Kelompok 6 Nurullllll

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Sarana Ilmu Pengetahuan dalam Metode Berfikir”


Dosen Pengampu: Muh. Anshar, M.Pd.

Di susun oleh:
Kelompok 6

Nurul Botutihe
Nurul Inayah Farinal
Mohammad Prayoga Biya
Isran S. Sulapa

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
2024

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji Syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kam2i dapat menyelesaikan
makalah yang kami beri judul “Sarana Ilmu Pengetahuan dalam Metode
Berfikir”, untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Gorontalo, 09 Oktober 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................2
DAFTAR ISI ....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................5
1.3 Tujuan ....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................6
2.1 Ilmu Pengetahuan ..................................................................................6
2.2 Ilmu Pengetahuan dalam Metode Berpikir ...........................................6
BAB III PENUTUP .........................................................................................18
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................18
3.2 Saran ......................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat adalah hal yang penting dalam kehidupan, mampu menjawab segala
pertanyaan dengan metode berpikir yang logis dan tidak terikat norma dan dogma.
Adapun urgensi dari mengkaji filsafat Ilmu adalah untuk penalaran manusia
dalam membangun ilmu. Sebab, Filsafat Ilmu akan menyelidiki, menggali, dan
menelusuri sedalam, sejauh, dan seluas mungkin semua tentang hakikat Ilmu.
Dalam hal ini, kita bisa mendapatkan gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan
akar dari semua ilmu dan pengetahuan. Urutan tata susunan rangka berfikir, baik
yang merupakan berfikir secara pro atau sesudah beserta pemikiran ilmihanya.
Pertama, filsafat, intinya mengenai epistemology. Kedua, dari filsafat itu lahir
ajaran mengetahui yang didalamnya terdapat ajaran tentang metodologi. Ketiga,
dari ajaran metodologi di susun ilmu pengetahuan. Keempat, dari ilmu
pengetahuan yang berhubungan di susun teknologi. Kelima, dari teknologi di
susun pengetrapannya atau tekniknya

Pengetahuan merupakan proses berpikir yang dilakukan manusia. Berpikir


digunakan sebagai pemisah manusia dari makhluk lainnya. Kemajuan manusia
dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan dimulai
dengan rasa ingin tahu. Pengetahuan tidak datang dengan sendirinya, karena
pengetahuan memiliki suatu cara pemikiran yang khusus dengan pendekatan yang
khas sehingga menghasilkan pengetahuan yang dapat dibagi, diuji dan
dipertanggungjawabkan secara terbuka. Sehingga Pengetahuan manusia yang
dihasilkan melalui proses berpikir selalu digunakannya untuk menjawab
ketidaktahuan dan mencari tau dari masalah kehidupan.

Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah


proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya

4
sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui
(objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu
menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif. Tegasnya,
filsafat ilmu hendak menunjukkan bahwa filsafat adalah ilmu berpikir atau seni
mengolah pikir untuk menghasilkan karya-karya keilmuan dan karya budaya yang
berguna.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sarana ilmu pengetahuan dalam metode berpikir?

2. Bagaimana dasar-dasar ilmu pengetahuan dalam metode berpikir?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui saran ilmu pengetahuan dalam berpikir.

2. Untuk mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan dalam metode berpikir.

5
4BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ilmu Pengetahuan

2.1.1 Definisi Ilmu Pengetahuan

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘alima-


ya’lamu-‘ilman yang artinya mengetahui, mengerti atau
memahami. Ilmu dalam bahasa Inggris disebut science, dan dalam
bahasa Latin disebut scientia (pengetahuan)-scire (mengetahui).
Jadi ilmu, sains atau ilmu pengetahuan adalah usaha-usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia
(Ridwan, Syukri, dan Baddarusyamsi, 2021). 1

Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia


berusaha berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi,
dengan kata lain ilmu terbentuk dari 3 cabang filsafat yakni
ontologi, epistemologi dan aksiologi, jika ketiga cabang itu
terpenuhi berarti sah dan diakui sebagai sebuah ilmu.

2.1.2 Komponen Ilmu Pengetahuan

1
Ridwan,Syukri,Baddarusamsyi Studi Analisis Tentang Makna Pengetahuan Dan Ilmu
Pengetahuan Serta Jenis Dan Sumbernya. Jurnal Geuthèë: Penelitian Multidisiplin, 4(1), 31-
54.

6
Menurut Bahm, ilmu pengetahuan setidaknya melibatkan enam
komponen penting yaitu:

1) Masalah (Problems) Masalah mana yang dianggap


mengandung sifat ilmiah? Menurut Bahm, suatu masalah bisa
dianggap ilmiah, sedikitnya memiliki tiga ciri: 1) terkait dengan
komunikasi; 2) sikap ilmiah dan 3) metode ilmiah. Tidak ada
masalah yang disebut ilmiah kecuali masalah tersebut bisa
dikomunikasikan kepada orang lain. Jika belum atau tidak dapat
dikomunikasikan kepada orang lain atau masyarakat maka belum
dianggap ilmiah. Tidak ada masalah yang pantas disebut ilmiah
kecuali masalah tersebut bisa dihadapkan pada sikap ilmiah.
Demikian pula tidak ada masalah yang pantas disebut ilmiah
kecuali harus terkait dengan metode ilmiah.

2) Sikap (attitude) Sikap ilmiah (scientific attitude) menurut


Bahm setidaknya harus memiliki enam ciri pokok, yaitu: 1)
keingintahuan (curiosity); Keingintahuan harus dimiliki oleh
seorang ilmuwan, seperti keinginan untuk menyelidiki,
investigasi, eksplorasi, dan eksperimentasi. 2) spekulasi
(speculativeness); Hal ini penting dalam rangka menguji
hipotesis. Spekulasi juga merupakan ciri penting dalam sikap
ilmiah. 3) kemauan untuk berlaku objektif (willingness to be
objective); Sikap ini penting, sebab objektivitas merupakan ciri
ilmiah. Sikap demikian harus dimiliki oleh seorang ilmuwan. 4)
terbuka (open-maindedness); artinya selalu bersedia menerima
kritik dan saran ilmuwan lain secara lapang dada. 5) kemauan
untuk menangguhkan penilaian (willingness to suspend judgment)
artinya bersedia menangguhkan keputusan sampai semua bukti
penting terkumpul. dan 6) bersifat sementara (tentativity) artinya
harus menerima bahwa kesimpulan ilmiah bersifat sementara.

7
3) Metode (Method) Menurut Bahm, bahwa esensi dari sebuah
pengetahuan adalah metode. Setiap pengetahuan memiliki
metodenya sendiri sesuai dengan permasalahannya. Meski
diantara para ilmuwan terjadi perbedaan tentang metode ilmiah,
tetapi mereka sepakat bahwa masalah tanpa observasi tidak akan
menjadi ilmiah, sebaliknya observasi tanpa masalah juga tidak
akan menjadi ilmiah. Menurutnya, bahwa ilmu pengetahuan
adalah aktivitas menyelesaikan masalah dan melihat metode
ilmiah sebagai sesuatu yang memiliki karakteristik yang esensial
bagi penyelesaian masalah. Ada lima langkah esensial dan ideal -
menurut Bahmdalam menerapkan metode ilmiah yang harus
dipahami oleh seorang peneliti (ilmuwan), yaitu 1) memahami
masalah; 2) menguji masalah; 3) menyiapkan solusi; 4) menguji
hipotesis dan 5) memecahkan masalah.

4) Aktivitas (Activity) Aktivitas dimaksud adalah penelitian


ilmiah, yang memiliki dua aspek: individual dan sosial. Aktivitas
penelitian ilmiah meliputi: 1) observasi; 2) membuat hipotesis, 3)
menguji observasi dan hipotesis dengan cermat dan terkontrol.

5) Kesimpulan (Conclusion) Kesimpulan merupakan penilaian


akhir dari suatu sikap, metode dan aktivitas. Kesimpulan ilmiah
tidak pasti, tetapi bersifat sementara dan tidak dogmatis. Bahkan
jika kesimpulan dianggap dogmatis, maka akan mengurangi sifat
dasar dari ilmu pengetahuan tersebut. Pada dasarnya ilmu
pengetahuan itu bersifat tidak stabil, setiap generasi berhak untuk
menginterpretasikan kembali tradisi ilmu pengetahuan itu.

6) Pengaruh (Effects) Ilmu pengetahuan memiliki dua pengaruh,


yaitu: 1) pengaruh terhadap teknologi dan industri; 2) pengaruh
pada peradaban manusia. Industrialisasi yang berkembang dengan
pesat merupakan produk dari ilmu pengetahuan yang mempunyai
dampak besar terhadap perkembangan ilmu, sehingga nampak

8
seperti yang terjadi dalam perubahan sifat ilmu itu sendiri. Proses
industrialisasi tidak akan dapat diputarulang yang akhirnya ilmu
pengetahuan itu sendiri mengalami proses terindustrialisasi. Ilmu
pengetahuan yang terindustrialisasi ini menjadi bagian utama dari
penggerak ilmu pengetahuan dan menjadi sebuah sumber bidang
penelitian yang memiliki prestise tinggi.

Dari sini dapat dipahami bahwa ilmu sangat erat kaitannya


dengan masalah, dan masalah tersebut itulah yang nantinya akan menjadi
pengetahuan dan bisa dinyatakan pengetahuan ilmiah jika melibatkan
komponen-komponen ilmu pengetahuan ilmiah.

2.1.3 Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan dibangun dengan metode untuk mendapatkan


hasil yang dapat diakui keabsahannya, maka untuk itu terdapat ciri-ciri
ilmu pengetahuan sebagai berikut:

a) Sistematis.

Ilmu pengetahuan bersifat sistematis, artinya ilmu pengetahuan


ilmiah dalam upaya menjelaskan sesuatu teori, dengan kata lain
teori dipergunakan sebagai alat utuk menjelasakan gejala dari
kehidupan sehari-hari, ciri sistematis ilmu pengetahuan dapat
digambarkan sebagai berikut:

1. Persepsi sehari-hari,

Berdasarkan perespsi sehari-hari terhadap fenomena yang


disampaikan dalam bahasa sehari-hari, kemudian diobservasi
agar menghasilkan makna.

2. Observasi,

9
Untuk menyusun konsep ilmiah maka dibutuhkan definisi.
Dimana definisi ini akan mempertegas objek yang yang akan
diteliti.

3. Hipotesis,

Berawal dari konseo ilmiah yang merupakan pernyataan-


pernyataan yang mengandung informasi dan kedua penrnytaan
tersebut digabung menjadi preposisi dan preposisi tersebut
diuji kebenarannya.

4. Hukum,

Adalah hipotesis yang sudah diuji kebenarannya disebut dalil


hukum.

5. Teori,

Keseluruhan dalil atau hukum yang tidak bertentangan satu


sama lain dan dapat menjelaskan fenomena tersebut.

Tahapan tersebut merupakan gambaran bahwa untuk menyusun


persepsi sampai kepada teori yang pada muaranya jika dikelompokan
menjadi cabang ilmu, maka penyusun memaknai bahwa sistematika
dalam penyusunan untuk menjadi ilmu adalah hal yang sangat penting,
sehinga ilmu dapat dijelaskan karena memiliki metode tertentu dan jelas
tahapan penyusunannya.

b) Bisa dipertanggungjawabkan

Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggung jawabkan


melalui tiga macam sistem sebagai berikut:

1. Sistem Aksiomatis

Sistem ini berupaya untuk membuktikan kebenaran suatu


fenomena atau gejala sehari-hari mulai dari kaidah umum atau
rumus umum menuju rumus konkret.

10
2. Sistem Empirik

Sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu gejala


khusus menuju ke umum.

3. Sistem Semantik/Linguistik

Sistem ini kebenarannya didapatkan dengan menyusun


preposisi-preposisi secara ketat, umumnya menggunakan
metode ini adalah ilmu Bahasa.

Penulis menyimpulkan bahwa sifat dapat dipertangung jawabkan


menjadi sifat wajib ilmu, sebab setiap tahapannya tersusun secara jelas
dengan objek yang jelas.

c) Objektif atau Intersubjektif

Ilmu pengetahuan bersifat mandiri atau milik orang banyak. Ilmu


pengetahuan bersifat otonom dan mandiri, bukan milik perorangan
(subjektif) tetapi antar subjek kegiatan ilmiah. Dengan kata lain ilmu
pengetahuan harus ditopang oleh komunitas ilmiah. Jujun S.
Suriasumantri juga menjeaskan secara spesifik bahwa ilmu adalah suatu
pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala
alamiah tersebut tidak lagi merupakan misteri. Untuk itu ilmu membatasi
ruang jelajah kegiatannya pada daerah pengalaman manusia. Artinya,
obyek penelaahan keilmuan meliputi segenap gejala yang dapat
ditangkap oleh pengalaman manusia melalui panca indranya.

2.1.4 Jenis-jenis Ilmu Pengetahuan

Terkait penggolongan jenis-jenis ilmu para ahli kebanyakan tidak


merincikan berbagai cabang ilmu, hanya biasanya diberikan contoh ilmu
apa yang termasuk dalam masing-masing kelompok. Penggolongan ilmu

11
pengetahuan sebagaimana dikutip dari Surajiyo 21 adalah sebagai
berikut:

a. Ilmu Formal dan Ilmu Nonformal

Suatu ilmu disebut Ilmu Formal karena ilmu ini dalam seluruh
kegiatannya tidak bermaksud menyelidiki data-data indrawi yang
konkret. Misalnya matematika dan filsafat. Suatu ilmu disebut
Ilmu Nonformal karena di dalam ilmu ini pengalaman inderawi
memainkan peranan sentral/utama. Ilmu ini dalam seluruh
kegiatannya berusaha menyelidiki secara sistematis data-data
inderawi yang konkret. Misalnya ilmu hayat, ilmu alam, dan ilmu
manusia.

b. Ilmu Murni dan Ilmu Terapan

Ilmu Murni adalah ilmu yang bertujuan meraih kebenaran


demi kebenaran (teoretis). Misalnya matematika dan metafisika.
Ilmu Terapan adalah ilmu yang bertujuan untuk diaplikasikan atau
diambil manfaatnya (praktis). Misalnya ilmu kedokteran, teknik,
hukum, ekonomi, psikologi, sosiologi, administrasi, dan ekologi.

c. Ilmu Nomotetis dan Ilmu Idiografis

Ilmu Nomotetis adalah ilmu yang objek pembahasannya


merupakan gejala pengalaman yang dapat diulangi terusmenerus
dan hanya merupakan kasus-kasus yang mempunyai hubungan
dengan suatu hukum alam. Termasuk dalam ilmu ini adalah
ilmuilmu alam, yang objek pembahasannya adalah benda alam
atau gejala alam, yang didekati dengan cara menerangkan.

Ilmu Idiografis adalah ilmu yang objek pembahasannya


merupakan objek yang bersifat individual, unik, yang hanya
terjadi satu kali dan mencoba mengerti atau memahami objeknya
menurut keunikannya itu. Termasuk dalam ilmu ini adalah

12
ilmuilmu budaya, yang objek pembahasannya adalah produk
manusiawi, yang didekati dengan cara mengerti atau memahami.

d. Ilmu Deduktif dan Ilmu Induktif

Suatu ilmu disebut Ilmu Deduktif karena semua pemecahan


yang dihadapi dalam ilmu ini tidak didasarkan atas pengalaman
inderawi (empiris), melainkan atas dasar deduksi atau penjabaran.
Deduksi ialah proses pemikiran yang melibatkan akal budi
manusia dari pengetahuan tentang halhal yang umum dan abstrak,
menyimpulkan tentang hal-hal yang bersifat khusus dan
individual. Misalnya matematika.

Suatu ilmu disebut Ilmu Induktif apabila penyelesaian


masalah-masalah dalam ilmu yang bersangkutan didasarkan atas
pengalaman inderawi (empiris). Ilmu Induktif bekerja selalu atas
dasar induksi, yaitu proses pemikiran yang melibatkan akal budi
manusia dari pengetahuan tentang hal-hal yang bersifat khusus
dan individual, menarik kesimpulan tentang hal-hal yang bersifat
umum dan abstrak. Misalnya ilmu alam.

2.2 Ilmu Pengetahuan dalam Metode Berpikir

Upaya manusia buat mengenali apa yang terjalin di dunia ini pada
umumnya dicoba dengan 3 metode, ialah abduktif, deduktif, ataupun induktif.
Pertumbuhan ilmu bisa diwujudkan dalam bentuk penelitian yang dicoba oleh
para ilmuwan Sebagian pakar filsafat, antara lain yaitu Francis Bacon (1561-
1620) serta Karl Popper dan Thomas Kuhn, melaksanakan pengamatan
terhadap kegiatan para ilmuwan tersebut. Menyebutkan bahwa metode kerja
ini selaku tata cara ilmiah, keahlian membuat manusia lebih berharga dari
pada makhluk hidup yang lain. Menurut Jujun S. Suria Sumantri,

13
menyebutkan bahwa dasar-dasar pengetahuan yang dimiliki manusia itu
meliputi:

1. Penalaran

Manusia adalah satu - satunya makhluk yang mampu mengembangkan


pengetahuan karena memiliki kemampuan menalar. Manusia mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang indah dan mana yang jelek
melalui proses penalaran yang dilakukan. Penalaran juga dapat diartikan
sebagai suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan berupa
pengetahuan yang merupakan kegiatan berpikir mempunyai karakteristik
tertentu dalam menemukan kebenaran.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan


pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai
dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara
tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid jika penarikan
kesimpulan tersebut menurut cara tertentu, yang disebut logika.

2. Logika

Logika didefinisikan sebagai suatu pengkajian untuk berpikir secara


benar. Untuk menarik suatu kesimpulan sebenarnya terdapat bermacam-
macam cara, namun untuk membuat kesimpulan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang memusatkan diri pada penalaran ilmiah. Terdapat dua
jenis penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan logika deduktif.

a) Logika deduktif

Logika deduktif adalah cara berfikir dengan menarik suatu kesimpulan


yang dimulai dari pernyataan yang bersifat umum kemudian ditarik
suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Penalaran ini sering kita dengar
dengan istilah silogisme. Sebuah silogisme disusun dari dua buah
pernyataan yang disebut premis dan sebuah kesimpulan. Premis dapat
dibedakan menjadi premis mayor atau umum dan premis minor atau

14
khusus. Kesimpulan yang ada merupakan sebuah pengetahuan yang
didapat dari sebuah penalaran deduktif. Contohnya: Semua logam
memuai jika dipanaskan (premis mayor). Besi adalah sebuah logam
(premis minor). Jadi besi memuai jika dipanaskan (kesimpulan).

Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal: yakni


kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan
pengambilan kesimpulan. Sekiranya salah satu dari ketiga unsur
tersebut persyaratannya tidak terpenuhi maka kesimpulan yang
ditariknya akan salah.

b) Logika Induktif

Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari


kasuskasus individual nyata menjadi suatu kesimpulan yang bersifat
umum. Logika Induktif erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan
dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat
umum. Misal ada fakta bahwa kambing punya mata, singa punya mata,
ayam punya mata. Maka dapat disimpulkan bahwa semua binatang
punya mata.

c) Logika Abduktif

Logika abduktif adalah jenis penalaran yang terjadi Ketika seseorang


mengamati bukti tertentu dan menentukan penjelasan apa yang
menjelaskan fakta-fakta tersebut dengan cara terbaik. Mengingat
beberapa pengamatan dunia yang ingin dijelaskan seseorang, mereka
muncul dengan hipotesis, atau penjelasan potensial mengapa fakta yang
diamati seperti itu. Abduksi memungkinkan seseorang untuk
menyimpulkan bahwa salah satu hipotesis tersebut benar, atau
kemungkinan benar, karena lebih masuk akal daripada yang lain.

15
Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara obyektif, tujuannya
untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual.
Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperoleh melalui observasi,
eksperimen, klasifikasi dan analisis. Ilmu itu objektif dan mengesampingkan
unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral dalam arti tidak
dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian, karena dimulai dengan fakta,
ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif.

Ilmu pengetahuan diperoleh berdasarkan analisis dengan


langkahlangkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang
logis. Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa, matematika dan statistika.
Metode ilmiah menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga
menjadi jembatan penghubung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian
yang dilakukan secara empiris. Secara rasional, ilmu menyusun
pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris
ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak.
Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau juga naluri) dapat
diuji, apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak.

Beberapa prinsip umum dalam filsafat ilmu pengetahuan telah ditelaah


dalam makalah ini berdasarkan referensireferensi, baik yang telah disediakan
maupun yang dicari oleh penulis secara mandiri. Seiring dengan
perkembangan, Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu yang
merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk
yang dapat mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh
dibandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya yang memiliki keterbatasan
hidup. Manusia akan mencari tahu dengan berlandaskan pada tiga aspek
utama yang merupakan tiga cabang filsafat, yaitu ontologis ( apa ),
epistemologis ( bagaimana ), dan aksiologis ( untuk apa ). Dalam mengkaji
aspek ontologis, dari artikel Stanford Encyclopedia of Philosophy yang
menyatakan bahwa aspek ontologis dalam filsafat ilmu tidak hanya terdiri
atas komponen pertanyaan “apa” yang ingin diketahui mengenai suatu hal,

16
tetapi juga meliputi pertanyaan “apa ciri dari hal tersebut?”, “bagaimana
hubungan hal tersebut dengan hal lain yang bersifat umum?” dan “dengan
metodologi apa pertanyaan ontologis tersebut dapat dijawab?”. Dalam
mengkaji aspek aksiologi, dari artikel encyclopedia of philosophy dijelaskan
aksiologi di samakan dengan value and valuation. Hal tersebut sejalan dengan
tahapan metode ilmiah yang menyatakan bahwa para ilmuwan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi harus diselesaikan secara sistematis.

Filsafat ilmu pengetahuan mengarahkan manusia untuk memikirkan dan


merefleksikan kegiatan ilmu pengetahuan dengan berbagai macam hal yang
berkenaan dengan ilmu pengetahuan sebagai objeknya secara rasional,
menyeluruh dan mendasar agar memperoleh pemahaman yang jelas, benar
dan lengkap sehingga diharapkan manusia dapat menemukan kejelasan
pemahaman tentang ilmu pengetahuan dengan segala unsurnya.

Dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan dasar pemikiran yang


kokoh dan dapat diandalkan dalam menentukan langkah tindakan yang
bijaksana. Selanjutnya membahas ilmu pengetahuan secara filosofi, pada
dasarnya terdapat tiga landasan pembahasan, yaitu landasan ontologis yang
menganalisis tentang objek material dqari ilmu pengetahuan berupa benda
empiris. Kemudian landasan epistemologi yang menganalisis tentang proses
tersusunnya ilmu pengetahuan melalui proses metode ilmiah. Serta landasan
aksiologis yang menganalisis penerapan hasil temual ilmu pengetahuan yang
bertujuan mempermudah pemenuhan kebutuhan dan demi kelangsungan
hidup manusia.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari sarana ilmu pengetahuan dalam metode berpikir adalah


bahwa ilmu pengetahuan memberikan alat-alat dan kerangka kerja yang
diperlukan untuk memahami, menganalisis, dan mengevaluasi realitas secara
sistematis dan logis. Dalam proses berpikir ilmiah, ada beberapa sarana
penting yang memandu jalannya pemikiran, yaitu:

1. Konsep: Konsep adalah abstraksi dari objek atau fenomena yang


membantu kita mengelompokkan dan memahami berbagai hal dalam
kehidupan. Dengan konsep, kita dapat menyederhanakan dan
menggambarkan situasi kompleks secara terstruktur.
2. Definisi: Definisi memastikan kejelasan dalam komunikasi dan
pengertian. Dengan mendefinisikan istilah atau konsep dengan jelas, kita
mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahpahaman.
3. Hipotesis: Hipotesis adalah dugaan sementara yang diajukan
berdasarkan pengamatan. Hipotesis membantu membimbing proses
penyelidikan ilmiah untuk membuktikan atau menyangkalnya melalui
eksperimen atau pengujian.

3.2 Saran

Makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kami memerlukan masukan


yang sifatnya membangun kesempuran Makalah ini.Adapun kritik dan saran
semoga bermanfaat bagi kita semua.

18
DAFTAR PUSTAKA
Achadah, A., & Fadil, M. (2020). Filsafat Ilmu: Pertautan Aktivitas
Ilmiah, Metode Ilmiah dan Pengetahuan Sistematis. Jurnal Pendidikan
Islam, 4(1), 130-141.
Situmeang, I. R. V. O. (2021). Hakikat Filsafat Ilmu dan Pendidikan
dalam Kajian Filsafat Ilmu Pengetahuan. IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal
Sosial Dan Humaniora, 5(1), 1-17.
Ridwan, M., Syukri, A., & Badarussyamsi, B. (2021). Studi Analisis
Tentang Makna Pengetahuan Dan Ilmu Pengetahuan Serta Jenis Dan
Sumbernya. Jurnal Geuthèë: Penelitian Multidisiplin, 4(1), 31-54.
Dempsey. (2023). Abductive Reasoning | Overview & Examples.
https://study.com/academy/lesson/abductive-reasoning-definition-
examples.html
Takwim, T., & Ardimen, A. (2023). Metode Ilmiah dalam Tinjauan
Filsafat. Journal on Education, 6(1), 5019-5023.

19

Anda mungkin juga menyukai