Maternitas Dismenore

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MATERNITAS

“Konsep Asuhan Keperawatan Pada Dismenore”

Dosen Pembimbing:

Sefrina Rumawati, S. Kep. Ners., M. Kes

Disusun Oleh Kelompok 5:

1. Anggi Laras Sakti (202014401005)


2. Reviana Putri Andini ( 202014401027)
3. Sepia Nur Laili ( 202014401031)
4. Widyastutik ( 202014401038)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SATRIA BHAKTI NGANJUK
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
segala rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Kami, sehingga makalah ini
dengan judul “Konsep Asuhan Keperawatan Pada Dismenore”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik. Dalam penulisan makalah ini Kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada selaku Dosen pembimbing
Sefrina Rumawati, S. Kep. Ners., M.Kes

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari penulisan makalah ini.


Oleh karena itu penulis mengharapkan banyak kritik maupun saran yang
membangun bagi Kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya siapapun yang membaca makalah ini dan mempelajarinya.

Nganjuk, 27 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Tujuan Makalah ...................................................................................................... 2
C. Manfaat Makalah .................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
A. Konsep Medis ......................................................................................................... 3
1. Definisi Desminore ............................................................................................. 3
2. Etiologi ................................................................................................................ 4
3. Klasifikasi ........................................................................................................... 6
4. Tanda dan Gejala ................................................................................................ 7
5. Patofisiologi ........................................................................................................ 8
6. Manifestasi Klinis ............................................................................................... 9
7. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 10
8. Penatalaksanaan ................................................................................................ 10
9. Komplikasi ........................................................................................................ 11
B. Konsep Asuhan Keperawatan Dismenore............................................................. 12
1. Pengkajan .......................................................................................................... 12
2. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 15
3. Perencanaan Keperawatan ................................................................................ 15
BAB III ............................................................................................................................. 18
PENUTUP ........................................................................................................................ 18
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 18
B. Saran ..................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dismenorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan
terpusat di abdomen bawah (Prawirohardjo,2011). Dismenorea dapat
dibagi menjadi dua kelompok yaitu dismenorea primer dan dismenorea
sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan
patologi pada panggul atau alat kandungan dan organ lainnya, sedangkan
dismenorea sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan
berbagai keadaan patologi di organ genitalia. Derajat dismenorea atau
nyeri menstruasi ini dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai
berat (Manuaba, 2009). Hampir semua perempuan mengalami nyeri pada
saat haid, nyeri haid yang dialami biasanya terbatas pada bagian perut
bagian bawah, tetapi dapat pula menyebar ke bagian pinggang, paha atau
kaki. Rasa nyeri tersebut dapat disertai dengan mual, muntah, diare, sakit
kepala, sembelit, sering kencing bahkan pingsan (Anuroogo,2011).
Permasalahan nyeri haid merupakan permasalahan yang sering terjadi
pada seorang perempuan, nyeri hiad atau dismenore ini digunakan apabila
nyeri haid demikian hebatnya sehingga memaksa seorang perempuan
datang ke klinik atau dokter untuk memeriksakan dirinya bahkan memaksa
seorang perempuan meninggalkan semua aktivitas sehari-hari dan istirahat
untuk beberapa jam atau beberapa hari (Anurogo,2011 ).
Dampak yang terjadi jika dismenore tidak ditangani maka patologi
(kelainan atau gangguan) yang mendasari dapat memicu kenaikan angka
kematian, termasuk kemandulan. Selain itu konflik emosional, ketegangan
dan kegelisahan dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan
yang tidak nyaman dan asing (Anurogo dan Wulandari, 2011). Remaja
putri yang mengalami gangguan nyeri menstruasi sangat mengganggu

1
dalam proses belajar mengajar. Hal ini menyebabkan remaja putri sulit
berkonsentrasi karena ketidaknyamanan yang dirasakan ketika nyeri haid.
Oleh karena itu pada usia remaja dismenore harus ditangani agar tidak
terjadi dampak yang lebih buruk (Nirwana, 2011).

B. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Dismenore
2. Untuk mengetahui Etiologi Dismenore
3. Untuk mengetahui Klasifikasi Dismenore
4. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Dismenore
5. Untuk mengetahui Patofisiologi Dismenore
6. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Dismenore
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Dismenore
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Dismenore
9. Untuk mengetahui Komplikasi Dismenore
10. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Dismenore

C. Manfaat Makalah
Manfaat dari makalah ini diharapkan mahasiswa di jurusan
kesehatan mampu mendapat informasi tentang konsep Asuhan
Keperawatan pada Klien Dismenore. Dan dapat dijadikan sebagai tolak
ukur untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa mampu melaksanakan
Asuhan Keperawatan tersebut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Medis

1. Definisi Desminore
Secara etimologi, dismenore berasal dari kata dalam bahasa Yunani
kuno (Greek). Kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri,
abnormal; meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau
arus. Dengan demikian, secara singkat dismenore dapat didefinisikan
sebagai aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang mengalami
nyeri. Penanganan dismenore secara optimal sangat tergantung dari
pemahaman terhadap faktor yang mendasarinya. Nyeri haid ini
memiliki banyak sinonim, misalnya dysmenorrhea, dysmenorrhoea,
dismenorhea, dismenore, painful menstruation, syndrome of painful
menstriation, dan menstrual cramps (Anurogo & Wulandari, 2011).
Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan
dengan menstruasi disebut juga dengan dismenore dan kebanyakan
wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi (Aspiani, 2017).
Dismenore atau nyeri haid merupakan suatu gejala dan bukan suatu
penyakit. Istilah dismenore biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup
berat. Dalam kondisi ini, penderita harus mengobati nyeri tersebut
dengan analgesik atau memeriksakan diri ke dokter dan mendapatkan
penanganan, perawatan, atau pengobatan yang tepat. Dismenore berat
adalah nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri
kepala, dan terkadang pingsan (Anurogo & Wulandari, 2011). Banyak
wanita yang dismenore mengalami rasa tidak enak diperut bagian
bawah dan terkadang sampai pada daerah panggul yang muncul pada
saat menstruasi ataupun selama menstruasi. Biasanya rasa nyeri yang
bersifat seperti kejang ini akan mereda atau hilang dengan sendirinya

3
setelah darah haid mulai mengalir (Asrinah et al., 2011).

2. Etiologi
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi disritmik
miometrium yang menampilkan suatu gejala atau lebih, mulai dari
nyeri yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan
nyeri spasmodik di sisi medial paha. Riset biologi molekuler terbaru
berhasil menemukan kerentanan gen (susceptibility genes), yaitu
memodifikasi hubungan antara merokok pasif (passive smoking) dan
nyeri haid (Anurogo & Wulandari, 2011). Berikut adalah penyebab
nyeri haid berdasarkan klasifikasinya :
a. Dismenore primer
1) Faktor Endokrin
Rendahnya kadar progresteron pada akhir fase corpus
luteum. Hormon progresteron menghambat atau mencegah
kontraktilitas uterus sedangkan hormon estrogen merangsang
kontraktilitas uterus. Di sisi lain, endometrium dalam fase
sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan
konstraksi otot –otot polos. Jika kadar prostaglandin yang
berlebihan memasuki peredaran darah maka selain dismenore
dapat juga dijumpai efek lainnya seperti nausea (mual),
muntah, diare, flushing (respons involunter tidak terkontrol)
dari sistem darah yang memicu pelebaran pembuluh kapiler
kulit, dapat berupa warna kemerahan atau sensasi panas.
Jelaslah bahwa peningkatkan kadar prostaglandin memegang
peranan penting pada timbulnya dismenore primer (Anurogo &
Wulandari, 2011).
2) Faktor organik
Kelainan organik yang dimaksud yaitu seperti retrofleksia
uterus (kelainan letak – arah anatomis Rahim), hipoplasia
uterus (perkembangan rahim yang tidak lengkap), obstruksi

4
kanalis servikal (sumbatan saluran jalan lahir), mioma
submukosa bertangkai (tumor jinak yang terdiri dari jaringan
otot), dan polip endometrium (Anurogo & Wulandari, 2011).
3) Faktor kejiwaan atau psikis
Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika
tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid,
maka akan mudah timbul dismenore. Contoh gangguan psikis
yaitu seperti rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil,
konflik dan masalah jenis kelaminnya, dan imaturitas (belum
mencapai kematangan) (Anurogo & Wulandari, 2011).
4) Faktor konstitusi
Faktor konstitusi yaitu seperti anemia dan penyakit
menahun juga dapat memperngaruhi timbulnya dismenore
(Anurogo & Wulandari, 2011).
5) Faktor alergi
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya
asosiasi antara hipermenorea dengan urtikaria migrain atau
asma bronkele. Smith menduga bahwa sebab alergi adalah
toksin haid (Purwaningsih & Fatmawati, 2010).
b. Penyebab dismenore sekunder
1. Infeksi : nyeri sudah terasa sebelum haid
2. Myoma submucosa, polyp corpus uteri : nyeri bersifat kolik
3. Endometriosis : nyeri disebabkan
4. Retroflexio uteri fixate
5. Stenosis kanalis servikalis
6. Adanya AKDR : tumor ovarium (Aspiani, 2017).

5
3. Klasifikasi
Secara klinis, dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore
primer (esensial, intrinsik, idiopatik) dan dismenore sekunder
(ekstrinsik, yang diperoleh, acquired). Dua jenis dismenore ini
merupakan yang paling banyak ditemui (Anurogo & Wulandari, 2011).
a. Dismenore primer
Dismenore primer (essensial, instrinsik, idiopatik) tidak
terdapat hubungan dengan kelainan ginekologi. Ini merupakan
nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat genital yang
nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelahmenarche
biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus haid pada
bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar
yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama
sebelumnya atau bersama – sama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam. Walaupun dalam beberapa kasus
dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang
berjangkit – jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi
dapat menyebar kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan
rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare,
iritabilitas, dan sebagainya (Purwaningsih & Fatmawati, 2010).
b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired)
disebabkan oleh kelainan ginekologik (endometrosis, adenomiosis,
dan lain – lain) dan juga karena pemakaian IUD (Purwaningsih &
Fatmawati, 2010). Dismenore sekunder seringkali mulai muncul
pada usia 20 tahun dan lebih jarang ditemukan serta terjadi pada
25% wanita yang mengalami dismenore. Tipe nyeri hampir sama
dengan dismenore primer, namun lama nyeri dapat melebihi
periode menstruasi dan dapat juga terjadi saat tidak menstruasi
(Nugroho & Utama, 2014).

6
4. Tanda dan Gejala
a. Disminorea Primer
Dismenorea primer hampir selalu terjadi saat siklus ovulasi
(ovulatory cycles) dan biasanya muncul dalam setahun setelah haid
pertama. Pada dismenoreprimer klasik, nyeri dimulai bersamaan
dengan onset haid atau hanya sesaat sebelum haid dan bertahan
atau menetap selama 1 – 2 hari. Nyeri dideskripsikan sebagai
spasmodik dan menyebar ke bagian belakang (punggung) atau
paha atas atau tengah. Berhubungan dengan gejala – gejala
umumnya yaitu seperti berikut :
1) Malaise (rasa tidak enak badan)
2) Fatigue (lelah)
3) Nausea (mual) dan vomiting (muntah)
4) Diare
5) Nyeri punggung bawah
6) Sakit kepala
7) Terkadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh,
perasaan cemas, gelisah, hingga jatuh pingsan.
8) Gejala klinis dismenorea primer termasuk onset segera setelah
haid pertama dan biasanya berlangsung sekitar 48 – 72 jam,
sering mulai beberapa jam sebelum atau sesaat setelah haid.
Selain itu juga terjadi nyeri perut atau nyeri seperti saat
melahirkan dan hal ini sering ditemukan pada pemeriksaan
pelvis yang biasa atau pada rektum (Anurogo & Wulandari,
2011).
b. Disminorea Sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore
sekunder yang terbatas pada onset haid. Ini biasanya berhubungan
dengan perut besar atau kembung, pelvis terasa berat, dan nyeri
punggung. Secara klinis, nyeri meningkat secara progresif selama

7
fase luteal dan akan memuncak sekitar onset haid. Berikut adalah
gejala klinis dismenore secara umum :
1) Dismenorea terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah
haid pertama
2) Dismenorea dimulai setelah usia 25 tahun
3) Terdapat ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan fisik,
pertimbangkan kemudian endometriosis, pelvic inflammatory
disease (penyakit radang panggul), dan pelvic adhesion
(perlengketan pelvis).
4) Sedikit atau tidak ada respons terhadap obat golongan NSAID
(nonsteroidal anti-inflammatory drug) atau obat anti –
inflamasi non – steroid, kontrasepsi oral, atau keduanya.

5. Patofisiologi
a. Dismenorea primer
Mekanisme terjadinya nyeri pada dismenorea primer
diterangkan sebagai berikut. Bila tidak terjadi kehamilan, maka
korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini akan
mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan
mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah
dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Enzim ini akan
menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel
endometrium; menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam
arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan
merangsang kaskade asam arakhidonat yang menghasilkan
prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan
dismenore primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan
PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium
dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan disritmi uterus.
Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini
akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan

8
endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya
menurunkan ambang rasa sakit pada ujung – ujung saraf aferen
nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia (Aspiani, 2017).
b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid
pertama, tetapi yang paling sering mucul di usia 20 – 30 tahunan,
setelah tahun – tahun normal dengan siklus tanpa nyeri.
Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenore
sekunder. Namun, penyakit pelvis yang menyertai haruslah ada.
Penyebab yang umum, di antaranya termasuk endometriosis
(kejadian di mana jaringan endometrium berada di luar rahim,
dapat ditandai dengan nyeri haid), adenomyosis (bentuk
endometriosis yang invasive), polip endometrium (tumor jinak di
endometrium), chronic pelvic inflammatory disease (penyakit
radang panggul menahun), dan penggunaan peralatan kontrasepsi
atau IU(C)D [intrauterine (contraceptive) device]. Hampir semua
proses apapun yang memengaruhi pelvic viscera (bagian organ
panggul yang lunak) dapat mengakibatkan nyeri pelvis siklik
(Anurogo & Wulandari, 2011).

6. Manifestasi Klinis
a. Dismenorea Primer
1) Haid pertama berlangsung
2) Nyeri perut bagian bawah
3) Nyeri punggung
4) Nyeri paha
5) Sakit kepala
6) Diare
7) Mual dan muntah

9
b. Dismenorea Sekunder
1) Terjadi selama siklus pertama haid dan sampai berhari-hari,
yang merupakan indikasi adanya obstruksi kongenital.
Dismenorea dimulai setelah berusia 25 tahun.
2) Terdapat ketidak normalan pelvis kemungkinan adanya:
 Endometriosis
 Pelvic inflammatory disease
 Pelvic adeshion (pelekatan pelvis)
 Adenomyosis.

7. Pemeriksaan Penunjang
Yang dapat dilkukan mencakup pemeriksaan laboratorium, USG
abdomen atau USG transvaginal, histerosalpingografi, histeroskopi,
atau laparoskopi. Terapi dismenore secara umum bertujuan untuk
memperingan nyeri serta menghambat proses yang mendasari.

8. Penatalaksanaan
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan
non-steroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). obat
ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi
dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi (Nugroho, 2014).
Menurut Nugroho (2014) selain dengan obat-obatan, rasa nyeri
juga bisa dikurangi dengan:
a. Istirahat yang cukup.
b. Olah raga yang teratur (terutama berjalan).
c. Pemijatan.
d. Yoga atau senam
e. Orgasme pada aktivitas seksual.
f. Kompres hangat di daerah perut.

10
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual,
tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah
teratasi. Gejala juga bisa dikurangi dengan istirahat yang cukup serta
olah raga secara teratur (Nugroho, 2014).

9. Komplikasi
Dismenore primer bukanlah persoalan yang mengancam nyawa
penderitanya. Dismenore apabila dibiarkan akan menimbulkan
terganggunya aktivitas sehari-hari (Martini, 2014). Dismenore primer
dapat menimbulkan beberapa gejala seperti:
a. Nyeri pada perut bagian bawah
b. Mual dan muntah
c. Diare
d. Letih, lesu bahkan sampai pingsan
e. Pusing dan nyeri kepala
Meskipun dismenore primer tidak mengancam nyawa tetapi bukan
berarti dibiarkan begitu saja. Dismenore primer yang dibiarkan tanpa
penanganan akan menimbulkan gejala yang merugikan bagi
penderitanya. Dismenore primer tanpa penanganan dapat
menyebabkan :
1. Depresi
2. Infertilitas
3. Gangguan fungsi seksual
4. Penurunan kualitas hidup akibat tidak bisa menjalankan aktivitas
seperti biasanya
5. Dapat memicu kenaikan angka kematian (Titilayo et al. 2010).
Dismenore primer akan menurunkan kualitas hidup penderitanya
dan akan sangat merugikan penderita dismenore tersebut apabila
dibiarkan.

11
B. Konsep Asuhan Keperawatan Dismenore

1. Pengkajan
a. Identitas Klien
Dismenore ini sering dialami pada jenis kelamin perempuan
dan biasanya dismenore ini menyerang di kalangan remaja pada
usia 15-25 tahun dan angka kejadiannya menurun diatas usia
tersebut. Tetapi perempuan ada juga yang mengalami dismenore
awal yaitu sekitar usia 8 tahun.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan sering terjadi alasan klien untuk
menerima pertolongan kesehatan. Pada dismenore biasnya
dikeluhkan merasa nyeri diperut bagian bawah dimulai saat
haid.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat penyakit sekarang adalah informasi mengenai
keadaan dan keluhan pasien saat timbul dismenore yang
menyebabkan gangguan rasa yang tidak nyaman. Keluhan
pada klien dengan gangguan dismenore adalah nyeri perut
bagian bawah dimulai saat haid dan meningkat saat keluarnya
darah, disertai mual, muntah, kelelahan dan nyeri kepala.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat penyakit seperti
DM, hipertensi atau penyakit jantung.
4) Riwayat Keluarga
Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor
penyebab penting yang perlu dikaji yaitu penyakit berat yang
pernah diderita salah satu anggota keluarga yang ada
hubungannya dengan operasi misalnya: TBC, DM dan
Hipertensi.
5) Pola kehidupan sehari-hari menurut Virgina Henderson

12
 Respirasi
Pada klien dengan gangguan menstruasi frekuensi
pernafasan biasanya normal atau meningkat bila disertai
dengan nyeri pada saat menstruasi.
 Nutrisi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya mengalami
perubahan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi dikarenakan
adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
 Eliminasi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak
mengalami gangguan dalam eliminasi.
 Istirahat/tidur
Pada klien dengan gangguan menstruasi biasanya
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan tidur akibat
nyeri dan ketidaknyamanan.
 Pola aktivitas
klien dengan gangguan menstruasi dapat terganggu karena
adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
 Kebutuhan personal hygiene
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
personal hygiene.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran klien dengan gangguan dismenore biasanya
composmentis jika tidak mengalami dismenore berat yaitu
sampai tidak sadarkan diri.
2) Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah:
Tekanan darah normal (120/80 mmHg). Dan biasanya
dismenore tekanan darahnya meurun

13
b. Nadi
Nadi normal (80-100x/menit).
c. Pernafasan
Normal (23x/menit)
d. Suhu
Nrmal (36*C)
3) Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala
Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan
rambut dan keadaan kulit kepala.
b. Wajah
Pada daerah wajah yang dikaji bentuk wajah, keadaan
mata, hidung, telinga, mulut dan gigi.
c. Mata
Apakah konjungtiva pucat atau merah, apakah sclera
ikterik.
d. Hidung
Bagaimana keadaan hidung, adakah penumpukan sekret
e. Telinga
Adakah nyeri tekan pada telinga, keadaan telinga, adakah
penumpukan serumen
f. Leher
Perlu dikaji apakah terdapat benjolan pada leher,
pembesaran vena jugularis dan adanya pembsesaran
kelenjar tiroid.
g. Dada dan punggung
Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya tertraksi
intercostae, pernafasan tertinggal, suara wheezing, ronchi,
bagaimana irama dan frekuensi pernafasan. Pada jantung
dikaji bunyi jantung (interval) adakah bunyi gallop, mur-
mur

14
h. Payudara/mammae
Apakah puting susu menonjol atau tidak, apakah ada
pembengkakkan dan atau nyeri tekan.
i. Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan bising
usus, adakah nyeri tekan
j. Ekstremitas atas dan bawah
Kulit dingin, kering, pucat, capillary refill memanjang.
Ekstremitas atas dan bawah yang dikaji yaitu
kesimetrisannya, ujung – ujung jari sianosis atau tidak, ada
tidaknya edema.
k. Genetalia
Bagaimana rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai
usia perkembangan klien. Kulit dan area pubis, adanya lesi,
eritema, visura, leukoplakia dan eksoria labia mayora,
minora, klitoris, meatus uretra terhadap perkembangan
ulkus, keluaran dan nodul.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d pencedera fisiologis ditandai dengan mengeluh
nyeri
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan ditandai dengan merasa tidak
nyaman setelah beraktivitas

3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Observasi Observasi
pencedera tindakan 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui secara rinci
fisiologis keperawatan selama karakteristik, durasi, dimana dan bagaimana
ditandai dengan 1x24 jam diharapkan fekuensi nyeri terjadi

15
mengeluh nyeri kontrol nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui seberapa
meningkat 3. Identifikasi faktor yang parah nyeri dirasakan
Dengan kriteria memperberat dan 3. Meminimalisir resiko
hasil: memperingan nyeri buruk yang bisa terjadi,
- Melaporkan nyeri Terapeutik memperbesar manfaat
terkontrol 1. Berikan teknik non Terapeutik
- Kemampuan farmakologis relaksasi 1. Dapat meringankan rasa
mengenali distraksi nyeri Edukas nyeri yang dirasakan
penyebab nyeri Edukasi Edukasi
meningkat 1. Jelaskan strategi 1. Mengedukasi pemahaman
- Skala nyeri meredakan nyeri. tentang Nyeri
menurun 2. Ajarkan teknik non 2. Mampu memberi
- Keluhan mual farmakologis untuk tindakan awal untuk
muntah menurun mengurangi nyeri mengatasi nyeri
Kolaborasi Kolabrasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Meredakan rasa nyeri
analgetik
2. a. Intoleransi Setelah dilakukan Observasi Observasi
aktivitas b/d tindakan 1. Identifikasi gangguan 1. Agar mengetahui letak
kelemahan keperawatan selama fungsi tubuh yang masalah terjadi guna
ditandai 1x24 jam diharapkan mengakibatkan menghindari masalah baru
dengan toleransi aktivitas kelelahan 2. Mengetahui pusat lokasi
merasa tidak meningkat Dengan 2. Monitor lokasi dan dan menghindari gerakan
nyaman kriteria hasil: ketidaknyamanan berlebih pada pusat lokasi.
setelah - Keluhan lelah selama melakukan Terapeutik
beraktivitas menurun aktivitas 1. Memberikan efek
- Warna kulit Terapeutik relaksasi pasien,
membaik 1. sediakan lingkungan peningkatan mood
- TTV norml nyaman dan rendah 2. Mengalihkan pikiran dari
- Perasaan lemah stimulus sugesti rasa sakit
menurun 2. berikan aktivitas Edukasi

16
- Kemudahan distraksi yang 1. Menghindari cedera
dalam melakukan menenangkan setelah melakukan aktivitas
aktivitas sehari- Edukasi berat
hari 1. anjurkan melakukan Kolaborasi
aktiviras secara bertahap 1. Mengedukasi pentingnya
Kolaborasi nutrisi dari makanan agar
1. kolaborasi cara kebutuhan nutrisi tubuh
meningkatkan asupan tercukupi
makanan

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dismenorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan
terpusat di abdomen bawah (Prawirohardjo,2011). Dismenorea dapat
dibagi menjadi dua kelompok yaitu dismenorea primer dan dismenorea
sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan
patologi pada panggul atau alat kandungan dan organ lainnya, sedangkan
dismenorea sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan
berbagai keadaan patologi di organ genitalia.
Hampir semua perempuan mengalami nyeri pada saat haid, nyeri haid
yang dialami biasanya terbatas pada bagian perut bagian bawah, tetapi
dapat pula menyebar ke bagian pinggang, paha atau kaki. Rasa nyeri
tersebut dapat disertai dengan mual, muntah, diare, sakit kepala, sembelit,
sering kencing bahkan pingsan (Anuroogo,2011).

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami paparkan mengenai “Konsep
Asuhan Keperawatan Pada Dismenore”. Masih banyak kekurangan yang
perlu direvisi, maka dari itu, kami mengharapkan krtik dan saran positif
kepada para pembaca untuk perbaikan pada kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pada
khususnya juga bagi para pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Zulfi. 2017. Makalah ASKEP Tetanus


https://zulfiprint19.blogspot.com/2017/02/makalah-askep-tetanus-
keperawatan.html?m=1. (Diakses pada tanggal 10 April 2022).

Raissy Amallya 2020. Makalah Askep Penyakit Tetanus


https://www.academia.edu/48871310/Makalah_Askep_Penyakit_Tetanus.
(Diakses pada tanggal 10 April 2022).

Yoo Leea 2019 Asuhan Keperawatan (ASKEP) Tetanus


https://www.academia.edu/35781356/ASUHAN_KEPERAWATAN_ASKEP_TE
TANUS. (Diakses pada tanggal 11 April 2022).

Baticaca. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan.
Sudouo Aru, dkk. 2010. Buku ajar ilmu keperawatan penyakit dalam, jilid 1,2,3,
Edisi ke empat. Jakarta : Internal Publishing.

19

Anda mungkin juga menyukai