Makalah Biola - Metabolisme Mikroba - Kelompok 3
Makalah Biola - Metabolisme Mikroba - Kelompok 3
Makalah Biola - Metabolisme Mikroba - Kelompok 3
METABOLISME MIKROBA
DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
1. Siti Fatimah A25119033
2. Aldi Fahril Uke A25119041
3. Magfira Ridwan A25119047
4. Karina Nadya S. A25119053
5. Hasnawati A25119055
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR
Rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena berkat rahmat
dan ridho-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami susun
karena merupakan salah satu tugas yang diberikan pada mata kuliah Biokimia
Lanjut. Makalah ini akan membahas Metabolisme Mikroba.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyusun makalah ini dan bagi semua pembaca
makalah ini.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3 Manfaat................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Pengertian Metabolisme Mikroba........................................................3
2.2 Produksi Energi oleh Mikroba.............................................................4
2.3 Struktur Enzim.....................................................................................14
2.4 Sifat Enzim..........................................................................................14
2.5 Mekanisme Kerja Enzim.....................................................................16
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Enzim.............................18
2.7 Peranan Enzim.....................................................................................25
2.8 Pengendalian Enzim............................................................................27
BAB III PENUTUP............................................................................................29
3.1 Kesimpulan..........................................................................................29
3.2 Saran....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Metabolisme merupakan serentetan reaksi kimia yang terjadi dalam sel hidup.
Dalam metabolisme ada dua fase yaitu katabolisme dan anabolisme. Secara
menyeluruh sebagian besar katabolisme adalah respirasi seluler di mana glukosa
dan bahan bakar organik yang lain dipecah menjadi karbon dan air dengan
membebaskan energi. Energi yang diperoleh disimpan dalam molekul-molekul
organik dan digunakan untuk melakukan kerja dari sel. Kebalikan dari
katabolisme adalah anabolisme, yang merupakan serangkaian reaksi-reaksi kimia
yang membutuhkan energi untuk membentuk molekul-molekul besar dari
molekul-molekul yang lebih kecil, misalnya pembentukan protein dari asam
amino.
Bila dalam suatu reaksi menghasilkan energi maka disebut reaksi eksergonik
dan apabila untuk dapat berlangsungnya suatu reaksi diperlukan energi reaksi ini
disebut reaksi endergonik. Kegiatan metabolisme meliputi proses perubahan yang
dilakukan untuk sederetan reaksi enzim yang berurutan. Untuk mempercepat laju
reaksi-reaksi diperlukan enzim-enzim tertentu pada setiap tahapan reaksi.
1
1. Apa itu Anabolisme dan Katabolisme?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Cyanobacteria, serta beberapa jenis algae. Pada Reaksi umum yang terjadi dpat
dituliskan sebagai berikut :
dalam fotosintesis terjadi dua tahapan reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi
terang atau fosforilasi reaksi ini terjadi di tilakoid dan reaksi gelap terjadi di dalam
stromokloroplas.
B. Katabolisme.
Katabolisme adalah proses penguraian senyawa yang menghasilkan energi
(reaksi eksergonik) misalnya pada respirasi yang menguraikan karbohidrat
menjadi asam piruvat dan energi. Metabolisme ini selalu terjadi dalam sel hidup
karena di dalam sel hidup terdapat enzim yang diperlukan untuk membantu
berbagai reaksi kimia yang terjadi. Suatu proses reaksi kimia yang terjadi dapat
menghasilkan energi dan dapat pula memerlukan energi untuk membantu
terjadinya reaksi tersebut.
4
Gambar Anabolisme dan Katabolisme
Sumber https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A
%2F%2Fsimdos.unud.ac.id
Sumber https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A
%2F%2Fsimdos.unud.ac.id
Synthesa bagian sel (dinding sel, membrane sel, dan subtansi sel lainnya).
5
Synthesa Enzim, Asam Nukleat, Polysakarida, Phospholipids, atau
komponen sel lainnya.
Mempertahankan kondisi sel (optimal) dan memperbaiki bagian sel yang
rusak.
Pertumbuhan dan perbanyakan.
Penyerapan hara dan ekskresi senyawa yang tidak diperlukan atau waste
products.
Pergerakan (motilitas).
Mikroba dapat mengubah zat kimia dan energi radiasi kebentuk yang
berguna untuk kehidupannya melalui proses respirasi, fermentasi dan
fotosintesis. Dalam respirasi, molekul oksigen adalah penerima elektron utama,
sementara dalam fermentasi molekul bahan makanan biasanya pecah menjadi
dua bagian, dimana yang satu kemudian dioksidasi oleh yang lainnya. Dalam
fotosintesis, energi cahaya diubah menjadi energi kimia. Bagaimanapun, dalam
semua jenis sel dan tanpa menghiraukan mekanisme yang digunakan untuk
mengekstrak energi, reaksi tersebut diiringi oleh pembentukan Adenosine
Triphosphate (ATP). ATP adalah perantara yang umum (reaktan) baik dalam
reaksi yang menghasilkan energi maupun reaksi-reaksi yang membutuhkan energi
dan pembentukannya memerlukan mekanisme dimana energi yang tersedia dapat
disalurkan kedalam reaksi biosintesis dari sel yang memerlukan energi.
2.2.1 Respirasi
Respirasi merupakan proses disimilasi, yaitu proses penguraian zat yang
membebaskan energi kimia yang tersimpan dalam suatu senyawa organik. Dalam
proses ini, terjadi pembongkaran suatu zat makanan sehingga menghasilkan
energi yang diperlukan oleh organisme tersebut. Saat molekul terurai menjadi
molekul yang lebih kecil, terjadi pelepasan energi, reaksinya disebut eksorgenik.
Respirasi merupakan salah satu dari reaksi katabolik. Berdasarkan kebutuhan
terhadap oksigen bebas, respirasi dibedakan atas dua macam, yaitu:
1. Respirasi Aerob
6
Respirasi aerob, yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen bebas. Pada
proses ini, oksigen merupakan senyawa penerima hidrogen akhir. Respirasi
secara aerob, terjadi didalam sitoplasma dan berlangsung melalui empat tahap,
yaitu:
1) Glikolisis
7
i) Tahap 9: Terjadi pembentukan fosfoenol piruvat (PEP) dan 2-fosfogliserat
dengan bantuan enzim enolase, sekaligus juga terjadi pembentukan 2
molekul air.
j) Tahap 10: Terjadi perubahan fosfoenol piruvat (PEP) menjadi asam
piruvat dengan enzim piruvatkinase, serta terjadi pembentukan 2 molekul
ATP
8
c) Asam sitrat (6C) dengan NAD+ membentuk asam alfa ketoglutarat (5C)
dengan membebaskan CO2.
d) Peristiwa berikut agak kompleks, yaitu pembentukan asam suksinat (4C)
setelah bereaksi dengan NAD+ dengan membebaskan NADH, CO2 dan
menghasilkan ATP setelah bereaksi dengan ADP dan asam fosfat
anorganik.
e) Asam suksinat yang terbentuk, kemudian bereaksi dengan FAD (Flarine
Adenine Dinucleotida) dan membentuk asam malat (4C) dengan
membebaskan FADH2.
f) Asam malat (4C) kemudian bereaksi dengan NAD+ dan membentuk asam
oksaloasetat (4C) dengan membebaskan NADH, karena asam oksalo
asetat akan kembali dengan asetil ko-A seperti langkah ke 2 di atas.
9
4) Transpor Elektron
10
asam laktat untuk perolehan energi yaitu dengan menguraikan glukosa
menjadi asam laktat melalui proses glikolisis, satu molekul glukosa diubah
menjadi dua molekul asam piruvat disertai dengan pembentukan dua
NADH+.
Jalur-Jalur Fermentasi
Sumber https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A
%2F%2Fidschool.net.
11
a) Fermentasi Asam homolaktat. Dilakukan oleh beberapa bakteri
Streptococcus dan Laktobacillus.
b) Fermentasi Alkohol. Dilakukan oleh Yeast.
c) Fermentasi Asam Campuran, dilakukan Escherichia coli dan beberapa
bacteri anterik lainnya.
d) Fermentasi butylen-glikol, dilakuka 0leh Enterobacter, Pseudomonas dan
Bacillus.
e) Fermentasi Asam propionate. Dilakukan oleh Propioniacterium dan
Veillonela. CO2 asam piruvat….. asam asetat 2 oksalo asetat 2CO2
enzyme bond 2 asam suksinat propionil Co A asam propionat suksinil Co
A 2 methil malonil Co A.
Energi yang bergabung dalam ikatan propiionil Co A disimpan oleh reaksi
propionil Co A dengan asam ukinat membentuk suksinil CoA dan asam
propionat bebas. Selanjutnya CO2 yang dibebaskan dari decarboksilasi
metil malonil CoA tetap berikatan dengan enzim yang mengandung biotin
yang akan mentransfer CO2 kepada asam piruvat membentuk asam aksalo
asetat. Organisma ini juga dapat membentuk oksalo asetat dari reaksi PRP
(Phosphoenol piruvat) dengan CO2 bebas.
f) Fermentasi Asam Butirat, butanol dan aseton
Bakteri yang melakukan fermentasi tersebut adalah Clostridium.
2.2.2 Fotosintesis
12
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan
karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang
mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan berklorofil, makhluk
hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa jenis
bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon
dioksida dan air serta bantuan energi cahaya matahari.
Terjadi pada algae, tumbuhan dan beberapa prokariotik dan terdiri atas 2 reaksi
utama, yaitu :
Fiksasi karbon dikenal sebagai reaksi gelap. Enam molekul gas asam arang
masuk ke dalam sel melalui stomata dan akan diikat oleh ribulosa bifosfat
(RuBP). RuBP merupakan suatu senyawa berkarbon 5 yang akan diubah menjadi
satu molekul gula. Peristiwa ini terjadi di dalam stroma dan telah diperkenalkan
oleh Melvin Calvin sehingga selanjutnya dikenal dengan siklus calvin.
13
Sumber https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A
%2F%2Fidschool.net.
a. Anoxygenic Photosynthesis
H2S atau senyawa organik pada green dan purple sulfur bacteria.
H2 atau senyawa organik pada green and purple nonsulfur bacteria.
b. Oxygenic photosynthesis
14
Donor electron adalah H2O: teroksidasi membentuk O2. Melalui 2
fotosistem yaitu PSI dan PSII.
15
2.4 SIFAT ENZIM
Sebagai molekul zat yang mempunyai peranan besar dalam metabolisme,
enzim memiliki beberapa sifat penting, di antaranya sebagai berikut:
1. Enzim adalah Suatu Protein. Ini terbukti karena enzim di dalam larutan
membentuk suatu koloid. Keadaan ini akan memungkinkan luasnya
permukaan enzim sehingga bidang aktivitasnya juga besar.
2. Bekerja Secara Khusus (Spesifik). Enzim tertentu hanya dapat
mempengaruhi reaksi tertentu dan tidak dapat mempengaruhi reaksi
lainnya. Sebagai contoh: di dalam usus rayap terdapat protozoa yang
menghasilkan enzim selulase sehingga rayap dapat hidup dengan makan
kayu karena dapt mencerna selulosa (salah satu jenis
karbohidrat/polisakarida). Sebaliknya manusia tidak dapat mencerna kayu,
meskipun mempunyai enzim amilase, yaitu enzim yang dapat mencerna
amilum/pati (yang juga merupakan jenis polisakarida). Enzim amilase dan
selulase masing-masing bekerja secara khusus.
3. Enzim sebagai Katalisator. Artinya sebagai zat yang mampu mempercepat
reaksi kimia, tetapi enzim tidak ikut bereaksi. Dengan demikian, enzim
tidak diperlukan dalam jumlah yang banyak. Dalam jumlah sedikit saja
enzim telah menyelenggarakan suatu perubahan zat yang beribu-ribu kali
lebih berat daripada berat molekulnya sendiri. Contohnya, sebuah molekul
enzim katalase mampu mengubah 5 juta molekul H2O2 tanpa enzim itu
mengalami perubahan.
4. Dapat digunakan Berulang Kali. Artinya enzim dapat digunakan berulang
kali karena enzim tidak berubah pada saat terjadi reaksi. Meskipun dalam
jumlah sedikit, adanya enzim dalam suatu reaksi yang dikatalisirnya akan
mempercepat reaksi, karena enzim yang telah bekerja dalam reaksi
tersebut dapat digunakan kembali.
5. Rusak oleh Panas. Enzim adalah suatu protein yang dapat rusak oleh panas
disebut denaturasi. Kebanyakan enzim rusak pada suhu di atas 50°C.
Reaksi kimia akan meningkat dua kali lipat dengan kenaikan suhu sebesar
16
10°C. Kenaikan suhu di atas suhu 50°C tidak dapat meningkatkan reaksi
yang dikatalisir oleh enzim, tetapi justru menurunkan atau menghentikan
reaksi tersebut. Hal ini disebabkan enzimnya rusak sehingga enzim
tersebut tidak dapat bekerja. Demikian juga pada suhu rendah, suhu rendah
tidak merusak enzim tetapi hanya tidak aktif saja.
6. Dapat Bekerja Bolak-Balik. Umumnya enzim dapat bekerja secara bolak-
balik. Artinya, suatu enzim dapat bekerja menguraikan suatu senyawa
menjadi senyawa-senyawa lain dan sebaliknya dapat pula bekerja
menyusun senyawa-senyawa itu menjadi senyawa semula. Pada tumbuhan,
proses fotosintesis menghasilkan glukosa. Apabila glukosa yang dihasilkan
dalam jumlah banyak, maka glukosa tersebut diubah dan disimpan dalam
bentuk pati. Pada saat diperlukan, misalnya untuk pertumbuhan, pati yang
disimpan sebagai cadangan makanan tersebut diubah kembali menjadi
glukosa.
Sumber https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A
%2F%2Fidschool.net.
17
Reaksi enzimatis akan berlangsung apabila substrat tersedia dan bagian sisi
aktif enzim dalam keadaan kosong. Substrat akan memasuki bagian sisi aktif
enzim dan bagian sisi aktif tersebut akan mengalami perubahan bentuk
dengan mengelilingi substrat. Kemudian terbentuklah ikatan lemah enzim-
substrat. Di dalam sisi aktif, substrat akan diubah menjadi produk, selanjutbya
akan dilepaskan dari enzim. Begitu seterusnya sampai bagian sisi aktif tersebut
dapat ditempati oleh substrat yang lain.
18
4. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat
bersama pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek
entropi ini melibatkan destabilisasi keadaan dasar dan kontribusinya
terhadap katalis relatif kecil.
Mekanisme kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua hipotesis, yaitu hipotesis
gembok dan anak kunci dan hipotesis kecocokan yang terinduksi.
1. Hipotesis Gembok dan Anak Kunci (Lock and Key)
Menurut hipotesis yang dikemukakan oleh Emil Fischer, bagian sisi
aktif enzim mempunyai bentuk spesifik dan tidak fleksibel. Suatu enzim
hanya dapat ditempati oleh substrat tertentu saja. Enzim dan substrat
bergabung bersama membentuk kompleks, seperti kunci yang masuk
dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi
aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan
produk serta membebaskan enzim.
19
https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F
%2Fidschool.net.
20
Enzim bekerja optimal pada pH tertentu, umumnya pada pH netral.
Pada kondisi asam atau basa, kerja enzim terhambat. Agar enzim dapat
bekerja secara maksimal, pada penelitian/percobaan yang menggunakan
enzim, kondisi pH larutan dijaga agar tidak berubah, yaitu dengan
menggunakan larutan penyangga (buffer).
3. Zat Penghambat (Inhibitor)
Zat yang dapat menghambat kerja enzim disebut inhibitor. Inhibitor
merupakan senyawa kimia yang bersifat menghambat kerja enzim. Zat
tersebut memiliki struktur seperti enzim yang dapat masuk ke substrat atau
ada yang memiliki struktur seperti substrat sehingga enzim salah masuk ke
penghambat tersebut. Hambatan enzim dapat dikelompokkan ke dalam
tipe reversible (dapat balik) dan non-reversible (tidak dapat balik).
Inhibitor reversibel adalah zat penghambat yang tidak berkaitan secara
kuat dengan enzim, sedangkan inhibitor irreversible merupakan
penghambat yang berkaitan dengan sisi aktif enzim secara kuat sehingga
tidak dapat terlepas. Hambatan reversible dibagi menjadi inhibitor
kompetitif dan non kompetitif. Inhibitor kompetitif merupakan senyawa
kimia yang menyerupai substrat yang dapat bereaksi dengan sisi aktif
enzim. Jika sisi aktif enzim sudah terisi oleh inhibitor kompetitif, maka
substrat tidak dapat berikatan dengan enzim. Untuk mengatasi hal ini,
jumlah substrat harus ditingkatkan sehingga substrat mempunyai
kesempatan dalam bersaing memperebutkan sisi aktif enzim. Inhibitor
nonkompetitif merupakan senyawa kimia yang menghambat kerja enzim
dengan cara melekat pada bagian selain sisi aktif. Hal ini menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk enzim. Akibatnya bagian sisi aktif enzim sulit
berikatan dengan substrat dan enzim tidak dapat mengubah substrat
menjadi produk.
4. Konsentrasi Substrat
Jumlah substrat yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kerja
enzim. Biasanya, sel akan menambah jumlah enzim dengan cara
melakukan sintesis enzim untuk mengatasi hambatan tersebut.
21
5. Hasil akhir
Kerja enzim dipengaruhi hasil akhir. Hasil akhir yang menumpuk
menyebabkan enzim sulit “bertemu’ dengan substrat. Semakin menumpuk
hasil akhir, semakin lambat kerja enzim.
pH dan suhu
Konsentrasi Substrat
1. Assayed
Bahan kontrol yang diketahui nilai rujukannya serta batas toleransi
menurut metode pemeriksaannya. Namun, bahan kontrol ini lebih mahal.
Bahan kontrol ini dapat digunakan untuk akurasi kontrol, selain itu dapat
digunakan untuk menilai alat dan cara baru.
2. Aktivitas Enzim Aspartate aminotransferase (AST)
Enzim merupakan senyawa protein yang berperan sebagai
biokatalisator. Enzim mempercepat berbagai macam reaksi yang apabila
tidak ada enzim maka akan berjalan sangat lambat. Enzim bekerja secara
spesifik, yaitu mengkatalisis suatu reaksi tertentu untuk substrat tertentu
22
(Sinaga, 2012). Atas dasar reaksinya enzim dibagi menjadi 6 kelas yaitu
oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase dan ligase (Ngili,
2009).
a. Oksidoreduktase: Oksidasi-reduksi. Pendonor hidrogen atau elektron
adalah salah satu substratnya.
b. Transferase : Transfer gugus kimia dari bentuk umum A-
X+B→A+B–X
c. Hidrolase : Pemotongan hidrolitik pada C–C, C-N, C-O
d. Liase : Pemotongan (bukan hidrolitik) pada C–C, C-N, C- O, dan
ikatan lainnya, meninggalkan ikatan rangkap atau menambahkan
gugus pada ikatan rangkap.
e. Isomerase :Perubahan penataan geometris (spasial) suatu molekul.
f. Ligase :Menghubungkan dua molekul dengan mengikutsertakan
hidrolisis senyawa yang memiliki ∆G besar untuk hidrolisis.
Aminotransferase atau dulu disebut juga dengan transaminase adalah
enzim-enzim yang mengkatalisis pemindahan reversible (terpulihkan) satu
gugus amino antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto.
Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati.
Dua aminotransferase yang sering diukur adalah Alanine aminotransferase
(ALT) dan Aspartate aminotransferase (AST) (Sacher dan Mc Pherson,
2004).
Aspartate aminotransferase (AST) merupakan salah satu enzim yang
paling sering dihubungkan dengan kerusakan hati dan digunakan sebagai
salah satu tes faal hati (Kendran dkk., 2017). Aspartate aminotransferase
(AST) yang dulu Glutamate-oksaloasetat transaminase (SGOT) berfungsi
memerantarai reaksi antara senyawa aspartat dan alfa- ketoglutamat
menjadi oksaloasetat dan glutamat, dan sebaliknya (Candra, 2013).
Aspartate aminotransferase (AST) merupakan enzim yang sebagian besar
ditemukan dalam otot, jantung dan hati, sedangkan dalam konsentrasi
sedang ditemukan dalam otot rangka, ginjal dan pankreas (Kee, 2008).
23
Kerja suatu enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu
suhu, pH, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, adanya inhibitor dan
aktivator (Sinaga, 2012). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
43 tahun 2013 bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan:
a. Suhu
Peningkatan suhu menyebabkan molekul-molekul yang terlibat
memiliki lebih banyak energi kinetik. Ini menyebabkan peluang untuk
terjadinya tumbukan antar molekul menjadi semakin besar. Akibatnya
kecepatan molekul bertambah.
b. pH
Setiap enzim bekerja pada rentang pH tertentu, apabila diluar
rentang akan terjadi perubahan konformasi (bentuk molekul) enzim
24
sehingga aktivitas katalitiknya akan hilang. Aktivitas enzim pada pH
tertentu akan menunjukkan titik maksimum yang disebut pH
maksimum. Sebagian besar enzim pada manusia memiliki aktivitas
optimal di dekat pH internal tubuh 7,4.
c. Konsentrasi Enzim
Semakin tinggi konsentrasi enzim maka akan semakin semakin
tinggi pula kecepatan reaksi katalitiknya. Apabila suhu dan pH
konstan serta konsentrasi substrat cukup tinggi, maka kenaikan
konsentrasi enzim berbanding lurus secara linear dengan kenaikan
kecepatan reaksi katalitik.
25
Gambar. Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Aktivitas Enzim Sumber:
International Biology Education (2012)
d. Konsentrasi substrat
Semakin tinggi konsentrasi substrat maka akan semakin tinggi pula
kecepatan reaksi katalitiknya. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak
terjadi kecepatan reaksi, walaupun konsentrasi substrat dinaikkan.
e. Inhibitor
Inhibitor enzim (senyawa penghambat) dapat dibedakan menjadi
dua kategori, yaitu inhibitor reversible (terpulihkan) dan irreversible
(tak terpulihkan). Inhibitor reversible dapat dibagi menjadi 2
kelompok besar, yaitu inhibitor kompetitif dan nonkompetitif.
26
Gambar. Inhibitor Enzim Sumber:International Biology Education (2012)
27
Enzim hidrolase merupakan sekumpulan enzim yang menguraikan
suatu zat dengan pertolongan air, disebut hidrolase karena enzim ini
menghidrolisis molekul-molekul besar menjadi komponen-komponen
kecil yang dapat digunakan. Berdasarkan substrat yang diuraikan, enzim
hidrolase dibagi atas kelompok kecil yakni enzim karbohidrase, esterase
dan proteinase.
a. Karbohidrase, yakni enzim-enzim yang menguraikan golongan
karbohidrat. Misalnya:
Amilase, yakni enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida)
menjadi maltosa (disakarida).
Maltase, yakni enzim yang menguraikan maltosa menjadi glukosa.
Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu) menjadi
glukosa dan fruktosa.
Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa.
Selulase, yakni enzim yang menguraikan selulosa (suatu polisakarida)
menjadi selobiosa (suatu disakarida).
Pektinase, yakni enzim yang menguraikan pektin menjadi asam
pektin.
b. Esterase, yakni enzim-enzim yang memecah golongan ester.
Misalnya:
Lipase, yaitu enzim yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan
asam lemak.
Fosfatase, yaitu enzim-enzim yang menguraikan suatu ester hingga
terlepas asam fosfat.
c. Proteinase, yakni enzim-enzim yang menguraikan golongan protein.
Misalnya:
Peptidase, yaitu enzim yang menguraikan peptida menjadi asam
amino.
Gelatinase, yakni enzim yang menguraikan gelatin.
Renin, yaitu enzim yang menguraikan kasein dari susu.
28
4. Liase
Mengkatalisis reaksi penambahan gugusan ikatan ganda pada molekul
dan membuang gugusan non-hidrolitik dengan meninggalkan ikatan
ganda.
5. Isomerase
Enzim Isomerase berperan dalam reaksi isomerasi (pengubahan suatu
senyawa menjadi isomernya, misalnya senyawa yang memiliki atom-atom
yang sama tetapi berbeda struktur molekulnya).
6. Ligase
Enzim ligase berperan dalam reaksi penggabungan dua molekul
menjadi satu molekul atau pembentukan ikatan disertai pemecahan atau
penambahan ATP (adenin triphosphat).
29
1. Hambatan arus balik, ligan pengaturnya adalah produk akhir suatu lintasan
metabolik yang dapat menghentikan sintesisnya sendiri dengan cara
menghambat aktivitas salah satu enzim pada awal lintasan biosintetiknya.
2. Aktivasi prekursor, ligan pengaturnya merupakan prekursor pertama suatu
lintasan.
3. Pengendalian yang berkaitan dengan energi, ligan pengaturnya adalah
reaksi-reaksi yang berkaitan dengan energi .
4. Sifat-sifat pengikatan enzim pengatur, tidak semua enzim merupakan
enzim pengatur yang aktivitasnya dapat dikendalikan secara langsung.
Enzim tersebut dapat dipengaruhi oleh metabolit pengatur. Enzim pengatur
disebut enzim alosterik. Enzim yang berperan pada waktu sel beradaptasi
pada lingkungan yang berubah dalah induksi dan represi enzim.
Pengendalian genetis memiliki dua proses, yaitu induksi dan represi enzim.
Untuk terjadinya sintesis enzim dibutuhkan suatu induser, yaitu substansi berberat
molekul rendah dan bisa berupa substrat atau senyawa dari reaksi yang dikatalis
oleh enzim yang bersangkuatan, prosesnya disebut induksi. Bila substansi
berberat molekul rendah baik produk ataupun senyawa yang sekerabat bagi reaksi
yang bersangkutan, berlaku sebagai korepressor dengan cara mencegah sintesis
enzim tersebut, disebut represi.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metabolisme merupakan seluruh peristiwa reaksi-reaksi kimia yang
berlangsung dalam sel makhluk hidup. Metabolisme terdiri atas dua proses, yaitu
anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah penyusunan zat kompleks dari
zat yang lebih sederhana. Sebaliknya, katabolisme adalah pemecahan zat komplek
menjadi zat yang lebih sederhana disertai dengan pelepasan energi. Kedua proses
metabolisme tersebut merupakan reaksi enzimatis, artinya reaksi tersebut
melibatkan peranan enzim. Enzim adalah suatu protein dan dihasilkan oleh sel
hidup. Enzim adalah protein yang bekerja secara khusus, sebagai katalisator, dapat
digunakan berulang kali, rusak oleh panas tinggi, terpengaruh oleh pH, diperlukan
dalam jumlah sedikit dan dapat bekerja secara bolak-balik. Enzim bekerja dalam
mengkatalisis reaksi kimia (biokimia) yang berlangsung di dalam sel itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi enzim yaitu: suhu (temperature), derajat
keasaman (pH), konsentrasi substrat, zat penghambat (inhibitor) dan hasil akhir.
Mekanisme kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua, yaitu hipotesis gembok dan
anak kunci dan hipotesis kecocokan yang terinduksi.
Enzim diklasifikasi dalam berbagai kategori sesuai dengan reaksi yang
dikatalisisnya. Menurut komisi enzim persatuan biokimia internasional
(Commission of Enzymes of the International Union of Biochemistry), enzim
dibedakan menjadi enam kelompok, yaitu: oksidoreduktase, transferase, hidrolase,
liase, isomerase dan ligase.
Pengendalian metabolisme selular yang tepat yang pada akhirnya
menyangkut pengendalian kegiatan enzim. Pengendakian enzim dapat diatur
31
melalui 2 cara, yaitu pengendalian langsung (mekanisme katalitik itu sendiri yang
terjadi dengan mengubah konsentrasi substrat atau reaktan) dan pengendalian
genetis (melalui induksi dan represi enzim).
Bakteri dapat merubah zat kimia dan energi radiasi ke bentuk yang berguna
untuk kehidupannya melalui proses respirasi, fermentasi dan fotosintesis. Dalam
respirasi, molekul oksigen adalah penerima elektron utama, sementara dalam
fermentasi molekul bahan makanan biasanya pecah menjadi dua bagian, dimana
yang satu kemudian dioksidasi oleh yang lainnya. Dalam fotosintesis, energi
cahaya diubah menjadi energi kimia. Bagaimanapun, dalam semua jenis sel dan
tanpa menghiraukan mekanisme yang digunakan untuk mengekstrak energi, reaksi
tersebut diiringi oleh pembentukan Adenosine Triphosphate (ATP).
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyususnan makalah
ini, oleh karena itu kritik dan saran di perlukan guna penyusunan makalah yang
lebih baik lagi.
32
DAFTAR PUSTAKA
33