Laporan Kelompok 1 Sekayu Rvs
Laporan Kelompok 1 Sekayu Rvs
Laporan Kelompok 1 Sekayu Rvs
Disusun Oleh:
Kelompok I - II
Nama Kelompok
1. Annisa 6. Amaliah Dwi Putri
2. Diah Ayu Lestari 7. Cindy Melinda Putri
3. Martin Anisa Silviana 8. Rita Rukmawati
4. Ulin Nuha 9. Mala Rispa
5. Vina Kartika Mahira 10. Okta Mayang Sari
Laporan Komprehensif
“Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Pada Ny. A
Dengan Abortus Inkomplit Di Ruang Kamar Bersalin
RSUD Sekayu Tahun 2022”
Mengetahui,
Kasubbag Kepegawaian dan Diklat
RSUD Sekayu
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kasus terkait
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Abortus Inkomplit Penulisan
Laporan Komprehensif ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas praktik
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Program Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang. Laporan ini terwujud atas
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak dr. Makson Parulian Purba, MARS selaku Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Sekayu
2. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur
Poltekkes Kemenkes Palembang
3. Ibu Nesi Novita, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palembang
4. Ibu Elita Vasra, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang dan Pembimbing Institusi
5. Ibu R.A RitaAnggraini, SST Selaku Kasubag Kepegawaian & Diklat
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
6. Ibu R. A. Nurhidayah Oktaria,Am.Keb, SKM dan Syifa Nur Tsofyani P,
S.Tr.Keb
7. selaku Pembimbing Lahan
8. Ibu Murdiningsih SST, S.Pd, M.Kes selaku Pembimbing Institusi
9. Seluruh Staff dan Karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
10. Seluruh dosen di jurusan kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang
Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan. Untuk kesempurnaan
penulisan ini, baik dalam penyajian maupun tata bahasa yang dipergunakan, maka
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan berguna untuk
perbaikan di masa yang akan datang dan semoga makalah ini berguna bagi semua
pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup..........................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu............................................4
2.2 Perkembangan RSUD Sekayu...................................................................5
2.3 Struktur Dan Susunan Organisasi Rumah Sakit......................................18
BAB III KAJIAN KASUS DAN TEORI............................................................24
3.1 Kajian Masalah Kasus.............................................................................24
3.2 Kajian Teori.............................................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................44
4.1 Pengkajian Data Subjektif........................................................................44
4.2 Pengkajian Data Objektif........................................................................46
4.3 Analisis....................................................................................................47
4.4 Penatalaksanaan.......................................................................................48
4.5 Pembahasan.............................................................................................50
BAB V PENUTUP................................................................................................53
5.1 Kesimpulan..............................................................................................53
5.2 Saran........................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................56
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Pengembangan ilmu ke dalam praktik yang bisa meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara langsung, sehingga
2
menambah wawasan dalam menerapkan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal dengan abortus inkomplit.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Mahasiswa
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan asuhan
terkait asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dengan abortus
inkomplit.
b) Bagi RSUD Sekayu
Memberikan Informasi atau referensi untuk RSUD sekayu mengenai
penanganan kegawatdaruratan maternal dengan abortus inkomplit.
c) Bagi Ibu
Menambah pengetahuan dan gambaran terkait asuhan asuhan
kebidanan kegawatdaruratan dengan abortus inkomplit.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
kelas Type C dengan Surat Keputusan Bupati MUBA
Nomor:058/SK/IV/2000, dengan 60 TT, 4 dokter spesialis (Anak,
Kebidanan dan Kandungan, Penyakit Dalam dan Bedah).
5
sesuai ketentuan undang-undang rsnomor 44 tahun 2009, pasal 40 yang
menerangkan bahwa “Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah
Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun
sekali”.
Pada Tahun 2017, ada perubahan kepemimpinan Direktur RSUD
Sekayu yaitu Bapak dr. Makson Parulian Purba MARS . Dibawah
kepemimpinan dr. Makson Parulian Purba MARS, RSUD Sekayu
melakukan Kegiatan survei ulang akreditasi oleh tim KARS Pusat untuk
mendapatkan tingkat paripurna yang dilaksanakan 12 Mei 2017. Hasil
survei ulang akreditasi tersebut telah keluar dan RSUD Sekayu
mendapatkan Tingkat Paripurna (bintang lima) dikeluarkan pada 26 Mei
2017 berlaku hingga 10 Oktober 2019
4. Menjadi RS Kelas B
Peningkatan kelas Rumah Sakit menjadi tipe B dengan layanan
unggulan Pelayanan critical care and trauma respon centre. Pelayanan ini
6
didukung dengan pengembangan ruangan IGD, ruang intensif, Kamar
Bedah, pusat sterilisasi.
9
2018 2019 2020 2021
11
dilengkapi fasilitas medis yang modern. Hal ini akan bersinergis
dengan pelayanan diagnosis dan terapis di RSUD Sekayu.
Untuk memenuhi harapan tersebut RSUD Sekayu merancang
perencanaan penambahan alat-alat kesehatan dan pengembangan
pelayanan minimal infasif surgery hingga tahun 2020. Berikut grafik
rencana pengembangan pelayanan bedah minimal invasif:
13
kemoterapi semakin meningkat dan dalam upaya memenuhi kebutuhan
akan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, makaRSUD
Sekayuakanmengembangkan pelayanan kemoterapi dengan konsep
sebagai berikut:
- Penyelenggaraan Peyelenggaraan Pelayanan Kanker sesuai dengan
panduan yang bertujuan menjamin hak pelayanan kanker bagi
seluruh masyarakat Indonesia dan mencakup kegiatan promotif,
reventif, kuratif, dan rehabilitatif.
- Pusat pelayanan kemoterapi yang terstandar, modern, dan aman bagi
pasien serta tenaga kesehatan terkait.
Dengan berpegangan pada hal tersebut diatas, maka diharapkan
dapat memudahkan dalampemasarannya. Untuk memenuhi harapan
tersebut RSUD Sekayu merancang perencanaan penambahan alat-alat
kesehatan dan pengembangan pelayanan kemoterapi hingga tahun 2020.
Berikut grafik rencana pengembangan pelayanan kemoterapi:
14
2.2.3 Pengembangan Bangunan RS
1. Bangunan Fisik
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu adalah Rumah Sakit
Pemerintahan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Kelas C dari tahun
2000 hingga 2017. Pada akhir tahun 2017 RSUD Sekayu berhasil
melakukan peningkatan kelas menjadi Kelas B dengan tingkat hunian
(BOR) sebesar 86,4% pada tahun 2018 dengan kapasitas tempat tidur
239 Tempat tidur. berdasarkan kajian yang mendalam kebutuhan tempat
tidur.
a. Gedung A
Poliklinik Rwat Jalan Rekam Medik
Bank Sumsel
Farmasi Rawat Jalan
Tempat Pendaftaran/ Loket
IGD
Triase Pendaftaran
OK IGD
ICU/ NICU
Ponek
Perinatologi (NICU+
Radiologi Neonatus
Rehabilitasi Medik Kebidanan (VK dan
Laboratorium PK & UTD Neonatus)
Ruang Humas Bedah Sentral
Tempat Fotocopy Aula
Poli Tumbuh Kembang Anak CSSD
b. Gedung B
Ruang Perawatan Rawat Inap
o Kelas III diberi nama Ruang Medang
o Kelas II diberi nama Ruang Meranti
15
o Kelas I diberi nama Ruang Tembesu
o Kelas VIP diberi nama Ruang Petanang
o Rungai Sungkai Kebidanan (II dan III) dan Ruang
Rawat Gabung Bayi
Ruang Komite PPI RSUD Sekayu
Ruang SPI
c. Gedung C
Labor Patologi Anatomi
Ruang IT / Ruang Tim Pengendali Asuransi dan Klaim (TPA)
Haemodialisa
Kantin
Farmasi Rawat Inap
Gudang Farmasi 1
Ruang Gizi
Sanitasi/ Laundry
d. Gedung D
IPSRS
Maintenance
Ruang Genset
Kamar Jenazah
Instalasi Gas Medis
e. Gedung Baru
Ruang Infeksi Airborne Disease ( Kulim)
Ruang Infeksi Non Airborne Disease ( Manggaris)
f. Gedung Eks Akper
Kantor Administrasi
Gudang Farmasi 2
Ruang Perawatan Leban
Ruang IGD Covid
Ruang Kemoterapi
Gudang Sarana
16
Tabel: 1.1 Kapasitas Tempat Tidur RSUD Sekayu Tahun 2021
17
VISI sesuai SK Direktur RSUD Sekayu Nomor 800/171/RS/2018:
18
struktural. Adapun susunan organisasi RSUD Sekayu pada tahun 2020 (26
November 2020) sebagai berikut :
Kepala Seksi Rekam Medik dan SIRS :Iin Darliah, Amd.PK, SKM
19
Kepala Seksi Etika dan Pengembangan rma Subriani, S.Psi
Mutu Keperawatan
20
22
Ketua Komite
21
2. Kepala Ruang NICU : Ns. Tuty Arly, S.Kep
3. Kepala Ruang OK : Ns Andi Perdana P, S.Kep
4. Kepala Ruang Farmasi Rajal : Ahmad Thantowi, S.Farm. Apt
5. Kepala Ruang Farmasi Ranap : Devi Novitasari,S.Farm.Apt
6. Kepala Ruang Gudang Farmasi : Agung Hidayatullah S S.Farm,Apt
7. Kepala Ruang Fisioterapi : Sri Suryani, S.Ft
8. Kepala Ruang IGD : Ardiansyah,Am.Kep
9. Kepala Ruang Laboratorium : Edi Sumantri, AMAK
10. Kepala Ruang Radiologi : Nurhidayat Arifianto, SKM
11. Kepala Ruang Sungkai : Riri Novaria, S.Tr.Keb
12. Kepala Ruang Medang : Ns. Aryadi ,S.Kep
13. Kepala Ruang Meranti : Ns. Murdiansyah, S.Kep
14. Kepala Ruang Manggaris : Ns. Ema Jaya ,S.Kep
15. Kepala Ruang Leban : Ns. Romi Apriansyah,S.Kep
16. Kepala Ruang Kulim : Haza Septrarina, S.Kep
17. Kepala Ruang Petanang/Tembesu : Hernita,Am.Kep
18. Kepala Ruang Rawat Jalan : Nirwana,Am.Keb
19. Kepala Ruang VK Kebidanan : R.A.Nurhidayah O, Am.Keb,SKM
20. Kepala Ruang Neonatus : Siti Fenta Juliantika, Am.Keb
21. Kepala Ruang PA : Vera Wati, AMAK
22. Kepala Ruang Gizi : Egi Puspita, Amg
23. Kepala Ruang IPSRS : Obby Saputra, ST
24. Kepala Ruang Humas : Atika Handayani,Amd.KL
25. Kepala Ruang Sanitasi : Nyayu Rohima,SKM
Kepala Unit (SK Direktur Nomor: 800/344/RS/2019):
22
8. Kepala Unit Diklat : Marni Eliza, Am.Kep, SKM
9. Kepala Unit IT : Sri Gustina, S.Kom
10. Kepala Unit Mobilisasi Dana : M. Fajridin Asnur
Manajer On Duty
1. Marni Eliza,Am.Kep
2. Fadlawati, SE
3. Nurhidayat Afrianto
4. Edy sumantri, AMAK
5. Andodi,SKM
6. Farida Yazid,S.Kep
7. Irma Subriani,S.Psi
8. dr.Ahmad Syaukat
23
BAB III
KAJIAN KASUS DAN TEORI
24
Kasus gawat darurat obstetri janinnya. Kasus ini menjadi penyebab
utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002 dalam
Kemenkes, 2016).
Masalah kedaruratan selama kehamilan dapat disebabkan oleh
komplikasi kehamilan spesifik atau penyakit medis atau bedah yang timbul
secara bersamaan. Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang
membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir
yang sakit kritis (≤ usia 28 hari), serta membutuhkan pengetahuan yang
dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang
mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff,
Brousseau, 2006 dalam kemenkes, 2016).
Penderita atau pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu
pertolongan tepat, cermat, dan cepat untuk mencegah kematian/kecacatan.
Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini adalah waktu tanggap (respon
time) dari penolong. Pengertian lain dari penderita gawat darurat adalah
penderita yang bila tidak ditolong segera akan meninggal atau menjadi
cacat, sehingga diperlukan tindakan diagnosis dan penanggulangan segera.
Karena waktu yang terbatas tersebut, tindakan pertolongan harus
dilakukan secara sistematis dengan menempatkan prioritas pada fungsi
vital sesuai dengan urutan ABC, yaitu :
A (Air Way) : yaitu membersihkan jalan nafas dan menjamin nafas bebas
hambatan
B (Breathing) : yaitu menjamin ventilasi lancar
C (Circulation): yaitu melakukan pemantauan peredaran darah
B. Cara Merespon Kegawatdaruratan
Cara merespon kegawatdaruratan Apabila terjadi kegawatdaruratan,
anggota tim seharusnya mengetahui peran mereka dan bagaimana tim
seharusnya berfungsi untuk berespon terhadap kegawatdaruratan secara
paling efektif. Anggota tim seharusnya mengetahui situasi klinik dan
diagnose medis, juga tindakan yang harus dilakukannya. Selain itu juga
harus memahami obat-obatan dan penggunaannya, juga cara pemberian
dan efek samping obat tersebut. Anggota timseharusnya mengetahui
25
peralatan emergensi dan dapat menjalankan atau memfungsikannya
dengan baik (kemenkes, 2016).
C. Penatalaksanaan awal terhadap kasus kegawatdaruratan kebidanan
Menurut Kemenkes, 2016 Bidan seharusnya tetap tenang, jangan
panik, jangan membiarkan ibu sendirian tanpa penjaga/penunggu. Bila
tidak ada petugas lain, berteriaklah untuk meminta bantuan. Jika ibu tidak
sadar, lakukan pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi dengan
cepat. Jika dicurigai adanya syok, mulai segera tindakan membaringan ibu
miring ke kiri dengan bagian kaki ditinggikan, longgarkan pakaian yang
ketat seperti BH/Bra. Ajak bicara ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk tetap
tenang. Lakukan pemeriksaan dengan cepat meliputi tanda tanda vital,
warna kulit dan perdarahan yang keluar.
3.2.2 Konsep Dasar Kehamilan
A. Definisi
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga kahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 9-10 buln menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalam tiga trimester kesatu berlangsung dalam 12
minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke 28-40) (Prawiroharjo, 2014).
Kehamilan normal biasanya berlangsung kira-kira 10 bulan atau 9
bulan 10 hari, 40 minggu atau 280 hari. Lama kehamilan dihitung dari hari
pertama menstruasi terakhir, akan tetapi sebenarnya konsepsi terjadi
sekitar 2 minggu setelah hari pertama hari pertama menstruasi terakhir.
Dengan demikian umur janin pascakonsepsi adalah selisih kira-kira dua
minggu, yakni 266 hari atau 38 minggu. Usia pascakonsepsi ini akan
digunakan untuk mengetahui perkembangan janin (Suryati,2011).
B. Proses Kehamilan
Kehamilan terjadi karena pembuahan, dimana pembuahan adalah
suatu proses penyatuan antara sel mani dan sel telur di tuba fallopi,
26
umumnya terjadi di ampula tuba,pada hari ke sebelas-keempat belas dalam
siklus menstruasi. Wanita mengalami ovulasi ( Peristiwa matangnya sel
telur ) sehingga siapuntuk dibuahi, bila saat ini dilakukan coitus, sperma
yang mengandung kurang lebih seratus sepuluh sampai seratus dua puluh
juta sel sperma dipancarkan ke bagian atas dinding vagina terus naik ke
serviks dan melintas uterus menuju tuba fallopi di sinilah ovum dibuahi
(Suryati, 2011).
Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi) adalah suatu peristiwa penyatuan
sel mani dengan sel telur di tuba uterine. Hanya satu sperma yang telah
mengalami proses kapasitas yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk
ke vetilus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga
tidak dapat dilalui sperma lain. Proses tersebut diikuti oleh penyatuan
kedua pronuklei yang disebut zigot, yang terdiri atas acuan genetik dari
wanita dan pria. Pembuahan mungkin akan menghasilkan, zigot-XX
menurunkan bayi perempuan atau zigot-XY menurunkan bayi laki-laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot yang
terjadi selama 3 hari sampai stadium morula. Hasil konsepsi tadi tetap
digerakkan ke arah rongga rahim oleh arus dan geteran rambut
getar(sillia), kontaksi tuba. Hasil konsepsi tiba dalam kavum uteri pada
tingkat blastula (Mochtar, 2012).
Nidasi (Implantasi) adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi
ke dalam endomentrium.Blastula diselubungi oleh suatu simpai, disebut
trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan.ketika
blastula mencapai rongga rahim, jaringan endomentrium berada dalam
masa sekresi.Jaringan endomentrium tersebut banyak mengandung banyak
glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula dengan bagian
yang berisi massa sel ke dalam (inner-cell mass) akan mudah masuk ke
dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan
menutup. Itulah sebabnya, kadang-kadang pada saat nidasi terjadi sedikit
perdarahan akibat luka desidua (tanda Hartman). Umunya, nidasi terjadi
pada dinding depan atau belakang rahim (korpus), dekat fundus uteri. Jika
nidasi telah terjadi, dimulailah diferensiasi sel-sel blastula, sel-sel kecil
27
yang terletak dekat ruang eksoselom membentk entoderm dan kantong
kuning telur, sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi ektoderm dan
me,bentuk ruang amnion (kavitas amniotika). Dengan demikian,
terbentukalah suatu lempeng embrional (embryonal plate) di antara
amnion dan yolk sac (sakus vetelinus-kantong kuning telur)( Mochtar,
2012).
C. Tanda dan Gejala Kehamilan
1) Tanda Tidak Pasti Hamil
Tanda tidak pasti hamil adalah sebagai berikut :
1) Amenorea (Tidak Datang Bulan)
Bila seorang wanita dalam masa mampu hamil, akan
mengeluarkan tanda sedikit bercak perdarahan yang penyebabnya
tidak diketahui pada awal kehamilan,Biasanya wanita akan
mengeluh terlambat haid (Prawiroharjo,2014).
2) Mual muntah
Mual dan muntah adalah gejala umum, mulai dari rasa tidak
enak sampai muntah yang berkepanjangan.Mual dan muntah
diperberat oleh makanan yang baunya menusuk dan juga emosi
penderita yang tidak stabil.Untuk mengatasinya penderita diberi
makan-makanan ringan, mudah dicerna (Prawiroharjo,2014)
3) Nyeri pada Payudara/ Mastodinia
Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara
disebabkan payudara membesar (Suryati, 2011).
4) Quickening
Quickening adalah presepsi gerakan janin pertama, biasanya
disadari oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu (Suryati, 2011).
5) Mengidam
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama.ibu hamil
sering meminta makanan atau minumam tertentu, terutama pada
trimester pertama. Akan tetapi menghilang dengan makin tuanya
kehamilan (Suryati, 2011).
2) Tanda Mungkin Hamil
28
Menurut Prwiroharjo, 2014 terdapat beberapa tanda mungkin hamil
yang dapat di amati yaitu:
1) Tanda Hegar
Tanda ini berupa pelunakan pada daerah istismus uteri, sehinga
pada daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis
dan uterus mudah didefleksikan dapat diketahui melali
pemerikasaan bimanual.
2) Tanda Goodells
Diketahui melalui pemeriksaan bimanual.Serviks terasa lebih
lunak.
3) Tanda Chadwick
Dinding vagina dan vulva tampak lebih warna kebiru-biruan.
4) Terjadi Pembesaran Uterus
Pembesaran uterus menjadi nyata setelah minggu ke-16, karena
pada saat ini uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi
organ rongga perut.
29
A. Definisi Abortus
Menurut Kemenkes, 2016 abortus adalah :
a. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan sebagai batasan ialah kehamilan kurang
dari 20 minggu atauberat janin kurang dari 500 gram.
b. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan karena sebab tertentu pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau hasil konsepsi
belum mampu hidup di luar kandungan.7
c. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
Berdasarkan definisi mengenai abortus yang didapat dari beberapa
buku, dapat disimpulkan bahwa abortus adalah berakhirnya suatu
kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan yaitu usia
kehamilan kurang dari 22 minggu dengan berat badan janin kurang dari
500 gram.
B. Etiologi
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah: kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi seperti (kelainan kromosom, lingkungan,
nidasi kurang sempurna dan pengaruh luar), infeksi akut seperti
(pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV),
Abnormalitas traktur genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks
berlebihan, robekan serviks, dan retroversio uterus, kelainan plasenta
(Ratnawati, 2018).
Penyebab terjadinya abortus adalah: infeksi akut yaitu infeksi yang
muncul dalam waktu singkat, contoh infeksi yang dapat menyebabkan
abortus antara lain cacar, rubella, dan hepatitis. Selain infeksi akut
terdapat infeksi kronis yang menyebabkan terjadinya abortus seperti sifilis
tuberkulosis paru (TB) aktif, selain itu penyakit kronis seperti
hipertensi, anemia berat, penyakit jantung. Gangguan fisiologi seperti syok
dan ketakutan serta adanya trauma fisik termasuk dalam infeksi kronis
penyebab terjadinya abortus.Penyebab dari janin termasuk penyebab
30
terjadinya abortus seperti adanya kelainan bawaan pada janin. (Amallia,
2019).
Menurut (Prawirohardjo, 2014) Penyebab abortus bervariasi dan
sering diperdebatkan, pada umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab
terbanyak di antaranya adalah :
a. Faktor genetik Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh
kelainan kariotip embrio, belum termasuk kelainan yang disebabkan
oleh gangguan gen tunggal (kelainan Mendelian) atau mutasi pada
beberapa lokus (gangguan poligenik atau multifaktor) yang tidak
terdeteksi dengan pemeriksaan kariotip.Abortus berulang bisa
disebabkan oleh penyatuan dari 2 kromosom yang abnormal, di mana
bila kelainannya hanya pada salah satu orang tua, faktor tersebut tidak
diturunkan.Studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa bila
didapatkan kelainan kariotip pada kejadian abortus, maka kehamilan
berikutnya juga berisiko abortus.
b. Kelainan kongenital uterus Defek anatomik uterus diketahui sebagai
penyebab komplikasi obstetrik seperti abortus berulang, prematuritas,
serta malpresentasi janin.Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1 per
200 sampai 1 per 600 perempuan.Penyebab terbanyak abortus karena
kelainan anatomik uterus adalah septum uterus.Mioma uteri juga bisa
menyebabkan infertilitas maupun abortus berulang. Sebagian besar
mioma uteri tidak memberikan gejala, hanya yang berukuran besar atau
yang memasuki kavum uteri yang akan menimbulkan gangguan.
c. Infeksi Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai
diduga setelah dilakukan pengamatan kejadian abortus berulang pada
perempuan yang terpapar organisme.
d. Lingkungan Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan
obat, bahan kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus
misalnya paparan terhadap buangan gas anestesi dan tembakau. Rokok
diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang
telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat
sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan pasokan
31
oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin.Dengan adanya
gangguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan
pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus.
e. Pola aktivitas dan istirahat Untuk mengetehui aktivitas ibu berlebih atau
tidak adanya trauma atau kecelakaan kerja, karena hal ini dapat
menyebabkan abortus.
C. Klasifikasi Abortus
Menurut Kemenkes, 2016 abortus dapat dikelompokan sebagai:
a. Abortus dini bila terjadi pada trimester pertama (kurang dari 12
minggu)
b. Abortus lanjut bila terjadi antara 12-24 minggu (trimester kedua).
Sementara itu, menurut Prawiroharjo,2014 berdasarkan kejadiannya
abortus dikelompokan sebagai berikut :
a. Abortus spontan (spontaneous abortion, miscarriage, pregnancy
loss) keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis.
1) Abortus iminens (keguguran mengancam/threatened abortion)
terjadi pada usia kehamilan <20 minggu, perdarahan biasanya
tidak banyak, baru mulai mengancam dan masih ada harapan
untuk mempertahankan kehamilan. Ostium uteri tertutup dan
ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan. Ibu mengalami
sedikit perdarahan yang keluar pervagina saat keguguran immin,
namun tidak terjadi nyeri abdomen yang hebat. Uterus membesar
dan serviks tertutup.
2) Abortus insipiens (keguguran berlangsung/inevitable abortion)
abortus sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Ostium
uteri terbuka, ketuban teraba dan berlangsung hanya beberapa jam.
3) Keguguran disebut insipien jika os serviksnya terbuka. Dapat
kehilangan banyak darah dan nyeri kram abdomen bagian bawah
terjadi bersama dengan kontraksi uterus. Beberapa produk
konsepsi dan bekuan dapat dikeluarkan, namun desidua sering kali
tertahan dan selanjutnya keguguran tersebut dinamakan inkomplit.
4) Abortus inkomplitus (keguguran tidak lengkap/incomplete
32
abortion) sebagian hasil konsepsi telah dilahirkan tetapi sebagian,
biasanya jaringan plasenta, masih tertinggal didalam rahim.
Ostium uteri terbuka dan jaringan dapat teraba.
5) Abortus complitus (keguguran lengkap.complete abortion) seluruh
hasil konsepsi telah dilahirkan lengkap.Ostium uteri tertutup dan
ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan atau Ostium uteri
terbuka dan kavum uteri kosong. Os serviks terbuka dan uterus
mengeluarkan seluruh isinya. Keguguran tersebut kemungkinan
besar terjadi setelah kehamilan 14 minggu dibandingkan usia
kehamilan yang lebih muda, ketika keguguran tersebut terjadi,
seringkali inkomplit.
6) Missed abortion atau Silent miscarriage atau disebut janin telah
mati sebelum minggu ke-20 tetapi tertahan di dalam rahim selama
beberapa minggu setelah janin mati. Batasan ini berbeda dengan
batasan ultrasonografi yakni ditemukan kehamilan yang nonviable
tanpa gejala perdarahan. Embrio mati dan akhirnya diserap, namun
uterusnya tidak mengeluarkan desidua dan kantong ketuban. Ibu
kadang kala merasakan berat tumpul pada panggul, kehamilan
memperlihatkan tanda kemunduran, dan uterusnya berhenti
membesar. Darah yang bertahan diuterus keluar sebagai rabas
cokelat dan encer. Saat ini, diagnosis kondisi seperti ini lebih
sering ditegakkan dengan menggunakan USG pada usia kehamilan
yang sangat awal.
7) Abortus habitualis (keguguran berulang) abortus terjadi 3 kali
berturut-turut atau lebih pada seorang. Wanita tersebut umumnya
tidak sulit hamil akan tetapi kehamilannya tidak dapat bertahan terus
sehingga Wanita yang bersangkutan tidak dapat melahirkan anak
yang hidup. Hal tersebut dapat digolongkan sebagai infertilitas atau
sterilitas. Penyebab abortus habitualis yang diketahui yakni karena
kelainan zygoteatau kelainan genetik (kromosomal) pada istri atau
suami, gangguan nutrisi, penyakit infeksi serta terdapat kelainan pada
serviks dan uterus.
33
8) Keguguran septik. Keguguran ini terjadi setelah naiknya
organisme dari vagina ke dalam uterus, sering kali terjadi setelah
keguguran inkomplit atau abortus yang diinduksi dalam kondisi
yang tidak steril. Selain perdarahan hebat dan nyeri, ibu biasanya
mengalami demam dan tanda syok endotoksi. Organisme yang
paling umum adalah Escherichia coli dan Streptococcuc facecalis.
b. Abortus buatan (Abortus provocatus, aborsi disengaja, digugurkan)
yang dapat dikelompokan lebih lanjut menjadi:
1) Abortus buatan menurut ilmu (abortus provocatus artificial atau
abortus therapeuticus) abortus sesuai indikasi untuk kepentingan
ibu, misalnya penyakit jantung, hipertensi maligna, atau
karsinoma serviks. keputusan pelaksanaan aborsi ditentukan oleh
tim ahli yang terdiri atas dokter ahli kebidanan, dan penyakit
dalam.
2) Abortus buatan kriminal (abortus provocation criminalis)
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah. dilarang
oleh hukum atau dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang.
kecurigaan terhadap abortus provokatus kriminal harus
dipertimbangkan bila terdapat febrilis. Aspek hukum tindakan
abortus buatan harus diperhatikan.
D. Faktor Resiko Abortus
Ada beberapa faktor yang merupakan penyebab terjadinya abortus
yaitu faktor paritas 25 %, umur 12 – 26 % dan riwayat abortus 30 – 45 %
yang mempunyai pengaruh besar. Resiko abortus semakin tinggi dengan
bertambahnya paritas, semakin bertambahnya umur ibu dan ayah. Ada
juga faktor lain yang berpengaruh yaitu riwayat abortus merupakan
predisposisi terjadinya abortus berulang. Kemungkinan terjadinya abortus
berulang pada seorang wanita yang mengalami abortus tiga kali atau lebih
adalah 83,6 %. Penelitian Suarni tahun 2006 di Makasar juga mengatakan
selain faktor umur dan paritas kadar Hb ibu juga menjadi penyebab
tingginya angka abortus pada ibu.
Menurut Aidil (2019), resiko perdarahan juga dapat meningkat akibat
34
jaringan rongga dan otot panggul yang melemah, pada penelitian lain
ditemukan bahwa primigravda dan grandemultipara memiliki peluang
0,305 kali untuk terjadinya abortus. Menurut penelitian oleh Jumiati dalam
Aidil (2019) mendapatkan bahwa yang tertinggi mengalami abortus ialah
ibu hamil dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun. Hal ini diakibatkan
bila jarak kehamilan terlalu pendek kurang dari 2 tahun diperkirakan
kondisi Rahim belum benar-benar siap mengalami kehamilan berkutnya.
Selain itu Meurut Hutapea, 2017 ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan terjadinya abortus, salah satunya adalah terjadinya
abortus pada usia ibu hamil yang terlalu muda, karena wanita hamil pada
usia yang terlalu muda (<20 tahun) dari segi biologis perkembangan alat-
alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal. Dari segi fisikis belum
matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, emosional dan dari segi
medis sering mendapat gangguan.
Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian terjadinya abortus
adalah jarak kehamilan karena yang terlalu dekat dapat memberikan
indikasi kurang siapnya rahim untuk terjadi implantasi bagi embrio.
Persalinan yang rapat akan meningkatkan resiko kesehatan wanita hamil
bila ditunjang dengan sosial ekonomi yang buruk. Dengan kehamilan dan
menyusui akan menurunkan derajat kesehatan yang akan meningkatkan
resiko terjadinya abortus.
Disamping membutuhkan waktu untuk pulih secara fisik perlu waktu
untuk pulih secara emosional. Resiko tinggi pada jarak kehamilan <2
tahun dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana sehingga
tidak menimbulkan kehamilan yang tidak direncanakan, sebagian dari
resiko tinggi adalah kehamilan yang tidak direncanakan.
Faktor yang juga berhubungan dengan kejadian abortus adalah
pekerjaan dan setatus gizi pada ibu hamil karena jenis pekerjaan seorang
wanita hamil dapat mempengaruhi kehamilannya baik ibu dan janin yang
dikandungnya. pekerjaan ibu yang dilakukan sehari-hari tanpa diimbangi
dengan istirahat yang cukup akan mempengaruhi kesehatan pertumbuhan
dan perkembangan janin.
35
Bentuk rahim yang kurang sempurna, mioma, gaya hidup yang
tidaksehat seperti kebiasaanmerokok, mengkonsumsi minuman beralkohol,
minum kopi, pengguna ganja dan kokain, minum obat-obatan yang dapat
membahayakan kandungan, stress atau ketakutan, hubungan seks dengan
orgasmesewaktu hamil dankelelahan karenasering
bepergiandengankendaraan.Faktor lingkungan juga bisa menyebabkan
abortus seperti seperti trauma fisik, terkena pengaruh radiasi, polusi,
pestisida, dan berada dalam medan magnet di atas batas normal.
Selain faktor lingkungan, gaya hidup yang tidak sehat seperti minum
kopi juga berakibat terhadap abortus. Wanita yang minum kopi selama
hamil beresiko terhadap abortus dan melahirkan bayi yang meninggal.
Semakin banyak minum kopi semakin meningkatkan resiko kejadian
abortus. Wanita yang minum kopi tigagelas sehari mempunyai resiko 3%
abortus dan kematian bayi, sedangkan wanita yang minum kopi rata–rata
atau lebih dari delapan gelas sehari mempunyai resiko 75 % abortus
spontan dan beresiko 2.7 kali terhadap kematian janin.Selain kopi, wanita
yang menggunakan ganja juga beresiko terhadap abortus. Penelitian yang
dilakukan oleh Baines mengatakan bahwa embrioyang terpapar zat tetra
hydro cannabinol (THC) yang berada dalam ganjaakan mengalami
kegagalan dalam berimplantasi sehingga mengakibatkan keguguran.
36
morbiditas wanita diseluruh dunia, dan aspirasi vakum kemungkinan
tidak tersedia bagi para wanita yang berada di negara berkembang.
Aspirasi vakum oleh WHO dinyatakan sebagai alat utama untuk
mencegah trauma dan infeksi pada ibu (Maryunani dan Eka, 2014).
B. Tanda dan gejala Tanda dan gejala abortus inkomplit adalah sebagai
berikut (Kemenkes, 2016) :
a. Perdarahan sedang hingga masih banyak setelah terjadi abortus.
b. Serviks terbuka, karena masih ada benda di dalam uterus yang dianggap
corpus alienum maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan
megadakan kontraksi tetapi kalau keadaan ini di biarkan lama, serviks
akan menutup kembali.
c. Kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mulas-mulas d. Ekspulsi
sebagai hasil konsepsi.
C. Diagnosa abortus inkomplit
Pada pemeriksaan vaginitis, kanalis servikalis terbuka dan jaringan
dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak
sekali, sehinggamenyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti
sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan (Darmawati, 2017).
D. Patofisiologi
Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun
sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun
medisinalis. Proses terjadinya adalah berawal dari pendarahan pada
desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan diatasnya.
Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding
uterus. Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus
sehingga akan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi korialies belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi
koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
37
kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-mula dikeluarkan
setelah ketuban pecah adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang
telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera
terlepas dengan lengkap (Prawiroharjo, 2014)
E. Komplikasi Abortus Inkomplit
Komplikasi Abortus menurut antara lain sebagai berikut (Darmawati,
2017):
a. Pendarahan Diatasi dengan pengosongan uterus dan sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian yang
disebabkan oleh perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
b. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa penderita
perlu diamati dengan teliti.Jika ada tanda bahaya, perlu segera
dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk peforasi,
penjahitan luka operasi atau perlu histerektomi.Perforasi uterus pada
abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan
gawat karena perlukaan lebih luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada
kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
cidera ,untuk selanjutnya mengambil tindakan seperlunya guna
mengatasi komplikasi.
c. Infeksi Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi tiap abortus,
tetapi biasanya ditemukan abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan
suatu abortus yang tidak aman.
d. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (shok
hemoragik) dan karena infeksi berat (shok endoseptik).
F. Pengkajian Data Diagnosis abortus inkompletus ditegakkan berdasarkan
Indriyani, 2013) :
1). Anamnesis
a) Adanya amenore pada masa reproduksi.
b) Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi.
38
c) Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis.
2). Pemeriksaan Fisik
a) Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan.
b) Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di dalam
uterus, dapat juga menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.
c) Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol.
d) Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak.
3). Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin,
leukosit, waktu bekuan, waktu perdarahan, dan trombosit.
b) Penentuan hCG subunit beta secara serial membantu dalam
menentukan apakah kehamilan dapat dipertahankan. Jika kadarnya
menurun dengan cepat mencapai nol, hal tersebut juga membantu
menegakan abortus komplit.
c) Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa
hasil konsepsi.
G. Penanganan Abortus Inkomplit.
1. Tatalaksana Umum (Prawiroharjo, 2014) :
1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu
termasuk tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan).
2) Periksa tanda-tanda syok (dingin, pucat, takikardia, tekanan sistol
kurang dari 90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana syok.
Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap perkirakan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu
karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
3) Bila terdapat tanda-tanda sepis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam
untuk 48 jam:
1) Ampicillin 2g IV/IM kemudian 1g diberikan setiap 6 jam
2) Gentamicin 5mg/kg BB IV setiap 24 jam.
3) Metronidazole 500mg IVsetiap 8 jam
d) Segera rujuk ke rumah sakit
39
e) Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan
emosional dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
f) Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.
2. Tatalaksana Abortus Inkomplit (Prawiroharjo, 2014)
Evakuasi jaringan sisa dalam uterus untuk menghentikan perdarahan
dilakukan dengan cara :
1) Kehamilan kurang dari 16 minggu Jika perdarahan ringan atau
sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16 minggu.
Gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi
yang mencuat dari serviks. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan
kurang dari 16 minggu. Lakukan evakuasi isi uterus.Aspirasi vacum
menual (AVM) adalah metode evakuasi yang dianjurkan.Kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia.Jika evakuasi
tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2mg IM (dapat di
ulang 15 menit kemudian bila perlu). Lakukan evaluasi tanda vital
pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam.Bila kondisi ibu baik,
pindahkan ibu ke ruang perawatan.
2) Kehamilan lebih dari 16 minggu. Berikan infus oksitosin 20 unit
dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat)
dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi.Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap
4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan9 .
Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2
jam.Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang perawatan.
3) Dilatasi dan Kuretase Menurut (Saifuddin, 2013) dalam tatalaksana
dilatasi dan kuretase dilakukan :
a) Kaji ulang indikasi
b) Lakukan konseling dan persetujuan tindakan medis
c) Persiapan alat, pasien, dan pencegahan infeksi sebelum tindakan
14
40
d) Berikan dukungan emosional. Beri petidin 1-2 mg secara IM atau
IV sebelum prosedur
e) Suntikkan 10 IU oksitosin IM atau 0,2 mg ergometrin sebelum
tindakan agar uterus berkontraksi dan mengurangi resiko
perforasi.
f) Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menentukan bukaan
serviks, besar,arah dan konsistensi uterus.
g) Lakukan tindakan aseptik/antiseptik pada vagina dan serviks
h) Periksa apakah ada robekan serviks atau hasil konsepsi di kanalis
servikalis, jika ada keluarkan dengan cunam ovum.
i) Jepit serviks dengan tenakulum pada pukul 11.00 dan 13.00.
Dapat pula menggunakan cunam ovum untuk menjepit serviks
j) Jika menggunakan tenakulum, suntikkan lignokain 0,5% 1 ml
pada bibir depan atau belakang serviks.
k) Lakukan pemeriksaan kedalaman dan lengkung uterus dengan
penera kavum uteri.
l) Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis hingga bersih
(terasa seperti mengenai bagian bersabut)
m)Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menilai besar dan
konsistensi uterus.
n) Hasil evakuasi diperiksa dulu dan apabila perlu dikirim ke
Laboratorium Patologi Anatomik.
3. Perawatan Pasca tindakan (Kemenkes, 2016):
a) Beri paracetamol 500 mg per oral jika perlu
b) Segera mobilisasi dan realimentasi
c) Beri antibotika profilaksis, termasuk tetanus profilaksis jika tersedia
d) Boleh pulang 1-2 jam pascatindakan jika tidak terdapat tanda-tanda
komplikasi
e) Anjurkan pasien segera lapor bila terjadi gejala-gejala seperti :
(1) Nyeri perut (lebih dari beberapa hari) 15
(2) Perdarahan berlanjut (lebih dari 2 minggu)
(3) Perdarahan lebih dari haid
41
(4) Demam
(5) Menggigil
(6) Pingsan
4. Observasi
Menurut Prawiroharjo, 2014 Observasi adalah teknik pengumpulan
data dengan cara mengamati dan melakukan berbagai macam
pemeriksaan yang berhubungan dengan kasus. Observasi dapat berupa
pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.Penatalaksanaan observasi dilakukan untuk melihat
perkembangan asuhan yang telah dilakukan .
5. Konseling kontrasepsi
Pasien diharapkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan sehingga perlu
memakai kontrasepsi seperti kondom atau pil (Kemenkes,2016).
H. Pencegahan
Jika keguguran akan segera terjadi, hal tersebut tidak bisa dicegah.
Jika sebelumnya terdapat perdarahan pada awal kehamilan dan diagnosis
ancaman keguguran dibuat, pengurangan aktivitas atau bed rest akan
sangat direkomendasikan untuk pasien. Sekarang, kebanyakan dokter
mengakui bahwa tidak ada bukti bahwa tindakan tersebut, atau memang
intervensi apapun, dapat mengurangi risiko gejala setelah keguguran telah
dimulai. Perlu diperhatikan keguguran tersebut yang tidak disebabkan oleh
aktivitas fisik secara teratur, kecelakaan kecil, olahraga, hubungan seksual,
atau tersandung kecil atau jatuh (Kemenkes, 2016).
I. Peran dan wewenang bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
1). Kewenangan normal:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
d. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
42
e. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter
2).Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan. Kewenangan ini meliputi:
Pelayanan kesehatan ibu Ruang lingkup:
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
3). Kewenangan:
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air
susu ibu (ASI) eksklusif
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
h. Penyuluhan dan konseling
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j. Pemberian surat keterangan kematian
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
43
44
BAB IV
PEMBAHASAN
Pengkajian
Nama Pengkaji : Kelompok 1
Tempat Pengkajian : RSUD Sekayu
Tanggal Pengkajian : 23 Maret 2022/ 11.15 ( Ruang Bersalin)
b. Keluhan Utama
Ibu datang mengaku sedang hamil muda dengan keluhan keluar darah
dari kemaluan sejak pukul 10.00 WIB berwarna merah segar dan
merasa kram perut bagian bawah.
RPP: ibu masuk PONEK IGD mengatakan sedang hamil muda dengan
keluhan keluar darah dar kemaluan berwarna merah segar berupa
gumpalan seperti ati ayam, ibu merasa nyeri pada perut bagian bawah,
ibu mengaku pernah urut 2 kali selama kehamilan ini.
c. Status Perkawinan
Kawin 1x dengan suami yang sekarang
d. Data Kebidanan
1) Riwayat Menstruasi
44
Lamanya : 7 hari Dismenorea : Tidak
ini
45
(minum terakhir pukul 07.00 WIB)
2) Eliminasi
a) BAK b) BAB
Frekuensi : 4-5x/hari Frekuensi : 1x/hari
Warna : kuning jernih Konsistensi : lembek
Keluhan : t.a.k Keluhan : t.a.k
3) Pola Istirahat/Tidur
Siang : tidak tidur siang
Malam : ±8 jam/hari
4) Aktivitas : melakukan aktivitas rumah tangga
5) Personal Hygiene
Mandi : 2x/hari
Ganti Pakaian Dalam : 3x/hari
46
terdapat pengeluaran jaringan
5) Ekstremitas
Atas : kuku-kuku tidak pucat, tidak ada oedema
Bawah : kuku-kuku tidak pucat, tidak ada oedema dan
Varises
6) Abdomen
1. Inspeksi
Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae gravidarum, dan
terdapat linea nigra, besar perut lebih kecil dari usia kehamilan
2. Palpasi
Leopold 1 : tidak dilakukan
Leopold 2 : tidak dilakukan
Leopold 3 : tidak dilakukan
Leopold 4 : tidak dilakukan
Pemeriksaan inspekulo : OUE terbuka
3. Auskultasi
DJJ : tidak ditemukan
4. Perkusi
Refleks patella: Positif
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG : Terdapat sisa kehamilan dalam
Rahim
b. Pemeriksaan Laboratorium :
-Rapid Antigen (SARCOV-2) : Negatif
-Darah
Golongan Darah :B
Rhesus : Positif
Haemoglobin : 11.3 gr/dl
HbSAg : Non reaktif
-Urine Rutin
Plano Test : Positif
Protein Urine : Negatif
47
4.3 Analisis
Diagnosis : G3P0A2 hamil 15 minggu dengan abortus inkomplit
4.4 Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
(Ibu mengetahui hasil pemeriksaan)
Rasionalisasi : Pasien mengetahui kondisinya merupakan salah satu hak
paien yang harus diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai yang merujuk
pada Undang-undang No.36 tahun 2009 pasal 56 ayat (1) yang
menyatakan “ setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau
seluru tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara
lengkap”
2. Memberikan KIE tentang abortus inkomplit dan tindakan apa yang harus
dilakukan pada ibu serta kemungkinan yang terjadi atas apa yang akan
dilakukan pada ibu
(Ibu mengerti penjelasan bidan)
Rasionalisasi : abrtus inkomplit meruakan keluarnya sebagian hasil
konsepsi dari kavum uteri dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal
dimana pada pemeriksaan vagna, kanalis servikalis asih terbuka dan
teraba jaringan kavum uteri yang menonjol pada OUE. Perdarahan
biasanya masih terjadi, bisa banyak bisa sedikit tergantung pada jaringan
yang tersisa dan perdarahan masih terus berlangsung sampai hasil
konsepsi dieluarkan. (kemenkes, 2016). Tindakan yang dilakukan pada
kehamilan kurang dari 16 minggu Jika perdarahan ringan atau sedang
dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16 minggu. Gunakan jari atau
forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari
serviks. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu.
Lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vacum manual (AVM) adalah
metode evakuasi yang dianjurkan.Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan
bila AVM tidak tersedia (sarwono, 2010).
3. Melakukan Informed Consent
48
Rasionalisasi : Informed consent dilakukan guna melindungi pasien
terhadap segala tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuan
pasien. Setiap pasien yang dirawat di Rumah sakit mempunai hak utama
untuk menetukan apa yang harus dilakukan terhdap tubuhnya. Paal 56
ayat 1 undang- undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan.
Melakukan pemasangan Infus, drip oksitosin 10 IU dalam Assering
500ml gtt 20x/menit
(Ibu menerima pelayanan bidan)
Rasionalisasi : abortus inkomplit begitu keadaan hemodinamik pasien
sudah dinilai dan pengobatan dimulai, jaringan yang tertahan harus
diangkat atau perdarahan akan terus berlangsung. Oksitosin (oksitosin 10
IU/500 ml larutan dekstrosa 5% dalam larutan RL IV dengan kecepatan
125 ml/jam) akan membuat pengeluaran bekuan darah atau jaringan dan
mengurangi kemungkinan perforasi uterus selama dilatasi dan kuretase
(C. Benson,2013 :302).
5. Memberitahu ibu rencana kuretase tanggal 23 maret 2022 pukul 13.00
WIB, ibu harus berpuasa terlebih dahulu 4-6 jam
(Ibu mengerti penjelasan bidan)
Rasionalisasi : Puasa preoperatif merupakan keharusan sebelum pasien
menjalani operasi. Alasan utamanya adalah untuk mengurangi volume
lambung, tingkat keasaman lambung, dan mengurangi risiko regurgitasi
atau aspirasi paru yang lebih dikenal dengan Mendelson's syndrome
selama anestesi terutama pada saat induksi (Hartanto dkk, 2016)
6. Memberikan motivasi dan support pada pasien agar pasien merasa tenang
dan nyaman terhadap proses yang akan dilakukan padanya
(ibu merasa tenang dengan nyaman)
Rasioalisasi : dengan dorongan spiritual dan emosional memberikan
ketenangan hati bahwa segala tindakan yang dilakukan merupakan suatu
proses penyembuhan dan tetap berdoa kepada yang maha kuasa.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi dan memberikan
afirmasi positif kepada ibu jika merasa mules
49
(ibu mengatur nafas dan dapat mengalihkan rasa sakit yang dirasa)
Rasionalisasi : teknik relaksasi merupakan salah satu upaya untuk
menghilangkan perhatian klien tehadap nyeri yang dirasakan dan
meningkatkan suplai oksigen yang masuk kedalam tubuh diteruskan ke
otak yang akan menghambat/ mengurangi rangsangan nyeri yang timbul.
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan mengenai
pemeriksaan laboratorium dalam pemeriksaan darah (darah rutin, croos-
med, rapid antigen, golongan darah, rhesus) dan urine (urin rutin dan
plano test)
9. Menganjurkan ibu dan suami untuk melakukan konsultasi dengan dokter
spesialis Obstetri Ginekologi mengenai program kehamilan selanjutnya
agar tidak terjadi Abortus Berulang.
(Ibu mengerti penjelasan bidan)
Rasionalisasi : Tenaga Kesehatan uang terlibat dalam layanan asuhan
pasca keguguran komprehensif di Indonesia setidaknya meliputi dokter
spesialis obstetri ginekologi, dokter umum, dan bidan. Kasus keguguran
berulang dan tatalaksana keguguran ≥ 13 minggu merupakan kasus
keguguran yang memerlukan prosedur yang lebih rumit sehingga perlu
ditangani oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi di FKRTL
(Kemenkes RI, 2020).
10. Menghubungi ruang operasi untuk mengantarkan pasien ke ruang operasi
dan persiapan tindakan kuret yang akan dilakukan.
(Ibu diantarkan ke ruang operasi)
4.5 Pembahasan
Kasus dalam asuhan kebidanan ini adalah Ny. A G3P0A2 hamil 15
minggu. Pengkajian awal dilakukan saat ibu datang ke PONEK RSUD
Sekayu pada tanggal 23 Maret 2022 pukul 23.15 WIB. Ny. A mengatakan
bahwa ±8 jam sebelum masuk rumah sakit periksa kehamilan USG dengan
dokter spesialis kandungan dan dikatakan dalam kondisi baik. Pukul 04.00
ibu mengatakan kram perut dan keluar air. Pukul 10.00 wib janin lahir tapi
plasenta belum lahir. Dari hasil anamnesa ibu terlihat cemas karena khawatir
dengan keberlangsungan kehamilannya. Dilakukan pemeriksaan USG
50
Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan didapatkan bagian sisa janin
yang belum keluar. Berdasarkan data tersebut maka ditegakkan diagnosis Ny.
A G3P0A2 hamil 15 minggu dengan abortus inkomplit. Tindakan yang akan
dilakukan adalah pemberian KIE tentang abortus inkomplit serta
penatalaksanaan pada kasus abortus inkomplit yaitu pengeluaran sisa
kehamilan yang masih tertinggal dengan cara meminum obat atau
dilakukannya kuretase.
Hal tersebut sesuai dengan teori kasus abortus inkomplit merupakan
perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu disertai
keluarnya sebagian hasil konsepsi (sebagian tertinggal dalam uterus). Pada
tinjauan pustaka, diagnosa abortus inkomplit dapat ditegakkan apabila
ditemukan ada riwayat amenorhoae, terjadinya perdarahan melalui jalan lahir
sampai keadaan anemis, dapat terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi,
perdarahan disertai nyeri perut bagian bawah diikuti dengan pengeluaran hasil
konsepsi dan pada pemeriksaan plano test didapatkan hasil positif, kemudian
pada pemeriksaan ginekologi didapatkan serviks terbuka, dapat diraba
jaringan di kanalis servikalis (Yulaikhah, 2015: 76-77).
Kondisi pasien saat ini dengan nyeri perut bagian bawah, ibu tampak
bersedih karena bayinya tidak bisa diselamatkan. Pemeriksaan dalam tidak
ada kelainan, OUE terbuka dan ada pelepasan darah. Pasien berpotensi terjadi
anemia jika tidak segerah ditangani dan infeksi. Pasien dengan abortus harus
segerah diberi tahu. Sikap dan empati yang ditunjukkan oleh bidan dan dokter
akan memberi pengaruh psikologis ibu dan keluarga.
Terbukanya jalan lahir dan adanya perdarahan merupakan media
perkembangannya mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan
infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat terjadi disetiap abortus tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus
buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis (Irianti
Bayu dkk, 2014: 77).
Pada hal ini beberapa data menunjukkan situasi emergensi, di mana bidan
perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi. Beberapa data
menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu
51
instruksi dokter. Tindakan tersebut mungkin juga memerlukan konsultasi
dengan tim kesehatan lain. Bidan megevaluasi situasi pasien untuk
menentukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan (Nurhayati dkk, 2013:
143).
Tindakan segera dan kolaborasi dilakukan berdasarkan indikasi yang
memerlukan penanganan cepat dan tepat sehingga memerlukan kolaborasi
dengan tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya, dalam kasus ini, tidak ada
indikasi untuk dilakukannya tindakan segera. Akan tetapi, kolaborasi dengan
dokter ahli kandungan dilakukan untuk menetapkan diagnosa dengan
pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium dan rencana kuretase.
Pada kasus abortus inkomplit memerlukan tindakan segerah yaitu
kolaborasi atau berkonsultasi dengan dokter, dengan demikian ada kesamaan
antara tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus
dilahan praktek dan ini berarti tidak ada kesenjangan.
52
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam kasus ini, kami dapat memahami secara nyata tentang asuhan
yang diberikan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit. Asuhan kebidanan
yang diberikan pada Ny. A di RSUD Sekayu berjalan sesuai teori. Selain itu
dari penatalaksanaan kasus ini kami dapat:
1. Melakukan pengkajian yang lengkap untuk kompetensi asuhan
kegawatdaruratan maternal neonatal di RSUD Sekayu meskipun masih
membutuhkan bimbingan dari pembimbing klinik saat melakukan
asuhan.
2. Analisis dilakukan berdasarkan pengkajian yang dilakukan bidan di
RSUD Sekayu
3. Melakukan penatalaksanaan berdasarkan pengkajian mendalam yang
dilakukan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.
4. Melakukan penatalaksanaan berdasarkan identifikasi diagnose/masalah
kebidanan berdasarkan data subjektif dan data objektif pada ibu hamil
dengan abortus inkomplit.
5. Melakukan penatalaksanaan berdasarkan tindakan dan evaluasi untuk
menangani kasus ibu hamil dengan abortus inkomplit
6. Melakukan penatalaksanaan pendokumentasian kasus ibu hamil dengan
abortus inkomplit
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memahami teori dan praktik pelaksanaan asuhan
kebidanan kegawatdaruratan maternal dengan abortus inkomplit.
2. Bagi RSUD Sekayu
Diharapkan dapat dijadikan bahan referensi mengenai asuhan
kebidanan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dengan abortus
inkomplit
3. Bagi Ibu
53
Diharapkan dapat melakukan asuhan kegawatdaruratan maternal
yang bermanfaat untuk menekan mortalitas dan morbiditas baik pada ibu
maupun bayinya.
54
DAFTAR PUSTAKA
56
Maryunani dan Eka. 2014.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal.Jakarta: Trans Info Media
Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Jilid 1.
Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.
Purwaningrum, Elisa Diyah. 2017. Faktor Resiko Kejadian Abortus. Diakses dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/15977
Ratnawati, A. (2018). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: PUSTAKA
BARUPRESS.
Romauli, Suryati. 2011. Asuhan Kebidanan I Konsep Dasar Asuhan Kehamilan
Yogyakarta: Nuha Medika.
Saifuddin, Abdul. 2013. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Silitonga, Jernita Megawati. 2017. Faktor-Faktor Penyebab Kejadian Abortus
Spontan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesein
Palembang. Diakses dari
https://ejournal.fkm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/view/262
WHO. 2017. Maternal Mortality. Diakses dari
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality
Wiknjosastro, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
57