Latsar Agenda Ii
Latsar Agenda Ii
Latsar Agenda Ii
LEARNING JOURNAL
AGENDA II
“ASN BERAKHLAK”
“BANGGA MELAYANI BANGSA”
1. BERORIENTASI PELAYANAN
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam
UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari
penyelenggara pelayanan publik, yang kemudian dikuatkan
kembali dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (UU ASN), yang menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN
adalah sebagai pelayan publik. Asas penyelenggaraan pelayanan
publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan Publik,
yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan
Prinsip Pelayanan Publik
Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsip-prinsip
yang digunakan untuk merespons berbagai kebutuhan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan birokrasi.
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip
pelayanan publik yang baik adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat, pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi
warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti
persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat juga
harus diberi akses yang sebesar-besarnya untuk
mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila mereka
merasa tidak puas dengan pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik
yang mereka butuhkan, akan tetapi juga terkait dengan
mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur,
dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Birokrasi wajib
mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat yang
menduduki posisi sebagai klien.
d. Tidak Diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara
yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti
status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin
atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
e. Mudah dan Murah
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara
yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti
status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin
atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
f. Efektif dan Efisien
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara
yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti
status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin
atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
g. Aksesibel
Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan
tujuan-tujuan yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan
mandat konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara
dalam jangka panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut
dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang
sedikit, dan biaya yang murah.
h. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan
menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai
oleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar. Oleh karena
itu, semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada
atasan (pejabat atau unit organisasi yang lebih tinggi secara
vertikal), akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas
melalui media publik baik cetak maupun elektronik. Mekanisme
pertanggungjawaban yang demikian sering disebut sebagai social
accountability.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh
pemerintah memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang
penting adalah melindungi warga negara dari praktik buruk yang
dilakukan oleh warga negara yang lain. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai
alat melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa
keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan
kelompok yang kuat.
2. AKUNTABILITAS
Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok
atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang
dipercayakan kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE
Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya
perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi;
Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien
Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan
berintegritas tinggi
Aspek-Aspek Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah sebuah hubungan;
Akuntabilitas berorientasi pada hasil;
Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan;
Laporan kinerja;
Akuntabilitas memerlukan konsekuensi;
Akuntabilitas memperbaiki kinerja.
Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007),
yaitu pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran
demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri
atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal
accountability).
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu
akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas
kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
3. KOMPETEN
Pengertian Kompeten
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan
standar kompetensi dari International Labor Organization (ILO),
memiliki tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan
(Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi
menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan
kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki kewajiban
mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk
mewujudkannya dalam kinerja. Sesuai Peraturan Menteri PANRB
Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN,
kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang
spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk
memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan
terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus
dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil kerja
sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Pendekatan pengembangan kompetensi ASN sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, tentang
Sistem Pengembangan Kompetensi ASN.
Hak Pengembangan Kompetensi
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam
Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam
Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK). Kebijakan ini tentu saja relevan utamanya dalam
menghadapi dinamika lingkungan global dan kemajuan teknologi
informasi, yang berubah dengan cepat sehingga kemutakhiran
kompetensi ASN menjadi sangat penting.
Sesuai Permenpan dan RB Nomor 38 tahun 2017 tentang
Standar Jabatan ASN, telah ditetapkan bahwa setiap pegawai perlu
kompeten secara Teknis, Manajerial, dan Sosial Kultural. Dalam
ketentuan tersebut kebutuhan kompetensi untuk masing-masing
jabatan telah ditentukan standarnya, yang dalam hal ini menjadi
fondasi dalam penentuan berbagai kebutuhan pengelolaan
kepegawaian, antara lain, pengembangan kompetensi pegawai.
Hak pengembangan tersebut meliputi pengembangan kompetensi
teknis, kompetensi manajerial, dan kompetensi sosial kultural.
Untuk menentukan kebutuhan pelatihan ASN perlu dilakukan
pemetaan kebutuhannya. Dalam menentukan kebutuhan
pengembangan kompetensi pegawai dapat dilakukan dengan
mengumpulkan data seperti dengan menafaatkan indeks
profesionalitas, asesmen kompetensi manajerial (metode
assessment center atau metode lain yang sesuai), seperti survei
atau focus group discussion (FGD). Selanjutnya dari hasil
pemetaan tersebut dapat diidentifikasi metode pengembangan
yang sesuai dengan kesenjangan atau gap/kebutuhan masing-
masing pegawai, baik klasikal maupun non klasikal. Akses
pengembangan kompetensi secara luas dapat memanfaatkan
kemudahan teknologi dalam pelaksanaanya. Akses
pengembangan baik melalui e-learning dan instrumen lainnya,
yang memungkinkan pelatihan dapat dilakukan secara efesien dan
menjangkau ASN, yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.
Perlunya kemudahan dan kemurahan akses pengembangan
kompetensi tersebut diperlukan, sesuai dengan hak
pengembangan kompetensi bagi setiap ASN.
Pendekatan Pengembangan Kompetensi
Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat
dimanfaatkan pegawai untuk meningkatkan kompetensinya, yaitu
klasikal dan non klasikal. Selain itu coaching dan mentoring juga
penting terkait beberapa hal, yaitu:
1) Meningkatan kinerja individu dan kinerja organisasi;
2) Membangun komitmen dan motivasi yang lebih tinggi;
3) Menumbuhkan kesadaran dan refleksi diri dalam pengembangan
potensi diri;
4) Menumbuhkan kemampuan kepemimpinan yang lebih baik;
5) Membuat proses manajemen perubahan yang lebih baik;
6) Memperbaiki komunikasi dan hubungan antara atasan-bawahan;
7) Mengimplementasikan keterampilan yang lebih baik; dan
8) Menumbuhkan budaya kerja yang lebih terbuka dan produktif
Perilaku Kompeten Sebagai ASN
Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang
selalu berubah.
Membantu orang lain belajar;
Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
4. HARMONIS
Dari Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di tanah Papua,
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama.
Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan
karena kondisi letak geografis Indonesia yang berada di
persimpangan dua benua dan samudra. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama,
etnis dan budaya yang membuat beragamnya suku bangsa dan
budaya diseluruh indonesia. Keanekaragaman suku bangsa dan
budaya membawa dampak terhadap kehidupan yang meliputi
aspek aspek sebagai berikut:
1. Kesenian
2. Religi
3. Sistem Pengetahuan
4. Organisasi social
5. Sistem ekonomi
6. Sistem teknologi
7. Bahasa.
Pengertian Harmonis
5. LOYAL
Makna Loyal dan Loyalitas
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa
Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Secara
harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul
tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada
masa lalu. Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah
satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan
berkelas dunia (World Class Government), pemerintah telah
meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan
Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal”
dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values
yang harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap
ASN dikarenakan oleh faktor penyebab internal dan eksternal.
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan
oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
6. ADAPTIF
Pengertian Adaptif
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk
hidup. Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan
beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga
memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di
dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam
organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif.
Adaptif Sebagai Nilai dan Budaya ASN
Praktik); Dan