Laporan Resmi Bidang Miring

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
Gerak dapat didefinisikan sebagai perubahan yang sesungguhnya berlangsung
secara terus menerus. Gerak seluruhnya dapat diketahui apabila kita mengetahui
bagaimana gerak benda pada suatu titik pada benda tersebut. Gerak pada bidang miring
ini, terdapat sudut kemiringan dan gaya gesekan yang sangat mempengaruhi dari gaya
gesek itu sendiri.
Gerak atau perpindahan kedudukan suatu benda biasanya disebabkan oleh gaya,
jadi apabila ada suatu gaya yang bekerja pada sebuah benda maka benda itu akan
bergerak atau berpindah tempat. Secara umum, gaya didefinisikan sebagai sesuatu yang
dapat mengubah keadaan gerak atau benda. Suatu benda bergerak karena gaya. Gaya
juga dapat memperlambat atau mempercepat gerak benda. Gaya juga dapat dikatakan
sebagai tarikan atau dorongan.
Gaya gesekan diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Gerak pada bidang miring
ini terdapat dua gerak yaitu gerak menaik atau menurun, yang masing-masing juga
dipengaruhi oleh waktu dan jarak yang telah ditempuh serta apakah terjadi pemantulan
pada ujung track.
Jenis gerak dari suatu benda ditentukan oleh bentuk lintasan. Suatu gerak
disebut gerak lurus, apabila lintasannya merupakan lingkaran. Gerak parabola apabila
lintasannya parabola, tidak ada gesekan antara benda dengan bidang miring, bila
bidangnya licin sempurna. Sedangkan yang menyebabkan benda bergerak adalah gaya
yang sejajar dengan bidang miring.
Isaac Newton telah merumuskan tiga asas tentang suatu pengamatan yang
berdasarkan teorinya yang dikenal dengan hukum Newton. Hukum Newton pertama
berbunyi bahwa setiap benda yang diam akan tetap diam dan setiap benda yang
bergerak akan tetap bergerak lurus beraturan, kecuali jika adanya gaya lain yang tidak
seimbang bekerja pada benda itu.
Hukum Newton kedua berbunyi bahwa setiap percepatan yang timbul oleh gaya
yang bekerja pada sebuah benda berbanding lurus dengan besarnya gaya penggerak itu
dan arah sama dengan gaya tersebut.
Hukum Newton yang ketiga berbunyi bahwa jika sebuah benda bermasa
mengerjakan sebuah gaya yang sama pada yang lain, maka benda ini mengerjakan
sebuah gaya yang sama pada benda yang pertama sama besar tapi berlawanan arah.
Dua hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan hukum Newton yang ketiga ini
adalah yang pertama pasangan aksi akan reaksi selalu melibatkan dua benda dan
bekerja pada dua benda yang berlainan titik yang kedua besar gaya aksi sama besar
dengan gaya reaksi, tetapi arahnya berlawanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bidang miring adalah suatu permukaan datar yang dimiliki suatu sudut tegak
lurus terhadap permukaan horizontal. Penerapan bidang miring dapat mengatasi
hambatan besar dengan menerapkan gaya yang relatif lebih kecil melalui jarak yang
lebih maju, daripada jika beban itu diangkat vertikal. Dalam istilah, kemiringan (rasio
tinggi dan jarak) sering disebut gradien titik bidang miring adalah salah satu pesawat
sederhana yang umum dikenal.
Dinamika partikel adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang gaya yang
menyebabkan sebuah benda bergerak. Disini, benda masih dianggap partikel, artinya
benda hanya dilihat dengan suatu titik pusat mana saja. Untuk itu gerak translasi saja
diabaikan karena katrol bergerak melingkar. Karena massa katrol diabaikan maka inersia
katrol juga diabaikan sehingga katrol mengalami keseimbangan momen. Tegangan tali
sebelum dan sesudah lewat katrol sama.
Dasar untuk menyelesaikan dinamika partikel di atas adalah hukum Newton.
Hukum Newton merupakan tiga hukum fisika yang menjadi dasar mekanika klasik
hukum Newton dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Hukum Newton I
Benda yang diam akan bergerak jika diberi gaya. Benda yang sudah
bergerak dengan kecepatan tertentu akan tetap bergerak dengan kecepatan itu,
kecuali jika ada gaya lain yang menghambat. jika total gaya (resultan gaya) yang
ada pada benda sama dengan nol, maka benda itu akan diam (pada posisi awal
diam). Maka dapat dituliskan:
∑F = 0
2. Hukum Newton II
Hukum Newton II menjelaskan tentang keadaan benda jika resultan gaya
yang bekerja tidak nol. Oleh karena itu bunyi dari hukum Newton II adalah
percepatan suatu benda sebanding dengan resultan gaya yang bekerja dan
berbanding terbalik dengan masanya. Sehingga dapat dituliskan:
F = m.a
Dimana:
F = resultan gaya yang bekerja pada benda (N)
m = massa benda (kg)
a = percepatan benda (m/s²)
Resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan turunan dari
momentum linear benda terhadap waktu.
3. Hukum Newton III
Jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda yang
akan diberi gaya akan mengerjakan gaya pada benda pertama yang besarnya
sama dengan gaya yang diterima dengan arah berlawanan.
Dapat dikatakan bahwa aksi berbanding sama dengan reaksi dengan arah
berlawanan.
F aksi = - F reaksi
Hukum ini menyatakan bahwa tidak ada gaya yang timbul di alam
semesta ini, tanpa keberadaan gaya lain yang sama dan berlawanan dengan
gaya tersebut.

Adapun gerak jatuh bebas, yang dapat diartikan sebagai gerak yang dijatuhkan
tanpa kecepatan awal. Dengan gaya hambatan udara yang diabaikan, maka gaya yang
bekerja pada benda tersebut hanyalah gaya gravitasi titik gerak jatuh bebas termasuk
GLBB dipercepat dengan kecepatan awal v ៰ = 0, dan percepatan sebesar gaya gravitasi.
Ada beberapa gaya yang harus dikenali, antara lain gaya normal (N), gaya berat
(W), gaya gesek (F), gaya tegang tali (T), Inersia, dan lain-lain.
 Gaya Normal (N)
Gaya Normal adalah gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua
permukaan dan arahnya selalu tegak lurus dengan bidang sentuh.

 Gaya Berat (W)


Gaya berat atau biasanya disingkat berat adalah gaya gravitasi yang bekerja

pada suatu benda bermassa. Jika benda tersebut berada di bumi, maka gaya
gravitasi yang bekerja adalah gaya tarik bumi. Lambang gaya berat adalah w,
singkatan dari weight. Satuan berat adalah Newton (N). persamaan gaya berat
atau berat benda dapat dinyatakan sebagai berikut:
W = m.g
Dimana:
W = Berat benda (N)
m = Massa benda (kg)
g = Percepatan gravitasi (m/s²)
 Gaya Gesek (F)
Bila suatu benda bergerak pada suatu bidang, di mana bidang tersebut
tidak licin maka akan timbul gaya gesek. Gaya gesek merupakan gaya yang
bekerja jika permukaan dua benda bersentuhan secara langsung secara fisik.

Arah gesekan searah dengan permukaan bidang sentuh dan berlawanan dengan
arah kecenderungan gerak. Besar gaya gesek dipengaruhi oleh benda dan
koefisien gesek. Gaya gesek terdiri dari:
 Gaya gesek statis
- Bekerja pada benda diam
- Membuat benda bergerak dari keadaan diam
- Arah FS berlawanan dengan arah gaya yang bekerja pada benda
Fs = µₛ.N
Dimana:
Fs = gaya gesek statis
µₛ = koefisien gesek statis
N = gaya Normal
 Gaya gesek kinetis
- Bekerja pada benda yang bergerak meluncur
- Berlawanan dengan kecepatan
- Fk < Fs
Fk = µₖ.N
Dimana:
Fk = gaya gesek kinetis
µₖ = koefisien gesek kinetis
N = gaya Normal
Sebuah benda bergerak pada suatu permukaan, pada benda kerja
yang gesekan kinetis yang melawan arah gerak benda. Besar gaya kinetis
bergantung pada sifat antara dua permukaan yang bersentuhan. Untuk dua
permukaan benda tertentu, gaya gesekan kinetis sebanding dengan gaya
normal. Gaya gesekan tidak bergantung pada luas permukaan yang
bersentuhan. Sifat kasar dan licin nya permukaan dua bidang yang
bersentuhan dinyatakan dengan koefisien gesekan. Makin kasar permukaan
yang bersentuhan koefisien geseknya semakin besar.
 Gaya Tegang Tali (T)
Gaya tegang tali merupakan gaya yang bekerja pada ujung-ujung tali,
karena tali itu tegang. Jika tali dianggap ringan, maka tegangan pada kedua
ujung tali dianggap sama.
 Inersia
Inersia adalah kecenderungan suatu benda untuk tetap diam atau tetap
bergerak lurus dengan kecepatan tetap. Hukum Newton 1 sering juga disebut
hukum inersia.
LAPORAN SEMENTARA
Nama: Romadhani Lailatin Arbyana
NRP: 0119040005
Nama percobaan: Gaya Gesek Pada Bidang Miring

Praktikum A

m = 0.1 kg µ = 0.505

Percobaan Sudut Gaya Normal Gaya Gesek Gaya Sejajar Benda


ke- (degrees) (N) (N) (N)
1 10.0 0.985 0.497 0.174
2 20.0 0.940 0.475 0.342
3 30.0 0.866 0.437 0.500

Praktikum B

m = 0.1 kg sudut = 30.5

Percobaan µ Gaya Normal Gaya Gesek Gaya Sejajar Benda


ke- (N) (N) (N)
1 0.200 0.862 0.172 0.508
2 0.400 0.862 0.345 0.508
3 0.600 0.862 0.517 0.508

Tangkapan Layar hasil percobaan:


Praktikum sudut 30.0 derajat & praktikum nilai µ = 0.600
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Data
Berdasarkan hasil praktikum gaya gesek pada bidang miring, dapat
diperoleh hasil sebagai berikut:
g = 10 m/s²
N=W
N = m.g
1 = m×10
m = 0.1 kg

µ = 0.505
Percobaan Sudut Gaya Normal Gaya Gesek Gaya Sejajar Benda
ke- (degrees) (N) (N) (N)
1 10.0 0.985 0.497 0.174
2 20.0 0.940 0.475 0.342
3 30.0 0.866 0.437 0.500

sudut = 30.5
Percobaan µ Gaya Normal Gaya Gesek Gaya Sejajar Benda
ke- (N) (N) (N)
1 0.200 0.862 0.172 0.508
2 0.400 0.862 0.345 0.508
3 0.600 0.862 0.517 0.508

1. Menghitung Gaya Normal, Gaya Gesek, dan Gaya Sejajar Benda


a. m = 0.1 kg µ = 0.505
1) Sudut = 10.0
 Gaya Normal
N - W.cosθ = 0
N = m.g.cosθ
N = 0.1×10×cos(10)
N = 0.985 N
 Gaya Gesek
Fk = µ.N
Fk = 0.505×0.985
Fk = 0.497 N
 Gaya Sejajar Benda
F = W.sinθ
F = m.g.sinθ
F = 0.1×10×sin(10)
F = 0.174 N
2) Sudut = 20.0
 Gaya Normal
N - W.cosθ = 0
N = m.g.cosθ
N = 0.1×10×cos(20)
N = 0.940 N
 Gaya Gesek
Fk = µ.N
Fk = 0.505×0.940
Fk = 0.475 N
 Gaya Sejajar Benda
F = W.sinθ
F = m.g.sinθ
F = 0.1×10×sin(20)
F = 0.342 N
3) Sudut = 30.0
 Gaya Normal
N - W.cosθ = 0
N = m.g.cosθ
N = 0.1×10×cos(30)
N = 0.866 N
 Gaya Gesek
Fk = µ.N
Fk = 0.505×0.866
Fk = 0.437 N
 Gaya Sejajar Benda
F = W.sinθ
F = m.g.sinθ
F = 0.1×10×sin(30)
F = 0.500 N
b. m = 0.1 kg sudut = 30.5
1) µ = 0.200
 Gaya Normal
N - W.cosθ = 0
N = m.g.cosθ
N = 0.1×10×cos(30.5)
N = 0.862 N
 Gaya Gesek
Fk = µ.N
Fk = 0.200×0.862
Fk = 0.172 N
 Gaya Sejajar Benda
F = W.sinθ
F = m.g.sinθ
F = 0.1×10×sin(30.5)
F = 0.508 N
2) µ = 0.400
 Gaya Normal
N - W.cosθ = 0
N = m.g.cosθ
N = 0.1×10×cos(30.5)
N = 0.862 N
 Gaya Gesek
Fk = µ.N
Fk = 0.400×0.862
Fk = 0.345 N
 Gaya Sejajar Benda
F = W.sinθ
F = m.g.sinθ
F = 0.1×10×sin(30.5)
F = 0.508 N
3) µ = 0.600
 Gaya Normal
N - W.cosθ = 0
N = m.g.cosθ
N = 0.1×10×cos(30.5)
N = 0.862 N
 Gaya Gesek
Fk = µ.N
Fk = 0.600×0.862
Fk = 0.517 N
 Gaya Sejajar Benda
F = W.sinθ
F = m.g.sinθ
F = 0.1×10×sin(30.5)
F = 0.508 N
2. Menghitung nilai percepatan
a. m = 0.1 kg µ = 0.505
1) Sudut 10.0
F - Fk = m.a
0.174 - 0.497 = 0.1×a
a = - 3.230 m/s²
2) Sudut 20.0
F - Fk = m.a
0.342 - 0.475 = 0.1×a
a = - 1.330 m/s²
3) Sudut 30.0
F - Fk = m.a
0.500 - 0.437 = 0.1×a
a = 0.630 m/s²
b. m = 0.1 kg sudut = 30.5
1) µ = 0.200
F - Fk = m.a
0.508 - 0.172 = 0.1×a
a = 3.360 m/s²
2) µ = 0.400
F - Fk = m.a
0.508 - 0.345 = 0.1×a
a = 1.630 m/s²
3) µ = 0.600
F - Fk = m.a
0.508 - 0.517 = 0.1×a
a = - 0.090 m/s²
B. Pembahasan
Pada praktikum gerak bidang miring ini dapat dicari berat massa benda
pada saat permukaan datar (N = W). Sehingga didapatkan massa 0.1 kg.
Praktikum dibedakan menjadi 2 yaitu praktikum A dan praktikum B.
Praktikum A dengan koefisien gesek (µ) konstan yaitu 0.505 dan 3 variasi
sudut kemiringan bidang yaitu 10.0, 20.0, dan 30.0. Pada sudut kemiringan
bidang 10.0 didapatkan hasil 3 gaya yang dapat dilihat pada gambar. Namun,
karena titik pada gambar tidak terlalu akurat maka praktikan juga menghitung
secara manual untuk memastikan nilainya. Sehingga diperoleh gaya Normal,
gaya Gesek, dan gaya Sejajar Benda sebesar 0.985 N, 0.497 N, dan 0.174 N.
Untuk sudut kemiringan bidang 20.0 dan 30.0 dilakukan perhitungan
yang sama sehingga didapatkan hasil pada sudut kemiringan bidang 20.0 gaya
Normal, gaya Gesek, dan gaya Sejajar Benda sebesar 0.940 N, 0.475 N, dan
0.342 N. Sedangkan pada sudut kemiringan bidang 30.0 gaya Normal, gaya
Gesek, dan gaya Sejajar Benda diperoleh sebesar 0.866 N, 0.437 N, dan 0.500 N
Sebaliknya, praktikum B dilakukan dengan sudut kemiringan bidang
konstan yaitu 30.5 derajat dengan 3 variasi koefisien gesek yaitu 0.200, 0.400,
dan 0.600. Koefisien gesek hanya mempengaruhi nilai gaya Gesek sehingga pada
gaya Normal dan gaya Sejajar Benda konstan yaitu 0.862 N dan 0.508 N.
Sedangkan gaya Gesek pada koefisien 0.200 sebesar 0.172 N, pada koefisien
0.400 sebesar 0.345 N, dan pada koefisien 0.600 sebesar 0.517 N.
Setelah diperoleh hasil gaya Normal, gaya Gesek dan gaya Sejajar Benda
makan dapat dilanjutkan untuk mencari percepatan pada masing-masing
percobaan dengan menggunakan rumus hukum Newton kedua. Pada praktikum
A dengan variasi sudut kemiringan bidang 10.0, 20.0, dan 30.0 diperoleh hasil
percepatan sebesar -3.230 m/s², -1.330 m/s², dan 0.630 m/s².
Sedangkan pada praktikum B dengan variasi koefisien Gesek 0.200, 0.400,
dan 0.600 diperoleh hasil percepatan sebesar 3.360 m/s², 1.630 m/s², dan -
0.090 m/s².
Hasil percepatan dengan tanda negatif menunjukkan adanya
perlambatan pada laju benda. Sebaliknya, hasil percepatan tanpa tanda negatif
menunjukkan adanya penambahan kecepatan laju benda
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dengan koefisien gesek konstan, semakin besar sudut kemiringan bidang maka
percepatan benda juga akan bertambah atau mengalami percepatan.
2. Dengan sudut kemiringan bidang konstan, semakin besar koefisien gesek maka
percepatan benda akan berkurang atau mengalami perlambatan.
3. Koefisien gesek tidak mempengaruhi gaya normal dan gaya sejajar benda.
4. Percepatan benda berbanding lurus dengan sudut kemiringan bidang dan
berbanding terbalik dengan koefisien gesek.

Anda mungkin juga menyukai