Etikol IAI Bab 8
Etikol IAI Bab 8
Etikol IAI Bab 8
KELOMPOK 4
Patricia Rachmawati - 125190244
Yuni Anggriani - 125190256
Tabita Giovani - 125190258
Riki Yanto - 125190262
Latar Belakang
Pemegang saham adalah penyedia modal bagi perusahaan. Tujuan utama dari
perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham dan menyelaraskan
kepentingan manajemen dengan pemegang saham serta memperhatikan kepentingan
pemangku kepentingan.
Pemegang saham juga mempunyai hak untuk berpartisipasi dan mendapatkan informasi
yang memadai terkait keputusan mengenai perubahan mendasar yang terjadi di perusahaan,
seperti:
1. Amandemen statuta atau akte pendirian perusahaan.
2. Otorisasi tambahan saham.
3. Transaksi luar biasa/material, termasuk diantaranya pengalihan hampir semua aset
perusahaan.
Pedoman GCG yang dikeluarkan KNKG (2006) juga menyebutkan hak-hak dasar
pemegang saham tersebut, yaitu:
a. Hak untuk menghadiri, menyampaikan pendapat, dan memberikan suara dalam RUPS;
b. Hak untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu, benar dan
teratur, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia;
c. Hak untuk menerima bagian dari keuntungan perusahaan yang diperuntukkan bagi
pemegang saham dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan lainnya;
d. Hak untuk memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai
prosedur yang harus dipenuhi berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS;
e. Dalam hal terdapat lebih dari satu jenis dan klasifikasi saham dalam perusahaan, maka:
(i) setiap pemegang saham berhak mengeluarkan suara sesuai dengan jenis, klasifikasi,
dan jumlah saham yang dimiliki; dan (ii) setiap pemegang saham berhak untuk
diperlakukan setara berdasarkan jenis dan klasifikasi saham yang dimilikinya.
Penyelenggaraan RUPS
Pemegang saham perusahaan tidak dapat memegang tanggung jawab untuk mengelola
aktivitas perusahaan. Tanggung jawab untuk strategi dan operasi perusahaan berada di tangan
dewan dan manajemen. Untuk memfasilitasi hak-hak pemegang saham untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan material dalam perusahaan, maka perlu diselenggarakan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
Namun belum ada aturan yang mengharuskan perusahaan untuk memberikan informasi
kepala pemegang saham mengenai prosedur pengambilan suara dalam RUPS maupun
prosedur bagi pemegang saham non pengendali untuk mengajukan calon anggota
dewan. Di pedoman KNKG (2006) disebutkan nominasi anggota dewan seharusnya
dilakukan oleh Komite Nasional dan Remunerasi, yang diketuai oleh komisaris
independen. Penunjukan komisaris independen seharusnya memperhatikan masukan
dari pemegang saham minoritas, yang diperoleh melalui komite tersebut.
Pengungkapan Struktur Kepemilikan, termasuk Kepemilikan Piramid, Cash-flow Right,
Control Right dan Hubungan dengan Insentif untuk Ekspropriasi
Menurut OECD (2004), apabila terdapat struktur modal maupun perjanjian terkait modal
saham yang memungkinkan pemegang saham tertentu untuk mendapatkan tingkat
pengendalian yang tidak proporsional dengan kepemilikan sahamnya, maka hal tersebut perlu
diungkapkan. Adanya struktur piramida, cross shareholdings (UU melarang cross-holding),
serta saham dengan hak suara terbatas atau hak suara yang berbeda dapat mengurangi
kemampuan pemegang saham minoritas untuk mempengaruhi kebijakan perusahaan.
Control right (voting right) atau hak kendali atau hak suara adalah kemampuan untuk
menggunakan hak suara dalam RUPS. Prinsip yang umum adalah one share one vote.
Sedangkan cash flow right adalah hak atas pembayaran kas atau dividen. Jika pemegang
saham pengendali memiliki perusahaan melalui struktur piramida atau cross-shareholding,
maka dimungkinkan control right dari pemegang saham tersebut lebih besar dibandingkan cash
flow right-nya. Hal ini menimbulkan insentif untuk melakukan ekspropriasi atas pemegang
saham minoritas.
Berikut adalah ilustrasi mengenai cash flow right dan control right. Alternatif A adalah
jika investor memutuskan untuk investasi langsung di perusahaan publik dan Alternatif B
menggunakan struktur piramida yaitu investasi tidak langsung melalui perusahaan lain. Control
right dihitung dari persentase kepemilikan yang paling kecil dari rantai kepemilikan.
Adanya perbedaan control right dalam struktur piramida tersebut dapat menimbulakn
motivasi untuk melakukan ekspropriasi. Contoh : investor A sebagai pengendali dari PT B, yang
mengendalikan PT A dapat mengarahkan terjadinya transaksi yang dilakukan perusahaan
publik, seperti penjualan aset dari perusahaan publik keperusahaan lain yang dimiliki investor A,
misal PT B. Aset di perusahaan publik tersebut dijual dengan harga lebih rendah dari harga
pasar sehingga menimbulkan kerugian di perusahaan publik. Misal kerugian tersebut sebesar
Rp 100 juta. Bagi PT B yang membeli aset tersebut akan mendapatkan keuntungan Rp 100
juta. Kerugian yang diderita perusahaan publik akan menjadi tanggungan dari semua
pemegang saham. Investor A sebagai pemegang saham tidak langsung hanya akan rugi
sebesar cash flow right-nya yaitu 42%, namun investor A mendapatkan keuntungan sebagai
pemegang saham langsung PT B yaitu sebesar 70%. Ilustrasi ini menunjukkan selisih antara
ekspropriasi juga semakin besar. Oleh karena itu, informasi mengenai pemegang saham ultimat
perusahaan merupakan informasi penting bagi pemegang saham perusahaan.
Peraturan Bapepam-LK X.K.6 yang direvisi tahun 2012 telah mengharuskan adanya
pengungkapan informasi mengenai pemegang saham utama dan pengendali, baik langsung
maupun tidak langsung, sampai kepada pemilik individu, yang disajikan dalam bentuk skema
atau diagram. Peraturan Bapepam-LK tersebut juga mengharuskan adanya uraian tentang
nama Komisaris dan Direktur dan persentase kepemilikannya dalam saham perusahaan.
Namun belum diwajibkan adanya pengungkapan mengenai kepemilikan saham tidak langsung
dari Komisaris dan Direktur tersebut.
Menurut OECD, aturan dan prosedur mengenai akuisisi pengendalian perusahaan dan
transaksi luar biasa harus diatur spesifik dan diungkapkan sehingga investor paham hak dan
kewajibannya. Anti-take-over-devices tidak dapat digunakan oleh manajemen dan dewan untuk
menghindari akuntabilitas.
Pasar Pengendalian adalah salah satu mekanisme tata kelola perusahaan, yaitu pasar
bertindak sebagai salah satu alat untuk mendisiplinkan manajemen.
Belum ada aturan spesifik mengenai tugas dewan saat pengambilalihan dan aturan mengenai
Anti-take-over-devices.
Berdasarkan OECD, investor institusi harus dapat menggunakan hak-haknya. Investor institusi
yang bertindak dalam kapasitasnya sebagai fidusia harus mengungkapkan kebijakan tata kelola
perusahaan dan voting policies terkait investasi yang dilakukannya. Dan juga harus
mengungkapkan bagaimana mereka mengelola konflik kepentingan yang timbul dari hubungan
bisnis yang material, seperti perjanjian untuk mengelola dana portofolio perusahaan.
Belum ada aturan spesifik mengenai investor institusi. Terkait tata kelola yang harus diadopsi
investor institusi, Bapepam-LK mengeluarkan pedoman mengenai tata kelola dana pensiun.
Para Pemegang Saham untuk Saling Berkontribusi terkait dengan Pelaksanaan Hak-
haknya
Pemegang saham termasuk pemegang saham institusional, dapat berkomunikasi satu sama
lain terkait hak-hak pemegang saham. Pemegang saham individu dan institusional dapat
bekerjasama dan berkoordinasi untuk menominasi dan memilih anggota dewan, memasukkan
agenda dalam RUPS, dan melakukan diskusi langsung dengan perusahaan untuk
meningkatkan tata kelola perusahaan. Belum ada aturan yang mendorong perusahaan untuk
memfasilitasi pemegang saham untuk berkonsultasi satu dengan yang lain.
Berdasarkan Bank Dunia, skor tata kelola Indonesia mengalami peningkatan bila dibandingkan
dengan penilaian pertama pada tahun 2004. Skor tersebut berasal dari hak-hak pemegang
Pemegang Saham. Pada tahun 2004, skor prinsip Hak-hak Pemegang Saham adalah 56, dan
pada tahun 2010 meningkat menjadi 72.
Nilai rata-rata untuk kategori ini paling rendah dibandingkan nilai rata-rata kategori lain :
pada tahun 2-12 adalah 33,1, dan tahun 2013 adalah 41,5. Rendahnya rata-rata skor
disebabkan karena buka perusahaan publik di Indonesia tidak mempublikasikan notulensi
RUPS, yang memberikan informasi berguna bagi investor untuk mengevaluasi proses dan
substansi dari RUPS tersebut. Panggilan RUPS tidak dilakukan paling lambat 21 hari sebelum
tanggal RUPS dan sebagian besar perusahaan publik tidak mengumumkan hasil RUPS lebih 1
hari setelah tanggal RUPS. Item-item agenda yang memerlukan persetujuan RUPS umumnya
tidak disertai penjelasan dan rationale dari Direksi Perusahaan tidak mengungkapkan
keberadaan kebijakan yang memungkinkan pemegang saham untuk memilih direksi dan
komisaris secara individu. Sebagian besar perusahaan publik juga membayarkan dividen lebih
dari 30 setelah diumumkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian praktik perlindungan terhadap hak-
hak pemegang saham di perusahaan terbuka dengan menggunakan ASEAN CG Scorecard :
1. Hak-hak dasar pemegang saham
2. Hak pemegang saham untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait
perubahan fundamental perusahaan, seperti amandemen anggaran dasar perusahaan,
otorisasi saham tambahan, transfer aset perusahaan yang pada dasarnya
mengakibatkan penjualan perusahaan.
3. Hak untuk berpartisipasi secara efektif dalam dan pengambilan suara dalam RUPS dan
diinformasikan mengenai aturan, termasuk prosedur pengambilan suara yang mengatur
berjalannya RUPS
4. Transparansi panggilan dan penyelenggaraan RUPS