Poster Uji Fitokimia
Poster Uji Fitokimia
Poster Uji Fitokimia
Aulia Mufaricha Fatimah Nur Khoiriyah Siti Arofatus Saadah Nurul Fajriyah Fiki Anisa Lutfiyani Tiara Wine Virginia
4301420055 4301420081 4301420083 4301420086 4301420092 4301420095
Tujuan
Identifikasi Saponin
1. Melakukan uji fitokimia pada tumbuh-tumbuhan.
2. Terampil dalam identifikasi senyawa alkaloid, steroid, flavonoid, fenolik
dan saponin dan terpenoid pada sampel ekstrak bahan alam.
Alat :
Tabung reaksi, Lumpang dan penggerus, Pipet, Plat tetes,
Pemanas Spiritus, Kaki tiga, Kertas Saring, Beaker glass,
Erlenmeyer
Bahan :
Sampel kering, Kloroform, Asam Sulfat 2N, Reagen Mayer dan
Dragendorff, Kloroform Amoniak 0,05 N, Etanol, Aquades,
Anhidrida asam asetat, Asam sulfat pekat, HCl pekat, FeCl3,
Serbuk magnesium, Pasir bersih.
Cara Kerja
Identifikasi Fenolik
Data Pengamatan
Pembahasan
Hal yang pertama dilakukan dalam mengekstraksi biji mahoni menggunakan metode maserasi yaitu dengan
menghaluskan biji mahoni kering menggunakan mortar lalu ditumbuk hingga menjadi bubuk. Penghalusan biji
mahoni bertujuan untuk memperluas permukaan yang akan diekstraksi. Setelah itu, menimbang biji mahoni yang
telah dihaluskan sebanyak 100 gram lalu dimasukkan ke dalam wadah dan ditambahkan pelarut heksana sebanyak
500 mL lalu diaduk hingga semua sampel terendam dan direndam selama 36 jam dengan keadaan wadah yang
tertutup. Pelarut heksana bersifat non polar sehingga lebih mudah melarutkan oleoresin dan mempermudah
proses ekstraksi. Tujuan dari perendaman selama 36 jam agar memaksimalkan proses pengambilan senyawa-
senyawa yang terdapat pada sampel. Selanjutnya ekstrak biji mahoni dipisahkan dengan maseratnya dengan cara
disaring lalu sampel yang telah direndam heksana juga mendapatkan perendaman selama 12 jam dengan pelarut
metanol dengan cara yang sama. Pelarut metanol ini digunakan karena metanol merupakan pelarut yang baik
untuk ekstraksi pendahuluan. Penggunaan metanol ini dikarenakan memiliki dua gugus yang berbeda
kepolarannya, yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang bersifat non polar sehingga jika ada
senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran yang berbeda akan dapat terekstraksi dengan baik ke dalam metanol.
Kemudian sampel dievaporasi untuk memisahkan cairan penyari dengan bahan yang disari. Metode maserasi ini
bertujuan untuk menghilangkan lemak yang ada di biji mahoni karena lemak tersebut akan mengganggu proses
ekstraksi lanjutan akibat terbentuknya emulsi. Kemudian percobaan dilanjutkan dengan uji fitokimia untuk
mengidentifikasi senyawa bioaktif, pada tumbuhan senyawa bioaktif yang dimiliki yaitu senyawa metabolit
sekunder dengan pengujian alkaloid, flavonoid, saponin, fenolik, steroid, dan terpenoid.
Uji Alkaloid
Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Diperkirakan endapan tersebut
adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada alkaloid terdapat kandungan atom nitrogen yang mempunyai pasangan
elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam.
Hasil positif alkaloid pada Uji Dragendorff juga ditandai dengan terbentuknya endapan jingga merah. Endapan
tersebut adalah kalium- alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam asam sulfat
agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismut mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO+).
Uji reagen Lieberman-Burchard merupakan uji reagen yang spesifik pada senyawa terpenoid. Pereaksi Lieberman-
Burchard merupakan campuran antara anhidrida asetat dan asam sulfat pekat. Pada uji ini Positif mengandung
terpenoid karena terbentuk warna merah pada larutan.
Uji Flavonoid
Uji flavonoid dilakukan dengan mengambil sedikit fraksi air, dilarutkan dengan serbuk Mg dan HCI pekat.
Penambahan HCl pekat digunakan untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan
menghidrolisis O-glikosil. Flavonoid yang tereduksi dengan Mg dan HCl dapat memberikan warna merah atau
merah muda. Pada praktikum ini tidak terbentuk warna merah maupun merah muda yang dapat disimpulkan
ekstrak biji mahoni tidak mengandung flavonoid.
Uji Flavonoid
Fenolik apabila direaksikan dengan FeCl3, akan membentuk warna biru atau biru ungu. Terjadinya
pembentukan warna biru atau biru ungu ini karena terbentuknya senyawa kompleks antara logam Fe dan
fenolik. Senyawa kompleks terbentuk karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion atau atom logam
dengan atom nonlogam. Persamaan Reaksi antara senyawaan fenolik dengan FeCl3, dilihat pada reaksi berikut :
Uji Saponin
Saponin merupakan zat yang memiliki senyawa aktif permukaan dan bersifat sabun. Hasil pengujian fitokimia
senyawa saponin menunjukkan bahwa ekstrak kasar dan fraksi air positif karena terdapat busa stabil yang
terbentuk. Terbentuknya busa pada uji ini menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan
membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya. uji reagen yang positif akan
menimbulkan busa yang tahan lama ketika dikocok dengan air, busa merupakan bukti adanya senyawa saponin
dalam sampel.
KLT
Prosedur uji dengan KLT dilakukan untuk lebih menegaskan hasil yang didapat dari skrining fitokimia. Karena
berfungsi sebagai penegasan, maka Uji KLT hanya dilakukan untuk golongan-golongan senyawa yang
menunjukkan hasil positif pada skrining fitokimia (alkaloid, steroid, terpenoid, saponin). Pada praktikum ini
digunakan 3 eluen yaitu : n-heksana : etil asetat (3:2) , metanol : etil asetat (4 :1) , metanol : etil asetat (3:2).
Hasil analisa KLT (kromatografi lapis tipis) menggunakan eluen n-heksana : etil asetat (3:2) didapatkan nilai Rf =
0 , metanol : etil asetat (4 :1) didapatkan nilai Rf = 0,8045 , metanol : etil asetat (3:2) didapatkan nilai Rf = 0,8505.
Nilai Rf yang lebih besar menunjukkan senyawa cenderung lebih terdistribusi pada fase geraknya yang bersifat
kurang polar, sedangkan fase diamnya bersifat polar (silika), sehingga proses migrasi isolat berlangsung lebih
cepat. Hasil uji KLT menegaskan bahwa dalam sampel ekstrak biji mahoni mengandung alkaloid, fenolik,
steroid, dan terpenoid.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan bahan alam yang telah dilakukan seperti tertera diatas, maka dapat di simpulkan bahwa :
Uji alkanoid : menunjukan hasil yang positif ditandai dengan adanya endapan yang terbentuk pada uji mayer,
dragendorff dalam ekstrak etanol kulit petai. Hasil positif alkaloid pada uji mayer ditandai dengan
terbentuknya endapan putih. Hasil positif alkaloid pada Uji Dragendorff juga ditandai dengan terbentuknya
endapan jingga merah.
Uji Steroid dan Terpenoid : Pada uji ini Positif mengandung terpenoid karena terbentuk warna merah pada
larutan.
Uji Flavonoid : Dalam ekstrak biji mahoni pada uji kali ini tidak mengandung flavonoid dikarenakan tidak
terbentuk warna merah maupun merah muda, sedangkan seharusnya flavonoid yang tereduksi dengan Mg dan
HCl dapat memberikan warna merah atau merah muda.
Uji Fenolik : Memunculkan hasil yang negatif dikarenakan larutan berwarna kuning. Padahal seharusnya jika
fenolik direaksikan dengan FeCl3, akan membentuk warna biru atau biru ungu.
Uji Saponin : pada praktikum ini menunjukan hasil yang positif, ditandai dengan kemunculan busa. Sesuai
dengan teori menurut Harbone (1978), uji reagen yang positif akan menimbulkan busa yang tahan lama ketika
dikocok dengan air, busa merupakan bukti adanya senyawa saponin dalam sampel.
Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) : Uji KLT pada tanin dan polifenol tidak dilakukan karena tidak
ditemukan prosedur yang tepat.
Saran
Hendaknya dalam melakukan praktikum, praktikan harus lebih teliti membaca prosedur praktikum serta
berhati-hati dalam melaksanakan prosedur. Karena jika ada terdapat kekeliruan dalam menjalankan prosesnya,
maka hasil dari praktikum dapat tidak sesuai. Selain itu, pada praktikum ini praktikan harus teliti dalam
mengidentifikasi hasil yang diperoleh pada setiap percobaannya, agar tidak terjadi kesalahan dalam membaca
data hasil praktikum. Dan jika menginginkan hasil praktikum positif secara keseluruhan, maka hendaknya
melakukan perbaikan-perbaikan dengan melakukan percobaan berulang terhadap hasil percobaan yang negatif.
Daftar Pustaka
Fessend, Ralph J.,Joan S. fessenden . 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Harborne, J.B., 1987. Phytochemical Method Metode fitokimia terjemahan Kosasih Padmawinata & Iwang
Soediro. ITB Press :Bandung
Hidajati, Nurul., dkk. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA UNESA
Prawiroharsono, Suyanto. 2011. Prospek dan Manfaat Isoflavon untuk Kesehatan. Yogyakarta:FMIPA UGM
Tim Dosen Kimia. 2022. Petunjuk Praktikum Kimia 3. Semarang: FMIPA UNNES.