Latsar Agenda Ii

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

NAMA : ELAM

EMBONG BULAN, A.Md. Far


NIP :
199403112022032006
PESERTA LATSAR ANGKATAN : 66
KELOMPOK :3
LEMBAGA PENYELENGGARA PELATIHAN : BKPSDM
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LEARNING JOURNAL
AGENDA II
“ASN BERAKHLAK”
“BANGGA MELAYANI BANGSA”

NILAI-NILAI ASN BERAHLAK


Nilai-nilai ASN “BerAkhlak” merupakan pondasi baru bagi
Aparatur Sipil Negara demi terwujudnya suatu kesamaan persepsi
yang lebih mudah di pahami dan di terapkan oleh seluruh ASN.

1. BERORIENTASI PELAYANAN
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam
UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari
penyelenggara pelayanan publik, yang kemudian dikuatkan
kembali dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (UU ASN), yang menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN
adalah sebagai pelayan publik. Asas penyelenggaraan pelayanan
publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan Publik,
yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan
 Prinsip Pelayanan Publik
Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsip-prinsip
yang digunakan untuk merespons berbagai kebutuhan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan birokrasi.
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip
pelayanan publik yang baik adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat, pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi
warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti
persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat juga
harus diberi akses yang sebesar-besarnya untuk
mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila mereka
merasa tidak puas dengan pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik
yang mereka butuhkan, akan tetapi juga terkait dengan
mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur,
dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Birokrasi wajib
mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat yang
menduduki posisi sebagai klien.
d. Tidak Diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara
yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti
status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin
atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
e. Mudah dan Murah
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara
yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti
status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin
atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
f. Efektif dan Efisien
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara
yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti
status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin
atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
g. Aksesibel
Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan
tujuan-tujuan yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan
mandat konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara
dalam jangka panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut
dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang
sedikit, dan biaya yang murah.
h. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan
menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai
oleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar. Oleh karena
itu, semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada
atasan (pejabat atau unit organisasi yang lebih tinggi secara
vertikal), akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas
melalui media publik baik cetak maupun elektronik. Mekanisme
pertanggungjawaban yang demikian sering disebut sebagai social
accountability.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh
pemerintah memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang
penting adalah melindungi warga negara dari praktik buruk yang
dilakukan oleh warga negara yang lain. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai
alat melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa
keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan
kelompok yang kuat.

 Strategi Pelayanan Prima


 Menerapkan standar pelayanan dan maklumat pelayanan
 Melaksanakan survei kepuasan masyarakat minimal 1 tahun sekali
 Pengelolaan pengaduan masyarakat
 Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan
 Mengembangkan inovasi
 Replika besar practice
 Perbaikan berkelanjutan

 ASN Sebagai Pelayanan Publik


Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945, pegawai ASN diserahi tugas untuk
melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan
tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan
dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif.
Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai
ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan
fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

 Contoh Perilaku Pelayanan Prima


 Menyapa dan memberi salam;
 Ramah dan Senyum;
 Cepat dan Tepat waktu;
 Mendengar dengan sabar dan aktif;
 Penampilan yang rapi;
 Mengucapkan terima kasih;
 Mengingat nama pelanggan;
 Perlakukan pelanggan dengan baik;
 Adil dan tidak diskriminatif;
 Cermat;
 Santun;
 Tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut;
 Profesional;
 Tidak mempersulit;
 Patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
 Menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi
penyelenggara;
 Tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib
dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
 Terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari
benturan kepentingan;
 Tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas
pelayanan publik;
 Tdak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam
menanggapi permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi
kepentingan masyarakat;
 Tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan
yang dimiliki;
 Sesuai dengan kepantasan; dan
 Tidak menyimpang dari prosedur.
Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika
kebutuhan
masyarakat sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus
ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat
melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus lebih
baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih
baik dari hari ini (doing something better and better).
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta
memenangkan
persaingan di era digital yang dinamis, diperlukan akselerasi
dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business as usual)
agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi,
pola, dan cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan
itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan publik. Konteks atau
permasalahan publik yang dihadapi instansi pemerintah dalam
memberikan layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi
pelayanan publik.
Dalam lingkungan pemerintahan banyak faktor yang
mempengaruhi
tumbuh dan berkembangnya inovasi pelayanan publik,
diantaranya komitmen dari pimpinan, adanya budaya inovasi, dan
dukungan regulasi. Adanya kolaborasi antara pemerintah,
partisipasi masyarakat, dan stakeholders terkait lainnya perlu
dibangun sebagai strategi untuk mendorong tumbuh dan
berkembangnya inovasi.

2. AKUNTABILITAS
 Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok
atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang
dipercayakan kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE
Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya
perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
 Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi;
 Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien
 Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan
berintegritas tinggi
 Aspek-Aspek Akuntabilitas
 Akuntabilitas adalah sebuah hubungan;
 Akuntabilitas berorientasi pada hasil;
 Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan;
 Laporan kinerja;
 Akuntabilitas memerlukan konsekuensi;
 Akuntabilitas memperbaiki kinerja.
 Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007),
yaitu pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran
demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri
atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal
accountability).
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu
akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas
kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.

3. KOMPETEN

 Pengertian Kompeten
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan
standar kompetensi dari International Labor Organization (ILO),
memiliki tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan
(Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi
menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan
kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki kewajiban
mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk
mewujudkannya dalam kinerja. Sesuai Peraturan Menteri PANRB
Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN,
kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang
spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk
memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan
terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus
dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil kerja
sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Pendekatan pengembangan kompetensi ASN sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, tentang
Sistem Pengembangan Kompetensi ASN.
 Hak Pengembangan Kompetensi
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam
Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam
Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK). Kebijakan ini tentu saja relevan utamanya dalam
menghadapi dinamika lingkungan global dan kemajuan teknologi
informasi, yang berubah dengan cepat sehingga kemutakhiran
kompetensi ASN menjadi sangat penting.
Sesuai Permenpan dan RB Nomor 38 tahun 2017 tentang
Standar Jabatan ASN, telah ditetapkan bahwa setiap pegawai perlu
kompeten secara Teknis, Manajerial, dan Sosial Kultural. Dalam
ketentuan tersebut kebutuhan kompetensi untuk masing-masing
jabatan telah ditentukan standarnya, yang dalam hal ini menjadi
fondasi dalam penentuan berbagai kebutuhan pengelolaan
kepegawaian, antara lain, pengembangan kompetensi pegawai.
Hak pengembangan tersebut meliputi pengembangan kompetensi
teknis, kompetensi manajerial, dan kompetensi sosial kultural.
Untuk menentukan kebutuhan pelatihan ASN perlu dilakukan
pemetaan kebutuhannya. Dalam menentukan kebutuhan
pengembangan kompetensi pegawai dapat dilakukan dengan
mengumpulkan data seperti dengan menafaatkan indeks
profesionalitas, asesmen kompetensi manajerial (metode
assessment center atau metode lain yang sesuai), seperti survei
atau focus group discussion (FGD). Selanjutnya dari hasil
pemetaan tersebut dapat diidentifikasi metode pengembangan
yang sesuai dengan kesenjangan atau gap/kebutuhan masing-
masing pegawai, baik klasikal maupun non klasikal. Akses
pengembangan kompetensi secara luas dapat memanfaatkan
kemudahan teknologi dalam pelaksanaanya. Akses
pengembangan baik melalui e-learning dan instrumen lainnya,
yang memungkinkan pelatihan dapat dilakukan secara efesien dan
menjangkau ASN, yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.
Perlunya kemudahan dan kemurahan akses pengembangan
kompetensi tersebut diperlukan, sesuai dengan hak
pengembangan kompetensi bagi setiap ASN.
 Pendekatan Pengembangan Kompetensi
Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat
dimanfaatkan pegawai untuk meningkatkan kompetensinya, yaitu
klasikal dan non klasikal. Selain itu coaching dan mentoring juga
penting terkait beberapa hal, yaitu:
1) Meningkatan kinerja individu dan kinerja organisasi;
2) Membangun komitmen dan motivasi yang lebih tinggi;
3) Menumbuhkan kesadaran dan refleksi diri dalam pengembangan
potensi diri;
4) Menumbuhkan kemampuan kepemimpinan yang lebih baik;
5) Membuat proses manajemen perubahan yang lebih baik;
6) Memperbaiki komunikasi dan hubungan antara atasan-bawahan;
7) Mengimplementasikan keterampilan yang lebih baik; dan
8) Menumbuhkan budaya kerja yang lebih terbuka dan produktif
 Perilaku Kompeten Sebagai ASN
 Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang
selalu berubah.
 Membantu orang lain belajar;
 Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.

4. HARMONIS
Dari Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di tanah Papua,
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama.
Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan
karena kondisi letak geografis Indonesia yang berada di
persimpangan dua benua dan samudra. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama,
etnis dan budaya yang membuat beragamnya suku bangsa dan
budaya diseluruh indonesia. Keanekaragaman suku bangsa dan
budaya membawa dampak terhadap kehidupan yang meliputi
aspek aspek sebagai berikut:

1. Kesenian

2. Religi

3. Sistem Pengetahuan

4. Organisasi social

5. Sistem ekonomi

6. Sistem teknologi

7. Bahasa.

 Pengertian Harmonis

Dalam Kamus Mariam Webster Harmonis (Harmonious)


diartikaan sebagai having a pleasing mixture of notes. Sinonim dari
kata harmonious antara lain canorous, euphonic, euphonious,
harmonizing, melodious, musical, symphonic, symphonious,
tuneful. Sedangkan lawan kata dari harmonious adalah discordant,
disharmonious, dissonant, inharmonious, tuneless, unmelodious,
unmusical. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
makna dan tulisan kata ‘harmonis’ yang benar:

har·mo·nis a bersangkut paut dng (mengenai) harmoni; seia


sekata;
meng·har·mo·nis·kan v menjadikan harmonis;
peng·har·mo·nis·an n proses, cara, perbuatan mengharmoniskan;
ke·har·mo·nis·an n perihal (keadaan) harmonis; keselarasan;
keserasian: ~ dl rumah tangga perlu dijaga.

 Pentingnya Suasana Harmonis


Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi berawal dari
suasana tempat kerja. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa
memberikan dampak positif bagi karyawan yang akhirnya
memberikan efek domino bagi produktivitas, hubungan internal,
dan kinerja secara keseluruhan. Memperhatikan aspek filosofis dari
kata pengertian harmonis diatas, maka jika diibaratkan suatu aliran
dalam seni music yang membicarakan tentang hubungan antara
nada satu dengan nada yang lain. Kaidah-kaidah yang
dikemukakan oleh seorang komponis dan ahli teori musik bernama
Jean Philippe Rameau (1683—1764) menjadi landasan dasar
dalam seni musik sampai akhir abad ke-19.Pada abad ke-20
tercipta efek- efek harmoni baru karena adanya penggunaan
penadaan baru.

Pola Harmoni merupakan sebuah usaha untuk mempertemukan


berbagai pertentangan dalam masyarakat. Hal ini diterapkan pada
hubungan-hubungan sosial ekonomi untuk menunjukkan bahwa
kebijaksanaan sosial ekonomi yang paling sempurna hanya dapat
tercapai dengan meningkatkan permusyawaratan antara anggota
masyarakat. Pola ini juga disebut sebagai pola integrasi. Suasana
harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara
individu tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk
saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas
bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.

Berbagai cara dilakukan hanya sekedar untuk melayani dan


menyenangkan pimpinan. Loyalitas hanya diartikan sebatas
menyenangkan pimpinan, atau berusaha memenuhi kebutuhan
peribadi pimpinannya. Kalau itu yang dilakukan oleh para pejabat
publik, peningkatan kinerja organisasi tidak mungkin dapat
terwujud. Oleh karena itu perlu ada perubahan mindset dari seluruh
pejabat publik. Perubahan mindset ini merupakan reformasi
birokrasi yang paling penting, setidaknya mencakup tiga aspek
penting yakni:

a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;

b. Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;

c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah,

 Peran ASN dalam Mewujudkan Suasana dan Budaya Harmonis


Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan
menciptakan budaya harmoni dalam pelaksanaan tugas dan
kewajibannya adalah sebagai berikut:
1. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan
adil. Netral dalam artian tidak memihak kepada salah satu
kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS dalam
melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus
obyektif, jujur, transparan. Dengan bersikap netral dan adil dalam
melaksanakan tugasanya. Sikap netral dan adil juga harus
diperlihatkan oleh PNS dalam event politik lima tahunan yaitu
pemilu dan pilkada. Dalam pemilu, seorang PNS yang aktif dalam
partai politik, atau mencalonkan diri sebagai anggota legislative
(DPR, DPRD dan DPD), atau mencalonkan diri sebagai kepala
daerah, maka dia harus mundur atau berhenti sementara dari
statusnya sebagai PNS.
2. Toleransi
3. Empati
Keterbukaan terhadap perbedaan. Sebagian besar pejabat publik,
baik di pusat maupun di daerah, masih mewarisi kultur kolonial
yang memandang birokrasi hanya sebagai sarana untuk
melanggengkan kekuasaan dengan cara memuaskan pimpinan.
4. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok
minoritas, dengan tidak membuat kebijakan, peraturan yang
mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut. Termasuk
didalamnya ketika melakukan rekrutmen pegawai, penyusunan
program tidak berdasarkan kepada kepentingan golongannya.
5. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk
menunjang sikap netral dan adil karena tidak berpihak dalam
memberikan layanan.
6. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus
memiliki suka menolong baik kepada pengguna layanan, juga
membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan pertolongan.
7. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya. PNS
juga harus menjadi tokoh dan panutan masyarakat. Dia senantiasa
menjadi bagian dari problem solver (pemberi solusi) bukan bagian
dari sumber masalah (trouble maker). Oleh sebab itu , setiap
ucapan dan tindakannya senantiasa menjadi ikutan dan teladan
warganya. Dia tidak boleh melakukan tindakan, ucapan, perilaku
yang bertentangan dengan norma norma sosial dan susila,
bertentangan dengan agama dan nilai local yang berkembang di
masyarakat.

5. LOYAL
 Makna Loyal dan Loyalitas
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa
Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Secara
harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul
tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada
masa lalu. Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah
satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan
berkelas dunia (World Class Government), pemerintah telah
meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan
Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal”
dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values
yang harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap
ASN dikarenakan oleh faktor penyebab internal dan eksternal.
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan
oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain

 Peran ASN Dalam Mewujudkan Peran Loyal


Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core
Values ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi
dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta
pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
4. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.

6. ADAPTIF
 Pengertian Adaptif
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk
hidup. Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan
beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga
memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di
dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam
organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif.
 Adaptif Sebagai Nilai dan Budaya ASN

Adaptif sebagai Nilai dan Budaya ASN Pegawainya harus terus


mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir (personal
mastery);

1. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi


yang sama atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau
cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision);
2. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas
yang organisasi ingin wujudkan (mental model);
3. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan untuk mewujudkan visinya (team learning);
4. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda,
atau bermental silo (systems thinking).

 Penerapan Budaya Adaptif


 Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan
 Mendorong jiwa kewirausahaan
 Terkait dengan kinerja instansi
 Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
 Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara
instansi mitra, masyarakat dan sebagainya
7. KOLABORATIF
 Pengertian Kolaboratif
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa
definisi kolaborasi dan collaborative governance. Dyer and Singh
(1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi
adalah “ value generated from an alliance between two or more
firms aiming to become more competitive by developing shared
routines”. Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa :
Collaboration is a process though which parties with different
expertise, who see different aspects of aproblem, can
constructively explore differences and find novel solutions to
problems that would have been more difficult to solve without the
other’s perspective (Gray, 1989).
Lindeke and Sieckert (2005) mengungkapkan bahwa kolaborasi
adalah:
Collaboration is a complex process, which demands planned,
intentional knowledge sharing that becomes the responsibility of
all parties (Lindeke and Sieckert, 2005).
 6 Kriteria Penting Dalam Kolaboratif

1) Forum Yang Diprakarsai Oleh Lembaga Publik Atau Lembaga;

2) Peserta Dalam Forum Termasuk Aktor Nonstate;

3) Peserta Terlibat Langsung Dalam Pengambilan Keputusan Dan


Bukan Hanya '‘Dikonsultasikan’ Oleh Agensi Publik;

4) Forum Secara Resmi Diatur Dan Bertemu Secara Kolektif;

5) Forum Ini Bertujuan Untuk Membuat Keputusan Dengan Konsensus


(Bahkan Jika Konsensus Tidak Tercapai Dalam

Praktik); Dan

6) Fokus Kolaborasi Adalah Kebijakan Publik Atau Manajemen.


Menurut Ansel dan Gash (2007:544)

 3 Tahapan Dalam Melakukan Assessment Terhadap Tata


Kelola Kolaborasi
 Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
 Merencanakan aksi kolaborasi; dan
 Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.

 Proses Yang Harus Dilalui Dalam Menjalani Kolabortif


 Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder
mitra kolaborasi
 Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan
bersungguh-sungguh;
 Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan;
sharing ownership dalam proses; serta keterbukaan terkait
keuntungan bersama;
 Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi
bersama terkait permasalahan, serta mengidentifikasi nilai
bersama; dan
 Menetapkan outcome antara.
 Faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi
pemerintah
• Ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman
dalam kesepakatan kolaborasi.
• Dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.

Anda mungkin juga menyukai