ASKEb REMAJA

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA PADA Nn “ R” USIA 16 TAHUN

DENGAN DISMINOREA PRIMER DI PMB SANDORA, STr. Keb

WANGI-WANGI WAKATOBI

OLEH :
Eva puspa Rini
NIM: 2182B1095

PEMBIMBING LAHAN
Vidia Atika Manggiasih, SST, S.Psi, M.Kes

DOSEN PEMBIMBING
Bd. Putri Eka Sejati, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (F2K)

IIK STRADA INDONESIA

KEDIRI

2022
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan kebidanan remaja pada Nn. “R” umur 16 tahun dengan Disminorea Primer di PMB
Sandora, STr.Keb.
Telah disetujui dan disahkan pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 06 Maret 2022

Mengetahui,
Mahasiswa

Eva puspa Rini


NIM: 2182B1095

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Bd. Putri Eka Sejati, SST, M.Kes Vidia Atika Manggiasih, SST, S.Psi, M.Kes
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

DAFTAR ISI .........................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................1

1.2 Tujuan..............................................................................................1

1.2.1 Tujuan Umum........................................................................1

1.2.2 Tujuan Khusus.......................................................................1

1.3 Manfaat

1.3.1. Manfaat bagi mahasiswa…………………………………….2

1.3.2. Manfaat bagi institusi………………………………………..2

1.3.3. Manfaat bagi lahan praktek.....................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI.............................................................................3

2.1 Pengertian remaja.............................................................................3

2.1.1. Batasan Usia Remaja.............................................................3

2.1.2. Tugas Perkembangan Remaja ..............................................3

2.1.3.Perubahsn Fisik Pada Remaja………………………………..

2.1.4. Perkembangan Psikis Pada Remaja,…………………………

2.1.5. Perkembangan Emosi Pada Remaja…………………………

2.1.6. Perkembangan kongnitif Pada Remaja……………………..

2.2.Pengertian Keputihan ......................................................................4


2.2.1. Gejala Keputihan...................................................................4

2.2.2. Penyebab Keputihan..............................................................6

2.2.3. Pencegahan Keputihan………………………………………

2.2.4. Pemeriksaan Penunjang……………………………………..

2.2.5. Penatalaksanaan Keputihan…………………………………

2.2.6. Komplikasi…………………………………………………

2.3 Pengkajian Data...............................................................................7

2.3.1.Pengkajian Data............................................................................9

2.3.2.Pengkajian Data Subyektif..........................................................10

2.3.3. Pengkajian Data Obyektif....................................................10

2.3.4. Identifikasi Masalah atau Diagnose.....................................18

2.6Pengkajian Data Asuhan Konseling Pranikah.................................20

2.6.1Pengkajian Data.....................................................................20

2.6.2Data Subyektif........................................................................21

2.6.3 Data Obyektif........................................................................23

2.6.4 Identifikasi Masalah/ Diagnosa.............................................25

2.6.5 Identifikasi Masalah Potensial..............................................25

2.6.6 Identifikasi Kebutuhan Segera..............................................25

2.6.7 Intervensi...............................................................................25

2.6.8 Implementasi.........................................................................26

2.6.9 Evaluasi.................................................................................26

BAB 3 TINJAUAN KASUS...........................................................................27

3.1 Pengkajian Data.............................................................................27

3.2 Assesment......................................................................................29
3.3 Implementasi..................................................................................29

BAB 4 PEMBAHASAN...................................................................................31

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan....................................................................................32

5.2 Saran...............................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai

perubahan fisik, emosi, dan psikis.Remaja secara umum dianggap mencakup

individu berusia antara 10-19 tahun, sehingga kesehatan reproduksi remaja

memperhatikan kebutuhan fisik, sosial, dan emosional kaum muda. Remaja memiliki

masalah yang berbeda dari orang dewasa, sehingga program secara khusus untuk

memenuhi kebutuhan mereka, dan bukan diadaptasi dari program yang sudah ada

yang ditujukan kepada orang dewasa. Kaum muda perlu mengumpulkan pengetahuan

dan mengembangkan kesehatan seksual dan keluarga berencana yang ditujukan

kepada kaum muda harus dirancang keterampilan yang diperlukan agar mereka dapat

terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan, terlindung dari IMS, dan dapat

tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat secara seksual.

Keputihan merupakan masalah kedua setelah gangguan haid dan hampir

semua wanita pernah mengalami keputihan. Keputihan salah satu tanda dan gejala

penyakit infeksi organ reproduksi wanita. Karena kurangnya pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi maka penulis terWangi-Wangi memberikan edukasi

yang baik dan benar kepada remaja putrid terkait gangguan kesehatan reproduksi

seperti keputihan.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan umum

Tujuan umum dari asuhan kebidanan ini adalah untuk memahami dan

memperoleh gambaran dalam melakukan asuhan kebidanan tentang kesehatan


reproduksi pada remaja secara komprehensif

1.2.2. Tujuan khusus

Mahasiswa mampu

1. Mengumpulkan data dasar

2. Menginterpretasi data dasar

3. Menentukan masalah potensial

4. Menentukan tindakan

1.3. Manfaat

1.3.1. Mahasiswa

Mahasiswa mampu memahami asuhan kebidanan tentang kesehatan

repeoduksi pada remaja.

1.3.2. Institusi

Sebagai tambahan referensi perpustakaan yang dapatdigunakan oleh

mahasiswa untuk refresi pengetahuan dan tambahan wawasan.

1.3.3. Bagi Lahan Praktek

Dapat memberikan gambaran atas masukan bagi lahan praktek mengenai

kesehatan reproduksi pada remaja.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian remaja

Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,

menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003).

Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa

kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar

dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama

fungsi seksual (Kartono, 1995).

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin

adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa

primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak

berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa

apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali & Asrori, 2006).

Menurut Rice (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa peralihan, ketika

individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki kematangan. Pada

masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri.

Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan

lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri

remaja yang membuat remaja relatif 10 11 lebih bergejolak dibandingkan dengan masa

perkembangan lainnya (storm and stress period). Masa remaja adalah masa transisi yang

ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia

10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan

sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke
masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum; 2009).

Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual

terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas bukanlah

suatu peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari suatu proses

yang terjadi berangsur-angsur (gradual) (Santrock, 2002).

Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari

mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Kata pubertas berasal dari kata latin yang

berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjukkan pada perubahan fisik daripada

perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan

mampu memperbaiki keturunan (Hurlock, 1980). Santrock (2002) menambahkan bahwa

kita dapat mengetahui kapan seorang anak muda mengawali masa pubertasnya, tetapi

menentukan secara tepat permulaan dan akhirnya adalah sulit. Kecuali untuk menarche,

yang terjadi agak terlambat pada masa pubertas, tidak ada tanda tunggal yang

menggemparkan pada masa pubertas.

Pada 1974, WHO (World Health Organization) memberikan definisi tentang remaja

yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu

biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut

berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa di mana:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual

sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-

kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman dalam Sarwono, 2010). Dalam

tahapan perkembangan remaja menempati posisi setelah masa anak dan


sebelum masa dewasa. Adanya perubahan besar dalam tahap perkembangan

remaja baik perubahan fisik maupun perubahan psikis (pada perempuan setelah

mengalami menarche dan pada laki-laki setelah mengalami mimpi basah)

menyebabkan masa remaja relatif bergejolak dibandingkan dengan masa

perkembangan lainnya. Hal ini menyebabkan masa remaja menjadi penting

untuk diperhatikan.

2.1.1 Batasan usia remaja

Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua akhir

menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa 13 remaja awal,

masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria usia masa remaja awal

pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun. Kriteria usia

masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada laki-laki yaitu 17-

19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21 tahun dan

pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010).

Menurut Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah masa transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada

usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan

tahun. Jahja (2012) menambahkan, karena laki-laki lebih lambat matang daripada anak

perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat,

meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan.

Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang untuk usianya dibandingkan dengan

perempuan. Namun adanya status yang lebih matang, sangat berbeda dengan perilaku

remaja yang lebih muda.

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI

adalah antara 10 samapi 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai
19 tahun (Widyastuti dkk., 2009). Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa usia

remaja pada perempuan relatif lebih muda dibandingkan dengan usia remaja pada laki-

laki. Hal ini menjadikan perempuan memiliki masa remaja yang lebih panjang

dibandingkan dengan laki-laki.

2.1.2 Tugas perkembangan remaja

Hurlock (1980) menjelaskan bahwa semua tugas perkembangan pada masa remaja

dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan

dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Tugas-tugas tersebut antara

lain:

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria

maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan karir ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku

mengembangkan ideologi.

(Ali & Asrori

,2006)

Menambahkan bahwa tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya

meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai

kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.

Sebagian besar orang-orang primitif selama berabad-abad mengenal masa puber


sebagai masa yang penting dalam rentang kehidupan setiap orang. Mereka sudah terbiasa

mengamati berbagai upacara sehubungan dengan kenyataan bahwa dengan terjadinya

perubahanperubahan tubuh, anak yang melangkah dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa. 17 Setelah berhasil melampaui ujian-ujian yang merupakan bagian penting dari

semua upacara pubertas, anak laki-laki dan anak perempuan memperoleh hak dan

keistimewaan sebagai orang dewasa dan diharap memikul tanggung jawab yang

mengiringi status orang dewasa. Dalam masa remaja, penampilan anak berubah, sebagai

hasil peristiwa pubertas yang hormonal, mereka mengambil bentuk tubuh orang dewasa.

Pikiran mereka juga berubah; mereka lebih dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis.

Perasaan mereka berubah terhadap hampir segala hal. Semua bidang cakupan

perkembangan sebagai seorang remaja menghadapi tugas utama mereka: membangun

identitas –termasuk identitas seksual- yang akan terus mereka bawa sampai masa

dewasa.

2.1.3 Perubahan fisik pada remaja

Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa

yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna

untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Pada masa remaja itu, terjadilah suatu

pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya

pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan

yang ditunjukkan 18 dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan

yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut:

1. Tanda-tanda seks primer

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat

kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11

atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram.
Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya

haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan

jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira

setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause.

Menopause bisa terjadi pada usia sekitar lima puluhan (Widyastuti dkk, 2009).

2. Tanda-tanda seks sekunder

a. Rambut

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-

laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara

mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah tampak setelah

haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang

warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan

agak keriting.

b. Pinggul

Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini

sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di

bawah kulit.

c. Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting

susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan

berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi

lebih besar dan lebih bulat.

d. Kulit

Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal,

pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada


wanita tetap lebih lembut. 5. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat.

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan

kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya

menusuk sebelum dan selama masa haid.

e. Otot

Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat.

Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.

f. Suara

Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita.

Empat pertumbuhan tubuh yang paling menonjol pada perempuan ialah

pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada,

dan pertumbuhan rambut kemaluan.

(Malina, 1991; Tanner, 1991; dalam Santrock, 2002).

2.1.4 Perkembangan Psikis Masa Remaja

perubahan kejiwaan pada masa remaja. Perubahan-perubahan yang

berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah:

1. Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi Sensitif atau peka misalnya

mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang

jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.

2. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang

mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari

perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

3. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi bersama

dengan temannya daripada tinggal di rumah.


4. Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini menyebabkan remaja

Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik,

Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin

mencoba-coba. Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut

berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya.

2.1.5 Perkembangan emosi pada remaja

Perkembangan Emosi Masa Remaja Karena berada pada masa peralihan antara masa

anak-anak dan masa dewasa, status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun

bagi lingkungannya (Ali & Asrori, 2006).

Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan

pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman,

tidak tenang, dan khawatir kesepian. Perkembangan emosi seseorang pada umumnya

tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya. Perkembangan emosi remaja juga

demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu

sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut. Dalam

kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif,

rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai

diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri. Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori

(2006) yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:

1. Perubahan jasmani

Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang sangat

cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya

terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh

menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai

akibat yang tak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap
remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika

perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan

penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan

perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di

dalam tubuh remaja dan seringkali menimbulkan masalah dalam

perkembangan emosinya.

2. Perubahan pola interaksi dengan orang tua.

Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada

yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri

saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh,

tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua

seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi

remaja. Cara memberikan hukuman misalnya, kalau dulu anak dipukul karena

nakal, pada masa remaja cara semacam itu justru dapat menimbulkan

ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan orang tuanya.

3. Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya

Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas

dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama dengan

membentuk semacam geng. Interksi antaranggota dalam suatu kelompok geng

biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat

tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk geng seperti ini sebaiknya

diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan

positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.

4. erubahan pandangan luar

Ada sejumlah pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik


emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:

1. Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadangkadang

mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan

penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali

mereka masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan

pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi

tingkah laku emosional.

2. Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda

untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja lakilaki memiliki

banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat populer dan

mendatangkan kebahagiaan. Sebaliknya, apabila remaja putri mempunyai

banyak teman laki-laki sering sianggap 25 tidak baik atau bahkan

mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang berbeda

semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara

bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.

3. Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak

bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut ke

dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai

moral.

4. Perubahan interaksi dengan sekolah. Pada masa anak-anak, sebelum

menginjak masa remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan yang

diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting

dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga

merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu,

tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut
kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru semacam ini

sangat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak

melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif

2.1.6 Perkembangan kongnitif pada remaja

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori,

menalar, berpikir, dan bahasa. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001; dalam Jahja,

2012), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara

biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif

mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam

skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide

yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga mengembangkan ide-ide ini.

Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja

mampu mengholah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka cakrawala kognitif dan

cakrawala sosial baru. Pemikiran mereka semakin abstrak (remaja berpikir lebih abstrak

daripada anak-anak), logis (remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun

rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji secara sistematis

pemecahan-pemecahan masalah), dan idealis (remaja sering berpikir tentang apa yang

mungkin. Mereka berpikir tentang ciriciri ideal diri mereka sendiri, orang lain, dan

dunia); lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang

orang lain pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung menginterpretasikan dan

memantau dunia sosial (Santrock, 2002). 22 Masa remaja awal (sekitar usia 11 atau 12

sampai 14 tahun), transisi keluar dari masa kanak-kanak,menawarkan peluang untuk

tumbuh – bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan

sosial (Papalia dkk, 2008).


2.2 Pengertian Disminorea

Nyeri menstruasi sering terjadi selama periode menstruasi, biasanya terjadi setelah

ovulasi sampai akhir menstruasi.Nyeri menstruasi kebanyakan terjadi di wilayah perut

bagian bawah baik secara terpusat atau pada samping dan dapat menyebar ke paha atau

punggung bagian bawah.Rasa sakit, cenderung mereda secara bertahap sampai masa

menstruasi berakhir.

Pada bagian awal dari siklus menstruasi tubuh wanita secara bertahap

mempersiapkan dinding rahim untuk kehamilan dengan 18 proses penebalan lapisan

dalam rahim. Setelah ovulasi jika pembuahan tidak terjadi, lapisan dalam tersebut akan

dikeluarkan dari tubuh melalui menstruasi. Selama proses ini jaringan akan mengalami

kerusakan dari memproduksi senyawa kimia prostaglandin, yang menyebabkan dinding

otot rahim berkontraksi ini membantu untuk membersihkan jaringan dari rahim melalui

vagina dalam bentuk aliran menstruasi. Namun kontraksi ini cenderung untuk membuat

pembuluh darah dari rahim menyempit, sehingga mengurangi pasokan oksigen kerahim,

dan ini mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa seperti kram saat menstruasi.Rasa nyeri

saat menstruasi cenderung berkurang dengan bertambahnya umur dan juga anak yang

dilahirkan.Namun, ketika rasa nyeri menstruasi terjadi secara berlebihan dan

menyakitkan atau mengganggu kegiatan sehari-sehari seorang wanita, maka terjadi tidak

normal dan secara medis disebut secara dismenorea.

Ada beberapa pendapat tentang pengertian Dismenorea, antara lain:

1. Dismenorea merupakan kekakuan atau kejang di bagian bawah perut dan terjadi

pada waktu menjelang atau selama menstruasi (Dianawati, 2003).

2. Dismenorea adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakan sebelum dan

selama menstruasi (Ramaiah, 2006).


3. Dismenorea atau nyeri menstruasi merupakan suatu rasa tidak enak di perut

bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual

(Prawirohardjo, 2007).

4. Dismenorea merupakan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu aktivitas

sehari-hari (Wijayanti, 2009).

5. Dismenorea adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau

berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari. Istilah

Dismenorea (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa “Greek” yaitu dys (gangguan

atau nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea yang artinya flow

(aliran). Jadi Dismenorea adalah gangguan aliran darah menstruasi atau nyeri

menstruasi (Misaroh, 2009).

Dismenorea menurut Manuaba (2008) adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi

sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Derajat rasa nyerinya

bervariasi, diantaranya :

1. Ringan : Berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivitas

sehari-hari.

2. Sedang : Sakit yang dirasakan memerlukan obat untuk menurunkan derajat

sakitnya, tetapi masih bisa dilakukan untuk meneruskan aktivitas sehari-hari.

3. Berat : Rasa nyeri yang dirasakan demikian berat, sehingga memerlukan

istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan rasa nyerinya. 2

2.2.1 Klarifikasi Disminorea

Berdasarkan jenis nyerinya, dismenorea terbagi menjadi :

1) Dismenorea spasmodic

Dismenorea spasmodik yaitu nyeri yang dirasakan dibagian bawah

perut dan berawal sebelum masa menstruasi atau segera setelah masa
menstruasi mulai.Beberapa wanita yang mengalami dismenorea spasmodik

merasa sangat mual, muntah bahkan pingsan. Kebanyakan yang menderita

dismenorea jenis ini adalah wanita muda, akan tetapi dijumpai pula kalangan

wanita berusia di atas 40 tahun yang mengalaminya.

2) Dismenorea kongestif

Dismenorea kongestif yaitu nyeri menstruasi yang dirasakan sejak

beberapa hari sebelum datangnya menstruasi.Gejala ini disertai sakit pada buah

dada, perut kembung, sakit kepala, sakit punggung, mudah tersinggung,

gangguan tidur dan muncul memar di paha dan lengan atas.Gejala tersebut

berlangsung antara dua atau tiga hari sampai kurang dari dua minggu sebelum

datangnya menstruasi.

Secara klinis dismenorea dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Dismenorea Primer

Dismenorea Primer Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang

terjadi tanpa kelainan anatomis alat kelamin.Terjadi pada usia remaja, dan

dalam 2-5 tahun setelah pertama kali menstruasi (menarche) nyeri sering

timbul segera setelah mulai menstruasi teratur. Nyeri sering terasa sebagai

kejang uterus, spastik, dan sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan, dan

nyeri kepala (Manuaba, 2009).

Nyeri menstruasi primer timbul sejak menstruasi pertama dan akan

pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon

tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan.Nyeri

menstruasi ini normal, namun dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor

psikis, dan fisik seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit
menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun.Gejala ini tidak

membahayakan kesehatan (Wijayanti, 2009).

2) Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder adalah nyeri menstruasi yang berhubungan

dengan kalainan anatomis ini kemungkinan adalah 22 menstruasi disertai

infeksi, endometriosis, kloaka uteri, polip endometrial, polip serviks,

pemakaian IUD atau AKDR.Nyeri menstruasi sekunder biasanya baru

muncul kemudian, jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti

infeksi rahim, kista/polip, tumor disekitar kandungan kelainan kedudukan

rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan disekitarnya (Wijayanti,

2009).

Dismenorea sekunder lebih sering ditemukan pada usia tua, dan setelah

2 tahun mengalami siklus menstruasiteratur. Nyeri dimulai saat menstruasi

dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah menstruasi.Sering

diketemukan kelainan ginekologik atau organik seperti endometriosis dan

adenomiosis, uterus miomatosus, penyakit radang panggul dan polip

endometrium. Dismenorea sekunder merupakan rasa nyeri yang terjadi saat

menstruasi berkaitan dengan kelainan anatomis uterus biasa terjadi pada

pemakai IUD/AKDR. Diantara sebab-sebab kelainan anatomis yang perlu

diketahui oleh bidan adalah kemungkinan endometriosis, kemungkinan

stenosis kanalis serviks uteri, kemungkinan retrofleksia uteri, kemugkinan

terdapat polip endometrium atau polip miomatik (Manuaba, 2009)

2.2.2 Manifestasi Klinik Disminorea

Manifestasi klinis dismenorea primer dan sekunder adalah:


1) Dismenorea Primer

a. Pada usia muda

b. Terjadi saat siklus ovulasi

c. Biasanya muncul dalam setahun setelah menarche (mentruasi pertama)

d. Nyeri dimulai bersamaan atau hanya sesaat sebelum menstruasi dan

bertahan ataumenetap selam 1-2 hari.

e. Nyeri menyebar kebagian belakang (punggung) atau anterior medial paha

f. Pemeriksaan pelvic normal

g. Sering disertai sakit kepala,mual,muntah dan diare

h. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spatik.

i. Cepat memberikan respon terhadap pengobatan medikamentos.

2) Dismenorea sekunder

a. Lebih sering ditemukan pada usia tua

b. Cenderung mulai setelah 2 tahun mengalami siklus menstruasi teratur

c. Nyeri dimulai saat menstruasi dan meningkat bersamaan dengan keluarnya

darah menstruasi.

d. Nyeri sering terasa terus – menerus

e. Sering ditemukan kelainan pelvic dan Pengobatanya sering kali

memerlukan tindakan operatif

2.2.3 Tanda –tanda Klinik Disminorea

1) Tanda –tanda klinik dismenorea primer:

Tanda-tanda dismenorea primer Permulaan awal sembilan puluh

persen mengalami gejala didalam 2 tahun menarche. Lama berlangsungnya

dan jenis nyeri dismenorea dimulai beberapa jam sebelumnya atau segera

setelah permulaan menstruasi dan biasanya berlangsung setelah 48-72 jam,


gejala yang menyertai yakni mual, muntah, rasa lelah, diare, nyeri pinggang

bawah ,nyeri kepala. Nyerinya seperti kejang dan biasanya paling kuat pada

perut bawah dan dapat menyebar ke punggung atau paha sebelah dalam.

2) Tanda-tanda dismenorea sekunder

Dismenorea sekunder tidak terbatas pada menstruasi, kurang

berhubungan dengan hari pertama menstruasi, terjadi pada wanita yang lebih

tua dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan,

perdarahan yang abnormal).

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Disminorea

Faktor-faktor ini termasuk usia yang lebih muda, massa tubuh rendah index

(BMI), merokok, menarche awal, lama atau menyimpang aliran menstruasi,

keluhan somatik perimenstrual, panggul infeksi, sterilisasi sebelumnya,

somatisasi, gangguan psikologis, pengaruh 25 genetik, dan sejarah kekerasan

seksual yang mempengaruhi prevalensi dan beratnya dismenorea. Masalah emosi

dan perilaku juga dapat memperburuk siklus menstruasi dan masalah

dismenorea.Misalnya, depresi atau gejala kecemasan dapat berdampak pada siklus

menstruasi,fungsi dan dismenorea (Alaettin, 2010).

Beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenorea antara

lain :

1. Faktor kejiwaan Faktor etiologi

Pada gadis-gadis yang secara emosionalnya tidak stabil, apalagi jika

mereka tidak mendapat penanganan baik tentang proses menstruasi

yangmudah menimbulkan dismenorea. Kecemasan juga dapat terjadi saat

menghadapi menstruasi sehingga mudah timbul dismenorea. Dismenorea

sebagai salah satu gangguan menstruasi sangat erat hubungannya dengan


proses psikologis yang terjadi dalam siklus menstruasi pada wanita, hal ini

dipengaruhi oleh bagaimana seseorang wanita menyikapi datangnya

menstruasi. Bagi remaja terutama yang baru mengalami menstruasi,

menganggap bahwa menstruasi merupakan suatu perubahan yang luar biasa

yang terjadi pada kehidupannya, sehingga menimbulkan kecemasan yang

luar biasa. 26 Dismenorea primer banyak dialami oleh remaja yang sedang

mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun

psikis.Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan

pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang

akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan menstruasi

seperti dismenorea. Pengalaman tidak menyenangkan pada seorang gadis

terhadap peristiwa menstruasinya menimbulkan beberapa tingkah laku

patologis. Pada umumnya mereka akan diliputi kecemasan sebagai bentuk

penolakan pada fungsi fisik dan psikisnya. Apabila keadaan ini terus

berlanjut, maka mengakibatkan gangguan menstruasi.Gangguan menstruasi

yang banyak dialami adalah kesakitan pada saat menstruasi yang bersifat

khas, yaitu nyeri menstruasi atau dismenorea (Kartono, 2006).

5. Faktor konstitusi

Faktor ini erat hubungannya dengan faktor diatas , dapat juga

menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia,

penyakit menurun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya

dismenorea.

6. Anemia

Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat

keduanya hingga menyebabkan kemampuan mengangkut oksigen


berkurang.Sebagian besar penyebab anemia adalah kekurangan zat besi yang

diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga disebut anemia

kekurangan zat besi.Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan

atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak dan dapat

menurunkan daya tahan tubuh seseorang, termasuk daya tahan tubuh

terhadap rasa nyeri.

7. Penyakit menahun

Penyakit menahun yang diderita seorang wanita akan menyebabkan

tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit

yang termasuk penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan

migraine.Faktor –faktor ini (anemia, penyakit menahun dan sebagainya)

dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea karena dapat menurunkan

ketahanan tubuh terhadap rasa nyeri.

5. Usia menarche

Menarche adalah menstruasi yang pertama kali datang. Gejala

pemasakan seksual pada wanita lebih nyata, yaitu datangnya menarche atau

menstruasi pertama, meskipun masih 28 sangat sedikit untuk mencapai

kemasakan yang sempurna (untuk mencapai pembuahan) memakan waktu

sekitar 1-1,5 tahun. Menstruasiakan dirasakan sebagai beban berat atau

dirasakan sebagai tugas yang tidak menyenangkan dan menimbulkan rasa

enggan dan dirasa sebagai aib bagi gadis tersebut sehingga mempengaruhi

kondisi kejiwaan dan akan mempengaruhi terjadinya dismenorea.

6. Faktor genetik

Hampir 30 % wanita yang mengalami dismenorea adalah anak gadis

yang ibunya dulu juga mengalami dismenorea sebanyak 7% wanita juga


mengeluhkan hal yang sama meskipun ibu wanita tersebut dulunya tidak

mengalami dismenorea.

7. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Terjadinya dismenorea primer adalah stenosis kanalis servikalis. Pada

wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis

kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai

penyebab dismenorea. Banyak wanita menderita dismenorea tanpa stenosis

kanalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi.Akan tetapi banyakterdapat

wanita juga dengan tanpa keluhan dismenorea, walaupun ada stenosis

servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau

hiperretrofleksi.Mioma submukosus bertangkai atau polip endometrium dapat

menyebabkan dismenorea karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam

usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut

8. Faktor endokrin

Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada

dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.Faktor

endokrin mempunyai hubungan dengan soal tanus dan kontraktilitas otot

usus.Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus

berkesimpulan bahwa hormon esterogen merangsang kontraktilitas uterus,

sedang progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi teori ini tidak

dapat menerangkan fakta mengapa timbul rasa nyeri pada perdarahan

disfungsional anovulator, yang biasanya dengan bersamaan dengan kadar

esterogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron.Jika jumlah

prostaglandin yang berlebihan dilepaskan kedalam peredaran darah, maka

selain dismenorea, dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, muntah,
flushing.

9. Faktor alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi faktor

dismenorea dengan urtikaria, migraine atau asma brokhiale.Smith menduga

bahwa sebab alergi adalah toksin menstruasi.Penyelidikan dalam tahun-tahun

terakhir menunjukan bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang

peranan penting 30 dalam etiologi dismenorea primer.Satu jenis dismenorea

yang jarang terdapat ialah yang pada waktu menstruasi tidak mengeluarkan

endometrium dalam fragmen-fragmen kecil, melainkan dalam

keseluruhannya.Pengeluaran tersebut disertai dengan rasa nyeri kejang yang

keras.Dismenorea demikian itu dinamakan dismenorea

membranasea.Keterangan yang lazim diberikan ialah bahwa korpus luteum

mengeluarkan progesteron yang berlebihan, yang menyebabkan endometrium

menjadi desidua yang tebal dan kompak desidua cast sehingga sukar

dihancurkan.

10. Faktor pengetahuan

Dalam beberapa penelitian juga disebutkan bahwa dismenorea yang

timbul pada remaja putri merupakan dampak dari kurang pengetahuannya

mereka tentang dismenorea.Terlebih jika mereka tidak mendapatkan

informasi tersebut sejak dini.Mereka yang memiliki informasi kurang

menganggap bahwa keadaan itu sebagai permasalahan yang dapat

menyulitkan mereka. Mereka tidak siap dalam menghadapi menstruasi dan

segala hal yang akan dialami oleh remaja putri. Akhirnya kecemasan melanda

mereka dan mengakibatkan penurunan terhadap ambang nyeri yang pada

akhirnya membuat nyeri menstruasi menjadi lebih berat.Penanganan yang


kurang tepat membuat remaja putri selalu mengalaminya setiap siklus

menstruasinya (Kartono, 2006).

11. Status gizi dan Olah raga

Status gizi merupakan bagian penting dari kesehatan seseorang.Gizi

kurang selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh juga

akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini berdampak pada

gangguanmenstruasi termasuk dismenorea,tetapi akan membaik bila asupan

nutrisinya baik, semakin tinggi status gizi maka semakin rendah keluhan

dismenore. Tindakan terbaik untuk mengatasi nyeri mesntruasi adalah

menjaga pola hidup sehat dengan asupan vitamin dan gizi seimbang, istirahat

yang cukup, olahraga secara teratur serta menjaga kondisi psikologis tetap

baik. Untuk meningkatkan asupan vitamin dan gizi misalnya, dapat dilakukan

dengan mengkonsumsi vitamin atau suplemenRasa sakit yang dirasakan

masing-masing orang tentu berbeda, hal ini salah satunya adalah dipengaruhi

oleh faktor yang mempengaruhi nyeri i.Faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi nyeri antara lain :

12. Usia

13. Jenis kelamin

14. Budaya

15. Pengetahuan tentang nyeri dan penyebabnya

16. Makna nyeri

17. Perhatian klien

18. Tingkat kecemasan

19. Tingkat stress

20. Tingkat energy


21. Pengalaman sebelumnya

22. Dukungan keluarga dan sosial.

2.2.5 Pencegahan Disminorea

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan nyeri

menstruasi, salah satu caranya dengan memperhatikan pola dan siklus

menstruasinya kemudian melakukan antisipasi agar tidak mengalami nyeri

menstruasi. Berikut ini adalah langkah-langkah pencegahannya:

1) Hindari stress, tidak terlalu banyak fikiran terutama fikiran negative yang

menimbulkan kecemasan.

2) Memiliki pola makan yang teratur.

3) Istirahat yang cukup.

4) Usahakan tidak menkonsumsi obat-obatan anti nyeri, jika semua cara

pencegahan tidak mengatasi menstruasi nyeri lebih baik segera kunjungi

dokter untuk mengetahui penyebab nyeri berkepanjangan. Bisa saja ada

kelainan rahim atau penyakit lainnya.

5) Hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi karena akan memicu

bertambahnya kadar estrogen.

6) Gunakan heating pad (bantal pemanas), kompres punggung bawah serta

minum-minuman yang hangat.

2.2.6 Penanganan Disminorea

Penatalaksanaan dismenorea menurut prawirohardjo (2005) :

1) Konseling holistik

Holistik adalah pelayanan yang diberikan kepada sesama atau manusia

secara utuh baik secara fisik, mental, sosial, spiritual mendapat perhatian
seimbang. Pelayanan holistik merupakan pelayanan yang mencerminkan

komitmen terhadap pelayanan kepada seluruh manusia yaitu secara

jasmani, sosial ekonomi, sosial hubungan, mental dan spiritual Perlu

dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang

tidak berbahaya untuk kesehatan, hendaknya diadakan penjelasan dan

diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan

penderita. Nasehat-nasehat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup,

dan olah raga mungkin berguna.Kemudian diperlukan psikoterapi.

2) Pemberian obat analgesic

Pada saat ini banyak beredar obat-obatan analgesic yang dapat

diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan

istirahat di tempat tidur dan kompres hangat pada perut bawah untuk

mengurangi rasa nyeri. Obat analgetik yang sering diberikan adalah

preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein.

3) Pola hidup sehat

Penerapan pola hidup sehat dapat membantu dalam upaya menangani

gangguan menstruasi, khususnya dismenorea.Yang termasuk dalam pola

hidup sehat adalah olah raga cukup dan teratur, mempertahankan diit

seimbang seperti peningkatan pemenuhan sumber nutrisi yang beragam.

4) Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah penekanan ovulasi. Tindakan ini

bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan

benar-benar dismenorea primer, atau untuk memungkinkan penderita

melaksanakan pekerjaan penting pada waktu menstruasi tanpa gangguan,

tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi
kontrasepsi.

5) Terapi obat steroid

Terapi dengan obat steroid antiprostaglandin memegang peranan

makin penting terhadap dismenorea primer.Termasuk disini endometasin,

ibuproven dan naproksen kurang lebih 70% penderita 39 dapat

disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.

6) Dilatasi kanalis servikalis

Dilatasi kanalis servikalismemudahkan pengeluaran darah menstruasi

dan prostaglandin didalamnya. Neurektomi prasakral (pemotongan urat

saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan

neurektomi ovarial (pemotongan saraf sensorik yang ada di ligamentum

infumdibulum) merupakan tindakan terakhir apabila usaha-usaha lain

gagal. Selain itu menurut Taruna (2003).

1.3. Pengkajian Data Asuhan Pranikah

No.Register : Untuk mengetahui No.urut,status pasien dan memudahkan pencarian

kartu saat kunjungan ulang.

Pengkajian :Untuk mengetahui siapa yang melakukan pengkajian, kapan

waktunya, dilakukan dimana dan mulai masuk kesarana kesehatan.

1.3.1. Pengkajian Data

1. Biodata

Nama klien :

untuk mengetahui identitas dan digunakan sebagai sapaan untuk komunitas.

Umur klien :
untuk mengetahui resiko kehamilan, bila usia klien kurang dari 20 tahun atau

lebih dari 35 tahun.

Agama :

untuk mengetahui kepercayaan pasien terhadap agama yang dianutnya dan

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah asuhan yang diberikan.

Alamat :

untuk mengetahui tempat tinggal pasien, menilai lingkungannya

Suku atau bangsa :

untuk mengetahui asal suku daerah klien mengetahui adat budayanya,

memudahkan dalam berkomunitas dengan berbahasa daerah dalam proses

konseling.

Pendidikan :

untuk mengetahui tingkat-tingakat pengetahuan klien sebagai dasar dalam

memberikan konseling.

Pekerjaan :

untuk mengetahui aktifitas klien ditempat kerja berkaitan dengan kemungkinan

pengaruh terhadap pranikah

Penghasilan :

untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan social ekonomi keluarganya.

1.3.2. Data Subyektif

1. Keluhan utama

Untuk mengetahui tujuan konseling klien saat pertama kali pengkajian.

2. Riwayat kesehatan yang lalu

Untuk mengetahui apakah klien pernah menderita penyakit akutatau penyakit

kronis, penyakit keturunan dan cancer.


3. Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui apakah klien saat ini menderita penyakit akut atau penyakit

kronis, penyakit keturunan dan cancer.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Untuk mengetahui apakah saudara pihak keluarga klien ada yang pernah atau

sedang menderita penyakit akut, kronis maupun keturunan dan cancer.

5. Riwayat kebidanan

Untuk mengetahui siklus haid teratur atau tidak, banyaknya darah yang keluar,

lamanya haid, disertai nyeri atau tidak, keputihan berbau, gatal atau tidak,

lamanya, haid terakhir kapan, untuk mengetahui fungsi alat reproduksi.

6. Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan klien, menikah berapa kali, lamanya

menikah, usia pertama kali menikah, termasuk resiko tinggi atau tidak, pada

wanita yang paling ideal menikah pertama kali usia kurang 20 tahun dan hamil

antara 20 -35 tahun.

7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui apakah ibu baru merencanakan kehamilan atau

kliensebelumnya pernah hamil atau bersalin dan apakah ada resiko atau

penyakit dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Bila ada dapat

diantisipasi dengan segera oleh petugas kesehatan, sehingga komplikasi tidak

terjadi.

8. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah klienbelum pernah atau pernah menggunakan

kontrasepsi jenis apa, lama pemakaian kontrasepsi, keluhan selama pemakaian

serta untuk mengetahui kontraindikasi terhadap metode kontrasepsi tertentu.

9. Pola kebiasaan sehari hari

Untuk mengetahui kegiatan keseharian klien yang mempengaruhi kesehatan

psikis dan kesehatan reproduksi ibu dan suami.

10. Data psikososial

Untuk mengetahui keadaan jiwa klien yang mempengaruhi terhadap proses

konseling pranikah.

11. Data social budaya

Untuk mengetahui hubungan klien, keluarga ataupun dengan orang lain, untuk

mengetahui budaya yang dianut oleh klien, adakah kemungkinan budaya yang

dianut berpengaruh buruk terhadap klien.

12. Data spiritual

Untuk mengetahui kepercayaan ibu terhadap agama yang dianut dan mengenai

hal-hal berkaitan dengan masalah asuhan yang diberikan.

1.3.3. Data obyektif

1. Pemeriksaan umum : untuk mengetahui keadaan umum klien, secara

keseluruhan.

1) Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran klien, composmentis,

somnolen, spoor, koma.

2) Suhu : untuk mengetahui temperature suhu .

3) Nadi : untuk mengetahui frekuensi detak jantung.

4) Pernafasan : untuk mengetahui frekuensi pernafasan per menit, iramanya,

regular atau tidak.


5) TB : untuk mengetahui ukuran tinggi badan apakah termasuk hamil resiko

tinggi atau tidak, untuk CPD yaitu tinggi badan kurang dari 140 cm.

Lila : untuk mengetahui status gizi ibu apakah klien kekurangan

nutrisi atau tidak.

2. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi : pemeriksaaan pandang dimulai dari pasien datang dari ujung

kepala sampai ujung kaki.

Kepala : untuk mengetahui bentuk kepala

Wajah : untuk mengetahui ekspresi wajah klien, anemia atau tidak

odema atau tidak ,bagaimana tingkat kelembaban kulit dari wajah.

Mata : untuk mengetahui apakah konjungtiva klien pucat atau tidak

(menandai ada anemia atau tidak), sclera putih atau kuning (menandakan

ikterus)

Mulut : untuk mengetahui tingkat kelembaban sehubungan dengan

tingkat dehidrasi, adanya stomatitis.

Leher : untuk mengetahui adanya hiperpigmentasi berkaitan dengan

peningkatan kadar estrogen dan progesteron pembesaran vena jugularis

Mamae : untuk mengetahui adanya hiperpigmentasi kerena pengaruh

hormon melosin, adakah kelainan pada putting susu dan kebersihan daerah

sekitar mamae untuk menentukan rencana asuhan selanjutnya.

Perut : melihat adanya garis garis di perut (strie), bekas jahitan luka

operasai, panjangnya serta lokasinya.

Ekstremitas : untuk mengetahui kwalitas pergerakan spontan atas atau

tangan dan bawah ( kaki ), varises dan odema.

Integument : untuk mengetahui derajat dehidrasi, cicatrik, luka, ruam, dll.


2) Palpasi

Wajah : untuk mengetahui adakah odema dengan melihat derajat

kedalaman (putting) saat ditelan

Leher : untuk mengetahui adakah kelainan berupa pembengkakan

atau massa.

Mamae : untuk mengetahui adakah benjolan abnormal dan pengeluaran

secret.

Perut : untuk mengetahui adakah kelainan organ heper, lien, ginjal,

berupa pembengkakan atau massa.

3) Auskultasi

Perut : untuk mengetahui irama denyut jantung janin,pergerakan janin aktif

atau tidak.

4) Perkusi : untuk mengetahui refleks patella positif atau negative.

3. Pemeriksaan penunjang

Untuk membentu menegagkan diagosa dilakukan periksaan darah dan urine

meliputi: Darah lengkap, urin analisa, golongan darah, srening untuk rubella,

sifilis, hepatitis B, hormon imunodeficiency, GO, klamidia, dan diabetes dan

sitologiservik dan pengukuran kadar hormon tyroid.

1.3.4. Penatalaksaan

1. Lakukan pendekatan terapeutik terhadap klien dengan ramah dan sopan

R/ Terjalin hubungan saling percayaan antara klien dan petugas kesehatan serta

klien lebih kooperatif dalam penggalian data

2. Menganjurkan mengurangi makanan tinggi kadar garam,

kafein,coklat,oenyedap rasa,pengawet dan tinggi lemak.


R/ Dengan menganjurkan mengurangi makanan tersebut fungsi tubuh dapat

berfungsi dengan baik sehingga keluhan yang terjadi saat dan sebelum

menstruasi bisa dikurangi

3. Memberikan terapi kepada klien seperti penambah darah,asam folat dan B1

R/ Dengan memberikan penambh darah kadar Hb dalam tubuh bsa normal

sehingga pasokan nutrisi ke jaringan terutama uterus dapat berlangsung dengan

baik saat menstruasi

4. Memberikan obat anti nyeri

R/ Untuk mengurangi rasa nyeri saat menstruasi

5. Anjurkan untuk banyak konsumsi air putih dan buah-buahan

R/ Minum air putih dan buah yang tinggi vitamin dapat mengurangi stress fisik

6. Menganjurkan untuk mengopres perut yang terasa nyeri dengan air hangat

R/ Kompres hangat dapat mengurangi rasa nyeri

7. Bantu pemecahan masalah jika terdapat kelainan dalam pemeriksaan

R/ petugas kesehatan mampu membantu memberikan solusi jika di temukan

kelainan atau masalah

1.3.5. EVALUASI

Berhubungan dengan kriteria yang diharapkan.


BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Data

Tanggal Pengkajian : 05 Maret 2022

Jam Pengkajian : 09.00 WIB

Tempat Pengkajian : PMB Sandora, STr.Keb

Nama : Nn.”R”

Umur : 16 Tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SMA sederajat

Pekerjaan : Siswa

Penghasilan : -

Status Perkawinan : Belum menikah

Kawin Ke :-
Alamat :Dusun Lesaa 1 Kelurahan pongio kecamata wangi-wangi

wakatobi

Data Subyektif

1. Keluhan Utama

Pasien mengatakan mengalami nyeri perut seperti kram sampai tembus pinggang

2. Riwayat Kesehatan sekarang

Pasien mengatakan mengalami menstruasi hari ke 1

3. Riwayat penyakit yang pernah diderita / operasi

Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti penyakit

kuning /hepatitis, TBC atau penyakit menular seksual , juga mengatakan tidak punya

penyakit menurun seperti tekanan darah tinggi/ hipertensi, kencing manis/ diabetes

mellitus, kanker dan tidak ada keturunan gangguan jiwa, penyakit menahun seperti

penyakit jantung.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti

penyakit kuning/ hepatitis, TBC. Penyakit menurun seperti tekanan darah tinggi/

hipertensi, kencing manis/ diabetes mellitus atau menderita gangguan jiwa atau

epilepsi. Penyakit menahun seperti penyakit jantung atau kanker. Dalam lingkungan

keluarga juga tidak ada terdeteksi virus HIV atau AIDS

5. Riwayat haid/ menstruasi

Menarche : 12 tahun

Siklus : 28 hari

Lama : 5 – 7 hari

Banyak : 3x/hari ganti pembalut


Warna : merah segar pada hari pertama s/d hari ke 3-4 warna kecoklatan pada

hari 4-7 .

Teratur / tidak : Teratur

Bau : Normal

Konsistensi : Normal

Keluhan : Tidak ada keluhan selama haid

Disminorhoe : Tidak ada

Fluor albus : Tidak ada

6. Status perkawinan : belum menikah

7. Pola Sehari-hari (Nutrisi, Istirahat/tidur, eliminasi, pola hidup):

Aktifitas Pola Kebiasaan


Pekerjaan Klien seorang siswa di sebuah instansi
sekolah swasta
Pagi : berangkat jam 7 pagi s/d jam
2siang
Dalam satu minggu libur 1 hari
Pola aktivitas Klien mengatakan jika hari efektif
sekolah, sepulang sekolah di rumah
istirahat dan berkumpul dengan keluarga.
Kebiasaan merokok Tidak pernah merokok
Kebiasaan menggunakan Klien tidak ada ketergantungan minum
obat- obatan di luar resep obat yang di beli tanpa resep dokter dan
dokter atau jamu tidak pernah minum jamu
Pernah mengkonsumsi Tidak pernah
obat terlarang / narkoba
dan alkohol
Kebiasaan olah raga Klien mengatakan jika 1 kali seminggu
mengikuti kelas olahraga di sekolah
Pola nitrisi Kien mengatakan makan sehari 3 kali
dengan status gizi yang cukup
Pola istirahat Klien mengatakan pola tidur sehari ±7-8
jam
Pola rekreasi Klien mengatakan jika libur sekolah
biasany berlibur bersama keluarga atau
temannya atau kadang hanya bersantai
dirumah

Data Objektif

8. Pemeriksaan Fisik

BB : 40 kg

Tinggi Badan : 150 cm,

IMT : 23

Tanda-tanda vital : TD : 100/60 mmHg

Nadi: 80x/menit

RR : 24 x/menit

Suhu: 36,2ºC

Mata : Konjungtiva: Merah Muda

Sklera : Putih

Wajah : Tidak ada oedema

Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : Inspeksi: Tidak ada benjolan abnormal

Palpasi : Terasa nyeri saat dipalpasi

Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan tidak pucat

Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan, kuku jari kaki tidak pucat, refleks patella

+/+

Genitalia Luar : Tidak dilakukan pemeriksaan

Genitalia Dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan


9. Data Penunjang/Diagnostik (Hasil Lab, Ro,USG)

Tidak dilakukan

3.2 Assesment

Asuhan kebidanan remaja pada Nn.”R” umur 17 tahun dengan Disminorea primer

3.3 Penatalaksanaan

1. Memakai alat pelindung diri sesuai dengan protocol kesehtan yg dianjurkan

pemerintah (memakai masker,cuci tanga dan jaga jarak)

R/ klien memakai masker, cuci tangan dan jaga jarak

2. Melakukan pendekatan dengan klien dengan cara salam sapa dan senyum pada

klien.

R/ Agar terjalin hubungan baik antara klien dan bidan, sehingga kooperatif dalam

setiap tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan.

3. Melakukan pemeriksaan BB,TB, IMT , TTV

R/ Untuk mengetahui kondisi kesehatan klien saat ini.

4. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaaan.

R/klien mengetahui hasil pemeriksaan.

5. Memberitahu konseling dan edukasi tentang keputihan yg di alami klien

R/ klien memahami konseling dan edukasi yg diberikan

6. Memberitahu klien mengenai personal hygine yang baik.

R/Klien mengerti cara menjaga personal hygiene yang baik

7. Memberitahu klien agar tidak menggunakan celana jeans dan celana dalam yang

ketat agar daerah kewanitaan baik dan tidak lembab.

R/Klien mengerti dan mau melakukannya

8. Memberitahu klien kunjungan ulang pemeriksaan jika keadaan ini berlangsng lama

R/ klien mau melakukan kunjungan ulang


9. Melakukan pendokumentasian pada kartu identitas klien.

R/Telah dilakukan

BAB IV

PEMBAHASAN

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan merupakan

suatu disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas. Menurut Green & Keruter (2000),

pendidikan kesehatan merupakan proses yang menghubungkan informasi kesehatan dengan

praktek kesehatan. Asuhan kebidanan mencakup segala aspek masyarakat mulai dari bayi,

balita ,remaja dan kesehatan reproduksi, ibu hamil, melahirkan, nifas dan lansia. Untuk

kesehatan reproduksi remaja sering terjadi masalah seperti keputihan, disminorea, kecemasan

berlebih atau bahkan persepsi yang salah.Dismenorea merupakan kekakuan atau kejang di

bagian bawah perut dan terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi. Kasus

kesehatan reproduksi remaja yang dialami oleh Nn.”R” 16 tahun dengan Disminorea primer

adalah kasus yg wajar dan kebanyakan dialami oleh remaja lainya, olehkarena itu

memberikan konseling dan edukasi terkait masalah yg di alami oleh klien adalah hal yang

sangat penting agar tidak terjadi kecemasan berkebihan dan persepsi yg keliru yang tentunya
harus dikonsultasikan dan ditangani oleh petugas kesehatan yang kompeten.

Personal Hygiene merupakan salah satu yang menjadi prioritas utama bagi remaja

yang sedang dalam masa pubertas. Memberikan tata cara yg benar dan pola menjaga

kebersihan organ kewanitaan dan pola hidup yang baik dan benar misalnya tidak sering

memakai celana jeans dan celana dalam yang ketat karena berakibat daerah kewanitaan

lembab dan memicu timbulnya bakteri.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa

kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar

dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama

fungsi seksual dan masalah kesehatan reproduksi.

Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual

terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas bukanlah

suatu peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari suatu proses

yang terjadi berangsur-angsur .

Nyeri menstruasi timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih sendiri dengan

berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi

rahim setelah menikah dan melahirkan.Nyeri menstruasi ini normal, namun dapat
berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis, dan fisik seperti stres, shock, penyempitan

pembuluh darah, penyakit menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang

menurun.Gejala ini tidak membahayakan kesehatan

Konseling edukasi dan penanganan yang benar dan baik sangat dibutuhkan dalam

fase ini supaya tidak tercipta presepsi yg buruk dan kecemasan berlebihan dan tentunya

dengan dampingan orang tua agat tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

5.2 Saran

Tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan serta konseling upaya kesehatan

bagi remaja agar lebih mengerti kesehatan, dan bila ada masalah kesehatan bisa dapat

teratasi dengan baik dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan

Reproduksi

Lawrence M.Brammer. The Helping Relationship Process and Skill.Prentice Hall

International Editions.

Natawidjaja, Rochman. 1987. Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan Kelompok

I. Penerbit : CV. Dipenogoro. Bandung

Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan,

Yogyakarta: Fitramaya.

Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individual Konseling dan Praktek. Bandung:

Alfabeta. CV

Wingkel. Hastutu, sri, 2012. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan.

Jakarta: Media Abadi


Lampiran : Format SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Identitas kegiatan

1. Tema /JuduL penyuluhan : Cara menangani nyeri perut saat haid (Disminorea) dengan

tepat dan aman

2. Sasaran Kegiatan : Remaja putri

3. Tempat kegiatan : PMB Sandora, STr.Keb

4. Hari/tanggal/jam : saabtu /06 Maret 2022/09.00wib

B. Proses Kegiatan

1. Tujuan penyuluhan

a. Memberikan informasi dan edukasi yang benar tentang disminorea

b. Merubah pola pikir remaja tentang pola pikir yang salah tentang disminorea

2. Pokok-pokok materi

a. apa itu Disminorea


b. factor yang mempengaruhi

c. penanganan disminorea yang tepat

3. Metode Penyuluhan

a. Metode seminar

b. Metode Tanya jawab

4. Media penyuluhan

a. Leafleat

5. Tahap kegiatan

Tahapan Estimasi waktu


No

1 Pembukaan : 15menit
Salam sapa dan memperkenalkan diri

2 Inti : 30 menit
menyampaikan materi edukasi
a. Definisi disminorea
b. Factor yang mempengaruhi
c. Penanganan disminorea yang tepat

3 Penutup : 15 menit
a. Tanya jawab seputar materi terkait
b. Menutup acara
c. salam

6. Evaluasi :

1. semua pesrta hadir di acara penyuluhan

2. Semua peserta memahami dan mengerti materi yang disampaikan oleh

tenakes

3. semua peserta bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh tenakes

7. Sumber Pustaka :
Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan,

Yogyakarta: Fitramaya.

Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individual Konseling dan Praktek. Bandung:

Alfabeta. CV

Wingkel. Hastutu, sri, 2012. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan.

Jakarta: Media Abadi

Anda mungkin juga menyukai