Rizki-Awali 043906728 Ekonomi-Syariah Mkwu4108
Rizki-Awali 043906728 Ekonomi-Syariah Mkwu4108
Rizki-Awali 043906728 Ekonomi-Syariah Mkwu4108
Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk
lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi
putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari.
Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu
protektif. berikut adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.
Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak
tidur bersama orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada. Tidak
jarang kita melihat ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah seperti
menyapu, memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang
telah melahirkan dan menjadi ibu rela untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik
anaknya di rumah.
Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat
sehingga dapat lebih mengenal saudara dan mudah bersosialisasi. Orang tua di Jepang juga
beranggapan bahwa sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak merasakan
kasih sayang orangtuanya.
Setelah fase usia 5 tahun, anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15
tahun anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar
untuk disiplin, dan melakukan apa yang dilakukan oleh orang tua. Fase ini mengajari anak-
anak untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun
temurun. Pada fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan
kewajiban anak, apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan, tidak hanya
sebagai mata pelajaran yang diselipkan pada mata pelajaran lain. Di sini anak diajarkan dan
diberikan ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling melayani, kegiatan makan
siang di sekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah Indonesia.
Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan
cara Jepang untuk menbuat anak-anak belajar untuk disiplin.
Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang agar anak dapat lebih
mandiri dengan mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan
tidak hanya sebagai orang tua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak
didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan
lebih bersifat demokratis.
Fase ini mempersiapkan anak untuk melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri
dan keluarga serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang).
Anak mulai diajarkan independent (mandiri) dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi
orang dewasa. Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan
4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi
Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial
masyarakat yang lebih luas, anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan
menghormati perasaanya sendiri. Orang tua mengajarkan anaknya untuk melakukan hal
yang tidak mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya atau menasehati
anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas. Orangtua memilih
menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan
untuk dapat memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain.
Orang tua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik.
Begitu pula dewasa ini nilai budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang dalam
mendidik anaknya. Meskipun terjadi pergeseran dan perubahan, namun gaya asuh orang
tua di Jepang yang menyayangi putra-putrinya tidak berubah.
Setelah membaca gaya asuh orang tua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya asuh mereka
merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa).
Demikian, perbedaan gaya asuh orang tua di amerika dan gaya asuh orang tua di Jepang
JAWABAN TUGAS 1
1. Bahasa merupakan sistem lambing bunyi yang melambangkan sesuatu. Bahasa juga
digunakan berdasarkan sistem atau kaidah yang berlaku sehingga menimbulkan makna.
Bahasa digunakan oleh manusia dengan fungsi utamanya adalah sebagai alat komunikasi.
Namun, banayk juga para ahli menjabarkan fungsi dari bahasa salah satunya adalah
M.A.K Halliday, ia mengungkapkan ada 7 fungsi dari bahasa, antara lain:
a. Instrumental, bahasa digunakan sebagai alat untuk memperoleh kebutuhan fisik.
b. Regulatori, bahasa digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan orang lain.
c. Interaksional, bahasa digunakan untuk berhubungan atau bergaul dengan orang
lain.
d. Personal, bahasa digunakan untuk mengungkapkan diri.
e. Heuristik, bahasa digunakan untuk mengungkapkan dunia disekitarnya atau
mengutarakan pengalaman.
f. Imajinatif, bahasa digunakan untuk mencipta.
g. Informatif, bahasa digunakan untuk mengkomunikasikan informasi baru.
2. Peta konsep perkembangan bahasa Indonesia berdasarkan hasil kongres VII s.d XI.
b. Buatlah tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks! (langkah question)
Apa saja gaya parenting yang dapat diterapkan dalam membimbing putra-
putri dan dalam membina tumah tangga?
Apa yang menjadi perbedaan antara gaya asuh orang tua di Amerika dan
orang tua di Jepang?
Apa yang menjadi inspirasi budaya barat dalam mencontoh gaya parenting
orang tua di jepang?
c. Temukanlah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat pada nomor
2! (langkah read)
gaya parenting yang dapat diterapkan dalam membimbing putra-putri dan
membina rumah tangga antara lain:
1) Gaya asuh otoriter
2) Gaya asuh berwibawa atau authoritative
3) Gaya asuh permisif
4) Gaya asuh terlalu protektif.
Yang menjadikan perbedaaan antara gaya asuh orang tua di Amerika dan
Jepang adalah bahwasanya orang tua di jepang sangat menyanyagi anak-
anaknya, melalui pendekatan sosialisasi. Orang tua di Jepang juga
menerapkan gaya asuh perpaduan antara gaya permisif dan authoritative,
inilah yang menjadi perbedaan gaya parenting orang tua di Jepang dengan
budaya-budaya lainnya.
Yang menjadi inspirasi budaya barat dalam mencontoh gaya parenting
orang tua di jepang adalah:
1) Tidak menganggap bahwa pola asuh merekalah yang terbaik
2) Orang tua di Jepang mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih
sayang
3) Melakukan pendekatan dengan cara menyetarakan antara orang tua
dan anak.