1B - 37 - Afifudin Hidayatullah - Komposisi Kimiawi Makanan Dan Minuman
1B - 37 - Afifudin Hidayatullah - Komposisi Kimiawi Makanan Dan Minuman
1B - 37 - Afifudin Hidayatullah - Komposisi Kimiawi Makanan Dan Minuman
Disusun oleh:
Afifudin Hidayatullah (11210163000037)
Kelompok 9:
Purwo Harris Ramadhan (11210163000003)
Putri Nur Fathiyah (11210163000021)
1. 1 (satu)
2. 1 (satu)
3. 1 (satu)
4. 1 (satu)
5. 1 (satu)
6. 1 (satu)
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan bahan makanan atau minuman yang ingin di amati
2. Periksa terlebih dahulu apakah makanan atau minuman dalam keadaan
baik atau tidak masa kadarluwarsa
3. Lihatlah dibelakang kemasan tersebut akan terdapat tabel yang berisi
informasi nilai gizi atau nutrition facts
4. Catatlah kandungan gizi yang ada di tabel tersebut dan sertakan jumlah
AKGnya
5. Dan catatlah jumlah persajian atau amount perserving perkemasan
F. HASIL PENGAMATAN
1. kita mengetahui nilai gizi melalui komposisi
2. kita mengetahui energi total yang ada pada komposisi
3. kita mengetahui nilai gizi lemak, protein dan gizi lainnya
4. kita mengetahui daya tahan pada makanan dan minuman tersebut.
G. PEMBAHASAN
Pada Praktikum kali ini membahas tentang “Komposisi Kimiawi Makanan dan
Minuman.” Yang mana kita memperhatikan komposisi pada tiap Makanan dan
Minuman Instan, dan mengetahui apa saja zat yang baik bagi tubuh, seperti protein, zat
besi, vitamin. Di dalam bahan pangan zat gizi makro dan mikro tidak berdiri sendiri
melainkan saling berdampingan dan berkaitan, misalnya pada daging, selain terkandung
protein juga lemak dan karbohidrat serta beberapa mikro nutrient lainnya seperti vitamin
dan mineral. Semua bahan mentah merupakan komoditas yang mudah rusak,
sejak dipanen, bahan pangan mentah baik tanaman maupun hewan akan mengalami
kerusakan melalui serangkaian reaksi biokimiawi. Salah satu faktor utama kerusakan
bahan pangan adalah kandungan air aktif secara biologis dalam jaringan.
Pengolahan bahan pangan merupakan pengubahan bentuk asli kedalam bentuk
yang mendekati bentuk untuk dapat segera dimakan. Salah satu proses pengolahan
bahan pangan adalah menggunakan pemanasan. Pengolahan pangan dengan
menggunakan pemanasan dikenal dengan proses pemasakan yaitu proses pemanasan
bahan pangan dengan suhu 100⁰ C atau lebih dengan tujuan utama adalah memperoleh
rasa yang lebih enak, aroma yang lebih baik, tekstur yang lebih lunak, untuk
membunuh mikrobia dan menginaktifkan semua enzim. Dalam banyak hal, proses
pemasakan diperlukan sebelum kita mengonsumsi suatu makanan. Pemasakan dapat
dilakukan dengan perebusan dan pengukusan (boiling dan steaming pada suhu 100⁰ C),
broiling(pemanggangan daging), baking (pemanggangan roti), roasting (pengsangraian)
dan frying (penggorengan dengan minyak) dengan suhu antara 150⁰ - 300⁰ C.
Penggunaan panas dalam proses pemasakan sangat berpengaruh pada nilai gizi bahan
pangan tersebut.
Semua cara masak atau pengolahan makanan juga dapat mengurangi kandungan
gizi makanan. Secara khusus, memaparkan bahan makanan kepada panas yang tinggi,
cahaya, dan atau oksigen akan menyebabkan kehilangan zat gizi yang besar pada
makanan. Zat gizi juga dapat tercuci keluar oleh air yang digunakan untuk memasak,
misalnya merebus kentang dapat menyebabkan migrasi vitamin B dan C ke air rebusan.
Di tingkat rumah tangga proses pemasakan dengan menggoreng termasuk paling sering
dilakukan. Suhu menggoreng biasanya mencapai 160⁰ C, oleh karena itu sebagian zat
gizi diperkirakan akan rusak, diantaranya vitamin dan protein. Penurunan mineral
berkisar antara 5-40%, terutama kalsium, yodium, seng, selenium dan zat besi.
Selain proses pengolahan (pemasakan) dapat merusak zat-zat gizi yang
terkandung dalam bahan pangan, proses pengolahan dapat bersifat menguntungkan
terhadap beberapa komponen zat gizi bahan pangan tersebut yaitu perubahan kadar
kandungan zat gizi, peningkatan daya cerna dan penurunan berbagai senyawa antinutrisi.
Proses pemanasan bahan pangan dapat meningkatkan ketersedian zat gizi
yang terkandung didalamnya, contohnya perebusan kacang kedelai mentah dapat
meningkatkan daya cerna dan ketersediaan protein. Selain itu proses fermentasi kedelai
pada pembuatan tempe juga dapat menyebabkan terjadinya denaturasi protein yang akan
meningkatkan daya cerna protein tersebut. Pada perebusan, lemak dapat terhidrolisis
menjadi gliserol dan asam lemak. Faktor pengolahan juga sangat berpengaruh terhadap
kandungan karbohidrat. Pemasakan karbohidrat diperlukan untuk mendapatkan daya
cerna pati yang tepat. Bila pati dipanaskan, granula-granula pati membengkak dan
pecah sehingga pati tergalatinisasi.
H. KESIMPULAN
Pengolahan bahan pangan dengan menggunakan proses pemasakan
umumnya mengakibatkan penurunan komposisi kimia dan zat gizi bahan pangan
tersebut seperti kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Tinggi atau
rendahnya penurunan kandungan gizi suatu bahan pangan pangan akibat pemasakan
tergantung dari jenis bahan pangan, suhu yang digunakan. Proses penggorengan
merupakan proses pengolahan bahan pangan yang dapat mengakibatkan penurunan
kandungan gizi yang sangat signifikan karena menggunakan suhu lebih dari 1600 C,
sehingga protein mengalami kerusakan. Sedangkan proses menggoreng menyebabkan
kandungan lemak bahan pangan mengalami kenaikan disebabkan oleh adanya minyak
goreng yang terserap pada bahan pangan tersebut yang mengakibatkan kadar lemak
bertambah.
Dengan memperhatikan Nutrion Fact yang ada di makanan dan minuman instan,
kita bisa tahu, berapa energy yang diberikan denga memakan 1 bungkus makanan atau
minuman instan tersebut. Tidak ada Makanan dan Minuman Instan yang boleh
dikonsumsi setiap hari atau pun berlebihan, karna Makanan dan Minuman Instan sudah
masuk kedalam tahap pengolahan yang pasti ada tambahan bahan pangan. Dengan
memperhatikan Nutrion Fact, kita bias tahu, sebaiknya Makanan dan Minuman Instan
tersebut baiknya dikonsumsi oleh berapa orang.
I. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous efek masakan dan pengolahan terhadap gizi pangan. 2012. Disitasi pada
tgl 18 Mei 2014 dari http://linianisfatus.wordpress.com/2012/08/14/efek-
pemasakan-danpengolahan-terhadap-gizi-pangan. 2012.
Devi, V. C. Praktek Pemilihan Makanan Kemasan Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tentang Label Produk Makanan Kemasan, Jenis Kelamin, dan Usia Konsumen
di Pasar Swalayan ADA Setiabudi Semarang. 2013.
Greenfield H And Southgate D.A, T. (2003). Food Consumption Data : Production,
Management And Use Second Ed.
Ir. Muethia Rachmania, M. I. (2020). Modul Stem Pembelajaran Peserta Didik Kelas 8
Smp/Mts. Zat Aditif Dan Zat Adiktif.
Padmaningrum, R. T. (2009). Tinjauan Nilai Gizi Dan Tingkat Penerimaan
Konsumen.
Palupi NS., Zakaria FR dan Prangdimurti E. Pengaruh pengolahan terhadap nilai gizi
pangan, modul e-learning ENBP. IPB: Departemen Ilmu Pangan
Pamungkas, E. D. (2009). Zat Aditif Makanan.
Sarwi, S. F. (2020). Literasi Zat Gizi Makro Dan Pemecahan Masalahnya. Sleman: Cv
Budi Utama