Modul KKPMT II (Morbidity Rules) T.A 2021-2022

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 27

MODUL KULIAH

KLASIFIKASI DAN KODIFIKASI PENYAKIT, MASALAH KESEHATAN


TERKAIT LAINNYA DAN TINDAKAN (KKPMT II)

ATURAN PENGKODEAN PENYAKIT


(MORBIDITY RULES)

OLEH:

ASRIYANTI, M.Kes

Digunakan khusus di lingkungan Prodi D-3 RMIK


Semester V T.A 2021/2022
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanawata’ala karena


nikmat karunia-Nya sehingga Modul Perkuliahan KKPMT II ini dapat disusun.
Diharapkan modul ini dapat menjadi acuan belajar bagi mahasiswa untuk pencapaian
tujuan pembelajaran.

Modul ini berisi tentang konsep teori dan latihan dalam penentuan kode Diagnosis
Utama sesuai dengan kaidah-kaidah yang terdapat dalam buku ICD-10. Dengan
menggunakan modul ini diharapakn mahasiswa mendapatkan gambaran dan bisa
memahami penentuan kode diagnosis penyakit dengan tepat dan akurat sesuai
dengan ketentuan yang ada.

Modul ini tentunya masih banyak memiliki kekurangan. Oleh sebab itu saran dan
masukan yang positif sangat diharapkan demi perbaikan modul ini selanjutnya,

Semoga bermanfaat dan selamat belajar……

Makassar, Maret 2022

Penyusun

Asriyanti, M.Kes
INDEKS

MODUL 1
KODE MORBIDITAS

MODUL 2
MORBIDITY RULES

MODUL 3
ATURAN PENGKODEAN MORBIDITAS LAINNYA
MODUL 1
KODE MORBIDITAS

A. PENGERTIAN
Morbiditas (Morbidity) adalah cakupan kondisi penyakit, cedera dan alasan
kontak dengan pelayanan kesehatan, termasuk screening dan upaya
pencegahan.

B. ATURAN KODING MORBIDITAS


Adalah pedoman dan aturan dalam menetapkan kondisi tunggal yang menjadi
diagnosis utama (single-condition morbidity analisis), serta tata cara
kodingnya.

Dimulai sejak Revisi ke-6 tahun 1948, merupakan pengembangan dari koding
mortalitas.
Koding Morbiditas dibuat untuk mendukung pemanfaatan data morbiditas di
bidang:
1. Pembuatan kebijakan/program kesehatan:
2. Manajemen pelayanan kesehatan
3. Monitoring dan evaluasi
4. Studi epidemiologi
5. Identifikasi faktor risiko dalam populasi
6. Penelitian/riset klinik

C. KONDISI UTAMA (MAIN CONDITION)


PRINSIP: Single-Condition Morbidity Analysis
Adalah: adalah kondisi yang di diagnosis pada akhir episode asuhan
kesehatan, terutama bertanggungjawab menyebabkan seseorang (pasien)
membutuhkan pengobatan atau pemeriksaan.
Bila terdapat lebih dari satu kondisi yang tercantum dalam rekam
medis/dokumen pilih kondisi yang paling banyak menggunakan
resources/sumberdaya.
Jika tidak tercantum diagnosis, yang ada hanya gejala, temuan abnormal dan
masalah lainnya,maka kondisi tersebutlah yang dipilih sebagai kondisi utama,
D. KONDISI LAINNYA (OTHER CONDITION)/DIAGNOSIS SEKUNDER
Kondisi yang timbul bersama (coexist) atau berkembang selama masa
perawatan yang mempengaruhi pengobatan/perawatan pasien. Kondisi
lainnya bisa suatu diagnosis yang merupakan komplikasi atau komorbiditas.
1. Komplikasi (Complication) adalah kondisi yang tidak ditemukan saat admisi,
yang kemudian muncul selama pasien dalam perawatan, atau merupakan
akibat dari suatu prosedur atau pengobatan selama dirawat. Misalnya;
embolisme, efek samping obat, ISK, infeksi post-operatif
2. Komorbiditi/penyakit penyerta (Commorbidity) adalah suatu kondisi yang
sudah ada (exist) pada saat admisi, yang mempengaruhi perawatan
terhadap pasien, karena membutuhkan tambahan; prosedur diagnostik,
therapeutic treatment, atau akan meningkatkan monitoring ataupun clinical
care.

LATIHAN
1. Sebutkan prinsip yang digunakan dalam pengkodean kondisi/diagnosis
utama!
2. Jelaskan defenisi kondisi utama (main condition)
3. Jelaskan defenisi kondisi lainnya (other condition)
4. Jelaskan dan beri contoh dari kondisi komplikasi dan komorbiditas
MODUL 2
MORBIDITY RULES

A. DEFENISI
Seperangkat Rules (peraturan-peraturan) yang dapat dimanfaatkan untuk
memastikan bahwa kondisi utama yang diseleksi dan dikode betul
memaparkan kondisi utama yang bertanggungjawab atas diperlukannya
episode asuhan yang telah berjalan.

B. PERATURAN RESELEKSI KONDISI UTAMA YANG SALAH


REKAM/SALAH CATAT
 Penentuan kondisi utama dan kondisi lainnya sepenuhnya tanggungjawab
medis, namun pada beberapa kondisi ditemukan adanya ketidaksesuaian
pengisian kondisi utama dengan prosedur yang dilakukan. Koder harus
melakukan klarifikasi.
 Bila tidak dapat diklarifikasi, lakukan reseleksi (pemilihan kembali) kondisi
utama yang akan dikode, tanpa mengubah penulisan diagnosisnya
 Peraturan reseleksi menggunakan Rule MB1 – Rule MB5

RULE MB1

Kondisi minor tercatat sebagai kondisi utama, sedangkan


kondisi yang lebih signifikan (bermakna) dinyatakan sebagai
kondisi lainnya.

Jika kondisi minor (keluhan ringan/sederhana), kondisi yang sudah lama atau
kondisi yang mendadak muncul dan tercatat sebagai kondisi utama, tetapi ada
kondisi lainnya yang lebih signifikan/bermakna dan relevan dengan
therapy/tindakan yang diberikan, maka lakukan reseleksi dengan memilih
kondisi lainnya yang lebih signifikan dan yang relevan dengan
tindakan/therapynya.
Contoh 1:
Diagnosis Utama (MD) : Gastritis--- kondisi minor Kode MD: C18.9
Diagnosis Lainnya (OD) : Carcinoma Colon—kondisi signifikan Kode OD: K29.7
Procedur : Colectomy
Length Of Stay (LOS/Lama Perawatan) : 5 weeks

Contoh diatas ada kesalahan pencatatan diagnosis utama:


Lakukan:
1. Klarifikasi dengan dokter
2. Jika klarifikasi berhasil, maka dikode sesuai yang sudah diperbaiki
3. Jika klarifikasi TIDAK BERHASIL, maka lakukan RESELEKSI
menggunakan RULE MB1

Maka reseleksi “Carcinoma Colon” sebagai kondisi utama dengan kode C18.9
dan Gastritis sebagai kondisi lainnya dengan kode K29.7
Diagnosa Utama: Gastritis Kode MD: C18.9
Diagnosa Lainnya: Carcinoma Colon Kode OD: K29.7

Contoh 2:

Diagnosis Utama (MD) : Sinusitis Akut ----kondisi minor


Diagnosis Lainnya (OD) : 1. Carcinoma of endoserviks —kondisi signifikan
2. Hypertensi —kondisi signifikan

Procedur/Tindakan : Total Hysterectomy


LOS : 3 weeks
Specialty (dokter ahli) : Gynecologi

Maka reseleksi “Carcinoma of endocervix” sebagai kondisi utama dengan kode


C53.0 dan kondisi lainnya yaitu Sinusitis Akut, kode J01.9 dan Hypertensi kode
I10.
Jadi Kode MD: C53.0
Kode OD: J01.9
I10
Latihan Soal Rule MB1

Diagnosis Utama (MD) : Dermatitis Kontak Alergi


Diagnosis Lainnya (OD) : 1. Migrain
2.Appendicitis Chronic (App)
3. Abdominal Pain

Procedur : Appendectomy
LOS : 7 days
Specialty : Digestienterologi

Jawaban:

1. Reseleksi Diagnosis Utama:


2. Kode MD:
3. Kode OD:
4. Kode Tindakan
RULE MB2

Beberapa kondisi tercatat sebagai kondisi utama.

Dalam pencatatan kondisi utama kadangkala ditemukan tercantum beberapa

kondisi utama (kondisi utama lebih dari satu).

Langkah reseleksi yang dapat dilakukan:

a. Analisis kondisi-kondisi utama tersebut dan/atau kondisi lainnya jika ada

kemungkinan menggunakan kode kombinasi atau kode multiple. Jika ada

maka pilihlah kode kombinasi atau multiple yang relevan dengan tindakan.

b. Apabila tidak bisa menggunakan kode kombinasi atau multiple, tetapi ada

kondisi yang lebih mengarah ke satu dari kondisi-kondisi yang ditulis

sebagai kondisi utama, yang relevan dengan tindakan/terapi, maka pilih

kondisi ini.

c. Jika tidak ada pilihan dari langkah a dan b, maka pilih yang pertama

disebut.

Contoh 1:
Diagnosis Utama (MD): Mitral Stenosis, Rheumatoid Arthritis, Bronchitis Acute
Diagnosis Lainnya (OD) :-
Procedur :-
Specialty : General Medicine

Langkah-langkah Reseleksi Diagnosis Utama:


a. Pada diagnosis utama tercantum lebih dari satu kondisi/diagnosis. Analisis
apakah ada kode kombinasi atau multiple dari semua diagnosis tersebut.
Dari hasil pencarian kode, tidak ditemukan adanya kode kombinasi/multiple.
b. Dari ketiga kondisi tersebut dilihat diagnosis yang relevan dengan tindakan.
Tetapi pada kondiis tersebut tidak tercantum prosedur/tindakan, sehingga tidak
ditemukan diagnosis yang relevan dengan tindakan atau spesialisnya.
Demikian pula dengan spesialis yang menangani adalah dokter umum.
c. Karena langkah a dan b tidak bisa dilakukan, maka yang direseleksi adalah
diagnosis yang dituliskan pertama yaitu Mitral Stenosis

Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama: Mitral Stenosis
2. Kode MD: I05.0
3. Kode OD: Rheumatoid Arthritis dengan kode M06.9
Bronchitis Acute dengan kode J20.9
4. Kode Tindakan: -

Contoh 2:
Diagnosis Utama (MD) : Duodenum Ulcer
Gouty of toe
Neuritis
Diagnosis Lainnya (OD) : Perforation of intestine
Procedur :-
Specialty : Digestienterologi

Langkah-langkah Reseleksi Diagnosis Utama:


a. Pada diagnosis utama tercantum lebih dari satu kondisi/diagnosis, dan
diagnosis lainnya (OD) terdapat satu diagnosis. Analisis apakah ada kode
kombinasi atau multiple dari semua diagnosis tersebut.
Dari hasil pencarian kode, ditemukan adanya kode kombinasi yaitu:
 Duodenum Ulcer dan Perforation of Intestine --- kode K26.5
 Neuritis dan Gouty of toe--- kode M10.07† G63.6*
b. Dari kedua kode diatas, maka dipilih kode diagnosis yang relevan dengan
tindakan atau spesialis yang menangani.
Pada variable tindakan tidak tercantum adanya prosedur (rekam medis tidak
lengkap).
Tetapi bagian spesialis yang mengangani adalah Digestienterologi (ahli
pencernaan), sehingga diagnosis yang relevan dengan spesialisnya yaitu
Duodenum Ulcer dan Perforation of Intestine.
Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama: Duodenum Ulcer dan Perforation of Intestine.
2. Kode MD: K26.5
3. Kode OD: M10.07† G63.6*
4. Kode Tindakan: -

LATIHAN SOAL RULE MB2

Latihan 1:
Diagnosis Utama (MD) : Cataract + Staphylococcal Meningitis + Ischaemic Heart Disease
Diagnosis Lainnya (OD) : -
Procedur :-
Specialty : Neurology

Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama:
2. Kode MD:
3. Kode OD:
4. Kode Tindakan

Latihan 2:
Diagnosis Utama (MD) : Bilateral Bunions
Secondary lesion, lymph node
Cancer of breast
Procedur/Tindakan : Mastectomy
LOS : 2 weeks
Specialty : Oncology

Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama:
2. Kode MD:
3. Kode OD:
4. Kode Tindakan
RULE MB3

Kondisi yang dicatat sebagai kondisi utama


menggambarkan gejala yang timbul dari diagnosis kondisi
yang di tangani.

“Simtoma (gejala) ditulis sebagai kondisi utama”

Jika yang tercatat pada kondisi utama adalah gejala, tanda-tanda (pada bab
XVIII), dan ada kondisi lain yang jelas terdiagnosis dan relevan dengan
tindakan/terapi, maka reseleksi kondisi lain yang terdiagnosis itu sebagai
diagnosis utama.

Contoh 1:
Diagnosis Utama (MD) : Abdominal Pain--- tanda dan gejala (kode R)
Diagnosis Lainnya (OD : Acute Appendicitis ---- sdh terdiagnosis bukan kode R
Procedur/Tindakan : Appendectomy

Maka reseleksi Acute Appendicitis sebagai kondisi utama dengan kode K35.9,
kode diagnose lainnya adalah Abdominal Pain dengan kode R10.4
(mandatoris).

Contoh 2:
Diagnosis Utama (MD) : Coma --- kode R
Diagnosis Lainnya (OD : Ischaemic Heart Disease –--- terdiagnosis
Otosclerosis ---- terdiagnosis
DM, insulin-dependent ----- terdiagnosis
Treatment : Pengaturan dosis tepat insulin
Specialty : Endocrinology

Maka reseleksi DM, insulin-dependent with coma (terkombinasi) sebagai


diagnosis utama dengan kode E10.0, karena DM tersebut relevan dengan
Tindakan dan Spesialisnya.
Sedangkan diagnosis lainnya yaitu Ischemic Heart Diseases kode I25.9 dan
Otosclerosis dengan kode H80.9
LATIHAN RULE MB3

Latihan 1:
Diagnosis Utama (MD) : Hepatosplenomegaly
Diagnosis Lainnya (OD : Hepatitis B Chronic
Abdominal Pain
Treatment : Pemberian obat
Specialty : Digestienterologi

Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama:
2. Kode MD:
3. Kode OD:
4. Kode Tindakan

Latihan 2:
Diagnosis Utama (MD) : Nyeri Sendi Lutut
Diagnosis Lainnya (OD : Gout Arthritis
Treatment : Pemberian obat analgesik
Specialty : General Medicine

Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama:
2. Kode MD:
3. Kode OD:
4. Kode Tindakan
RULE MB4

Specificity (Kekhususan)

Jika yang tercatat pada kondisi utama menggambarkan suatu kondisi istilah
yang lebih umum, sedangkan pada kondisi lainnya tercatat kondisi yang lebih
spesifik (lebih tepat/sifat dasar kondisi), maka reseleksi kondisi yang lebih
spesifik tadi sebagai kondisi utama.

Contoh 1:
Diagnosis Utama (MD) : Congenital Heart Disease---- kondisi umum
Diagnosis Lainnya (OD) : Ventricular Septal Defect ---- kondisi
khusus (spesifik)

Maka reseleksi kondisi khusus (spesifik) yaitu Ventricular Septal Defect


sebagai Diagnosis Utama (MD) dengan kode Q21.0

Contoh 2:
Diagnosis Utama (MD) : Enteritis---- kondisi umum
Diagnosis Lainnya (OD) : Chron’s Disease of Ileum ---- kondisi
khusus (spesifik)

Maka reseleksi kondisi khusus (spesifik) Chron’s Disease of Ileum


sebagai Diagnosis Utama (MD) dengan kode K50.0
LATIHAN RULE MB4

Latihan 1:
Diagnosis Utama (MD) : Cerebrovascular Accident
Diagnosis Lainnya (OD) : Diabetes Mellitus
Hypertension
Cerebral Haemorrhage

Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama:
2. Kode MD:
3. Kode OD:
4. Kode Tindakan

Latihan 2:
Diagnosis Utama (MD) : Avitaminosis
Diagnosis Lainnya (OD) : Parasthesia
Deficiency Riboflavin

Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama:
2. Kode MD:
3. Kode OD:
4. Kode Tindakan:
RULE MB5
Diagnosis-diagnosis Utama Alternatif

Jika tercatat suatu gejala atau tanda sebagai kondisi utama dengan indikasi
bahwa keberadaannya disebabkan karena salah satu keluhan lainnya, maka
pilih simtom sebagai kondisi utama. Apabila ada dua kondisi atau lebih dicatat
sebagai pilihan diagnosis sebagai kondisi utama, maka reseleksi yang pertama
dicatat/disebut.

Contoh 1:
Diagnosis Utama (MD): Sakit kepala akibat stress atau sinusitis akut
Diagnosis Lainnya (OD) :-

Maka reseleksi sakit kepala (headache) sebagai kondisi utama dengan kode R51

Penjelasan: sakit kepala sebagai tanda/gejala yang keberadaannya


disebabkan oleh salah satu keluhan yaitu Stress, sehingga dipilih sebagai
diagnosa utama, meskipun kode R sesuai Rules diatas.

Contoh 2:
Diagnosis Utama (MD) : Acute cholecystitis atau acute pancreatitis
Diagnosis Lainnya (OD) :-
Maka reseleksi Acute cholecystitis sebagai kondisi utama dengan kode K81.0
dan kondisi lainnya acute pancreatitis dengan kode K85

Penjelasan: ada dua kondisi tercatat sebagai pilihan diagnosis utama, maka
reseleksi yang pertama dicatat/disebut.
LATIHAN RULE MB5

Latihan 1:
Diagnosis Utama (MD) : Hepatomegaly disertai splenomegaly atau ascites
Diagnosis Lainnya (OD) :-

Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama:
2. Kode MD:
3. Kode OD:
4. Kode Tindakan:

Contoh 2:
Main Condition (MC): Gastroenteritis akibat infeksi atau keracunan makanan

Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama:
2. Kode MD:
3. Kode OD:
4. Kode Tindakan:
RINGKASAN RULE MB1-MB5

JENIS CIRI CARA RESELEKSI


RULES DIAGNOSIS UTAMA
DIAGNOSIS UTAMA DIAGNOSIS LAINNYA
(SEKUNDER)
MB1 Kondisi minor (ringan/sedang) Kondisi signifikan Pilih kondisi yang signifikan
dan relevan dengan tindakan.

MB2 Tercantum lebih dari satu Ada atau tidak ada kondisi 1. Analisis kondisi-kondisi
kondisi lainnya tersebut apakah bisa
dikode kombinasi atau
multiple, jika bisa maka
pilih kode kombinasi atau
multiple yang relevan
dengan tindakan.

2. Jika tidak bisa dikode


kombinasi atau multiple,
maka pilih kondisi yang
relevan dengan tindakan.

3. Jika cara nomor 1 dan 2


tidak bisa, maka pilihlah
kondisi yang pertama kali
disebutkan.

MB3 Tercantum gejala-gejala, tanda- Ada kondisi yang berupa Pilihlah kondisi yang
tanda atau hasil pemeriksaan DIAGNOSIS sudah terdiagnosis dan
laboratorium yang abnormal relevan dengan tindakan.
(Kode R)

MB4 Tercantum kondisi yang UMUM Tercantum kondisi yang Pilihlah kondisi yang
KHUSUS (SPESIFIK) SPESIFIK dan relevan
dengan tindakan.

MB5 Tercantum alternative (pilihan) - Pilihlah yang disebutkan


pertama kali.
LATIHAN RULE MB1 s/d MB5

1. Diagnosis Utama (MD) : Enteritis infeksi E.Coli atau keracunan makanan


Diagnosis Lainnya (OD) :-

Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama:
2. Kode MD:
3. Kode OD:
4. Kode Tindakan:

2. Diagnosis Utama (MD) : Stenosis pada anus


Osteonecrosis pada lutut
Batu ginjal

Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama:
2. Kode MD:
3. Kode OD:
4. Kode Tindakan:

3. Diagnosis Utama (MD) : Acute tonsilitis infeksi H. Influenzae atau acute


nasopharyngitis
Diagnosis Lainnya (OD) :-

Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama:
2. Kode MD:
3. Kode OD:
4. Kode Tindakan:
4. Diagnosis Utama (MD) : Gagal ginjal akut
IDDM
Cataract
Diagnosis Lainnya (OD) :-
Specialty : Endokrinology
LOS : 3 minggu

Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama:
2. Kode MD:
3. Kode OD:
4. Kode Tindakan:

5. Diagnosis Utama (MD) : Enteritis


Diagnosis Lainnya (OD) : Diverticulum jejunum- ileum dengan perdarahan
Specialty : General Medicine

Jawaban:
1. Reseleksi Diagnosis Utama:
2. Kode MD:
3. Kode OD:
4. Kode Tindakan:
MODUL 3
ATURAN PENGKODEAN MORBIDITAS LAINNYA

A. PENGANTAR
Pemilihan suatu kondisi utama biasanya dilakukan sejak awal oleh klinisi
(tenaga medis) yang merawat pasien atau saat pengkodean dengan
menerapkan aturan (rules) seleksi ulang.
Bila kondisi utama telah diseleksi secara tepat, kemudian kode menurut
prosedur yang normal.
Bila dapat dilaksanakan, keluhan tambahan harus dicatat, meski bila analisis
penyebab tunggal diadakan. Hal ini memberikan gambaran lengkap kasus
pada coder sehingga membuatnya semakin mudah dalam memberikan kode
ICD yang lebih spesifik untuk kondisi utama.

B. KODE TAMBAHAN yang OPTIONAL (TIDAK WAJIB)


Klasifikasi dalam ICD-10 terkadang menyebut bahwa kondisi utama dapat
dibuat menjadi lebih spesifik dengan cara menambahkan kode lain.
Contoh:

Edema Pulmonary Akut akibat terpapar gas Sulphure Dioxida


Diagnosa Utama (MC) : Edema Pulmonary Akut
Diagnosis Lainnya (OC): Terpapar Gas Sulphure Dioxida
Kode MC: J68.1
Kode OC: X47.9
Pada J68.1 tercantum “use additional external caused code (chapter XX),if
desired to identify cause”
Maka kode X47.9 sebagai kode optional/tambahan (tidak wajib)
C. KODE SISTEM DAGGER (†) DAN ASTERIKS (*)
Dikenal juga dengan dual code system harus digunakan bersama-sama sebab
menggambarkan kondisi aspek yang berbeda untuk suatu kondisi tunggal.
Kode tanda sangkur = dagger (†) adalah kode primer untuk “underlying
disease” sedangkan kode tanda bintang = asterisk (*) adalah kode tambahan
yang menggambarkan manifiestasi..
Dalam hal ini kode dagger (†) adalah kode kondisi utama yang lebih
diharapkan.
Contoh:

Measles pneumonia = B05.2† J17.1*


Pericarditis tuberculosis = A18.8† I32.0*
NIDDM karatak = E11.3† H28.0*

D. KODE KONDISI SUSPECT (DICURIGAI/TERSANGKA), SIMTOMA


(GEJALA), TEMUAN ABNORMAL DAN SITUASI YANG BUKAN PENYAKIT.
 Hal yang perlu mendapat perhatian dalam mengkode diagnosis utama
untuk BAB XVIII (kode “R”) dan XXI (kode “Z”) untuk KASUS RAWAT
INAP.
- Jika diagnosis yang lebih spesifik (penyakit atau cidera) tidak dibuat
pada akhir rawat inap maka diizinkan memberi kode “R” atau kode “Z”
sebagai kode kondisi utama.
- Jika diagnosis utama masih disebut “suspect” atau “dipertanyakan”
(questionable) dan tidak ada informasi lebih lanjut atau klarifikasi maka
harus dikode seolah-olah telah ditegakkan.
- Kategori Z03.- (Medical observation and evaluation for suspected
diseases and conditions) diterapkan pada “Suspected” yang dapat
dikesampingkan sesudah pemeriksaan.
 Contoh 1:
MC : Suspected acute Cholecystitis
OC :-
Diberi kode Acute Cholecystitis (K81.0) sebagai diagnosis utama

 Contoh 2:
MC : Investigasi Suspek Neoplasma Ganas Serviks

Diberi kode Z03.0 sebagai kode kondisi utama (Observation for


suspected malignant neoplasm)
E. KODE KONDISI MULTIPLE (KODE GANDA)
Bilamana kondisi multiple tercatat dalam suatu kategori “Multiple….” Dan tidak
ada kondisi tunggal yang menonjol, maka beri kode pada kategori “Multiple….”
yang digunakan sebagai kode kondisi utama, dan kode tambahan dapat
ditambahkan untuk daftar kondisi individu.
Contoh:

MC : Pneumocystis Carinii Pneumonia akibat HIV


OC : Tuberculosis akibat HIV
Dementia (non-organic) akibat HIV

Kode kondisi Multiple:


MC : HIV resuting in multiple disease classified elsewhere Kode: B22.7
OC : Pneumocystis Carinii Pneumonia due to HIV Kode: B20.6
Tuberculosis resulting from HIV Kode: B20.0
Dementia (non-organic) resulting from HIV Kode: B22.0

F. KODE KATEGORI KOMBINASI


Dalam ICD 10, ada kategori tertentu dimana dua kondisi atau kondisi utama
dan sekunder yang berkaitan dapat digambarkan dengan satu kode.
Kategori kombinasi seperti itu digunakan sebagai kondisi utama dengan
catatan informasi yang tepat. Dapat dilihat pada Indeks alphabet dibawah
identasi sesudah Lead Term. Dua kondsi atau lebih yang dicatat dibawah
kondisi utama mungkin berkaitan.
Contoh 1:
MC : Renal failure
OC : Hypertensive renal disease
Diberi kode Hypertensive renal disease with renal failure (I12.0)

Contoh 2:
MC : Intestinal obstruction
OC : Hernia inguinalis kiri
Diberi kode Unilateral or unspecified inguinal hernia, with obstruction,
without gangren (K40.3)
G. KODE PENYEBAB LUAR PENYAKIT (EXTERNAL CAUSES OF
MORBIDITY)
Untuk cedera dan kondisi lain karena penyebab eksternal, kedua sifat dasar
kondisi dan keadaan penyebab eksternal harus diberi kode. Biasanya sifat
dasar diklasifikasi pada BAB XIX (S00-T98). Kode penyebab external pd BAB
XX (V01-Y98) digunakan sebagai kode tambahan.
Contoh1:

MC : Fraktur colum femoris karena jatuh tersandung pada trotoar yang tidak rata.

Diberi kode Fracture of neck of femur (S72.0) sebagai kode utama. Kode
penyebab eksternal pada fall on the same level from slipping, tripping or
stumbing on street or hagway (W01.4) sebagai kode sekunder atau kode
tambahan optional

Contoh 2:

MC : Severe Hypothermia akibat jatuh di kebun pada saat cuaca dingin


OC : Senility
Diberi kode Hypothermia (T68) sebagai kode utama. Kode penyebab eksternal
pada exposure to excessive natural cold at home (X31.0) sebagai kode
tambahan opsional/kode sekunder.

H. KODE SEQUELAE PADA KONDISI TERTENTU


Kategori Gejala Sisa “Sequelae of …”(B90-B94, E64-E68, G09, I69, O97,
T90-T98, Y85Y89) digunakan untuk kondisi yang sudah tidak ada lagi saat ini
(telah diobati/diperiksa). Kode utamanya adalah sifat dasar sequelae itu
sendiri, kode “sequelae of ..” (old; no longer present, late effect) sebagai
kode sekunder opsional.
Jika terdapat beberapa sequalae yang sangat spesifik, namun tidak ada yang
dominan dalam tingkat keparahan dan penggunaan sumber daya terbanyak,
“Sequalae of ….” dapat dicatat sebagai kondisi utama
Contoh 1:

MC : Dysphasia dari old cerebral infarction

Diberi kode Dysphasia (R47.0) sebagai kode utama.

Kode untuk sequelae cerebral infarction (I69.3) sebagai kode sekunder.


Contoh 2:

MC : Late effect dari poliomyelitis

OC : -

Diberi kode Sequelae poliomyelitis (B91) sebagai kode utama karena tidak ada
informasi lain.

I. KODE KONDISI AKUT DAN KRONIK


Bila kondisi utama adalah akut dan kronis dan dalam ICD dijumpai kategori
atau sub kategori yang terpisah, tetapi bukan kode kombinasi, maka kode
kondisi akut digunakan sebagai kondisi utama yang harus dipilih. Sedangkan
kondisi kronik sebagai kode tambahan.

Contoh 1:

MC : Cholecystitis akut dan kronis


OC : -
Diberi kode acute cholecystitis (K81.0) sebagai kode utama dan
chronic cholecystitis (K81.1) digunakan sebagai kode sekunder.

Contoh 2:

MC : Acute exacerbation of chronic bronchitis


OC : -
Diberi kode Chronic obstructive pulmonary disease with acute
exacerbation (J44.1) sebagai kode utama krn ICD memberikan kode
yang tepat untuk kombinasi

J. KODE KONDISI DAN KOMPLIKASI POST PROSEDURAL


 Kategori pada Bab XIX (T80-T88) digunakan untuk komplikasi yang
berhubungan dengan pembedahan dan tindakan lain, misalnya, Infeksi
luka operasi, komplikasi mekanis dari implant, shock dan lain-lain.
 Sebagian besar bab sistem tubuh berisi kategori untuk kondisi yang
terjadi baik sebagai akibat dari prosedur dan teknik khusus atau sebagai
akibat dari pengangkatan organ, misalnya, sindrom lymphoedema
postmastectomy, hypothyroidism postirradiation. Beberapa kondisi
misalnya pneumonia, pulmonary embolism yang mungkin timbul dalam
periode postprocedural tidak dipandang satu kesatuan yang khas dan
diberi kode dengan cara yang biasa, tetapi kode tambahan opsional dari
Y83-Y84 dapat ditambahkan untuk identifikasi hubungan tersebut
dengan suatu prosedur.
 Bila kondisi dan komplikasi postprocedural dicatat sebagai kondisi
utama referensi untuk modifier atau qualifier dalam indeks alfabet
adalah penting untuk pemilihan kode yang benar.

Contoh 1:

MC : Hypothyroidism karena thyroidektomi satu tahun lalu

OC : -

Diberi kode postsurgical hypothyroidism (E89.0) sebagai kode utama

Contoh 2:

MC : Haemorrhage hebat setelah cabut gigi


OC : Nyeri
Spesilaisasi : Gigi dan mulut
Diberi kode Haemorrhage resulting from a procedure (T81.0) sebagai
kode utama
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999. Pedoman Penggunaan ICD-


10 Seri I. Petunjuk Penggunaan dan Latihan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999. Pedoman Penggunaan ICD-


10 Seri II. Petunjuk Penggunaan dan Latihan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Buku Panduan Penentuan


Kode Penyebab Kematian Menurut ICD-10

Naga, Mayang Anggraini. 2010. Materi Pelatihan ICD-10. IFHRO-SEAR

World Health Organization. 2010. International Statistical Classification of


Diseases and Related Health Problems. Tenth Revision. Volume 1,2,3. Geneva:
WHO

Anda mungkin juga menyukai