Makalah Sains Dan Filsafat - KLMPK 6.

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

SAINS DAN FILSAFAT SEBAGAI PRODUK OLAH PIKIR MANUSIA

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Sains

Di Susun Oleh:

Injilia Tewal (21507019)

Windy Pasambuna (21507020)

Gabriel Stevan Legi (21507026)

Annisa Diah Azhari Assagaf (21507031)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang kita
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Dasar-
Dasar Sains.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segisusunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah sains Dan Filsafat Sebagai Produk
Olah Pikir Manusia dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Tondano,Maret 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………….……………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..

B. Rumusan Masalah…………………………………….…………………………………

C. Tujuan penulisan………………………….……..………………………………………

D. Manfaat Penulisan………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengetahuan………………………………………………………………….

B. Sumber-Sumber Pengetahuan……………………………………………………………

C. Pengertian Filsafat.………………………………………….……………………………,

D. Pengertian Ilmu Kealaman………………………………………………………………..

E. Pengertian Mitos…………………………………………………………..……………….

F. Perkembangan Mitos …………………………………………………….............................

G. Kebenaran Ilmu Sains………………………………………………………………………

H. Telaah Bidang Ilmu Kealaman………………………………………………..……………

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………

B. SARAN…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat merupakan pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang memiliki
konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat adalah ilmuyang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam manusia,dan manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan dan hakikat yang dapat dicapai akal manusia seelah mencapai
pengetahuan. Philosophia dapat diartikan sebagai ahli piker segala sesuatu yang dianggap benar.
Pada mulanya philosophia merupakan hasil olah pikir manusia tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan alam semesta.

Seiring berkembangnya jaman terdapat penemuan-penemuan dengan menggunakan alat-


alat canggih. Dimana hal tersebut dapat menggeser pemahaman dan pola pikir manusia.
Pergeseran tersebut tidak bisa dielakkan karena memang banyakajaran yang tidak sesuai dan
menyebabkan philosophia terpecah menjadi dua.Philosophia yang terpecah menjadi dua antara
lain yakni aliran atas asas induktif dan aliran metafisik. Aliran atas asas induktif lebih dikenal
dengan aliran kealaman. Aliran kealaman merangkum perkembangan nalar manusia sepanjang
sejarah. Ilmu kealaman merupakan salah satu produk dari olah pikir manusia yang akan penulis
bahas pada pembahasan makalah berikut.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah berikut adalah:

1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat ?

2. Apakah yang dimaksud dengan ilmu kealaman ?

3. Bagaimanakah pengertian mitos sebagai produk olah pikir manusia ?

4. Bagaimanakah perkembangan mitos?

5. Bagaimanakah kebenaran ilmu kealaman ?

6. Bagaimanakah telaah bidang ilmu kealaman ?


C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ilmu kealaman

3. Untuk mengetahui pengertian mitos sebagai produk olah pikir manusia

4. Untuk mengetahui perkembangan mitos

5. Untuk mengetahui bagaimana kebenaran ilmu kealaman

6. Untuk mengetahui bidang telaah pada ilmu kealaman

D. Manfaat

Adapun manfaat dari makalah adalah sebagai berikut:

Bagi PembacaManfaat malakalah ini bagi pembaca adalah dapat menambah referensi dan
pengetahuan mengenai ilmu kealaman dan filsafat sebagai produk olah pikir manusia yang
meliputi ilmu kealaman itu sendiri. Pembaca juga dapat menambah wawasan mengenai produk
olah pikir manusia dalam kategori ilmu kealaman melalui makalahini.

Bagi Penulis dapat mengembangka pengetahuan melalui literasi dalam bidang ilmu
kealaman dan filsafat sebagai produk olah pikir manusia yang meliputi ilmu kealaman.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu. Dalam proses mencari tahu ini
mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui
pengalaman.

Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan


potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang.Pada umumnya, pengetahuan
memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu
pola.Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan
menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan.Ini
lah yang disebut potensi untuk menindaki.

Pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca
indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan


meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi
ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan


pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode  yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu
terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi. Ahli dalam keilmuan adalah ilmuwan.
B. Sumber-Sumber Pengetahuan

1. Pikiran ( Rasionalisme)

Sudah kita sebut sebelum ini, logika mempelajari hukum “patokan” dan rumus berfikir
psikologi juga membicarakan aktivitas berfikir. Karena itu kita hendaklah berhati-hati melihat
persimpangan dengan logika, psikologi mempelajari pikiran dan karyanya tanpa menyinggung
sama sekali urusan benar salah. Sebaiknya urusan benar dan salah menjadi masalah pokok dalam
logika.Banyak jalan pemikiran yang dipengaruhi oleh keyakinan, pola berfikir kelompok,
kecenderungan pribadi, pergaulan dan sugesti. Juga banyak pemikiran yang diungkapkan sebagai
luapan emosi, caci maki, kata pujian atau penyataan keheranan dan kekaguman.

Dalam aktivitas berfikir, terkadang orang membanding, menganalisis serta


menghubungkan proporsi yang satu dengan yang lain. Dengan demikian penyelidikan masih
dalam pencarian kebenaran dalam pemikiran.Kaum rasinalis memakai faham rasinalisme. Kaum
ini menggunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam
penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima
(idealisme).

Fungsi pikirannya hanyalah mengenali prinsip tersebut yang lalu menjadi


pengetahuannya, sementara pengalaman tidak memiliki prinsip. Ide bagi kaum rasionalis adalah
bersifat apriori. Pemikiran rasional cenderung untuk bersifat solipsistik dan subjektif. Masalah
utama yang dihadapi kaum rasionalis adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang
dipakainya dalam penalaran deduktif.

Adapun asas pemikiran yang sebagai mana di ketahui pangkal atau asal dari mana
sesuatu itu muncul dan dimengerti. Maka asas pemikiran adalah pengetahuan di mana
pengetahuan muncul dan dimengerti.

Asas ini dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu:

- Asas Identitas ( Prinsipium Identitatis )

Asas identitas adalah dasar dari semua pemikiran prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu
itu adalah dia sendiri bukan lainnya.

- Asas Kontradiksi ( Prinsipium Contradictoris )


Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan
pengakuannya. Jika di akui bahwa sesuatu itu bukan A maka tidak mungkin pada saat itu ia
adalah A.

- Asas Penolakan Kemungkinan Ketiga ( Principium Exclusi Tartii Qanun Imtina)

Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran terletak pada salah
satunya. Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertantangan mutlak.

2. Pengalaman ( Empirisme)

Empirisme adalah sebuah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber


pengetahuan. Di mana aliran ini menganggap bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber
pengetahuan yang diperoleh dengan cara observasi atau penginderaan. Selain itu, pengalaman
juga disebut sebagai faktor yang fundamental dalam pengetahuan, karena ia merupakan sumber
pengetahuan yang ada di dalam diri manusia.

Empirisme itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu empiris yang berarti pengalaman
indrawi. Maka dari itulah empirisme digolongkan paham yang memilih pengalaman sebagai
sumber pengetahuan, baik itu pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah yang
menyangkut pengalaman pribadi seseorang.

Pengetahuan manusia didapat melalui pengalaman yang kongkret. Kaum empiris


menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala yang tertangkap oleh
panca indera.

Gejala itu kalau ditelaah lebih lanjut mempunyai beberapa karakteristik tertentu:

- Umpamanya saja terdapat pola yang teratur mengenai suatu kejadian tertentu.
- Adanya kesamaan dan pengulangan.

Berangkat dari beberapa karakteristik di atas, maka dapatlah disusun pengetahuan yang
berlaku secara umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejala fisik yang bersifat individual.
Masalah utamanya: bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu
kumpulan fakta-fakta. Kumpulan tersebut belum tentu bersifat konsisten dan mungkin saja
terdapat hal-hal yang bersifat kontradiktif. Suatu kumpulan mengenai fakta, atau kaitan antara
berbagai fakta, belum menjamin terwujudnya suatu sistem pengetahuan yang sistematis.
Empirisme juga berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman, sehingga
pengenalan indrawi dan empiris merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Penganut empirisme mengatakan bahwa pengalamn itu tidak lain adalah akibat seuatu objek
yang merangsang alat-alat indrawi, yang kemudian dipahami didalam otak, dan rangsangan
tersebut mengakibatkan terbentuknya atau munculnya tanggapan-tanggapan mengenai objek
yang telah merangsang alat-alat indrawi tadi. Dan empirisme juga memegang peranan yang
sangat penting bagi pengetahuan.

Dan berikut merupakan tokoh-tokoh dalam empirisme:

- Francis Bacon (1210-1292 M),

Bacon dianggap sebagai bapak ilmu pengetahuan modern, oleh banyak sejarawan.
Filsafat dan tulisannya sangat berpengaruh dalam mengobarkan revolusi pengetahuan pada abad
ke 17. Filsafat Bacon menekankan empirisme (teori yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya
dapat diperoleh dari pengalaman langsung) dan induksi. Inti filsafat Bacon adalah metode
induksi berlawanan dengan metode deduksi untuk memahami sifat alam semesta.

- Thomas Hobbes (1588-1679 M),

filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat umum, sebab filsafat adalah suatu
ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat, atau tentang penampakan-panampakan
yang kita peroleh dengan merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari sebab-
sebabnya atau asalnya. Sebagai penganut empirisme, pengenalan atau pengetahuan diperoleh
melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan
tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Segala pengetahuan
diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian, hanya pengalamanlah yang memberi jaminan
kepastian

- John Locke (1632-1704M),

Di tangan empirisme Locke, filsafat mengalami perubahan arah. Jika rasionalisme


Descartes mengajarkan bahwa pengetahuan yang paling berharga tidak berasal dari pengalaman,
maka menurut Locke, pengalamanlah yang menjadi dasar dari segala pengetahuan. Namun
demikian, empirisme dihadapkan pada sebuah persoalan yang sampai begitu jauh belum bisa
dipecahkan secara memuaskan oleh filsafat. Persoalannya adalah menunjukkan bagaimana kita
mempunyai pengetahuan tentang sesuatu selain diri kita dan cara kerja pikiran itu sendiri.

- David Hume (1711-1776M),


Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I never catch
my self at any time with out a perception (saya selalu memiliki persepsi pada setiap pengalaman
saya). Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan pengalaman
tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression).

- Ciorge Berkeley (1665-1753 M),

Menurut Berkeley, pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara subjek yang
mengamati dan objek yang diamati. Pengamatan justru terjadi karena hubungan pengamatan
antara pengamatan indera yang satu dengan pengamatan indera yang lain. Misalnya, jika
seseorang mengamati meja, hal itu dimungkinkan karena hubungan antara indera pelihat dan
indera peraba. Indera penglihatan hanya mampu menunjukkan ada warna meja, sedangkan
bentuk meja didapat dari indera peraba. Kedua indera tersebut juga tidak menunjukkan jarak
antara meja dengan orang itu, sebab yang memungkinkan pengenalan jarak adalah indera lain
dan juga pengalaman. Dengan demikian, Berkeley mengatakan bahwa pengenalan hanya
mungkin terhadap sesuatu yang konkret.

- Herbert Spencer (1820-1903 M),

Menurut Berkeley, pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara subjek yang
mengamati dan objek yang diamati. Pengamatan justru terjadi karena hubungan pengamatan
antara pengamatan indera yang satu dengan pengamatan indera yang lain. Misalnya, jika
seseorang mengamati meja, hal itu dimungkinkan karena hubungan antara indera pelihat dan
indera peraba. Indera penglihatan hanya mampu menunjukkan ada warna meja, sedangkan
bentuk meja didapat dari indera peraba. Kedua indera tersebut juga tidak menunjukkan jarak
antara meja dengan orang itu, sebab yang memungkinkan pengenalan jarak adalah indera lain
dan juga pengalaman. Dengan demikian, Berkeley mengatakan bahwa pengenalan hanya
mungkin terhadap sesuatu yang konkret.

3. Intuisi

Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu.
Intuisi bersifat personal dan tidak dapat diramalkan. Sebagian dasar untuk menyusun
pengetahuan secara teratur maka intuisi ini tidak dapat diandalkan.

Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam
menentukan kebenaran (Bakker dan Zubair, 1990). Pengalaman intuitif seringa hanya dianggap
sebagai sebuah halusinasi atau bahkan sebuah ilusi belaka. Sementara itu oleh kaum beragama
intuisi (hati) dipandang sebagai sumber pengetahuan yang mulia (Kartanegara, 2005). Dari
riwayat hidup matinya Sokrates, pengetahuan intuitif disebutnya sebagai “theoria” dimana cara
untuk sampai pada pengetahuan itu adalah refleksi terhadap diri sendiri (Huijbers, 1982).

Perpaduan antara rasa, naluri, dan pengalaman yang mendalam terhadap permasalahan.
Sehingga menimbulkan tingkat pemahaman yang melampaui batas-batas logika. Kemampuan
intutif bagi seorang seniman dianggap penting, Terutama untuk memutuskan berbagai pekerjaan
kompleks tanpa harus melampaui perhitungan dan pembuktian lapangan.

Jadi, Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran
rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datang dari dunia lain dan
diluar kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku.
Ternyata, di dalam buku tersebut ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-
tahun. Atau misalnya, merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat, ternyata disana ia
menemukan penemuan besar yang mengubah hidupnya. Namun tidak semua intuisi berasal dari
kekuatan psikologi, tetapi sebagian intuisi bisa dijelaskan sebab musebnya.

4. Wahyu

Wahyu, dalam arti bahasanya adalah isyarat yang cepat. Wahyu adalah kata masdhar
yang memiliki pengertian dasar tersembunyi dan cepat, terkadang juga wahyu digunakan dalam
kata isim maf’ul, diwahyukan.. Wahyu adalah sumber pengetahuan yang bersandar pada otoritas
Tuhan sebagai sang Maha Ilmu. Wahyu Allah dikodifikasikan dalam tiga buah kitab suci yaitu:
Taurat, Injil, Alquran.

Sumber pengetahuan yang disebut “ wahyu” identik dengan agama atau kepercayaan
yang sifatnya mistis. Ia merupakan pengetahuan yang bersumber dari tuhan melalui hambanya
yang terpilih untuk menyampaikan nabi dan rasul. Melalui wahyu atau agama, manusia diajarkan
tentang sejumlah penegetahuan. Baik yang terjangkau ataupun tidak terjangkau oleh manusia.

Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan tuhan kepada manusia. Pengetahuan


ini disalurkan lewat nabi-nabi yang di utusannya sepanjang zaman. Agama merupakan
pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga
mencakup masalah-masalah yang bersifat trasendental seperti latar belakang penciptaan manusia
dan hari kemudian di akherat nanti. Pengetahuan ini didasarkan pada kepercayaan kepada tuhan
yang merupakan sumber pengetahuan, kepercayaan kepada nabi sebagai perantara dan
kepercayaan terhadap wahyu sebagai cara penyampaian, merupakan dasar dari penyusunan
pengetahuan ini.

Kepercayaan adalah titik tolak dalam agama. Suatu pernyataan harus dipercaya dahulu
utuk dapat diterima, pernyataan ini bisa saja selanjutnya dikaji dengan metode lain. Secara
rasional bisa dikaji umpamanya apakah pernyataan-pernyataaan yang terkandung didalamnya
bersifat konsisten atau tidak. Dipihak lain secara empiris bisa dikumpulkan fakta-fakta yang
mendukung pernyataan tersebut atau tidak. Singkatnya agama dimulai dengan rasa percaya, dan
lewat pengajian selanjutnya kepercayaan itu bisa meningkat atau menurun. Pengetahuan lain
seperti ilmu perumpamaannya. Ilmu dimulai dengan rasa tidak percaya, dan setelah melalui
proses pengkajian ilmiah, kita bisa diyakinkan atau tetap pada pendiria semula.

5. Orang yang Memiliki Otoritas

Titus et.al (1984) mengawali penjelasan mengenai hal ini dengan ilustrasi pertanyaan,
bagaimana kita mengatahui bahwa Socrates dan Julius Caesar pernah hidup di dunia?, apakah
mereka itu orang-orang khayalan seperti nama-nama lain yang kita baca dalam mitologia dan
novel-novel moderen?, Jawabannya adalah kita punya pengetahuan tentang Socrates dan Julius
Caesar sebagai orang-orang yang pernah ada dan hidup di dunia, yakni dari “kesaksian” orang-
orang yang pernah ada serta hidup sezaman dan setempat dengan mereka, serta juga ahli-ahli
sejarah. Artinya ada orang yang ditempatkan sebagi yang memiliki “otoritas” sebagai sumber
pengetahuan mengenai hal yang ingin diketahui, yaitu mereka yang punya kesaksian dari
pengalaman dan pengetahuan yang berkenaan dengan itu.

Pada zaman moderen ini, orang yang ditempatkan memiliki otoritas, misalnya dengan
pengakuan melalui gelar, termasuk juga dalam hal ini misalnya, hasil publikasi resmi mengenai
kesaksian otoritas tersebut, seperti buku-buku atau publikasi resmi pengetahuan lainnya. Namun,
penempatan otoritas sebagai sumber pengetahuan tidaklah dilakukan dengan penyandaran
pendapat sepenuhnya, dalam arti tidak dilakukan secara kritis untuk tetap bisa menilai kebenaran
dan kesalahannya.

C. Pengertian Filsafat
Filsafat secara etimologis, istilah filsafat yang merupakan padanan kata falsafah (bahasa
Arab) dan philosophy(bahasa Inggris), berasal dari bahasa Yunani ( philosophia) (Rapar,
1996:14). Secara harfiah filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Filsafat adalah pengetahuan
yang di miliki rasio yang menembus dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu (Widyawati,
2013:87). Filsafat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pengetahuan dna
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat yang ada, sebab, asal, dan teori yang mendasari
alam pikiran suatu kegiatan ilmu yang berintokan logika, estetika,metafisika, dan epistomologi.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata philein dan Sophia. Philein memiliki
arti cinta dan Sophia memiliki arti bijaksana. Filsafat dari bahasa inggris yakni philosophy yang
berarti penyelidikan rasional tentang eksistensi. pengetahuan,dan etika. Filsafat menurut
Aristoteles yakni ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip- prinsip dan
penyebab-penyebab dari realitas (Rapar, 1996:16).

Filsafat dikenal sebagai master scientiarium, yaitu induk dari segala ilmu. Filsafat selain
keberadaanya mendahului ilmu, sekaligus meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan. Filsafat dikatakan sebagai induk dari segala ilmu, selain atas dasar alasan
historis, juga dikarenakan kajian filsafat memiliki sifat begitu mendasar atau mengakar yang
tidak lain merupakan suatu pencarian abadi terhadap kebenaran yang paling hakiki (Kuswanjono,
2016:293-294). Filsafat dapat diartikan berpikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala
sesuatu sampai pada inti persoalan.Orang yang pertama kali memakai kata philosophia yakni
Pythagoras (572-497SM), dan membagi manusia menjadi tiga tipe yakni mereka yang mencintai
kesenangan, mereka yang mencintai kegiatan dan mereka yang mencintai kebijaksanaan.

D. Pengertian Ilmu Kealaman


Ilmu kealaman merupakan salah satu produk dari olah pikir manusia yang telah diuji
kebenaranya. Menurut Puwadarminta (dalam Atabik,20014:257) kebenaran merupakan keadaan
yang benar (cocok dengan keadaan dan hal yang sesungguhnya). Menurut Fautanu (2012),
kebenaran merupakan sesuatu yang benar sungguh-sungguh ada, misalkan kebenaran yang
diajarkan agama. Selanjutnya kebenaran diartikan pula kejujuran, kelurusan hati. Caraatau
metode untuk menguji sudah baku, yaitu menggunakan metode ilmiah.Sehingga kebenaran yang
dicapai sudah pasti yakni kebenaran ilmiah.Kebenaran ilmiah tidak datang tiba-tiba, kebenaran
ilmiah akan muncul setelah diproses dengan mekanisme ilmiah juga. Kebenaran ilmiah
merupakan kebenaran yang telah diuji keabsahanya, baik secara nalar maupun empiric,sehingga
memiliki landasan kuat untuk dianggap benar, selama tidak di gugurkan oleh kebenaran ilmiah
lainya yang lebih terandalkan (Qomar,2006:61).

Kebenaran ilmiah juga dapat disebut apabila ditinjau secara deduktif adalah benar dan
ditinjau dari segi induktif pun juga benar. Kebenaran-kebenaran tersebut bersifat sinergis karena
berasal dari landasan teori yangrelevan. Deduktif adalah cara menarik kesimpulan dari umum ke
khusus,sedangkan induktif cara menarik kesimpulan cara menarik kesimpulan dari khusus ke
umum. Dengan kata lain deduktif dapat diartikan masuk akal, dan induktif sesuai degan
kenyataan. Kenyataan merupakan syarat yang sangat penting dalam mengkaji ilmu kealaman,
karena memang bidang sasaran dari ilmu kealaman terbatas pada hal-hal yang bersifat nyata atau
fisik.

E. Pengertian Mitos

Mitologi berasal dari kata “mite” atau “mitos”dan “logos”. Menurut


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mitos adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan
pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan
bangsa tersebut mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib. Mitologi
adalah Ilmu yang mempelajari tentang mitos. Lebih lengkapnya mitologi merupakan ilmu
tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa
dan makhluk halus di suatu kebudayaan (KBBI, 2002).

Menurut Sutomo (2009), mitos merupakan hasil atau produk olah piker manusia yang
muncul akibat adanya gabungan dari pemikiran, pengalaman dan kepercayaan, yang kemudian
ditanamkan secara turun-temurun karena telah menjadi suatu kepercayaan. Mitos pada dasarnya
mengandung unsur-unsur pendidikan tentang fenomena alam, yang diajarkan secara tersirat atau
tersembunyi dan biasanya dikemas dalam bentuk cerita dongeng agar dapat dilestarikan secara
turun-menurun. Unsur-unsur dalam mitos berupa pemikiran dan pengalaman yang dikemas
dengan unsur kepercayaan agar diperhatikan atau dikerjakan orang.
Mitos sebenarnya adalah olah pikir manusia yang berupa kreasi atau bentuk cerita yang
mengandung makna ajaran atau maksud tertentu dari penciptanya. Menurut Sutomo, (2009) ada
pendapat mengenai pencipta mitos.Pendapat pertama menyatakan bahwa pencipta mitos tidak
menghendaki Namanya dicantumkan karena menurutnya nama itu tidak penting, yang lebih
penting adalah gagasan atau ide cerita dapat dipahami dan dilakukan oleh masyarakat.Dengan
tidak mencantumkan nama dirinya sebagai pencipta maka akan timbul persepsi bahwa anjuran
dan mitos tersebut datang dari dewa, sehingga ajaran dari mitos tersebut dapat lestari diturunkan
dari generasi ke generasi selanjutnya.Pendapat kedua ada kemungkinan pada awalnya nama
pencipta mitos juga dicantumkan, tetapi seiring berjalannya waktu nama tersebut telah dilupakan
seperti halnya pada cerita-cerita wayang kulit dimana masing-masing cerita ada pengarangnya,
namun tidak terlalu diperhatikan karena yang penting adalah alur ceritanya.

F. Perkembangan Mitos

Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda. Mitos timbul disebabkan antara lain
oleh keterbatasan alat indera manusia: penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, dan
perasa. Alat-alat indera tersebut berbeda- beda di antara manusia. Ada yang sangat tajam
inderanya, ada yang tidak. Akibat keterbatasan alat indera, maka mungkin saja timbul salah
informasi. Dan akibat perbedaan ketajaman alat indera, maka mungkin saja timbul perbedaan
informasi.Indera bisa terus dilatih untuk meningkatkan fungsi dan ketajamannya.

Pada masa itu, mitos masih dapat diterima oleh masyarakat karena: a.keterbatasan Pada
masa itu, mitos masih dapat diterima oleh masyarakat karena: a.keterbatasan pengetahuan yang
disediakan oleh keterbatasan penginderaan, baik langsung maupun tidak langsung; b.
keterbatasan penalaran manusia pada saat itu; c. terpenuhinya hasrat ingin tahu (Mawardi dan
Hidayati, 2009).

Perkembangan mitos sampai saat ini masih berlaku dan diyakini oleh sebagian besar
masyarakat. Kebanyakan dari mereka adalah mayarakat pedesaan yang masih kental memegang
erat hukum adat. Bahkan beberapa kasus, mitos ini masih diakui oleh masyarakat kota.
Pengakuan akan adanya mitos, berkembang menjadi sebuah kepercayaan. Dan kepercayaan
inilah yang nantinya diambil,difiltrasi, berasimilasi dengan sebuah agama serta menjadi sebuah
budaya mayarakat tertentu yang mencoba untuk dilestarikan.

Seseorang yang memperacayai sebuah mitos akan memiliki suatu pemikiran bahwa orang
yang tidak menjalankan sesuai dengan yang dianjurkan,dipercaya akan mendapat masalah
dikemudian hari dan mungkin pula akan mendapat kutukan (Sutomo, 2009). Sebagai contoh
adalah orang tua yang menceritakan tentang anak kecil yang dilarang keluar malam ketika
menjelang maghrib. Orang tua tersebut mengatakan jika anaknya melanggar larangan itu, ia akan
dibawa oleh wewe gombel atau kolong wewe. Tentu saja tidak ada hubungan antara keluar
malam dengan wewe gombel, namun begitulah cara orang tua untuk melarang anaknya jika akan
melakukan sesuatu yang dapat mencelakakan.

G. Kebenaran Ilmu Kealaman

Kebenaran ilmu kealaman sudah khas yakni kebenaran ilmiah. Terdapat berbagai
kebenaran yang menyertai kebenaran ilmu kealaman tersebut, yang mana kehadiranya dapat
digunakan sebagai rambu-rambu untuk membedakan kajian ilmu kealaman dan yang bukan ilmu
kealaman. Kebenaran harus dianalisis dari tinjauan pembenaran, seperti pemastian terjamin
(warrantedassertibility, pengupayaan kesimpulan yang pasti melalui prosedur tertentu
danterjamin) (Kirkham, 2017:71). Adapun rambu-rambu tersebut antara lain adalahsebagai
berikut:

a. Kebenaran obyektif

Kebenaran obyektif merupakan kebenaran yang sesuai dengan obyeknya,artinya adalah


sesuai dengan kenyataan.

b. Kebenaran korespodensi

Kebenaran korespodensi merupakan kebenaran yang berhubungan dengan teori yang


digunakan.

c. Kebenaran koherensi

Kebenaran koherensi merupakan kebenaran yang mengandung makna yang dianggap


benar, karena teori yang digunakan secara kronologis (koheren)dapat menjelaskan kenyataan
yang dipermasalahkan tersebut. Kebenaran koherensi merupakan suatu proses atau suatu hasil
proses atau keadaan yang menunjukkan adanya keadaan yang runtut, masuk akal, saling
berhubungan antara gagasan-gagasan yang dimiliki oleh seorang subjek mengenai objek tertentu
(Budisutrisna, 2016:4).

d. Kebenaran paragmatisme
Kebenaran paragmatisme merupakan kebenaran yang kriteria kebenaranya berguna atau
tidak berguna pada suatu pernyataan kebenaran untuk kehidupan manusia.

Kebenaran selain Terdapat rambu-rambunya, juga digolongkan kedalam beberapa jenis,


antara lain adalah sebagai berikut (Tim Dosen Filsafat dalamWahana, 2008), Pertama, atas dasar
sumber atau asal dari kebenaran pengetahuan, dapat bersumber antara lain dari: fakta empiris
(kebenaran empiris), wahyu atau kitab suci (kebenaran wahyu), fiksi atau fantasi
(kebenaranfiksi). Kedua, atas dasar cara atau sarana yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Antara lain dapat menggunakan: indera(kebenaran inderawi), akal budi
(kebenaran intelektual), intuisi (kebenaran intuitif), iman (kebenaran iman). Ketiga, atas dasar
bidang atau lingkup kehidupan, membuat pengetahuan diusahakan dan dikembangkan secara
berbeda. Antara lain, pengetahuan agama (kebenaran agama), pengetahuan moral (kebenaran
moral), pengetahuan seni (kebenaran seni), pengetahuan budaya (kebenaran budaya),
pengetahuan sejarah (kebenaran historis), pengetahuan hukum (kebenaran yuridis), pengetahuan
politik (kebenaran politik). Keempat, atas dasar tingkat pengetahuan yang diharapkan dan
diperolehnya: yaitu pengetahuan biasa sehari-hari (ordinary knowledge) memiliki kebenaran
yang sifatnya subyektif, amat terikat pada subyek yangmengenal, pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge) menghasilkan kebenaran ilmiah, pengetahuan filsafati ( philosofical knowledge)
menghasilkan kebenaran filsafati (Wahana, 2008).

Kebenaran-kebenaran tersebut merupakan kebenaran yang menyertai kebenaran ilmu.


Selain kebenaran-kebanaran tersebut Terdapat kebanaran lainya yakni kebenaran filosofis dan
kebenaran absolut. Kebenaran filosifis dijelaskan pada pembicaraan filsafat, kebenaran absolut
merupakan kebanaran mutlak yang harus diakui kebenaranya. Hal yang perlu dingat bahwa
kebenran ilmu akan ada pergeseran-pergeseran akibat canggihnya alat peralatan yang digunakan
untuk menambah kapasitas jangkauan pancaindra manusia yang sifatnya terbatas.

H. Telaah Bidang Ilmu Kealaman


Ilmu kealaman dengan tegas memposisikan dirinya untuk bidang telaah pada hal-hal
yang bersifat nyata (obyektif). Kebenaranya sangat khas, yakni kebenaran ilmu kealaman,
sehingga berbeda dengan kebenaran-kebenaran yang lainya, seperti kebenaran filosofis dan
kebenaran absolut. Meskipun ilmu kealaman dengan filsafat memiliki obyek yang sama yakni
alam semesta,termasuk bumi dan segala isinya, namun tetap saja memiliki perbedaan.Perbedaan
tersebut meliputi mekanisme pencapaian kebenaran, bidang sasarandan obyek pertanyaanya.

Dalam hal mekanisme pencapaian kebenaran pada ilmu kealaman bertolak dari hal-hal
yang nyata atau konkret. Artinya adalah berbeda dari hal pengamatan, yakni pengamatan dengan
panca indra, yang tentunya juga diikutidengan pemikiran. Sedangkan pada filsafatbertolak dari
hal-hal yang abstrak artinya bertolak dengan pemiran yakni pada organ otak. Pada bidang
sasaran, pada ilmu kealaman terbatas pada hal-hal yang sifatnya fisik, sedangkan pada filsafat
terbatas pada hal-hal yang fisik, tetapi menembus yang tidak fisik(metafisik). Dalam hal obyek
pertanyaan, pada ilmu kelaman mempertanyakan apa, bagaimana, mengapa, dan dimana.
Sedangkan pada filsafat mempertanyakan secara mendalam apa sebenarnya, darimana asalnya,
dan kemana akhirnya (Sutomo, 2009).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari rasa ingin tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Filsafat merupakan berpikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu


sampai pada inti persoalan, atau pandangan seseorang ataus ekelompok orang yang merupakan
konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.

Ilmu kealaman merupakan salah satu bentuk produk dari olah pikir manusia yang telah
diuji kebenaranya.

Mitos merupakan hasil olah pikir manusia yang muncul akibat adanya gabungan dari
pemikiran dan pengalaman yang kemudian ditanamkan secara turun-temurun karena telah
menjadi suatu kepercayaan. Mitos pada dasarnya mengandung unsur-unsur pendidikan berupa
pemikiran dan pengalaman tentang fenomena alam, yang diajarkan secara tersirat atau
tersembunyi dan biasanya dikemas dalam bentuk cerita.Perkembangan mitos telah terbentuk dari
jaman dulu hingga sekarang,dimana mitos yang berbentuk suatu kepercayaan dikembangkan
turun menurun antar generasi. Namun pada saat ini, telah ada metode ilmiah sebagai cara lain
untuk membuktikan suatu fakta atau fenomena dalam masyarakat, sehingga sedikit demi sedikit
kepercayaan masyarakat tekait mitos mulai berkurang.

Kebenaran ilmu kealaman merupakan berbagai kebenaran yang menyertai kebenaran


ilmu kealaman, yang mana kehadiranya dapat digunakan sebagai rambu-rambu untuk
membedakan kajian ilmu kealaman dan yang bukan ilmu kealaman.

Telaah ilmu kealaman dengan tegas memposisikan dirinya untuk bidang telaah pada hal-
hal yang bersifat nyata (obyektif).

B. Saran

Saran bagi penulis adalah dapat menambahkan referensi yang lebih banyak lagi agar
makalah menjadi lebih baik. Masukan dari pembaca diperlukan guna perbaikan makalah
sehingga menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
(http://pengetahuan.iblogger.org/pengertian-dan-definisi-pengetahuan/)

Atabik, Ahmad. 2014. Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka untuk
Memahami Pengetahua Agama. Jurnal Fikrah.Vol 2 (1).

Budisutrisna. 2016. Komparasi Teori Kebenaran Mo Tzu dan Pancasila: Relevansi bagi
Pengembangan Ilmu Pengetahuan di Indonesia. Jurnal Filsafat. Vol 26 (1).

Fautanu, Idzam. 2012. Filsafat Ilmu; Teori dan Aplikasi. Jakarta: Referensi.

Kirham, Richard L. 2017. Teori-Teori Kebenaran Pengantar Kritis dan Komprehensif.Bandung:


Nusa Media.

Kuswanjono, Arqom. 2016. Hakikat Ilmu dalam Pemikiran Islam. Jurnal Filsafat.Vol26 (2).

Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga.

Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat.Yogyakarta: Kanisius.

Sutomo, H, 2009. Filsafat Ilmu Kealaman danEtikaLingkungan. Malang: UM press.

Wahana, Paulus. 2008. Menguak Kebenaran Ilmu Pengetahuan dan Aplikasinya dalamKegiatan
Perkuliahan. Jurnal Filsafat. Vol 18 (3).

Widyawati, Setya. 2013. Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan.Jurnal
Seni Budaya.Vol (11) 1.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pusaka.

Mawardi dan Hidayati, N. 2009.Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar
(IAD, ISD, IBD. Bandung: CV Pustaka Setia.

Muslih, Mohammad. 2010. Pengaruh Budaya dan Agama Terhadap Sains Sebuah Survey
Kritis.Jurnal TSAQAFAH , 6(2), 226-247

Sutomo, .Filsafat Ilmu Kealaman dan Etika Lingkungan. Malang: UM press.

Anda mungkin juga menyukai