Makalah Sains Dan Filsafat - KLMPK 6.
Makalah Sains Dan Filsafat - KLMPK 6.
Makalah Sains Dan Filsafat - KLMPK 6.
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Sains
Di Susun Oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang kita
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Dasar-
Dasar Sains.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segisusunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah sains Dan Filsafat Sebagai Produk
Olah Pikir Manusia dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Tondano,Maret 2022
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………….……………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah…………………………………….…………………………………
C. Tujuan penulisan………………………….……..………………………………………
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengetahuan………………………………………………………………….
B. Sumber-Sumber Pengetahuan……………………………………………………………
C. Pengertian Filsafat.………………………………………….……………………………,
E. Pengertian Mitos…………………………………………………………..……………….
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………
B. SARAN…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat merupakan pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang memiliki
konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat adalah ilmuyang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam manusia,dan manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan dan hakikat yang dapat dicapai akal manusia seelah mencapai
pengetahuan. Philosophia dapat diartikan sebagai ahli piker segala sesuatu yang dianggap benar.
Pada mulanya philosophia merupakan hasil olah pikir manusia tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan alam semesta.
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat
Bagi PembacaManfaat malakalah ini bagi pembaca adalah dapat menambah referensi dan
pengetahuan mengenai ilmu kealaman dan filsafat sebagai produk olah pikir manusia yang
meliputi ilmu kealaman itu sendiri. Pembaca juga dapat menambah wawasan mengenai produk
olah pikir manusia dalam kategori ilmu kealaman melalui makalahini.
Bagi Penulis dapat mengembangka pengetahuan melalui literasi dalam bidang ilmu
kealaman dan filsafat sebagai produk olah pikir manusia yang meliputi ilmu kealaman.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu. Dalam proses mencari tahu ini
mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui
pengalaman.
Pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca
indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
1. Pikiran ( Rasionalisme)
Sudah kita sebut sebelum ini, logika mempelajari hukum “patokan” dan rumus berfikir
psikologi juga membicarakan aktivitas berfikir. Karena itu kita hendaklah berhati-hati melihat
persimpangan dengan logika, psikologi mempelajari pikiran dan karyanya tanpa menyinggung
sama sekali urusan benar salah. Sebaiknya urusan benar dan salah menjadi masalah pokok dalam
logika.Banyak jalan pemikiran yang dipengaruhi oleh keyakinan, pola berfikir kelompok,
kecenderungan pribadi, pergaulan dan sugesti. Juga banyak pemikiran yang diungkapkan sebagai
luapan emosi, caci maki, kata pujian atau penyataan keheranan dan kekaguman.
Adapun asas pemikiran yang sebagai mana di ketahui pangkal atau asal dari mana
sesuatu itu muncul dan dimengerti. Maka asas pemikiran adalah pengetahuan di mana
pengetahuan muncul dan dimengerti.
Asas identitas adalah dasar dari semua pemikiran prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu
itu adalah dia sendiri bukan lainnya.
Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran terletak pada salah
satunya. Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertantangan mutlak.
2. Pengalaman ( Empirisme)
Empirisme itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu empiris yang berarti pengalaman
indrawi. Maka dari itulah empirisme digolongkan paham yang memilih pengalaman sebagai
sumber pengetahuan, baik itu pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah yang
menyangkut pengalaman pribadi seseorang.
Gejala itu kalau ditelaah lebih lanjut mempunyai beberapa karakteristik tertentu:
- Umpamanya saja terdapat pola yang teratur mengenai suatu kejadian tertentu.
- Adanya kesamaan dan pengulangan.
Berangkat dari beberapa karakteristik di atas, maka dapatlah disusun pengetahuan yang
berlaku secara umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejala fisik yang bersifat individual.
Masalah utamanya: bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu
kumpulan fakta-fakta. Kumpulan tersebut belum tentu bersifat konsisten dan mungkin saja
terdapat hal-hal yang bersifat kontradiktif. Suatu kumpulan mengenai fakta, atau kaitan antara
berbagai fakta, belum menjamin terwujudnya suatu sistem pengetahuan yang sistematis.
Empirisme juga berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman, sehingga
pengenalan indrawi dan empiris merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Penganut empirisme mengatakan bahwa pengalamn itu tidak lain adalah akibat seuatu objek
yang merangsang alat-alat indrawi, yang kemudian dipahami didalam otak, dan rangsangan
tersebut mengakibatkan terbentuknya atau munculnya tanggapan-tanggapan mengenai objek
yang telah merangsang alat-alat indrawi tadi. Dan empirisme juga memegang peranan yang
sangat penting bagi pengetahuan.
Bacon dianggap sebagai bapak ilmu pengetahuan modern, oleh banyak sejarawan.
Filsafat dan tulisannya sangat berpengaruh dalam mengobarkan revolusi pengetahuan pada abad
ke 17. Filsafat Bacon menekankan empirisme (teori yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya
dapat diperoleh dari pengalaman langsung) dan induksi. Inti filsafat Bacon adalah metode
induksi berlawanan dengan metode deduksi untuk memahami sifat alam semesta.
filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat umum, sebab filsafat adalah suatu
ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat, atau tentang penampakan-panampakan
yang kita peroleh dengan merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari sebab-
sebabnya atau asalnya. Sebagai penganut empirisme, pengenalan atau pengetahuan diperoleh
melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan
tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Segala pengetahuan
diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian, hanya pengalamanlah yang memberi jaminan
kepastian
Menurut Berkeley, pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara subjek yang
mengamati dan objek yang diamati. Pengamatan justru terjadi karena hubungan pengamatan
antara pengamatan indera yang satu dengan pengamatan indera yang lain. Misalnya, jika
seseorang mengamati meja, hal itu dimungkinkan karena hubungan antara indera pelihat dan
indera peraba. Indera penglihatan hanya mampu menunjukkan ada warna meja, sedangkan
bentuk meja didapat dari indera peraba. Kedua indera tersebut juga tidak menunjukkan jarak
antara meja dengan orang itu, sebab yang memungkinkan pengenalan jarak adalah indera lain
dan juga pengalaman. Dengan demikian, Berkeley mengatakan bahwa pengenalan hanya
mungkin terhadap sesuatu yang konkret.
Menurut Berkeley, pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara subjek yang
mengamati dan objek yang diamati. Pengamatan justru terjadi karena hubungan pengamatan
antara pengamatan indera yang satu dengan pengamatan indera yang lain. Misalnya, jika
seseorang mengamati meja, hal itu dimungkinkan karena hubungan antara indera pelihat dan
indera peraba. Indera penglihatan hanya mampu menunjukkan ada warna meja, sedangkan
bentuk meja didapat dari indera peraba. Kedua indera tersebut juga tidak menunjukkan jarak
antara meja dengan orang itu, sebab yang memungkinkan pengenalan jarak adalah indera lain
dan juga pengalaman. Dengan demikian, Berkeley mengatakan bahwa pengenalan hanya
mungkin terhadap sesuatu yang konkret.
3. Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu.
Intuisi bersifat personal dan tidak dapat diramalkan. Sebagian dasar untuk menyusun
pengetahuan secara teratur maka intuisi ini tidak dapat diandalkan.
Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam
menentukan kebenaran (Bakker dan Zubair, 1990). Pengalaman intuitif seringa hanya dianggap
sebagai sebuah halusinasi atau bahkan sebuah ilusi belaka. Sementara itu oleh kaum beragama
intuisi (hati) dipandang sebagai sumber pengetahuan yang mulia (Kartanegara, 2005). Dari
riwayat hidup matinya Sokrates, pengetahuan intuitif disebutnya sebagai “theoria” dimana cara
untuk sampai pada pengetahuan itu adalah refleksi terhadap diri sendiri (Huijbers, 1982).
Perpaduan antara rasa, naluri, dan pengalaman yang mendalam terhadap permasalahan.
Sehingga menimbulkan tingkat pemahaman yang melampaui batas-batas logika. Kemampuan
intutif bagi seorang seniman dianggap penting, Terutama untuk memutuskan berbagai pekerjaan
kompleks tanpa harus melampaui perhitungan dan pembuktian lapangan.
Jadi, Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran
rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datang dari dunia lain dan
diluar kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku.
Ternyata, di dalam buku tersebut ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-
tahun. Atau misalnya, merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat, ternyata disana ia
menemukan penemuan besar yang mengubah hidupnya. Namun tidak semua intuisi berasal dari
kekuatan psikologi, tetapi sebagian intuisi bisa dijelaskan sebab musebnya.
4. Wahyu
Wahyu, dalam arti bahasanya adalah isyarat yang cepat. Wahyu adalah kata masdhar
yang memiliki pengertian dasar tersembunyi dan cepat, terkadang juga wahyu digunakan dalam
kata isim maf’ul, diwahyukan.. Wahyu adalah sumber pengetahuan yang bersandar pada otoritas
Tuhan sebagai sang Maha Ilmu. Wahyu Allah dikodifikasikan dalam tiga buah kitab suci yaitu:
Taurat, Injil, Alquran.
Sumber pengetahuan yang disebut “ wahyu” identik dengan agama atau kepercayaan
yang sifatnya mistis. Ia merupakan pengetahuan yang bersumber dari tuhan melalui hambanya
yang terpilih untuk menyampaikan nabi dan rasul. Melalui wahyu atau agama, manusia diajarkan
tentang sejumlah penegetahuan. Baik yang terjangkau ataupun tidak terjangkau oleh manusia.
Kepercayaan adalah titik tolak dalam agama. Suatu pernyataan harus dipercaya dahulu
utuk dapat diterima, pernyataan ini bisa saja selanjutnya dikaji dengan metode lain. Secara
rasional bisa dikaji umpamanya apakah pernyataan-pernyataaan yang terkandung didalamnya
bersifat konsisten atau tidak. Dipihak lain secara empiris bisa dikumpulkan fakta-fakta yang
mendukung pernyataan tersebut atau tidak. Singkatnya agama dimulai dengan rasa percaya, dan
lewat pengajian selanjutnya kepercayaan itu bisa meningkat atau menurun. Pengetahuan lain
seperti ilmu perumpamaannya. Ilmu dimulai dengan rasa tidak percaya, dan setelah melalui
proses pengkajian ilmiah, kita bisa diyakinkan atau tetap pada pendiria semula.
Titus et.al (1984) mengawali penjelasan mengenai hal ini dengan ilustrasi pertanyaan,
bagaimana kita mengatahui bahwa Socrates dan Julius Caesar pernah hidup di dunia?, apakah
mereka itu orang-orang khayalan seperti nama-nama lain yang kita baca dalam mitologia dan
novel-novel moderen?, Jawabannya adalah kita punya pengetahuan tentang Socrates dan Julius
Caesar sebagai orang-orang yang pernah ada dan hidup di dunia, yakni dari “kesaksian” orang-
orang yang pernah ada serta hidup sezaman dan setempat dengan mereka, serta juga ahli-ahli
sejarah. Artinya ada orang yang ditempatkan sebagi yang memiliki “otoritas” sebagai sumber
pengetahuan mengenai hal yang ingin diketahui, yaitu mereka yang punya kesaksian dari
pengalaman dan pengetahuan yang berkenaan dengan itu.
Pada zaman moderen ini, orang yang ditempatkan memiliki otoritas, misalnya dengan
pengakuan melalui gelar, termasuk juga dalam hal ini misalnya, hasil publikasi resmi mengenai
kesaksian otoritas tersebut, seperti buku-buku atau publikasi resmi pengetahuan lainnya. Namun,
penempatan otoritas sebagai sumber pengetahuan tidaklah dilakukan dengan penyandaran
pendapat sepenuhnya, dalam arti tidak dilakukan secara kritis untuk tetap bisa menilai kebenaran
dan kesalahannya.
C. Pengertian Filsafat
Filsafat secara etimologis, istilah filsafat yang merupakan padanan kata falsafah (bahasa
Arab) dan philosophy(bahasa Inggris), berasal dari bahasa Yunani ( philosophia) (Rapar,
1996:14). Secara harfiah filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Filsafat adalah pengetahuan
yang di miliki rasio yang menembus dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu (Widyawati,
2013:87). Filsafat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pengetahuan dna
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat yang ada, sebab, asal, dan teori yang mendasari
alam pikiran suatu kegiatan ilmu yang berintokan logika, estetika,metafisika, dan epistomologi.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata philein dan Sophia. Philein memiliki
arti cinta dan Sophia memiliki arti bijaksana. Filsafat dari bahasa inggris yakni philosophy yang
berarti penyelidikan rasional tentang eksistensi. pengetahuan,dan etika. Filsafat menurut
Aristoteles yakni ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip- prinsip dan
penyebab-penyebab dari realitas (Rapar, 1996:16).
Filsafat dikenal sebagai master scientiarium, yaitu induk dari segala ilmu. Filsafat selain
keberadaanya mendahului ilmu, sekaligus meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan. Filsafat dikatakan sebagai induk dari segala ilmu, selain atas dasar alasan
historis, juga dikarenakan kajian filsafat memiliki sifat begitu mendasar atau mengakar yang
tidak lain merupakan suatu pencarian abadi terhadap kebenaran yang paling hakiki (Kuswanjono,
2016:293-294). Filsafat dapat diartikan berpikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala
sesuatu sampai pada inti persoalan.Orang yang pertama kali memakai kata philosophia yakni
Pythagoras (572-497SM), dan membagi manusia menjadi tiga tipe yakni mereka yang mencintai
kesenangan, mereka yang mencintai kegiatan dan mereka yang mencintai kebijaksanaan.
Kebenaran ilmiah juga dapat disebut apabila ditinjau secara deduktif adalah benar dan
ditinjau dari segi induktif pun juga benar. Kebenaran-kebenaran tersebut bersifat sinergis karena
berasal dari landasan teori yangrelevan. Deduktif adalah cara menarik kesimpulan dari umum ke
khusus,sedangkan induktif cara menarik kesimpulan cara menarik kesimpulan dari khusus ke
umum. Dengan kata lain deduktif dapat diartikan masuk akal, dan induktif sesuai degan
kenyataan. Kenyataan merupakan syarat yang sangat penting dalam mengkaji ilmu kealaman,
karena memang bidang sasaran dari ilmu kealaman terbatas pada hal-hal yang bersifat nyata atau
fisik.
E. Pengertian Mitos
Menurut Sutomo (2009), mitos merupakan hasil atau produk olah piker manusia yang
muncul akibat adanya gabungan dari pemikiran, pengalaman dan kepercayaan, yang kemudian
ditanamkan secara turun-temurun karena telah menjadi suatu kepercayaan. Mitos pada dasarnya
mengandung unsur-unsur pendidikan tentang fenomena alam, yang diajarkan secara tersirat atau
tersembunyi dan biasanya dikemas dalam bentuk cerita dongeng agar dapat dilestarikan secara
turun-menurun. Unsur-unsur dalam mitos berupa pemikiran dan pengalaman yang dikemas
dengan unsur kepercayaan agar diperhatikan atau dikerjakan orang.
Mitos sebenarnya adalah olah pikir manusia yang berupa kreasi atau bentuk cerita yang
mengandung makna ajaran atau maksud tertentu dari penciptanya. Menurut Sutomo, (2009) ada
pendapat mengenai pencipta mitos.Pendapat pertama menyatakan bahwa pencipta mitos tidak
menghendaki Namanya dicantumkan karena menurutnya nama itu tidak penting, yang lebih
penting adalah gagasan atau ide cerita dapat dipahami dan dilakukan oleh masyarakat.Dengan
tidak mencantumkan nama dirinya sebagai pencipta maka akan timbul persepsi bahwa anjuran
dan mitos tersebut datang dari dewa, sehingga ajaran dari mitos tersebut dapat lestari diturunkan
dari generasi ke generasi selanjutnya.Pendapat kedua ada kemungkinan pada awalnya nama
pencipta mitos juga dicantumkan, tetapi seiring berjalannya waktu nama tersebut telah dilupakan
seperti halnya pada cerita-cerita wayang kulit dimana masing-masing cerita ada pengarangnya,
namun tidak terlalu diperhatikan karena yang penting adalah alur ceritanya.
F. Perkembangan Mitos
Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda. Mitos timbul disebabkan antara lain
oleh keterbatasan alat indera manusia: penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, dan
perasa. Alat-alat indera tersebut berbeda- beda di antara manusia. Ada yang sangat tajam
inderanya, ada yang tidak. Akibat keterbatasan alat indera, maka mungkin saja timbul salah
informasi. Dan akibat perbedaan ketajaman alat indera, maka mungkin saja timbul perbedaan
informasi.Indera bisa terus dilatih untuk meningkatkan fungsi dan ketajamannya.
Pada masa itu, mitos masih dapat diterima oleh masyarakat karena: a.keterbatasan Pada
masa itu, mitos masih dapat diterima oleh masyarakat karena: a.keterbatasan pengetahuan yang
disediakan oleh keterbatasan penginderaan, baik langsung maupun tidak langsung; b.
keterbatasan penalaran manusia pada saat itu; c. terpenuhinya hasrat ingin tahu (Mawardi dan
Hidayati, 2009).
Perkembangan mitos sampai saat ini masih berlaku dan diyakini oleh sebagian besar
masyarakat. Kebanyakan dari mereka adalah mayarakat pedesaan yang masih kental memegang
erat hukum adat. Bahkan beberapa kasus, mitos ini masih diakui oleh masyarakat kota.
Pengakuan akan adanya mitos, berkembang menjadi sebuah kepercayaan. Dan kepercayaan
inilah yang nantinya diambil,difiltrasi, berasimilasi dengan sebuah agama serta menjadi sebuah
budaya mayarakat tertentu yang mencoba untuk dilestarikan.
Seseorang yang memperacayai sebuah mitos akan memiliki suatu pemikiran bahwa orang
yang tidak menjalankan sesuai dengan yang dianjurkan,dipercaya akan mendapat masalah
dikemudian hari dan mungkin pula akan mendapat kutukan (Sutomo, 2009). Sebagai contoh
adalah orang tua yang menceritakan tentang anak kecil yang dilarang keluar malam ketika
menjelang maghrib. Orang tua tersebut mengatakan jika anaknya melanggar larangan itu, ia akan
dibawa oleh wewe gombel atau kolong wewe. Tentu saja tidak ada hubungan antara keluar
malam dengan wewe gombel, namun begitulah cara orang tua untuk melarang anaknya jika akan
melakukan sesuatu yang dapat mencelakakan.
Kebenaran ilmu kealaman sudah khas yakni kebenaran ilmiah. Terdapat berbagai
kebenaran yang menyertai kebenaran ilmu kealaman tersebut, yang mana kehadiranya dapat
digunakan sebagai rambu-rambu untuk membedakan kajian ilmu kealaman dan yang bukan ilmu
kealaman. Kebenaran harus dianalisis dari tinjauan pembenaran, seperti pemastian terjamin
(warrantedassertibility, pengupayaan kesimpulan yang pasti melalui prosedur tertentu
danterjamin) (Kirkham, 2017:71). Adapun rambu-rambu tersebut antara lain adalahsebagai
berikut:
a. Kebenaran obyektif
b. Kebenaran korespodensi
c. Kebenaran koherensi
d. Kebenaran paragmatisme
Kebenaran paragmatisme merupakan kebenaran yang kriteria kebenaranya berguna atau
tidak berguna pada suatu pernyataan kebenaran untuk kehidupan manusia.
Dalam hal mekanisme pencapaian kebenaran pada ilmu kealaman bertolak dari hal-hal
yang nyata atau konkret. Artinya adalah berbeda dari hal pengamatan, yakni pengamatan dengan
panca indra, yang tentunya juga diikutidengan pemikiran. Sedangkan pada filsafatbertolak dari
hal-hal yang abstrak artinya bertolak dengan pemiran yakni pada organ otak. Pada bidang
sasaran, pada ilmu kealaman terbatas pada hal-hal yang sifatnya fisik, sedangkan pada filsafat
terbatas pada hal-hal yang fisik, tetapi menembus yang tidak fisik(metafisik). Dalam hal obyek
pertanyaan, pada ilmu kelaman mempertanyakan apa, bagaimana, mengapa, dan dimana.
Sedangkan pada filsafat mempertanyakan secara mendalam apa sebenarnya, darimana asalnya,
dan kemana akhirnya (Sutomo, 2009).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari rasa ingin tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Ilmu kealaman merupakan salah satu bentuk produk dari olah pikir manusia yang telah
diuji kebenaranya.
Mitos merupakan hasil olah pikir manusia yang muncul akibat adanya gabungan dari
pemikiran dan pengalaman yang kemudian ditanamkan secara turun-temurun karena telah
menjadi suatu kepercayaan. Mitos pada dasarnya mengandung unsur-unsur pendidikan berupa
pemikiran dan pengalaman tentang fenomena alam, yang diajarkan secara tersirat atau
tersembunyi dan biasanya dikemas dalam bentuk cerita.Perkembangan mitos telah terbentuk dari
jaman dulu hingga sekarang,dimana mitos yang berbentuk suatu kepercayaan dikembangkan
turun menurun antar generasi. Namun pada saat ini, telah ada metode ilmiah sebagai cara lain
untuk membuktikan suatu fakta atau fenomena dalam masyarakat, sehingga sedikit demi sedikit
kepercayaan masyarakat tekait mitos mulai berkurang.
Telaah ilmu kealaman dengan tegas memposisikan dirinya untuk bidang telaah pada hal-
hal yang bersifat nyata (obyektif).
B. Saran
Saran bagi penulis adalah dapat menambahkan referensi yang lebih banyak lagi agar
makalah menjadi lebih baik. Masukan dari pembaca diperlukan guna perbaikan makalah
sehingga menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
(http://pengetahuan.iblogger.org/pengertian-dan-definisi-pengetahuan/)
Atabik, Ahmad. 2014. Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka untuk
Memahami Pengetahua Agama. Jurnal Fikrah.Vol 2 (1).
Budisutrisna. 2016. Komparasi Teori Kebenaran Mo Tzu dan Pancasila: Relevansi bagi
Pengembangan Ilmu Pengetahuan di Indonesia. Jurnal Filsafat. Vol 26 (1).
Fautanu, Idzam. 2012. Filsafat Ilmu; Teori dan Aplikasi. Jakarta: Referensi.
Kuswanjono, Arqom. 2016. Hakikat Ilmu dalam Pemikiran Islam. Jurnal Filsafat.Vol26 (2).
Wahana, Paulus. 2008. Menguak Kebenaran Ilmu Pengetahuan dan Aplikasinya dalamKegiatan
Perkuliahan. Jurnal Filsafat. Vol 18 (3).
Widyawati, Setya. 2013. Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan.Jurnal
Seni Budaya.Vol (11) 1.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pusaka.
Mawardi dan Hidayati, N. 2009.Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar
(IAD, ISD, IBD. Bandung: CV Pustaka Setia.
Muslih, Mohammad. 2010. Pengaruh Budaya dan Agama Terhadap Sains Sebuah Survey
Kritis.Jurnal TSAQAFAH , 6(2), 226-247