Kejenuhan Dalam Olahraga

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Kejenuhan dalam Olahraga

Suatu ketika, kita merasa bersemangat ketika menekuni sesuatu. Begitu


bersemangat sehingga melupakan banyak hal, namun masa-masa giat itu
tidak bertahan lama. Sesudah itu muncul masa malas, lesu dan jemu,
inilah masa ketika ketekunan sampai dititik jenuh. Saat itu ketekunan ada
di garis ambang batas, ia tidak mungkin dinaikan lebih tinggi. Setelah
beberapa lama masa jenuh ini berjalan, tak lama kemudian muncul
kembali kegairahan untuk menekuni kesibukan seperti semula, demikian
seterusnya, rasa giat dan jenuh, silih berganti datang satu pihak menyusul
yang lainnya.

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk ganda, baik secara fisik maupun
psikis, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Manusia tidak bisa lepas
dari pengaruh emosi. Oleh karena itu, aspek psikologis atlet harus
mendapat perhatian lebih agar kondisi psikologis atlet stabil dan tidak
mengalami gangguan yang mengganggu perkembangannya. Salah satu
faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan atlet adalah
kejenuhan.

Pada umumnya setiap atlet pernah mengalami perasaan depresi, bosan


atau terakumulasi pada kelelahan. Tidak ada atlet yang tidak pernah
mengalami kejenuhan dalam rutin sebagai atlet. Cara individu menghadapi
kondisi kelelahan saat berolahraga sudah pasti berbeda antara satu
individu dengan individu lainnya. Ini tergantung pada pengalaman yang
Anda miliki oleh setiap individu, kepribadian, dan kondisi lingkungan.
Penyebab kejenuhan bisa jadi disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam diri
individu maupun dari faktor-faktor di luar individu.

Kejenuhan terjadi di sela-sela masa aktif yang dialami. Hal ini serupa
dengan mesin kendaraan yang terus dipacu, lama kelamaan mesin menjadi
panas dan perlu didinginkan beberapa saat hingga suhu kembali normal.
Kejenuhan adalah suatu proses bertahap yang merusak secara fisik,
emosional dan psikologis, hal ini disebabkan oleh potensi stressor
(penyebab stres) dari dalam diri orang itu sendiri atau dari luar dirinya
(Armand T. Fabella, 1993). Kejenuhan adalah masalah hidup, apalagi jika
tingkat kejenuhannya melebihi ambang batas yang wajar. Tidak ada jalan
lain selain mengatasi kebosanan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu kita
perlu memahami penyebab kejenuhan.
Pengertian Kejenuhan

Istilah jenuh akar katanya adalah jenuh, kejenuhan bisa berarti padat atau
penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apa pun, jenuh juga bisa berarti
jemu atau bosan. Kejenuhan terjadi di sela-sela masa giat yang dialami. Hal
ini serupa dengan mesin kendaraan yang terus dipacu, lama kelamaan
mesin itu menjadi panas dan perlu didinginkan untuk sementara sampai
temperaturnya normal kembali.

Pada suatu ketika, kita merasa bersemangat ketika kita mengejar sesuatu.
Sangat bersemangat sehingga dia melupakan banyak hal, tetapi waktu
aktifnya tidak bertahan lama. Setelah itu datanglah masa kemalasan,
kelesuan dan kebosanan, inilah masa dimana ketekunan mencapai titik
jenuhnya. Ketika ketekunan berada di ambang batas, itu tidak dapat
dinaikkan lebih tinggi. Setelah masa kebosanan ini berjalan beberapa lama,
tak lama kemudian semangat kembali untuk melanjutkan kesibukan
seperti semula, begitu seterusnya, rasa beraktivitas dan kebosanan, silih
berganti datang silih berganti.Berikut ini dipaparkan pengertian kejenuhan
menurut para ahli :

 Menurut Abu Abdirrahman Al-Qawiy bahwa kejenuhan adalah


tekanan sangat mendalam yang sudah sampai titik tertentu. Siapa
pun yang merasa jenuh, ia akan berusaha sekuat tenaga melepaskan
diri dari tekanan itu.

 Menurut Muhibbin Syah jenuh juga dapat berarti jemu dan bosan di
mana sistem akalnya tidak dapat bekerja sesuai dengan yang
diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman
baru. Sedangkan secara harfiah jenuh ialah padat atau penuh
sehingga tidak memuat apa pun.

 Menurut Sayyid Muhammad Nuh Jenuh atau futur ialah suatu


penyakit hati (rohani) yang efek minimalnya timbulnya rasa malas,
lamban dan sikap santai dalam melakukan sesuatu amaliyah yang
sebelumnya pernah dilakukan dengan penuh semangat dan
menggebu-gebu serta efek maksimalnya terputus sama sekali dari
kegiatan amaliyah tersebut.

 Menurut Nana Sudjana kejenuhan dalam belajar secara harfiah


mempunyai arti padat atau penuh, sehingga tidak mampu lagi
memuat apa pun, selain jenuh juga berarti jemu atau bosan. Seorang
anak yang dalam keadaan jenuh, sistem akalnya tidak dapat bekerja
dengan baik sebagaimana mestinya dalam memproses item-item
informasi atau pengalaman baru. Kejenuhan juga dapat terjadi
karena proses belajar anak yang melampaui batas kemampuan
jasmaniahnya karena lelah dan bosan. Namun kejenuhan yang
umum terjadi adalah karena keletihan yang melanda anak, sehingga
mereka bisa berperilaku menyimpang seperti membolos, melalaikan
tugas, dan mogok belajar.

 Menurut Faye Crosby, dosen psikologi di Smith College Northampton,


“kejenuhan terjadi karena anda tidak mau mencoba banyak hal”.
Dengan kata lain, variasi dalam kehidupan manusia sangat
dibutuhkan untuk menghindarkan diri dari kejenuhan, dengan
variasi dalam kehidupan baik berupa kegiatan ataupun cara lain
dalam mencapai suatu tujuan maka dengan otomatis seseorang
memiliki banyak option untuk mencapai tujuan tersebut sehingga
tidak cepat mengalami kebosanan dengan aktifitas yang sama.
Menurut catatan Bunker, L.K: Kejenuhan pertama kali muncul dalam
tulisan atau artikel yang di tulis oleh Herbert J. Freudenberg pada
tahun 1974. Freudenberg merumuskan kejenuhan dalam suatu
kamus, sebagai keadaan yang tidak menentu dan dipenuhi oleh rasa
jenuh yang menuntut atau membuang banyak energi dan kekuatan.
Artinya, keadaan yang tidak menentu dan menuntut dapat berakibat
pada keletihan mental, kehilangan komitmen, dan menurunnya
motivasi seseorang seiring dengan berjalannya waktu tanpa adanya
perubahan dalam diri.

Dari pengertian menurut para ahli diatas dapat diartikan bahwa kejenuhan
adalah suatu keadaan psikologis yang dapat terjadi ketika seseorang
berusaha untuk mencapai suatu tujuan yang tidak realistis dan pada
akhirnya kehabisan tenaga, waktu dan kehilangan semangat untuk
mencapai tujuan tersebut. Kejenuhan merupakan salah satu aspek
psikologis atlet yang harus dihindari seminimal mungkin, karena jika atlet
sudah berada pada tingkat kejenuhannya maka otomatis atlet tersebut
akan kehilangan semangat dalam berlatih dan mengejar tujuan dari latihan
tersebut.

Istilah lain dari kejenuhan biasa disebut boredom. “Boredom” merupakan


gejala menurunnya minat atlet sehingga atlet yang mengalami boredom atau
rasa jemu akan menujukkan gejala malas berlatih atau menjadi kurang
bergairah dalam latihan-latihan”. Artinya, kejenuhan memiliki dampak yang
buruk bagi perkembangan atlet yang sedang menjalani program latihan,
karena dengan menurunnya minat maka latihan yang dijalani atlet tidak
berjalan dengan maksimal. Istilah kejenuhan diartikan sebagai suatu
keadaan keletihan fisik (physical fatigue), emosional dan mental (mental
fatigue). Gejala ini identik perasaan gagal untuk mencapai tujuan. Jenuh
juga dapat diartikan sebagai sikap dimana seseorang berada pada tingkat
kebosanan yang mempengaruhi rutinitas orang tersebut, sehingga
membuat adanya rasa partisipasi dalam diri yang kurang.

Jenis-jenis Kejenuhan

Satu langkah penting yang sangat dibutuhkan ketika kita mulai berusaha
mengatasi masalah kejenuhan, yaitu mengenali jenis-jenih kejenuhan.
Secara umum ada tiga jenis kejenuhan yaitu kejenuhan positif, kejenuhan
wajar dan kejenuhan negatif (Abu Abdirrahman Al-Qowiy, 2004):

a) Kejenuhan Positif
Kejenuhan positif adalah kejenuhan terhadap segala sesuatu yang
buruk, baik berupa penyimpangan perilaku maupun perbuatan
tercela. Contoh kejenuhan positif : misalnya seorang bosan berhura-
hura, bosan dengan aktivitas yang negatif, sehingga kejenuhan positif
ini akan membawa siswa maupun atlet tetap berada didalam aktivitas
dan lingkungan yang positif. Kemudian seorang atlet telah bosan
dengan hasil yang didapati saat pertandingan, seperti halnya kalah
dan ada motivasi untuk meningkatkan latihannya agar pada
pertandingan berikutnya akan mendapatkan hasil yang baik dari
sebelumnya. Kejenuhan positif tidak perlu dilawan, atau di carikan
kiat-kiat tertentu untuk memusnahkannya. Akan tetapi, kejenuhan
seperti ini harus terus ditumbuh kembangkan.

b) Kejenuhan Wajar
Kejenuhan wajar merupakan kejenuhan yang sangat lumrah terjadi.
Setiap orang melakukan kesibukan berulang-ulang pasti akan
mengalami kejenuhan. Kejenuhan wajar sering kita jumpai dalam
aktifitas belajar, berkerja, latihan, bergaul dan lain-lain. Dari
pengertian diatas jelas bahwa kejenuhan wajar pasti akan dialami
setiap orang, karena kejenuhan tidak bisa dihapuskan dan sudah
menyatu dengan kodrat hidup manusia. Untuk itu perlunya aktivitas
yang baru, pola hidup yang baru atau dapat berekreasi untuk
menghilangkan rasa jenuh yang wajar ini, agar tidak berlarut-larut.

c) Kejenuhan Negatif
Kejenuhan negatif adalah kejenuhan yang berat, merusak kehidupan
dan bisa memicu munculnya keburukan-keburukan lain yang lebih
serius. Kejenuhan negatif, misalnya kejenuhan akibat kegagalan,
kalah dalam pertandingan hingga menimbukan sakit hati, juga hidup
kacau dan lain-lain. Kejenuhan negatif merupakan bahaya bagi
kehidupan manusia karena pengaruhnya sangat buruk bagi
kehidupan.

Menurut Lusia Kus Anna “Kejenuhan” adalah semacam stres, kebosanan


atau frustasi yang dapat menyebabkan Anda merasa lelah, mudah
tersinggung dan sakit di sana-sini. Artinya kejenuhan dapat mempengaruhi
kondisi mental dan fisik atlet yang mengalaminya, karena atlet yang
mengalami kejenuhan lebih mudah marah, lelah dan tersinggung. Menurut
Faye Crosby, dosen psikologi di Smith College Northampton, “kejenuhan
terjadi karena tidak mau mencoba banyak hal”. Untuk mencapai suatu
tujuan, seseorang otomatis memiliki banyak pilihan untuk mencapai tujuan
tersebut agar ia tidak cepat bosan dengan aktivitas yang sama.

Faktor Penyebab Terjadinya Kejenuhan

Pemahaman awal dalam kejenuhan adalah suatu bentuk kelelahan yang


disebabkan karena seseorang bekerja terlalu intens, berdedikasi, dan
berkomitmen, bekerja terlalu banyak dan terlalu lama serta memandang
kebutuhan dan keinginan mereka adalah hal kedua. Hal tersebut
menyebabkan merasakan adanya tekanan-tekanan untuk memberi lebih
banyak, tekanan tersebut berasal dari dalam diri sendiri. Dengan adanya
tekanan ini, maka dapat menimbulkan rasa bersalah, yang pada akhirnya
mendorong mereka untuk menambah energi dengan lebih besar dan pada
akhirnya menimbulkan keletihan emosional dalam diri.

Keletihan emosional merupakan inti dari sumber kejenuhan. Seperti yang di


jelaskan oleh Maslach & Jackson bahwa terdapat 3 dimensi kejenuhan,
yaitu: “keletihan emosi, sinisme, menurunnya keyakinan diri”.

 Keletihan emosi, Kelelahan emosional akibat kejenuhan ditandai


dengan sikap mudah menyerah, lelah, lesu, tanpa semangat bekerja”.
Artinya kelelahan emosional terjadi karena beberapa faktor seperti
perasaan frustasi, putus asa, sedih, tidak berdaya, depresi. Kelelahan
emosional terjadi karena tidak adanya kematangan emosi dari dalam.
Rasa percaya diri merupakan hal yang harus ditanamkan sejak dini,
karena rasa percaya diri akan membentuk kedewasaan, dan
membentuk kemampuan untuk menghindari rasa bosan.

 Sinisme, Gejala kebosanan berupa sinisme membuat individu tidak


nyaman di lingkungan kerja atau berpartisipasi dalam aktivitas kerja.
Maslach menjelaskan bahwa “komponen kebosanan dalam bentuk
sinisme ini muncul dalam bentuk perasaan sinis, dingin dan jauh”.
Artinya, seseorang yang mengalami kebosanan cenderung menjaga
jarak dengan orang lain dan merasa tidak nyaman serta mudah lelah
dalam melakukan aktivitas.

 Menurunnya keyakinan diri, “Individu yang mengalami rasa percaya


diri tinggi sangat rendah mengalami kejenuhan sedangkan individu
yang mengalami kejenuhan bermasalah dengan kepercayaan diri,
keyakinan terhadap kemampuannya sehingga membuat mereka stres
dan tertekan”. Artinya, kepercayaan diri sangat berpengaruh terhadap
kejenuhan, karena dengan kepercayaan diri seseorang mampu
mengatasi tekanan yang dihadapinya. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa kejenuhan terjadi karena beberapa faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti
kepercayaan diri. Sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan yang
dapat menimbulkan gejala kejenuhan lainnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kejenuhan terjadi karena


beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
seperti kepercayaan diri. Sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan
yang dapat menimbulkan gejala kejenuhan lainnya. Gejala kejenuhan
menurut Cardinal, C. antara lain:

1. Symptom atau gejala fisik yaitu : Kelelahan yang menyiksa, Sakit


kepala dan gangguan pencernaan, Penurunan berat badan, Susah
tidur, Depresi, Sesak nafas.
2. Syimptom atau gejala perilaku yaitu: perubahan suasana hati atau
emosi, peningkatan iritabilitas, berkurangnya perhatian terhadap
orang lain, penurunan toleransi terhadap frustasi, kecurigaan
terhadap orang lain, perasaan tidak berdaya dan kehilangan kendali
diri.

Dari penjelasan di atas mengenai gejala kejenuhan, dapat disimpulkan


bahwa gejala kejenuhan tidak hanya dapat dilihat dari perubahan aspek
psikologis tetapi juga dapat dilihat dari perubahan perilaku dan kesehatan
seseorang yang menyebabkan aktivitas yang dilakukan menjadi terganggu.
dan tidak produktif. Penyebab utama atlet mengalami kejenuhan adalah
beban latihan yang berlebihan yang disebabkan oleh beberapa faktor.
Seperti yang dijelaskan oleh Weinberg dan Gould, training overload terdiri
dari faktor-faktor yang disusun menurut jumlah atau frekuensi tinggi
keluhan atlet, yaitu: terlalu banyak stres dan tekanan, terlalu banyak
latihan dan latihan fisik, kelelahan fisik dan nyeri otot, kebosanan, karena
pengulangan terus menerus, istirahat yang tidak cukup dan pola tidur yang
tidak memadai.
Artinya, faktor penyebab kejenuhan terdapat pada diri sendiri maupun dari
luar, faktor eksternal seperti kedisiplinan seseorang dalam memanfaatkan
waktu istirahat, sedangkan faktor eksternal terdiri dari beban latihan dan
tekanan dari orang lain. Dengan kata lain, gejala kejenuhan tidak hanya
dapat dilihat dari psikologis seseorang, tetapi juga dapat dilihat dari kondisi
fisik yang dialami seseorang. Artinya kejenuhan yang berkelanjutan
tentunya juga akan mempengaruhi kesehatan.

Kejenuhan adalah suatu proses bertahap yang merusak secara fisik,


emosional dan psikologis, hal ini disebabkan oleh potensi stresor (penyebab
stres) dari dalam diri orang itu sendiri atau dari luar dirinya (Armand T.
Fabella, 1993). Kejenuhan adalah masalah hidup, apalagi jika tingkat
kejenuhannya melebihi ambang batas yang wajar. Tidak ada jalan lain
selain mengatasi kebosanan dengan sebaik-baiknya. Abu Abdirrahman Al-
Qowiy (2004) menyatakan, penyebab yang menyebabkan kejenuhan:

a) Aktivitas yang Monoton


Ajtivitas yang monoton seringkali menjadi salah satu penyebab
kebosanan. Melakukan hal yang sama berulang-ulang tanpa
beberapa perubahan juga bisa membuat Anda bosan. Alasan paling
umum di balik timbulnya kebosanan adalah kesibukan yang
monoton. Seseorang yang melakukan sesuatu berulang-ulang,
dengan proses yang sama, suasana yang sama, hasil yang sama,
dalam jangka waktu yang lama. Misalnya seorang siswa yang diajar
oleh gurunya menggunakan metode yang tidak bervariasi, setiap
pertemuan guru menggunakan metode ceramah, hanya menjelaskan
tanpa diselingi dengan metode lain maka hal ini juga dapat
menimbulkan kebosanan. Begitu juga dalam kegiatan olahraga, menu
latihan yang tidak bervariasi yang diberikan pelatih kepada atlet
harus kreatif dan inovatif, agar atlet memiliki semangat untuk
mengikuti latihan dengan semangat yang tinggi.

b) Belum tercapainya target ( Prestasi )


Alasan selanjutnya yang sering memicu kejenuhan adalah stagnasi
pencapaian. Siswa yang terus belajar keras secara konsisten pantang
menyerah dan pantang menyerah. Namun, setelah lama belajar, tidak
ada perubahan yang diharapkan. Sehingga kondisi seperti ini
berpotensi melahirkan kebosanan, bahkan frustasi. Begitu juga bagi
atlet yang belum mampu memenangkan pertandingan yang
diikutinya, sehingga timbul kesan kecewa yang berakibat pada
menurunnya semangat atlet untuk berlatih dan mengikuti kejuaraan
dan even bertingkat lainnya.
c) Lemahnya Motivasi ( Minat )
Kejenuhan juga akan muncul ketika seseorang mengejar sesuatu
yang tidak diinginkannya. Begitu pula siswa yang sejak awal tidak
menyukai atau tidak tertarik pada mata pelajaran tertentu akan
selalu merasa bosan dan bosan dengan mata pelajaran tersebut.
Untuk itu perlu dilakukan diagnosis dini atau sekedar melihat
potensi anak dan menyalurkan minatnya sesuai bakat dasarnya,
sehingga anak mampu mengoptimalkan kemampuannya. Orang tua
memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup seorang anak,
karena faktor internal dari lingkungan keluarga, seorang anak akan
mendapatkan motivasi pertamanya.

d) Hati yang bertolakan


Penyebab selanjutnya adalah hidup atau bekerja di lingkungan yang
tidak sesuai dengan hati nurani. Begitu juga dengan seorang siswa,
jika tempat sekolah karena dipilih oleh orang tuanya tidak sesuai
dengan keinginannya, ia akan merasa bosan dan malas untuk pergi
ke sekolah. Contoh dalam hal ini dalam dunia olahraga adalah,
seorang anak yang memiliki hobi bermain sepak bola hidup di
tengah-tengah masyarakat yang hobi bermain bola basket. Demi
kelangsungan hidup yang sehat dan tuntutan partisipasi dalam
kegiatan positif, orang tua anak memaksa anak untuk berbaur dan
berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat di lingkungannya,
meskipun anak memiliki potensi dan hobi yang berbeda. Dalam
situasi dan kondisi tersebut, anak akan mengalami kebosanan
bahkan sulit untuk menyadari apa yang sebenarnya ada dalam
pikiran anak.

e) Kurangnya Apresiasi
Alasan lain yang memicu kejenuhan adalah penghargaan yang kecil
atas capaian pengorbanan yang telah dilakukan. Dalam dunia
pendidikan, betapa banyak kita melihat siswa yang kecewa dengan
guru atau lembaga pendidikan yang tidak menghargai suatu prestasi
yang dicapai siswa, begitu juga dalam dunia olahraga. Terkadang hal-
hal kecil dapat mengubah sesuatu dan sangat berarti bagi seseorang,
terutama dalam hal pencapaian atau prestasi. Seorang siswa atau
atlet, jika mampu mencapai suatu target, guru atau pelatih harus
memberikan apresiasi kepada siswa, karena dengan begitu ada
kesenangan dan kebahagiaan yang dirasakan siswa meskipun hanya
tepuk tangan dari rekan-rekannya. Dengan begitu ada nilai positif
bagi siswa untuk terus giat dalam belajar maupun atlet giat dalam
latihan.
f) Perlakuan Buruk
Alasan lain yang sering menyebabkan kejenuhan adalah perlakuan
yang buruk. Hal ini juga dapat terjadi pada siswa yang mendapatkan
perlakuan buruk dari gurunya dalam satu bidang studi, tentunya
siswa tersebut akan merasa bosan, bosan dan malas terhadap mata
pelajaran tersebut. Begitu juga dalam suatu sesi latihan, seorang atlet
mendapat kritikan bahkan luapan emosi yang berlebihan dari pelatih
juga berdampak buruk pada mentalitas atlet tersebut, sehingga atlet
tersebut akan merasa bosan dengan keadaan seperti itu.

Seperti halnya kebosanan dalam aktivitas lainnya, umumnya disebabkan


oleh proses yang monoton (tidak bervariasi) dan sudah berlangsung lama.
Kejenuhan juga dapat terjadi karena proses latihan seorang atlet telah
mencapai batas kemampuan fisiknya, akibat kebosanan dan kelelahan.
Namun penyebab kebosanan yang paling umum adalah kelelahan yang
menimpa atlet, karena kelelahan dapat menjadi penyebab timbulnya
perasaan bosan pada atlet yang bersangkutan. Kelelahan mental pada atlet
merupakan faktor utama penyebab terjadinya kejenuhan dalam kegiatan
olahraga, oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kelelahan atlet
yaitu :

1. Karena kecemasan atlet akan dampak negatif yang ditimbulkan


oleh kelelahan itu sendiri.
2. Karena kecemasan atlet terhadap standar atau tolak ukur
keberhasilan dalam olahraga dan target yang dianggap terlalu
tinggi, terutama ketika atlet tersebut merasa bosan untuk
mengikuti latihan.
3. Karena atlet berada di tengah situasi persaingan, mereka lelah
menuntut lebih banyak partisipasi dalam acara olahraga.
4. Karena atlet memiliki konsep penampilan fisik yang optimal,
sedangkan ia sendiri menilai potensi dirinya hanya berdasarkan
ketentuan yang dibuatnya sendiri.

Cara Mengatasi Kejenuhan

Kejenuhan sebagai stres yang sangat negatif adalah masalah di dalam. Itu
terjadi di dalam diri orang itu sendiri. Karena itu menjadi urusannya sendiri
untuk mencegah atau melawan kebosanan. Langkah-langkah yang dapat
diambil untuk mengurangi kejenuhan tidak didasarkan pada sifat-sifat
permanen orang, tetapi pada faktor-faktor sosial dan situasional tertentu
yang dapat berubah. Strategi yang digunakan untuk mengatasi kebosanan
adalah sebagai berikut (Armand T. Fabella, 1993): Meningkatkan kesadaran
diri. Pelajari pengetahuan dan keterampilan baru. Santai. Kembangkan
minat baru. Berolahraga secara teratur. Kembangkan keterampilan
manajemen waktu. Kembangkan dan tanamkan rasa humor. Upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi kebosanan adalah sebagai
berikut:
1) Mengurangi latihan yang monoton
2) Mengentikan latihan untuk sementara
3) Mengubah lingkungan
4) Mengubah pola latihan
5) Melakukan variasi dalam kehidupan sehari-hari
6) Mengembangkan keterampilan psikologis, seperti relaksasi, imajeri,
penentuan sasaran, dan self talk atau sugesti diri secara positif

Jadi, untuk menghilangkan kejenuhan pelatih memiliki peran penting agar


atlet terhindar dari tingkat kejenuhan dalam latihan. Berbagai materi harus
diterapkan oleh pelatih dan tidak membuat situasi latihan yang
menegangkan, karena kondisi ini juga sangat mempengaruhi tekanan yang
dirasakan oleh atlet sehingga menyebabkan atlet mengalami stres atau
bahkan berada pada tingkat kejenuhan yang lebih buruk.

Kejenuhan latihan memiliki beberapa tingkatan yaitu tingkat pertama,


tingkat kedua, dan tingkat ketiga. Jadi, kejenuhan pada level pertama
merupakan level kejenuhan yang paling rendah dengan waktu yang tidak
terlalu lama, sedangkan level kedua sama dengan level pertama tetapi dapat
terjadi dalam waktu yang lama. Sedangkan tingkat ketiga merupakan
tingkat kejenuhan yang paling tinggi, selain terjadi pada keadaan psikologis
atlet, tingkat ini juga mempengaruhi kondisi fisik atlet. Atlet juga harus
memahami komponen-komponen yang dapat menyebabkan kejenuhan,
seperti: Situasi, suatu situasi mengandung sejumlah tuntutan yang harus
dipenuhi oleh atlet, dan bagi atlet muda dengan kemampuan terbatas
situasi ini akan sangat mudah terpicu. Artinya situasi disini merupakan
suatu masalah atau kondisi yang sedang dialami oleh atlet dengan segala
keterbatasan yang dimilikinya dan dengan keterbatasan tersebut atlet
dituntut untuk memahami dan mencari jalan keluar dari situasi tersebut.
Penalaran, fungsi dari penalaran atlet adalah bagaimana atlet menilai suatu
keadaan yang harus dihadapi jika upaya mengatasi tuntutan lingkungan
dipandang memakan waktu yang lama, dan dianggap terlalu banyak
mengkonsumsi energi.

Artinya, penalaran merupakan suatu konsep yang paling sering mengacu


pada salah satu proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan
sebagai suatu pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah
diketahui, maka disini atlet dituntut untuk dapat berpikir cepat dengan
keadaan yang ada. ia hadapi dengan segala keterbatasan kemampuannya.
memiliki, atlet harus membuat keputusan yang tepat dalam waktu singkat
untuk menghindari perasaan tidak berdaya yang mengarah pada stres.

Respon fisiologis, penalaran atlet cenderung menimbulkan kondisi stres


pada atlet yang mengakibatkan perubahan fungsi fisik atlet sehingga atlet
menjadi lebih tegang, mudah tersinggung, dan cepat merasa lelah. Artinya,
respon fisiologis pada atlet terjadi karena harapan dari keputusan yang
diambil atlet dalam menghadapi masalah tidak sesuai dengan fakta yang
terjadi, hal ini membuat atlet merasa tertekan secara fisik dan psikis.
Perilaku pemecahan masalah. Menurut Smith, dampak dari respon
fisiologis mempengaruhi cara atlet menghadapi masalah yang dihadapinya.
Artinya, perilaku mengatasi masalah atlet berkaitan dengan motivasi atlet
dan kepribadian atlet. Atlet yang memiliki motivasi dan kepribadian yang
kuat biasanya akan terus berusaha untuk mencapai tujuannya, begitu juga
sebaliknya.

Mengacu pada pendapat di atas, maka kejenuhan adalah keadaan emosi


yang dimulai dari situasi, penalaran, respon fisiologis, dan perilaku untuk
mengatasi masalah yang menyebabkan atlet mengalami kehilangan
semangat untuk beraktivitas seperti biasa akibat perubahan fungsi fisik
yang mengakibatkan atlet mengalami kebosanan dan kelelahan hingga
stres.

Dampak Negatif Kejenuhan

Jika kejenuhan terus menerus dirasakan, seseorang tentunya dapat


beresiko mengalami salah satu dari beberapa efek buruk dari rasa jenuh
yaitu:

1. Ketergantungan obat-obatan dan alkohol


Karena pengaruh rasa bosan yang tiada habisnya, seseorang akan
mencoba hal-hal yang menurut mereka dapat membantu melewati
masa-masa sulit seperti mengonsumsi obat-obatan hingga rasa
kecanduan. Ketika mereka mengalami kebosanan setiap saat,
mereka segera mengkonsumsi obat-obatan dalam jumlah besar.
Kasus overdosis yang dialami oleh remaja bahkan orang dewasa
sangat banyak, ini menyimpulkan betapa bahayanya dampak
kejenuhan berkepanjangan.

2. Depresi
Dampak kebosanan juga bisa membuat seseorang depresi. Depresi
atau dalam istilah medis disebut dengan major depressive disorder
adalah gangguan jiwa yang mempengaruhi bagaimana seseorang
merasa, berpikir dan bertindak. Individu yang mengalami depresi
cenderung merasa sedih dan kehilangan minat untuk melakukan
aktivitas yang biasa dilakukan. Hal ini menyebabkan seseorang
kehilangan akal sehatnya dan akhirnya mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri. Dan di sini kita menemukan banyak kasus
depresi yang berujung pada kematian tragis.

3. Kecemasan
Kebosanan atau kejenuhan yang tak kunjung usai juga bisa
membuat seseorang cemas (anxiety). Karena umumnya mereka yang
mengalami kebosanan sangat sulit untuk melakukan aktivitas
seperti biasanya, hal ini disebabkan gaya hidup yang tidak positif
sehingga mereka yang mengalami gangguan kecemasan akan
menutup diri dan akan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya
dilakukan dan tentunya ini sangat berbahaya.

4. Nilai akademik yang tidak bagus


Selain mengalami beberapa gangguan psikologis akibat kebosanan
yang berkepanjangan, kebosanan juga mempengaruhi hasil belajar
di sekolah, seperti nilai yang rendah dan prestasi yang kurang. Hal
ini disebabkan oleh rendahnya motivasi dan semangat belajar akibat
rasa bosan yang terus menghantui kehidupannya sehingga individu
menjadi malas dalam belajar dan aktivitas lainnya.

5. Agresif
Dampak lain dari ketidakmampuan mengatasi rasa bosan atau
jenuh, seseorang cenderung berubah menjadi pribadi yang agresif,
mudah tersinggung, brutal bahkan menjadi seseorang yang sulit
untuk ditenangkan, hal ini disebabkan oleh perubahan psikologis
yang dialami seseorang akibat dampak dari kebosanan yang
berkepanjangan dan menyebabkan seseorang berubah drastis.
Seseorang akan mengikuti egonya dalam bertindak atau menanggapi
sesuatu secara berlebihan. Dan juga cenderung melakukan sesuatu
yang berisiko.

Kejenuhan yang berkepanjangan berdampak buruk bagi kelangsungan


hidup seseorang. Baik atlet maupun non-atlet. Beberapa orang pasti punya
banyak cara untuk mengatasi rasa bosan. Namun pola hidup yang tidak
inovatif dan semangat yang rendah, kebosanan menjadi semakin sulit
untuk dihindari. Dan yang ditakutkan adalah rasa bosan yang terus
melanda justru dapat mendorong orang untuk melakukan hal-hal negatif
dan berdampak buruk bagi kesehatan.
Psikolog di Central University of Lancashire, Inggris, Dr. Sandi Mann
mendefinisikan kebosanan sebagai pencarian rangsangan saraf yang tidak
memuaskan. Dia memperingatkan dampak serius yang dapat
ditimbulkannya pada kesehatan jika kebosanan berkembang secara kronis.
Penelitian menunjukkan bahwa kebosanan sebenarnya dapat menurunkan
harapan hidup. Sebuah penelitian pada 1980-an tentang pegawai negeri
sipil berusia 35 hingga 55 tahun menunjukkan bahwa mereka yang paling
rentan terhadap penyakit memiliki kemungkinan 30 persen lebih besar
untuk meninggal dalam waktu tiga tahun. Terutama mereka yang berisiko
terkena penyakit kardiovaskular. Hal ini menunjukkan betapa buruknya
dampak kebosanan atau kebosanan yang berkepanjangan jika tidak segera
disadari dan berusaha menata kehidupan yang lebih baik.

Hubungan Kejenuhan dengan Psiklogi Olahraga

Hubungan jenuh dalam olahraga baik kurangnya motivasi dalam


melaksanakan rutinitas olahraga karena faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penurunan mental seseorang karena tidak adanya
perubahan kondisi dimana pelaku olahraga tidak mengalami perubahan
dalam dirinya, tekanan dari pelatih/ rekan kerja, tidak adanya dukungan
dari lingkungan sekitar, kurangnya motivasi untuk menjadi yang terbaik
atau perubahan dalam diri, keterbatasan dalam mengemukakan pendapat
yang membuat para pemain olahraga merasa tidak dihargai dan mengalami
penurunan mental.

Kejenuhan dalam dunia olahraga telah menjadi perhatian para psikolog.


Apalagi dalam dunia olahraga, kejenuhan sudah menjadi kajian para ahli
psikologi olahraga, tujuannya agar atlet tidak terganggu penampilan
(penampilan) saat bertanding sehingga mampu tampil dan mendapatkan
kinerja yang optimal. Kejenuhan muncul seiring dengan peristiwa dan
perjalanan hidup individu dan kejadiannya tidak dapat sepenuhnya
dihindari. Pada umumnya atlet yang mengalami kejenuhan akan
mengganggu siklus hidup mereka dan tidak merasa tidak nyaman dalam
berlatih. Bahkan, Kelelahan terus menerus dapat membahayakan diri
sendiri dan orang lain sehingga atlet perlu memahami indikasi gejala
kejenuhan, mengetahui penyebab kejenuhan dan cara mengatasi
kejenuhan.

Keberhasilan seorang atlet dipengaruhi oleh banyak faktor, baik fisik,


teknik maupun fisik mental. Namun terkadang kesuksesan ditentukan dan
dimulai dari motivasi yang membara dari dalam sendiri. Dengan adanya
gambaran burnout ini diharapkan seorang atlet dapat mengetahui benar
apa itu kebosanan, apa penyebab kebosanan, bagaimana kebosanan itu
terjadi, gejala timbulnya kebosanan, akibat kebosanan serta pengendalian
dan pencegahannya kebosanan, sehingga seorang atlet mampu
meminimalisir hal terburuk yang akan terjadi jika atlet bosan Burnout
merupakan hal yang dapat dialami oleh para atlet khususnya atlet usia
dini, sehingga setiap Atlet dan pelatih harus mampu mengidentifikasi
penyebab burnout dan cara mengatasinya. Tujuannya adalah itu Atlet
dalam proses latihan tidak terkena burnout yang dapat mengganggu
prestasi secara keseluruhan optimal. Untuk itu perlu diciptakan lingkungan
latihan, lingkungan sosial, dan suasana yang harmonis dan kondusif bagi
atlet untuk menghindari kelelahan.

Berdasarkan uraian di atas, kejenuhan dalam latihan adalah jangka waktu


tertentu yang digunakan untuk latihan, tetapi tidak membawa hasil. Atlet
yang mengalami kejenuhan latihan merasa seolah-olah kemampuan dan
keterampilan yang diperoleh dari latihan tidak mengalami kemajuan.
Kejenuhan ini bisa berlangsung dalam waktu singkat, atau sebaliknya. Atlet
yang sedang mengalami kejenuhan, sistem nalarnya tidak dapat bekerja
seperti yang diharapkan dalam mengolah butir-butir informasi atau
pengalaman baru, sehingga kemajuan penguasaan seolah-olah “berjalan di
tempat” atau tidak ada perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qawiy, Abdirrahman, Abu. 2004. Mengatasi Kejenuhan. Jakarta :


Khalifa

Cashmore, Ellis. (2008). Sport and Exercise Psychology Second Edition.


New York: Routledge.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka


Cipta

Fabella, Armand T. 1993. Anda Sanggup Mengatasi Stres. Indonesia


Publishing House.

Gunarsa, S.D. (2004). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: BPK


Gunung Mulia.

Hakim, Thursan. 2004. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa Suara

Koeswara, E. (2001). Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco.

Mustaqim. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Richard H. Cox. (2007). Sport Psychology Sixth Edition. Columbia:


University of Missouri.

Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan: Edisi Kedua. Jakarta :


Kencana

Sri, Winarni. 2011. Pengembangan Karakter Dalam Olahraga dan


Pendidikan Jasmani. FIK Universitas Negeri Yogyakarta

Suryabrata, Sumadi. 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo


Persada

Weinberg & Gould, (2003). Foundations of Sport and Exercise


Psychology Third Edition. United State Amerika: Human
Kinetics.
Weinberg & Gould. (2006). Foundations of Sport and Exercise
Psychology Fourth Fdition. United State Amerika: Human
Kinetic

Anda mungkin juga menyukai