PTK Pariyah 2020

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 43

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI

KEGIATAN MENGGUNTING DAN MENEMPEL PADA ANAK

KELOMPOK B TK NEGERI SUMURREJO TAHUN PELAJARAN

2021/2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul : Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui


Kegiatan Mengguting dan Menempel pada Anak
Kelompok B TK Negeri Sumurrejo Tahun 2019/2020
Kelompok :B
Tahun : 2021/2022
Semester : II

2. Identitas Guru
Nama : Pariyah, S. Pd.
NIP : 197202172008012007
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk I/III b

3. Identitas Sekolah
Nama TK : TK Negeri Sumurrejo
Alamat : Jl. Mr. Wuryanto RT 06/ RW 05, Gunungpati, Semarang
Email : [email protected]
Telepon : 024 76902467

Disetujui dan disahkan


Di : Semarang
Tanggal : 10 Maret 2020

Korsatpen Kecamatan Gunungpati


Kepala TK Negeri Sumurrejo

Fatmiarni, S. Pd AUD

ii
PRAKATA

Puji syukur alhamdulillah kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


yang dilakukan oleh salah satu guru TK Negeri Sumurrejo dalam upaya
pengembangan metode pengajaran pada proses pembelajaran yang
diselenggarakan di TK Negeri Sumurrejo telah selesai dikerjakan dengan harapan
agar proses pembelajaran yang dilaksanakan semakin berkualitas yang pada
akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar anak. Penelitian yang telah
dilaksanakan tersebut dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus
Anak Melalui Kegiatan Menggunting dan Menempel pada Anak Kelompok B TK
Negeri Sumurejo Tahun Pembelajaran 2019/2020”.
Penelitian tindakan ini menguji dan meneliti apakah penggunaan metode
Bermain Peran dalam meningkatkan kemampuan berbicara dapat meningkatkan
hasil belajar dan bahasa anak. Dari hasil penelitian yang diungkapkan ternyata
metode bermain Peran dalam pembelajaran telah meningkatkan hasil
belajar siswa dan lebih dari itu telah memberikan aktifitas dan nuansa kelas lebih
baik daripada metode yang selama ini digunakan dalam pembelajaran.
Melalui hasil penelitian tindakan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
guru, sekolah dan dunia pendidikan sebagai alternatif metode dalam pelaksanaan
pembelajaran demi terwujudnya tujuan pendidikan.

Semarang, 20 Februari 2019


Kepala TK Negeri Sumurrejo

Fatmiarni, S. Pd AUD

iii
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak
didik pada kelompok B di TK Negeri Sumurejo melalui kegiatan menggunting
dan menempel. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas,
dimana tujuannya adalah untuk memecahkan permasalahan pembelajaran di
dalam kelas yang dilakukan oleh guru sendiri. Dalam penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan melalui dua siklus. Setiap siklusnya ada empat tahap yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah melalui kegiatan menggunting dan menempel dapat mengembangkan
kemampuan motorik halus anak Kelompok B di TK Negeri Sumurejo Tahun
Pelajaran 2021/2022. Peningkatan yang diperoleh adalah dari 15,8% siswa pada
kondisi prasiklus menjadi 89,47% siswa yang memperoleh skor 4 bintang setelah
mengalami perlakuan menggunting dan menempel tersebut.

Kata Kunci: motorik halus, menggunting dan menempel, penelitian tindakan


kelas

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

PRAKATA ........................................................................................................ iii

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ........................................................................... 3

C. Rumusan Masalah ................................................................................ 4

D. Tujuan .................................................................................................. 4

E. Manfaat................................................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 5

A. Motorik ................................................................................................. 5

1. Pengertian ......................................................................................... 5

2. Keterampilan Motorik Halus........................................................... 7

3. Fungsi Motorik Halus ...................................................................... 9

4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus ......... 9

5. Prinsip dalam Pengembangan Motorik Halus .............................. 12

6. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus ............................... 13

v
7. Permasalahan Perkembangan Motorik Halus .............................. 14

B. Menggunting dan Menempel ............................................................. 15

C. Kerangka Pikir .................................................................................. 16

D. Hipotesis Tindakan ............................................................................ 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 17

A. Metode Penelitian ............................................................................... 17

B. Prosedur Penelitian ............................................................................ 18

C. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 19

D. Subjek Penelitian ................................................................................ 20

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 21

F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 22

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................. 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 26

A. Kesimpulan ......................................................................................... 26

B. Saran ................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27

LAMPIRAN ..................................................................................................... 28

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu dan kegiatan penelitian ............................................................ 19

Tabel 3.2 Subjek penelitian ................................................................................ 20

Tabel 4.1 Hasil Aktivitas Motorik Halus Siswa Setiap Siklus ............................. 25

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ................................ 17

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Hasil Observasi Prasiklus....................................................... 28

2. Lampiran Hasil Observasi Pertemuan 1 Siklus 1 ................................... 29

3. Lampiran Hasil Observasi Pertemuan 2 Siklus 1 ................................... 30

4. Lampiran Hasil Observasi Pertemuan 1 Siklus 2 ................................... 31

5. Lampiran Hasil Observasi Pertemuan 2 Siklus 2 ................................... 32

6. Lampiran Observasi 1.............................................................................. 33

7. Lampiran Observasi 1.............................................................................. 34

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan

manusia. Pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia.

Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap

kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang

dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat dan bahkan individu

menyebabkan perbedaan penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut.

Dengan demikian selain bersifat universal pendidikan juga bersifat nasional.

Sifat nasionalnya akan mewarnai penyelenggaraan pendidikan itu.

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun. Pada masa ini, anak

mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik,

emosi, kognitif maupun psikososial. Selain itu ditambah pula dengan

kesenangannya dalam bereksplorasi dan seperti tak mengenal rasa takut, maka

segala gerakan yang diajarkan pada anak akan dianggap sebagai satu

permainan yang menyenangkan. Menurut Catron dan Allen (dalam Sujiono

1999: 23-26) terdapat 6 (enam) aspek perkembangan anak usia dini, yaitu

kesadaran personal, kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi, kognisi dan

keterampilan motorik sangat penting dan harus di pertimbangkan sebagai

fungsi interaksi.

1
Bermain dapat memacu perkembangan perseptual motorik pada

beberapa area yaitu: (1) Koordinasi mata-tangan, atau mata kaki, seperti saat

menggambar, menulis, manipulasi objek, mencari jejak secara visual,

melempar, menangkap, menendang. (2) Kemampuan motorik kasar, seperti

gerak tubuh ketika berjalan, melompat, berbaris, meloncat, berlari, berjingkat,

berguling- guling, merayap dan merangkak, (3) Kemampuan bukan motorik

kasar (statis) seperti menekuk, meraih, bergiliran, memutar, meregangkan

tubuh, jongkok, duduk, berdiri, bergoyang (4) Manajemen tubuh dan kontrol

seperti menunjukkan kepekaan tubuh, kepekaan akan tempat, keseimbangan,

kemampuan untuk memulai, berhenti, mengubah petunjuk (Catron dan Allen

dalam Sujiono, 1999 : 287-304). Agar tujuan tersebut dapat tercapai, diperlukan

pembinaan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani.

Observasi awal yang telah dilakukan penulis di lapangan, ditemukan

adanya permasalahan dalam kegiatan pengembangan di kelas yaitu rendahnya

kemampuan motorik di TK Negeri Sumurrejo pada kelompok B. Pada saat

proses pembelajaran, penulis yang sekaligus adalah guru pada Kelompok B

merasa belum menemukan media yang tepat untuk membantu anak dalam

meningkatkan kemampuan motorik siswa.

Dalam rangka meningkatkan keterampilan motorik anak di Kelompok

B TK Negeri Sumurejo dapat dilakukan melalui kegiatan menggunting dan

menempel gambar. Berdasarkan kurikulum 2013 menyebutkan indikator

perkembangan motorik haluas anak usia 4-5 Tahun adalah melakukan kegiatan

2
yang menunjukkan anak mampu menggunakan anggota badan untuk

melakukan gerakan halus yang terkontrol (misal: meronce). Indikator motorik

halus dalam penelitian ini adalah kerapian dalam menggunting gambar,

ketelitian dalam mengelem gambar dan keindahan dalam menempel gambar

sesuai pola. Keindahan adalah cara menyusun benda-benda sebagai komponen

rangkaian dapat menarik perhatian (Pamadi dan Sukardi, 2010: 10).

Hasil observasi menunjukkan keterampilan motorik peserta didik yang

masih rendah. Hal terebut ditunjukkan dengan data dari 19 anak didik, 4 anak

mendapat bintang 1, 5 anak mendapat bintang 2, 7 anak mendapat bintang 3,

dan hanya 3 anak mendapat bintang 4. Hasil tersebut mengindikasikan

perkembangan keterampilan motorik anak didik mengalami keterlambatan.

Keterlambatan perkembangan tersebut diakibatkan oleh kurang beraninya anak

dalam memegang lem, serta kemampuan menggunting manih keluar garis,

belum beraturan, dan hasil dalam menempel masih berantakan dan kurang rapi.

Berdasarkan hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan

penelitian dengan judul Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak

Melalui Kegiatan Menggunting dan Menempel pada Anak Kelompok B TK

Negeri Sumurrejo Tahun Pembelajaran 2021/2022.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian ini dibatasi pada jangkauan kemampuan motorik halus siswa.

3
2. Perlakuan dalam penelitian ini dibatasi hanya dengan kegiatan menggunting

dan menempel untuk meningkatkan kemampuan motorik halus siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah kegiatan menggunting dan

menempel dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak didik pada

kelompok B di TK Negeri Sumurejo?

D. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

kemampuan motorik halus anak didik pada kelompok B di TK Negeri

Sumurejo melalui kegiatan menggunting dan menempel.

E. Manfaat

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan referensi atau masukan tentang kegiatan pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan motorik halus anak didik.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Motorik

1. Pengertian

Hasanah (2016: 721) menyatakan bahwa kemampuan motorik

merupakan gerakan-gerakan tubuh atau bagian tubuh yang disengaja,

otomatis, cepat dan akurat. Gerakan ini merupakan rangkaian koordinasi

dari beratus-ratus otot yang rumit. Kemampuan motorik ini dapat

dikelompokkan menurut ukuran otot-otot dan bagian-bagian badan yang

terkait, yaitu kemampuan motorik kasar (gross motor skill) dan kemampuan

motorik halus (fine motor skill).

Secara garis besar, urutan perkembangan kemampuan motorik

mengikuti dua prinsip, yaitu prinsip chepalocaudal dan prinsip

proximodistal. Prinsip chepalocaudal (dari kepala ke ekor), menunjukkan

urutan perkembangan, dimana bagian atas badan lebih dahulu berfungsi dan

terampil digunakan sebelum bagian yang lebih rendah. Bayi terlebih dahulu

belajar memutar kepalanya sebelum belajar menggerakkan kaki dengan

sengaja, dan mereka belajar menggerakkan kaki. Prinsip proximodistal (dari

dekat ke jauh), menunjukkan perkembangan keterampilan motorik, dimana

bagian tengah badan lebih dahulu terampil sebelum dibagian-bagian

sekelilingnya atau bagian yang lebih jauh.

5
Mursid dalam Hasanah (2016: 721) berpendapat kemampuan fisik

pada anak kecil bisa diidentifikasikan dalam beberapa hal. Sifat-sifat

perkembangan fisik yang dapat diamati adalah sebagai berikut:

a. Terjadi perkembangan otot-otot besar cukup cepat pada usia 2 tahun

terakhir masa anak kecil. Hal ini memungkinkan anak melakukan

berbagai gerakan yang lebih leluasa yang kemudian bisa dilakukannya

bermacam-macam keterampilan gerak dasar. Beberapa macam gerak

dasar meliputi: meloncat, berlari, melempar, menangkap, dan memukul

berkembang secara bersamaan tetapi dengan irama perkembangan yang

berlainan.

b. Dengan berkembangnya otot-otot besar, terjadi pulalah perkembangan

kekuatan yang cukup cepat, baik pada anak laki-laki maupun perempuan.

c. Pertumbuhan kaki dan tangan secara proporsional lebih cepat dibanding

pertumbuhan bagian tubuh yang lain, menghasilkan peningkatan daya

ungkit yang lebih besar di dalam melakukan gerakan yang melibatkan

tangan dan kaki.

d. Terjadi peningkatan koordinasi gerak dan keseimbangan tubuh yang

cukup cepat.

e. Meningkatnya kemungkinan dan kesempatan melakukan berbagai

macam aktivitas gerak fisik bisa merangsang perkembangan pengenalan

konsep-konsep dasar objek, ruang, gaya, waktu dan sebab - akibat.

6
2. Keterampilan Motorik Halus

Menurut Moelichatoen (2004) motorik halus merupakan kegiatan

yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan. Dengan kata lain

gerakan ini dapat dikatakan sebagai keterampilan bergerak. Sedangkan

menurut Nursalam (2005) perkembangan motorik halus adalah kemampuan

anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak yang melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, dimana gerakan tersebut

memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga.

Pendapat lain menyatakan bahwa motorik halus adalah ketrampilan

menggunakan alat yang memerlukan kordinasi antar mata dan tangan,

sehingga gerakan tangan perlu dikembangkan dengan baik (Lerner, 1981).

Keterampilan motorik halus (fine motor skill), meliputi otot-otot

kecil yang ada diseluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang. Pura

(2019: 132) menyatakan bahwa motorik halus yang paling utama adalah

kemampuan memegang dengan tepat yang diperlukan untuk menulis. Dari

penjelasan diatas betapa pentingnya motorik halus anak.

Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh

keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam

kemampuan motorik kasar anak belajar menggerakan seluruh atau sebagian

besar anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari kemampuan motorik

halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar

menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan

berimajinasi. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak

7
dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas,

menganyam kertas,tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk

menguasai kemampuan pada tahap yang sama.

Karakter perkembangan motorik halus menurut Mudjito (2007)

keterampilan motorik halus yang paling utama adalah:

a. Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak blum berbeda

dari kemampuan gerak halus anak bayi.

b. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial

sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan

cenderung sempurna.

c. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna lagi

tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata.

d. Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun belajar bagaimana

menggunakan jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan

pensil.

Menurut Mudjito (2007) mencatat beberapa alasan tentang fungsi

perkembangan motorik halus yaitu:

a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan

memperoleh perasaan senang.

b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi

helpessness (tidak berdaya) pada bulan – bulan pertama kehidupannya.

c. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan sekolah.

8
3. Fungsi Motorik Halus

Hurlock (dalam Yulianto dan Awalia, 2017: 120) menyebutkan

bahwa perkembangan motorik halus juga memiliki beberapa fungsi,

diantaranya yaitu:

a. Dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang.

b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak

berdaya pada bulan pertama kehidupannya, kekondisi yang bebas dan

tidakbergantung.

c. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan sekolah.

4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Anak

Kartini (1995:21), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan motorik anak sebagai berikut:

a. Faktor hereditas (warisan sejak lahir atau bawaan),

b. Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan kematangan

fungsi-fungsi organis dan fungsi psikis, dan

c. Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan,

punya emosi serta mempunyai usaha untuk membangun diri sendiri.

Tersapat faktor yang juga mempengaruhi kemampuan motorik

halus anak. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

perkembangan motorik halus anak.

a. Perkembangan sistim saraf,

b. Kemampuan fisik yang memungkinkan untuk bergerak,

9
c. Keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak,

d. Lingkungan yang mendukung,

e. Aspek psikologis anak,

f. Umur,

g. Jenis kelamin,

h. Genetik, dan

i. Kelainan kromosom.

Pernyataan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan motorik halus anak tersebut didukung oleh pendapat Rumini

dan Sundari (2004: 24-26) yang mengemukakan bahwa faktor–faktor yang

mempercepat atau memperlambat perkembangan motorik halus atara lain :

a. Faktor Genetik

Terdapat beberapa faktor keturunan yang dapat menunjang

perkembangan motorik halus setiap individu misal otot kuat, syaraf baik,

dan kecerdasan yang menyebabkan perkembangan motorik individu

tersebut menjadi baik dan cepat.

b. Kesehatan Masa Prenatal

Janin yang selama dalam kandungan dalam keadaan sehat, tidak

keracunan, tidak kekurangan gizi, tidak kekurangan vitamin dapat

membantu memperlancar perkembangan motorik anak.

c. Kesulitan Saat Melahirkan

Faktor kesulitan dalam melahirkan misalnya dalam perjalanan

kelahiran dengan menggunakan bantuan alat vacuum sehingga bayi

10
mengalami kerusakan otak dan hal tersebut dapat memperlambat

perkembangan motorik.

d. Kesehatan dan gizi

Kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca

melahirkan akan mempercepat perkembangan motorik bayi. Pemberian

sumber makanan dengan gizi yang baik dapat memberikan energi-energi

pada bayi sehingga bayi dapat bergerak secara aktif sehingga daya

motorik halus bayi mulai terlatih.

e. Rangsangan

Adanya rangsangan, bimbingan dan kesempatan anak untuk

menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan

motorik bayi.

f. Perlindungan

Perlindungan berlebih menyebabkan anak tidak ada waktu untuk

bergerak misalnya anak hanya digendong terus-menerus, hendak menaiki

tangga tidak boleh, hal tersebut dapat menghambat perkembangan

motorik anak.

g. Prematur

Kelahiran sebelum masanya disebut prematur biasanya akan

memperlambat perkembangan motorik anak.

h. Kelainan

Individu yang mengalami kelainan baik fisik maupun psikis,

social, mental biasanya akan mengalami hambatan dalam

11
perkembangannya. Individu yang mempunyai kelainan tersebut dapat

mengalami gangguan, misalnya individu dengan bagian tubuh yang cacat

dapat menghambat daya motorik karena individu tersebut akan

mengalami kesulitan bergerak dan beraktifitas sehingga perkembangan

motorik terhambat.

i. Kebudayaan

Peraturan daerah setempat dapat mempengaruhi perkembangan

motorik anak misalnya ada daerah yang tidak mengizinkan anak putri

naik sepeda maka tidak akan diberi pelajaran naik sepeda roda tiga.

5. Prinsip dalam Pengembangan Motorik Halus

Depdiknas (dalam Yulianto dan Awalia 2017:120) menjelaskan

bahwa untuk mengembangkan motorik halus anak usia 4-6 tahun di Taman

Kanak-Kanak secara optimal, perlu memperhatikan prinsipprinsip berikut:

a. Memberikan kebebasan ekspresi pada anak.

b. Melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar dapat

merangsang anak untuk kreatif.

c. Memberikan bimbingan kepada anak untuk menemukan teknik/cara yan

baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media.

d. Menumbuhkan keberanianan anak dan hindarkan petunjuk yang dapat

merusak keberanian dan perkembangan anak.

e. Membimbing anak sesuai denga kemampuan dan taraf perkembangan.

12
f. Memberikan rasa gembira dan ciptakan suasana yang menyenangkan

pada anak.

g. Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan.

6. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus

Menurut Depdikdas (2007: 10), karakteristik perkembangan motorik halus

anak dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pada saat anak berusia tiga tahun

Pada saat anak berusia tiga tahun kemampuan gerakan halus

pada masa bayi. Meskipun anak pada saat ini sudah mampu menjumput

benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya tetapi gerakan

itu sendiri masih kikuk.

b. Pada usia empat tahun

Pada usia empat tahun koordinasi motorik halus anak secara

substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih

cepat bahkan cenderung ingin sempurna.

c. Pada usia lima tahun

Pada usia lima tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih

sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah koordinasi

mata. Anak juga telah mampu membuat dan melaksanakan kegiatan yang

lebih majemuk, seperti kegiatan proyek.

d. Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun

13
Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun ia telah belajar

bagaimana menggunakan jari jemarinya dan pergelangan tangannya

untuk menggerakkan ujung pensilnya.

7. Permasalahan Perkembangan Motorik Halus

Anak usia dini tidak semuanya mengalami perkembangan motorik

yang optimal sesuai dengan pertambahan usianya. Ada beberapa yang menjadi

masalah dalam perkembangan motorik halus. Fitriani (2018: 31) menjelaskan

bahwa masalah keterampilan motorik halus yang terjadi pada anak usia dini

adalah terkait dengan kemampuan yang kurang dalam menggambar bentuk

bermakna dan belum bisa mewarnai dengan rapi. Usia 4 tahun anak mulai bisa

menggambar bentuk yang memiliki makna meskipun belum sempurna. Jika

anak usia 4-6 tahun belum bisa menggambar beberapa bentuk yang tergabung

dengan baik menjadi suatu bentuk yang lebih bermakna perlu diwaspadai.

Orang tua maupun guru perlu meninjau kemampuan anak dalam

mempersepsikan apa yang ada di lingkungan sekitarnya. Selain itu juga anak

pada usia 4 tahun biasanya memiliki kemampuan yang semakin baik dalam

mewarnai. Jika pada usia menjelang masuk sekolah dasar kemampuan anak

mewarnai belum baik, seperti coretan warna selalu keluar dari bidang gambar,

ada kemungkinan anak memiliki masalah dalam koordinasi mata dan

tangannya.

Masalah dalam perkembangan motorik menjadi acuan yang penting

untuk dipelajari oleh guru maupun orang tua, agar masalah yang terjadi pada

anak diketahui sejak dini dan mencari jalan keluar yaitu berupa tindakan yang

tepat terhadap masalah perkembangan motorik anak usia dini. Perkembangan

14
motorik anak menjadi perhatian guru sebagai orang yang bertanggung jawab

dalam pendidikan dan pembelajaran anak di sekolah, dan menjadi perhatian

orang tua selaku orang yang bertanggung jawab terhadap pembelajaran anak di

rumah, bukan hanya aspek perkembangan motorik saja tetapi juga aspek

perkembangan yang lain.

B. Menggunting dan Menempel

Sumantri (2005:152) mengungkapkan bahwa menggunting adalah

kegiatan memotong berbagai kertas atau bahan-bahan lain dengan mengikuti

alur, garis atau bentuk-bentuk tertentu. Kegitan tersebut merupakan salah satu

kegiatan yang mengembangkan motorik halus anak. Koordinasi yang baik

antara mata dan tangan dapat berkembang melalui kegiatan menggunting. Hal

ini dapat terjadi karena pada saat menggunting jari jemari anak akan bergerak

mengikuti pola bentuk yang digunting.

Pendapat lain dari Pamadi dan Sukardi (2010: 75) mengatakan bahwa

menempel adalah kegiatan lanjutan menggunting. Menempel itu merupakan

kegiatan finishing dari kegiatan menggunting, melipat, dan menempel. Lebih

lanjut Pamadi dan Sukardi (2010: 75) berpendapat bahwa anak usia dini sangat

tergantung pada orang lain dalam mengerjakan kegiatan seni. Jadi sebagai

pendidik sebaiknya membimbing dengan cara membantu sambil ikut

memegangi kertas gambar yang akan ditempelkan karena proses menempel ini

sangat diperlukan latihan secara berulang-ulang.

15
C. Kerangka Pikir

Kemampuan menggunting dan menempel sangat perlu dimiliki oleh

anak sejak dini, dengan menggunakan keterampilan tangan dan teknik serta

ketelitian dalam menggunting dan menempel dapat diciptakan keanekaragaman

hasil karya yang indah dan rapi. Selain melatih keterampilan, menggunting dan

menempel juga akan menambah kecerdasan anak untuk melatih perkembangan

otak anak dan kemampuan motorik anak karena dengan kegiatan menggunting

dan menempel tersebut dapat membuat anak aktif bergerak dan melatih

kerapian dan ketepatan dalam menggunting maupun menempel. Salah satu cara

yang digunakan untuk meningkatkan motorik halus anak dalam pembelajaran

yaitu kegiatan menggunting dan menempel.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir, maka dapat

dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : bahwa dengan kegiatan

pembelajaran menggunting dan menempel yang diberikan dapat meningkatkan

motorik halus pada anak Kelompok B TK Negeri Sumurrejo, Gunungpati,

Semarang.

16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research) dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan

pembelajaran di dalam kelas yang dilakukan oleh guru sendiri. Penelitian tindakan

merupakan suatu proses yang memberikan kepercayaan pada pengembangan

kekuatan berpikir reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-

orang biasa, berpartisipasi penelitian kolektif mengatasi kesulitan-kesulitan yang

mereka hadapi kegiatannya. Dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan

melalui dua siklus. Setiap siklusnya ada empat tahap yaitu perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi. Secara visual penelitian tindakan kelas ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

17
B. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Tindakan pada Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus I ini berupa rencana kegiatan untuk

menentukan langkah langkah yang akan dilakukan peneliti untuk

memecahkan permasalahan yang ada dalam pembelajaran. Rencana

kegiatan yang dilakukan adalah persiapan pembelajaran menggunting dan

menempel pada siswa TK B. Selain membuat rencana pembelajaran, guru

menyiapkan instrumen penelitian tentang materi yang akan disampaikan

kepada siswa.

b. Tindakan

Langkah ini merupakan pelaksanaan pembelajaran yang telah

disiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah

pembelajaran menggunting dan menempel dengan berbagai bentuk benda.

Pada tahap ini dilakukan tiga tahap proses belajar mengajar, yaitu apersepsi,

proses pembelajaran dan evaluasi.

c. Observasi

Observasi adalah kegiatan mengamati tingkah laku dan segala

kegiatan siswa selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti

observasi dengan bantuan teman sejawat. Sasaran yang diamati adalah

ketepatan cara memegang gunting, kemampuan mengikuti garis gambar

yang digunting, kerapihan hasil pengguntingan, dan kemmapuan menempel

hasil guntingan gambar pada gambar yang sesuai dengan tepat.

18
d. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan menganalis hasil tes, dalam siklus I ini

untuk nsropeksi terhadap perencanaan pembelajaran, tindakan pembelajaran

dan observasi yang telah dilakukan. Selain itu, apabila terdapat kekurangan

kekurangan pada siklus I ini, maka akan diperbaiki dan dicari pemecahnya

pada siklus II. Sedangkan apabila ada kelebihan dalam siklus I, maka akan

dipertahankan atau ditingkatkan pada siklus II.

2. Prosedur Tindakan pada Siklus II

Pada siklus II, langkah-langkah yang ditempuh sama seperti pada

siklus I. Siklus II hanya menyempurnakan atau memperbaiki kekurangan yang

terdapat pada siklus I. Langkah-langkah pada siklus II yaitu perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Negeri Sumurrejo, Gunungpati,

Semarang. Objek penelitian dilakukan di kelompok B yang terdiri dari 19

siswa. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2021 sampai dengan

Desember 2021.

Tabel 3.1 Waktu dan kegiatan penelitian

Kegiatan Okt Nov Des


Observasi Awal
Berdiskusi dengan kepala sekolah
Menyusun proposal
Menyusun instrument penelitian

19
Pelaksanaan siklus I
Analisis hasil siklus I
Pelaksanaan siklus II
Analisis hasil siklus II
Menyusus Laporan

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa siswa Kelompok B di TK

Negeri Sumurrejo yang berjumlah 19 siswa. Berikut ini merupakan daftar

subjek dalam penelitian ini.

Tabel 3.2 Subjek penelitian

No. Nama
1 Najwa
2 Athif
3 Tisha
4 Rama
5 Zahra
6 Rasyid
7 Nada
8 Aqila
9 Aska
10 Humay
11 Dani
12 Ashraf
13 Radit
14 Disya
15 Ayunda
16 Husain

20
17 Zaki
18 Lea
19 Imel

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan

observasi.

1. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan berupa tanya jawab peneliti dengan

teman sejawat, peneliti dengan anak atau dengan narasumber yang bertujuan

untuk memperoleh informasi mengenai topik penelitian. Wawancara

digunakan oleh peneliti sebagai metode pengumpulan data mengenai studi

pendahuluan dengan tujuan untuk menemukan permasalahan-permasalahan

sebagai kajian dasar dalam melakukan penelitian

2. Lembar Observasi

Terdapat tiga (3) jenis lembar observasi dalam penelitian tindakan.

Ketiga lembar observasi tersebut adalah sebagai berikut,

a. Lembar Observasi Aktivitas Guru.

Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengukur

tingkat keberhasilan dan kelemahan dalam proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru.

b. Lembar Observasi Aktivitas Anak.

21
Lembar observasi aktivitas anak digunakan untuk mengukur

tingkat keberhasilan dan kelemahan dalam kegiatan menggunting dan

menempel.

c. Lembar Observasi Kemampuan Motorik Halus Anak.

Lembar observasi kemampuan motorik halus anak digunakan

untuk mengukur tingkat keberhasilan dan kelemahan dalam kemampuan

motorik halus anak.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu metode untuk mengolah data

menjadi informasi sehingga karakteristik data menjadi lebih mudah dipahami

dan berguna untuk memecahkan suatu permasalahan. Teknik analisis data pada

penelitian ini yang menggunakan penilaian skala likert yang telah dimodifikasi

oleh peneliti untuk kemudahan proses analisis. Sugiyono (2019: 146)

berpendapat bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai sebuah fenomena

sosial. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menentukan kriteria penilaian media

pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan rentangan yang diadaptasi

dari skala likert dengan nilai rentang menggunakan star scoring (*); (**);

(***); dan (****).

**** = Sangat Baik

*** = Baik

** = Kurang Baik

22
* = Tidak Baik

1. Persentase Perolehan Nilai

Menghitung persentase perolehan skor dengan persamaan berikut.

∑∗
% = 𝑥100% ………………….. (1)
𝑁

∑∗∗
% = 𝑥100% ………………….. (2)
𝑁

∑∗∗∗
% = 𝑥100% ………………….. (3)
𝑁

∑∗∗∗∗
% = 𝑥100% ………………….. (4)
𝑁

Keterangan:

∑* = Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh bintang

N = Jumlah siswa

2. Uji Peningkatan

Dalam menentukan besaran peningkatan kemampuan motorik

siswa didasarkan dengan kenaikan persentase jumlah siswa yang

memperoleh empat (4) bintang pada saat prasiklus dan jumlah siswa yang

memperoleh empat (4) bintang saat dilakukan siklus 2.

23
BAB IV
PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan

penelitian dilakukan dalam dua siklus tiap siklus dikenakan perlakuan yang

berbeda dengan tingkat kesulitan yang sama sesuai dengan perubahan yang

dicapai seperti yang telah direncanakan dalam faktor yang ingin diteliti. Setiap

siklus penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan

Tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi.

Berdasarkan hasil pengamatan awal, diperoleh data dari 19 anak didik; 4

anak mendapat bintang 1; 5 anak mendapat bintang 2; 7 anak mendapat bintang 3;

dan hanya 3 anak mendapat bintang 4. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa

keterampilan motorik halus siswa masih rendah, hal ini ditunjukkan dari 19 anak

hanya 3 yang memperoleh skor 4 bintang (15,8 %). Hasil tersebut

mengindikasikan perkembangan keterampilan motorik anak didik yang

mengalami keterlambatan. Keterlambatan perkembangan tersebut diakibatkan

oleh kurang beraninya anak dalam memegang lem, serta kemampuan

menggunting manih keluar garis, belum beraturan, dan hasil dalam menempel

masih berantakan dan kurang rapi.

Berdasarkan hasil tersebut, selanjutnya dilakukan perlakuan kepada

siswa berupa kegiatan menggunting dan menempel yang diberikan secara lebih

jelass dan rinci sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan lebih baik.

Hasil yang diperoleh setelah diberikan perlakuan dapat dilhat pada tabel berikut.

24
Tabel 4.1 Hasil Aktivitas Motorik Halus Siswa Setiap Siklus

Hasil
No. Siklus Pertemuan
Jumlah Persentase
1 I 1 6 31,57%
2 I 2 10 52,6%
3 II 1 13 68,4%
4 II 2 17 89,47%
Berdasarkan data pada tabel 1, terlihat bahwa pada Siklus 1 pertemuan 1,

terdapat 6 siswa yang memperoleh skor 4 bintang atau meningkat dari 15,8%

menjadi 31,57%. Selanjutnya pada pertemuan kedua juga mengalami peningkatan

menjadi 52,6% siswa memperoleh skor 4 bintang. Namun dikarenakan

peningkatan keterampilan motorik halus siswa belum memenuhi kriteria yang

ditentukan, maka perlakuan dilanjutkan pada siklus II.

Pada pertemuan pertama siklus II, keterampilan motorik halus siswa

meningkat dengan diperoleh 13 siswa atau 68,4% siswa memperoleh skor 4

bintang. Selanjutnya dilanjutkan dengan pertemuan kedua yang menghasilkan 17

dari 19 siswa atau 89,47% siswa memperoleh skor 4 bintang.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan siklus II terlihat

bahwa kegiatan menggunting dan menempel dapat meningkatkan keterampilan

motorik halus siswa. Hal tersebut terlihat dari peningkatan jumlah siswa yang

awalnya hanya 3 siswa atau 15,8% yang memperoleh skor 4 bintang menjadi

89,47% atau 17 siswa yang memperoleh skor 4 bintang pada siklus II.

25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan hasil pembahasan di atas, terdapat simpulan

yang didapatkan dari penelitian ini, yaitu: melalui kegiatan menggunting dan

menempel dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak kelompok B

di TK Negeri Sumurejo Tahun Pelajaran 2021/2022. Peningkatan yang

diperoleh adalah dari 15,8% siswa pada kondisi prasiklus menjadi 89,47%

siswa yang memperoleh skor 4 bintang setelah mengalami perlakuan

menggunting dan menempel tersebut.

B. Saran

Saran yang diberikan oleh penulis adalah agar guru dapat memadukan

berbagai macam metode pembelajaran agar dapat meningkatkan keterampilan

motorik halus siswa maupun keterampilan dan pengetahuan siswa pada bidang

yang lain.

26
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. 2007. Bidang


Pengembangan Fisik/Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Fitriani, Rohyana. 2018. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. Jurnal
Golden Age Hamzanwadi University 3(1): 25-34.
Hasanah, Uswatun. 2016. Pengembangan Kemampuan Fisik Motorik Melalui
Permainan Tradisional bagi Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak 5(1):
717-733.
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak: Psikologi Perkembangan. Bandung:
Mandar Maju.
Pamadi dan Sukardi. 2010. Seni Keterampilan Anak. Universitas Terbuka.
Pura, Dwi Nomi. 2019. Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui
Kolase Media Serutan Pensil. Jurnal Ilmiah Potensia 4(2): 131-140.
Rumini, Sri dan S. Sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Asdi Mahasatya.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar PAUD. Jakarta: PT Indeks.
Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.
Jakarta: Depdikbud.
Yulianto, Dema dan T. Awalia. 2017. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus
RA Al-Hidayah Nanggungan Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk
Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal Pinus 2(2): 118-123.

27
LAMPIRAN

1. Lampiran Hasil Observasi Prasiklus


Hasil Penelitian
No. Nama
* ** *** ****
1 Najwa v
2 Athif v
3 Tisha v
4 Rama v
5 Zahra v
6 Rasyid v
7 Nada v
8 Aqila v
9 Aska v
10 Humay v
11 Dani v
12 Ashraf v
13 Radit v
14 Disya v
15 Ayunda v
16 Husain v
17 Zaki v
18 Lea v
19 Imel v
Jumlah 4 5 7 3
Persentase 21% 26,3% 36,8% 15,8 %

28
2. Lampiran Hasil Observasi Pertemuan 1 Siklus 1
Hasil Penelitian
No. Nama
* ** *** ****
1 Najwa v
2 Athif v
3 Tisha v
4 Rama v
5 Zahra v
6 Rasyid v
7 Nada v
8 Aqila v
9 Aska v
10 Humay v
11 Dani v
12 Ashraf v
13 Radit v
14 Disya v
15 Ayunda v
16 Husain v
17 Zaki v
18 Lea v
19 Imel v
Jumlah 4 5 4 6
Persentase 21% 26,3% 21,05% 31,57 %

29
3. Lampiran Hasil Observasi Pertemuan 2 Siklus 1
Hasil Penelitian
No. Nama
* ** *** ****
1 Najwa v
2 Athif v
3 Tisha v
4 Rama v
5 Zahra v
6 Rasyid v
7 Nada v
8 Aqila v
9 Aska v
10 Humay v
11 Dani v
12 Ashraf v
13 Radit v
14 Disya v
15 Ayunda v
16 Husain v
17 Zaki v
18 Lea v
19 Imel v
Jumlah 4 1 4 10
Persentase 21% 0,5% 21,05% 52,6 %

30
4. Lampiran Hasil Observasi Pertemuan 1 Siklus 2
Hasil Penelitian
No. Nama
* ** *** ****
1 Najwa v
2 Athif v
3 Tisha v
4 Rama v
5 Zahra v
6 Rasyid v
7 Nada v
8 Aqila v
9 Aska v
10 Humay v
11 Dani v
12 Ashraf v
13 Radit v
14 Disya v
15 Ayunda v
16 Husain v
17 Zaki v
18 Lea v
19 Imel V
Jumlah 1 3 2 13
Persentase 5,3% 15,8% 10,5% 68,4 %

31
5. Lampiran Hasil Observasi Pertemuan 2 Siklus 2
Hasil Penelitian
No. Nama
* ** *** ****
1 Najwa v
2 Athif v
3 Tisha v
4 Rama v
5 Zahra v
6 Rasyid v
7 Nada v
8 Aqila v
9 Aska v
10 Humay v
11 Dani v
12 Ashraf v
13 Radit v
14 Disya v
15 Ayunda v
16 Husain v
17 Zaki v
18 Lea v
19 Imel v
Jumlah 0 2 0 17
0% 0% 89,47 %
Persentase
10,52,6%

32
6. Lampiran Observasi 1
Butir Amatan

Persentase
Rata-rata
Jumlah
Keberanian

Kesesuaian
Antusiame

Keaktifan
No. Nama

Bicara
lancar

peran
1 Najwa 2 2 2 2 2 10 2 50 %
2 Athif 2 2 2 2 2 10 2 50 %
3 Tisha 4 2 3 2 2 13 2,6 65%
4 Rama 0 0 0 0 0 0 0 0%
5 Zahra 2 2 2 2 2 10 2 50 %
6 Rasyid 3 2 2 2 2 11 2,9 55 %
7 Nada 4 3 3 2 3 15 3 75 %
8 Aqila 4 3 2 3 3 15 3 75 %
9 Aska 3 3 3 3 3 15 3 75 %
10 Humay 2 2 2 2 2 10 2 50 %
11 Dani 4 4 4 3 2 17 3,4 85%
12 Ashraf 4 3 2 3 3 15 3 75 %
13 Radit 3 3 3 3 3 15 3 75 %
14 Disya 3 3 3 2 3 14 2.8 70%
15 Ayunda 3 3 3 2 3 14 2.8 70%
16 Husain 2 2 2 2 2 10 2 50 %
17 Zaki 4 3 3 2 2 14 2,9 70 %
18 Lea 4 3 2 2 2 13 2,8 65 %
19 Imel 2 2 2 2 3 11 2.1 55 %
Rata-rata

33
7. Lampiran Observasi 1
Butir Amatan

Persentase
Rata-rata
Jumlah
Keberanian

Kesesuaian
Antusiame

Keaktifan
No. Nama

Bicara
lancar

peran
1 Najwa 2 2 2 2 2 10 2 50 %
2 Athif 2 2 2 2 2 10 2 50 %
3 Tisha 4 2 3 2 2 13 2,6 65%
4 Rama 0 0 0 0 0 0 0 0%
5 Zahra 2 2 2 2 2 10 2 50 %
6 Rasyid 3 2 2 2 2 11 2,9 55 %
7 Nada 4 3 3 2 3 15 3 75 %
8 Aqila 4 3 2 3 3 15 3 75 %
9 Aska 3 3 3 3 3 15 3 75 %
10 Humay 2 2 2 2 2 10 2 50 %
11 Dani 4 4 4 3 2 17 3,4 85%
12 Ashraf 4 3 2 3 3 15 3 75 %
13 Radit 3 3 3 3 3 15 3 75 %
14 Disya 3 3 3 2 3 14 2.8 70%
15 Ayunda 3 3 3 2 3 14 2.8 70%
16 Husain 2 2 2 2 2 10 2 50 %
17 Zaki 4 3 3 2 2 14 2,9 70 %
18 Lea 4 3 2 2 2 13 2,8 65 %
19 Imel 2 2 2 2 3 11 2.1 55 %
Rata-rata

34

Anda mungkin juga menyukai