness, low susceptibility and high temperature.

KEYWORDS : Backscattering; Multivariate geostatistics; Physical properties of the soil; Surface


manifestations; Wayang windu.

PENDAHULUAN manifestasi panas bumi. Bentuk manifestasi


Energi panas bumi merupakan sumber pemukaan di daerah penelitian adalah kawah,
panas bumi alami di dalam bumi yang air panas (hot spring). Sampai saat ini terus
terperangkap pada kedalaman tertentu dan dilakukan karakterisasi dari manifestasi
dapat dimanfaatkan secara ekonomis.Wayang permukaan di daerah panas bumi Wayang
Windu merupakan daerah yang memiliki Windu, namun baru sebatas di wilayah
aktivitas panas bumi dan sekarang dalam manifestasi (Ishaq et al. 2016). Untuk
produksi. Dalam pengembangan lapangan mengetahui ada tidaknya potensi manifestasi
panas bumi perlu dilakukan untuk menopang di lokasi lain yang lebih luas dan jauh dari
sumber energi listrik berbasis non fosil yang lokasi manifestasi yang ada, maka diperlukan
berkelanjutan. Salah satu yang perlu pengolahan lebih lanjut. Salah satu metode
dilakukan adalah mengeksplorasi daerah yang dapat digunakan adalah geostatistik
167
multivarian Ordinary Cokriging (COK). sekitarnya. Kumpulan data mungkin tidak
Metode geostatistik multivarian mencakup semua variabel di semua lokasi
menggabungkan data parameter fisis tanah sampel.
sebagai data primer dengan data Isotopi dan Heterotopi
penginderaan jauh sebagai data sekunder Berdasarkan posisi data yang berbeda:
yang digunakan untuk estimasi zona a. Komplit heterotopi: posisi sampel data
manifestasi. Metode COK memiliki sekunder dan primer tidak memiliki posisi
keunggulan untuk memberikan estimasi yang yang sama.
b. Parsial heterotopi: beberapa sampel data
lebih akurat dan dapat diketahui korelasi
berada pada lokasi yang sama.
spasial antara parameter. Penggunaan
c. Isotopi: semua data primer dan sekunder
parameter fisis permukaan tanah sebagai data berada pada posisi yang sama.
primer didasarkan pada kemudahan Parsial heterotopi dianjurkan, bila
memperoleh data di lapangan dan memungkinkan, untuk menyimpulkan cross
penggunaan data penginderaan jauh sebagai variogram atau model fungsi kovarians atas
parameter data sekunder memiliki dasar subset isotopi data.
keunggulan tersendiri karena dapat Sebuah kasus khusus dari heterotopi
menjangkau wilayah yang luas, sehingga parsial penting bagi cokriging adalah ketika
jumlah data sekunder jauh lebih banyak titik-titik sampel dari variabel interest
daripada data primer. Ketika data sekunder termasuk dalam posisi sampel terhadap
jauh lebih banyak dari dataprimer, metode variabel lain, yang berfungsi sebagai variabel
COK umumnya lebih bagus (Wackernagel, bantu dalam prosedur estimasi. Dalam hal ini,
1995). Hal inilah yang melatar belakangi ketika variabel tambahan tersedia di titik yang
dilakukannya karakterisasi manifestasi lebih banyak dari variabel utama, cokriging
permukaan panas bumi Wayang Windu umumnya menguntungkan (Wackernagel
berdasarkan parameter fisis tanah dan data 1995).
citra dengan menggunakan metode
geostatistik multivarian. Geostatistik Multivarian
Estimasi kriging biasa adalah kombinasi
Geostatistik linear dari bobot 𝜆 dengan datadari variabel
Geostatistik merupakan pengembangan yang berbeda yang terletak pada titik-titik
dari ilmu statistik yang memperhitungkan sampel di lingkungan titik𝑥 . Setiap variabel
posisi spasial dari nilai data-data. Spasial atau didefinisikan pada kumpulan sampel
jarak antara data akan direfresentasikan dalam (mungkin berbeda) ukuran 𝑛 dan estimator
bentuk model variogram. Dimana selanjutnya didefinisikan sebagai:
akan dilakukan estimasi pendekatan
berdasarkan metode estimasi yang diinginkan 𝑍 (𝑥 ) = 𝜆 𝑍 (𝑥 ) (1)
atau sesuai dengan karakteristik data.
dimana indeks i mengacu pada variabel
Cokriging merupakan bagian dari kriging
tertentu dari kumpulan variabel N. Jumlah
dimana model variogram atau kovarians
sampel 𝑛 tergantung pada indeks i dari
multivariat dan data multivariat yang tersedia.
variabel, sehingga mencakup ke dalam notasi
Sebuah variabel dicokriging di lokasi tertentu
kemungkinan data heterotopik (Wackernagel,
dari data terhadap data tambahan di
1995).
168
Sistem persamaan linier Ordinary Waringin dan Loka. Porositas primer dari
Cokriging (COK) untuk kasus dua variabel data litologi memiliki pengaruh yang kecil karena
(variabel data primer dan sekunder) sebagai distribusi porositas adalah 7.1% (Ramadhan et
berikut: al. 2012).

𝜆 𝛾 𝑥 ,𝑥 + 𝜆 𝛾 𝑥 ,𝑥 +𝜇
(2)
= 𝛾̅ 𝑥 , 𝑉 , 𝛼 = 1, … , 𝑛 ; ∀𝛼 ∈ 𝑆

𝜆 𝛾 𝑥 ,𝑥 + 𝜆 𝛾 𝑥 ,𝑥 +𝜇
(3)
= 𝛾̅ 𝑥 , 𝑉 , 𝛼 = 1, … , 𝑛 ; ∀𝛼 ∈ 𝑆

𝜆 = 1, 𝛽 ∈𝑆
Gambar 1. Peta Geologi Wayang Windu
𝜆 = 0, 𝛽 ∈𝑆 (Saepuloh et al. 2018)

dimana, 𝑆 dan 𝑆 variabel data primer dan Berdasarkan sumber erupsinya, batuan
data sekunder, 𝛾 dan 𝛾 variogram variabel i gunung api di daerah Bandung Selatan dapat
dan j dan 𝛾 dan 𝛾 cross variogram antara dibagi menjadi sembilan satuan batuan
variabel i dan j. ditambah satuan batuan Piroklastika
Rumus untuk mencari varians Ordinary Pangalengan (PP) dan Endapan Aluvium.
Cokriging sebagai berikut: Seluruh satuan batuan dan endapan tersebut
menumpang di atas batuan gunung api
𝜎 = 𝜆 𝛾̅ 𝑥 , 𝑉 + 𝜆 𝛾̅ 𝑥 , 𝑉 + 𝜇 − 𝛾̅ (𝑉, 𝑉) (4)
Miosen yang berada di bawah permukaan.
Batuan gunung api tertua di daerah Bandung
Kondisi Geologi Selatan ini didapatkan berdasarkan data
Penelitian struktur geologi sudah pemboran Geotermal di bawah Gunung
banyak dilakukan para ahli, antara lain Wayang, berupa lava andesit piroksen kapur
Achnan 1998, dan Achnan et al. 2004. Pola alkali.
kelurusan sesar umumnya berarah barat laut -
tenggara, timur laut – barat daya dan sedikit METODE PENELITIAN
yang berarah utara – selatan. Lokasi Penelitian
Struktur seperti sesar dan fracture Penelitian ini terletak di Gunung
berperan sebagai media permeabilitas fluida Wayang dan Gunung Windu. Berlokasi di kota
dari reservoar. Untuk memperoleh distribusi Pangalengan, sekitar 40 km ke arah selatan
permeabilitas di Wayang Windu ada dua dari kota Bandung, ibu kota Provinsi Jawa
target, target utama adalah porositas sekunder Barat, Indonesia. Ketinggian Wayang Windu
dari sesar dan fracture. Target permeabilitas terletak antara 1500 - 2100 m di atas
lainnya adalah fracture/ lava terbreksikan yang permukaan laut (Purnanto & Purwakusumah,
menciptakan ruang untuk aliran fluida tapi ini 2015). Daerah penelitian Wayang Windu yang
terbatas, dan pada batuan intrusif beku seperti termasuk sistem panas bumi Wayang Windu
diorit mikro dan dolerite dari Formasi yang berasosiasi dengan fluida uap yang
dominan.
169
Data dan Metode
Jenis data yang digunakan berupa data
primer dan data sekunder. Data primer terdiri
dari tiga parameter fisis, yaitu: kekasaran,
suseptibilitas dan temperatur yang diukur di
sembilan lokasi manifestasi dan tujuh lokasi
non manifestasi. Data sekunder yang
digunakan merupakan model kekasaran
permukaan alterasi kawah dari data Intensitas
Hamburan Balik (backsacatteing) citra ALOS
PALSAR dengan dua polarisasi: HV dan VH.
Adapun model persamaannya (Saepuloh et al.
2016): Gambar 2. Posisi pengambilan data (ground
truth) di lapangan.
ℎ (𝐻𝑉, 𝑉𝐻) = ℎ (𝐻𝑉) + ℎ (𝑉𝐻) × 𝑒 × 10 (5)
Keterangan:
dimana: h0(HV,VH) adalah model kekasaran 1: mata air panas Cipanas, 2: mata air panas
permukaan menggunakan polarisasi HV dan Kertamanah, 3: kawah Burung, terdapat
VH, h0(HV) dan h0(VH) adalah kekasaran mudpool,4: mata air panas Pejaten, 5: kawah
permukaan , θi adalah sudut. Wayang, 6: mata air panas Sukaratu, 7: mata
Distribusi data primer berpola clustering air panas, 8: mata air panas Cibolang, 9: kawah
dengan rata-rata jumlah data per cluster adalah Cibolang, DT 1-7: data tambahan.
30 data (jarak antara data 30 m) dan jarak rata-
rata antara cluster adalah 1500 m. Posisi Analisis Statistik Bivarian
pengambilan data primer ditunjukkan pada Tiga parameter data primer
Gambar 2, dengan posisi pengambilan data di dikorelasikan terhadap satu jenis parameter
daerah manifestasi dan non manifestasi. data sekunder. Korelasi terkuat adalah
Sedangkan data sekunder memiliki pola parameter temperatur, yaitu 0,11, sedangkan
teratur (pixel) yang mencakup seluruh wilayah terlemah pada parameter suseptibilitas, yaitu -
penelitian dengan jarak antara data adalah 30 0,04. Analisis ini digunakan untuk menguji
m. korelasi antara dua parameter data, yaitu data
Metode estimasi yang digunakan adalah primer dengan data sekunder. Korelasi antara
geostatistik multivarian Ordinary Cokriging dua parameter dikategorikan sangat lemah,
(COK). Pemilihan metode ini berdasarkan hal ini dikarenakan perbandingan jumlah data
kemampuannya yang dapat mengestimasi primer dan sekunder yang sangat besar serta
daerah luas yang tidak ada terdapat data dipengaruhi oleh sebagian posisi data primer
primer, namun mimiliki data sekunder. Untuk dan sekunder yang berbeda. Namun untuk
pengolahan data berupa pemodelan dan mengestimasi wilayah yang luas korelasi ini
estimasi menggunakan bantuan software tidak terlalu dipertimbangkan, meskipun
SGeMS v2.1. Hasilnya akan diolah lebih lanjut dapat mempengaruhi hasil estimasi. Tabel 1
dengan software Surfer dan Global Mapper. menunjukkan ketiga korelasi parameter.

170
Tabel 1. Korelasi data primer terhadap data ketiga parameter adalah model sferikal
sekunder dengan dua struktur (skala lokal dan regional)

Data Primer\Sekunder
Model Kekasaran dan jarak pengaruh (range) untuk semua
permukaan
parameter data adalah 900 m untuk skala lokal
Kekasaran 0,10
Suseptibilitas -0,04 dan 4000 m untuk skala regional.
Temperatur 0,11

Analisis Cross-variogram
Analisis Variogram Cross-variogram digunakan untuk
Variogram adalah karakteristik spasial memperoleh kovarians antara data primer dan
variabel diantara dua kuantitas (conto) 𝑧(𝑥 ) data sekunder. Nilai cross-variogram dihitung
dan 𝑧(𝑥 ), yang digunakan untuk langsung dari data sampel dengan rumus
menganalisis struktur spasial variabel tunggal. (Meilianda et al. 2012):
Variogram ini menunjukkan varians rata-rata 1
𝛾 (ℎ) = {𝑧 (𝑥 + ℎ) − 𝑧 (𝑥 )}
antara data pengamatan dengan jarak h, 2𝑁(ℎ) (7)
dimana dirumuskan sebagai berikut 𝑧 (𝑥 + ℎ) − 𝑧 (𝑥 )
(Meilianda et al. 2012): dimana 𝛾 (ℎ) adalah nilai cross-variogram
1 pada jarak h.
𝛾(ℎ) = {𝑍(𝑥 ) − 𝑍(𝑥 + ℎ)} (6)
2𝑁(ℎ) Hasil pemodelan Variogram dan Cross-
dimana, 𝑍(𝑥 ) lokasi pengukuran 𝑥 , 𝑍(𝑥 + ℎ) variogram (Tabel 2) menunjukkan struktur
pengukuran pada lokasi 𝑥 + ℎ, 𝛾(ℎ)variogram bersarang (nested) yang menandakan terdapat
untuk jarak h antara 𝑍(𝑥 ) dengan 𝑍(𝑥 + tiga skala spasial, yaitu skala spasial mikro (0
ℎ), 𝑁(ℎ) jumlah pasangan data dengan jarak h. – 30 m), lokal (30 – 900 m) dan regional (900 –
Model variogram yang digunakan untuk 4000 m).
Tabel 2. Parameter hasil pemodelan variogram dan cross-variogram
Sill
Data Lapangan Nugget Unit Keterangan
Lokal Regional
8,5 2,2 2,51 Variogram Primer
Kekasaran 5,6 2 2,14 cm2 Variogram sekunder
0,5 0,20 0,33 Cross variogram
1,5 0,93 3 Variogram Primer
Suseptibilitas 5,6 2 2,14 - Variogram sekunder
-0,1 -0,05 -0,15 Cross variogram
15 15 48,48 Variogram Primer
Temperatur 5,6 2 2,14 o C Variogram sekunder
1 0,60 1,5 Cross variogram

Model Linier Coregionalisasi (LCM) Dalam melakukan fitting cross-variogram


Pemodelan coregionalisasi dilakukan harus memenuhi syarat Linier Coregionalization
untuk melihat korelasi antara data primer dan Model (LCM) sebagai berikut:
data sekunder pada skala yang sama. Dari
− 𝑏 𝑏 ≤ 𝑏 ≤+ 𝑏 𝑏 (9)
hasil pemodelan variogram dan cross-
variogram, model linier coregionalisasi dapat dimana,𝑏 nilai sill cross-variogram antara
dihitung menggunakan persamaan: parameter i dan j, 𝑏 nilai sill variogram
𝑏 variabel i, 𝑏 nilai sill variogram variabel j.
𝜌 = (8)
𝑏 𝑏
171
Tabel 3. Hasil koefisien korelasi masing-masing Gunung Wayang dan Gunung Windu terdiri
skala spasial dari dua reservoar (didominasi uap dan
Data Mikro Lokal Regional liquid), dimana semakin keselatan didominasi
Lapangan (0-30 m) (30-900 m) (900–4000 m)
oleh reservoar liquid.
Kekasaran 0,07 0,10 0,14
Susebtibilitas -0,04 -0,04 -0,06
Temperatur 0,11 0,11 0,15 Validasi Metode Estimasi
Dari hasil perhitungan dapat dilihat Korelasi yang kuat akan memberikan
bahwa data kekasaran pada skala mikro (0-30 nilai gradien (slope) yang besar dan korelasi
m) memiliki korelasi antara data kekasaran yang lemah akan memberikan nilai slope yang
dengan data sekunder adalah 0.07 atau 7% kecil, dimana rentang nilai slope adalah 0
sedangkan pada skala lokal (30-900 m) sampai 1. Untuk menentukan kirelasinya
memiliki korelasi 0.1 atau 10% dan pada skala menggunakan metode crossplot.
regional (900-4000 m) memiliki korelasi 0,14 Crossplot data roughness lapangan
atau 14%. Hal ini menandakan bahwa dengan roughness estimasi memberikan nilai
peningkatan spasial berbanding lurus dengan korelasi, yaitu: 0,84 (r = 0,84). Artinya hasil
korelasi antara data. Adapun untuk estimasi memiliki kemiripan 84% dan 16%
susebtibilitas dan temperatur juga mengalami data pada posisi yang sama hasil roughness
hal yang sama (Tabel 3). Faktor yang estimasi terhadap data roughness lapangan
mempengaruhi hal tersebut lebih kepada tidak mirip. Data roughness estimasi ini
distribusi dan jumlah data primer dan diambil dari posisi yang sama terhadap data
sekunder yang digunakan. roughness lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil estimasi metode COK secara
visualisasi memberikan kenampakan pola
tertentu, terutama wilayah sekitar data primer.
Pada posisi dimana data primer tidak ada a)
(bagian utara), COK dapat memberikan
estimasi roughness yang cukup tinggi (warna
kuning) dengan membentuk pola-pola
tertentu (Gambar 4a). Pola-pola pada hasil
estimasi roughness juga terbentuk pada hasil
estimasi karakterisasi fisis temperatur dan b) c)
susebtibilitas (Gambar 4b dan 4c). Hal yang
menarik dari hasil estimasi ketiga karakterisasi Gambar 3. Crossplot data lapangan vs hasil
fisis manifestasi permukaan geotermal adalah estimasi. a) Roughness, b) Temperatur, c)
munculnya dua bagian terutama pada hasil Susebtibilitas

estimasi suseptibilitas. Jelas nampak


perbedaan dua nilai bagian utara dan bagian Korelasi data lapangan terhadap data
selatan (warna biru dan kuning) (gambar 4c). hasil estimasi karakteristik temperatur dan
Hasil estimasi ini diperkuat dari hasil susebtibilitas yang lainnya memberikan nilai
penelitian Bogie et al. 2008, menyatakan yang lebih tinggi. Secara garis besar untuk

172
ketiga variabel data dapat dilihat pada Tabel 4. Roughness menunjukkan kekasaran
Korelasi yang dihasilkan menunjukkan suatu permukaan. Permukaan kasar berasal
korelasi yang kuat yaitu antara 0,81-0,91. dari formasi muda dan sebaliknya, permukaan
Pada tabel tersebut korelasi ketiga halus berasal dari formasi lama atau medan
variabel data lapangan yang terbesar adalah datar (Saepuloh et al. 2016). Dari hasil estimasi
variabel temperatur, yaitu 0,91. Hal ini diperoleh daerah yang kasar pada zona
dipengaruhi oleh korelasi data lapangan manifestasi umumnya daerah kawah (warna
temperatur dengan hasil estimasi temperatur kuning ke merah), sedangkan daerah mata air
yang paling besar terhadap variabel data yang panas umumnya lebih halus (warna biru muda
lain, yaitu -0,11 (Tabel 1). ke biru tua) (Gambar 4a). Hal ini terkait
Tabel 4. Nilai koefisien korelasi data lapangan dengan daerah kawah memiliki tingkat
dengan hasil estimasi alterasi yang lebih tinggi dibandingkan
Data Regresi Linier dengan daerah mata air panas dan daerah
Korelasi
Lapangan Slope Konstanta yang teralterasi umumnya memiliki umur
Roughness 0,84 0,56 1,44
Suseptibilitas 0,81 0,53 1,79
batuan yang lebih muda dibandingkan
Temperatur 0,91 0,77 5,07 sekitarnya.
Standar deviasi estimasi penting untuk Proses alterasi pada batuan
di deskripsikan, hal ini untuk melihat seberapa menyebabkan matrik pada batuan akan lebih
jauh rata-rata nilai simpangan estimasi. mudah terlepas dan lapuk. Sehingga zona
Standar deviasi ini dihitung berdasarkan nilai alterasi pada manifestasi akan lebih kasar
pada posisi data lapangan, dimana jumlah dibandingkan wilayah sekitarnya, umumnya
data lapangan adalah 405 untuk setiap terjadi di wilayah Kawah.
parameter. Standar deviasi estimasi penting Parameter Fisis Susebtibilitas
untuk di deskripsikan, hal ini untuk melihat Hasil estimasi yang peroleh
seberapa jauh rata-rata nila simpangan menunjukkan karakteristik sebaran
estimasi. Roughness memiliki rata-rata estimasi susebtibilitas dimana nilai susebtibilitas
sebesar 3.2 cm dan standar deviasi estimasi daerah kawah berbeda dengan di daerah mata
sebesar ± 3.27 cm, artinya untuk semua posisi air panas. Pada daerah kawah cenderung
grid estimasi memiliki rentang nilai 3.20 ± 3.27 memiliki nilai susebtibilitas rendah ditandai
cm. untuk variabel yang lainnya dapat dilihat dengan warna biru muda ke tua (Gambar 4c),
pada Tabel 5. sedangkan di daerah mata air panas memiliki
Tabel 5. Nilai Rata-rata estimasi dan varians suseptibilitas tinggi. Parameter suseptibilitas
estimasi adalah mengukur nilai derajad kemagnetan
Rata-rata Standar dari suatu bahan. Batuan pada sistem panas
Data Rata-rata
Varians Deviasi bumi umumnya memiliki magnetisasi rendah
Lapangan Estimasi
Estimasi Estimasi
2 dibanding batuan sekitarnya, disebabkan
Roughness 3.20 cm 10.71 cm ± 3.27 cm
Suseptibilit adanya proses demagnetisasi oleh proses
3.96 4.74 ± 2.18
as alterasi hidrotermal (Sumintadireja 2005). Hal
o o 2 o
Temperatur 21.52 C 85.64 C ± 9.25 C ini juga membuktikan tinggkat alterasi di
kawah berbeda dengan yang terjadi di daerah
Karakterisasi Parameter Fisis mata air panas.
Parameter Fisis Roughness (kekasaran) Hal yang menarik pada hasil estimasi

173
suseptibilitas adalah terbentuknya dua bagian liquid. Adanya dua bagian ini
suseptibilitas (bagian utara dan selatan). Sifat mengimplementasikan adanya dua sistem
suseptibilitas selain dipengaruhi alterasi juga yang memiliki temperatur yang berbeda.
dipengaruhi oleh temperatur. Menurut Bogie Secara geologi, batuan bagian selatan (wayang
et al. 2008, Wayang Windu terdiri dari dua dan windu) dan utara (malabar) memiliki jenis
reservoar (didominasi uap dan liquid), batuan yang berbeda. Hal ini juga akan
semakin keselatan didominasi oleh reservoar mempengaruhi nilai suseptibilitas.

(a) (b) (c)

Keterangan:
Zona 1: Mata Air Panas Cipanas Zona 6: Mata Air Panas Sukaratu Dugaan potensi manifestasi
Zona 2: Mata Air Panas Kertamanah Zona 7: Mata Air Panas
Zona 8: Mata Air Panas Cibolang Struktur
Zona 3: Kawah Burung, terdapat mudpool
Zona 4: Mata Air Panas Pejaten Zona 9: Kawah Cibolang Batas geologi
Zona 5: Kawah Wayang DT 1-7: Data tambahan overlay
terhadap struktur
Gambar 4. Hasil estimasi karakteristik parameter fisis permukaan tanah overlay batas unit geologi
(Saepuloh et al. 2018) dan struktur (Star Energy, 2013): a) roughness, b) temperatur, c) suseptibilitas.

Parameter Fisis Temperatur temperatur yang tinggi. Hasil estimasi


Manifestasi umumnya memiliki semunya bersesuaian terhadap manifestasi
temperatur yang lebih tinggi dari sekitarnya. kawah, sehingga kemungkinan daerah utara
Temperatur tinggi berasal dari fluida yang dan daerah barat daya dari hasil estimasi
terpanaskan di reservoar oleh magma secara memiliki karakterisasi mirip dengan kawah.
konveksi. Fluida mengalir melalui rekahan-
rekahan sampai permukaan membentuk Potensi Zona Manifestasi
manifestasi dan umumnya berasosiasi Ketiga parameter di bagian utara
dengan fault dan fracture (Susanto 2011). Hasil menampakkan hasil yang konsisten pada
estimasi daerah kawah memiliki temperatur posisi yang diduga adanya potensi
yang lebih tinggi di bandingkan mata air karakteristik manifestasi namun, pada
panas. Temperatur rendah pada mata air susebtibilitas bersifat lemah. Salah satu faktor
panas di sebabkan pengaruhi oleh kehadiran yang mempengaruhi adalah korelasi data
air tanah. susebtibilitas terhadap data sekunder yang
Secara umum dapat dikatakan daerah kecil (Tabel 1).
manifestasi memiliki nilai roughness yang Kemunculan mata air panas dan kawah
tinggi, suseptibilitas yang rendah dan diperkirakan dikontrol oleh struktur. Kondisi

174
ini dimungkinkan karena keterdapatan zona rendah dan temperatur yang tinggi.
manifestasi berada pada posisi struktur dan
perpotongan struktur. Dari ketiga data DAFTAR PUSTAKA
lapangan dan hasil estimasi masing-masing Bogie, I., Kusumah, Y.I., Wisnandary, M.C.,
parameter yang memiliki karakteristik (2008): Overview of the Wayang Windu
parameter fisis yang mirip dengan zona Geothermal Field, West Java, Indonesia,
manifestasi (garis merah) adalah mengarah ke Geothermics, vol. 37, pp. 347-365.
utara dan pada roughness juga muncul Hochstein, M.P., dan Sudarman, S. (2008):
dibagian baratdaya (Gambar 4). Bagian utara History of Geothermal Exploration in
merupakan Gunung Haruman, Puncak Besar Indonesia from 1970 to 2000. Geothermics,
dan Gunung Malabar dan baratdaya 37: 220-266.
merupakan Formasi Waringin (Saepuloh et al. Ishaq, Heriawan, M.N., dan Saepuloh, A.
2018). (2016): Charaterizing Geothermal Surface
Pada bagian Haruman dan Puncak Manifestation Based on Multivariate
Besar dugaan potensi berada dekat dengan Geostatistics of Ground Measurements Data.
crater (kawah). Kondisi ini memungkinkan Prosiding 5nd ITB Internatioanl
terbentuknya zona manifestasi di daerah Geothermal Workshop, Institut
tersebut, sedangkan pada Malabar lebih Teknologi Bandung, Bandung,
bersesuaian terhadap keberadaan struktur. Indonesia.
Menurut (Ramadhan et al. 2012) Formasi Meilianda, E., Huhn, K., Alfian, D., dan
Waringin merupakan host rock reservoir panas Bartholoma, A. (2012): Application of
bumi Wayang Windu bagian selatan, dimana Multivariate Geostatistics to Investigate the
didominasi oleh fluid. Jadi ada kemungkinan Surface Sediment Distribution of the High-
munculnya manifestasi di bagian baratdaya Energy and Shallow Sandy Spiekeroog Shelf
berupa mata air panas. Namun, masih at the German Bight, Southern North Sea.
diperlukan pengukuran secara langsung di Scientific Research: Open Journal of
zona potensi untuk memastikan ada tidaknya Marine Science, 2, 103-118.
manifestasi yang muncul di zona tersebut. Purnanto, M.H., Purwakusumah, A. (2015):
Fifteen Years (Mid-Life) of Wayang Windu.
KESIMPULAN Prosiding World Geothermal Congress,
Dari hasil pengolahan data dan Melbourne, Australia.
pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat Ramadhan, Y., Sutrisno, L., Tasrif, A., dan
disimpulkan bahwa: Bogie, I. (2012): Geological Evaluation of the
1. Potensi zona manifestasi terbentuk dan Waringin Formation as the host of a Vapor-
umumnya berkembang mengarah ke Dominated Geothermal Reservoir at the
bagian Utara (batuan andesit haruman, Wayang Windu Geothermal Field.
andesit puncak besar dan andesit Prosiding New Zealand Geothermal
Malabar) dan di baratdaya (formasi
Workshop, Auckland, New Zealand.
waringin).
Saepuloh, A., Urai, M., Sumintadireja, P.,
2. Potensi manifestasi yang muncul pada
hasil estimasi terutama pada baian utara Suryantini, (2012). Spatial Priority
memiliki karakteristik mirip kawah. Assessment of Geothermal Potentials Using
3. Zona manifestasi memiliki karakteristik Multi-Sensor Remote Sensing Data and
roughness yang tinggi, suseptibilitas yang
175
Applications, Prosiding 1st ITB
Geothermal Workshop 2012, Institut
Teknologi Bandung, Bandung,
Indonesia, March 6-8, 2012.
Saepuloh A., Koike K., Heriawan M.N, Kubo
T., (2016): Quantifying Surface Roughness
to Detect Geothermal Manifestations from
Polarimetric Synthetic Aperture Radar
(PolSAR) Data,Prosiding 41 th Annual
Stanford Geothermal Workshop, Stanford,
California, pp. 1744 – 1750..
Saepuloh A., Haeruddin H., Heriawan M.H.,
Kubo T., Koike K., and Malik D., (2018):
Application of lineament density extracted
from dual orbit of Synthetic Aperture Radar
(SAR) images to detecting fluids paths in the
Wayang Windu geothermal field (West Java,
Indonesia), Geothermics, Vol. 72, pp. 145–
155.Star Energy, (2013). Permebility
Assessment of Wayang Windu.
Unpublished Report.
Sumintadireja, P., 2005, Vulkanologi dan
geothermal, Diktat kuliah vulkanologi dan
geothermal, Penerbit ITB, 153hal.
Susanto, A., Noriyoshi, T., Emmy, S., Nobuo,
H., Atsushi, K., Yudi Indra, K. (2011):
Geology and Surface Hydrothermal
Alteration of Malabar Area, Northern Part of
the Wayang Windu Geothermal Field,
Indonesia. GRC Transactions, Vol. 35, 2011.
Wackernagel, H. (1995): Multivariate
Geostatistics: An Introduction with
Applications. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg, New York.

176
Pembuatan Elektrookulogram (EOG) Dua Channel Berbasis
Mikrokontroler Arduino Uno

Ismi Kamilia, Arfan Eko Fahrudin*, Ade Agung Harnawan


Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat

Email korespodensi : [email protected]

ABSTRACT− EOG’s two channels based on Arduino Uno microcontroller has been made able to show the
biopotential signals when the eyes are straight ahead, the movement of the eyeball to the right, to the left,
upward, and downward. EOG’s two channels consists of several circuits, there are instrumentation amplifier
module, driven right leg (DRL), high pass filter, butterworth low pass filter, non inverting amplifier, and level
shifters, the data obtained from recording biopotential eye signals displayed on the PC and saved on Microsoft
Excel format. The test results of 5 samples obtained the value of the ADC for eyes look straight ahead is 300 –
400, the movement of the eyeball to the right, left, up, and down respectively is 600 - 1023, 0 - 88, 500 - 867 and
0 - 144. The shape of graph with the direction of the upward peak shows for the movement of the eyeball to
the right and up while the direction of the downward peak shows for the movement of the eyeball to the left
and down.

KEYWORD : ADC value; Arduino uno microcontroller; EO; Eyeball movement; Peak.

PENDAHULUAN otak yaitu elektroencephalogram (EEG)


Sinyal adalah beberapa cara (Christensen, 2009).
menyampaikan informasi tentang keadaan Sinyal EOG dua channel diukur dengan
sistem fisik dan fungsinya. Sinyal dapat menggunakan lima elektroda. Arah gerak
dihasilkan secara langsung maupun tidak horizontal diukur oleh dua elektroda yang
langsung oleh sumbernya. Tujuannya adalah ditempatkan di sisi kanan dan kiri di samping
untuk mengetahui struktur atau fungsi dari mata, dua elektroda lain ditempatkan di atas
sumber yang diperoleh (Reddy, 2005). Sinyal dan di bawah mata untuk mengukur gerakan
biomedis merupakan fenomena yang mata secara vertikal dan satu elektroda
membawa informasi relatif terhadap satu atau ditempatkan di tengah dahi sebagai elektroda
lebih sistem biologis yang terlibat (Cerutti & netral. (Peter et al., 2015). Pergerakan mata
Marchesi, 2011). Sinyal listrik dalam tubuh menghasilkan perubahan potensial listrik di
bersumber dari pemisahan muatan di sekitar elektroda EOG karena ada perbedaan
membran sel dan pergerakan muatan potensial listrik antara depan dan belakang
melintasi membran. (Madihally, 2010). Ada mata. Kornea yang berada di depan mata
beberapa sumber sinyal listrik yang memiliki muatan yang lebih positif
diproduksi dari dalam tubuh antara lain yaitu dibandingkan retina yang berada di belakang
sinyal yang diukur pada kulit di sekitar mata mata (Buktov & Chiong, 2007). Pada EOG
yaitu elektrookulogram (EOG), otot jantung sinyal biopotensial yang diterima merupakan
yaitu elektrokardiogram (EKG), otot rangka resting potential dari mata yaitu antara kornea
yaitu elektromyogram (EMG), dan aktivitas dan retina atau disebut dengan corneal retinal

177
potential (CRP). Mata memiliki dua kutub sekitar mata sebagai suatu hasil dari
dengan kornea menjadi kutub positif perekaman aktivitas sinyal biopotensial yang
sedangkan retina kutub negatif (Namdev & akan ditampilkan dalam program aplikasi
Siddiqui, 2015). Delphi 7. Alat ini dibuat untuk melihat hasil
Sinyal EOG memiliki rentang amplitudo sinyal luaran dari biopotensial mata saat bola
antara 50 sampai dengan 3500 µV serta mata melihat lurus ke depan, bergerak ke
memiliki interval frekuensi 0,1 sampai 30 Hz kanan, ke kiri, ke atas dan ke bawah
(Hadiyoso & Rizal, 2015). Sinyal luaran EOG
serta bentuk peak yang dihasilkan ditunjukkan
pada Gambar 1. EOG diaplikasikan sebagai
robot pembantu yang menggabungkan
antarmuka nirkabel portabel berdasarkan
EOG dan Radiofrequency Identification (RFID).
Aplikasi bantu ini ditujukan untuk pengguna
cacat yang menderita cacat motorik berat. Gambar 1 Gerakan mata dan kesesuaian bentuk
Penderita cacat tersebut dapat membawa gelombang (Lv et al., 2010)
gelas dan botol air hanya dengan bantuan
METODE PENELITIAN
gerakan mata mereka menggunakan lengan
Pembuatan alat ini dilakukan melalui
robot nyata. RFID digunakan sebagai
tahapan pada Gambar 2:
dukungan untuk antarmuka EOG dalam
arsitektur kontrol bersama dengan
menyimpan informasi dari objek (Ianez et al.,
2012).
Beberapa penelitian tentang EOG telah
berhasil dikembangkan untuk berbagai
keperluan. Penelitian yang dilakukan
Rahman et al (2014) menghasilkan
perancangan dan implementasi kursi roda
Gambar 2 Tahapan-tahapan penelitian
cerdas berbasis mikrokontroler ATMega8
dengan sinyal masukan EOG dan pengendali
Perakitan perangkat keras dilakukan
Proportional Integral Derivative (PID).
dengan membuat rangkaian penguat
Penelitian yang dilakukan Yasin et al (2018)
instrumentasi, rangkaian driven right leg
menghasilkan rancang bangun sistem kontrol
(DRL), rangkaian high pass filter, rangkaian
berbasis biopotensial mata dengan studi kasus
butterworth low pass filter, rangkaian penguat
mengontrol aplikasi Android dengan
non inverting, dan rangkaian level shifter.
menggunakan Arduino.
Diagram blok perangkat keras ditunjukan
Artikel ini memaparkan tentang
pada Gambar 3.
pembuatan EOG dua channel yang terdiri dari
rangkaian penguat, rangkaian filter,
rangkaian level shifter, dan mikrokontroler
Arduino Uno. Sinyal luaran EOG didapatkan
dengan menghubungkan elektroda ke kulit di
Gambar 3 Diagram blok perangkat keras

178
Pengujian rangkaian penguat
instrumentasi dengan penguatan 200 kali dan
penguat non inverting dengan penguatan 10
kali, masing-masing penguat diberi sinyal
masukan dengan rentang 50 sampai dengan
3500 µV, sinyal masukkan tersebut dikalikan
dengan jumlah penguatan yang akan dipakai.
Gambar 5 Skema penempatan elektroda EOG
Tegangan keluaran yang dihasilkan
kemudian ditampilkan melalui multimeter.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian high pass filter dengan frekuensi cut
Perakitan perangkat keras dan pengujian
off sebesar 0,1 Hz dan butterworth low pass filter
perangkat keras
dengan frekuensi cut off sebesar 30 Hz
 Modul penguat instrumentasi dan driven
dilakukan dengan cara diberi frekuensi
right leg (DRL)
masukkan yang berada di bawah dan di atas Modul penguat instrumentasi yang
frekuensi cut off dari filter tersebut. ditunjukkan pada Gambar 6 bagian (a)
Diagram alir antarmuka ke PC yang memiliki 2 buah input yaitu S+ dan S- sebagai
ditunjukkan pada Gambar 4 digunakan untuk masukan yang akan dihubungkan ke tubuh
menampilkan data hasil perekaman sinyal manusia. Sedangkan Gambar 6 bagian (b)
biopotensial mata secara real time. Adapun merupakan gambar rangkaian driven right leg
skema penempatan elektroda ditunjukkan (DRL) yang telah dibuat berfungsi sebagai
pada Gambar 5. Pengujian EOG dua channel sistem pengaman pasien dan untuk
dilakukan dengan cara mengamati hasil mengurangi noise yang berasal dari tubuh.
sinyal luaran saat kondisi mata lurus, Hasil pengujian dari penguat instrumentasi
bergerak ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke dapat dilihat pada Gambar 7.
bawah pada 5 orang sebagai sampel
penelitian. Hasil luaran yang diperoleh
berupa data pembacaan ADC yang akan
ditampilkan program antarmuka ke PC.
Pengamatan dilakukan secara berulang-ulang
agar didapatkan hasil yang maksimal. (a) (b)
Gambar 6. (a) Modul penguat instrumentasi
(Robotic, 2019), (b) Driven right leg (DRL)

Gambar 7. Grafik pengujian penguat


Gambar 4 Diagram alir display EOG
instrumentasi

179
 Rangkaian high pass filter bentuk gelombang masukan lebih besar
Rangkaian HPF memiliki frekuensi cut nilainya daripada bentuk gelombang
off sebesar 0,1 Hz, ditunjukkan pada Gambar keluaran. Hal itu dikarenakan frekuensi yang
8. Hasil pengujian HPF ditampilkan melalui ada telah melewati batas frekuesni cut off.
osiloskop. Kemudian pada osiloskop akan
terbaca nilai tegangan Vpp dan Vrms yang
berupa nilai tegangan masukan dan nilai
tegangan keluaran dari kedua tegangan
tersebut. Hasil pengujian HPF dengan
gelombang sinusoidal, segitiga, dan kotak
ditunjukkan pada Gambar 9. Respon filter
pada gambar tersebut menunjukkan bahwa
bentuk gelombang masukan dan keluaran
berimpit karena filter meloloskan frekuensi di Gambar 10. Rangkaian butterworth low pass
atas frekuensi cut off. filter

(a) (c)
Gambar 8. Rangkaian HPF (b)

Gambar 11. (a) Gelombang sinusoidal, (b)


Gelombang segitiga, (c) Gelombang kotak

 Rangkaian Penguat Non Inverting


Rangkaian penguat non inverting
(a) (b) (c) ditunjukkan pada Gambar 12. Penguat non
Gambar 9. (a) Gelombang sinusoidal, (b) inverting diuji dengan tegangan masukkan
Gelombang segitiga, (c) Gelombang kotak berupa hasil tegangan keluaran yang telah
dikuatkan dari penguat instrumentasi. Hasil
 Rangkaian butterworth low pass filter pengujian dari penguat non inverting dapat
Rangkaian yang ditunjukkan pada dilihat pada Gambar 13.
Gambar 10 merupakan rangkaian butterworth
low pass filter dengan frekuensi cut off sebesar
30 Hz. Pengujian yang dilakukan pada
butterworth low pass filter sama dengan
pengujian yang dilakukan pada HPF. Hasil
pembacaan gelombang ditampilkan melalui
osiloskop. Hasil pengujian filter ini dengan Gambar 12. Rangkaian penguat non
gelombang sinusoidal, segitiga, dan kotak inverting
ditunjukkan pada Gambar 11. Respon filter
pada gambar tersebut menunjukkan bahwa

180
pengukuran. Program menampilkan sinyal
biopotensial mata secara real time. Tampilan
pada PC pada saat program dijalankan dapat
dilihat pada Gambar 18.

Sesudah masuk level shifter Sebelum masuk level shifter

Gambar 13. Grafik pengujian penguat non


inverting

 Rangkaian level shifter


Rangkaian level shifter yang telah dibuat
ditunjukkan pada Gambar 14. Pengujian
rangkaian level shifter dengan melihat level
nilai ADC yang terbaca melalui serial plotter Gambar 15. Hasil pengujian level shifter pada
arduino. Hasil pengujian level shifter dengan gelombang sinusoidal

menggunakan gelombang sinusoidal, segitiga


dan kotak berturut-turut ditunjukkan pada
Gambar 15, Gambar 16, dan Gambar 17. Sesudah masuk level shifter
Sebelum masuk level shifter

Gambar 16. Hasil pengujian level shifter pada


gelombang segitiga

Gambar 14. Rangkaian level shifter

Sesudah masuk level shifter Sebelum masuk level shifter


Pembuatan program mikrokontroler dan
perangkat lunak antarmuka ke pc
Program yang ditanamkan pada perangkat
dibuat menggunakan mikrokontroler arduino Gambar 17. Hasil pengujian level shifter pada gelombang
kotak
uno berfungsi untuk menerima data berupa
nilai tegangan analog yang dihasilkan dari
sinyal biopotensial pergerakan bola mata.
Program display EOG berfungsi untuk
menampilkan dan menyimpan data
pembacaan ADC yang diperoleh dari hasil

181
(a)

Gambar 18. Tampilan antarmuka ke PC dengan


display EOG
(b)
Gambar 20. (a) dan (b) Kondisi bola mata lurus
Pengujian sistem EOG untuk sampel 2 pada elektroda horizontal
 Hasil pengujian EOG pada sampel untuk
kondisi bola mata lurus ke depan
Berdasarkan hasil pengujian dengan
(a)
sistem yang telah dibuat pada Gambar 19
sampai dengan Gambar 22 untuk sampel 1
dan 22, saat kondisi pandangan mata lurus ke
depan baik channel horizontal maupun channel
vertikal dapat diketahui bahwa sinyal yang
dihasilkan ialah sinyal yang berbentuk lurus
tebal atau tidak memiliki perubahan peak yang (b)
signifikan. Selain itu, juga dapat diketahui Gambar 21. (a) dan (b) Kondisi bola mata lurus
bahwa tinggi peak pada kondisi bola mata untuk sampel 1 pada elektroda vertical
lurus ke depan pada channel horizontal yaitu
berada pada rata-rata nilai ADC 358±62 untuk
(a)
sampel 1. Sedangkan untuk sampel 2 rata-rata
nilai ADC yaitu 420±23. chanel vertikal pada
sampel 1 rata-rata nilai ADC yaitu 364±25 dan
sampel 2 bernilai 419 ± 72. Nilai ADC untuk
sampel lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.
(a)

(b)

Gambar 22. (a) dan (b) Kondisi bola mata lurus


untuk sampel 2 pada elektroda vertical

 Hasil pengujian EOG pada sampel untuk


kondisi bola mata bergerak ke kanan
(b)
Pada hasil pengujian saat kondisi mata
Gambar 19. (a) dan (b) Kondisi bola mata lurus
bergerak ke kanan yang ditunjukkan pada
untuk sampel 1 pada elektroda horizontal
Gambar 23 ialah adanya perubahan peak yang

182
ke atas. Sinyal yang diterima awalnya datar dan kembali datar ketika dianggap tidak ada
kemudian naik sebagai hasil pergerakan mata perubahan pergerakan bola mata. Nilai peak
ke kanan dan kembali datar ketika dianggap sampel 1 yaitu dari 253 menjadi 0 dan untuk
tidak ada perubahan pergerakan bola mata. sampel 2 awalnya berada pada nilai 373
Adapun nilai peak dari sampel 1 yaitu awalnya menjadi 88. Nilai ADC untuk sampel lainnya
berada pada nilai 397 kemudian menjadi 713 dapat dilihat pada Tabel 1.
dan untuk sampel 2 awalnya berada pada
(a)
nilai 344 menjadi 624. Nilai ADC untuk
sampel lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.

(a)

(b)

(c)
(b)

(c)

(d)
(d)
Gambar 24. (a) dan (b) Hasil pengujian pada
sampel 1 dengan kondisi mata bergerak ke kiri,
Gambar 23. (a) dan (b) Hasil pengujian pada
(c) dan (d) Hasil pengujian pada sampel 2
sampel 1 dengan kondisi mata bergerak ke
dengan kondisi mata bergerak ke kiri
kanan, (c) dan (d) Hasil pengujian pada sampel 2
dengan kondisi mata bergerak ke kanan
 Hasil pengujian EOG pada sampel untuk
kondisi bola mata bergerak ke atas
 Hasil pengujian EOG pada sampel untuk
Pada hasil pengujian saat kondisi mata
kondisi bola mata bergerak ke kiri
bergerak ke atas dapat dilihat bahwa adanya
Hasil pengujian yang telah dilakukan
perubahan peak yang juga ke atas. Hasil
pada kondisi mata bergerak ke kiri dapat
pengujian tersebut ditunjukkan pada Gambar
dilihat pada Gambar 24. Pada hasil pengujian
25. Pada saat pergerakan bola mata ke atas,
tersebut dapat dilihat bahwa sinyal yang
terlihat bahwa sinyal yang diterima awalnya
dihasilkan saat kondisi mata bergerak ke kiri
datar kemudian naik sebagai hasil pergerakan
ialah adanya perubahan peak yang ke bawah.
mata ke atas dan kembali datar ketika
Sinyal yang diterima awalnya datar kemudian
dianggap tidak ada perubahan pergerakan
turun sebagai hasil pergerakan mata ke kiri

183
bola mata. Bentuk sinyal yang dihasilkan bola mata. Bentuk sinyal yang dihasilkan
tersebut sesuai dengan yang ditunjukkan tersebut sesuai dengan yang ditunjukkan
pada Gambar 1. Adapun nilai peak dari sampel pada Gambar 1. Adapun nilai peak dari sampel
1 yaitu awalnya berada pada nilai 347 menjadi 1 yaitu dari 398 menjadi 144 dan untuk sampel
515 dan untuk sampel 2 awalnya berada pada 2 yaitu dari 337 menjadi 0. Nilai ADC untuk
nilai 431 menjadi 666. Nilai ADC untuk sampel lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.
sampel lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.

(a) (a)

(b)
(b)

(c)

(c)

(d)
(d)

Gambar 25. (a) dan (b) Hasil pengujian pada Gambar 26. (a) dan (b) Hasil pengujian pada
sampel 1 dengan kondisi mata bergerak ke atas, sampel 1 dengan kondisi mata bergerak ke
(c) dan (d) Hasil pengujian pada sampel 2 bawah, (c) dan (d) Hasil pengujian pada sampel
dengan kondisi mata bergerak ke atas 2 dengan kondisi mata bergerak ke bawah

 Hasil pengujian EOG pada sampel untuk


kondisi bola mata bergerak ke bawah
Hasil pengujian yang telah dilakukan
pada kondisi mata bergerak ke bawah dapat
dilihat pada Gambar 26. Pada hasil pengujian
tersebut dapat dilihat bahwa sinyal yang
dihasilkan saat kondisi mata bergerak ke
bawah ialah adanya perubahan peak yang juga
ke bawah. Sinyal yang diterima awalnya datar
kemudian turun sebagai hasil pergerakan
mata ke bawah dan kembali datar ketika
dianggap tidak ada perubahan pergerakan

184
Tabel 1. Rentang nilai ADC yang dihasilkan pada tiap kondisi bola mata
Kondisi Bola Mata
Sampel
A B C D E F
1 229-497 311-418 189-713 0-492 296-515 144 - 431
2 358-471 303-563 318-624 88-418 285-666 0-736
3 294-381 294-500 294-691 0-409 192-867 13-478
4 250-680 31-529 0-1023 0-406 15-848 86-516
5 318-464 215-522 225-676 28-589 129-665 108-426
Keterangan:
A = Kondisi bola mata lurus pada elektroda D = Kondisi bola mata bergerak ke kiri
horizontal E = Kondisi bola mata bergerak ke atas
B = Kondisi bolamata lurus pada elektroda F = Kondisi bola mata bergerak ke bawah
vertikal
C = Kondisi bola mata bergerak ke kanan
Berdasarkan hasil pengujian secara data yang dihasilkan. Ketika pengambilan
keseluruhan, terdapat kesamaan bentuk peak data tersebut seharusnya hanya bola mata
antara pergerakan bola mata ke kanan dan ke sampel yang bergerak. Akan tetapi, ada
atas yaitu sama-sama memiliki peak yang beberapa sampel yang tidak sengaja
berbentuk ke atas. Selain itu, kesamaan menggerakkan kepalanya mengikuti arah
bentuk peak juga terjadi antara pergerakan bola matanya.
bola mata ke kiri dan ke bawah yang sama-
sama memiliki peak berbentuk ke bawah. Nilai KESIMPULAN
peak yang dihasilkan pada pergerakan bola Berdasarkan penelitian yang telah
mata untuk setiap orang memiliki nilai yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
berbeda-beda. Sehingga tidak dapat sebagai berikut:
ditentukan secara mutlak nilai peak yang 4. EOG dua channel berbasis mikrokontroler
dihasilkan pada setiap kondisi pergerakan Arduino Uno yang telah berhasil dibuat
bola mata tersebut. terdiri dari modul penguat instrumentasi,
driven right leg (DRL), high pass filter,
Perbedaan sinyal biopotensial yang
butterworth low pass filter, penguat non
dihasilkan setiap orang bergantung dari
inverting, dan level shifter mampu
keadaan mata orang itu sendiri. Diantara menampilkan sinyal biopotensial dari
orang-orang tersebut ada yang kesulitan pergerakan bola mata.
dalam membuka matanya ketika akan 5. Hasil dari sinyal biopotensial pergerakan
menggerakan mata baik gerakan secara bola mata dapat ditampilkan pada
horizontal maupun vertikal. Selanjutnya, aplikasi display EOG dengan rentang peak
yang berbeda-beda. Untuk gerakan bola
kondisi kulit yang berminyak, penggunaan
mata ke kanan dan ke atas dengan bentuk
make up serta penggunaan skincare yang peak yang ke atas rentang nilai ADC yang
berlebih atau terlalu tebal dapat dihasilkan berturut-turut yaitu 600 – 1023
mempengaruhi sinyal yang dihasilkan. dan 500 – 867. Sedangkan untuk gerakan
Sehingga elektroda yang seharusnya bola mata ke kiri dan ke bawah dengan
tertempel dengan baik menjadi mudah bentuk peak yang ke bawah nilai ADC
yang dihasilkan berturut-turut berada
tergerak. Selain itu, pergerakan kepala sampel
pada rentang 0 – 88 dan 0 – 144. Dan yang
ketika pengambilan data juga mempengaruhi
terakhir untuk pandangan mata lurus ke

185
depan memiliki rentang nilai ADC Advance Research In Science And
sebesar 300 – 400. Engineering. 4(4). 232-239.
Peter, L., I. Neprasova, & M. Cerny. 2015.
DAFTAR PUSTAKA Make Life Easier Based On Detection Of
Buktov, N. & T. L. Chiong. 2007. Fundamentals Eye Movements; Laboratory
of Sleep Technology. Philadelphia: Measurement. IFAC Papers Online. 48(4).
Lippincott Williams & Wilkins. 268-271.
Cerutti, S. & C. Marchesi. 2011. Advanced Rahman, A., A. Rizal, & H. B. D.
Methods of Biomedical Signal Processing. Kusumaningrum. 2014. Perancangan dan
Hoboken: John Wiley & Sons. Implementasi Kursi Roda Cerdas
Christensen, D.A. 2009. Introduction to Berbasis Mikrokontroler dengan Sinyal
Biomedical Engineering: Biomechanics and Masukan Electrooculogram (EOG) dan
Bioelectricity Part II. California: Morgan & Pengendali Proportional Integral
Claypool Publishers. Derivative (PID). Skripsi Program Sarjana,
Hadiyoso, S. & A. Rizal. 2015. Instrumentasi Universitas Telkom, Bandung.
Biomedis Berbasis PC. Yogyakarta: Reddy, D.C. 2005. Biomedical Signal Processing:
Penerbit Gava Media. Principles and Techniques. New Delhi: Tata
Ianez, E., A. Ubeda, J. M. Azorin, & C. P. Vidal. McGraw-Hiil Education Private Limited.
2012. Assistive Robot Application Based Robotics. AD620 Instrumentation Amplifier
on An RFID Control Architecture and Module.
Wireless EOG Interface. Robotic and https://www.robotics.org.za/
Autonomous System. 60(8). 1069-1077. diakses pada tanggal 17 Juli 2019.
Lv, Z., X. Pei, M. Li, & D. Zhang. 2010. A Novel Yasin, R.M., A.N. Aziz & Hartono. 2018.
Eye Movement Detection Algorithm For Rancang Bangun Sistem Kontrol Berbasis
EOG Driven Human Interface. Pattern Biopotensial Mata (Studi Kasus:
Recognition Letter. 31(9). 1041-1047. Mengontrol Aplikasi Berbasis Android).
Namdev, K., & M. M. Siddiqui. 2015. Different Jurnal Teras Fisika. 1(1). 9-22.
Types Of Electrical Signals Produced by
Human Body. International Journal of

186
Adsorpsi Logam Besi (Fe) dengan Karbon Aktif Purun Tikus
(Eleocharis Dulcis) Berdasarkan Perbedaan Ukuran Partikel

Maya Safitri*, Ninis Hadi Haryanti, Suryajaya


Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lambung Mangkurat

Email : [email protected]

ABSTRACT-The content of iron (Fe) is one of the wastes that can pollute the river ecosystem. The
contaminants can be reduced by adsorption using activated carbon from purun tikus (Eleocharis Dulcis). The
aim of this research is to obtain the best variation of particle size to reduce iron content (Fe). The carbonization
process was carried out at 300°C for 2 hours with particles of 60 mesh and 120 mesh. While the chemical
activation process by using KOH 1 M. In the particle size of 120 mesh produced the best result to reduce iron
content (Fe) 22,94 %. SEM-EDX show that highest carbon element results with a particle size of 120 mesh,
which amounted to 71,83 %.

KEYWORDS : Activator; Actived carbon; Adsorption; Carbonization.

PENDAHULUAN
Kalimantan Selatan terkenal dengan mana nilai tersebut sudah melebihi batas
julukan kota seribu sungai. Satu diantaranya ambang baku mutu untuk higiene sanitasi yang
ialah Sungai Martapura. Pesatnya ada pada Permenkes Nomor 32 Tahun 2017
pembangunan yang berorientasi lahan yaitu maksimal 1 mg/L dan batas ambang
mengakibatkan banyak anak sungai yang untuk air minum yang ada pada Permenkes
diuruk untuk dijadikan jalan dan didirikan Nomor 492 Tahun 2010 yaitu maksimal 0,3
bangunan serta adanya tuntutan ketersediaan mg/L. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya
lahan mendorong pertumbuhan pemukiman penurunan kandungan logam Fe yaitu
padat penduduk yang memasuki badan dengan memanfaatkan penggunaan karbon
peraiaran sungai yang mengakibatkan aktif sebagai media adsorben untuk menyerap
terjadinya penurunan kualitas air (Normasari, logam besi (Fe) pada air Sungai Martapura.
2016). Penurunan kualitas air ini ditandai Penelitian tentang penurunan kadar Fe
dengan adanya pencemaran air Sungai pernah dilakukan oleh Reyra (2017) yang
Martapura. Pencemaran sungai ditandai membuat karbon aktif dari daun nanas untuk
dengan satu diantaranya adalah pencemaran menyerap Fe pada air gambut. efisiensi
logam besi (Fe). Berdasarkan pada hasil penyisihan logam Fe pada air gambut yang
penelitian Ulmi dan Nilna (2015) yang meneliti tertinggi yaitu pada ukuran partikel 120 mesh
kualitas air Sungai Martapura, didapatkan dengan efisiensi penyisihan Fe sebesar
data kadar besi air Sungai Martapura dari tiga 76,14%.
titik pengambilan sampel, yaitu titik hulu Karbon aktif adalah material berpori
sungai Karang Intan (1,35 mg/L), titik tengah dengan kandungan karbon 87%-97% dan
sungai jembatan kayu (1,03 mg/L) dan titik sisanya berupa hidrogen, oksigen, sulfur dan
hilir Sungai Martapura (1,16 mg/L), yang material lain. Karbon aktif merupakan karbon

187
yang telah diaktivasi sehingga terjadi penggerusan, kemudian diayak
pengembangan struktur pori yang mengguanakan ayakan ukuran 60 mesh dan
bergantung pada metode aktivasi yang 120 mesh. Setelah melalui proses karbonisasi
digunakan (Putri, 2019). Karbon aktif dan pengayakan, karbon aktif purun tikus
merupakan salah satu adsorben yang paling diaktivasi dengan metode aktivasi kimia.
sering digunakan pada proses adsorpsi. Hal Pada penelitian ini menggunakan aktivator
ini dikarenakan karbon aktif mempunyai KOH 1 M. Aktivasi kimia dilakukan dengan
daya adsorpsi dan luas permukaan yang lebih cara mencampurkan larutan KOH 1 M dengan
baik dibandingkan adsorben lainnya purun tikus yang dihasilkan dari proses
(Atmayudha, 2007). Bahan baku pembuatan karbonisasi. Pencampuran purun tikus
karbon aktif dapat berasal dari hewan, dengan aktivator dilakukan dengan
tumbuh-tumbuhan, limbah ataupun mineral menggunakan alat magnetic stirrer dengan
yang mengandung karbon (Sembiring, 2003). kecepatan pengadukan 500 rpm selama 20
Oleh karena itu untuk membuat karbon aktif menit. Setelah itu didiamkan selama 24 jam.
harus menggunakan bahan baku yang Karbon aktif purun tikus yang sudah
mengandung unsur karbon, yaitu salah direndam selama 24 jam kemudian disaring
satunya purun tikus. Purun tikus menggunakan kertas saring. Karbon aktif
mengandung unsur karbon sebesar 50,68% yang tertahan di kertas saring kemudian
(Maftu’ah, 2015). dicuci dengan cara menambahkan aquades
Berdasarkan uraian di atas, maka secara berulang-ulang sampai pH netral.
dilakukan penelitian tentang karbon aktif Setelah melalui proses pencucian, karbon aktif
untuk adsorpsi logam besi (Fe) pada air kemudian dikeringkan dalam oven dengan
Sungai Martapura dengan variasi ukuran waktu dan suhu secara bertingkat. Suhu awal
partikel (60 mesh dan 120 mesh) dengan 50°C selama 30 menit dilanjutkan pada suhu
tujuan penelitian yaitu mendapatkan 80°C selama 45 menit kemudian digerus
pengaruh variasi ukuran partikel dalam terlebih dahulu dan berikutnya kembali
menurunkan kandungan logam besi (Fe) pada dioven pada suhu 110°C selama 2 jam,
sampel air Sungai Martapura. selanjutnya dimasukkan dalam desikator
selama 30 menit. Proses yang terakhir adalah
METODE PENELITIAN proses adsorpsi logam Fe pada sampel air
Bahan yang digunakan dalam penelitian sungai. Pada tahap ini diawali dengan
ini adalah purun tikus, sampel air Sungai memasukkan sampel air Sungai Matapura
Martapura, larutan KOH 1 M. Alat yang pada erlenmeyer sebanyak 100 ml. Air Sungai
digunakan adalah furnace, ayakan 60 mesh Martapura yang berada di erlenmeyer
dan 120 mesh, blender, oven, blender, kertas diadsorpsi dengan ditambahkan 0,08 gram
lakmus, kertas saring, magnetic stirrer. karbon aktif kemudian direndam selama 30
Prosedur penelitian ini diawali dengan menit. Setelah proses adsorpsi, sampel
preparasi sampel purun tikus yaitu disaring untuk memisahkan adosrben dengan
menghaluskan purun tikus dengan blender. air sungai. Air sungai yang sudah diadsorpsi
Proses selanjutnya adalah proses karbonisasi kemudian dilakukan uji kandungan logam
pada suhu 300°C selama 2 jam. Setelah besi (Fe).
dilakukan karbonisasi dilakukan

188
HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan ukuran partikel terhadap
Tabel 1. Hasil SEM-EDX unsur karbon sampel efisiensi penurunan Fe
purun tikus sebelum karbonisasi
40,00
(a) 60 mesh dan (b) 120 mesh

Penurunan Fe (%)
60 Mesh 120 Mesh 30,00
Element
Wt% At% Wt% At% 20,00 60 Mesh
36,71 46,55 42,96 52,1 10,00 120 Mesh
38,33 48,38 42,34 52,56 0,00
C 38,79 49,87 43,68 54,69 Sampel Sampel Sampel
36,89 47,88 43,6 54,73 1 2 3

43,99 54,29 Gambar 1. Hubungan ukuran partikel


Rata-Rata 37,68 48,17 43,31 53,67 terhadap efisiensi penurunan Fe
Tabel 2. Hasil SEM-EDX unsur karbon sampel
purun tikus sesudah karbonisasi Berdasarkan pada Gambar 1, karbon
(a) 60 mesh dan (b) 120 mesh aktif yang paling banyak menurunkan
60 Mesh 120 Mesh konsentrasi Fe adalah karbon aktif dengan
Element
Wt% At% Wt% At% ukuran partikel 120 mesh. Hal tersebut terjadi
40,39 56,8 74,77 81,91 dikarenakan pengaruh luas permukaan
41,76 57,2 71,73 78,62 adsorben. Luas permukaan berkaitan dengan
C
39,63 55,24 69,93 77,6 struktur pori, semakin kecil pori-pori karbon
41,53 58,03 70,89 78,27 aktif maka semakin besar pula luas
Rata-Rata 40,83 56,82 71,83 79,1 permukaannya yang menyebabkan
Proses karbonisasi dapat menyebabkan meningkatnya kemampuan adsorpsi (Sitorus,
terbentuknya pori karena adanya penguapan 2014). Selain itu, penurunan hasil Fe dari
molekul air serta terdegrasinya senyawa sampel ukuran 60 mesh dibandingkan sampel
organik oleh panas (Hartini, 2014). Sehingga ukuran 120 mesh adalah disebabkan karena
dengan dilakukannya proses karbonisasi pori-pori dari adsorben ukuran 60 mesh
maka akan semakin banyak pula unsur belum berkembang dengan baik, sehingga
karbonnya. Hal ini sesuai dengan hasil yang belum mampu menyerap secara maksimal
didapatkan pada hasil uji SEM-EDX seperti (Nunik & Okayadnya, 2015). Hasil penurunan
yang tertera pada Tabel 1 dan 2. Terjadi Fe ini sesuai dengan hasil uji SEM-EDX, yaitu
peningkatan unsur karbon pada sampel sampel ukuran 60 mesh memiliki kandungan
purun tikus dari sebelum dikarbonisasi dan karbon sebesar 40,83%, sedangkan sampel
setelah dikarbonisasi. Selain itu juga terjadi ukuran 120 mesh memiliki kandungan karbon
peningkatan unsur karbon dengan bertambah sebesar 71,83%. Sehingga dengan lebih
besarnya ukuran partikel. tingginya kandungan karbon dari karbon
aktif ukuran 120 mesh ini mengakibatkan
semakin banyaknya kandungan Fe yang
dapat diserap.

KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka kesimpulan dari

189
penelitian ini adalah hasil penurunan Fe Indonesia Nomor 32 Tahun 2017.
tertinggi berdasarkan ukuran partikel adalah Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
karbon aktif dengan ukuran partikel 120 dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
mesh. Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang,
Solus Per Aqua dan Pemandian Umum.
DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Atmayudha, A. 2007. Pembuatan Karbon Aktif Indonesia Nomor
Berbahan Dasar Tempurung Kelapa Dengan 492/MENKES/PER/IV/2010. Persyaratan
Perlakuan Aktivasi Terkontrol Serta Uji Kualitas Air Minum.
Kinerjanya. Skripsi Departemen Teknik Putri, R. W., S. Haryati & Rahmatullah. 2019.
Kimia, Universitas Indonesia, Jakarta. Pengaruh Suhu Karbonisasi Terhadap
Hartini, L. 2014. Karakterisasi Karbon Aktif Kualitas Karbon Aktif Dari Limbah Ampas
Teraktivasi NaCl Dari Ampas Tahu. Skripsi Tebu. Fakultas Teknik, Universitas
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Sriwijaya.
Teknologi, Universitas Islam Negeri Reyra, A. S., S. Daud & S. R. Yenti. 2017.
Maulana Malik Ibrahim, Malang. Pengaruh Massa dan Ukuran Partikel
Maftu'ah, E. & D. Nursyamsi. 2015. Potensi Adsorben Daun Nanas Terhadap Efisiensi
Berbagai Bahan Organik Rawa Sebagai Penyisihan Fe Pada Air Gambut.
Sumber Biochar, hal. 776-781. Prosiding Universitas Riau.
Seminar Nasional Masyarakat Sembiring, M. T., & Tuti, S. S. 2003. Arang Aktif
Biodiversitas Indonesia. Balai Penelitian (Pengenalan dan Proses Pembuatannya).
Pertanian Lahan Rawa, Banjarbaru. Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Normasari, E. R. 2016. Disertasi Model Utara.
Pengendalian Pencemaran Sungai Sitorus, D. O. 2014. Peningkatan Potensi
Martapura di Kota Banjarmasin. Program Campuran Serat Sabut Kelapa dan Serbuk
Doktor Ilmu Lingkungan, Universitas Kayu Gergaji Teraktivasi H2SO4 Sebagai
Sebelas Maret. Media Adsorben Zat Warna Terhadap
Nunik, P. & D.G. Okayadnya. 2015. Penyisihan Limbah Kain Songket. Laporan Akhir
Logam Besi (Fe) Pada Air Sumur Dengan Diploma III Jurusan Teknik Kimia,
Karbon Aktif Dari Tempurung Kemiri. Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang.
Program Studi Teknik Lingkungan, Ulmi, E. I., & Nilna, A. 2015. Kajian
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Ekohidraulik Sungai Martapura. Fakultas
Universitas Pembangunan Nasional Teknik, Universitas Lambung
“Veteran”, Jatim. Mangkurat.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik

190
Pengaruh pH Air Pencampur Terhadap Poduksi, Kadar CO2, Dan
Nyala Api Biogas Kotoran Sapi

Muhammad Rizali
Teknik Industri, Universitas Sari Mulia

Email korespondensi : [email protected]

ABSTRACT - Water is required as solvent in biogass production. Every area that produces biogas has different
water characteristics, such acidic or base. In this research, we will test the effect of water pH to production
rate, CO2 levels, and flame color of cow biogass. Using 5kg of cow feses and 10 litre of water, processed for 23
days in an anaerobic digester to obtain data. The water pH variables are 6.5; 7; 7.5; 8; 8.5. Biogas pressure, CO2
levels, and qualitative test of flame color of burned biogas are the measurement parameter in this research.
From the pressure test, the highest pressure (14 kPa) obtained at water pH 6.5. The highest CO2 level, obtained
at water pH 8.5 at 16000 ppm. And with qualitative measurement, burned pH 6.5 variable biogas, resulting
more blue color of flame. The conclusion, 6.5 water pH as solvent, resulting best production and quality.

KEYWORDS : Biogas; Cow; CO2; Flame color; Pressure; Water pH.

PENDAHULUAN Senyawa rantai pendek, hasil


Produksi biogas, sebagai bahan bakar proses hidrolisis, akan dirubah menjadi
alternatif, sudah banyak diproduksi dan asam asetat (CH3COOH), hydrogen,
digunakan di Indonesia, khususnya di daerah dan karbon dioksida. Bakteri yang
dimana terdapat peternakan sapi. Di setiap berperan dalam proses ini adalah
daerah tersebut, mempunyai karakteristik air bakteri anaerobic yang tumbuh dan
yang berbeda-beda, yang tentunya dapat berkembang dalam keadaan asam.
berpengaruh terhadap produksi biogas. Pada Selain itu, bakteri ini juga menghasilkan
penelitian ini akan diteliti tentang pengaruh alcohol, asam organik, asam amino,
keasaman (pH) air pencampur dalam karbondioksida, hydrogen sulfide, dan
produksi biogas, terhadap tingkat produksi, gas metana.
dan kualitas biogas yang dihasilkan, sehingga  Pembentukan gas metana/metanogenik
dapat menjadi dasar optimalisasi produksi Pada tahapan ini bakteri yang
biogas. Proses terjadinya biogas adalah berperan adalah bakteri
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : methanogens/penghasil metan, dimana
bakteri ini bekerja secara simbiosis
Hidrolisis dengan bakteri penghasil asam. Bakteri
Bahan organik, diuraikan oleh enzim metanogenik merubah senyawa dengan
ekstraseluler, sehingga rantai panjang berat molekul rendah menjadi senyawa
karbohidrat, protein dan lipida, dengan dengan berat molekul tinggi, serta
penambahan air, diputus menjadi senyawa sekaligus menghasilkan metana dan
yang lebih pendek karbondioksida.
 Pengasaman/asidifikasi

191
Proses kimia untuk ketiga tahapan di
atas, dapat diskemakan pada gambar 1
berikut.
selulosa

Hidrolisis (C6H10O5)n + nH2O → n(C6H12O6)

Glukosa

(C6H12O6)n +nH2O → CH3CHOHCOOH


pengasaman

Asam lemak dan


alkohol

Metanogenik 4H2 + CO2 → 2H2O + CH4

CH3CH2OH + CO2 → CH3COOH + CH4

Metan dan CO2

Gambar 1. Proses kimia pembuatan biogas.


Sumber : Wahyuni (2013)

Astuti, et al (2013) dalam penelitiannya menyebutkan Hadi, et al (2009) melakukan penelitian


bahwa terjadi penurunan pH campuran pada tentang metode prediksi kandungan metan
produksi biogas, dari sebelumya pH 6-7, menjadi biogas melalui pengukuran temperature api
sekitar pH 5. Putri, et al (2012) melakukan penelitian dan tegangan kompor biogas. Hasil dari
tentang biogas dari kotoran sapi, dimana dihasilkan penelitiannya adalah produksi metan
bahwa komposisi kotoran dan air yang terbaik adalah berbanding lurus dengan temperatur api dan
1:3. Dan produksi biogas terbanyak terjadi pada hari tegangan kompor biogas, dan berbanding
ke 23. Yonathan, et al (2013) melakukan penelitian terbalik dengan CO2. Temperatur api berkisar
tentang produksi biogas dari enceng gondok. Dari antara 460-63° C. Hasil penelitian dari Hadi
penelitiannya, didapatkan bahwa produksi biogas (2009) dapat dilihat pada gambar 2.
akan meningkat pada interval pH 4-7, dan akan
menurun pada pH 8.

Gambar 2. Hubungan persentase metan, CO2, dan pH


Sumber : Hadi (2009)

192
Zhai, et al (2015) melakukan penelitian pH diambil sampel air campuran untuk diuji pH
awal pembuatan biogas dari limbah rumah tangga nya
dan kotoran sapi. Hasil dari penelitian tersebut 4) Pengambilan data tekanan dan pH dilakukan
adalah merekomendasikan pH awal 7,5 karena sampai salah satu ban penampung gas
menghasilkan CH4 terbanyak, pH awal 6,5 dan 7,5 mengembang penuh
mempunyai produksi biogas lebih cepat daripada 5) Dari gas yang terkumpul, sebagian diuji
pH 7 dan 8. dengan gas CO2 analyzer, dan sisanya akan
diuji kualitatif dengan pengujian bakar untuk
METODE PENELITIAN melihat api yang terbentuk.
Kotoran sapi didapat dari kelompok ternak Berdasarkan prosedur penelitian di atas,
Sumber Jaya, desa Tegalrejo, kec. Kelumpang maka dapat dibuat suatu diagram alir seperti pada
Hilir, kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. gambar 4.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pH air start
pencampur, sedangkan variabel terikat adalah pH
campuran, tekanan gas, kadar CO2, dan nyala api
Pengkondisian air
hasil pembakaran biogas. Alat dan bahan yang pencampur

digunakan yaitu galon air, selang, pipa PVC, lem


PVC, ban dalam, pH meter, manometer biogas, Pencampuran dengan
CO2 analyzer, kamera, suntikan, air, cuka, kotoran kotoran sapi

sapi, dan kapur. Dari alat dan bahan yang


terkumpul, maka dibuat instalasi penelitian Pengambilan sampel
campuran
seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.
Diamkan 24 jam
Pengukuran pH sampel
campuran & tekanan gas

Tidak
Apakah kapasitas
gas penuh ?

Ya

Gambar 3. Instalasi penelitian


Ambil sampel gas untuk uji
CO2
Prosedur penelitian :
1) Siapkan air masing-masing 10 liter untuk tiap Pengujian pembakaran
variabel, kemudian diberikan cuka dan atau gas

kapur sehingga didapatkan air dengan pH 6,5;


7; 7,5; 8; 8,5, dan ditempatkan di dalam wadah Selesai
galon air.
Gambar 4. Diagram alir penelitian untuk masing-
2) Campur 5kg kotoran sapi dengan 10 liter air
masing variabel
yang telah dikondisikan pada poin 1
3) Dalam setiap hari pengamatan, akan diukur
tekanan gas di dalam ban penampung, dan

193
HASIL DAN PEMBAHASAN menggelembung penuh, sehingga pengambilan
Berdasarkan penelitian, didapatkan bahwa data dihentikan pada hari ke 23 tersebut. Selama
pada hari ke -23, kondisi penampung gas (ban 23 hari pengambilan data pH sampel dan tekanan
dalam) untuk variabel pH 6,5 sudah penampung gas, ditabelkan pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Data hasil pengamatan pH sampel dan tekanan biogas.
Hari pH 6,5 pH 7 pH 7,5 pH 8 pH 8,5
pH tekanan pH tekanan pH tekanan pH tekanan pH tekanan
1 6,7 0,0 6,8 0,0 5,8 0,0 6,4 0,0 6,6 0,0
2 6,2 0,0 5,8 0,0 5,7 0,0 6,3 0,0 6,3 0,0
3 6,3 4,4 5,9 0,0 5,5 0,0 6,5 0,0 6,3 0,0
4 6,0 4,5 5,6 0,0 5,6 0,0 6,0 0,0 6,3 0,0
5 6,0 3,5 5,8 0,0 5,6 0,0 6,2 0,0 6,6 0,0
6 6,1 5,1 5,7 0,0 5,5 0,0 6,2 0,0 6,3 0,0
7 6,1 4,4 5,8 0,0 5,5 0,0 6,2 0,0 6,2 0,0
8 6,3 4,7 5,6 0,0 5,5 0,0 6,1 0,0 6,6 0,0
9 6,4 2,9 5,7 2,0 5,6 0,0 5,9 0,0 6,2 0,0
10 6,6 3,3 5,5 2,0 5,5 0,0 5,9 0,0 6,0 0,0
11 6,5 5,0 5,5 2,0 5,4 0,0 5,8 0,0 6,0 0,0
12 6,5 5,0 5,6 2,0 5,5 0,0 5,9 0,0 6,0 0,0
13 6,3 5,0 5,4 2,0 5,3 0,0 5,8 0,0 6,0 0,0
14 6,4 4,0 5,4 2,0 5,3 0,0 5,9 0,0 6,1 0,0
15 6,3 4,0 5,5 2,0 5,3 0,0 5,9 0,0 6,1 0,0
16 6,4 3,0 5,4 3,0 5,3 0,0 5,8 0,0 6,2 0,0
17 6,3 4,0 5,5 3,0 5,3 0,0 5,8 0,0 6,2 0,0
18 6,3 3,5 5,5 5,0 5,3 0,0 5,9 0,0 6,3 0,0
19 6,3 3,0 5,5 7,0 5,4 0,0 6,0 0,0 6,5 0,0
20 6,5 2,0 5,6 8,0 5,4 0,0 6,0 0,0 6,5 0,0
21 6,4 3,0 5,6 12,0 5,4 0,0 6,1 2,3 6,4 0,0
22 6,4 12,0 5,8 12,0 5,5 0,0 6,2 7,0 6,5 5,5
23 6,4 14,0 5,9 12,8 5,6 7,0 6,3 7,0 6,5 9,0

7,0 16,0
14,0
Tekanan gas (kPa)

6,5 12,0
pH 6,5 10,0 pH 6,5
6,0 pH 7 8,0 pH 7
pH

pH 7,5 6,0 pH 7,5


5,5 4,0
pH 8 pH 8
2,0
5,0 pH 8,5 0,0 pH 8,5
1 3 5 7 9 11131517192123 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Hari Hari

Gambar 5. Grafik pH sampel antar variabel Gambar 6. Perbandingan tekanan biogas antar variabel

194
Data yang didapatkan kemudian dikomparasi kecenderungan pH akan menurun di awal,
sehingga didapatkan grafik pH dan tekanan kemudian naik. Penurunan pH disini terjadi pada
seperti pada gambar 5 dan gambar 6. Berdasarkan tahapan pengasaman/asidifikasi. Pada penelitian
tabel 1 dan gambar 5, dapat dilihat bahwa variabel Hadi, et al. (2009), pada waktu proses di atas 25
campuran pH 6,5, mempunyai produksi biogas hari, nilai pH akan cenderung meningkat. Jumlah
yang paling banyak, hal ini ditandai dengan produksi/tekanan biogas yang lebih tinggi pada
tekanan biogas yang tertinggi. Dari grafik, dapat campuran yang berawal dalam kondisi asam, juga
dilihat pula bahwa untuk kondisi air pencampur sesuai dengan penelitian Yonathan, et al (2013).
dalam kondisi pH tinggi, produksi biogas berjalan Gas yang terkumpul untuk semua
sangat lambat, bahkan biogas yang terbentuk baru variabel, kemudian dilakukan pengujian
terbaca tekanannya pada hari ke 20. Hal ini kandungan CO2, dengan cara melewatkan gas ke
berkesesuaian dengan penelitian Astuti, et al. sensor CO2 analyzer, dan dihasilkan data seperti
(2013) dimana pH campuran akan turun di kisaran ditampilkan pada gambar 7.
pH 5. Dari grafik pH, dapat dilihat pula bahwa
20000
kadar CO2 (ppm)

15000 pH 6,5
10000 pH 7
pH 7,5
5000
pH 8
0
pH 8,5
1 2 7 10 13 16 19 22 25 28
detik

Gambar 7. kandungan CO2 biogas

Untuk memverifikasi kualitas biogas, (2009) dimana kandungan CO2 berbanding


maka yang terakhir akan dilakukan pengujian terbalik dengan kandungan metan.
pembakaran. Pengujian ini dilakukan secara
kualitatif, dimana api yang terjadi akan
diamati warna dan besarnya. Perbandingan
nyala api pada semua variabel dapat dilihat
pada gambar 8. Dari gambar tersebut, dapat
dilihat bahwa nyala api variabel campuran air
pH 6,5, secara kualitatif, mempunyai nyala api (a) (b)
berwarna paling biru. Dan warna api yang
bercampur dengan warna merah, terjadi pada
variabel lainnya. Warna api ini memverifikasi
hasil pengujian kadar CO2, dimana variabel
dengan kandungan CO2 yang paling sedikit,
mempunyai hidrokarbon yang lebih banyak,
sehingga terjadi pembakaran yang lebih baik. (c) (d)
Hal ini sejalan dengan penelitian Hadi, et al.

195
temperature and voltage from biogas burner.
Journal of Agricultural Engineering.
26(1): 498- 513
Putri, Dewi Artanti. Saputro, Roy R.
Budiyono, B. 2012. Biogas Production from
Cow Manure. International Journal of
(e) Renewable Energy Development. Vol 1,
Gambar 8. Warna nyala api biogas (a) pH 6,5; (b) No 2 (2012)
pH 7; (c) pH 7,5; (d) pH 8; (e) pH 8,5
Wahyuni, Sri. 2013. Panduan praktis biogas.
Jakarta : Penebar Swadaya
KESIMPULAN
Yonathan, Arnold. Prasetya, Avianda Rusba.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
Pramudono, Bambang. 2013. Produksi
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
biogas dari eceng gondok (eicchornia
1. Produksi biogas tercepat terjadi pada
crassipes) : kajian konsistensi dan ph
variabel air pencampur dengan pH 6,5,
terhadap biogas dihasilkan. Jurnal
sedangkan yang paling lambat terjadi
teknologi kimia dan industri. Volume 2,
pada variabel air pencampur dengan pH
Nomor 2
7,5.
Zhai, Ningning. Zhang, Tong. Yin, Dongxue.
2. Kadar CO2 tertinggi terjadi pada variabel
Yang, Gaihe. Wang, Xiaojiao. Ren,
air pencampur dengan pH 8,5; sedangkan
Guangxin. Feng, Yongzhong. 2015. Effect
yang terendah terjadi pada variabel air
of initial pH on anaerobic co-digestion of
pencampur dengan pH 6,5.
kitchen waste and cow manure. Waste
3. Nyala api lebih biru terjadi pada variabel
Management. Volume 38, April 2015,
air pencampur dengan pH 6,5.
Pages 126-131

UCAPAN TERIMA KASIH


Terimakasih kepada saudara Rizki Fikri
Ramadhani atas bantuan dalam pengambilan
data, serta kepada jajaran pimpinan
Universitas Sari Mulia atas dukungan dan
dorongannya sehingga penelitian ini dapat
terpublikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Nurfitri. Soeprobowati, Tri
Retnaningsih. Budiyono, B. 2013.
Observation of temperature and pH during
biogas production from water hyacinth and
cow manure. Waste Technology.
Universitas Diponegoro. Vol 1, No 1.
Hadi, Abdel. 2009. Determination of methane
content by measurements of flame

196
OBAT HERBAL KALIMANTAN TENGAH DITINJAU DARI
NANOTEKNOLOGI

Perriy
Program studi Tadris Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,
IAIN Palangka Raya
Jl. G. Obos Kompleks Islamic Centre, Palangka

Raya [email protected]

ABSTRAK- Metode pengobatan herbal saat ini diyakini sebagai metode pola hidup sehat. Meningkatnya tren
ini karena masyarakat berkeyakinan mengkonsumsi obat alami relatif lebih aman dibanding dengan obat
sintetik. Hal ini dibuktikan dari penjualan jamu herbal di Kalimantan Tengah yang terus meningkat. Hal ini
yang menjadi latar belakang untuk melakukan kajian pustaka mengenai potensi produk obat herbal
Kalimantan Tengah jika di tinjau dari nanoteknologi. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah
adalah metode deskriptif kualitatif berdasarkan kajian kepustakaan dengan berdasar pada berbagai sumber
referensi, baik jurnal ataupun buku-buku terkait objek kajian.. Analisis ini digunakan untuk mengetahui
potensi produk obat herbal Kalimantan Tengah ditinjau dari nanoteknologi. Atribut yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitas obat herbal tanpa perlakuan (tradisional) dan kualitas obat herbal diberi
perlakuan nanoteknologi. Berdasarkan hasil penelitian oleh beberapa ahli yang didapat dari beberapa sumber.
Obat- obat herbal yang menggunakan teknologi nano mampu lebih cepat diserap tubuh dan kandungan
didalam obat herbal itu lebih tinggi. Dalam kandungan obat herbal asal Kalimantan Tengah seperti gingseng
yang menggunakan teknologi nano akan lebih cepat diserap tubuh dan menjadikan kandungan ginsenosides
(kandungan persentase gingseng untuk menghasilkan stamina) yang lebih tinggi dibanding gingseng lain.

Kata Kunci : Obat herbal; Nanoteknologi; Gingseng.

ABSTRACT- Herbal treatment methods are now believed to be a healthy lifestyle method. The increasing trend
is because people believe that consuming natural medicines is relatively safer compared to synthetic drugs. This
is evidenced by the increasing sales of herbal herbs in Kalimantan Tengah. This is the background for
conducting a literature review on the potential of herbal medicine products in Kalimantan Tengah when viewed
from nanotechnology. In this research the method used is a descriptive qualitative method based on literature
review based on various reference sources, both journals or books related to the object of study. This analysis is
used to determine the potential of Kalimantan tengah herbal medicinal products in terms of nanotechnology.
The attributes used in this study are the quality of herbal medicines without treatment (traditional) and the
quality of herbal medicines given nanotechnology treatment. Based on the results of research by several experts
obtained from several sources. Herbal medicines that use nano technology are more quickly absorbed by the
body and the content in herbal medicines is higher. In the content of herbal medicines from Kalimantan Tengah
such as ginseng using nano technology will be more quickly absorbed by the body and make ginsenosides
(ginseng content to produce stamina) higher than other ginseng.

Keyword : Herbal medicine; Nanotechnology; Ginseng.

197
PENDAHULUAN seperti kanker (masitoh dan sofyan, 2019).
Kalimantan tengah merupakan salah satu Terdapat banyak tanaman yang berkhasiat
provinsi terluas di Indonesia memiliki kekayaan namun masih bermasalah dari segi formulasi
berbagai jenis tanaman, mamalia, burung reptil, karena bioavailabilitas dan kelarutan dalam
dan sebagainya. Provinsi ini merupakan asal airnya kurang baik. Disamping itu juga masih
berbagai jenis tanaman obat seperti Tabat Barito, banyak obat-obat herbal khas Kalimantan
Akar Kuning, pasak bumi, gingseng, bawang Tengah yang masih mempunyai efek samping
hantu dan beberapa tanaman obat lainnya yang yang serius dari penggunaan obat herbal
berguna untuk kesehatan manusia (Galingging, tersebut, dosis yang besar, kelarutan yang kecil
2006). Tanaman obat di Kalimantan Tengah dan rendahnya bioavailabilitas zat aktif
menyebar di daerah pedalaman dan kawasan (Ramadon, Mun’im, 2016).
hutan yang merupakan habitat alami tanaman Obat herbal membutuhkan pendekatan
tersebut. Sebagian kecil masyarakat Kalimantan ilmiah untuk memastikan komponen dan
Tengah sudah mengusahakan tanaman obat dari kandungan obatnya. Namun tanaman herbal
kawasan tersebut sebagai obat tradisional yang kebanyakan sediaannya kurang larut air dan
diambil baik dari akar, daun maupun buahnya memiliki bioavailabilitas yang kurang baik
(Wahyudiningsih dkk, 2017). (Purba, 2019). Sehingga perlu dilakukan
Sampai saat ini di Kalimantan Tengah modifikasi secara fisik ataupun kimia untuk
masih banyak tumbuhan yang berpotensi untuk meningkatkan kelarutannya. Nanopartikel
obat menyebar di kawasan hutan. Masyarakat adalah salah satu formulasi yang dapat
setempat memanfaatkan tumbuhan tersebut mengatasi masalah-masalah tersebut karena
untuk keperluan sendiri (Wahyudiningsih dkk, Nanopartikel mampu memperbaiki kelarutan
2017). Kebanyakan tanaman obat di Kalimantan obat herbal. Kemampuan nanopartikel untuk
Tengah di olah menjadi jamu yang memiliki melekat dan melewati membran sel bergantung
khasiat atau manfaat yang berbeda-beda pula pada karakteristik fisikokimianya berupa
yang tergantung pada jenis tanaman ataupun ukuran, komposisi dan muatan permukaannya.
bagian tanaman itu sendiri. Tumbuhan obat Nanopartikel yang ukurannya kecil (< 200 nm)
yang berkhasiat sebagai jamu di antaranya mudah melewati membran sel, sedangkan yang
adalah Pasak Bumi Daun, sedangkan Pasak berukuran besar dapat melewati membran
Bumi Akar berkhasiat sebagai tonik atau dengan menginduksi deformasi membran sel
penambah tenaga setelah melahirkan (masitoh (masitoh dan sofyan, 2019).
dan sofyan, 2019). Karena itu, partikel nano dapat
Seluruh bagian tanaman obat kalimantan dimanfaatkan untuk meningkatkan kelarutan
tengah digunakan untuk kebutuhan pengobatan obat herbal dan membantu melokalisasi obat di
tradisional atau alternatif. Tanaman obat tempat tertentu sehingga menghasilkan
tersebut sangat berpotensi sebagai obat kemanjuran yang lebih baik dan meningkatkan
tradisional atau herbal yang dapat mengobati kepatuhan pasien.
berbagai macam penyakit bahkan dapat
menyembuhkan beberapa penyakit ganas Potensi Tumbuhan Obat Di Kawasan Hutan

198
Kalimantan Tengah lain Bawang Hantu/Bawang Sabrang/Bawang
Borneo merupakan pulau ketiga terbesar Dayak, Daun Dewa, Mayama Dewa, Kunyit
di dunia yang dikenal sebagai salah satu pusat Akar, Penawar Sampai, Penawar Seribu,
keanekaragaman tumbuhan dunia. Dengan luas Sembung, Simpur, dan Tawas Ut (Krismawati,
kurang lebih 740.000 km, di kawasan ini terdapat Sabran, 2006).
10.000 12.000 jenis tumbuhan berbunga atau Manfaat tumbuhan obat tersebut
sekitar 5 - 6 % dari total yang ada di dunia. bermacam-macam, tetapi pada umumnya
Sebagian dari jumlah tersebut 40 - 50% berkhasiat untuk mengobati penyakit yang
diantaranya merupakan jenis endemik Borneo. umum diderita seperti pusing, demam, pilek,
Tumbuhan obat di hutan Kalimantan tidak sakit perut, sakit gigi, penyakit gula, malaria, dan
hanya berupa tumbuhan berkayu, tetapi juga obat gosok. Ada beberapa tumbuhan obat yang
tumbuhan tidak berkayu dengan berbagai berkhasiat sebagai penawar bisa (lebah,
habitus, yakni berupa pohon, perdu, kalajengking, dsb.) antara lain Penawar Bisa,
terna/herba, liana dan paku (Noorhidayah, Penawar Seribu, dan Mayama Dewa. Seluruh
Sidiyasa, Hajar, 2006). bagian tanaman obat kalimantan tengah
Kalimantan tengah merupakan salah satu digunakan untuk kebutuhan pengobatan
provinsi terluas di Indonesia memiliki kekayaan tradisional atau alternatif. Bagian tanaman yang
berbagai jenis tanaman, mamalia, burung reptil, bermanfaat adalah akar, daun, dan ranting.
dan sebagainya. Provinsi ini merupakan asal Tanaman ini bisa dibuat sebagai ramuan obat
berbagai jenis tanaman obat seperti Tabat Barito, untuk meyembuhkan penyakit yang dikenal
Akar Kuning, pasak bumi, gingseng, bawang dalam bahasa Dayak Ngaju sebagai Butih Lanan,
hantu dan beberapa tanaman obat lainnya yang Ketabang, Baha Mandalam, dan Manyilu Uhat
berguna untuk kesehatan manusia (Galingging, Tulang yang dikenal dalam istilah medis sebagai
2006). Tanaman obat di Kalimantan Tengah penyakit tumor, kanker, radang kelenjar getah
menyebar di daerah pedalaman dan kawasan bening, dan radang persendian (Krismawati,
hutan yang merupakan habitat alami tanaman Sabran, 2006).
tersebut. Sebagian kecil masyarakat Kalimantan Sampai saat ini di Kalimantan Tengah
Tengah sudah mengusahakan tanaman obat dari masih banyak tumbuhan yang berpotensi untuk
kawasan tersebut sebagai obat tradisional yang obat menyebar di kawasan hutan. Masyarakat
diambil baik dari akar, daun maupun buahnya setempat memanfaatkan tumbuhan tersebut
(Wahyudiningsih dkk, 2017). untuk keperluan sendiri dan bahkan sudah yang
Tumbuhan obat yang habitus tanamannya diperjual-belikan (Wahyudiningsih dkk, 2017).
berbentuk pohon antara lain adalah
Karamunting Kodok, Karamunting Padang, Nanoteknologi
Pasak Bumi Akar, Penawar Bisa, Sambung Urat, Nanoteknologi adalah sebuah cabang ilmu
dan Taya. Tumbuhan obat yang berbentuk yang berfokus pada materi-materi pada ukuran
perdu antara lain Jariangau, Pasak Bumi Daun, antara 1 hingga 100 nanometer (1 nm = 10 -9
Salayar, Ujung Atap, dan Daun Sawang. meter) (Yohanes Surya, 2004). Pada dasarnya,
Tumbuhan obat yang berbentuk herba antara nanoteknologi ialah peluasan sains yang sedia

199
ada ke skala nano. Pada dasarnya, nanoteknologi material berukuran nanometer, atau
adalah perluasan ilmu-ilmu yang ada ke skala pengabungan material berukuran sangat kecil,
nano. Salah satu aspek skala nano yang seperti kluster, menjadi partikel berukuran
terpenting adalah bahawa semakin objek-objek nanometer tanpa mengubah sifat bahan (Jumini,
menjadi kecil, semakin besar nisbahnya antara 2017). Tipe Teknologi nano dalam farmaseutikal
luas permukaan dengan isi padu (Jumini, 2017). adalah sebagai berikut :
Pada saat ini, pengembangan
nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti  Polimer Nanopartikel
dari dunia akademik maupun dari dunia Polimer nanopartikel merupakan suatu
industri (Abdullah, dkk, 2008). Fenomena ini koloid berbentuk bola yang memiliki ukuran
telah memungkinkan penciptaan bahan-bahan sangat kecil (10-9m). Polimer ini memiliki
yang menarik serta penggunaan-penggunaan kemampuan untuk menjerap obat dalam
yang baru. Fenomena ini telah memungkinkan matriks atau mengkonjugasi pada
penciptaan bahan-bahan yang menarik serta permukaannya. Pelepasan obat pada
petunjuk-petunjuk yang baru (Jumini, 2017). nanopartikel terjadi melalui difusi dan erosi dari
Saat ini, standar rentang ukur untuk material matriks. Istilah polimer nanopartikel
yang dikatakan berukuran nano idealnya pada merupakan istilah yang diberikan khusus untuk
1–100 nm, dengan menggunakan perangkat nanosphere dan nanokapsul. Nanosphere
ukur yang mampu mengarakterisasi material merupakan suatu partikel matriks yang dimana
dalam bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. seluruh massa padat dan molekul dapat
Perangkat ukur yang umum digunakan saat ini, teradsorpsi pada permukaan bola atau
di antaranya adalah X-ray diffraction (XRD), dienkapsulasi dalam partikel. Nanokapsul
scanning electron microscopy (SEM), merupakan sistem vesikular dan bertindak
transmission electron microscopy (TEM), seperti reservoir dimana zat yang terjerap
Atomic force microscopy (AFM), dan particle terbatas dan terdapat rongga yang terdiri dari
size analyzer (Febrian, Nugraha, Pusaka, 2015). inti yang bersifat cairan (Hanutami, Budiman).
Salah satu bidang yang menarik minat
banyak peneliti adalah pengembangan metode  Solid Lipid Nanopartikel (SLN)
sintesis nanopartikel. Nanopartikel dapat terjadi Solid lipid nanopartikel memiliki ukuran
secara alamiah ataupun melalui proses sintesis partikel 50-1000nm. SLN merupakan sistem
oleh manusia. Sintesis nanopartikel bermakna partikulat yang meliputi biodegradasi fisik lipid
pembuatan partikel dengan ukuran yang kurang dan stabilisator. SLN terbuat dari lipid alami
dari 100 nm dan sekaligus mengubah sifat atau atau lipid sintetis seperti lesitin dan trigliserida
fungsinya. Sintesis nanopartikel dapat yang padat pada suhu kamar. Teknologi SLN
dilakukan dalam fasa padat, cair, maupun gas. muncul karena adanya keterbatasan dalam
Proses sintesis pun dapat berlangsung secara teknologi polimer nanopartikel. SLN
fisika atau kimia. Proses sintesis secara fisika menggunakan lipid sebagai pembawa alternatif
tidak melibatkan reaksi kimia. Yang terjadi terutama untuk obat yang bersifat lipofilik
hanya pemecahan material besar menjadi (Hanutami, Budiman).

200
 Magnetik Nanopartikel (MN) diterapkan pada berbagai masalah. Penelitian
Magnetik nanopartikel merupakan suatu ini lebih menekankan kepada obyektivitas dan
teknologi yang direkayasa dibawah pengaruh kejujuran yang diwujudkan dengan
magnet eksternal. MN biasanya terdiri dari besi, menjelaskan tujuan penelitian pada informan.
nikel, kobalt dan oksida seperti magnetit Data dan informasi yang digunakan dalam
(Fe3O4), Kobalt ferit (Fe2CoO4) dan kromium penelitian ini didapat dari kajian pustaka dari
dioksida (CrO2). MN berdasarkan kerentanan, bebrapa sumber terpercaya.
yaitu rasio induksi magnetik (M) terhadap luas
magnet (H). Kelebihan MN adalah dapat Teknik Pengumpulan Data
meningkatkan stabilitas kimia serta Adapun teknik pengumpulan data yang
biokompatibilitas dan mengurangi risiko digunakan adalah teknik library research,
agregasi partikel. yakni penelitian kepustakaan dengan
menelaah dan menganalisis buku-buku yang
 Logam dan Inorganik Nanopartikel berkaitan langsung maupun tidak langsung
Logam nanopartikel dapat disintesis dan dengan judul penelitian ini. Pada penelitian ini
dimodifikasi dengan variasi gugus fungsi agar berusaha dikumpulkan dan dikaji berbagai
dapat dikonjugasikan dengan antibodi dan pustaka yakni, buku-buku yang relevan dan
ligan. Beberapa contoh logam nanopartikel yang tulisan ilmiah lainnya yang berhubungan
telah dikembangkan adalah gold nanopartikel dengan tujuan penelitian.
dan silver nanopartikel. Gold nanopartikel
memiliki ukuran 2 100 nm. Ukuran nanopartikel Teknik Analisis Data
yang terkonjugasi bergantung pada jumlah thiol Dari hasil pengumpulan data tersebut,
atau gold. Bila jumlah thiol tinggi maka ukuran kemudian dilakukan analisis. Adapun teknik
partikel kecil. Silver nanopartikel merupakan analisis data yang digunakan dalam penelitian
teknologi yang unik karena dapat digunakan ke ini antara lain teknik berpikir deduktif, teknik
dalam aplikasi antimikroba, biosensor, produk berpikir induktif, berikut:
kosmetik dan komponen elektronik. a. Teknik Berfikir Deduktif Dalam teknik
berpikir deduktif ini, penulis dituntutt
METODE PENELITIAN untuk berpikir analitik yang berangkat dari
Penelitian ini menggunakan metode dasar-dasar pengetahuan yang bersifat
penelitian deskriptif kualitatif. Menurut umum menjadi hal-hal yang lebih konkret
maman (2002, 3) penelitian deskriptif berusaha atau bersifat khusus
menggambarkan suatu gejala sosial. Dengan b. Teknik Berfikir Induktif Teknik ini berupa
kata lain penelitian ini bertujuan untuk cara berfikir yang berlandaskan pada
menggambarkan sifat suatu yang tengah pengetahuan atau fakta yang khusus dan
berlangsung pada saat studi. Metode kualitatif konkret, kemudian ditarik generalisasi
ini memberikan informasi yang mutakhir yang bersifat umum.
sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan serta lebih banyak dapat

201
HASIL DAN PEMBAHASAN ketidakpatuhan pasien karena pada formulasi
Obat herbal telah dipraktekkan sejak yang tersedia menggunakan dosis besar dan
ribuan tahun dan merupakan bagian dari kurang efektif.
budaya masyarakat Indonesia termasuk Pada tanaman obat di kalimantan tengah
negara-negara asia lain seperti Cina, India dan yang memiliki banyak manfaat untuk
bahkan Nepal. Dalam beberapa dekade mengobati berbagai macam penyakit, dari
terakhir penggunaan obat herbal telah penyakit ringan sampai penyakit yang berat
meningkat secara signifikan yang terlihat dari seperti kanker. Pada kajian nanoteknologi
meningkatnya pasar global obat-obatan herbal dapat dilihat beberapa manfaat dari
Karena obat-obatan herbal memiliki lebih nanoteknologi sendiri yaitu :
sedikit efek samping dibandingkan dengan 1. Memperbaiki sifat farmakokinetik dan
yang sintetis, penggunaannya telah meningkat. farmakodinamik obat tanpa merubah
Selain itu, pengembangan suplemen diet herbal struktur obat.
dan nutraceuticals telah menyebabkan 2. Meningkatkan efektivitas terhadap
peningkatan pangsa pasar herbal (masitoh dan jaringan, penargetan jaringan, dan
sofyan, 2019). Meskipun beberapa formulasi penargetan molekul.
untuk obat herbal ada yang telah 3. Memiliki kemampuan untuk menghindari
dikembangkan dan mereka telah menunjukkan obat dari hambatan biologis.
kemanjuran yang mirip dengan yang disintesis 4. Meningkatkan indeks terapetik obat
secara kimia atau obat-obatan modern, namun 5. Dapat pengirimkan beberap aobat yang sifat
penelitian lebih lanjut masih diperlukan. Di fisika kimianya berbeda.
antara sistem pengiriman obat baru, Nanopartikel mengacu pada sistem
nanopartikel dianggap penting. Nanopartikel koloid dengan ukuran partikel mulai dari 10
dapat digunakan untuk menargetkan obat hingga 1000 nm. Nanopartikel memiliki
herbal ke organ individu dengan selektivitas, beberapa keunggulan termasuk peningkatan
pemberian obat, efektivitas dan keamanan kelarutan, bioavailabilitas peningkatan,
yang lebih baik dan dengan demikian peningkatan khasiat, pengurangan dosis
mengurangi dosis dan meningkatkan meningkatkan penyerapan herbal obat-obatan.
kepatuhan pasien. Liu et al. mengembangkan nanopartikel poly
Kendala yang sering dialami adalah zat (DL-lactic acid) yang mengandung triptolide.
aktif pada obat herbal sulit untuk menembus Untuk mengatasi masalah kelarutan yang
membran lipid dari sel tubuh karena mereka buruk dan toksisitas triptolide, nanopartikel
memiliki ukuran molekul yang besar dan dikembangkan dengan polimer biokompatibel
kelarutan dalam air yang rendah sehingga dan biodegradable, poli (asam laktat-DL).
menyebabkan absorbsi dan bioavailabilitas Ukurannya seragam, berbentuk bulat dengan
buruk. Teknologi nano direkomendasikan permukaan halus. Sahu et al. merancang
untuk obat herbal karena berbagai alasan polimer metoksi poly biodegradable dan
seperti adanya efek samping pada formula selfassembling baru (ethylene glycol) -
yang dipasarkan saat ini, terdapat faktor palmitate, untuk pengiriman curcumin ke sel

202
kanker. Sistem terdiri dari metoksi poli (etilen target organ sehingga bisa menjadi harapan
glikol) sebagai bagian hidrofilik, asam palmitat baru dalam mengobati penyakit berbahaya
sebagai bagian hidrofobik dan curcumin hadir lainnya. Karena itu, partikel nano dapat
dalam inti misel polimer. Nanocarrier misel dimanfaatkan untuk meningkatkan kelarutan
yang disiapkan berbentuk bulat. obat herbal dan membantu melokalisasi obat di
Jadi pada optimalisasi khasiat obat herbal tempat tertentu sehingga menghasilkan
kalimantan tengah akan sangat baik jika kemanjuran yang lebih baik dan meningkatkan
menggunakan teknologi nanoteknologi ini kepatuhan pasien.
dikarenakan potensi dari tanaman obat
kalimantan itu sendiri yang memiliki banyak DAFTAR PUSTAKA
manfaat untuk menyembuhkan berbagai jenis Jumini, Sri. 2017. Nanoteknologi Manivstasi
penyakit dan teknologi nano yang memiliki Nanosciences. 28 april 2017 Purba, Jan
efektivitas terhadap jaringan, dan Sudir. 2019. Peran Nanoteknologi Terhadap
kemampuannya untuk meningkatkan Efektivitas Obat Herbal. Hanutami, Berlian.
kelarutan obat herbal dan membantu dan Arif Budiman. Penggunaan Teknologi
melokalisasi obat di tempat tertentu sehingga Nano Pada
menghasilkan kemanjuran yang lebih baik dan Formulasi Obat Herbal. Suplemen Vol 15 No 2.
meningkatkan kepatuhan pasien. Butarbutar, Maria Elvina Tresia. 2019. Sistem
penghantar Obat baru nanopratikel hibrid
KESIMPULAN lipid-polimer.
Terdapat banyak tanaman yang Krismawati, Amik. Dan Sabran, M. 2004.
berkhasiat di Kalimantan Tengah sebagai obat Pengelolaan sumber daya genetik tanaman
herbal yang dapat mengobati berbagai macam obat spesifikasi Kalimantang tengah. Buletin
penyakit ringan maupun penyakit berat seperti Plasma Nutfah Vol.12 No.1
kanker dan lain-lainnya. Namun masih Ramadon, Delly. Abdul Mun’im. 2016.
bermasalah dari segi formulasi karena Pemanfaatan Nanoteknologi Dalam Sistem
bioavailabilitas dan kelarutan dalam airnya Pengantaran Obat Baru Untuk Produk Bahan
kurang baik. Disamping itu juga masih banyak Alam. 27 Oktober 2015
obat-obat herbal khas Kalimantan Tengah yang Febrian, Rizki. Asep Ridwan Nugraha. dan
masih mempunyai efek samping yang serius Jimmy Pusaka. 2015. Ketersediaan Dan
dari penggunaan obat herbal tersebut, dosis Kebutuhan Perangkat Ukur Nano Di Institusi
yang besar, kelarutan yang kecil dan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan Dan
rendahnya bioavailabilitas zat aktif. Teknologi (Puspiptek)
Pembuatan Nanoteknologi terbukti Masitoh, Al. Iyan Sopyan. 2019. Formulasi
bermanfaat dalam mengatasi masalah-masalah Nanopartikel Tanaman Herbal untuk Terapi
tersebut karena nanoteknologi herbal dapat Kanker. 21/8/20
mencapai target yang lebih spesifik dalam

203
Pengaruh Tekanan Impregnasi terhadap Karakterisasi Batang
Kelapa Sawit Termodifikasi Melamin Formaldehida

Shaliha1)*, Ninis Hadi Haryanti1), Suryajaya1), Mashuri2), Muhammad Zainuri2), Darminto2) dan
Tetti Novalina Manik1.2)
1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714
2) Departemen Fisika, Fakultas Sains
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),Surabaya 60111, Sukolilo, Indonesia

Email korespodensi : [email protected]

ABSTRAK- Batang kelapa sawit (BKS) jarang digunakan karena diklasifikasikan sebagai kayu berkualitas
rendah dengan kepadatan rendah, higroskopis tinggi dan stabilitas dimensi rendah. Pada penelitian ini, telah
dilakukan serangkaian metode kimia untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanik BKS. Ada dua langkah
prosedur modifikasi yang kami gunakan dalam penelitian ini. Yang pertama, perendaman sampel dalam
larutan formaldehida, dan langkah berikutnya, impregnasi sampel dengan resin melamin formaldehida pada
variasi tekanan 0,1 MPa, 0,3 MPa dan 0,5 MPa, kemudian dicuring pada suhu 100oC dan 120oC. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa BKS yang telah termodifikasi dengan formaldehida dan melamin
formaldehida dapat meningkatkan massa jenis sekitar 28%-260% dan menurunkan kadar air sekitar 24,32%
- 62,50%. MOE meningkat sekitar 54 % - 160 % dan MOR meningkat sekitar 450 % - 950 %.

Kata kunci : Batang kelapa sawit; Formalisasi; Impregnasi; Melamine formaldehida.

ABSTRACT- The Oil Palm Trunk (OPT) is rarely used because it is classified as low-quality wood with low
density, high hygroscopic and low dimensional stability. In this study, a series of chemical methods have been
carried out to improve the physical and mechanical properties of OPT. There has two-step modification
procedure that we used in this study. The first, The soaking of samples in formaldehyde solution, and next
step, impregnation of samples with melamine-formaldehyde resin under pressure variations of 0,1 MPa, 0,3
MPa and 0,5 MPa, and then cured at a temperature of 100oC and 120oC. The results showed that OPT had been
modified could improving density by around 28%-260% and reduce water content by around 24,32% - 62,50%.
MOE increased by around 54 % - 160 % and MOR increased by around 450 % - 950 %.

Keywords: Formalization; Impregnation; Melamine formaldehyde; Oil palm trunk.

PENDAHULUAN Kalimantan Selatan mencapai 455.674 Ha.


Perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Tanaman kelapa sawit memiliki siklus umur
Jacq) telah berkembang pesat di Indonesia, produktif yang pendek yaitu 25-30 tahun,
khususnya Kalimantan Selatan. Menurut tanaman yang sudah tidak produktif lagi akan
Dirjen Perkebunan (2016) berdasarkan data ditebang dan menghasilkan limbah yang
statistik Perkebunan Indonesia Komoditis cukup besar yaitu sekitar 200 m³/ha
Kelapa pada tahun 2017 luas area perkebunan (Zamzami, 2014). Batang kelapa sawit (BKS)
kelapa sawit untuk seluruh daerah di diklasifikasikan sebagai kayu berkualitas
Indonesia mencapai 12.307.677 Ha dan di rendah dengan kepadatan rendah,

204
higroskopis tinggi dan stabilitas dimensi bagian pangkal dengan ketinggian 1 m dari
rendah (Mamiński dkk, 2016). permukaan tanah dan bagian tepi/luar
Dimensi kayu akan berubah sejalan dengan (vascular bundles) dari batang kelapa sawit
perubahan kadar air yang terkandung dalam yaitu dengan kedalaman 10 cm. Kemudian
dinding sel. Untuk meningkatkan stabilitas batang kelapa sawit dipotongdengan ukuran
dimensi kayu maka perlu adanya 5 cm x 5 cm x 15 cm mengacu pada ASTM D
pembentukan ikatan silang dengan gugus 143 (2005). Kemudian dilakukan pengovenan
OH- di dalam dinding sel kayu yaitu dengan awal dengan suhu 60oC dan dilanjutkan
menggunakan larutan formaldehida (Hill, pengeringan lagi pada suhu 103±2°C hingga
2006). Kayu akan bereaksi dengan baik mencapai berat tetap untuk dicari kadar air
terhadap larutan formaldehida jika dalam kurang dari 20% (Dungani dkk, 2016).
kondisi basa, sehingga diperlukan adanya Selanjutnya sampel dipotong kembali dengan
katalis yang dapat digunakan untuk ukuran 1 cm x 5 cm x 15 cm.
mengatur pH formaldehida pada suasana
basa yaitu dengan menggunakan NaOH Prosedur Modifikasi
(Malutan dkk, 2008). NaOH merupakan Ada dua langkah prosedur modifikasi yang
senyawa yang bersifat lembab cair yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Yang
bereaksi dengan mudah terhadap air dalam pertama tahapan formalisasi yaitu
keadaan lembab, sehingga diperlukan resin perendaman sampel dalam larutan
yang tahan terhadap air satu diantaranya formaldehida 37% pada suasana basa dengan
yaitu resin Melamin-Formaldehida (MF) (Hill, menambahkan NaOH konsentrasi 3% hingga
2006). Agar resin terpenetrasi dengan baik mencapai pH 10 (Malutan dkk, 2008), dengan
maka perlu pemberian tekanan vakum baik waktu perendaman selama 5 hari
dengan atau tanpa kempa panas pada saat (Widiyawati, 2017). Kemudian dikeringkan
proses impregnasi (Hartono dkk, 2016). pada udara terbuka hingga sampel kering dan
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini tidak lagi berbau formaldehida lebih kurang
akan membahas tentang karakterisasi sifat selama 10 hari (Hidayat dkk, 2013).Yang
fisik dan mekanik batang kelapa sawit kedua adalah tahapan impregnasi, sampel
termodifikasi larutan formaldehida dengan yang sudah melalui tahap formalisasi
cara fomalisasi dan kemudian dilanjutkan dimasukkan ke dalam wadah yang berisi resin
dengan cara impregnasi menggunakan melamin formaldehida konsentrasi 100%
Melamine Formaldehida (MF) konsentrasi (Hidayat dkk, 2013) kemudian dimasukkan
100%. Untuk mendapatkan hasil impregnasi kedalam Autoclave dan diberi tekanan
yang lebih maksimal maka perlu dilakukan berdasarkan variasi tekanan 0,1 MPa, 0,3 MPa
variasi tekanan 0,1 MPa, 0,3 MPa dan 0,5 MPa dan 0,5 MPa masing-masing selama 60 menit.
dengan waktu pemberian tekanan 60 menit. Kemudian sampel dikeluarkan dari Autoclave
dan dibiarkan tetap terendam selama 24 jam
METODE PENELITIAN (Khairunnisa dkk, 2017). Setelah proses
Persiapan Benda Uji impregnasi selesai, sampel dikeluarkan dan
Kayu kelapa sawit yang digunakan berasal dicuring dengan variasi suhu 100oC (Gindl et
dari Kalimantan Selatan yang berusia lebih dri al., 2004) dan 120oC (Sint dkk, 2013) selama 10
30 tahun. Bagian kayu yang digunakan adalah menit (Deka dkk, 2007). Sampel-sampel hasil
205
curing dibersihkan dari sisa-sisa MF yg cara menimbang massa sampel, kemudian
tertinggal pada permukaan. Dan dilanjukan untuk pengukuran volume sampel dengan
dengan proses pengeringan pada suhu mengukur panjang, lebar dan tinggi sampel
103±2°C dalam oven selama 24 jam untuk dengan menggunakan jangka sorong.
mencapai kadar air kurang dari 10%. Kemudian untuk menghitung besarnya kadar
air sampel dilakukan perhitungan dengan
Karakterisasi Sampel menggunakan Pers. (1).
 Pengujian sifat fisik (Kadar air dan BKU  BKT
KA  x100% (1)
massa jenis) BKT
Pengujian kadar air dan massa jenis dilakukan Dimana :
sebelum dan setelah perlakuan yaitu dengan KA = kadar air (%)
BKU = Berat kering udara (gram) sampai batas proporsi (sebelum patah)
BKT = Berat kering tanur (gram) menghasilkan nilai modulus elastisitas (MOE)
Untuk menghitung besarnya massa jenis dan beban maksimum yang diterima benda
sampel dengan menggunakan Pers. (2). uji hingga patah menghasilkan nilai modulus
m patah (MOR). Kemudian data yang didapat
 (2)
V dihitung dengän menggunakan Pers. (4) dan
Dimana : Pers. (5).
𝜌 = Kerapatan (g/cm ) 3
P.L3
m = Massa sampel (g)
MOE  x100% (4)
4.y.b.h3
V = Volume sampel (cm3)
3P.L
MOR  x100% (5)
2b.h 2
 Penentuan Persen Penambahan Berat Dimana:
Sampel yang digunakan untuk pengukuran MOE = Modulus of Elasticity (kg/cm2)
penambahan berat kayu berukuran 1 x 5 x 15 MOR = Modulus of Rupture (kg/cm2)
cm. Berat kayu yang diperoleh dari sebelum ΔP = Beban maksimum (kg)
dan sesudah proses impregnasi dihitung L = Jarak sangah (cm)
penambahan berat kayunya (weight percent Δy = Perubahan defleksi (cm)
gain/ WPG) dengan rumus (Hakim dkk, 2012) b = Lebar contoh uji (cm)
: h = Tebal contoh uji (cm)
B1 - B0
WPG (%) = B0
x 100% (3)
Dimana :  Identifikasi Gugus Fungsi dengan FTIR
WPG = persen penambahan berat (%) Analisis ini dilakukan untuk melihat secara
B0 = berat kayu sebelum impregnasi (gr) detail pengaruh formaldehida dan melamin
B1 = berat kayu sesudah impregnasi (gr) formaldehida pada sampel kayu batang
Pengujian sifat Mekanik (Modulus of kelapa sawit sebelum dan sesudah
Elasticity dan Modulus of Rupture) modifikasi.
Sampel diletakkan pada alat uji yaitu
Universal Testing Machine setelah itu barulah HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan pengujian. Pengujian dilakukan Sifat Fisik (Kadar Air dan Massa Jenis)
dengan pembebanan (P) ditengah benda uji Penentuan kadar air berguna untuk
secara horizontal, pembebanan dilakukan mengetahui bahwa kayu yang akan dianalisis
206
telah kering konstan. Adapun kadar air dan diberi perlakuan apapun adalah 107,3 % dan
massa jenis batang kelapa sawit awal sebelum 0,35 g/cm3.

Tabel 1. Massa jenis dan kadar air sebelum formalisasi dan setelah impregnasi (drying)

Sebelum Setelah
Formalisasi Impregnasi % Perubahan % Perubahan
Kode
Kenaikan ρ Penurunan K.A
Sampel ρ ρ
K.A (%) K.A (%) (g/cm3) (%)
(g/cm3) (g/cm3)

1A 0,46 3,7 0,59 2,8 28,26 24,32


3A 0,3 5,8 0,7 3,2 133,33 44,83
5A 0,36 5 0,66 2,5 83,33 50,00
1B 0,41 6,4 0,56 2,9 36,59 54,69
3B 0,37 5,4 0,7 2,8 89,19 48,15
5B 0,41 6,4 0,76 2,4 85,37 62,50

Keterangan: Angka pertama = tekanan impregnasi (1 = 0,1 MPa, 3 = 0,3 MPa dan 5 = 0,5 MPa) ,
kedua: suhu curing (A = 100oC dan B = 120oC).

Tabel 2. Massa sebelum Impregnasi dan setelah impregnasi (drying)

Sebelum impregnasi Sesudah impregnasi (drying) Persen


Kode Sampel pertambahan
Mi (g) Mf (g)
massa (%)
1A 30,2 50,5 67,2
3A 35,4 73,9 108,8
5A 19,7 64,2 225,9
1B 27,4 51,6 88,3
3B 25,4 57,50 126,4
5B 20,7 61,3 196,1

Keterangan: Angka pertama = tekanan impregnasi (1 = 0,1 MPa, 3 = 0,3 MPa dan 5 = 0,5 MPa) ,
kedua: suhu curing (A = 100oC dan B = 120oC).

Dari tabel 1. Menunjukkan bahwa kadar yaitu kurang dari 10 % (Kusno & Asriany,
air mengalami penurunan nilai setelah 2017). Dan massa jenis yang dihasilkan
dilakukan modifikasi yaitu turun sekitar mengalami kenaikan yaitu sekitar 28% - 133%
24,32% - 62,50% dari sampel sebelum dari sampel BKS sebelum diberi perlakuan.
formalisasi. Adapun nilai kadar air yang Adapun nilai massa jenis yang diperoleh
diperoleh termasuk ke dalam kriteria SNI 01- termasuk ke dalam kriteria SNI 01-4449-2006
4449-2006 papan serat berkerapatan tinggi papan serat berkerapatan sedang dengan
dengan kadar air yaitu maximal 13% dan massa jenis yaitu berkisar antara 0,4 g/cm3 –
memenuhi syarat kadar air material akustik 0,84 g/cm3.

207
Hal ini menujukkan bahwa terjadi peningkatan sifat mekanik pada sampel
penambahan massa pada sampel akibat setelah termodifikasi lebih kurang sekitar 450
terjadinya polimerisasi antara kayu dan resin % - 950 % atau sekitar 7 – 14 kali lipat
MF seperti terlihat pada tabel 2. dibandingkan dengan nilai MOR batang
menunjukkan bahwa setelah dilakukan kelapa sawit sebelum modifikasi. Hidayat
impregnasi saat diberi tekanan 0,1 MPa, 0,3 (2013) menyatakan bahwa besarnya nilai
MPa dan 0,5 MPa pada formalisasi 5 hari pada MOR disebabkan oleh adanya MF yang
suhu curing 100oC dan 120oC seiring dengan berfungsi memejalkan kayu pada dinding dan
peningkatan tekanan terjadi penambahan rongga sel sehingga dianggap penyebab
massa yang semakin besar. Hal ini meningkatnya kekuatan kayu.
diidentifikasikan bahwa semakin besar Berdasarkan data hasil uji MOE dan
tekanan yang dilakukan, impregnan yang MOR pada tabel 3. Menunjukkan bahwa
masuk akan lebih dalam dengan cara difusi semakin tinggi suhu curing maka nilai MOE
(Hidayat dkk, 2013). dan MOR juga akan semakin meningkat. Hal
ini juga dibuktikan pada saat sampel
Sifat Mekanik (Modulus Of Elasticity dan formalisasi 5 hari pada tekanan 0,5 MPa
Modulus Of Rupture) dengan suhu curing 130OC menunjukkan nilai
Tabel 3. Hasil Uji MOR dan MOE Batang Kelapa MOE juah meningkat menjadi 3.765,31 MPa.
Sawit Sesudah dan Sebelum Modifikasi Dengan meningkatnya suhu curing maka
Sampel MOR (MPa) MOE (MPa) nilai MOE dan MOR pada setiap kenaikan
Kontrol 2,61 916,55 tekanan impregnasi juga semakin besar.
(5.5A) 14,40 1.412,57 semakin meningkatnya suhu curing maka
(5.3B) 27,50 2.107,39 resin akan semakin baik dalam hal mengikat
(5.5B) 26,96 2.461,27 serat pada kayu (Roberto, 2017) sehingga
dapat meningkatkan sifat mekanik kayu.
Keterangan: Angka pertama = tekanan
impregnasi (1 = 0,1 MPa, 3 = 0,3 MPa dan 5 =
Identifikasi Gugus Fungsi dengan FTIR
0,5 MPa) , kedua: suhu curing (A = 100oC dan
B = 120oC). 1,05

Pengujian modulus elastisitas (MOE) 1,00

dan modulus patah (MOR) dilakukan untuk 0,95

mengetahui besar kekuatan sampel sebelum


Transmitan

0,90

dan setelah dilakukan modifikasi. 0,85 Melamin Formaldehid


BKS Tanpa Perlakuan

Berdasarkan data hasil uji MOE pada tabel 3.


pH 10, 5 Hari, Tanpa Tekanan
pH 10, 5 Hari, 0,1 MPa
0,80 pH 10, 5 Hari, 0,3 MPa

Menunjukkan bahwa adanya peningkatan


pH 10, 5 Hari, 0,5 MPa

0,75
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
sifat mekanik pada sampel setelah Wavenumber(cm-1)

termodifikasi lebih kurang sekitar 54 % - 160 Gambar 1. Grafik Interpretasi FTIR Batang
% atau sekitar 2 – 3 kali lipat dibandingkan Kelapa Sawit sebelum dan setelah modifikasi
dengan nilai MOE batang kelapa sawit pada formalisasi 5 hari dan curing100oC.
sebelum modifikasi.
Berdasarkan data hasil uji MOR pada
tabel 3. Menunjukkan bahwa adanya

208
dari MF yang terdapat pada bilangan
gelombang 2954 cm-1 sedangkan pada sampel
lain puncak serapannya sangat kecil sehingga
sulit untuk diditeksi. Hal ini menujukkan
Transmitansi

bahwa gugus C-H yang terdapat pada MF


saat diberi perlakuan sudah menguap dengan
Melamin Formaldehid
BKS Tanpa Perlakuan
pH 10, 5 Hari, Tanpa Tekanan

baik sehingga gugus C-H pada sampel tersisa


pH 10, 5 Hari, 0,1 MPa
pH 10, 5 Hari, 0,3 MPa
pH 10, 5 Hari, 0,5 MPa

4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 sangat sedikit. Pada bilangan gelombang 3462
Panjang Gelombang (cm-1)
– 3084 cm-1 terdapat gugus fungsi O-H yang
Gambar 2. Grafik Interpretasi FTIR Batang merupakan gugus hidroksil selulosa, pada
Kelapa Sawit sebelum dan setelah modifikasi
bilangan gelombang ini juga terdapat gugus
pada formalisasi 5 hari dan curing 120oC
fungsi N-H yang merupakan gugus amina
primer dari melamine yang dapat bereaksi
FTIR merupakan suatu teknik
dengan formaldehida membentuk gugus
pengukuran spektrum yang berdasarkan
methylol melamine (Dyana, 2013).
pada respons bahan terhadap radiasi
elektromagnetik (Herlina, 2018). Analisis ini
KESIMPULAN
dilakukan untuk mengetahui pengaruh
Berdasarkan penelitian yang telah
melamin formaldehida pada sampel batang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kelapa sawit sebelum dan sesudah
modifikasi pada sifat fisis batang kelapa sawit
termodifikasi. Berdasarkan hasil pengujian
dengan formaldehida dan melamine
FTIR menunjukkan bahwa adanya perubahan
formaldehida dapat meningkatkan nilai
gugus fungsi antara sampel tanpa perlakuan
massa jenis sekitar 28% - 260% dan
dan sesudah diberi perlakuan.
menurunkan nilai kadar air sekitar 24,32% -
Pada sampel MF menunjukkan adanya
62,50% dari sampel batang kelapa sawit tanpa
pita serapan pada bilangan gelombang 772 -
perlakuan. Modifikasi pada sifat mekanik
835 cm-1 yaitu vibrasi cincin triazine yang
batang kelapa sawit dengan formaldehida
merupakan ciri khas dari resin MF. Pada
dan melamin formaldehida dapat
semua sampel yang telah diberi perlakuan
meningkatkan nilai MOE sekitar 54 % - 160 %
memiliki bilangan gelombang yang
atau sekitar 2 – 3 kali lipat dan nilai MOR
mendekati yaitu pada bilangan gelombang
sekitar 450 % - 950 % atau sekitar 7 – 14 kali
809,48 – 813,56 cm-1 yang artinya MF telah
lipat dari sampel batang kelapa sawit tanpa
terpenetrasi dan mengisi pori-pori terhadap
perlakuan.
kayu (Dyana, 2013). Pada sampel MF dan
sampel tanpa perlakuan memiliki bilangan
DAFTAR PUSTAKA
gelombang 1239,718 dan 1235,64 cm-1, yang
[ASTM] American Society for Testing and
dikonfirmasi terdapat pada bilangan
Material. 2005. ASTM D-143Volume 0410
gelombang yang mendekati 1234 cm-1 yaitu
2000. Standard Test Method for Small
vibrasi C-O pada lignin (Herlina, 2018).
Clear Specimens of Timber, USA.
Pada bilangan gelombang 2960 cm-1
Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 01-
yang merupakan vibrasi regangan C-H dari
4449:2006. Papan Serat. BSN, Jakarta.
kelompok methylol gugus fungsi ini berasal
Dirjen Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan
209
Indonesia 2015 -2017 Kelapa Sawit, Sawit. Analisis Sifat Fisik dan Mekanik Kayu
Sekretariat Direktorat Jenderal Kelapa Sawit Hasil Kompregnasi
Perkebunan, Jakarta. Melamine Formaldehyde. Jurnal Online
Dyana, M. J., S. Vukusic, & A. A. Abdala. 2013. Mahasiswa. 1:1–10.
Melamine formaldehyde : curing Hill, C. 2006. Wood Modification : Chemical ,
studies and reaction mechanism. Thermal and Other Processes. Wiley,
Polymer Journal. 45(4):413–419. England.
Dungani, R., H.P.S.A. Khalil, M.N. Islam, I. Khairunnisha, I.P.N., E.S. Bakar, J.L. Rachel &
Sumardi, P. Aditiawati & A.Hadiyane. R. Halis. 2017. Effects of Soaking Periods
2016. Soil Burial Degradation of Oil and Adhesive Concentrations on the
Palm Shell ( OPS ) Nanofiller and Properties of Phenol Formaldehyde
Phenol Formaldehyde ( PF ) Resin- Resin Treated Oil Palm Wood.
Impregnated Oil Palm Trunk Lumber ( 40(2):247–256.
OPTL ): Dimensional Stability and Kusno, A. & Asriany, S. 2017. Pelepah Sagu
Mechanical Properties. J. Biobased Mater. sebagai Material Akustik Alternatif
Bioenergy 10: 1–7. Pelepah Sagu sebagai Material Akustik
Gindl, W., C. Hansmann, N. Gierlinger, M. Alternatif. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI.
Schwanninger, B. Hinterstoisser & G. 6:055–060.
Jeronimidis. 2004. Using a Water- Malutan, T., R. Nicu & V. I. Popa. 2008. Lignin
Soluble Melamine-Formaldehyde Resin Modification by Epoxidation.
to Improve The Hardness of Norway BioResources. 3(1): 13-20.
Spruce Wood, Journal of Applied Polymer Mamiński, M., P. Kozakiewicz, W.
Science. 93: 1900–1907. Jaskolowski, K.L. Chin, P.S. H'ng & R.
Hakim, L., R. Hartono & J. Zalukhu. 2012. Toczylowska-Mamińska. 2016.
Asetilasi Kayu Rambutan (Nephelium Enhancement of Technical Value of Oil
Lappaceum L), Cempedak (Artocarpus Palm (Elaeis Guineensis Jacq.) Waste
IntegerMerr), dan Rambai (Baccaurea Trunk Through Modification with 1,3-
MontleyanaMuell. ARG). Jurnal Teknik Dimethylol-4,5-Dihydroxyethyleneurea
Industri. 1 : 174–185. DMDHEU). European Journal of Wood
Hartono, R., W. Hidayat, I. Wahyudi & F. and Wood Products. 74:837-844.
Febrianto. 2016. Effect of Phenol Roberto, E. 2017. Pengaruh Temperatur
Formaldehyde Impregnation on The Curing Pada Sifat Komposit Berpenguat
Physical and Mechanical Properties of Serat Buah Pinang dengan Orientasi
Soft-Inner Part of Oil Palm Trunk. Serat Acak. Skripsi, Universitas Sanata
Journal of the Korean Wood Science and Dharma, Yogyakarta.
Technology. 44(6): 842-851. Sint, K.M., S. Adamopoulos, G. Koch, F. Hapla
Herlina, W.T. Istikowati & Fatriani. 2018. & H. Militz. 2013. Impregnation of
Analisis Kimia dari Serat Kayu Bangkal Bombax Ceiba and Bombax Insigne
( Nauclea officinalis ) sebagai Alternatif Wood with a N-Methylol Melamine
Bahan Baku Pulp Kertas. Jurnal Riset Compound. Wood Science and
Industri asil Hutan. 10(1):21–32. Technology. 47: 43-58.
Hidayat, B., A. Kamaldi & Fakhri. 2013. Wang, W. & Wang, A. 2010. Preparation ,
210
Swelling and Water-retention
Properties of Crosslinked
Superabsorbent Hydrogels Based on
Guar Gum. Advanced Materials Research.
96: 177–182.
Widiyawati. 2017. Analisis Kekuatan dan Sifat
Akustik Batang Kelapa Sawit Termodifikasi
Formaldehida dan Melamin Formaldehida.
Skripsi. Universitas Lambung
Mangkurat.
Zamzami, H. R. 2014. Kualitas Papan Komposit
Plastik Dari Limbah Kelapa Sawit (Elaeis
Guineensis Jacq) dan Polipropilena Daur
Ulang. Skripsi Departemen Hasil Hutan.
Institut Pertanian Bogor.

211
Karakterisasi Sifat Fisik dan Mekanik Batang Kelapa Sawit
Termodifikasi Melamin Formaldehida terhadap Variasi pH
Formalisasi

Sulung Apria Nuki1)*, Suryajaya1), Ninis Hadi Haryanti1), Mashuri2), Muhammad Zainuri2),
Darminto2), Tetti Novalina Manik1,2)
1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung
Mangkurat, Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru
2) Departemen Fisika, Fakultas Sains, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya 60111,
Sukolilo, Indonesia

Email korespodensi : [email protected]

ABSTRAK- Telah dilakukan peningkatan sifat fisik dan mekanik batang kelapa sawit dengan modifikasi
kimia. Ada dua langkah modifikasi yang dilakukan, pertama, sampel di formalisasi dalam kondisi asam dan
kondisi basa dan kedua modifikasi dengan impregnasi menggunakan resin melamin formaldehida di bawah
tekanan 0,5 MPa selama 1 jam. Setelah proses impregnasi, sampel dicuring dengan suhu curing 100°C dan
120°C dan dilanjutkan dengan proses pengeringan untuk melengkapi proses modifikasi. Hasil menunjukkan
bahwa modifikasi dengan variasi kondisi formalisasi dapat meningkatkan sifat fisik dan mekanik batang
kelapa sawit. Modifikasi kimia dapat menurunkan kadar air dan meningkatkan nilai densitas, MOR, dan
MOE.

KATA KUNCI : Batang kelapa sawit; Curing ; Formalisasi, Impregnasi.

ABSTRACK- Improving the physical and mechanical properties of oil palm trunks by chemical modification
has been studied. There has two-step modification was done, first, the formalization of samples in acid and
alkaline conditions and the second the impregnation modification using melamine formaldehyde resin under
pressure of 0,5 MPa held 1 hour. After Impregnation process, that samples cured with 100°C and 120°C curing
temperature and continue with the drying process for completes process modification. The results showed
that modification with the variations of formalization conditions could improve the physical and mechanical
properties of oil palm trunks. The chemical modification can reduce the water content and increase of the
density, MOR and MOE values.

KEYWORDS : Curing; Formalization; Impregnation; Oil palm trunk.

PENDAHULUAN kelapa sawit diperkirakan mencapai 25,4 juta


Kelapa sawit yang telah berumur 25-30 m3/tahun (BPDPKS, 2018).
tahun telah mencapai batas umur produktif Kehadiran limbah batang kelapa sawit
sehingga perlu dilakukan peremajaan dengan dianggap mengganggu karena dapat menjadi
tanaman muda. Proses peremajaan akan sarang bagi kumbang Oryctes rhinoceros dan
menghasilkan limbah batang kelapa sawit penyakit Ganoderma yang berpotensial
(Hernawan dkk, 2013). Luas areal kelapa menyerang tanaman muda (Departemen
sawit yang diremajakan per tahun sekitar 300 Pertanian, 2006;PTPN V, 2015). Potensi
ribu ha sehingga potensi limbah batang limbah batang kelapa sawit yang cukup besar
212
tersebut perlu ditangani dengan Larutan formaldehida merupakan
mengolahnya menjadi produk bernilai senyawa yang berpotensi dapat membentuk
tambah. Industri perkayuan membutuhkan ikatan silang dengan gugus OH dalam
bahan baku sekitar 60 m3/tahun dan baru dinding sel kayu, ikatan silang tersebut dapat
terpenuhi sekitar 5 m sehingga batang kelapa
3 meningkatkan stabilitas dimensi kayu.
sawit dapat menjadi alternatif bahan baku Kondisi pH pada reaksi antara larutan
potensial untuk memenuhi kebutuhan formaldehida dan kayu berpengaruh pada
industri (ISWA, 2018). Namun, batang kelapa banyaknya gugus OH yang dapat diikat oleh
sawit memiliki beberapa kelemahan larutan formaldehida (Capraru dkk, 2012).
diantaranya kadar air yang sangat tinggi, Widyawati (2017) melakukan
berat jenis dan kekuatan yang relatif rendah, modifikasi batang kelapa sawit dengan dua
dan kandungan pati yang relatif tinggi tahapan, pertama formalisasi pada kondisi
sehingga sangat rentan terhadap serangan basa (pH 10) selama 3, 5, dan 7 hari dan kedua
kapang (mold), jamur pewarna (blue stain), impregnasi menggunakan resin melamin
jamur pelapuk dan serangga (Iswanto dkk, formaldehida. Hasilnya nilai densitas
2010). mengalami peningkatan setelah modifikasi,
Upaya yang dapat dilakukan agar kayu serta terjadi pergeseran bilangan gelombang
kualitas rendah seperti batang kelapa sawit pada gugus OH yang menandakan terjadinya
dapat dimanfaatkan adalah dengan reaksi.
melakukan modifikasi untuk meningkatkan Berdasarkan uraian di atas penelitian ini
sifat-sifatnya. Teknologi modifikasi yang akan membahas tentang modifikasi batang
dapat digunakan satu diantaranya adalah kelapa sawit menggunakan resin melamin
impregnasi yaitu memasukkan bahan kimia formaldehida untuk memperoleh sifat fisik
ke dalam dinding sel kayu yang kemudian yaitu kadar air dan densitas serta sifat
bereaksi dengan mengisi pori-pori kayu (Hill, mekanik yaitu MOR (modulus of rupture) dan
2006). Senyawa kimia yang umumnya MOE (modulus of elasticity) pada batang kelapa
digunakan sebagai bahan impregnasi kayu sawit dengan variasi kondisi pH pada proses
yaitu melamin formaldehida (Hill, 2006). formalisasi.
Khalil dkk (2012) melakukan modifikasi
inti batang kelapa sawit menggunakan resin METODE PENELITIAN
fenol formaldehida yang diimpregnasi di Preparasi Sampel
bawah tekanan 0,5 MPa dengan variasi waktu Bagian yang digunakan sebagai sampel
15, 30, 60, 90, dan 120 menit. Hasilnya terjadi adalah batang kelapa sawit bagian luar
peningkatan sifat mekanik. Kemudian (vascular bundles) dari ketinggian 1-2 m di atas
Hidayat dkk (2013) menggunakan metode permukaan tanah. Sampel dipotong menjadi
kompregnasi pada kayu kelapa sawit. ukuran 1 x 5 x 15 cm. Sampel dikeringkan
Konsentrasi larutan melamin formaldehida pada suhu 60°C selama 24 jam, kemudian
yang digunakan adalah 50%, 75%, dan 100%. sampel dikeringkan lagi dengan oven selama
Setelah modifikasi, nilai kadar air turun, berat 24 jam pada suhu 103±2°C (Dungani dkk,
jenis dan modulus patah mengalami 2016) untuk mencapai kadar air kurang dari
peningkatan. 20%.

213
Tahapan Modifikasi Kemudian sampel direndam kembali dalam
Sampel di formalisasi pada dua kondisi, larutan melamin formaldehida konsentrasi
yaitu kondisi asam (pH 4 dan pH 6) dan 100% (Hidayat dkk, 2013) selama 24 jam
kondisi basa (pH 10). Kondisi pH formalisasi (Khairunnisa dkk, 2017). Setelah proses
diatur dengan cara mereaksikan lautan impregnasi, sampel dicuring pada suhu 100°C
formaldehida dengan NaOH 3%. Waktu dan 120°C. Proses curing dilakukan selama 10
formalisasi 3 hari (Widyawati, 2017). Setelah menit (Deka dkk, 2007) dan dilanjutkan
formalisasi sampel dikeringkan di udara dengan pengeringan menggunakan oven
terbuka selama kurang lebih 10 hari hingga pada suhu 103±2°C selama 24 jam hingga
bau formaldehida hilang dari sampel. Setelah mencapai kadar air kurang dari 20%.
itu sampel diimpregnasi dengan resin
melamin formaldehida di bawah tekanan 0,5 HASIL DAN PEMBAHASAN
MPa selama 60 menit (Khalil dkk, 2012). Kadar Air dan Densitas
Kadar air dan densitas merupakan struktur kayu sehingga jumlah air yang
bagian dari sifat fisik pada kayu. Kadar air diserap oleh kayu lebih kecil (Hidayat dkk,
merupakan persentase jumlah air yang 2013).
terkandung dalam kayu (Bowyer dkk, 2003). Tabel 2. Nilai rata-rata densitas batang kelapa
Pada tabel 1 dan tabel 2 dapat dilihat nilai sawit termodifikasi
rata-rata kadar air dan densitas batang kelapa Kondisi Curing Sebelum Setelah
sawit sebelum dan sesudah modifikasi. pH (°C) perlakuan impregnasi
Tabel 1. Nilai rata-rata kadar air batang kelapa ρ (g/cm3) ρ (g/cm3)
sawit termodifikasi 4 100 0,28 0,74
Kondisi Curing Sebelum Setelah 120 0,25 0,73
Ph (°C) perlakuan impregnasi 6 100 0,25 0,77
KA (%) KA (%) 120 0,27 0,74
4 100 6,94 1,53 10 100 0,27 0,72
120 10,76 0,16 120 0,36 0,76
6 100 5,72 0,17 Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa terjadi
120 1,47 0,32 kenaikan densitas setelah perlakuan
10 100 0,90 0,53 impregnasi. Kenaikan densitas batang kelapa
120 5,76 0,41 sawit antara 111% - 208%. Hal tersebut
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa batang menunjukkan bahwa impregnasi dapat
kelapa sawit sebelum perlakuan yang telah membantu resin melamin formaldehida
mengalami proses pengeringan kadar airnya untuk masuk/penetrasi ke dalam struktur
sekitar ≤10%. Proses pengeringan bertujuan batang, yang ditandai dengan kenaikan berat
untuk mengeluarkan air yang ada dalam (Hidayat dkk, 2013).
kayu hingga diperoleh kadar air seimbang Batang kelapa sawit memiliki porositas
(Basri, 2012). Kemudian dari tabel 1 dapat tinggi yang dapat membuat resin mudah
dilihat bahwa setelah impregnasi kadar air masuk diserap oleh batang kelapa sawit pada
mengalami penurunan, hal tersebut saat proses impregnasi, sehingga
dikarenakan melamin formaldehida dapat menyebabkan nilai densitas meningkat (Bhat
menggantikan posisi air yang ada di dalam dkk, 2010). Pada sampel pH 10 (kondisi basa)
214
densitas meningkat seiring kenaikan suhu 20% – 180% dan meningkat hingga 2 kali lipat
curing, dimana semakin tinggi suhu curing dibandingkan nilai sebelum modifikasi.
resin akan semakin baik dalam hal mengikat Persen kenaikan MOR tertinggi yaitu
serat pada kayu (Roberto, 2017) sehingga sebesar 955% pada sampel pH 10 suhu curing
kerapatan kayu meningkat. 120°C dan persen kenaikan MOE tertinggi
Pada pengujian sifat fisik berupa kadar yaitu sebesar 180,18% pada sampel pH 6 suhu
air dan densitas pada batang kelapa sawit curing 120°C. Kenaikan nilai MOR dan MOE
menunjukkan bahwa variasi kondisi pH setelah modifikasi terjadi karena melamin
formalisasi tidak menunjukkan hasil yang formaldehida dapat mengisi dinding dan
berpengaruh signifikan. Hal tersebut rongga sel pada batang kelapa sawit
kemungkinan dikarenakan faktor dari dalam khususnya pada daerah parenkim dasar
kayu seperti ketebalan dinding sel kayu, serta sehingga meningkatkan kekuatan fisik
proporsi dari masing-masing sel penyusun (Hidayat dkk, 2013).
kayu (Wahyudi, 2013). Pada pH 6 (kondisi asam) dan pH 10
(kondisi basa) terjadi peningkatan nilai MOR
MOR (modulus of rupture) dan MOE dan MOE seiring kenaikan suhu curing
(modulus of elasticity) dimana semakin tinggi suhu curing resin akan
Sifat mekanik berhubungan dengan semakin baik dalam hal mengikat serat pada
kekuatan kayu. Pada tabel 3 menunjukkan kayu (Roberto, 2017) sehingga kekuatan kayu
terjadi peningkatan nilai MOR dan MOE pada meningkat. Dari hasil pengujian, variasi
batang kelapa sawit setelah modifikasi. kondisi pH formalisasi tidak memberikan
Persen kenaikan MOR pada batang kelapa nilai yang signifikan pada hasil uji mekanik,
sawit setelah modifikasi sekitar 500% – 900% hal tersebut diindikasikan karena terjadi
dan meningkat hingga 6 – 10 kali lipat ketidakteraturan orientasi serat dan panjang
dibandingkan nilai sebelum modifikasi. serat setelah proses modifikasi sehingga
Sedangkan persen kenaikan MOE pada mempengaruhi nilai MOR dan MOE yang
batang kelapa sawit setelah modifikasi sekitar dihasilkan (Widyawati, 2017).
Tabel 3. Nilai MOR dan MOE batang kelapa sawit termodifikasi
Persen Persen
kenaikan kenaikan
Kondisi pH Suhu curing (°C) MOR (MPa) MOE (MPa)
MOR (%) MOE (%)
Tanpa - 2,61 916,25 - -
perlakuan
4 100 21,32 1.863,13 717,33 103,34
120 17,08 1.603,32 554,89 74,99
6 100 17,61 1.475,83 574,92 61,07
120 24,58 2.567,14 842,41 180,18
10 100 18,62 1.156,68 613,95 26,24
120 27,52 2.210,38 955,00 141,24

KESIMPULAN

215
Berdasarkan hasil penelitian yang telah and Spectral Characteristics of Annual
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan Plant LigninsModified by
antara lain: Hydroxymethylation Reaction. Cellul.
1. Modifikasi dengan variasi kondisi pH Cellulose Chemistry and Technology, 46 (9-
formalisasi dapat meningkatkan sifat fisik 10), 589–597.
batang kelapa sawit, yaitu mampu Deka, M., W. Gindl, R. Wimmer & H.
menurunkan kadar air dan meningkatkan Christian. 2007. Chemical Modification
densitas hingga 111% - 208%. of Norway spruce (Picea abies (L) Karst
2. Modifikasi dengan variasi kondisi pH ) Wood With Melamine Formaldehyde
formalisasi dapat meningkatkan sifat Resin. Indian Journal of Chemical
mekanik batang kelapa sawit, yaitu Technology, 14, 134–138.
mampu meningkatkan MOR hingga 500% Departemen Pertanian. 2006. Pedoman
- 900% atau sekitar 6 – 10 kali lipat. Serta Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit.
mampu meningkatkan MOE hingga 20% - Subdit Pengelolaan Lingkungan
180% atau sekitar 2 kali lipat dari sebelum Direktorat Pengelolaan Hasil Pertanian
modifikasi. Ditjen PPHP, Jakarta.
Dungani, R., H.P.S.A. Khalil, M.N. islam,
DAFTAR PUSTAKA I.Sumardi, P.Aditiawati & A.Hadiyane.
Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan 2016. Soil Burial Degradation of Oil
Kayu Olahan Indonesia. 2018. Optimasi Palm Shell ( OPS ) Nanofiller and
Pemanfaatan Batang Sawit : Aplikasi Iptek Phenol Formaldehyde ( PF ) Resin-
dan Sinergi Industri. ISWA, Jakarta. Impregnated Oil Palm Trunk Lumber (
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa OPTL ): Dimensional Stability and
Sawit. 2018. Kayu Lapis: Olahan Limbah Mechanical Properties. Journal of
Replanting Kelapa Sawit, Hasilkan Biobased Materials and Bioenergy, 10, 1–7.
Keuntungan Ekonomi. BPDPKS, Jakarta. Hernawan, A., F. Diba, Y. Mariani, D.
Basri, E. 2012. Modul Bimbingan Teknis Setyawati & Nurhaida. 2013. Sifat Kimia
pengeringan Kayu. UPT Pusat Perkayuan Batang Kelapa Sawit ( Elaeis guinensis
Dinas Kelautan dan Pertanian, Jakarta. Jacq ) Berdasarkan Letak Ketinggian
Bhat, I.U., C.K. Abdullah, H.P.S.A. Khalil, M. dan Kedalaman Batang. Jurnal Hutan
Hakimi, Ibrahim & M.R.N. Fazita. 2010. Lestari, 2, 472–481.
Properties Enhancement of Resin Hidayat, B., Kamaldi, A. & Fakhri. 2013.
Impregnated Agro Waste : Oil Palm Analisis Sifat Fisik dan Mekanik Kayu
Trunk Lumber. Journal of Reinforced Kelapa Sawit Hasil Kompregnasi
Plastics & Composites, 29 (22), 3301–3308. Melamine Formaldehyde. Jurnal Online
Bowyer, J., R. Shmulsky & J.G. Haygreen. Mahasiswa, 1, 1–10.
2003. Forest Product and Wood Science: An Hill, C. 2006. Wood Modification : Chemical ,
Introduction. Fourth Edition. Lowa State Thermal and Other Processes. Wiley :
Press a Blackwell Publishing Company : England.
USA. Iswanto, A.H., T. Sucipto, I. Azhar, Z. Coto, &
Capraru, A., E. Ungureanu, L.C. Trinca, T. F.F. 2010. Sifat Fisis dan Mekanis Batang
Malutan & V.I. Popa. 2012. Chemical Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq )
216
Asal Kebun Aek-Pancur- Sumatera Pekanbaru-Riau.
Utara. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Roberto, E. 2017. Pengaruh Temperatur
Hutan, 3 (1), 1–7. Curing Pada Sifat Komposit Berpenguat
Khairunnisa, I.P., E.S. Bakar, J.L. Rachel, R. Serat Buah Pinang dengan Orientasi
Halis & A.C.Y. Choo. 2017. Effects of Serat Acak. Skripsi, Universitas Sanata
Soaking Periods and Adhesive Dharma Yogyakarta.
Concentrations on the Properties of Wahyudi, I. 2013. Hubungan Struktur Anatomi
Phenol Formaldehyde Resin Treated Oil Kayu dengan Sifat Kayu, Kegunaan dan
Palm Wood. Pertanika J.Trop.Agric.Sci, Pengolahannya. Diskusi LitBang
40 (2), 247–256. Anatomi Kayu Indonesia, Bogor.
Khalil, H.P.S., P. Amouzgar, M. Jawaid, A. Widyawati. 2017. Analisis Kekuatan dan Sifat
Hassan, F. Ahmad, A. Hadiyana, et al. Akustik Batang Kelapa Sawit
2012. New Approach to Oil Palm Trunk Termodifikasi Formaldehida dan
Core Lumber Material Properties Melamin Formaldehida. Skripsi,
Enhancement via Resin Impregnation. Universitas Lambung Mangkurat
Journal of Biobased Materials and Banjarbaru.
Bioenergy, 6, 1–10.
PT Perkebunan Nusantara V. 2015.
Ganoderma : “Momok Menakutkan”
Planter Kelapa Sawit. PTPN V,

217
Pembelajaran Fisika Matematika I Dengan Model Self
Regulated Learning (Srl) Berbantukan Lembar Kerja
Mahasiswa : Dampak Motivasi Belajar Mahasisiswa

Hadma Yuliani, Muhammad Nasir, Luvia Ranggi Nastiti


Program Studi Tadris Fisika, Institus Agama Islam Negeri Palangka Raya
Jl. G.Obos, Palangka Raya

Email: [email protected]

ABSTRACT: The objectives of the study is to measure the improvement of the learning
motivation of the students through the use of self-regulated learning model with students'
worksheet in Physics-math I subject. The type of the research is descriptive.The instruments used
in this data collection techniques is questionnaires for learning independency. The result ofthe
Study showsthat there was moderate improvement of the students' learning motivation through
the use of self- regulated learning model with students’ worksheet (0,374).

KEYWORD : Self-regulated learning model; Students' worksheet ; Learning motivation.

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil wawawancara


Mata Kuliah Fisika Matematika di yang dilakukan dengan mahasiswa
Program Studi Tadris Fisika IAIN yang telah mengambil fisika
Palangka Raya terbagi dalam dua mata matematika I di Program Studi Tadris
kuliah yaitu mata kuliah fisika Fisika IAIN Palangka Raya
matematika I dan Fisika matematika II. menunjukkan sebagian mahasiswa
Fisika matematika I merupakan salah masih susah untuk memahami materi
satu mata kuliah wajib program studi di dan menyelesaikan soal yang diberikan.
Tadris Fisika IAIN Palangka Raya yang Hal ini dikarenakan, mahasiswa yang
diprogramkan di semester III. Fisika kurang belajar secara mandiri, kurang
matematika merupakan mata kuliah motivasi belajar untuk latihan
yang salah satu tujuannya agar mengerjakan soal yang diberikan
mahasiswa memiliki kemampuan maupun mengerjakan dengan
untuk menerapkan berbagai bentuk kesadaran hati sendiri.
dasar matematika dalam menyelesaikan Penggunaan model pembelajaran
secara analitis berbagai permasalahan diharapkan mampu meningkatkan
fisika sederhana hingga fisika lanjut motivasi belajar mahasiswa pada
(Mudjiarto dan Krips, 2010). pembelajaran fisika matematika I agar

214
mahasiswa dapat menguasai materi Schunk dan Zimmerman (2008)
pembelajaran. Salah satu model mendefinisikan SRL sebagai suatu
pembelajaran yang diharapkan mampu proses belajar yang terjadi akibat
meningkatkan motivasi mahasiswa agar pengaruh dari pemikiran, perasaan,
memiliki kesadaran bahwa belajar itu strategi, dan perilaku sendiri yang
penting adalah model self regulated berorientasi pada pencapaian tujuan.
learning (SRL). terdapat 3 fase utama pada siklus SRL
Berbagai penelitian telah yakni merancang belajar, memantau
dilakukan dengan menggunakan model kemajuan belajar selama menerapkan
SRL diantaranya penerapan SRL rancangan, dan mengevaluasi hasil
berbasis internet mampu meningkatkan belajar secara lengkap. Kegiatan
kemandirian belajar mahasiswa (Ana pembelajaran yang berlangsung pada
dan Achdiani, 2015), Penerapan model tiap fase SRL dirinci sebagai berikut:
SRL berhasil meningkatkan hasil belajar • Fase 1 yaitu fase merancang belajar.
siswa (Surawan et al, 2018), dan Fase merancang belajar berlangsung
Pemberian modul SRL dan pelaksanaan kegiatan yaitu: menganalisis tugas
model pembelajaran SRL ini cukup belajar, menetapkan tujuan belajar,
efektif untuk meningkatkan motivasi dan merancang strategi belajar.
belajar mandiri pada mahasiswa • Fase 2 yatu fase memantau. Fase
(Ellianawati dan Wahyuni, 2010) memantau berlangsung kegiatan
SRL adalah suatu model yaitu: mengajukan pertanyaan pada
pembelajaran agar mahasiswa mampu diri sendiri antara lain: Apakah
mengarahkan diri sendiri dalam belajar. strategi yang dilaksanakan sesuai
SRL disebut juga proses pengaturan diri dengan rencana? Apakah saya
yang terjadi disaat belajar. Dalam proses kembali kepada kebiasaan lama?
ini, mahasiswa dengan sengaja mampu: Apakah saya tetap memusatkan diri?
mengarahkan diri untuk mencapai Dan apakah strategi telah berjalan
tujuan belajar, mengetahui bagaimana dengan baik?
cara diri sendiri dalam mengatur • Fase 3 yaitu mengevaluasi. Fase
pelajaran yang akan dipelajarinya dan mengevaluasi memuat kegiatan
mengembangkan diri sendiri. Dosen yaitu: memeriksa bagaimana
mempunyai tanggung jawab tidak jalannya strategi: Apakah strategi
hanya memberikan pembelajaran. Akan telah dilaksanakan dengan baik?
tetapi, hal yang lebih penting lagi yaitu (evaluasi proses); Hasil belajar apa
mengajari mahasiswanya bagaimana yang telah dicapai? (evaluasi
mereka harus belajar (Pintrich dalam produk); dan Sesuaikah strategi
Montolvo, 2004).

215
dengan jenis tugas belajar yang SRL berbantukan LKM pada mata
dihadapi? kuliah fisika matematika I.
• fase merefleksi: Pada dasarnya phase Penelitian ini diharapkan sebagai
ini tidak hanya berlangsung pada bahan refleksi dan evaluasi bagi
phase keempat dalam siklus self pengajar fisika agar dapat mengetahui
regulated learning, namun refleksi sejauh mana motivasi belajar
berlangsung pada tiap phase selama mahasiswa setelah menerapkan model
silkus berjalan SRL berbantukan LKM pada mata
Selain itu, Butler (2011) kuliah fisika matematika I dan dapat
mengemukakan SRL merupakan siklus memberikan alternative gambaran
kegiatan kognitif yang berulang-ulang kepada dosen dalam penerapan model
yang terdiri dari kegiatan yaitu: SRL berbantukan LKM pada mata
menganalisis tugas; memilih, kuliah fisika matematika I.
mengadopsi, atau menemukan
pendekatan strategi untuk mencapai METODE PENELITIAN
tujuan tugas; dan memantau hasil dari Penelitian ini menggunakan
strategi yang telah dilaksanakan. pendekatan Kuantitatif. Pendekatan
Penerapan model SRL diharapkan Kuantitatif. Jenis penelitian yang
lebih terbantukan lagi dengan dilakukan yaitu penelitian deskriptif.
menggunakan Lembar Kerja Mahasiswa Metode penelitian yang digunakan
(LKM) agar mahasiswa dapat terbantu adalah pre-experimental design dengan
lagi memahami materi fisika desain pretest-postest satu kelompok
matematika I. Penerapan model SRL atau one-group pretest-postest design.
berbantukan lembar kerja mahasiswa Penelitian ini dilaksanakan di
diharapkan mampu meningkatkan Laboratorium Fisika Program Studi
motivasi belajar. Tadris Fisika Jurusan PMIPA FTIK IAIN
Berdasarkan permasalahan di atas, Palangka Raya tahun Ajaran 2017/2018.
perlunya diterapkan model SRL Pelaksanaan penelitian dilaksanakan
berbantukan lembar kerja mahasiswa bulan Juli-Desember 2017.
yang diharapkan mampu Peneliti mengambil mahasiswa
meningkatkan motivasi belajar semester III yang memprogram mata
mahasiswa. kuliah Fisika Matematika I tahun ajaran
Tujuan Penelitian ini adalah 2017/2018 di Tadris Fisika Fisika Jurusan
Untuk mengetahui peningkatan PMIPA FTIK IAIN Palangka Raya
motivasi belajar mahasiswa setelah sebagai populasi penelitian. Peneliti
diterapkan dengan menerapkan model mengambil seluruh populasi menjadi
sampel penelitian.

216
Teknik pengumpulan data yang skor posttest  skor pretest
( n) g 
digunakan dalam penelitian ini antara skor ideal  skor pretest
lain: metode angket untuk mengetahui
motivasi belajar.
(
Analisis angket motivasi siswa
2)
menggunakan analisis statistik
Kategori n-gain menurut Hake (1999)
deskriptif rata-rata berdasarkan nilai
dalam Sundayana (2014:151) yang
yang diberikan berdasarkan hasil
kemudian dimodifikasi yaitu sebagai
angket siswa yang telah dijawab.
berikut:
Kriteria yang digunakan untuk
0,70 ≤ g ≤ 100 : Tinggi
mendeskripsikan rata-rata penelitian
0,30 ≤ g < 0,70 : Sedang
dari hasil pengamatan yaitu:
0,00 < g < 0,30 : Rendah
1 = Kurang baik
g = 0,00 :Tidak terjadi
2 = Cukup baik
peningkatan
3 = Baik
-1,00 ≤ g < 0,00 : Terjadi Penurunan
4 = Sangat baik
Rentang tiap kategori ditetapkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan persamaan statistik yang
Hakikat motivasi belajar adalah
disesuaikan dengan data.
dorongan internal dan eksternal pada
Jumlah aspek yang diamati ada 18,
siswa-siswa yang sedang belajar untuk
maka:
mengadakan perubahan tingkah laku.
Skor maksimal = 18 x 4
Pada umumnya dengan beberapa
Skor minimal = 18 x 1
indikator atau unsur yang mendukung.
Interval =
Hal itu mempunyai peranan besar
(1) dalam keberhasilan seseorang dalam
Tabel 1. Klasifikasi Skor Motivasi belajar. Indikator motivasi belajar dapat
Skor Kategori diklasifikasikan sebagai berikut: (1)
18 – 36 Rendah adanya hasrat dan keinginan berhasil;
37 – 54 Sedang (2) adanya dorongan dan kebutuhan
55 – 72 Tinggi dalam belajar; (3) adanya harapan dan
(Sudaryono, cita-cita masa depan; (4) adanya
2013) penghargaan dalam belajar; (5) adanya
Peningkatan hasil motivasi kegiatan yang menarik dalam belajar;
belajar dianalisis menggunakan n-gain (6) adanya lingkungan belajar yang
yaitu (Sundayana, 2014: 151): kondusif, sehingga memungkinkan
seseorang siswa dapat belajar dengan
baik (Hamzah, 2006).

217
Rekapitulasi angket Motivasi dapat terlihat dari hasil N-Gain rata-rata
belajar mahasiswa pre-test sebelum adalah 0,374 dengan kategori sedang.
diterapkan model pembelajaran SRL Penerapan model pembelajaran
dengan bantuan LKM dan post-test SRL dengan bantuan LKM masih
setelah model pembelajaran SRL kurang dapat meningkatkan Motivasi
dengan bantuan LKM dapat dilihat belajar mahasiswa. Hal ini sejalan
seperti pada tabel 2 berikut. Hasil rata- dengan penelitian yang dikemukakan
rata motivasi belajar mahasiswa dengan Susatyo, et al (2009) yang
menerapkan Model pembelajaran SRL mengemukakan guru harus dapat
dengan bantuan LKM dapat dilihat mengarahkan siswa untuk belajar
pada tabel 2 berikut: mandiri serta membangkitkan siswa
Tabel 2. Rata-rata Motivasi Belajar untuk dapat menjelaskan hasil
Mahasiswa belajarnya kepada pihak lain pada
Pretest Postest Gain N pembelajaran dengan model SRL. Selain
gain itu, Dukungan sosial menjadi hal yang
61,432 75,855 14,423 0.374 diduga dapat mempengaruhi self
Motivasi belajar diukur melalui regulated learning. Apabila dukungan
melalui angket sebelum dan setelah emosional tinggi individu akan merasa
diterapkan model pembelajaran SRL mendapatkan dorongan yang tinggi
dengan bantuan LKM. Analisis Motivasi dari anggota keluarga. Apabila
belajar mahasiswa terdiri dari Motivasi penghargaan untuk individu tersebut
belajar secara individu. Hasil rata-rata besar, maka akan meningkatkan
pretest motivasi belajar adalah 61,432 kepercayaan diri (Azmi, 2016)
dan rata-rata postest Motivasi belajar Walaupun demikian, masih
adalah 75,855 dengan nilai rata-rata terdapat peningkatan motivasi belajar
yang tidak mengalami kenaikan dengan model pembelajaran SRL
signifikan antara pretest dan posttest dengan bantuan LKM. Hal ini
Tabel 2 menunjukan bahwa didukung, penelitian oleh Hidayat dan
motivasi belajar mahasiswa sebelum Budiman (2009) menyatakan penerapan
diterapkan model pembelajaran SRL pendekatan model SRL memberikan
dengan bantuan LKM tidak ada pengaruh terhadap terhadap motivasi
perubahan motivasi belajar yang berarti belajar siswa. Selain itu, SRL memiliki
setelah diterapkan model pembelajaran pengaruh terhadap motivasi diri belajar
SRL dengan bantuan LKM maka siswa untuk menjadi a good selfregulated
Motivasi belajar mahasiswa mengalami learner. Motivasi diri yang dimiliki
peningkatan yang tidak berarti, yaitu mahasiswa dalam belajar lebih banyak
ditentukan oleh rasa kepercayaan diri

218
serta keyakinan diri terhadap Berdasarkan kesimpulan
kemampuan mereka dalam penelitian, dapat disarankan beberapa
menentukan keberhasilan mereka hal yaitu Pembelajaran dengan Model
dalam belajar. Selain itu, melalui SRL pembelajaran SRL dengan bantuan
mahasiswa memiliki tingkat LKM pada mata kuliah Fisika
kenyamanan yang lebih dalam belajar Matematika I ini dapat dijadikan pilihan
khusunya terkait dengan strategi belajar alternatif model pembelajaran. Selai itu,
yang mereka terapkan dimana mereka bagi tenaga pengajar dan Peneliti yang
cenderung lebih nyaman untuk dapat menggunakan Model pembelajaran SRL
belajar bersama-sama dengan teman dengan bantuan LKM pada mata kuliah
dalam melakukan diskusi. Tingkat Fisika Matematika I ini perlu adanya
kenyamanan serta keyakinan dan dukungan dari dosen yang mengajar
kepercayaan diri tersebut yang terus dan mahasiswa untuk terdorong
menstimulasi mereka untuk dapat kesadaran belajar secara mandiri.
melakukan kegiatan belajar mereka
secara aktif dan mandiri (Aimah dan UCAPAN TERIMA KASIH
Ifadah,2014). Pemberian kebebasan Peneliti mengucapkan terima
memilih teman dalam kelompok dan kasih kepada IAIN Palangka Raya dan
memilih pola belajar sesuai dengan Bapak Suhartono, M.Si yang telah
minatnya ternyata memberi memberikan masukan mengenai
kenyamanan belajar dan motivasi penelitian ini dan semua pihak yang
berkompetisi yang positif sehingga telah memberikan masukan dan
capaian belajarnya lebih baik bantuan dalam penelitian.
(Ellianawati dan Wahyuni, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN
Aimah dan Ifadah. 2014. Pengaruh Self-
Berdasarkan hasil analisis data
Regulated Learning Terhadap
dan pembahasan dapat diambil suatu
Motivasi Belajar Siswa. Prosiding
kesimpulan sebagai berikut : Nilai
Seminar Nasional & Internasional
pretest motivasi belajar mahasiswa
Universitas Muhammadiyah
sebelum dilaksanakan pembelajaran
Semarang.
oleh peneliti sebesar (60,568) tidak jauh
Ana dan Achdiani, Yani. 2015.
berbeda dengan nilai pada post test
Penerapan Self Regulated Learning
(70,227), nilai gain yang diperoleh
Berbasis Internet Untuk
sebesar (9,659), nilai N-gain yang
Meningkatkan Kemandirian
diperoleh (0,374) dengan kategori
Belajar Mahasiswa. INVOTEC,
sedang.
Volume XI, No.1, Februari 2015 : 15-

219
22 Future Directions). Universitas De
Azmi, Shofiyatul. 2016. Self Regulated Navarra.
Learning Salah Satu Modal Roswati Mudjiarto dan Frans J. Krips.
Kesuksesan Belajar dan Mengajar. 2010. Matematika Fisika I . Bandung:
Seminar ASEAN 2 Psychology &
nd ITB.
Humanity @ Psychology forum Schunk, Dale H dan Zimmerman, Barry
UMM 19-20 Februari 2016. J . 2008.Motivation and Self-
Butler, Deborah L. 2011. Investigating regulated Learning: Theory,
Self-Regulated Learning Using In- Research, and Applications. New
Depth Case Studies (in Handbook York : Lawrence Erlbaum
of Self-Regulation of Learning and Associates (Taylor and Francis
Performance). New York : Group).
Lawrence Erlbaum Associates Sudaryono. 2013. Pengembangan
(Taylor and Francis Group). Instrumen Penelitian Pendidikan,
Ellianawati dan Wahyuni, S. 2010. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pemanfaatan Model Self Regulated Surawan, K., Nurhayata, I G., Sutaya, I
Learning Sebagai Upaya W. 2018. Penerapan Model Self
Peningkatan Kemampuan Belajar Regulated Learning Untuk
Mandiri Pada Mata Kuliah Optik. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 Mata Pelajaran Pekerjaan Dasar
(januari 2010) 35-39. Elektromekanik Pada Siswa Kelas
Hamzah.. 2006. Teori Motivasi dan X TIPTL 3 Smk Negeri 3 Singaraja.
Pengukurannya, Jakarta: Bumi Jurnal Pendidikan Teknik Elektro
Aksara. Undiksha Vol. 7 No.3, Desember 2018
Hidayat, Y., Budiman, D., & Mitarsih, T. Sundayana, R. (2014). Statistika Penelitian
(2009). Pengaruh penerapan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
pendekatan model self-regulated Susatyo,Eko Budi. Rahayu S., Sri
learning terhadap motivasi belajar Mantini. Yuliawati, Restu. 2009.
siswa dalam pembelajaran penjas Penggunaan Model Learning Start
di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian With A Question Dan Self
Pendidikan, 1(2). Regulated Learning Pada
Montolvo, Fermin Torano dan Carmen, Pembelajaran Kimia. Jurnal Inovasi
Maria. 2004. Jurnal Penelitian. Self Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009,
Regulated Learning (Current And hlm 406-412.

220

Anda mungkin juga menyukai