7947 29198 1 PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS

Volume 3, No 2, September 2016 (199-210)


Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/hsjpi

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PPKN MELALUI PENERAPAN


PROBLEM BASED LEARNING DI SMP

Yuniwati, Muhsinatun Siasah


SMP Negeri 2 Manisrenggo, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected], [email protected]

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PPKn melalui penerapan model
Problem based learning di kelas VIII A semester 1 SMP Negeri 2 Manisrenggo Kabupaten Klaten tahun
akademik 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research)
dengan desain Kemmis & Taggart yang dilaksanakan dalam III siklus. Jenis tindakan yang dilaksanakan
adalah penerapan model Problem based learning dalam pembelajaran PPKn. Langkah-langkah
pembelajaran meliputi mengidentifikasi masalah, menggali sumber informasi yang relevan, belajar
secara mandiri, menyelidiki dan menginterpretasi data yang terkumpul, memilih beberapa alternatif
solusi masalah, dengan mempertimbangkan pendapat atau informasi dari kolabolator. Pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, tes tertulis, wawancara, dan catatan lapangan. Analisis data dilakukan secara
kualitatif dengan teknik yang dikembangkan Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa
penerapan model Problem based learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PPKn pada aspek
proses pembelajaran dan hasil belajar yang komprehensif (kognitif, afektif, dan psikomotorik).

Kata kunci: Problem Based Learning, kualitas pembelajaran, PPKn

THE IMPROVEMENT OF THE CIVIV EDUCATION LEARNING QUALITY THROUGH


THE APPLICATION OF THE PROBLEM BASED–LEARNING AT SMP

Yuniwati, Muhsinatun Siasah


SMP Negeri 2 Manisrenggo, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected], [email protected]

Abstract
This study aimed to improve the Civic Education learning quality through the application of the problem-
based learning model at Grade VIII A of SMP Negeri 2 Manisrenggo in semester 1 of the 2014/2015
academic year. This was a classroom action research (CAR) study employing the design by Kemmis &
MacTaggart, carried out in three cycles. The action implemented was the application of the problem-
based learning model in the Civic Education learning. The learning steps included identifying problems,
looking for relevant information sources, learning autonomously, investigating and interpreting the
collected data, and selecting several alternative problem solutions by taking into account of opinions or
information from the collaborator The data were collected through observations, tests, interviews, and
field notes. The data were qualitatively analyzed using the technique developed by Miles and Huberman.
The results of the study showed that the application of the problem-based learning model was capable to
improve the Civic Education learning quality in the aspects of the learning processes and outcomes which
were comprehensive (comprising cognitive, affective, and psychomotor aspects).

Keywords: problem-based learning, learning quality, Civic Education

Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS


p-ISSN: 2356-1807 e-ISSN:2460-7916
200 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS

Pendahuluan paling berperan dalam proses pembelajaran.


Kualitas kehidupan bangsa sangat Untuk itulah guru harus memiliki pendekatan
ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan pembelajaran yang berkualitas dan tepat,
memegang peranan yang sangat penting untuk sehingga diharapkan suasana pembelajaran di
meningkatkan sumber daya manusia yang kelas lebih kondusif, efektif dan menyenangkan.
berkualitas, kehidupan yang cerdas, damai, Menurut (Arends, 2007, p.1) bahwa
terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu inovasi model pembelajaran mengacu pada pendekatan
di bidang pendidikan harus selalu dilakukan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. pembelajaran dan pengelolaan kelas. Jelaslah
Kualitas pendidikan yang tinggi akan dapat di sini bahwa lingkungan pembelajaran dan
menigkatkan harkat dan martabat manusia. pengelolaan kelas akan sangat berpengaruh
Dalam usaha meningkatkan mutu dan pada proses kemajuan berfikir siswa untuk
kualitas pendidikan, berbagai upaya telah menuju pada kualitas pendidikan. Tanpa adanya
dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk/format kreasi guru dalam menemukan model-model
baru pendidikan Indonesia dengan dikeluarkannya baru dalam pembelajaran akan mengakibatkan
UU No 20 tahun tahun 2003 tentang Sistem rendahnya minat siswa dalam mengikuti proses
Pendidikan Nasional, pemberlakuan Standar belajar mengajar. Siswa akan cenderung menjadi
Nasional Pendidikan (PP No.19 tahun 2005). penurut, pendengar dan menerima begitu saja
Peraturan Menteri pendidikan Nasional Republik materi yang disajikan oleh guru. Guru dan siswa
Indonesia No 41 tahun 2007 pasal 1 menjelaskan sama-sama menjadi tidak kreatif dan inovatif
bahwa: “ standar proses untuk satuan pendidikan dalam proses pembelajaran. Pengenalan terhadap
dasar dan menengah mencakup perencanaan dunia luar jarang dilakukan. Proses pembelajaran
proses pembelajaran, pelaksanaan proses hanya bergerak pada sistim lama, pendidikan
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan konvensional.
pengawasan proses pembelajaran”. Pembelajaran yang berorientasi pada
Peningkatan kualitas pendidikan tak lepas target penguasaan materi hanya berhasil dalam
dari peningkatan kualitas pembelajaran setiap kompetensi “mengingat” jangka pendek, tapi
mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa. gagal dalam membekali untuk memecahkan
Demikian juga dengan mata pelajaran Pendidikan persoalan dalam kehidupan jangka panjang dan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang kenyataan itulah yang terjadi di sekolah-sekolah.
mempunyai fungsi sebagai wahana untuk Berbagai model pembelajaran yang dilakukan
membentuk warga negara yang cerdas, terampil sering kali masih berpusat pada guru sebagai
dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan pemeran tunggal transfer of knowledge.
negara Indonesia serta merefleksikan dirinya Berdasarkan hasil prasurvai yang
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2014 dapat
dengan amanat Pembukaan Undang-undang diketahui bahwa: pertama proses pembelajaran
Dasar 1945. Mengingat posisi mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 2 Manisrenggo Kabupaten
PPKn yang sangat strategis itu, maka berbagai Klaten lebih banyak menggunakan model
upaya telah dilaksanakan oleh Dinas pendidikan pembelajaran yang tradisional dan cenderung
beserta jajarannya untuk tercapainya pesan moral monoton, aktivas dari guru lebih dominan daripada
dan misi serta terwujudnya sistim pendidikan aktivitas siswa. Kedua proses pembelajaran di
nasional seperti dimaksud dalam Pembukaan dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan
UUD 1945, UU Sisdiknas, maupun oleh seluruh siswa untuk menghapal informasi, kurang
lapisan masyarakat. mendukung siswa berpikir kritis dan kreatif.
Kualitas hasil belajar di sekolah Ketiga beberapa guru belum mengkaitkan
mengharuskan pengelola pembelajaran juga kasus-kasus atau realitas nyata yang ada di
lebih berkualitas. Beberapa komponen yang dalam masyarakat beserta penyelesaiannya. Hal
mempengaruhi kualitas pembelajaran diantaranya ini mengakibatkan belum tersentuhnya secara
adalah siswa, guru, kurikulum, dana, sarana dan optimal salah satu tujuan mata pelajarn PPKn
prasarana. Dari beberapa komponen tersebut, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan
komponen guru adalah komponen utama yang berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab

Volume 3, No 2, September 2016


Peningkatan Kualitas Pembelajaran PPKN ...... 201
Yuniwati, Muhsinatun Siasah

serta bertindak secara cerdas, kritis dan kreatif learning. Mendapatkan bukti peningkatan
dalam kegiatan masyarakat. Keempat perangkat hasil pembelajaran PPKn yang komprehensif
pembelajaran yang dirancang oleh guru-guru (kognitif, afekif, dan psikomotorik) di SMP
belum memuat model Problem based learning Negeri 2 Manisrenggo Kabupaten Klaten.
yang menarik minat belajar siswa. Kelima
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Metode Penelitian
(PPKn) adalah salah satu mata pelajaran
sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Jenis Penelitian
Manisrenggo Kabupaten Klaten yang belum Penelitian ini merupakan Penelitian
menggunakan model problem based learning tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas
(PBL). Keenam berdasarkan rekap nilai rapor diarahkan pada pemecahan masalah atau
tahun ajaran 2012/2013 diperoleh data bahwa perbaikan terhadap masalah-masalah yang ada
hasil pembelajaran di SMP Negeri 2 Manisrenggo (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 56).
Kabupaten Klaten belum komprehensif (kognitif,
Waktu dan Tempat Penelitian
afektif, dan psikomotorik).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Dari kondisi inilah mata pelajaran
Oktober-Desember 2014. Tempat penelitian
PPKn kurang dapat memposisikan sebagai
di SMP Negeri 2 Manisrenggo terletak di desa
mata pelajaran yang lebih menekankan
Barukan Kecamatan Manisrenggo Kabupaten
kepada kesadaran warga negara akan hak dan
Klaten. Jadwal penelitian disesuaikan dengan
kewajibannya serta mampu berpartisipasi dalam
jadwal proses pembelajaran PPKn yang
masyarakat, tetapi lebih cenderung sebagai mata
berlangsung.
pelajaran menghapal yang menjemukan dan
membosankan. Subjek Penelitian
Untuk memberikan solusi tentang Subjek dalam penelitian ini adalah
kelemahan dalam pembelajaran tersebut peneliti siswa kelas VIII A semester 1 SMP Negeri
mencoba memperkenalkan dan menggunakan 2 Manisrenggo Kabupaten Klaten dengan
model Problem based learning. Model Problem jumlah 38 siswa terdiri dari 18 siswa laki-laki
based learning diduga mampu melibatkan dan 20 siswa perempuan. Pemilihan subjek ini
siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran didasarkan atas pertimbangan bahwa siswa
dan dapat melibatkan seluruh aspek, yaitu kelas VIII A memiliki kemampuan belajar yang
kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, serta heterogen.
secara fisik dan mental melibatkan semua pihak
dalam pembelajaran sehingga siswa memiliki Jenis dan Kriteria Keberhasilan Tindakan
kebebasan berpendapat, berpikir yang kritis, i. Jenis Tindakan
kreatif dan inovatif berdasarkan permasalahan Jenis tindakan yang dilakukan dalam
yang diberikan oleh guru/fasilitator. upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
Model Problem based learning merupakan PPKn yaitu menerapkan model Problem
model pembelajaran yang memperhadapkan based learning. Proses pembelajaran PPKn
siswa dengan masalah yang nyata. Guru dengan model Problem based learning
membantu mengkaitkan antara materi yang membangun pemikiran peserta didik
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa berdasarkan masalah yang ada. Langkah-
serta mendorong siswa membuat hubungan langkah terbaik untuk membangun pemikiran
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan terbaik peserta didik yang dikembangkan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai oleh Lynch, Wollcott, & Huber (2001, pp.1-
anggota masyarakat yang bermanfaat bagi masa 5) dan Paul & Elder (1996, pp.1-2) memiliki
depan siswa. proses pengembangan pemecahan masalah.
Tujuan penelitian meningkatkan kualitas Aktivitas peserta didik pada pembelajaran
proses pembelajaran PPkn yang komprehensif PPKn sebagai berikut: (a) Langkah
(kognitif, afektif, dan psikomotorik) di SMP dasar dengan kegiatan mengidentifikasi
Negeri 2 Manisrenggo Kabupaten Klaten pengetahuan dan kecakapn yang dimiliki
melalui penerapan model Problem based peserta didik. Tahap ini termasuk dalam

Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS


Volume 3, No 2, September 2016
202 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS

kompleksitas kognitif sangat rendah menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat
(lowest cognitive complexity). (b) Kegiatan waktu, siswa berpartisipasi aktif dan kritis
mengidentifikasi masalah, mencari sumber dalam diskusi kelompok, siswa mau mencari
informasi yang relevan untuk menungkap sumber belajar PPKn yang mendukung
keraguan pada masalah. Tahap ini termasuk materi yang sedang dipelajari. Aktivitas guru
kompleksitas kognitif rendah (low cognitive sebagai fasilitator dan pembimbing siswa
complexity). (c) Belajar secara mandiri (self- untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
directed learning). Kegiatan mengidentifikasi PPKn dengan kriteria baik atau baik sekali
berbagai masalah yang perlu dipelajari maka dapat dikatakan tindakan telah berhasil.
lebih jauh (investigation). Tujuan, tata
cara dan tempat belajar ditentukan oleh Teknik Pengumpulan Data
guru. (d) Kegiatan penyelidikan sebagai
Data utama yang dikumpulkan dalam
hasil interprestasi masalah maupun data-
penelitian ini adalah proses pembelajaran dengan
data informasi. Pada tahap ini peserta
implementasi penerapan model Problem based
didik merancang hipotesis masalah.
learning dalam pembelajaran PPKn untuk
Tahap ini termasuk kompleksitas kognitif
meningkatkan kualitas pembelajaran PPKn pada
ssedang (medium cognitive complexity).
siswa kelas VIII A. Pengumpulan data dalam
(e) Kegiatan memprioritaskan beberapa
penelitian ini menggunakan beberapa cara yakni:
alternatif solusi masalah dan mengambil
kesimpulan. Tahap ini termasuk dalam i. Observasi
kompleksitas kognitif tinggi (high cognitive Tehnik ini berusaha mencatat
complexity). (f) Kegiatan mengintegrasikan, observasi dan pemahaman terhadap
mengontrol, dan menyeleksi solusi proses pembelajaran pada aktivitas siswa
penyelesaian masalah. Tahap ini termasuk dan aktivitas guru, pada saat mengikuti
dalam kompleksitas kognitif sangat tinggi pembealajaran PPKn dengan model
(highest cognitive complexity). (e) refleksi Problem based learning setiap pertemuan.
(Refleksi (Reflect) kegiatan tahap akhir ini Obyek yang diamati adalah aktivitas siswa
mengevaluasi kontribusi peserta didik dalam , indikator aktivitas siswa sesuai sesuai
proses pembelajaran, cara-cara penyelesaian model Problem based learning. Aktivitas
masalah (sudah benar atau belum) dan tersebut meliputi: (1) mengindentifikasi
profesionalisme (sesuai peran kelompok). pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki,
ii. Kriteria Keberhasilan Tindakan (2) mengindetifikasi masalah, (3) belajar
secara mandiri, (4) mencari sumber
Kriteria merupakan patokan untuk
informasi yang relevan, penyelidikan
menentukan keberhasilan suatu kegiatan
sebagai hasil interprestasi masalah, (5)
atau program. Sesuai dengan karateristik
memprioritaskan beberapa alternatife solusi
penelitian tindakan, keberhasilan dalam
masalah, (6) mengintegrasikan, mengontrol,
penelitian ini diliputi adanya perubahan-
dan menyelesaikan masalah, dan (7) refleksi.
perubahan kearah perbaikan, baik yang
terkait dengan aktivitas siswa ataupun hasil Observasi guru dilakukan dengan
belajar mengajar dengan model Problem cara mengamati kemampuan guru dalam
based learning pada pembelajaran PPKn menerapkan langkah-langkah pembelajaran
dengan membandingkan hasil sebelum model Problem based learning pada
tindakan dengan sesudah tindakan dengan setiap tindakan. Pengamatan terhadap
menggunakan kriteria. guru juga meliputi kesiapan dan persiapan
pembelajaran, kemampuan mengorganisasi;
Peneliti/guru dan kolaborator
materi, mengkondisikan kelas, membimbing
menetapkan kriteria jika setelah tindakan
siswa dalam kegiatan diskusi kelompok dan
siswa mencapai skor 76 sesuai dengan
faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
proses pembelajaran, seperti hambatan-
telah ditetapkan.Hal ini dibuktikan dengan
hambatan dan faktor-faktor pendukung
aktivitas siswa yang semakin antusias
yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan
mengikuti pelajaran PPKn, siswa dapat

Volume 3, No 2, September 2016


Peningkatan Kualitas Pembelajaran PPKN ...... 203
Yuniwati, Muhsinatun Siasah

pembelajaran Observasi tersebut dilakukan bentuk partisipasi kewarganegaraan yang


oleh peneliti/guru dengan kolaborator. mencerminkan komitmen terhadap keutuhan
nasional. Materi pokok: Menjelajah masya­
ii. Tes rakat Indonesia pada topik: (1) Norma
Teknik pengumpulan data ini digunakan (kesopanan, kesusilaan) dan kebiasaan (adat
untuk mengetahui informasi tentang hasil dan hukum adat antar daerah di indonesia);
belajar siswa setelah tindakan terhadap materi (2) Arti penting konteks keberagaman norma
yang dipelajari dengan model Problem based dan kebiasaan antar daerah di Indonesia;
learning. (3) Menghargai norma dan kebiasaan antar
daerah di Indonesia.
iii. Wawancara
Siswa membuat kelompok kecil
Teknik pengumpulan data dengan untuk berdiskusi dengan kelompok,
wawancara merupakan suatu teknik mengidentifikasi masalah, merumuskan
untuk memperoleh data melalui dialog masalah, menganalisis masalah, menemukan
langsung dengan subjek yang akan dikenai sumber informasi dan sumber yang relevan,
tindakan. Wawancara dilakukan secara menemukan alternatif penyelesaian.Hal ini
mendalam dengan siswa dan guru sejawat. dapat dilihat dalam lampiran 4.
Dimaksudkan agar mendapat umpan balik
dari proses pembelajaran PPKn dalam ii. Soal Tes Hasil Belajar
meningkatakan kualitas pembelajaran, yang Adapun rumusan yang digunakan pada
kemudian dijadikan sebagai dasar menyusun reduksi data untuk penilaian hasil belajar
tindakan pada siklus berikutnya. Dalam siswa melaui penerapan model Problem
penelitian ini, bentuk wawancara yang based leaarning dalam pembelajaran
dilaksanakan adalah wawancara terstruktur, PPKn sebagai upaya peningkatan kualitas
artinya bahwa peneliti sebagai pewawancara pembelajaran siswa, dan hasil belajara siswa
sudah mempersiapkan lembar wawancara dengan mencari rata-rata hitung. Mean
terlebih dahulu. biasnya dihitung melalui pembagian jumlah
total semua skor dengan jumlah unit skor,
Instrumen Penelitian. berikut rumusan mencari rata-rata penilaian
Alat atau instrumen yang digunakan menurut Sutrisno Hadi (2001: 42).
untuk mendapatkan data yang sesuai dengan M = ∑X / N
teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai M = Mean atau rata-rata
berikut:
∑X = Jumlah skor dalam suatu distribusi
i. Pedoman Observasi N = Jumlah unit-unit skor
Pedoman observasi pelaksanaan Perhitungan dalam analisis data hasil
pembelajaran dengan penerapan Model belajar siswa yang diperoleh masing-masing
Problem based learning diwujudkan dalam siswa sudah tercapai Kriteria Ketuntasan
dalam bentuk lembar observasi aktivitas Minimal (KKM) yang ditetapkan dan secara
siswa dan observasi aktivitas guru selama kualitatif dengan tabel-tabel sesuai kriteria
proses pembelajaran. Berkaitan dengan keberhasilan yang ditetapkan.
kualitas pembelajaran dalam penelitian
ini, pengamatan akan difokuskan pada iii. Lembar Pedoman Wawancara
kompetensi Dasar yakni: (1.1) menghargai Teknik pengumpulan data dengan
perilaku beriman dan bertaqwa kepada Tuhan wawancara merupakan suatu teknik
YME dan berakhlak mulia dalam kehidupan untuk memperoleh data melalui dialog
di sekolah dan masyarakat; (2.3)menghargai langsung dengan subjek yang dikenai
sikap kebersamaan dalam keberagaman tindakan. Wawancara dilakukan secara
masyarakat; sekitar; (3.4) memahami norma mendalam dengan teman sejawat dan siswa.
dan kebiasaan antar daerah di Indonesi; (4.4) Dimaksudkan agar memperoleh umpan
menalar hasil telaah norma dan kebiasaan balik dari proses pembelajaran PPKn untuk
antar daerah di Indonesi; (4.9) menyaji

Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS


Volume 3, No 2, September 2016
204 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS

meningkatkan kualitas pembelajarn PPKn, kesimpula dan verifikasi yang merupakan upaya
yang selanjutnya dijadikan sebagi dasar pencarian makna data dan pengolahan data.
menyusun tindakan siklus berikutnya. Selain Data yang dikumpulkan pada setiap
itu, digunakan juga untuk merefleksi proses kegiatan observasi dari pelaksanaan setiap siklus
pembelajaran yang sudah berlangsung, dan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
hasil wawancara dijadikan untuk penguatan teknik presentase untuk melihat kecendurungan
hasil tindakan setiap siklus. yang terjadi dan peningkatan aktivitas siswa dan
guru dalam proses pembelajaran. Hasil belajar
iv. Catatan Lapangan
siswa dengan mengnalisis nilai rata-rata ulangan
Metode yang digunakan untuk meng­ harian dan hasil tes siswa setiap akhir siklus.
ungkapkan data-data yang bersifat penafsiran Perhitungan dalam anlaisis data menghasilkan
subjektif. Catatan lapangan berdasarkan dari nilai presentase pencapaian yang selanjutnya
hasil observasi yang mencakup referensi diinterpretasikan dalam kalimat yang bersifat
selama tindakan berlangsung yang di kualitatif.
dalamnya juga termasuk hasil diskusi
dan berbagai informasi yang mendukung
tindakan mulai dari tindakan awal sampai Kriteria Keberhasilan
pada tindakan akhir. Kriteria keberhasilan dalam penelitian
ini secara kualitatif dan kuantitatif. Indikator
secara kualitatif meliputi; proses pembelajaran
Teknik Analisis Data
dengan model Problem based learning dikatakan
Analisis data dalam penelitian tindakan berhasil jika sebagian siswa menunjukkan
ini merefleksi hasil diskusi dari observasi keaktifan di kelas, misalnya berpendapat,
aktivitas siswa, aktivitas guru, catatan lapangan, menjawab pertanyaan guru, bertanya hal-hal
wawancara dan hasil tes hasil belajar siswa. yang tidak dimengerti secara kritis, melakukan
Peneliti/guru dan teman sejawat secara kolaboratif kegiatan penyelidikan suatu masalah dengan
melihat, mengkaji dan mempertimbangkan penuh semangat antara materi yang dipelajari
dampak atau hasil tindakan baik terhadap proses dengan apa yang ditemukan dalam kehidupan
pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Data sehari-hari, memberikan solusi dari beberapa
yang berupa kalimat dari catatan lapangan diolah alternatif jawaban, mengerjakan tugas dengan
menjadi kalimat yang bermakna dan dianalisis baik, menerima resiko jika tidak mengerjakan
kualitatif. Tehnik analisis kualitatif salah satu tugas tepat waktu, mengerjakan tugas madiri,
modelnya adalah teknik analisis interaktif dan ulangan harian. Peningkatan aktivitas guru
yang dikembangkan oleh Miles & Huberman dikatakan berhasil jika guru sudah melaksanakan
(Kunandar 2008:, p.101). Untuk menguji derajat komponen-komponen pembelajaran.
kepercayaan suatu penelitian yaitu dengan
Keberhasilan proses pembelajaran
melihat validitas dan kredibilitas penelitian.
dibagi atas tingkatan-tingkatan. Tingkatan hasil
Hipkins dalam Kunandar (2008, p.107) keberhasilan tersebut adalah: (1) Istimewa/
menyebutkan bahwa untuk menguji derajat maksimal: apabila seluruh (100%) proses bahan
kepercayaan dalam penelitian tindakan ada mengajar yang diajarkan dapat dikuasai oleh
beberapa bentuk validasi dengan triangulasi yaitu siswa, (2) baik/optimal: apabila hanya sebagian
memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau (76-99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat
analisis isi dari peneliti dengan membandingkan dikuasai oleh siswa, (3) cukup/minimal: apabila
hasil dari mitra peneliti atau guru kolaborator. hanya sebagian (60-75%) saja bahan pelajaran
Analisis dimulai dari pengumpulan data yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa dan (4)
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan
observasi serta refleksi yang dituangkan dalam kurang dari 60% saja yang dikuasai oleh siswa
deskripsi pelaku, catatan lapangan dan hasil tes; (Saiful Bahri Djamarah, 2008, p.107).
reduksi data yaitu proses memilih, menyeleksi Berdasarkan hasil di atas, maka dalam
data memulai uraian singkat, menyambungkan, penelitian ini ditentukan kriteria keberhasilan
mengorganisasikan data yang diperoleh sesuai secara kuantitatif, yaitu: (1) Kriteria keberhasilan
dengan tujuan; menyajikan data dan penarik untuk meningkatkan keberhasilan aktivitas siswa

Volume 3, No 2, September 2016


Peningkatan Kualitas Pembelajaran PPKN ...... 205
Yuniwati, Muhsinatun Siasah

dan aktivitas guru nilai mencapai baik/optimal hanya bersifat hafalan semata. Guru belum
(76-99%) atau total skor 76,00-99,00 dan (2) mengkaitkan kasus-kasus atau realitas
kriteria keberhasilan untuk meningkatkan hasil nyata yang ada di dalam masyarakat beserta
belajar adalah jika rata-rata nilai hasil belajar penyelesaiannya. Hal ini mengakibatkan
siswa telah mencapai baik/optimal (76-99%) atau belum tersentuhnya secara optimal salah satu
siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal tujuan mata pelajarn PPKn yaitu agar peserta
(KKM) ≥ 76. didik memiliki kemampuan berpartisipasi
secara aktif dan bertanggung jawab serta
Hasil Penelitian dan Pembahasan bertindak secara cerdas, kritis dan kreatif
dalam kehidupan. Oleh karena itu, guru
i. Proses Pembelajaran dengan Model Problem sekarang dituntut untuk membelajarkan
Based Learning sebuah konsep beserta aplikasinya dalam
Problem based learning atau kehidupan nyata. Karakteristik Standar yang
pembelajaran berbasis masalah merupakan berlaku sekarang, yaitu menekankan pada
suatu model pembelajaran yang menggunakan kompetisi (aplikasi ilmu) yang diperolehnya
masalah autentik yang berkembang dalam dalam kehidupan.
di lingkungan sosial sebagai suatu konteks Siswa akan lebih mudah menerima
bagi peserta didik untuk berfikir kritis dan sebuah konsep jika konsep itu dikaitkan
keterampilan pemecahan masalah, serta dengan kehidupan nyata yang dialami
memperoleh pengetahuan dan konsep yang siswa, dimana pengalaman nyata itu sudah
esensial dari mata pelajaran PPKn. Proses terkonstruksi dalam benak dan pikirannya.
pembelajaran di SMP sudah mulai dapat Persoalannya adalah bagaimana guru dapat
mengembangkan materi yang membutuhkan mengelola pembelajaran menggunakan
pemikiran logis dan abstrak, tidak lagi model Problem based learning. Bagaimana
semata-mata berpikir konkrit. Siswa mampu guru memberikan permasalahan dengan
mengikuti kegiatan pembelajaran secara pengetahuan yang sudah dimiliki siswa
optimal jika pengalaman-pengalaman sehingga menjadi pembelajaran yang utuh
belajar yang disajikan dapat dipahami. Siswa dan bagaimana pula cara guru membantu
akan mengidentifikasi masalah dengan siswa mengidentifikasi masalah untuk
pengetahuan yang sudah dimilikinya dan penyelesaiannya.Untuk sampai pada
semua pengalaman yang diperoleh sebagai pelaksanaan pembelajaran kontekstual
hasil kegiatan berinteraksi dengan individu. secara fisik guru harus memperhatikan hal-
Hal tersebut juga menyiratkan bahwa proses hal sebagai berikut (Depdiknas, 2002, pp.14-
pembelajaran yang terjadi mendukung 17).
paradigma student-centered learning.
Penerapan model pembelajaran ini ii. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan
lahir dilatarbelakangi oleh satu alasan perkembangan mental siswa
bahwa banyak siswa-siswa yang hafal luar Dalam penelitian ini, sebelum
kepala materi ajar yang diberikan guru, peneliti/guru bersama kolaborator
namun pada kenyataannya siswa tidak membuat RPP, peneliti/guru berdiskusi
memahami/mengerti secara mendalam mengenai karakteristik siswa SMP Negeri
pengetahuan tersebut. Isu-isu dan fakta- 2 Manisrenggo Kabupaten Klaten. Siswa
fakta yang berkembang dimasyarakat yang kelas VIII berada pada tahap operasional
berkaitan dengan pengetahuan yang sudah konkret artinya bahwa pembelajaran harus
diperoleh siswa belum mendapat respon dari dikaitkan dengan situasi nyata atau isu-isu
siswa. Siswa belum memiliki kemampuan yang berkembang dimasyarakat. Dengan
menggunakan pengetahuan yang sudah demikian model pembelajaran problem
dimilikinya tersebut dalam situasi baru. based learning tepat dilaksanakan dalam
Sebagian besar siswa kurang dapat pembelajaran PPKn di SMP Negeri 2
menghubungkan antara apa yang seharusnya Manisrenggo.
dipahami secara mendalam dikarenakan
tidak disajikan guru secara praktis, namun

Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS


Volume 3, No 2, September 2016
206 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS

iii. Membentuk grup belajar yang saling tingkat berpikir, tanggap dan tindakan yang
tergantung (interdependent learning groups) diperlukan siswa dan seluruh peserta di
Dalam pembelajaran PPKn di SMP dalam proses pembelajaran model Problem
Negeri 2 Manisrenggo Kabupaten Klaten, based learning. Dalam proses pembelajaran
guru/peneliti telah mengintruksikan kepada guru selalu memulai pembelajaran dengan
siswa untuk belajar secara berkelompok bertanya. Dari siklus ke siklus terlihat intesitas
baik di dalam kelas maupun di luar kelas. guru bertanya semakin banyak. Dengan
Hal ini juga sesuai dengan model Problem demikian, semakin banyak permasalahan,
based learning. Dalam suatu kelompok maka semakin banyak pula hal yang
diharapkan kerjasama untuk saling mem­ ditanyakan. Ketika siswa bertanya, guru
bantu, mengemukakan pendapat, bertukar dapat menjawab dan mengkaitkan dengan
pikiran dalam mengerjakan semua tugas konsep lainnya, sehingga pemahaman siswa
yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, menjadi lebih jelas. Didukung lagi dengan
model Problem based learning akan adanya kegiatan mengidentifikasi, hal
melahirkan kelompok kerjasama siswa tersebut turut mengembangkan keterampilan
untuk menyelesaikan suatu permasalahan berpikir kritis dalam memecahkan masalah.
yang diberikan dan menghindari sikap
vi. Menerapkan penilaian Autentik
individualistis.
Sistem penilaian yang dilakukan guru
iv. Menyediakan lingkungan yang mendukung di SMP Negeri 2 Manisrenggo Kabupaten
pembelajaran mandiri (self regulated Klaten sudah mengarah pada penilaian
learning). autentik. Penilaian tidak hanya dilakukan
Maksud dari lingkungan yang mendu­ pada akhir pembelajaran saja, namun juga
kung pembelajaran mandiri adalah bahwa pada proses pembelajaran. Misalnya, ketika
selain siswa diharuskan untuk mengerjakan pada proses pembelajaran terjadi dialog
tugas secara berkelompok siswa juga antara guru dan siswa, maka guru akan
diberikan tugas mandiri (seperti implementasi mencatat siswa yang bertanya dan siswa yang
nilai kemandirian). Dengan menunjukan berani menjawab pertanyaan guru atau dari
berbagai isu-isu yang berkembang di teman sekelasnya. Segala bentuk aktivitas
masyarakat yang dapat diamati siswa belajar siswa memang seharusnya dapat
melalui kegiatan mengidentifikasi pada direkam semua oleh guru. Dengan demikian,
mata pelajaran PPKn, guru sebenarnya keputusan mengenai prestasi siwa tidak
sudah menyediakan lingkungan yang hanya diperoleh berdasarkan nilai akademik
mendukung pembelajaran mandiri. Saat (ujian) semata, namun juga dinilai keaktifan,
kegiatan mengidentifikasi dilakukan, siswa keterampilan, kreativitas, dan sikapnya.
mempunyai pengalaman berpikir secara Peneliti/guru SMP Negeri 2 Manisrenggo
kritis dengan pengetahuan yang dimiliki Kabupaten Klaten telah melakukan kegitan
siswa dan alternatif penyelesaian masalah penilaian autentik karena penilaian tentang
pada saat inilah, proses berfikir secara diri siswa diperoleh dari proses dan hasil
mandiri akan tergali secara mandirinya dan pembelajaran.
turut memicu kreativitas siswa. Jika dilihat dari sudut pandang
kesiapan dan pemahaman guru mengenai
v. Menggunakan teknik bertanya yang mening­ pembelajaran menggunakan model Problem
katkan pembelajaran siswa, perkembangan based learning maka guru telah melakukan
pemecahan masalah, dan keterampilan hal-hal berikut: (a) Mengkaji konsep dan
tingkat tinggi teori yang telah dipelajari siswa. Sebelum
Agar pembelajaran dengan model melaksanakan action (tindakan) di kelas,
pembelajaran problem basedlearning men­ guru/peneliti selalu berdiskusi terlebih
capai tujuannya, maka jenis dan tingkat dahulu dengan kolaborator mengenai materi
pertanyaan yang tepat harus diungkapkan yang akan disampaikan dalam pembelajaran,
atau ditanyakan. Pertanyaan harus secara (b) mempelajari lingkungan sekolah
hati-hati direncanakan untuk menghasilkan dan isu-isu berkembang di masyarakat,

Volume 3, No 2, September 2016


Peningkatan Kualitas Pembelajaran PPKN ...... 207
Yuniwati, Muhsinatun Siasah

selanjutnya memilih dan mengkaitkanya lebih mudah memahami materi dan akhirnya
dengan konsep yang akan dibahas. Guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
sudah terbiasa membawa isu-isu yang Walaupun model Problem based learning
berkembang di lingkungan sosial siswa pada memerlukan waktu yang lebih lama, namun
pembelajaran. Misalnya, mengenai tawuran siswa lebih menikmati kegiatan belajarnya.
antar pelajar yang dikarenakan adanya Penerapan model Problem based learning
perbedaan kebiasaan antar sekolah. Guru dapat melatih siswa belajar mandiri,
kaitkan hal ini pada saat membahas materi berpikir kritis, dan meningkatkan kerjasama
arti penting konteks keberagaman norma kelompok. Pada dasarnya Problem based
dan kebiasaan antar daerah di Indonesia, (c) learning memfokuskan pada siswa dengan
melaksanakan pembelajaran dengan selalu mengarahkan siswa menjadi pelajar yang
mendorong siswa untuk mengkaitkan apa mandiri dan dan terlibat langsung secara
yang sedang dipelajari dengan pengetahuan aktif dalam pembelajaran berkelompok
atau pengalaman yang telah dimiliki siswa (Arianto, 2009, p. 288).
sebelumnya dan apa yang telah dipelajarinya
dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. i. Aktivitas Siswa
Misalnya membahasn materi menghargai Persentase peningkatan aktivitas
norma dan kebiasaan antar daerah di siswa dengan menggunakan model Problem
Indonesia, guru mengkaitkannya dengan based learning pada gambar 3.
isu-isu yang berkembang mengenai perang
antar suku dan antar agama, dan (d)
melakukan penilaian dan kroscek jawaban
siswa. Pada setiap akhir pembelajaran
guru selalu bertanya mengenai materi yang
telah dipelajari. Jawaban siswa yang satu
dengan lain dibandingkan untuk mencari
jawaban mana yang lebih tepat. Pada akhir
pembelajaran, guru membimbing siswa
untuk mencapai pemahaman konsep melalui
kegiatan bertanya yang mengarah kepada
kesimpulan. Model Problem based learning
dapat melatih siswa untuk berpikir kritis dalam
menyelesaikan permasalahan. Pembelajaran
berbasis masalah (Problem based learning)
merupakan pendekatan pembelajaran yang
menjadikan masalah dunia nyata sebagai
konteks belajar tentang berfikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensi dari materi pelajaran (Shaffat Gambar 3. Grafik Persentase Peningkatan
2009, p.13). Menurut (Kunandar, 2008, Aktivitas Siswa
p.354) pembelajaran berbasis masalah Dari grafik terlihat bahwa siklus ke
(Problem based learning) adalah suatu siklus terjadi peningkatan, aktivitas siswa
model pembelajaran yang menggunakan dalam proses pembelajaran
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks
Dengan menggunakan model
bagi siswa untuk belajar tentang cara
pem­­belajaran problem based learning.
untuk berfikir kritis dan keterampilan
Persentase peningkatan proses pembelajaran
pemecahan masalah serta untuk memperoleh
dihitung berdasarkan kreativitas siswa
pengetahuan dan konsep yang esensial dari
dalam penerapan langkah-langkah pene­
materi pelajaran. Model Problem based
rapan model Problem based learning.
learning dipilih karena dari berbagai jurnal
Pembelajaran menggunakan model Problem
ditemukan bahwa siswa akan lebih aktif, dan

Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS


Volume 3, No 2, September 2016
208 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS

based learning terdiri atas tujuh langkah ii) Aktivitas Guru


yaitu: (1) mengidentifikasi pengetahuan atau Aktivitas guru dalam menerapkan
kecakapan yang dimiliki (lowest cognitive Problem based learning pada tindakan I, II,
complexity), (2) mengidentifikasi masalah dan III dapat terlihat pada gambar 4.
dan menggali sumber informasi yang relevan
(lowest cognitive learning), (3) belajar
secara mandiri (self directed learning), (4)
menyelidiki dan menginterprestasi yang
terkumpul (medium cognitive complexity),
(5) mempriotaskan beberapa laternatif
solusi masalah (high cognitive complexity),
(6) mengintegrasikan pendapat atau data
informasi untuk menyeleksi solusi masalah
(highest cognitive complexity), (7) refleksi
diri (self reflect).
Pada siklus I, II, dan III berturut-turut
siswa berhasil meningkatkan aktivitas dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan Gambar 4. Grafik Persentase Peningkatan
model pembelajaranproblem based Aktivitas Guru
learning sebesar 73,90%, 82,89%, 92,32%. Dari grafik terlihat dari siklus ke siklus
Berdasarkan keterangan siswa, langkah- terjadi peningkatan proses pembelajaran.
langkah yang paling sulit untuk dilakukan Persentase peningkatan aktivitas guru
adalah menyelidiki dan mencari sumber dalam pelaksanaan pembelajaran dihitung
yang relevan. berdasarkan jumlah antara banyaknya
Menciptakan suasana pembelajaran komponen-komponen pembelajaran model
yang kondusif guru memotivasi siswa Problem based learning.
mengemukakan pendapat, menemukan Pada siklus I, II, dan III berturu-
alternatif solusi penyelesaian masalah siswa turut guru/peneliti meningkatkan aktivitas
sedikit bingung. Hal ini disebabkan siswa guru dalam proses pembelajaran dengan
tidak terbiasa dengan kegiatan bekerjasama menggunakan model pembelajaranproblem
dalam kelompok menyelesaikan suatu based learning sebesar 71,97%, 89,39%,
permasalahan seperti halnya terjadi pada dan 97,73%. Peningkatan aktivitas guru
proses pembelajaran sebelum tindakan, yaitu setiap siklus mengalami peningkatan yang
guru menjelaskan dan siswa mendengarkan. signifikan. Peningkatan aktivitas guru dalam
Hasil aktivitas siswa menunjukan penerapan model pembelajaranproblem
bahwa siswa memiliki potensi yang cukup based learning dalam pembelajaran
baik dalam menyelesaikan masalah yang didukung oleh profesional guru yang telah
diberikan asal siswa diberi kesempatan dan lama mengajar di sekolah. Keinginan yang
fasilitas serta pendampingan yang tepat. kuat untuk mempelajari hal yang baru demi
Siswa berperan sebagaimana subjek yang siswanya, dan kemampuan evaluasi guru
aktif mencari, mengidentifikasi, memiliki, yang tepat sasaran. Peningkatan aktivitas
serta memutuskan alternatif solusi yang guru dan peningkatan aktivitas siswa dapat
diambil. Kesempatan berpendapat yang meningkatkan hasil belajar siswa.
diberikan membuat siswa terbiasa berpikir
kritis dalam menyelesaikan suatu masalah Hasil Belajar Siswa dengan Model Problem
karena setiap solusi yang ditawarkan akan Based Learning
didiskusikan dengan teman satu kelompok Hasil belajar siswa diatas dapat dilihat dari
dan ditanyakan apa solusi yang diambil hasil belajar ranah kognitif, ranah afektif, dan
sudah tepat, bagaimana bisa seperti ini, ranah psikomotorik, dapat dilihat dari aktivitas
dan akhirnya siswa membandingkan lalu siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil rata-
memilih solusi yang paling mudah dan tepat. rata nilai hasil belajar tiap-tiap siklus mengalami

Volume 3, No 2, September 2016


Peningkatan Kualitas Pembelajaran PPKN ...... 209
Yuniwati, Muhsinatun Siasah

peningkatan yaitu nilai rata-rata pada siklus I tidak diajarkan sebagai hafalan, tetapi diperoleh
18,42% siklus II 42,11%, dan siklus III 84,21%. sendiri oleh siswa melalui kegiatan penyelidikan.
Demikian halnya dengan ketuntasan belajar oleh Berikutinirekapitulasi hasil pembelajaran PPkn
siswa dari siklus ke siklus meningkat dan pada menggunakan model Problem based learning
siklus III 84,21% siswa tuntas belajar. Hasil dapat dilihat dari tabel 2. Berikut :
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel. 2 Rekapitulasi Hasil Pembelajaran Siklus
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa dan I, II dan III
Ketuntasan Belajar Siswa pada Aspek yang
Siklus I, II dan III Siklus I Siklus II Siklus III
dinilai
Nilai Siswa Siswa Persen- Aktivitas Siswa 73,90% 82,89% 92,32%
Sik- Kete-
Rata- Tuntas Belum tase
lus rangan Aktivitas Guru 71,97% 89,39% 97,73%
rata Belajar Tuntas (%)
Hasil Belajar 18,42% 42,11% 84,21%
Awal 63.03 2 36 5,26 Belum Tuntas
Rata-rata 54,11% 70,81% 90,98%
I 66,97 7 31 18,42 Belum Tuntas
II 76,84 16 22 42,11 Belum Tuntas Hasil penelitian menunjukan terjadi
III 85,53 32 6 84,21 Belum Tuntas peningkatan setiap siklus baik dari aktivitas
siswa, aktivitas guru, dan hasil belajar siswa.
Grafik Peningkatan rata-rata hasil belajar Melalui model Problem based learning dapat
siswa siklus I, II dan III dapat dilihat pada gambar meningkatkan proses pembelajaran karena
5 berikut: model pembelajaran tersebut dapat melatih siswa
berfikir kritis dalam menyelesaikan masalah .

Simpulan dan Saran


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai penerapan model Problem
based learning dapat disimpulkan bahwa:
i. Upaya meningkatkan proses pembelajaran
PPKn di SMP Negeri 2 Manisrenggo
Kabupaten Klaten dengan model Problem
based learning.
Upaya meningkatkan proses
pembelajaran PPKn di SMP Negeri 2
Gambar 5. Grafik Rata-rata Peningkatan Hasil Manisrenggo Kabupaten Klaten dengan
Belajar Siswa model Problem based learning dapat
dilakukan dengan cara pemberian masalah
Kriteria keberhasilan yang ditetapkan
melalui observasi langsung. Langkah-
untuk hasil belajar adalah 76-99%, sehingga
langkah pembelajaran model Problem
dari siklus I belum dapat dikatakan tercapai. Jika
based learning meliputi: mengidentifikasi
dilihat dari persentase ketuntasan, pada siklus
masalah, menggali sumber informasi yang
I baru mencapai 18,42 % yang artinya belum
relevan, belajar secara mandiri, menyelidiki
mencapi ketuntasan yang diharapkan yaitu >75%.
dan menginterpretasi data yang terkumpul,
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa respon
memilih beberapa alternatif solusi masalah
siswa terhadap mata pelajaran PKn dengan
dan refleksi.
model pembelajaran problem based learning
hasil belajar siswa dapat meningkat dibandingkan ii. Peningkatan hasil pembelajaran PPKn
kondisi awal ketika berlaku pembelajaran yang komprehensif (kognitif, afektif, dan
konvensional, karena model pembelajaran psikomotorik) di SMP Negeri 2 Manisrenggo
ini membuat daya retensis siswa akan materi Kabupaten Klaten setelah diterapkan model
pelajaran menjadi lebih kuat karena materi Problem based learning .

Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS


Volume 3, No 2, September 2016
210 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS

Setelah diterapkan model Problem I nilai rata-rata = 66,9, pada siklus II nilai
based learning hasil pembelajaran pada rata-rata = 76,84, dan pada siklus III nilai
kompetensi dasar memahami norma dan rata-rata = 85,53.
kebiasaan antar daerah di Indonesia di
SMP Negeri 2 Manisrenggo Kabupaten Daftar Pustaka
Klaten mengalami peningkatan secara Arends, Richard I. (2007). Learning to teach.
komprehensif (kognitif, afektif, dan New york: Mc graw Hill Companies, Inc,
psikomotorik). Peningkatan itu meliputi: 221 Avenue of the Americas..
pertama pada ranah kognitif siswa di SMP
Depdiknas. (2003). Undang-undang RI nomor
Negeri 2 Manisrenggo Kabupaten Klaten
20, tahun 2003, tentang sistem Pendidikan
sudah mulai menimbulkan pemikiran logis
Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan abstrak, tidak lagi semata-mata berpikir
Nasional.
konkrit. Kedua, pada ranah afektif bahwa
penerapan model Problem based learning Shaffat, Idri. (2009). Optimized learning strategy.
dapat membentuk siswa menjadi pribadi Jakarta: Prestasi Pustaka.
yang mandiri, tanggung jawab, dan mampu Kunandar. (2008). Guru profesional implementasi
bekerja sama dengan orang lain. Ketiga, tindakan satuan pendidikan (KTSP) dan
pada ranah psikomotorik siswa memiliki sukses dalam sertifikasi guru. Jakarta:
ketrampilan menyampaikan gagasan atau Rajawali Pers
pendapat secara kritis dan kreatif yang dapat Lynch, C.L, Wolcott, S.K. (2001). Hilping your
menjadi bekal untuk berpartisipasi dalam students develop critical thinking skills.
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan Diambil pada 2014, dari http:// www. Idea.
bernegara. ksu.edu/papers/Idea Paper 37. Pdf.
Dengan demikian dapat dipersen­ .Sukmadinata, Nana Syaodih. (2005). Landasan
tasekan bahwa: peningkatan aktivitas siswa psikologis proses pendidikan. Jakarta:
pada siklus I = 73,90%, siklus II = 82,89%, Rosda Karya.
siklus III = 92,32%. Peningkatan aktivitas Jamarah, Syaiful Bahri. (2008). Strategi
guru pada siklus I = 71,97%, siklus II = pembelajaran mengajar. Jakarta: Rineka
89,39%, dan siklus III = 97,73%. Peningkatan Cipta.
hasil belajar pada setiap siklus, pada siklus

Volume 3, No 2, September 2016

Anda mungkin juga menyukai