LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DISMENORE PRIMER Cicilia

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN DISMENORE


PRIMER

DIPUSKESMAS WARU

DISUSUN OLEH :
CICILIA SAPUTRA
NIM. PO722442267

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan pada Remaja
Dengan Dismenore Primer.

Asuhan Kebidanan pada Remaja Dengan Dismenore ini tidak akan selesai tepat
pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan Kebidanan


ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan penyusunan yang akan datang.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Penajam, Agustus 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................................. iii

DAFTAR ISI................................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1

A. Latar Belakang................................................................................................. 1

B. Tujuan............................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 3

A. Konsep Dasar Teori Dismenore....................................................................... 3

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Remaja Dengan


Dismenore........................................................................................................10

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menstruasi merupakan suatu tanda mulai matangnya organ reproduksi pada


remaja.Menstruasi dimulai antara usia 12-15tahun dan dapat menimbulkan
berbagai gejala pada remaja, diantaranya konsentrasi buruk, sakit kepala terkadang
disertai vertigo, perasaan cemas, gelisah dan nyeri perut (kram) atau biasa disebut
dengan dismenore(Priscilla & Ningrum, 2012).
Dismenore adalah ketidaknyamanan selama hari pertama atau hari kedua
menstruasi yang sangat umum terjadi. Dismenore adalah menstruasi yang
menimbulkan nyeri dan merupakan salah satu masalah ginekologis yang paling
umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Jadi dapat disimpulkan dismenore
adalah menstruasi yang disertai dengan rasa nyeri (kram) pada daerah perut dan
terjadi pada hari pertama, serta merupakan masalah ginekologis yang umum terjadi
pada wanita (Marlinda & Purwaningsih 2013).
Menurut WHO (2016) cukup tinggi di dunia , angka kejadian dismenore
primer 50% perempuan disetiap negara, didapatkan kejadian sebesar 1.769.425
jiwa (90%) perempuan yang mengalami dismenore, 10-15% mengalami dismenore
berat(Stres et al., 2018). Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25 %
yang terdiri dari54,89% dismenore primer dan 9,36 %dismenore sekunder
(Hapsari & Anasari, 2013).Apabila dismenore tidak segera ditangani maka dapat
menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas para wanita khususnya
remaja.Wanita tidak bisa beraktivitas secara normal dan memerlukan penanganan
atau resep obat.Dari 30-60% wanita yang mengalami dismenore, sebanyak 7-15%
yang tidak pergi ke sekolah atau bekerja (Ningsih, 2011).
Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah kerusakan
lebih lanjut dengan memberikan dorongan untuk keluar dari situasi yang

1
menyebabkan nyeri. Intervensi untuk mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri
dismenore yaitu intervensi farmakologis dan non farmakologis. Perawat berperan
besar dalam penanggulangan nyeri secara non farmakologis, yang salah satunya
dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam sesuai dengan teori Lamage
(2013) dalam (Suslia & Lestari, 2014).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek klinik, diharapkan mahasiswa dapat
melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan Dismenore.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan konsep dasar teori Dismenore
b. Mendeskripsikan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan
Dismenore
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Remaja dengan gangguan haid
dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Remaja
dengan gangguan haid dalam bentuk catatan SOAP.
e. Melakukan pembahasan adanya kesenjangan antara teori dan praktik di
lapangan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Dismenore


1. Pengertian
Dismenore berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti sulit, nyeri,
abnormal, meno berarti bulan, dan rhea berarti aliran. Dysmenorhea atau
dismenore dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada saat menstruasi.
Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian
bawah saat menstruasi. Namun, istilah dismenore hanya dipakai bila nyeri
begitu hebat sehingga mengganggu aktivitas dan memerlukan obat-
obatan. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan
relaksasi. Pada umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun
kontraksi yang hebat sering menyebabkan aliran darah ke uterus
terganggu sehingga timbul rasa nyeri (Sukarni, 2013)
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang
terjadi selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan haid
dan berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari hingga mencapai
puncak nyeri. Dismenore terbagi menjadi dismenore primer dan
sekunder( Noor M & dkk, 2010). Dismenore primer merupakan nyeri
haid yang tidak didasari kondisi patologis, sedangkan dismenore sekunder
merupakan nyeri haid yang didasari dengan kondisi patologis seperti
ditemukannya endometriosis atau kista ovarium. Onset awal dismenore
primer biasanya terjadi dalam waktu 6 sampai 12 bulan setelah menarche
dengan durasi nyeri umumnya 8 sampai 72 jam (Latthe P & dkk., 2012).
Dismenore primer berkaitan dengan kontraksi otot uterus (miometrium)
dan sekresi prostaglandin, sedangkan dismenore sekunder disebabkan
adanya masalah patologis di rongga panggul. (Ningsih R., 2012)

1
Dismenore didefinisikan sebagai gejala kekambuhan, atau istilah
medisnya disebut catmenial pelvic pain, merupakan keadaan seorang
perempuan mengalami nyeri saat menstruasi yang berefek buruk
menyebabkan gangguan melakukan aktivitas harian karena nyeri yang
dirasakannya. Kondisi ini dapat berlangsung 2 hari atau lebih dari
lamanya hari menstruasi yang dialami setiap bulan. Keadaan nyeri saat
menstruasi dapat terjadi pada segala usia (Afiyanti;Anggi Pratiwi, 2016).

2. Jenis-jenis Dismenore
Ada dua bentuk yaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenore
primer yaitu nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis dan
kelamin (Manuaba, 2009). Dismenore primer dikenal sebutan PMS
(primary dismenorrhea) dan tidak memiliki patofisiologi khusus. Pada
umumnya dismenore primer sering dikenal dengan gejala premenstrual
sindroma yang disebabkan oleh kelebihan hormon prostaglandin pada
jaringan endometrium (Afiyanti; Anggi Pratiwi, 2016). Dismenore
sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan kalinan anatomis
yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah haid yang disertai
infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip serviks,
pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) (Manuaba,
2009).
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan
alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer biasanya terjadi dalam 6-
12 bulan pertama setelah haid pertama, segera setelah siklus ovulasi
teratur ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang
terkelupas melepaskan prostaglandin (kelompok persenyawaan mirip
hormon kuat yang terdiri dari asam lemak esensial. Prostaglandin
merangsang otot uterus (rahim) dan mempengaruhi pembuluh darah;
biasa digunakan untuk menginduksi aborsi atau kelahiran) yang

2
menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah ke rahim) melalui
kontraksi myometrium (otot dinding rahim) dan vasoconstriction
(penyempitan pembuluh darah). Peningkatan kadar prostaglandin telah
terbukti ditemukan pada cairan haid pada perempuan dengan dismenore
berat. Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama
haid. Vasopressin (disebut juga: antidiuretic hormone, suatu hormon yang
disekresi oleh lobus posterior kelenjar pituitari yang menyempitkan
pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah, dan mengurangi
pengeluaran excretion = air seni) juga memiliki peran yang sama (Dito
Anurogo dan Ari Wulandari, 2011).
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama,
tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahunan, setelah tahun-
tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat
berperan pada dismenore sekunder. Namun, penyakit pelvis yang
menyertai haruslah ada. Penyebab yang umum, di antaranya termasuk
endometriosis (kejadian dimana jaringan endometrium berada di luar
rahim, dapat ditandai dengan nyeri haid, adenomyosis (bentuk
endometritis yang invasive), polip endometrium (tumor jinak di
endometrium), chronic pelvic inflamatory disease (penyakit radang
panggul menahun, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IU (C) D
[intrauterine (contraceptive) device] (Dito Anurogo dan Ari Wulandari,
2011).
3. Etiologi Dismenore
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi disritmik
miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri
yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri
spasmodik di sisi medial paha (Dito Anurogo dan Ari Wulandari, 2011).
Berikut adalah penyebab nyeri haid berdasarkan klasifikasinya.

3
Faktor-faktor yang memegang peranan sebagai penyebab dismenore
primer, antara lain:
a) Faktor kejiwaan
Faktor kejiwaan atau gangguan psikis, seperti rasa bersalah, ketakutan
seksual takut hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik dengan
masalah jenis kelaminnya, dan imaturitas (belum mencapai
kematangan) (Dito Anurogo dan Ari Wulandari, 2011).
b) Faktor konstitusi
Faktor ini yang erat hubungannya dengan faktor tersebut diatas, dapat
juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti
anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi
timbulnya dismenore menurut (Sukarni, 2013).
c) Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.
Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan
kontraktilitas otot usus. Clithereo dan Pickles menjelaskan bahwa
karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin
yang berlebihan dilepaskan kedalam peredaran darah, maka selain
dismenore, dijumpai pula efek umum, seperti diare. Nausea, muntah,
flushing menurut (Sukarni, 2013).
d) Kelainan organ
Kelainan organ, seperti retrofleksia uterus (kelainan letak arah
anatomis rahim), hiploplasia uterus (perkembangan rahim yang tak
lengkap), obstruksi kanalis servikalis (sumbatan salauran jalan lahir),
mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang terdiri jaringan otot),
dan polip endrometrium menurut (Dito Anurogo dan Ari Wulandari,
2011). Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya
dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan

4
uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis
servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor
yang penting sebagai penyebab dismenore Menurut (Sukarni, 2013).
Sedangkan beberapa faktor penyebab dari dismenore sekunder adalah:
1) Endometriosis
2) Fobroid
3) Adenomiosis
4) Peradangan tubafalopii
5) Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut
6) Pemakaian IUD
4. Patofisiologi Dismenore
a) Dismenore Primer
Dismenore primer terjadi karena peningkatan prostaglandin
(PG) F2-alfa yang merupakan suatu siklooksigenase (COX-2) yang
mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium
sehingga terjadi iskemia dan nyeri pada bagian bawah perut. Adanya
kontraksi yang kuat dan lama pada dinding rahim, hormon
prostaglandin yang tinggi dan pelebaran dinding rahim saat
mengeluarkan darah haid sehingga terjadilah nyeri saat haid.( Marlina
E., 2012)
Konsentrasi PGE2 dan PGF2α endometrium relatif rendah
pada fase proliferatif pra-ovulasi, namun akan meningkat selama fase
sekresi, mencapai kadar tertingginya selama menstruasi. Kenyataan
ini mengisyaratkan bahwa steroid-steroid seks, khususnya
progesteron, berperan dalam peninggian kadar prostaglandin yang
dapat menyebabkan dismenore. Temuan ini juga konsisten dengan
kejadian dismenore yang hampir eksklusif pada siklus-siklus
ovulatorik.

5
Faktor-faktor biopsikososial yang melibatkan individu ataupun
keluarga, atau kedunya, dapat menetukan sifat nyeri dismenore
primer. Faktor- faktor ini lebih unik untuk nyeri dismenore
dibandingkan nyeri yang berasal dari sumber lainnya.
b) Dismenore Sekunder
Dismenore Sekunder terjadi akibat adanya kelainan yang dapat
berujung pada kematian dan sterility atau kemandulan nyeri haid yang
disertai kelainan anatomis genitalis yaitu endometriosis, radang
pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis.
Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang
berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada perempuan yang
lebih tua sekitar umur 30-40 tahun dan dapat disertai dengan gejala
yang lain seperti dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang
abnormal (Depkes R.I. Profil Kesehatan Indonesia, 2008)
5. Gejala Klinis Dismenore
Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan
menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual,
sembelit atau diare dan sering berkemih. Gejala utama adalah nyeri
dismenore terkonsentrasi di perut bagian bawah, di daerah umbilikus atau
daerah suprapubik perut. Hal ini juga sering dirasakan di perut kanan atau
kiri. Hal itu dapat menjalar ke paha dan punggung bawah. Gejala lain
mungkin termasuk mual dan muntah, diare atau sembelit, sakit kepala,
pusing, disorientasi, hipersensitivitas terhadap suara, cahaya, bau dan
sentuhan, pingsan, dan kelelahan. Gejala dismenore sering dimulai segera
setelah ovulasi dan dapat berlangsung sampai akhir menstruasi. Ini karena
dismenore sering dikaitkan dengan perubahan kadar hormon dalam tubuh
yang terjadi dengan ovulasi Menurut (Sukarni, 2013).

6
6. Berikutadalah beberapa cara mengatasi nyeri saat menstruasi:
a) Kompres dengan botol air panas tepat pada tempat yang terasa sakit
(perut atau pinggang)
b) Mandi air hangat
c) Minum air hangat yang mengandung tinggi kalsium
d) Coba untuk berjalan
e) Menggosok perut atau pinggang yang sakit
f) Ambil posisi menunggingagar posisi rahim menggantung sehingga
lebih relaks
g) Obat-obatan yang digunakan harus dengan pengawasan dokter atau
petugas kesehatan lainnya.

7
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan Dismenore

I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : usia berisiko <12 tahun dapat melakukan preventiv
terhadap kemungkinan dismenore primer (Larasati &
Alatas, 2016). Disminorea sekunder paling sering muncul
di usia 30-an atau 40-an (Nurwana, Yusuf Sabilu, 2018).
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

2. Alasan datang periksa/ Keluhan utama


Keluhan utama yang diungkapkan adalah nyeri menstruasi yang terjadi
terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke
punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis
(Sinaga, E., Saribanon et al., 2017).

3. Riwayat kesehatan klien


Perlu dikaji adanya riwayat penyakit tumor / kanker maupun penyakit-
penyakit lain yang diderita pasien, khususnya penyakit kandungan seperti
Mioma, Kista, Endometritis. Riwayat penyakit berhubungan adanya
kemungkinan pengaruh penyakit dengan sistem hormonal maupun
kemungkinan munculnya stres akibat penyakit yang diderita.

8
4. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Riwayat Keluarga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya dismenore primer. Dua dari tiga wanita yang
menderita dismenore primer mempunyai riwayat dismenore primer pada
keluarganya. bahwa riwayat keluarga dismenore merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer (Maryam, 2016).

5. Riwayat Haid :
Perlu dikaji riwayat menarche, HPHT, disminorea, serta siklus menstruasi.
Menarche digunakan sebagai dasar dalam menentukan diagnosa bukan
disminorea, faktor menarche sangat besar peengaruhnya terhadap kejadian
dismenore primer. Maka dalam hal ini perlu diperhatikan bagi remaja
yang telah mengalami menarche pada usia berisiko <12 tahun dapat
melakukan preventiv terhadap kemungkinan dismenore primer yang akan
dialaminya (Larasati & Alatas, 2016).

6. Riwayat Obstetrik
kolom riwayat obstetrik yang lalu penting dikaji untuk menegakan
diagnosis apakah pasien termasuk ke dalam disminore sekunder atau
primer.

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Suami Ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Abnor Laktasi Peny

9
7. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Wanita dengan indeks masa tubuh (IMT) kurang dari berat badan
normal dan kelebihan berat badan (overweight) lebih mungkin untuk
menderita dismenore jika dibandingkan dengan wanita dengan IMT
normal (Charu S & dkk, 2012)
Eliminasi BAK hendaknya 3-4x/hari berwarna kuning jernih tidak terdapat
endapan ataupun busa. BAB 1x/hari konsistensi lembek dan berwarna
khas.

Istirahat Klien minimal tidur malam selama 6 jam hal ini bermanfaat untuk
menjaga kesehatan klien.

Aktivitas Aktifitas klien merupakan salah satu faktor yang mungkin bisa
menyababkan timbulnya masalah pada keadaan klien seperti
aktivitas yang terlalu berat dan melelahkan.

Personal Menjaga kebersihan tubuh dan terutama pada alat genetalia,


Hygiene mencegah terjadinya infeksi. Usahakan agar klien mandi dengan air
bersih dan juga membersihkan daerah vital.

Kebiasaan Pengkajian mengenai obat-obatan yang dapat memicu terjadinya


disminore, misalnya mengkonsumsi hormon tambahan (Larasati &
Alatas, 2016).

8. Riwayat psikososiokultural Spiritual :

10
Timbulnya rasa nyeri pada menstruasi biasanya disebabkan karena
seseorang sedang mangalami stres yang dapat mengganggu kerja sistem
endokrin, sehingga dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan
menimbulkan rasa sakit pada saat menstruasi (Icemi dan wahyu, 2013).

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum pasien
Kesadaran : composmentis
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : (100-120/ 80-90mmhg).
Suhu : (36,5-37,5 0C)
Nadi : (60-100x/i)
Pernafasan : (16-20x/i)
c. Antropometri
Tinggi badan :
Berat badan :
LILA : (23,5 cm)
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Kulit kepala bersih/tidak, ada luka/tidak, kontruksi
rambut kuat/tidak, distribusi rambut merata/tidak
Muka : odem/tidak, pucat/tidak
Mata : Konjunctiva merah muda, jika agak putih kemungkinan
terjadi anemia (Varney, 2001), sclera putih/kuning
Telinga : Bersih
Hidung : Bersih/tidak, polip ada/tidak
Mulut dan gigi : Bibir merah muda, caries dentis ada/tidak, stomatitis
ada/tidak, lidah tremor/tidak

11
Leher : terdapat pembekakan pada tonsil/tidak, vena jugularis
terdapat bendungan/tidak, terdapat pembekakan pada
tonsil atau tidak, terdapat pembekakan pada limfe/tidak)
Dada : tidak ada retraksi dinding dada, bunyi jantung teratur,
tidak ada suara napas tambahan seperti ronki atau mengi
Payudara : terjadi pembesaran/ tidak, puting susu normalnya
menonjol pada ibu, tidak terdapa lecet pada puting susu
ibu jika terdapat lecet kemerahan serta nyeri berarti ibu
mengidap infeksi. (KIA Kementrian RI, 2016), tidak/ada
retraksi pada payudara, teraba nyeri/tidak, ada
massa/tidak
Abdomen : Nyeri perut bagian bawah (Sinaga, E., Saribanon et al.,
2017), bekas operasi ada/tidak
Genetalia : Vulva bersih/tidak, vagina bersih, ada pengeluaran
secret/tidak, oedema ada/tidak, varices tidak/ada, luka
parut tidak/ada, fistula tidak/ada, anus ada hemoroid
eksterna atau tidak (Varney, 2008)
Ekstremitas : simetris/tidak, odem atau tidak, ada varices/tidak,
odem/tidak, capilari refill kembali dalam 2 detik/tidak

Pemeriksaan Penunjang : USG

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosis : Remaja usia …. tahun dengan Disminore Primer/Sekunder


Masalah : Rasa tidak nyaman

12
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

Diagnosis Potensial Dismenore Primer :-

Diagnosis Potensial Dismenore Sekunder :

a. Endometriosis

b. Pelvic inflammatory disease

c. Tumor dan kista ovarium

d. Oklusi atau stenosis servikal

e. Adenomyosis

f. Fibroids

g. Uterine polyps

h. Intrauterine adhesions

i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)

j. Intrauterine contraceptive device

k. Transverse vaginal septum

l. Pelvic congestion syndrome

m.Allen-Masters syndrome

Masalah Potensial : Cemas

13
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan gynekologi untuk pemberian


terapi dan pemeriksaan lebih lanjut dan menyeluruh.

V. INTERVENSI

1. Jelaskan hasil pemeriksaan


; Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan pada klien maka klien dapat
mengetahui keadaan dan kondisinya sehingga klien lebih tenang.
2. KIE pada klien mengenai disminore
; Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2012).
3. KIE tentang cara mengatasi nyeri haid dengan teknik relaksasi nafas
dalam, kompres air hangat, olahraga ringan dan istirahat yang cukup.
; Teknik relaksasi nafas dalam adalah mengurangi atau bahkan
menghilangkan rasa nyeri yang terjadi pada individu tersebut,
ketentraman hati, dan berkurangnya rasa cemas (Arfa, 2013). Untuk
mengatasi nyeri haid ini dapat digunakan terapi nonfarmakologis
terdapat beberapa cara yaitu dengan kompres air hangat, olah raga, dan
tidur cukup (Tu F, 2007).

4. KIE tentang nutrisi seimbang


; Mengurangin rasa nyeri haid diantanya vitamin yang terdiri dari vitamin
A, E, B6 dan C, serta mineral yang terdiri dari kalsium dan magnesium
(Devi, 2012).
5. KIE tentang psikologis bahwa klien dianjurkan untuk tidak stress

14
; Peningkatan tingkat stres dapat menyebabkan nyeri saat menstruasi.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis yang menyebabkan nyeri saat
menstruasi meningkat dengan peningkatan kontraksi uterus. Pada saat
stres, tubuh juga akan memproduksi hormon prostaglandin dan estrogen
yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan bertambahnya kontraksi
uterus yang berlebihan dan menimbulkan dismenore. Hormon adrenalin
juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot
rahim dan menjadikan dismenore (Sari et al., 2015).
6. Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan gynekologi.
; Pemeriksaan dan terapi pada dokter spesialis akan mendapatkan
pelayanan yang tepat dan kooperensif

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah di susun. Pelaksanaan ini bisa di lakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan yang
lainnya .

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefekitfan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.

15
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y. and Pratiwi (2016) Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Anurogo, Dito, Ari , Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid Yogyakarta:
Andi Yogyakarta\
Arfa, M. 2013. Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada
pasien post-operasi appendisitis di ruangan bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei
Saboe Kota Gorontalo, Tesis,Universitas Negeri Gorontalo

Buku KIA, 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


Charu S, Amita R, Sujoy R, Thomas GA. Menstrual characteristics and prevalence
and effect of dysmenorrhea on quality of life of medical students. International
Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health. 2012;
4(4):276-94.

Devi, M. (2012). Gizi Saat Sindrom Menstruasi. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Icemi Sukarni K, & Wahyu P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas dilengkapi
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Latthe P, Champaneris R, Khan K. Dysmenorrhea. American Family Physician. 2012;
85(4):386-7.
Llewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar – dasar obsteri dan gynekologi / Derek
Llewellyn-Jones, Edisi 6. Jakarta: Hipokrates.
Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G. F., Manuaba, I. B. G. 2010. Buku Ajar Penuntun
Kuliah Ginekologi. Jakarta: Trans Info Media.
Marlinda, &Purwaningsih, P. 2013. Pengaruh senam dismenore terhadap penurunan
dismenore pada remaja putri di Desa Sidoarjo Kecamatan Pati.vol. 1,no, 2,
hh.118-123.33
Maryam, S. 2016. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta: Salemba Medika

16
Ningsih R. Efektivitas paket pereda terhadap intensitas nyeri pada remaja dengan
dismenore di SMAN kecamatan curup [tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia;
2012.
Noor MS, Yasmina A, Hanggarawati CD. Perbandingan kejadian dismenore pada
akseptor pil kb dengan akseptor suntik kb 1 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Pasayangan. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2010; 9(1):14-17.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan Dan Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta


Priscilla, V& Ningrum, D. 2012.Perbedaan pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
dan kompres hangat dalam menurunkan dismenore pada remaja SMA Negeri 3
Padang,vol. 8, no. 2, hh.187-195.
Sari, Diana., Adnil E.N., Defrin., 2015. Hubungan Stres dengan Kejadian Dismenore
Primer pada Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(2): 567-70.
Stres, T., Dengan, R., & Menstruasi, S. (2018). No Title.
Sukarni, I.K., & P, W. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Suslia & Lestari. 2014. Keperawatan medikal bedah manajemen klinis untuk hasil
yang diharapkan.eds. 8, vol. 1, Jakarta: P.T Salemba Emban Patria.
Varney, Helen, dkk. (2008). Buku Ajar Asuhan kebidanan volume 2 edisi 4. Jakarta :
EGC

17

Anda mungkin juga menyukai