Laporan Kelompok 1 Sekayu Rvs

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL


PADA NY. A DENGAN ABORTUS INKOMPLIT
DI RUANG KAMAR BERSALIN
RSUD SEKAYU TAHUN 2022

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal Neonatal

Disusun Oleh:
Kelompok I - II
Nama Kelompok
1. Annisa 6. Amaliah Dwi Putri
2. Diah Ayu Lestari 7. Cindy Melinda Putri
3. Martin Anisa Silviana 8. Rita Rukmawati
4. Ulin Nuha 9. Mala Rispa
5. Vina Kartika Mahira 10. Okta Mayang Sari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES PALEMBANG
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Komprehensif
“Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Pada Ny. A
Dengan Abortus Inkomplit Di Ruang Kamar Bersalin
RSUD Sekayu Tahun 2022”

Telah disetujui untuk diseminarkan


Pada tanggal 11 April 2022

Pembimbing Lapangan Kelompok I Pembimbing Lapangan Kelompok II

R. A. Nurhidayah Oktaria,Am.Keb, SKM Syifa Nur Tsofyani P, S.Tr.Keb


NIP. 198010062002122004 NIP. 199604122019022002

Pembimbing Institusi kelompok I Pembimbing Institusi kelompok II

Elita Vasra, SST., M.Keb Murdiningsih, S.ST, S.Pd, M.Kes


NIP. 197305191993012001 NIP. 195712291978112001

Mengetahui,
Kasubbag Kepegawaian dan Diklat
RSUD Sekayu

R. A. Rita Anggraini, SST


NIP. 197402081997032003

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kasus terkait
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Abortus Inkomplit Penulisan
Laporan Komprehensif ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas praktik
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Program Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang. Laporan ini terwujud atas
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak dr. Makson Parulian Purba, MARS selaku Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Sekayu
2. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur
Poltekkes Kemenkes Palembang
3. Ibu Nesi Novita, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palembang
4. Ibu Elita Vasra, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang dan Pembimbing Institusi
5. Ibu R.A RitaAnggraini, SST Selaku Kasubag Kepegawaian & Diklat
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
6. Ibu R. A. Nurhidayah Oktaria,Am.Keb, SKM dan Syifa Nur Tsofyani P,
S.Tr.Keb
7. selaku Pembimbing Lahan
8. Ibu Murdiningsih SST, S.Pd, M.Kes selaku Pembimbing Institusi
9. Seluruh Staff dan Karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
10. Seluruh dosen di jurusan kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang
Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan. Untuk kesempurnaan
penulisan ini, baik dalam penyajian maupun tata bahasa yang dipergunakan, maka
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan berguna untuk
perbaikan di masa yang akan datang dan semoga makalah ini berguna bagi semua
pihak.

Sekayu, April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup..........................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu............................................4
2.2 Perkembangan RSUD Sekayu...................................................................5
2.3 Struktur Dan Susunan Organisasi Rumah Sakit......................................18
BAB III KAJIAN KASUS DAN TEORI............................................................24
3.1 Kajian Masalah Kasus.............................................................................24
3.2 Kajian Teori.............................................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................44
4.1 Pengkajian Data Subjektif........................................................................44
4.2 Pengkajian Data Objektif........................................................................46
4.3 Analisis....................................................................................................47
4.4 Penatalaksanaan.......................................................................................48
4.5 Pembahasan.............................................................................................50
BAB V PENUTUP................................................................................................53
5.1 Kesimpulan..............................................................................................53
5.2 Saran........................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................56

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang
serius di negara berkembang dan dijadikan sebagai salah satu indikator
keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu negara. Menurut laporan
World Health Organization(WHO) tahun 2019 Angka Kematian Ibu (AKI) di
dunia yaitu 289000 jiwa.Beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti
Afrika SubSaharan 179000 jiwa, Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian
ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 190/100.000 kelahiran
hidup, Vietnam 49/100.000 kelahiran hidup, Tahiland 26/100.000 kelahiran
hidup,Brunei 27/100.000 kelahiran hidup,dan Malaysia 29/100.000 kelahiran
hidup (WHO, 2017).
Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia masih tinggi di bandingkan
dengan negara ASEAN lainnya.AKI di Indonesia menurut Survei Demografi
dan Kesahatn Indoneisa (SDKI) pada tahun 2016 jumlah kematian ibu
terdapat 4912 kasussedangkan pada tahun 2017 terdapat 1712 kasus (WHO
dalam Purwaningrum,dkk 2017).
Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI menyatakan
bahwa penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010-2013 adalah
pendarahan. Abortus merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya angka
kematian ibu di Indonesia yaitu dengan hasil 4,2% pada tahun 2010 dan 4,7%
pada tahun 2011 (Kemenkes RI, 2014).
Beberapa studi menyatakan bahwa abortus terjadi 10%-25% kehamilan
pada usia kehamilan antara bulan kedua dan kelima dengan 50%-75% kasus
disebabkan oleh abnormlitas kromosom (Purwaningrum,dkk,2017).
Menurut WHO dalam Diana (2012), diperkirakan 4,2 juta abortus
dilakukan setiap tahun di ASEAN dengan perincian 1,3 juta dilakukan di
Vietnam dan Singapura, 750.00-1,5 juta di lakukan di Indonesia, 155.000-
750.000 dilakukan di Filipina dan 300.000-900.000 dilakukan di Thailand.
Laporan dari Australia Consortium For Indonesia Studies,bahwa hasil
1
penelitian yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia
menunjukkan terjadi 43 kasus aborsi per 100 kelahiran hidup.
Menurut data RSUD Sekayu mengenai abortus inkomplit pada tahun
2021 terdapat 107 kasus yang terjadi di kamar bersalin dan penyakit
kandungan.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tercapainya implementasi asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal dengan abortus inkomplit menggunakan pola pikir manajemen
kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhannya.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya pengkajian mendalam pada ibu hamil dengan abortus
inkomplit.
b. Tersusunnya identifikasi diagnosa/masalah kebidanan berdasarkan
data subyektif dan data obyektif pada ibu hamil dengan abortus
inkomplit.
c. Terlaksananya tindakan untuk menangani kasus ibu hamil dengan
abortus inkomplit.
d. Terlaksananya evaluasi untuk menangani kasus ibu hamil dengan
abortus inkomplit.
e. Tersusunnya pendokumentasian kasus ibu hamil dengan abortus
inkomplit.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan
pelayananan kebidanan yang berfokus pada masalah pada asuhan kebidanan
maternal

1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Pengembangan ilmu ke dalam praktik yang bisa meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara langsung, sehingga

2
menambah wawasan dalam menerapkan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal dengan abortus inkomplit.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Mahasiswa
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan asuhan
terkait asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dengan abortus
inkomplit.
b) Bagi RSUD Sekayu
Memberikan Informasi atau referensi untuk RSUD sekayu mengenai
penanganan kegawatdaruratan maternal dengan abortus inkomplit.
c) Bagi Ibu
Menambah pengetahuan dan gambaran terkait asuhan asuhan
kebidanan kegawatdaruratan dengan abortus inkomplit.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu


2.1.1 Perkembangan Sebelum Tahun 2000
RSUD Sekayu dibangun pada zaman Belanda yaitu tepatnya pada
tahun 1937 yang berlokasi di Jalan dr. Slamet Imam Santoso Sekayu.
Kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit pada waktu itu terfokus pada
rawat jalan dan rawat inap dengan kapasitas 10 tempat tidur. Dokter
pertama yang bertugas di RSUD Sekayu adalah dr. Slamet Imam Santoso.

Pada tahun 1963 bersamaan dengan kepindahan Ibu kota


Kabupaten Musi Banyuasin dari Palembang ke Sekayu, RSUD Sekayu
sedikit mengalami perkembangan dengan perubahan tipe menjadi Rumah
Sakit Tipe D dengan kapasitas 42 tempat tidur.

Pada tahun 1970 dilakukan renovasi gedung RSUD Sekayu dengan


penambahan gedung perawatan bertingkat. Pada tahun 1996 Pemerintah
Daerah merencanakan realokasi/ pemindahan gedung RSUD Sekayu ke
lokasi baru yang terletak di jalan Kolonel Wahid Udin Lingkungan I
Kayuara.

Pada tanggal 6 Mei 1997 dilakukan pembanguan fisik tahap I dan


II. Pembangunan gedung secara resmi ditandai dengan peletakan batu
pertama pembangunan gedung RSUD Sekayu dilakukan oleh Dirjen
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI yang pada saat itu dijabat
oleh dr. Suyoga, MPH,. Kemudian diteruskan dengan penyelesaian
pengerjaan fisik bangunan dan pengadaan peralatan.

Tepat pada tanggal 23 Maret 1999 kegiatan operasional RSUD


Sekayu pindah dari rumah sakit lama ke lokasi baru yang berada di jalan
kol. Wahid Udin Lingkungan I Kelurahan Kayuara Kabupaten Musi
Banyuasin dengan kapasitas 60 tempat tidur. Fasilitas dan saran kegiatan
pelayanan dilengkapi. Pada tanggal 10 Februari 2000 ditetapkan menjadi

4
kelas Type C dengan Surat Keputusan Bupati MUBA
Nomor:058/SK/IV/2000, dengan 60 TT, 4 dokter spesialis (Anak,
Kebidanan dan Kandungan, Penyakit Dalam dan Bedah).

2.2 Perkembangan RSUD Sekayu


2.2.1 Periode Persiapan

Pada tahun 2007 dilakukan pembangunan gedung baru RSUD


Sekayu dan mulai operasional Rawat Jalan (Tahap Awal) pada Bulan
Maret 2008. Gedung baru dengan penambahan gedung perawatan
bertingkat, dengan kapasitas 150 (seratus lima puluh) tempat tidur.
RSUD Sekayu menjadi pusat rujukan 25 unit Puskesmas, 103 Pustu,
142 Polindes serta 22 unit Puskesmas Keliling.

Pada awalnya RSUD Sekayu kelas C hanya memiliki 60 tempat


tidur dengan fasilitas dan jenis pelayanan seperti layaknya RSU Kelas
C lainya, yang mempunyai 4 orang dokter spesialis yaitu; Spesialis
Kebidanan dan Kandungan, Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Bedah,
Spesialis Anak. Namun pada kenyataannya hanya Spesialis Penyakit
Dalam dan Spesialis Anak yang ada, sedangkan dua Spesialis lainnya
adalah Tenaga Kontrak.

2.2.2 Periode Pemantapan


1. Penetapan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Pada tahun 2007 Pemerintah Daerah KabupatenMusi Banyuasin
membangun gedung baru untuk Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu,
hal ini memacu kami untuk melakukan peningkatan sarana dan
fasilitas pelayanan serta peningkatan dan pengembangan sumber daya
manusia kesehatan di rumah sakit yang memenuhi harapan dan
kebutuhan seluruh masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin.

2. Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit


Dalam rangka peningkatanmutu pelayanan tersebut, setiap 3
(tiga) tahun sekali rumah sakit wajibmengikuti akreditasi rumah sakit

5
sesuai ketentuan undang-undang rsnomor 44 tahun 2009, pasal 40 yang
menerangkan bahwa “Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah
Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun
sekali”.
Pada Tahun 2017, ada perubahan kepemimpinan Direktur RSUD
Sekayu yaitu Bapak dr. Makson Parulian Purba MARS . Dibawah
kepemimpinan dr. Makson Parulian Purba MARS, RSUD Sekayu
melakukan Kegiatan survei ulang akreditasi oleh tim KARS Pusat untuk
mendapatkan tingkat paripurna yang dilaksanakan 12 Mei 2017. Hasil
survei ulang akreditasi tersebut telah keluar dan RSUD Sekayu
mendapatkan Tingkat Paripurna (bintang lima) dikeluarkan pada 26 Mei
2017 berlaku hingga 10 Oktober 2019

3. Sertifikasi Internasional (ISO) IGD dan Farmasi RSUD Sekayu


Percepatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu terus
dilakukan. Pada Rabu 18 Oktober 2017 dilakukan assesment awal
mengenai sertifikasi Mutu Pelayanan ISO 9001:2015 oleh konsultan ISO
dari PT Asia Cipta Manajemen yang sudah terakreditas The United
Kingdom Accreditation Service (UKAS), yang di sampaikan oleh Muh
Fidi Andri Putra MM dan Winda Saraswati SE. Dengan komitmen yaitu
untuk meningkatkan mutu kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) di
RSUD Sekayu. Untuk mencapai type B tentu melalui proses, salah
satunya adalah sertifikasi internasional. Sertifikasi internasional ini ada
dua bagian yakni pelayanan dan non pelayanan. Untuk tahap awal yang
sedang kita jalani ini adalah pelayanan IGD dan Farmasi, guna mengukur
system manajemen yang ada di IGD dan Farmasi.

4. Menjadi RS Kelas B
Peningkatan kelas Rumah Sakit menjadi tipe B dengan layanan
unggulan Pelayanan critical care and trauma respon centre. Pelayanan ini

6
didukung dengan pengembangan ruangan IGD, ruang intensif, Kamar
Bedah, pusat sterilisasi.

Pelayanan di RSUD Sekayu Kelas B masih ada yang perlu


ditambah dan diperbaiki berdasarkan hasil visitasi dan akan segera
ditindaklanjuti. Untuk sekarang Unit pelayanan yang ada di RSUD
Sekayu, diantaranya :
a. INSTALASI
1) Instalasi Rawat Jalan :
a) Klinik Penyakit Dalam
b) Klinik Kebidanan dan Kandungan
c) Klinik Anak
d) Klinik Bedah
e) Klinik Gigi & Mulut
f) Klinik Mata
g) Klinik Syaraf
h) Klinik Paru
i) Klinik Jantung
j) Klinik Jiwa
k) Klinik THT
l) Klinik Rehabilitasi Medik
m) Klinik Kulit dan Kelamin
n) Klinik Umum (Medical Check Up)
o) Klinik Psikologis
p) Klinik Bungur (VCT)
2) Instalasi Rawat Inap (Kelas VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III)
3) Instalasi Gawat Darurat
4) Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi
5) Instalasi Laboratorium Patologi Klinik
6) Instalasi Radiologi
7) Instalasi Gizi
8) Instalasi Farmasi
7
9) Instalasi Bedah Sentral (OK)
10) Instalasi Intensive Care Unit (ICU)
11) Instalasi Neonatus Intensif Care Unit (NICU)
12) Instalasi Kebidanan
13) Instalasi Rehabilitas Medik
14) Instalasi Pemeliharaan Sarana RS (IPSRS)
15) Instalasi Sanitasi
16) Instalasi Humas
b. UNIT
1) Unit Hemodialisa
2) Unit MCU
3) Unit Poliklinik Eksekutif
4) Unit Kemoterapi
5) Unit Transfusi Darah
6) Unit Rekam Medik
7) Unit CSSD
8) Unit Diklat
9) Unit IT
10) Unit Mobilisasi Dana
5. Menjadi Rujukan Regional di Sumatera Selatan
Berbagai persiapan untuk mewujudkan target menjadi Rumah Sakit
Rujukan terus dilakukan seperti memperoleh akreditasi paripurna,
meningkatkan keahlian dan wawasan tenaga medis/nonmedis,
menggandeng dokter-dokter spesialis, serta menjalin kerja sama dengan
berbagai pihak untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada
masyarakat.
Hingga RSUD Sekayu mampu mencapai Misinya untuk menjadi
RS Rujukan Regional tersebut yang ditetapkan oleh gubernur melalui
Peraturan Gubernur Sumsel Nomor 67 Tahun 2018 yang mengampu 4
kabupaten yaitu Kabupaten Musi Rawas, Musi Rawas Utara, Pali dan
Banyuasin. Dengan layanan unggulan spesialistiknya RSUD Sekayu telah
8
mengembangkan 5 layanan unggulan yang melibatkan tenaga spesialistik
yang mumpuni di bidangnya masing-masing, diantaranya:
a. Center of Excellent Medical Check Up
Dengan pengembangan pelayanan ini, diharapkan RSUD
Sekayu dapat memenuhi harapan masyarakat atau perusahaan akan
pelayanan Medical Check Up secara menyeluruh karena RSUD
Sekayu mempunyai SDM yang handal dan dilengkapi dengan
peralatan dan fasilitas lainnya yang menunjang pelayanan Medical
Check Up, sehingga nantinya dapat menjadi pusat pelayanan
Medical Check Up di Provinsi Sumatera Selatan. Dalam upaya
memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas
tinggi, makaRSUD SekayuakanmengembaNgkan pelayanan
Medical Check Up dengankonsep:

- Pusat pelayanan Medical Check Up yang modern


- One Stop Service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan Medical Check
Up secara komprehensip, dengan pelayanan kesehatan yang
professional dan dilengkapi fasilitas medis yang modern.
Untuk memenuhi harapan tersebut RSUD Sekayu merancang
perencanaan pembangunan gedung dan penambahan sarana
prasarana pelayanan Medical Check Up. Berikut road map rencana
pengembangan pelayanan Medical Check Up:

9
2018 2019 2020 2021

Pembangunan Penambahan Pusat Pelayanan dan


Gedung Medical sarana dan pelayanan pemenuhan
Check Up prasarana Medical standarisasi
Penambahan Pelatihan Check Up di sarana dan
sarana dan SDM/dokter Sumatera alked
prasarana (Hiperkes) Selatan berstandar
Penambahan internasional
SDM

Dengan terlaksananya perencanaan pengembangan pelayanan


tersebut, maka di harapkan akan mempermudah pemasaran pelayanan
Medical Check Up di RSUD Sekayu.
b. Center of Excellent Integrated Heart
Kateterisasi Jantung & Angiografi (CATH LAB) untuk
menentukan Diagnostik penyakit jantung dan pembuluh darah dan untuk
selanjutnya dilakukan Intervensi Non Bedah sesuai indikasi secara
invasive melalui pembuluh darah dengan menggunakan kateter atau
elektroda.
Berdasarkan analisa Angka kejadian morbiditas maupun mortalitas
akibat Sindrom Koroner Akut (SKA) masih sangat tinggi, dan
merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di Indonesia, bahkan
dunia. Penanganan kasus SKA di RSUD Sekayu yang tidak adekuat
selama ini sering berakibat pada komplikasi di kemudian hari, tak jarang
pasien datang dengan kondisi dilated cardiomyopathy yang kualitas
hidupnya akan sangat menurun. Sebagai RS tipe B dan sebagai RS
rujukan regional yang mengampu rujukan dari 4 kabupaten di sekitarnya.
Potensi-potensi ini dapat dikembangkan pula ke layanan kateterisasi
jantung, hingga RSUD Sekayu menjadi pusat layanan jantung terpadu
tingkat regional, bahkan provinsi. Untuk mewujudkan pusat pelayanan
tersebut dibuat roadmap dalam rangka persiapan pelayanan dengan
metode KSO.
10
c. Menjadi Center of Excellent Minimal Invasif Surgery Tahun 2020
Pelaksanaan pelayanan bedah minimal invasif yang sudah berjalan
sejak Oktober 2017. Dikarenakan permintaan pelayanan yang semakin
meningkat akan pelayanan bedah minimal invasif tersebut RSUD Sekayu
akan menambah nilai investasi dari beberapa aspek diantaranya adalah
penambahan sarana alat kesehatan, pendidikan dan pelatihan SDM,
penambahan SDM sesuai kompetensi dan renovasi gedung. Setelah
dilakukan analisis kelayakan investasi di dapatkan nilai NPV > 0 dan
IRR > target risiko (16%) hal ini berarti bahwa investasi elayanan bedah
minimal invasif dapat dilaksanakan di RSUD Sekayu
Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas tinggi, makaRSUD Sekayuakanmengembagkan pelayanan
bedahdengankonsep:

- Pusat pelayanan bedah invasif yang modern


- One Stop Service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan Bedah secara
komprehensip, dengan pelayanan kesehatan yang professional dan

11
dilengkapi fasilitas medis yang modern. Hal ini akan bersinergis
dengan pelayanan diagnosis dan terapis di RSUD Sekayu.
Untuk memenuhi harapan tersebut RSUD Sekayu merancang
perencanaan penambahan alat-alat kesehatan dan pengembangan
pelayanan minimal infasif surgery hingga tahun 2020. Berikut grafik
rencana pengembangan pelayanan bedah minimal invasif:

Dengan terlaksananya perencanaan pengembangan pelayanan tersebut,


maka di harapkan akan mempermudah pemasaran pelayanan bedah
invasif di RSUD Sekayu.

d. Menjadi Center of Excellent Haemodialisa Tahun 2020


RSDU Sekayu sebelumnya memang sudah memilik pelayanan
Hemodialisa namun Unit Pelayanan Hemodialisa RSUD Sekayu layak
untuk dikembangkan menjadi center excellent. Dalam upaya memenuhi
kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, maka
RSUD Sekayu akan mengembangkan pelayanan hemodialisis dengan
konsep :
12
 Pusat pelayanan hemodialisis yang mengedepankan patient safety
 One stop service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan hemodialisis, dengan
pelayanan kesehatan yang profesional dan dilengkapi dengan
fasilitas kesehatan yang modern.
Untuk memenuhi harapan tersebut RSUD Sekayu merancang
perencanaan renovasi gedung dan penambahan sarana prasarana
pelayanan hemodialisis hingga tahun 2019. Berikut road map rencana
pengembangan pelayanan hemodialisis.

Gambar 4.1. Road Map Rencana Pengembangan Pelayanan Hemodialisis

e. Menjadi Center of Excellent Chemo Therapy Tahun 2020


Jumlah masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan
kemoterapi di Kabupaten Musi Banyuasin cenderung mengalami
peningkatan, serta belum adanya pelayanan kemoterapi pada kabupaten-
kabupaten sekitar Musi Banyuasin, sehingga dengan adanya fasilitas
center excellent chemotherapy di RSUD Sekayuini, kami optimis dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin.
Harapannya dengan adanya center excellent chemotherapy akan
mempercepat dan mempemudah pasien mendapatkan pelayanan
kemoterapi.
Berdasarkan pengamatan pada beberapa rumah sakit daerah yang
ada di Sumatera Selatan dan analisa SWOT, tingkat pelayanan

13
kemoterapi semakin meningkat dan dalam upaya memenuhi kebutuhan
akan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, makaRSUD
Sekayuakanmengembangkan pelayanan kemoterapi dengan konsep
sebagai berikut:
- Penyelenggaraan Peyelenggaraan Pelayanan Kanker sesuai dengan
panduan yang bertujuan menjamin hak pelayanan kanker bagi
seluruh masyarakat Indonesia dan mencakup kegiatan promotif,
reventif, kuratif, dan rehabilitatif.
- Pusat pelayanan kemoterapi yang terstandar, modern, dan aman bagi
pasien serta tenaga kesehatan terkait.
Dengan berpegangan pada hal tersebut diatas, maka diharapkan
dapat memudahkan dalampemasarannya. Untuk memenuhi harapan
tersebut RSUD Sekayu merancang perencanaan penambahan alat-alat
kesehatan dan pengembangan pelayanan kemoterapi hingga tahun 2020.
Berikut grafik rencana pengembangan pelayanan kemoterapi:

Dengan terlaksananya perencanaan pengembangan pelayanan


tersebut, maka di harapkan akan mempermudah pemasaran pelayanan
kemoterapi di RSUD Sekayu.

14
2.2.3 Pengembangan Bangunan RS

1. Bangunan Fisik
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu adalah Rumah Sakit
Pemerintahan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Kelas C dari tahun
2000 hingga 2017. Pada akhir tahun 2017 RSUD Sekayu berhasil
melakukan peningkatan kelas menjadi Kelas B dengan tingkat hunian
(BOR) sebesar 86,4% pada tahun 2018 dengan kapasitas tempat tidur
239 Tempat tidur. berdasarkan kajian yang mendalam kebutuhan tempat
tidur.

Sejak Tahun 2018 RSUD Sekayu yang mulanya terdiri dari


gedung A, B, C, D dan Gedung Baru masing-masing 2 (dua) lantai
(kulim dan manggaris) bertambah dengan gedung Eks akper dengan
uraian sebagai berikut :

a. Gedung A
 Poliklinik Rwat Jalan  Rekam Medik
 Bank Sumsel
 Farmasi Rawat Jalan
 Tempat Pendaftaran/ Loket
 IGD
 Triase Pendaftaran
 OK IGD
 ICU/ NICU
 Ponek
 Perinatologi (NICU+
 Radiologi Neonatus
 Rehabilitasi Medik  Kebidanan (VK dan
 Laboratorium PK & UTD Neonatus)
 Ruang Humas  Bedah Sentral
 Tempat Fotocopy  Aula
 Poli Tumbuh Kembang Anak CSSD

 Poli Eksekutif  Kantin

b. Gedung B
 Ruang Perawatan Rawat Inap
o Kelas III diberi nama Ruang Medang
o Kelas II diberi nama Ruang Meranti
15
o Kelas I diberi nama Ruang Tembesu
o Kelas VIP diberi nama Ruang Petanang
o Rungai Sungkai Kebidanan (II dan III) dan Ruang
Rawat Gabung Bayi
 Ruang Komite PPI RSUD Sekayu
 Ruang SPI
c. Gedung C
 Labor Patologi Anatomi
 Ruang IT / Ruang Tim Pengendali Asuransi dan Klaim (TPA)
 Haemodialisa
 Kantin
 Farmasi Rawat Inap
 Gudang Farmasi 1
 Ruang Gizi
 Sanitasi/ Laundry
d. Gedung D
 IPSRS
 Maintenance
 Ruang Genset
 Kamar Jenazah
 Instalasi Gas Medis
e. Gedung Baru
 Ruang Infeksi Airborne Disease ( Kulim)
 Ruang Infeksi Non Airborne Disease ( Manggaris)
f. Gedung Eks Akper
 Kantor Administrasi
 Gudang Farmasi 2
 Ruang Perawatan Leban
 Ruang IGD Covid
 Ruang Kemoterapi
 Gudang Sarana
16
Tabel: 1.1 Kapasitas Tempat Tidur RSUD Sekayu Tahun 2021

Sumber : Surat Keputusan Direktur Nomor 123 Tahun 2021 Tentang


Perubahan Penetapan Jumlah Tempat Tidur Pada Rumah Sakit Daerah
Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin

17
VISI sesuai SK Direktur RSUD Sekayu Nomor 800/171/RS/2018:

MEWUJUDKAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU


MUSI BANYUASIN SEBAGAI RUMAH SAKIT KELAS DUNIA
DALAM RANGKA MENDUKUNG PERWUJUDAN
MUBA MAJU BERJAYA 2022

VISI Percepatan RSUD Sekayu sesuai Edaran Nomor 800/245/RS/IV/


2018:
Menjadi RS Rujukan Regional Berstandar Internasional Tahun
2019
MISI sesuai SK Direktur RSUD Sekayu Nomor 800/171/RS/2018:

1. Melakukan Penataan SDM melalui peningkatan Hard Competency dan


Soft Competency (The Right Man In the Right Place at The Righ Time)
2. Terwujudnya Akreditasi Paripurna dan Rumah Sakit Kelas B
3. Terwujudnya RSUD Sekayu sebagai Rujukan Regional bertaraf
Internasional melalui unggulan pelayanan Center Of excellence medical
check up tahun 2019, Center Of excellence integrated heart care tahun
2019, Center Of excellence minimal invasif surgery tahun 2019, Center Of
excellence hemodialisa tahun 2019 Center Of excellence chemo therapy
tahun 2019
4. Terwujudnya RSUD Sekayu berstandar Akreditasi Joint Comission
Internasional
2.3 Struktur Dan Susunan Organisasi Rumah Sakit
Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSUD Sekayu untuk sekarang
masih mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin dimana
ada 1 (satu) Kepala Bagian dan 3 Kepala Bidang yang membantu Direktur
dalam menyelenggarakan operasional RSUD Sekayu ini. Selain itu dibantu
juga dengan Komite Medik, Keperawatan, Mutu, PMKP, IPCN dan Farmasi
dan Terapi. Setiap Bagian dan Bidang dibantu oleh 2 (dua) orang pejabat

18
struktural. Adapun susunan organisasi RSUD Sekayu pada tahun 2020 (26
November 2020) sebagai berikut :

1 Direktur RSUD Sekayu :dr. Makson Parulian Purba, MARS

2 Wakil Direktur Administrasi dan Keungan :Ridati Murdiyanti,S.Si,Mars

3 Wakil Direktur Pelayanan :dr. Ira Puspita Mizar Ginting

4 Kepala bagian Administrasi dan Umum :Yurizal, SKM

Kasubbag Ketatausahaan :Novita Sari Utami, SST,M.Kes

Kasubbag Kepegawaian & Diklat :R.A Rita Anggraini,SST

Kasubbag Rumah Tangga dan :Agus Fitrian, ST


Perlengkapan

5 Kepala Bagian Keungan :Agustini, SE

Kasubbag Akuntansi Pelaporan :Rodes Kurniadi,Amd

Kasubbag Perbendaharaan :Yetty Oktariza,S,Psi

Kasubbag Verifikasi & Anggaran :Endang Abggrestina, Se,M.Si

6 Kepala Bagian Bina Program dan Publikasi :Tika Hadiyanti,AMF

Kasubbag Perencaaan dan Evaluasi :Muhammad Nasir, SE,M.Si

Kasubbag Hukum & Humas :Dwi Marsilviah, S.IP,M.Pd

Kasubbag Promkes Rumah Sakit :Zuryati, Am.Keb

7 Kepala Bidang Pelayanan Medik :Drg. Dina Krisnawari Oktavia

Kepala Seksi Pelayanan Medik :Novaza Zemilia A, S.ST,M.Kes

Kepala Seksi Rekam Medik dan SIRS :Iin Darliah, Amd.PK, SKM

8 Kepala Bidan Pelayanan Keperawatan :Ns.Efriena Masda K, S.Kep

Kepala Seksi Pelayanan dan Asuhan :Ns.Farida Yazid, S.Kep


Keperawatan
:I

19
Kepala Seksi Etika dan Pengembangan rma Subriani, S.Psi
Mutu Keperawatan

9 Kepala Bidang Pelayanan Penunjang :Solehatun Robiah, SKM, MARS

Kepala Seksi Penunjang Medik :Fauziah, SKM,M.Kes

Kepala Seksi Penunjang Non Medik :Nurhidayat Arifianto, SKM

20
22
Ketua Komite

1) Satuan Pengawas Internal (SPI) :Ibnu Said


Sugito,SST
2) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi :dr.Meili
Andriani,Sp.An
3) Komite Medik :dr.Taufik
firdaus, SpOG (K)
4) Komite Keperawatan : Ns. Serawati,
S.Kep
5) Komite Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien :dr.Nursaenah,
S.pN
6) Komite Farmasi dan Terapi : dr. Herianto,
Sp.PD
Kepala Instalasi (SK Direktur Nomor: 800/345/RS/2019):

1) Instalasi Rawat Jalan : dr. Alicia Agustine, Sp.B


2) Instalasi Rawat Inap : dr. Febri Rahmayani, SpPD
3) Instalasi Kebidanan : dr. Warsa Romanika, Sp. OG
4) Instalasi Gawat Darurat : dr. Hendra Cipta,SpB
5) Instalasi Bedah Sentral : dr. Renny Junitasari, Sp.OG
6) Instalasi ICU : dr. Meili Andriani, Sp.An
7) Instalasi NICU : dr. Deisy Elfrina Lubis, Sp.A
8) Instalasi Laboratorium PK : dr.Jeffry Nugraha, Sp.PK
9) Instalasi Laboratorium PA : dr. Winta Mayanti, SpPA
10) Instalasi Radiologi : dr. Cheryl
11) Instalasi Farmasi : Dra. Hanifdar, Apt
12) Instalasi Rehabilitasi Medik : dr. Robiatul Adawiyah
13) Instalasi IPSRS : Wahid Zamrudin
14) Instalasi Gizi : Farida, S.KM
15) Instalasi Humas : Andodi,S.KM
16) Instalasi Sanitasi : Leni Gustina,S.E
Kepala Ruang (SK Direktur Nomor: 800/196/RS/2019):
1. Kepala Ruang ICU : Ns. Serawati, S.Kep

21
2. Kepala Ruang NICU : Ns. Tuty Arly, S.Kep
3. Kepala Ruang OK : Ns Andi Perdana P, S.Kep
4. Kepala Ruang Farmasi Rajal : Ahmad Thantowi, S.Farm. Apt
5. Kepala Ruang Farmasi Ranap : Devi Novitasari,S.Farm.Apt
6. Kepala Ruang Gudang Farmasi : Agung Hidayatullah S S.Farm,Apt
7. Kepala Ruang Fisioterapi : Sri Suryani, S.Ft
8. Kepala Ruang IGD : Ardiansyah,Am.Kep
9. Kepala Ruang Laboratorium : Edi Sumantri, AMAK
10. Kepala Ruang Radiologi : Nurhidayat Arifianto, SKM
11. Kepala Ruang Sungkai : Riri Novaria, S.Tr.Keb
12. Kepala Ruang Medang : Ns. Aryadi ,S.Kep
13. Kepala Ruang Meranti : Ns. Murdiansyah, S.Kep
14. Kepala Ruang Manggaris : Ns. Ema Jaya ,S.Kep
15. Kepala Ruang Leban : Ns. Romi Apriansyah,S.Kep
16. Kepala Ruang Kulim : Haza Septrarina, S.Kep
17. Kepala Ruang Petanang/Tembesu : Hernita,Am.Kep
18. Kepala Ruang Rawat Jalan : Nirwana,Am.Keb
19. Kepala Ruang VK Kebidanan : R.A.Nurhidayah O, Am.Keb,SKM
20. Kepala Ruang Neonatus : Siti Fenta Juliantika, Am.Keb
21. Kepala Ruang PA : Vera Wati, AMAK
22. Kepala Ruang Gizi : Egi Puspita, Amg
23. Kepala Ruang IPSRS : Obby Saputra, ST
24. Kepala Ruang Humas : Atika Handayani,Amd.KL
25. Kepala Ruang Sanitasi : Nyayu Rohima,SKM
Kepala Unit (SK Direktur Nomor: 800/344/RS/2019):

1. Kepala Unit MCU : dr. Afif Alfisyah


2. Kepala Unit Poli Eksekutif : dr. Ahmad Syaukat
3. Kepala Unit Transfusi Darah : dr. Melani
4. Kepala Unit Hemodialisa :dr.Syahpri Dasa Wangsa, SpPD
5. Kepala Unit Ruang Rekam Medik: Irman Mandani, Amd. PK
6. Kepala Unit Sanitasi : Nyayu Rohima,SKM
7. Kepala Unit CSSD : Rusmiati, AMAK

22
8. Kepala Unit Diklat : Marni Eliza, Am.Kep, SKM
9. Kepala Unit IT : Sri Gustina, S.Kom
10. Kepala Unit Mobilisasi Dana : M. Fajridin Asnur
Manajer On Duty

1. Marni Eliza,Am.Kep
2. Fadlawati, SE
3. Nurhidayat Afrianto
4. Edy sumantri, AMAK
5. Andodi,SKM
6. Farida Yazid,S.Kep
7. Irma Subriani,S.Psi
8. dr.Ahmad Syaukat

23
BAB III
KAJIAN KASUS DAN TEORI

3.1 Kajian Masalah Kasus


Kasus dalam asuhan kebidanan ini adalah Ny. A G 3P0A2 hamil 15
minggu. Pengkajian awal dilakukan saat ibu datang ke PONEK RSUD Sekayu
pada tanggal 23 Maret 2022 pukul 23.15 WIB. Ny. A mengatakan bahwa ±8
jam sebelum masuk rumah sakit periksa kehamilan USG dengan dokter
spesialis kandungan dan dikatakan dalam kondisi baik. Pukul 04.00 ibu
mengatakan kram perut dan keluar air. Pukul 10.00 wib janin lahir tapi plasenta
belum lahir. Dari hasil anamnesa ibu terlihat cemas karena khawatir dengan
keberlangsungan kehamilannya. Dilakukan pemeriksaan USG Kolaborasi
dengan dokter spesialis kandungan didapatkan bagian sisa janin yang belum
keluar. Berdasarkan data tersebut maka ditegakkan diagnosis Ny. A G3P0A2
hamil 15 minggu dengan abortus inkomplit. Tindakan yang akan dilakukan
adalah pemberian KIE tentang abortus inkomplit serta penatalaksanaan pada
kasus abortus inkomplit yaitu pengeluaran sisa kehamilan yang masih
tertinggal dengan cara meminum obat atau dilakukannya kuretase.

3.2 Kajian Teori


3.2.1 Konsep Dasar Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
A. Definisi
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi
secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan,
2011). Kegawatdaruratan dapat juga didefinisikan sebagai situasi serius
dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga
dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa
(Campbell, 2000 dalam Kemenkes, 2016). Sedangkan kegawatdaruratan
obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi
dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran.
Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang
mengancam keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, &
Phillip Steer, 1999 dalam Kemenkes, 2016).

24
Kasus gawat darurat obstetri janinnya. Kasus ini menjadi penyebab
utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002 dalam
Kemenkes, 2016).
Masalah kedaruratan selama kehamilan dapat disebabkan oleh
komplikasi kehamilan spesifik atau penyakit medis atau bedah yang timbul
secara bersamaan. Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang
membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir
yang sakit kritis (≤ usia 28 hari), serta membutuhkan pengetahuan yang
dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang
mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff,
Brousseau, 2006 dalam kemenkes, 2016).
Penderita atau pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu
pertolongan tepat, cermat, dan cepat untuk mencegah kematian/kecacatan.
Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini adalah waktu tanggap (respon
time) dari penolong. Pengertian lain dari penderita gawat darurat adalah
penderita yang bila tidak ditolong segera akan meninggal atau menjadi
cacat, sehingga diperlukan tindakan diagnosis dan penanggulangan segera.
Karena waktu yang terbatas tersebut, tindakan pertolongan harus
dilakukan secara sistematis dengan menempatkan prioritas pada fungsi
vital sesuai dengan urutan ABC, yaitu :
A (Air Way) : yaitu membersihkan jalan nafas dan menjamin nafas bebas
hambatan
B (Breathing) : yaitu menjamin ventilasi lancar
C (Circulation): yaitu melakukan pemantauan peredaran darah
B. Cara Merespon Kegawatdaruratan
Cara merespon kegawatdaruratan Apabila terjadi kegawatdaruratan,
anggota tim seharusnya mengetahui peran mereka dan bagaimana tim
seharusnya berfungsi untuk berespon terhadap kegawatdaruratan secara
paling efektif. Anggota tim seharusnya mengetahui situasi klinik dan
diagnose medis, juga tindakan yang harus dilakukannya. Selain itu juga
harus memahami obat-obatan dan penggunaannya, juga cara pemberian
dan efek samping obat tersebut. Anggota timseharusnya mengetahui

25
peralatan emergensi dan dapat menjalankan atau memfungsikannya
dengan baik (kemenkes, 2016).
C. Penatalaksanaan awal terhadap kasus kegawatdaruratan kebidanan
Menurut Kemenkes, 2016 Bidan seharusnya tetap tenang, jangan
panik, jangan membiarkan ibu sendirian tanpa penjaga/penunggu. Bila
tidak ada petugas lain, berteriaklah untuk meminta bantuan. Jika ibu tidak
sadar, lakukan pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi dengan
cepat. Jika dicurigai adanya syok, mulai segera tindakan membaringan ibu
miring ke kiri dengan bagian kaki ditinggikan, longgarkan pakaian yang
ketat seperti BH/Bra. Ajak bicara ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk tetap
tenang. Lakukan pemeriksaan dengan cepat meliputi tanda tanda vital,
warna kulit dan perdarahan yang keluar.
3.2.2 Konsep Dasar Kehamilan
A. Definisi
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga kahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 9-10 buln menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalam tiga trimester kesatu berlangsung dalam 12
minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke 28-40) (Prawiroharjo, 2014).
Kehamilan normal biasanya berlangsung kira-kira 10 bulan atau 9
bulan 10 hari, 40 minggu atau 280 hari. Lama kehamilan dihitung dari hari
pertama menstruasi terakhir, akan tetapi sebenarnya konsepsi terjadi
sekitar 2 minggu setelah hari pertama hari pertama menstruasi terakhir.
Dengan demikian umur janin pascakonsepsi adalah selisih kira-kira dua
minggu, yakni 266 hari atau 38 minggu. Usia pascakonsepsi ini akan
digunakan untuk mengetahui perkembangan janin (Suryati,2011).

B. Proses Kehamilan
Kehamilan terjadi karena pembuahan, dimana pembuahan adalah
suatu proses penyatuan antara sel mani dan sel telur di tuba fallopi,

26
umumnya terjadi di ampula tuba,pada hari ke sebelas-keempat belas dalam
siklus menstruasi. Wanita mengalami ovulasi ( Peristiwa matangnya sel
telur ) sehingga siapuntuk dibuahi, bila saat ini dilakukan coitus, sperma
yang mengandung kurang lebih seratus sepuluh sampai seratus dua puluh
juta sel sperma dipancarkan ke bagian atas dinding vagina terus naik ke
serviks dan melintas uterus menuju tuba fallopi di sinilah ovum dibuahi
(Suryati, 2011).
Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi) adalah suatu peristiwa penyatuan
sel mani dengan sel telur di tuba uterine. Hanya satu sperma yang telah
mengalami proses kapasitas yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk
ke vetilus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga
tidak dapat dilalui sperma lain. Proses tersebut diikuti oleh penyatuan
kedua pronuklei yang disebut zigot, yang terdiri atas acuan genetik dari
wanita dan pria. Pembuahan mungkin akan menghasilkan, zigot-XX
menurunkan bayi perempuan atau zigot-XY menurunkan bayi laki-laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot yang
terjadi selama 3 hari sampai stadium morula. Hasil konsepsi tadi tetap
digerakkan ke arah rongga rahim oleh arus dan geteran rambut
getar(sillia), kontaksi tuba. Hasil konsepsi tiba dalam kavum uteri pada
tingkat blastula (Mochtar, 2012).
Nidasi (Implantasi) adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi
ke dalam endomentrium.Blastula diselubungi oleh suatu simpai, disebut
trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan.ketika
blastula mencapai rongga rahim, jaringan endomentrium berada dalam
masa sekresi.Jaringan endomentrium tersebut banyak mengandung banyak
glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula dengan bagian
yang berisi massa sel ke dalam (inner-cell mass) akan mudah masuk ke
dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan
menutup. Itulah sebabnya, kadang-kadang pada saat nidasi terjadi sedikit
perdarahan akibat luka desidua (tanda Hartman). Umunya, nidasi terjadi
pada dinding depan atau belakang rahim (korpus), dekat fundus uteri. Jika
nidasi telah terjadi, dimulailah diferensiasi sel-sel blastula, sel-sel kecil

27
yang terletak dekat ruang eksoselom membentk entoderm dan kantong
kuning telur, sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi ektoderm dan
me,bentuk ruang amnion (kavitas amniotika). Dengan demikian,
terbentukalah suatu lempeng embrional (embryonal plate) di antara
amnion dan yolk sac (sakus vetelinus-kantong kuning telur)( Mochtar,
2012).
C. Tanda dan Gejala Kehamilan
1) Tanda Tidak Pasti Hamil
Tanda tidak pasti hamil adalah sebagai berikut :
1) Amenorea (Tidak Datang Bulan)
Bila seorang wanita dalam masa mampu hamil, akan
mengeluarkan tanda sedikit bercak perdarahan yang penyebabnya
tidak diketahui pada awal kehamilan,Biasanya wanita akan
mengeluh terlambat haid (Prawiroharjo,2014).
2) Mual muntah
Mual dan muntah adalah gejala umum, mulai dari rasa tidak
enak sampai muntah yang berkepanjangan.Mual dan muntah
diperberat oleh makanan yang baunya menusuk dan juga emosi
penderita yang tidak stabil.Untuk mengatasinya penderita diberi
makan-makanan ringan, mudah dicerna (Prawiroharjo,2014)
3) Nyeri pada Payudara/ Mastodinia
Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara
disebabkan payudara membesar (Suryati, 2011).
4) Quickening
Quickening adalah presepsi gerakan janin pertama, biasanya
disadari oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu (Suryati, 2011).
5) Mengidam
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama.ibu hamil
sering meminta makanan atau minumam tertentu, terutama pada
trimester pertama. Akan tetapi menghilang dengan makin tuanya
kehamilan (Suryati, 2011).
2) Tanda Mungkin Hamil

28
Menurut Prwiroharjo, 2014 terdapat beberapa tanda mungkin hamil
yang dapat di amati yaitu:
1) Tanda Hegar
Tanda ini berupa pelunakan pada daerah istismus uteri, sehinga
pada daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis
dan uterus mudah didefleksikan dapat diketahui melali
pemerikasaan bimanual.
2) Tanda Goodells
Diketahui melalui pemeriksaan bimanual.Serviks terasa lebih
lunak.
3) Tanda Chadwick
Dinding vagina dan vulva tampak lebih warna kebiru-biruan.
4) Terjadi Pembesaran Uterus
Pembesaran uterus menjadi nyata setelah minggu ke-16, karena
pada saat ini uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi
organ rongga perut.

3) Tanda Pasti Kehamilan


1) Denyut Jantung Janin
Dapat didengar dengan stetokop leanec pada minggu ke 17-18.
Dapat juga didengar dengan menggunakan Doppler, DJJ dapat
didengar lebih awal lagi sekitar minggu ke – 12. Melakukan
auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang
lain seperti, bising tali pusat, bising uterus, dan nadi ibu
(Suryati,2011).
2) Gerakan Janin Dalam Rahim
Gerakan janin juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12
minggu. Tetapi baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan
16-20 minggu. Karena diusia kehamilan tersebut, ibu hamil dapat
merasakan gerakan halus hingga tendakan kaki bayi usia kehamilan
16-20 minggu. Gerakan pertama bayi yang dapat dirasakan ibu
pertama kali atau Quickening (Suryati,2011)
3.2.3 Konsep Dasar Abortus

29
A. Definisi Abortus
Menurut Kemenkes, 2016 abortus adalah :
a. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan sebagai batasan ialah kehamilan kurang
dari 20 minggu atauberat janin kurang dari 500 gram.
b. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan karena sebab tertentu pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau hasil konsepsi
belum mampu hidup di luar kandungan.7
c. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
Berdasarkan definisi mengenai abortus yang didapat dari beberapa
buku, dapat disimpulkan bahwa abortus adalah berakhirnya suatu
kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan yaitu usia
kehamilan kurang dari 22 minggu dengan berat badan janin kurang dari
500 gram.

B. Etiologi
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah: kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi seperti (kelainan kromosom, lingkungan,
nidasi kurang sempurna dan pengaruh luar), infeksi akut seperti
(pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV),
Abnormalitas traktur genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks
berlebihan, robekan serviks, dan retroversio uterus, kelainan plasenta
(Ratnawati, 2018).
Penyebab terjadinya abortus adalah: infeksi akut yaitu infeksi yang
muncul dalam waktu singkat, contoh infeksi yang dapat menyebabkan
abortus antara lain cacar, rubella, dan hepatitis. Selain infeksi akut
terdapat infeksi kronis yang menyebabkan terjadinya abortus seperti sifilis
tuberkulosis paru (TB) aktif, selain itu penyakit kronis seperti
hipertensi, anemia berat, penyakit jantung. Gangguan fisiologi seperti syok
dan ketakutan serta adanya trauma fisik termasuk dalam infeksi kronis
penyebab terjadinya abortus.Penyebab dari janin termasuk penyebab

30
terjadinya abortus seperti adanya kelainan bawaan pada janin. (Amallia,
2019).
Menurut (Prawirohardjo, 2014) Penyebab abortus bervariasi dan
sering diperdebatkan, pada umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab
terbanyak di antaranya adalah :
a. Faktor genetik Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh
kelainan kariotip embrio, belum termasuk kelainan yang disebabkan
oleh gangguan gen tunggal (kelainan Mendelian) atau mutasi pada
beberapa lokus (gangguan poligenik atau multifaktor) yang tidak
terdeteksi dengan pemeriksaan kariotip.Abortus berulang bisa
disebabkan oleh penyatuan dari 2 kromosom yang abnormal, di mana
bila kelainannya hanya pada salah satu orang tua, faktor tersebut tidak
diturunkan.Studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa bila
didapatkan kelainan kariotip pada kejadian abortus, maka kehamilan
berikutnya juga berisiko abortus.
b. Kelainan kongenital uterus Defek anatomik uterus diketahui sebagai
penyebab komplikasi obstetrik seperti abortus berulang, prematuritas,
serta malpresentasi janin.Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1 per
200 sampai 1 per 600 perempuan.Penyebab terbanyak abortus karena
kelainan anatomik uterus adalah septum uterus.Mioma uteri juga bisa
menyebabkan infertilitas maupun abortus berulang. Sebagian besar
mioma uteri tidak memberikan gejala, hanya yang berukuran besar atau
yang memasuki kavum uteri yang akan menimbulkan gangguan.
c. Infeksi Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai
diduga setelah dilakukan pengamatan kejadian abortus berulang pada
perempuan yang terpapar organisme.
d. Lingkungan Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan
obat, bahan kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus
misalnya paparan terhadap buangan gas anestesi dan tembakau. Rokok
diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang
telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat
sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan pasokan

31
oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin.Dengan adanya
gangguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan
pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus.
e. Pola aktivitas dan istirahat Untuk mengetehui aktivitas ibu berlebih atau
tidak adanya trauma atau kecelakaan kerja, karena hal ini dapat
menyebabkan abortus.
C. Klasifikasi Abortus
Menurut Kemenkes, 2016 abortus dapat dikelompokan sebagai:
a. Abortus dini bila terjadi pada trimester pertama (kurang dari 12
minggu)
b. Abortus lanjut bila terjadi antara 12-24 minggu (trimester kedua).
Sementara itu, menurut Prawiroharjo,2014 berdasarkan kejadiannya
abortus dikelompokan sebagai berikut :
a. Abortus spontan (spontaneous abortion, miscarriage, pregnancy
loss) keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis.
1) Abortus iminens (keguguran mengancam/threatened abortion)
terjadi pada usia kehamilan <20 minggu, perdarahan biasanya
tidak banyak, baru mulai mengancam dan masih ada harapan
untuk mempertahankan kehamilan. Ostium uteri tertutup dan
ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan. Ibu mengalami
sedikit perdarahan yang keluar pervagina saat keguguran immin,
namun tidak terjadi nyeri abdomen yang hebat. Uterus membesar
dan serviks tertutup.
2) Abortus insipiens (keguguran berlangsung/inevitable abortion)
abortus sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Ostium
uteri terbuka, ketuban teraba dan berlangsung hanya beberapa jam.
3) Keguguran disebut insipien jika os serviksnya terbuka. Dapat
kehilangan banyak darah dan nyeri kram abdomen bagian bawah
terjadi bersama dengan kontraksi uterus. Beberapa produk
konsepsi dan bekuan dapat dikeluarkan, namun desidua sering kali
tertahan dan selanjutnya keguguran tersebut dinamakan inkomplit.
4) Abortus inkomplitus (keguguran tidak lengkap/incomplete

32
abortion) sebagian hasil konsepsi telah dilahirkan tetapi sebagian,
biasanya jaringan plasenta, masih tertinggal didalam rahim.
Ostium uteri terbuka dan jaringan dapat teraba.
5) Abortus complitus (keguguran lengkap.complete abortion) seluruh
hasil konsepsi telah dilahirkan lengkap.Ostium uteri tertutup dan
ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan atau Ostium uteri
terbuka dan kavum uteri kosong. Os serviks terbuka dan uterus
mengeluarkan seluruh isinya. Keguguran tersebut kemungkinan
besar terjadi setelah kehamilan 14 minggu dibandingkan usia
kehamilan yang lebih muda, ketika keguguran tersebut terjadi,
seringkali inkomplit.
6) Missed abortion atau Silent miscarriage atau disebut janin telah
mati sebelum minggu ke-20 tetapi tertahan di dalam rahim selama
beberapa minggu setelah janin mati. Batasan ini berbeda dengan
batasan ultrasonografi yakni ditemukan kehamilan yang nonviable
tanpa gejala perdarahan. Embrio mati dan akhirnya diserap, namun
uterusnya tidak mengeluarkan desidua dan kantong ketuban. Ibu
kadang kala merasakan berat tumpul pada panggul, kehamilan
memperlihatkan tanda kemunduran, dan uterusnya berhenti
membesar. Darah yang bertahan diuterus keluar sebagai rabas
cokelat dan encer. Saat ini, diagnosis kondisi seperti ini lebih
sering ditegakkan dengan menggunakan USG pada usia kehamilan
yang sangat awal.
7) Abortus habitualis (keguguran berulang) abortus terjadi 3 kali
berturut-turut atau lebih pada seorang. Wanita tersebut umumnya
tidak sulit hamil akan tetapi kehamilannya tidak dapat bertahan terus
sehingga Wanita yang bersangkutan tidak dapat melahirkan anak
yang hidup. Hal tersebut dapat digolongkan sebagai infertilitas atau
sterilitas. Penyebab abortus habitualis yang diketahui yakni karena
kelainan zygoteatau kelainan genetik (kromosomal) pada istri atau
suami, gangguan nutrisi, penyakit infeksi serta terdapat kelainan pada
serviks dan uterus.

33
8) Keguguran septik. Keguguran ini terjadi setelah naiknya
organisme dari vagina ke dalam uterus, sering kali terjadi setelah
keguguran inkomplit atau abortus yang diinduksi dalam kondisi
yang tidak steril. Selain perdarahan hebat dan nyeri, ibu biasanya
mengalami demam dan tanda syok endotoksi. Organisme yang
paling umum adalah Escherichia coli dan Streptococcuc facecalis.
b. Abortus buatan (Abortus provocatus, aborsi disengaja, digugurkan)
yang dapat dikelompokan lebih lanjut menjadi:
1) Abortus buatan menurut ilmu (abortus provocatus artificial atau
abortus therapeuticus) abortus sesuai indikasi untuk kepentingan
ibu, misalnya penyakit jantung, hipertensi maligna, atau
karsinoma serviks. keputusan pelaksanaan aborsi ditentukan oleh
tim ahli yang terdiri atas dokter ahli kebidanan, dan penyakit
dalam.
2) Abortus buatan kriminal (abortus provocation criminalis)
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah. dilarang
oleh hukum atau dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang.
kecurigaan terhadap abortus provokatus kriminal harus
dipertimbangkan bila terdapat febrilis. Aspek hukum tindakan
abortus buatan harus diperhatikan.
D. Faktor Resiko Abortus
Ada beberapa faktor yang merupakan penyebab terjadinya abortus
yaitu faktor paritas 25 %, umur 12 – 26 % dan riwayat abortus 30 – 45 %
yang mempunyai pengaruh besar. Resiko abortus semakin tinggi dengan
bertambahnya paritas, semakin bertambahnya umur ibu dan ayah. Ada
juga faktor lain yang berpengaruh yaitu riwayat abortus merupakan
predisposisi terjadinya abortus berulang. Kemungkinan terjadinya abortus
berulang pada seorang wanita yang mengalami abortus tiga kali atau lebih
adalah 83,6 %. Penelitian Suarni tahun 2006 di Makasar juga mengatakan
selain faktor umur dan paritas kadar Hb ibu juga menjadi penyebab
tingginya angka abortus pada ibu.
Menurut Aidil (2019), resiko perdarahan juga dapat meningkat akibat

34
jaringan rongga dan otot panggul yang melemah, pada penelitian lain
ditemukan bahwa primigravda dan grandemultipara memiliki peluang
0,305 kali untuk terjadinya abortus. Menurut penelitian oleh Jumiati dalam
Aidil (2019) mendapatkan bahwa yang tertinggi mengalami abortus ialah
ibu hamil dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun. Hal ini diakibatkan
bila jarak kehamilan terlalu pendek kurang dari 2 tahun diperkirakan
kondisi Rahim belum benar-benar siap mengalami kehamilan berkutnya.
Selain itu Meurut Hutapea, 2017 ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan terjadinya abortus, salah satunya adalah terjadinya
abortus pada usia ibu hamil yang terlalu muda, karena wanita hamil pada
usia yang terlalu muda (<20 tahun) dari segi biologis perkembangan alat-
alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal. Dari segi fisikis belum
matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, emosional dan dari segi
medis sering mendapat gangguan.
Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian terjadinya abortus
adalah jarak kehamilan karena yang terlalu dekat dapat memberikan
indikasi kurang siapnya rahim untuk terjadi implantasi bagi embrio.
Persalinan yang rapat akan meningkatkan resiko kesehatan wanita hamil
bila ditunjang dengan sosial ekonomi yang buruk. Dengan kehamilan dan
menyusui akan menurunkan derajat kesehatan yang akan meningkatkan
resiko terjadinya abortus.
Disamping membutuhkan waktu untuk pulih secara fisik perlu waktu
untuk pulih secara emosional. Resiko tinggi pada jarak kehamilan <2
tahun dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana sehingga
tidak menimbulkan kehamilan yang tidak direncanakan, sebagian dari
resiko tinggi adalah kehamilan yang tidak direncanakan.
Faktor yang juga berhubungan dengan kejadian abortus adalah
pekerjaan dan setatus gizi pada ibu hamil karena jenis pekerjaan seorang
wanita hamil dapat mempengaruhi kehamilannya baik ibu dan janin yang
dikandungnya. pekerjaan ibu yang dilakukan sehari-hari tanpa diimbangi
dengan istirahat yang cukup akan mempengaruhi kesehatan pertumbuhan
dan perkembangan janin.

35
Bentuk rahim yang kurang sempurna, mioma, gaya hidup yang
tidaksehat seperti kebiasaanmerokok, mengkonsumsi minuman beralkohol,
minum kopi, pengguna ganja dan kokain, minum obat-obatan yang dapat
membahayakan kandungan, stress atau ketakutan, hubungan seks dengan
orgasmesewaktu hamil dankelelahan karenasering
bepergiandengankendaraan.Faktor lingkungan juga bisa menyebabkan
abortus seperti seperti trauma fisik, terkena pengaruh radiasi, polusi,
pestisida, dan berada dalam medan magnet di atas batas normal.
Selain faktor lingkungan, gaya hidup yang tidak sehat seperti minum
kopi juga berakibat terhadap abortus. Wanita yang minum kopi selama
hamil beresiko terhadap abortus dan melahirkan bayi yang meninggal.
Semakin banyak minum kopi semakin meningkatkan resiko kejadian
abortus. Wanita yang minum kopi tigagelas sehari mempunyai resiko 3%
abortus dan kematian bayi, sedangkan wanita yang minum kopi rata–rata
atau lebih dari delapan gelas sehari mempunyai resiko 75 % abortus
spontan dan beresiko 2.7 kali terhadap kematian janin.Selain kopi, wanita
yang menggunakan ganja juga beresiko terhadap abortus. Penelitian yang
dilakukan oleh Baines mengatakan bahwa embrioyang terpapar zat tetra
hydro cannabinol (THC) yang berada dalam ganjaakan mengalami
kegagalan dalam berimplantasi sehingga mengakibatkan keguguran.

3.2.4 Abortus Inkomplit


A. Pengertian Abortus Inkomplit
a. Abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih
terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram (saifuddin, 2013).
b. Abortus Inkomplit adalah pengeluaran sebagian janin pada kehamilan
muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar kavum uteri
melalui kanalis servikalis (prawirohardjo, 2013).
c. Pada keguguran inkomplit, sisa plasenta di dalam rongga uterus dapat
mengakibatkan perdarahan yang hebat dan banyak. Keguguran
inkomplet berperan menyebabkan peningkatan mortalitas dan

36
morbiditas wanita diseluruh dunia, dan aspirasi vakum kemungkinan
tidak tersedia bagi para wanita yang berada di negara berkembang.
Aspirasi vakum oleh WHO dinyatakan sebagai alat utama untuk
mencegah trauma dan infeksi pada ibu (Maryunani dan Eka, 2014).
B. Tanda dan gejala Tanda dan gejala abortus inkomplit adalah sebagai
berikut (Kemenkes, 2016) :
a. Perdarahan sedang hingga masih banyak setelah terjadi abortus.
b. Serviks terbuka, karena masih ada benda di dalam uterus yang dianggap
corpus alienum maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan
megadakan kontraksi tetapi kalau keadaan ini di biarkan lama, serviks
akan menutup kembali.
c. Kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mulas-mulas d. Ekspulsi
sebagai hasil konsepsi.
C. Diagnosa abortus inkomplit
Pada pemeriksaan vaginitis, kanalis servikalis terbuka dan jaringan
dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak
sekali, sehinggamenyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti
sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan (Darmawati, 2017).
D. Patofisiologi
Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun
sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun
medisinalis. Proses terjadinya adalah berawal dari pendarahan pada
desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan diatasnya.
Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding
uterus. Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus
sehingga akan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi korialies belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi
koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada

37
kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-mula dikeluarkan
setelah ketuban pecah adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang
telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera
terlepas dengan lengkap (Prawiroharjo, 2014)
E. Komplikasi Abortus Inkomplit
Komplikasi Abortus menurut antara lain sebagai berikut (Darmawati,
2017):
a. Pendarahan Diatasi dengan pengosongan uterus dan sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian yang
disebabkan oleh perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
b. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa penderita
perlu diamati dengan teliti.Jika ada tanda bahaya, perlu segera
dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk peforasi,
penjahitan luka operasi atau perlu histerektomi.Perforasi uterus pada
abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan
gawat karena perlukaan lebih luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada
kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
cidera ,untuk selanjutnya mengambil tindakan seperlunya guna
mengatasi komplikasi.
c. Infeksi Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi tiap abortus,
tetapi biasanya ditemukan abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan
suatu abortus yang tidak aman.
d. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (shok
hemoragik) dan karena infeksi berat (shok endoseptik).
F. Pengkajian Data Diagnosis abortus inkompletus ditegakkan berdasarkan
Indriyani, 2013) :
1). Anamnesis
a) Adanya amenore pada masa reproduksi.
b) Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi.

38
c) Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis.
2). Pemeriksaan Fisik
a) Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan.
b) Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di dalam
uterus, dapat juga menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.
c) Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol.
d) Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak.
3). Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin,
leukosit, waktu bekuan, waktu perdarahan, dan trombosit.
b) Penentuan hCG subunit beta secara serial membantu dalam
menentukan apakah kehamilan dapat dipertahankan. Jika kadarnya
menurun dengan cepat mencapai nol, hal tersebut juga membantu
menegakan abortus komplit.
c) Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa
hasil konsepsi.
G. Penanganan Abortus Inkomplit.
1. Tatalaksana Umum (Prawiroharjo, 2014) :
1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu
termasuk tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan).
2) Periksa tanda-tanda syok (dingin, pucat, takikardia, tekanan sistol
kurang dari 90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana syok.
Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap perkirakan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu
karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
3) Bila terdapat tanda-tanda sepis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam
untuk 48 jam:
1) Ampicillin 2g IV/IM kemudian 1g diberikan setiap 6 jam
2) Gentamicin 5mg/kg BB IV setiap 24 jam.
3) Metronidazole 500mg IVsetiap 8 jam
d) Segera rujuk ke rumah sakit

39
e) Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan
emosional dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
f) Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.
2. Tatalaksana Abortus Inkomplit (Prawiroharjo, 2014)
Evakuasi jaringan sisa dalam uterus untuk menghentikan perdarahan
dilakukan dengan cara :
1) Kehamilan kurang dari 16 minggu Jika perdarahan ringan atau
sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16 minggu.
Gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi
yang mencuat dari serviks. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan
kurang dari 16 minggu. Lakukan evakuasi isi uterus.Aspirasi vacum
menual (AVM) adalah metode evakuasi yang dianjurkan.Kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia.Jika evakuasi
tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2mg IM (dapat di
ulang 15 menit kemudian bila perlu). Lakukan evaluasi tanda vital
pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam.Bila kondisi ibu baik,
pindahkan ibu ke ruang perawatan.
2) Kehamilan lebih dari 16 minggu. Berikan infus oksitosin 20 unit
dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat)
dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi.Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap
4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan9 .
Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2
jam.Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang perawatan.
3) Dilatasi dan Kuretase Menurut (Saifuddin, 2013) dalam tatalaksana
dilatasi dan kuretase dilakukan :
a) Kaji ulang indikasi
b) Lakukan konseling dan persetujuan tindakan medis
c) Persiapan alat, pasien, dan pencegahan infeksi sebelum tindakan
14

40
d) Berikan dukungan emosional. Beri petidin 1-2 mg secara IM atau
IV sebelum prosedur
e) Suntikkan 10 IU oksitosin IM atau 0,2 mg ergometrin sebelum
tindakan agar uterus berkontraksi dan mengurangi resiko
perforasi.
f) Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menentukan bukaan
serviks, besar,arah dan konsistensi uterus.
g) Lakukan tindakan aseptik/antiseptik pada vagina dan serviks
h) Periksa apakah ada robekan serviks atau hasil konsepsi di kanalis
servikalis, jika ada keluarkan dengan cunam ovum.
i) Jepit serviks dengan tenakulum pada pukul 11.00 dan 13.00.
Dapat pula menggunakan cunam ovum untuk menjepit serviks
j) Jika menggunakan tenakulum, suntikkan lignokain 0,5% 1 ml
pada bibir depan atau belakang serviks.
k) Lakukan pemeriksaan kedalaman dan lengkung uterus dengan
penera kavum uteri.
l) Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis hingga bersih
(terasa seperti mengenai bagian bersabut)
m)Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menilai besar dan
konsistensi uterus.
n) Hasil evakuasi diperiksa dulu dan apabila perlu dikirim ke
Laboratorium Patologi Anatomik.
3. Perawatan Pasca tindakan (Kemenkes, 2016):
a) Beri paracetamol 500 mg per oral jika perlu
b) Segera mobilisasi dan realimentasi
c) Beri antibotika profilaksis, termasuk tetanus profilaksis jika tersedia
d) Boleh pulang 1-2 jam pascatindakan jika tidak terdapat tanda-tanda
komplikasi
e) Anjurkan pasien segera lapor bila terjadi gejala-gejala seperti :
(1) Nyeri perut (lebih dari beberapa hari) 15
(2) Perdarahan berlanjut (lebih dari 2 minggu)
(3) Perdarahan lebih dari haid

41
(4) Demam
(5) Menggigil
(6) Pingsan
4. Observasi
Menurut Prawiroharjo, 2014 Observasi adalah teknik pengumpulan
data dengan cara mengamati dan melakukan berbagai macam
pemeriksaan yang berhubungan dengan kasus. Observasi dapat berupa
pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.Penatalaksanaan observasi dilakukan untuk melihat
perkembangan asuhan yang telah dilakukan .
5. Konseling kontrasepsi
Pasien diharapkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan sehingga perlu
memakai kontrasepsi seperti kondom atau pil (Kemenkes,2016).
H. Pencegahan
Jika keguguran akan segera terjadi, hal tersebut tidak bisa dicegah.
Jika sebelumnya terdapat perdarahan pada awal kehamilan dan diagnosis
ancaman keguguran dibuat, pengurangan aktivitas atau bed rest akan
sangat direkomendasikan untuk pasien. Sekarang, kebanyakan dokter
mengakui bahwa tidak ada bukti bahwa tindakan tersebut, atau memang
intervensi apapun, dapat mengurangi risiko gejala setelah keguguran telah
dimulai. Perlu diperhatikan keguguran tersebut yang tidak disebabkan oleh
aktivitas fisik secara teratur, kecelakaan kecil, olahraga, hubungan seksual,
atau tersandung kecil atau jatuh (Kemenkes, 2016).
I. Peran dan wewenang bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
1). Kewenangan normal:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
d. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah

42
e. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter
2).Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan. Kewenangan ini meliputi:
Pelayanan kesehatan ibu Ruang lingkup:
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
3). Kewenangan:
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air
susu ibu (ASI) eksklusif
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
h. Penyuluhan dan konseling
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j. Pemberian surat keterangan kematian
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

43
44
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian
Nama Pengkaji : Kelompok 1
Tempat Pengkajian : RSUD Sekayu
Tanggal Pengkajian : 23 Maret 2022/ 11.15 ( Ruang Bersalin)

4.1 Pengkajian Data Subjektif


a. Biodata

Nama : Ny. A Nama : Tn. S

Umur : 27 tahun Umur : 27 tahun

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Suku Bangsa : Indonesia Suku Bangsa : Indonesia

Alamat : Kampung Sekate Soak Baru

b. Keluhan Utama
Ibu datang mengaku sedang hamil muda dengan keluhan keluar darah
dari kemaluan sejak pukul 10.00 WIB berwarna merah segar dan
merasa kram perut bagian bawah.
RPP: ibu masuk PONEK IGD mengatakan sedang hamil muda dengan
keluhan keluar darah dar kemaluan berwarna merah segar berupa
gumpalan seperti ati ayam, ibu merasa nyeri pada perut bagian bawah,
ibu mengaku pernah urut 2 kali selama kehamilan ini.
c. Status Perkawinan
Kawin 1x dengan suami yang sekarang
d. Data Kebidanan
1) Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun Teratur/Tidak : Teratur


Siklus : 28 hari Jumlah : 2x ganti pembalut

44
Lamanya : 7 hari Dismenorea : Tidak

2) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Hamil Tahun UK Jenis Penolong JK BB Ket.


ke Lahir Persalina
n

1 2020 8 Tidak bidan - - -


mg dikuret

2 2021 10 kuret RSUD - - -


mg Sekayu

ini

3) Riwayat Kehamilan Sekarang


GPA : G3P0A2
HPHT : 8-12-2021
UK : 15 Minggu
e. Riwayat Kesehatan
Klien menyatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, asma,
ginjal dan penyakit menular seprti IMS, Hepatitis, dan lain-lain.
f. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi
a) Makan
Jenis : nasi, lauk pauk, sayuran
Banyaknya : 1 piring
Frekuensi : 3x/hari
(makan terakhir pukul 07.00 WIB)
b) Minum
Jenis : air putih
Banyaknya : 1 gelas
Frekuensi : 7-8x/hari

45
(minum terakhir pukul 07.00 WIB)

2) Eliminasi

a) BAK b) BAB
Frekuensi : 4-5x/hari Frekuensi : 1x/hari
Warna : kuning jernih Konsistensi : lembek
Keluhan : t.a.k Keluhan : t.a.k

3) Pola Istirahat/Tidur
Siang : tidak tidur siang
Malam : ±8 jam/hari
4) Aktivitas : melakukan aktivitas rumah tangga
5) Personal Hygiene
Mandi : 2x/hari
Ganti Pakaian Dalam : 3x/hari

4.2 Pengkajian Data Objektif


a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Berat Badan : 57 kg
Tinggi Badan : 159 cm
Lila : 23.5
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg Nadi : 75x/menit
Suhu : 36.5°C Pernapasan : 20x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : rambut tidak rontok, tidak ada ketombe
2) Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
3) Mammae : tidak ada massa, tidak teraba benjolan
4) Genetalia : Terdapat pengeluara darah ± 100 cc. OUE terbuka,

46
terdapat pengeluaran jaringan
5) Ekstremitas
Atas : kuku-kuku tidak pucat, tidak ada oedema
Bawah : kuku-kuku tidak pucat, tidak ada oedema dan
Varises
6) Abdomen
1. Inspeksi
Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae gravidarum, dan
terdapat linea nigra, besar perut lebih kecil dari usia kehamilan
2. Palpasi
Leopold 1 : tidak dilakukan
Leopold 2 : tidak dilakukan
Leopold 3 : tidak dilakukan
Leopold 4 : tidak dilakukan
Pemeriksaan inspekulo : OUE terbuka
3. Auskultasi
DJJ : tidak ditemukan
4. Perkusi
Refleks patella: Positif

c. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG : Terdapat sisa kehamilan dalam
Rahim
b. Pemeriksaan Laboratorium :
-Rapid Antigen (SARCOV-2) : Negatif
-Darah
Golongan Darah :B
Rhesus : Positif
Haemoglobin : 11.3 gr/dl
HbSAg : Non reaktif
-Urine Rutin
Plano Test : Positif
Protein Urine : Negatif

47
4.3 Analisis
Diagnosis : G3P0A2 hamil 15 minggu dengan abortus inkomplit

4.4 Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
(Ibu mengetahui hasil pemeriksaan)
Rasionalisasi : Pasien mengetahui kondisinya merupakan salah satu hak
paien yang harus diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai yang merujuk
pada Undang-undang No.36 tahun 2009 pasal 56 ayat (1) yang
menyatakan “ setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau
seluru tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara
lengkap”
2. Memberikan KIE tentang abortus inkomplit dan tindakan apa yang harus
dilakukan pada ibu serta kemungkinan yang terjadi atas apa yang akan
dilakukan pada ibu
(Ibu mengerti penjelasan bidan)
Rasionalisasi : abrtus inkomplit meruakan keluarnya sebagian hasil
konsepsi dari kavum uteri dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal
dimana pada pemeriksaan vagna, kanalis servikalis asih terbuka dan
teraba jaringan kavum uteri yang menonjol pada OUE. Perdarahan
biasanya masih terjadi, bisa banyak bisa sedikit tergantung pada jaringan
yang tersisa dan perdarahan masih terus berlangsung sampai hasil
konsepsi dieluarkan. (kemenkes, 2016). Tindakan yang dilakukan pada
kehamilan kurang dari 16 minggu Jika perdarahan ringan atau sedang
dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16 minggu. Gunakan jari atau
forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari
serviks. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu.
Lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vacum manual (AVM) adalah
metode evakuasi yang dianjurkan.Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan
bila AVM tidak tersedia (sarwono, 2010).
3. Melakukan Informed Consent

48
Rasionalisasi : Informed consent dilakukan guna melindungi pasien
terhadap segala tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuan
pasien. Setiap pasien yang dirawat di Rumah sakit mempunai hak utama
untuk menetukan apa yang harus dilakukan terhdap tubuhnya. Paal 56
ayat 1 undang- undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan.
Melakukan pemasangan Infus, drip oksitosin 10 IU dalam Assering
500ml gtt 20x/menit
(Ibu menerima pelayanan bidan)
Rasionalisasi : abortus inkomplit begitu keadaan hemodinamik pasien
sudah dinilai dan pengobatan dimulai, jaringan yang tertahan harus
diangkat atau perdarahan akan terus berlangsung. Oksitosin (oksitosin 10
IU/500 ml larutan dekstrosa 5% dalam larutan RL IV dengan kecepatan
125 ml/jam) akan membuat pengeluaran bekuan darah atau jaringan dan
mengurangi kemungkinan perforasi uterus selama dilatasi dan kuretase
(C. Benson,2013 :302).
5. Memberitahu ibu rencana kuretase tanggal 23 maret 2022 pukul 13.00
WIB, ibu harus berpuasa terlebih dahulu 4-6 jam
(Ibu mengerti penjelasan bidan)
Rasionalisasi : Puasa preoperatif merupakan keharusan sebelum pasien
menjalani operasi. Alasan utamanya adalah untuk mengurangi volume
lambung, tingkat keasaman lambung, dan mengurangi risiko regurgitasi
atau aspirasi paru yang lebih dikenal dengan Mendelson's syndrome
selama anestesi terutama pada saat induksi (Hartanto dkk, 2016)
6. Memberikan motivasi dan support pada pasien agar pasien merasa tenang
dan nyaman terhadap proses yang akan dilakukan padanya
(ibu merasa tenang dengan nyaman)
Rasioalisasi : dengan dorongan spiritual dan emosional memberikan
ketenangan hati bahwa segala tindakan yang dilakukan merupakan suatu
proses penyembuhan dan tetap berdoa kepada yang maha kuasa.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi dan memberikan
afirmasi positif kepada ibu jika merasa mules

49
(ibu mengatur nafas dan dapat mengalihkan rasa sakit yang dirasa)
Rasionalisasi : teknik relaksasi merupakan salah satu upaya untuk
menghilangkan perhatian klien tehadap nyeri yang dirasakan dan
meningkatkan suplai oksigen yang masuk kedalam tubuh diteruskan ke
otak yang akan menghambat/ mengurangi rangsangan nyeri yang timbul.
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan mengenai
pemeriksaan laboratorium dalam pemeriksaan darah (darah rutin, croos-
med, rapid antigen, golongan darah, rhesus) dan urine (urin rutin dan
plano test)
9. Menganjurkan ibu dan suami untuk melakukan konsultasi dengan dokter
spesialis Obstetri Ginekologi mengenai program kehamilan selanjutnya
agar tidak terjadi Abortus Berulang.
(Ibu mengerti penjelasan bidan)
Rasionalisasi : Tenaga Kesehatan uang terlibat dalam layanan asuhan
pasca keguguran komprehensif di Indonesia setidaknya meliputi dokter
spesialis obstetri ginekologi, dokter umum, dan bidan. Kasus keguguran
berulang dan tatalaksana keguguran ≥ 13 minggu merupakan kasus
keguguran yang memerlukan prosedur yang lebih rumit sehingga perlu
ditangani oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi di FKRTL
(Kemenkes RI, 2020).
10. Menghubungi ruang operasi untuk mengantarkan pasien ke ruang operasi
dan persiapan tindakan kuret yang akan dilakukan.
(Ibu diantarkan ke ruang operasi)
4.5 Pembahasan
Kasus dalam asuhan kebidanan ini adalah Ny. A G3P0A2 hamil 15
minggu. Pengkajian awal dilakukan saat ibu datang ke PONEK RSUD
Sekayu pada tanggal 23 Maret 2022 pukul 23.15 WIB. Ny. A mengatakan
bahwa ±8 jam sebelum masuk rumah sakit periksa kehamilan USG dengan
dokter spesialis kandungan dan dikatakan dalam kondisi baik. Pukul 04.00
ibu mengatakan kram perut dan keluar air. Pukul 10.00 wib janin lahir tapi
plasenta belum lahir. Dari hasil anamnesa ibu terlihat cemas karena khawatir
dengan keberlangsungan kehamilannya. Dilakukan pemeriksaan USG

50
Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan didapatkan bagian sisa janin
yang belum keluar. Berdasarkan data tersebut maka ditegakkan diagnosis Ny.
A G3P0A2 hamil 15 minggu dengan abortus inkomplit. Tindakan yang akan
dilakukan adalah pemberian KIE tentang abortus inkomplit serta
penatalaksanaan pada kasus abortus inkomplit yaitu pengeluaran sisa
kehamilan yang masih tertinggal dengan cara meminum obat atau
dilakukannya kuretase.
Hal tersebut sesuai dengan teori kasus abortus inkomplit merupakan
perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu disertai
keluarnya sebagian hasil konsepsi (sebagian tertinggal dalam uterus). Pada
tinjauan pustaka, diagnosa abortus inkomplit dapat ditegakkan apabila
ditemukan ada riwayat amenorhoae, terjadinya perdarahan melalui jalan lahir
sampai keadaan anemis, dapat terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi,
perdarahan disertai nyeri perut bagian bawah diikuti dengan pengeluaran hasil
konsepsi dan pada pemeriksaan plano test didapatkan hasil positif, kemudian
pada pemeriksaan ginekologi didapatkan serviks terbuka, dapat diraba
jaringan di kanalis servikalis (Yulaikhah, 2015: 76-77).
Kondisi pasien saat ini dengan nyeri perut bagian bawah, ibu tampak
bersedih karena bayinya tidak bisa diselamatkan. Pemeriksaan dalam tidak
ada kelainan, OUE terbuka dan ada pelepasan darah. Pasien berpotensi terjadi
anemia jika tidak segerah ditangani dan infeksi. Pasien dengan abortus harus
segerah diberi tahu. Sikap dan empati yang ditunjukkan oleh bidan dan dokter
akan memberi pengaruh psikologis ibu dan keluarga.
Terbukanya jalan lahir dan adanya perdarahan merupakan media
perkembangannya mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan
infeksi dalam uterus dan sekitarnya dapat terjadi disetiap abortus tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus
buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis (Irianti
Bayu dkk, 2014: 77).
Pada hal ini beberapa data menunjukkan situasi emergensi, di mana bidan
perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi. Beberapa data
menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu

51
instruksi dokter. Tindakan tersebut mungkin juga memerlukan konsultasi
dengan tim kesehatan lain. Bidan megevaluasi situasi pasien untuk
menentukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan (Nurhayati dkk, 2013:
143).
Tindakan segera dan kolaborasi dilakukan berdasarkan indikasi yang
memerlukan penanganan cepat dan tepat sehingga memerlukan kolaborasi
dengan tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya, dalam kasus ini, tidak ada
indikasi untuk dilakukannya tindakan segera. Akan tetapi, kolaborasi dengan
dokter ahli kandungan dilakukan untuk menetapkan diagnosa dengan
pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium dan rencana kuretase.
Pada kasus abortus inkomplit memerlukan tindakan segerah yaitu
kolaborasi atau berkonsultasi dengan dokter, dengan demikian ada kesamaan
antara tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus
dilahan praktek dan ini berarti tidak ada kesenjangan.

52
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam kasus ini, kami dapat memahami secara nyata tentang asuhan
yang diberikan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit. Asuhan kebidanan
yang diberikan pada Ny. A di RSUD Sekayu berjalan sesuai teori. Selain itu
dari penatalaksanaan kasus ini kami dapat:
1. Melakukan pengkajian yang lengkap untuk kompetensi asuhan
kegawatdaruratan maternal neonatal di RSUD Sekayu meskipun masih
membutuhkan bimbingan dari pembimbing klinik saat melakukan
asuhan.
2. Analisis dilakukan berdasarkan pengkajian yang dilakukan bidan di
RSUD Sekayu
3. Melakukan penatalaksanaan berdasarkan pengkajian mendalam yang
dilakukan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.
4. Melakukan penatalaksanaan berdasarkan identifikasi diagnose/masalah
kebidanan berdasarkan data subjektif dan data objektif pada ibu hamil
dengan abortus inkomplit.
5. Melakukan penatalaksanaan berdasarkan tindakan dan evaluasi untuk
menangani kasus ibu hamil dengan abortus inkomplit
6. Melakukan penatalaksanaan pendokumentasian kasus ibu hamil dengan
abortus inkomplit
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memahami teori dan praktik pelaksanaan asuhan
kebidanan kegawatdaruratan maternal dengan abortus inkomplit.
2. Bagi RSUD Sekayu
Diharapkan dapat dijadikan bahan referensi mengenai asuhan
kebidanan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dengan abortus
inkomplit
3. Bagi Ibu

53
Diharapkan dapat melakukan asuhan kegawatdaruratan maternal
yang bermanfaat untuk menekan mortalitas dan morbiditas baik pada ibu
maupun bayinya.

54
DAFTAR PUSTAKA

Amallia, Sylvi Wafda Nur. 2019. Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks Maternal


& Neonatal .Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Bobak., Lowdermilk., & Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas,
Edisi 4. Jakarta: EGC.
Darmawati. 2017. Mengenali Abortus Dan Faktor Yang Berhubungan dengan
Kejadian Abortus. Jurnal Unsyiah.vol II no.2.
Hutapea, M. (2017). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Abortus Di
Rumah Sakit Bangkatan Ptpn Ii Binjai Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Kohesi,
1(1), 272–283.
Hutapea, Marta. 2017. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Abortus
vol. 1 no. 1 april 2017
Hartanto, B., dkk. 2016. Hubungan antara Durasi Puasa Preoperatif dan Kadar
Gula Darah Sebelum Induksi pada Pasien Operasi Elektif di Rumah Sakit
Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif. 4(2): 87-94. p-
ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463.
Indriyani. (2013). Aplikasi konsep & teori keperawatan maternitas postpartum
dengan kematian janin. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses dari
https://pusdatin.kemkes.go.id/
Kemenkes RI. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal. Diakses dari http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Asuhan-Kegawatdaruratan-Maternal-Neonatal-
Komprehensif.pdf
Kemenkes RI. 2017. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Diakses dari
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/11/DAF
IS-DAN-DOKUMENTASI-KEBIDANAN.pdf
Kemenkes RI. 2020. Pedoman Nasional Pasca Keguguran yang Komprehensif.
Diakses dari https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/Pedoman
%20Nasional%20APK%20Komprehensif.pdf
Martaadisoebrata, Djamhoer 2017. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

56
Maryunani dan Eka. 2014.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal.Jakarta: Trans Info Media
Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Jilid 1.
Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.
Purwaningrum, Elisa Diyah. 2017. Faktor Resiko Kejadian Abortus. Diakses dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/15977
Ratnawati, A. (2018). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: PUSTAKA
BARUPRESS.
Romauli, Suryati. 2011. Asuhan Kebidanan I Konsep Dasar Asuhan Kehamilan
Yogyakarta: Nuha Medika.
Saifuddin, Abdul. 2013. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Silitonga, Jernita Megawati. 2017. Faktor-Faktor Penyebab Kejadian Abortus
Spontan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesein
Palembang. Diakses dari
https://ejournal.fkm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/view/262
WHO. 2017. Maternal Mortality. Diakses dari
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality
Wiknjosastro, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

57

Anda mungkin juga menyukai