Laporan Kasus - Tumor Intrakranial - Saraf Kolaka Baru
Laporan Kasus - Tumor Intrakranial - Saraf Kolaka Baru
Laporan Kasus - Tumor Intrakranial - Saraf Kolaka Baru
TUMOR INTRAKRANIAL
Oleh :
Ahmad Yarid Pujianto, S.Ked (K1A1 14 004)
Raynhard Bonaventura Fandres, S.Ked (K1A1 15 109)
Pembimbing:
dr. Rosmaladewi, M.Kes,Sp.S
Menyetujui,
Pembimbing
2
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kelurahan Amamosu
Tanggal masuk : 27 Juni 2022
No RM : 15xxxx
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : Kelemahan separuh badan
Anamnesis terpimpin :
Pasien perempuan umur 62 tahun rujukan dari puskesmas datang ke IGD RS
SMS BERJAYA dengan keluhan kelemahan separuh badan sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit, yang diawali dengan rasa keram kurang lebih 2 minggu yang
lalu, pasien juga mengeluhkan nyeri kepala sejak kurang lebih 3 bulan dan
memberat 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan lain riwayat penurunan
kesadaran (+), mual (-), muntah (2x), sesak nafas (-), nyeri uluhati (-), demam (-),
BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat pengobatan pasien meminum obat bodrex 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Riwayat penyakit hipertensi(-), riwayat penyakit stroke sebelumnya
(-), riwayat penyakit DM (-), riwayat penyakit jantung (-), tuberkulosis (-),
peningkatan kadar kolesterol (-). Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga(-).
Kebiasaan Merokok (-), Kebiasaan minum minuman beralkohol (-), kebiasaan
olahraga (-).
C. PEMERIKSAAN FISIS
3
Pemeriksaan Umum
Kesan : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 100/60 mmHg
Nadi : 85x/m
Pernapasan : 24x/m
Suhu : 36.6ºC
Ikterus :-/-
Sianosis :-/-
Anemis :-/-
Gizi : Overweight (IMT = 23,80 cm)
Thoraks
1. Paru
Inspeksi : normochest, pelebaran sela iga (-), angulus costae <900,
pergerakan dada kiri dan kanan simetris, retraksi dinding (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi (-)
Perkusi : sonor kiri=kanan, batas jantng-hepar = ICS VI
Auskultasi : Vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonchi -/-
2. Jantung
Inspeksi : IC tidak tampak
Palpasi : IC tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternalis D. Batas
jantung kiri : ICS V midclavicularis S
Auskultasi : BJ I/II murni regular, Murmur (-), S3 Gallop (-)
Pemeriksaan Psikiatris
Emosi dan efek : baik
Penyerapan : baik
Proses berfikir : baik
4
Kemauan : baik
Kecerdasan : baik
Psikomotor : baik
Status neurologi
GCS : E4M6V5
1. Kepala
Posisi : Di tengah
Bentuk/ukuran : Normocephal
Penonjolan : (-)
2. Saraf Cranialis
N.1
Penghidu : Normosmia
N.II : OS OD
Ketajaman penglihatan : Normal Normal
Lapangan penglihatan : Normal Normal
Funduskopi : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. III, IV, VI
D S
- Celah kelopak mata
Ptosis : (-) (-)
Eksofthalmus : (-) (-)
Ptosis bola mata (-) (-)
Pupil
Bentuk/ukuran : 2,5 mm/bulat 2,5 mm/bulat
Isokor/unisokor : Isokor Isokor
RCL/RCTL : (+) (+)
Refleks Akomodasi: Normal Normal
Gerakan Bola Mata
5
Parese Ke arah : (mata kanan : dbn) (mata kiri : dbn)
Nistagmus : (-) (-)
N.V
Sensibilitas : N.V1 : Normal
N.V2 : Normal
N.V3 : Normal
Motorik : Inspeksi/ palpasi : Normal
Istrahat/menggigit : Normal
Refleks Dagu/Masseter : Normal
Refleks Kornea : Normal
N. VII
Motorik : M.Frontaslis M.Orbikulari okuli M.Orbikularis Oris
Istrahat : Baik Baik Baik
Mimik : Baik Baik Pipi kiri tertinggal
Pengecap 2/3 lidah bagian depan : Tidak dilakukan pemerikasaan
N. VIII
Pendengaran : kanan normal/ kiri normal
Tes Rinne/Weber : tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi Vestibularis : tidak dilakukan pemeriksaan
N. IX dan X
Refleks telan muntah :Tidak dilakukan pemeriksaan
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang :Tidak dilakukan pemeriksan
Suara : Normal
Takikardi/bradikardi : Normal
6
N.XI
Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan: Normal
Angkat Bahu: kanan lebih kuat dari pada kiri
N. XII
Deviasi Lidah : tidak ada
Fasoiculasi : tidak ada
Atrofi : tidak ada
Tremor : tidak ada
Ataxia : tidak ada
3. Leher
Tanda-tanda perangsangan selaput otak : Kaku kuduk : (-)
Kernig’s sign: (-)
Kelenjar lymphe : pembesaran (-)
Arteri karotis : Palpasi (+), Auskultasi : bruit (-)
Kelenjar gondok : pembesaran (-)
4. Abdomen
Refleks kulit dinding perut :
N N -
N N -
N N -
5. Kolumna vertebralis
Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal
Pergerakan : Normal
7
6. Ekstremitas:
Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Pergerakan Normal Menurun Normal Menurun
Kekuatan 5 2 5 2
Tonus Normal Menurun Normal Menurun
Bentuk otot Normal Normal Normal Normal
Refleks fisiologis
Superior Inferior
Radius N Menurun
Ulna N Menurun
Klonus
Lutut : Normal
Kaki : Normal
Refleks patologik
Hoffmann : -/+
babinski : -/-
Tromner : -/+
Chadock : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Openheim : -/-
Sensibilitas
8
Ekstroseptif : nyeri : normal
Suhu : tidak dilakukan
Rasa raba halus : normal
Proprioseptif : rasa sikap : normal
Rasa nyeri dalam : normal
Fungsi kortikal: rasa diskriminasi : normal
Stereognosia : normal
Pergerakan abnormal spontan : (-)
Gangguan koordinasi :
Tes jari hidung : +/sulit dinilai
Tes tumit : +/sulit dinilai
Tes pronasi-supinasi : +/sulit dinilai
Tes pegang jari : +/sulit dinilai
Gangguan keseimbangan :
Tes romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
Gait : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan fungsi luhur
Reaksi emosi : baik
Fungsi bicara : baik
Intelegensia : baik
Fungsi psikomotorik (praksia) : Tidak dilakukan pemeriksaan
9
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah rutin (04 Juli 2022)
Parameter Hasil Unit Nilai rujukan
Leukosit 19,22 mg/dl 4,0-10,0
Eritrosit 4,31 mg/dl 3,5 – 5,50
Hb 12,4 mg/dl 11-15
Hematokrit 34,1 mg/dl 36-48
Platelet 164 mg/dl 150-400
E. DIAGNOSIS KERJA
Klinis : Hemiparese sinistra + Sefalgia + Kesadaran menurun
Topis : Hemisfer Cerebri Dextra
Etiologi : Susp. Tumor Intakranial
F. DIAGNOSIS BANDING
Hemorrhagic stroke
G. RENCANA PEMERSIKSAAN
CT Scan, MRI
EKG
Cek Profil Lipid
10
H. TERAPI
1. Non Medikamentosa :
a. Head Up 20˚-30˚
d. Edukasi
e. Fisioterapi
2. Medikamentosa:
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
11
FOLLOW UP
Hari/
Perjalanan penyakit Planning
Tanggal
S : T:
O : Kesadaran menurun - IVFD Nacl 16 tpm
GCS : E1M4V3 - Omeprazole 1 amp /
TD : 110/74 mmHg 24 jam / iv
N : 54x/menit, reguler, tidak kuat
- Dexametasone 2
angkat
P : 24 x/menit, reguler, Amp bolus,
S : 36,5 oC/aksila dilanjutkan 1 Amp / 6
Status Neurologis :
Jam ( Tapering off )
Leher : Kaku kuduk (-)
- Citicoline 250 mg/12
Ekstremitas
jam/iv
5 2
K:
5 2 - Ceftriaxone 1 gr / 12
normal menurun
T: jam / iv
27/06/2022 normal menurun
normal menurun
P:
normal menurun
normal normal
Bentuk otot:
normal normal
Refleks Fisiologis
Biceps : normal menurun
Triceps : normal menurun
Patella : normal menurun
Achilles: normal menurun
Refleks Patologis :
Hoffmann : -/-
Tromner : -/-
12
O : riwayat kesadaran menurun - Omeprazole 1 amp /
GCS : E4M6V5 24 jam / iv
TD : 120/82 mmHg - Dexametasone 2
N :62 x/menit, reguler, kuat angkat Amp bolus,
P :20 x/menit, reguler, dilanjutkan 1 Amp / 6
S :36,2oC/aksila Jam ( Tapering off )
Refleks Patologis : - Citicoline 250 mg/12
Hoffmann : -/+
jam/iv
Tromner : -/+
- Ceftriaxone 1 gr / 12
A : Susp. Tumor Intrakranial
jam / iv
T:
- IVFD Nacl 20 tpm
S : kelemahan separuh badan sebelah - Omeprazole 1 amp /
kiri berkurang 24 jam / iv
O : KU Lemah - Dexametasone 2
GCS : E4M6V5 Amp bolus,
29/06/2022 TD : 111/61 mmHg dilanjutkan 1 Amp / 6
N : 54 x/menit, reguler, kuat angkat Jam ( Tapering off )
P : 20 x/menit, reguler, - Citicoline 250 mg/12
S : 36,4oC/aksila jam/iv
A : Susp. Tumor Intrakranial - Ceftriaxone 1 gr / 12
jam / iv
T:
S : belum BAB 3 hari
- IVFD Nacl 0,9% 20
O : KU Lemah
30/06/2022 tpm
GCS : E4M6V5
- Omeprazole 1 amp /
TD : 110/60mmHg
24 jam / iv
13
- Ceftriaxone 1 gr / 12
jam / iv
- Dexametasone 2
Amp bolus,
dilanjutkan 1 Amp / 6
N : 53 x/menit, reguler, kuat angkat
Jam ( Tapering off )
P :20 x/menit, reguler,
- Neurosanbe 1 amp /
S : 36oC/aksila
24 jam
A : Susp. Tumor Intrakranial
- Citicoline 2x 500 mg/
po
01/07/2022 S : Lemas T:
O : KU Lemah - IVFD Nacl 0,9% 12
GCS : E4M6V5 tpm
TD : 100/60mmHg - Omeprazole 1 amp /
N : 74 x/menit, reguler, kuat angkat 24 jam / iv
P :18 x/menit, reguler, - Ceftriaxone 1 gr / 20
S : 36oC/aksila jam / iv
- Dexametasone 2
A : Susp. Tumor Intrakranial Amp bolus,
dilanjutkan 1 Amp / 6
Jam ( Tapering off )
- Neurosanbe 1 amp /
24 jam
- Citicoline 2x 500 mg/
po
14
T:
- IVFD Nacl 0,9% 20
tpm
- Omeprazole 1 amp /
S : Lemah pada badan sebelah kiri 24 jam / iv
O : KU Lemah - Ceftriaxone 1 gr / 12
GCS : E4M6V5 jam / iv
TD : 88/52mmHg - Dexametasone 2
02/07/2022
N : 63 x/menit, reguler, kuat angkat Amp bolus,
P :20 x/menit, reguler, dilanjutkan 1 Amp / 6
S : 36oC/aksila Jam ( Tapering off )
A : Susp. Tumor Intrakranial - Neurosanbe 1 amp /
24 jam
- Citicoline 2x 500 mg/
po
15
24 jam
- Citicoline 2x 500 mg/
po
normal normal
Bentuk otot:
normal normal
Refleks Fisiologis
Biceps : normal menurun
Triceps : normal menurun
Patella : normal menurun
Achilles: normal menurun
Refleks Patologis :
Hoffmann : -/+
Tromner : -/+
A : Susp. Tumor Intrakranial
16
T:
- IVFD Nacl 0,9% 12
tpm
- Omeprazole 1 amp /
S : lemah pada badan sebelah kiri 24 jam / iv
O : KU Lemah - Ceftriaxone 1 gr / 12
GCS : E4M6V5 jam / iv
TD : 90/60mmHg - Dexametasone 2
05/07/2022
N : 60 x/menit, reguler, kuat angkat Amp bolus,
P :20 x/menit, reguler, dilanjutkan 1 Amp / 6
S : 36oC/aksila Jam ( Tapering off )
A : Susp. Tumor Intrakranial - Neurosanbe 1 amp /
24 jam
- Rencana rujuk ke
makassar
17
24 jam
- Rencana rujuk ke
makassar
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
otak secara tidak wajar dan tidak terkendali. Tumor otak merupakan salah satu
bagian dari tumor pada sistem saraf, disamping tumor spinal dan tumor saraf
19
perifer. Ada beberapa macam jenis tumor otak yang dibedakan ke dalam dua
dan tumor ganas yang menyebabkan kanker. Tumor yang dimulai dari otak
dikenal dengan istilah tumor primer (benigna), sedangkan yang dimulai dari
bagian lain tubuh dan menyebar hingga ke otak disebut dengan tumor sekunder
atau metastatik. Tumor ganas otak yang paling sering terjadi merupakan
penyebaran dari kanker yang berasal dari bagian tubuh yag lain. Kanker
payudara dan kanker paru- paru, melanoma maligna dan kanker sel darah
(Leukimia dan limfoma) bisa menyebar ke otak. Penyebaran ini bisa terjadi pada
B. Anatomi
Otak manusia terdiri atas dua belahan (hemisfer) yang besar, yakni
belahan kiri dan belahan kanan. Beratnya sekitar 1,6 kg pada laki-laki dan 1,45
kg pada perempuan. Otak dapat dibagi ke dalam otak besar (cerebrum), batang
1. Cerebrum
Cerebrum (supratentorial atau otak depan) terdiri dari belahan otak kanan
badan sel saraf sehingga berwarna abu-abu. Pada bagian dalam (medula) otak
depan terdapat lapisan yang berwarna putih, lapisan ini mengandung dendrit
dan akson. Fungsi dari cerebrum ini meliputi: inisiasi gerakan, koordinasi
20
gerakan, temperatur, sentuhan, penglihatan, pendengaran, penilaian,
Otak besar manusia terbagi atas empat lobus (bagian) yaitu lobus frontalis
kepala manusia, lobus frontalis berada pada bagian dahi; lobus temporalis
berada pada bagian pelipis; lobus oksipitalis berada pada bagian belakang
kepala; dan lobus parietalis berada pada bagian ubunubun. Otak depan juga
21
Gambar 1. Cerebellum4
2. Cerebellum
Gambar 2. Cerebellum4
3. Brainstem
Batang otak (garis tengah atau bagian tengah otak) termasuk otak tengah,
pons, dan medulla. Fungsi daerah ini meliputi: pergerakan mata dan mulut,
penyampaian pesan sensorik (panas, nyeri, keras, dll), rasa lapar, respirasi,
22
kesadaran, fungsi jantung, suhu tubuh, gerakan otot tak sadar, bersin, batuk,
Gambar 3. Brainstem4
C. Epidemiologi
insidensi tumor pada otak dan medulla spinalis adalah 21,42 kasus per 100.000
jiwa untuk total 343.175 kasus tumor (7,25 per 100.000 jiwa untuk tumor ganas
dan 14,17 per 100.000 jiwa untuk tumor jinak). Angka kejadian lebih tinggi pada
wanita dibandingkan pria. Tingkat insidensi tumor SSP ganas primer pada tahun
23
2012 di seluruh dunia adalah 3,4 per 100.000 jiwa dengan rasio pria dan wanita
histopatologi yang mencapai 80% dari total seluruh tumor ganas primer otak.5
D. Klasifikasi1
1. Glioma, yaitu kategori tumor yang dimulai dari organ otak atau bisa pula
tulang belakang. Tumor tersebut berasal dari sel- sel glial. Glioma sendiri
terhadap anak- anak dan orang dewasa. Berasal dari sel astrosit.
2. Craniopharyngiomas, yaitu tumor yang tumbuh pada basic otak atau di atas
tumor yang tidak menyebar, namun sel tumor ini tumbuh di struktur yang
dewasa dan lanjut usia. Sel tumor tumbuh di jaringan yang menutupi
24
membran otak. Tumor meningioma rata- rata bersifat jinak.
4. Hemingioma, yaitu tumor yang jarang ditemukan. Namun tumor ini tumbuh di
batang otak sehingga menjadi yang paling sulit diobati. Bahkan tumor ini
disebur sebagai sindrom langka yang dinamakan Sindrom Von Hippel Lindau
(VHL).
tumbuh dari sel-sel Schwan di luat saraf, sering terjadi dari telinga sampai
pendengaran.
E. Etiologi
1. Virus
Hubungan antara virus dan kejadian tumor otak itu kompleks dan tidak
dalam vaksin polio antara tahun 1955 dan 1963 mendorong investigasi ke
SV40 dan risiko kanker. Ketertarikan pada SV40 dan perkembangan tumor
tumor otak setelah inokulasi dengan SV40 dan pengamatan SV40 diisolasi
dari jaringan tumor otak manusia. Namun sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Strickler dan rekannya menunjukkan tidak ada perbedaan dalam risiko
tumor otak antara orang yang menerima vaksin yang terkontaminasi dengan
25
SV40 dan mereka yang tidak menerima vaksinasi. Poliomavirus lain yang
diteliti pada tumor otak termasuk virus JC dan BK. Dalam beberapa tahun
2. Genetik
dan 2 (NF1 dan NF2), tuberous sclerosis, sindrom karsinoma sel basal nevoid,
tumor otak.6
sistem dan terkait dengan tumor jinak otak dan organ vital lainnya. Sindrom
mutasi yang diwariskan pada gen TP53. Pasien dengan sindrom Li-Fraumeni
Germline mutasi TP53 telah diamati lebih sering pada pasien yang datang
dengan glioma multifokal, glioma dan keganasan primer lainnya, atau glioma
26
tumor otak lainnya. Sindrom VHL adalah gangguan autosomal dominan yang
terkait dengan mutasi pada tumor VHL. Mutasi yang dihasilkan mengarah ke
hemangioblastoma,
F. Faktor Risiko10
1. Riwayat keluarga. Dalam kasus yang jarang terjadi, kesalahan pada gen,
biasanya diturunkan dari satu orang tua, dapat meningkatkan risiko kejadian
tumor otak. Misalnya, beberapa orang memiliki kondisi genetik yang disebut
2. Terapi radiasi. Dalam kasus yang jarang terjadi, orang yang memiliki terapi
G. Manifestasi Klinis
yang muncul akibat hasil dari efek penekanan pada jalur visual, nervus ocular
dan jaringan orbitoocular. Tanda dan gejala oftalmologis pada tumor otak berupa
27
gangguan gerakan bola mata (nervus kranial 3,4,6), eksoftalmus, defek lapang
kranial lima. Manifestasi yang muncul bergantung pada jenis, lokasi dan ukuran
datang pada saat yang telah lanjut dengan massa besar dan mempengaruhi
prevalensi serta pola manifestasi visual yang timbul. Pada penelitian Helen et al.,
mereka menemukan bahwa dua pertiga atau 67% pasien dengan tumor
menemukan 72% pasien dengan jaringan rujukan yang buruk dan penanganan
yang lambat memiliki gejala visual. Penglihatan kabur merupakan keluhan utama
yang sering disampaikan oleh pasien saat datang pertama kali yang muncul pada
52-88 % kasus. Selain itu nyeri kepala terus menerus sejak 2 tahun yang lalu. Hal
ini sesuai dengan anamnesis SOL (Space Occupying Lesion) dimana terjadi
bersifat hebat sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat
Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive
28
H. Diagnosis7
bola mata, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga beberapa
tumor regio sella, tumor regio pineal, tumor fossa posterior, dan tumor basis
kanker otak. Pemeriksaan ini juga berguna untukmengevaluasi pre- dan post
kanker otak, khususnya pada tumor glioma derajat rendah, limfoma, atau
29
maupun mekanisme tidak langsung akibat terapi, seperti operasi, kemoterapi,
atau radioterapi. Oleh karena itu, pemeriksaan fungsi luhur berguna untuk
yang ada.
3. Pemeriksaan Penunjang
keadaan umum pasien dan kesiapannya untuk terapi yang akan dijalani
yaitu: darah lengkap, hemostasis, LDH, fungsi hati dan ginjal, gula darah,
MRS, dan DWI; serta PET CT (atas indikasi). Pemeriksaan radiologi standar
adalah CT scan dan MRI dengan kontras. CT scan berguna untuk melihat
adanya tumor pada langkah awal penegakkan diagnosis dan sangat baik
dapat melihat gambaran jaringan lunak dengan lebih jelas dan sangat baik
30
menilai kalsifikasi. Pemeriksaan fungsional MRI seperti MRS sangat baik
ependimoma.
I. Diagnosis Banding7,8
tumor otak, tidak ada patognomonik spesifik pada pencitraan yang membedakan
antara tumor otak primer dan penyakit metastasis atau nonneoplastik. Pada
menentukan tempat tumor primer seringkali sulit, terutama jika tidak ada
petunjuk klinis dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Tidak dianjurkan untuk
primer ketika diduga tumor otak metastatik, kecuali dilakukan anamnesis atau
31
temuan pemeriksaan fisik, karena spesifisitasnya rendah untuk membedakan
neoplasma dari jinak atau lesi inflamasi. Bahkan dengan jangkauan pencitraan
yang luas, penyakit nonneoplastik sering hadir mirip dengan tumor otak.
Tumor Intrakranial :
3. Diagnosis banding tumor hipofisis. Tumor lain di dalam regio sella termasuk
dan ditemukan diatas sella tursica. Biasanya muncul dengan gejala sakit
lain dari sakit kepala, defek lapangan pandang, gangguan penglihatan dan
disfungsi endokrin.
32
J. Tatalaksana7
diakibatkan oleh efek desak ruang dari edema peritumoral atau edema difus,
selain oleh ukuran massa yang besar atau ventrikulomegali karena obstruksi
oleh massa tersebut. Edema serebri dapat disebabkan oleh efek tumor maupun
terkait terapi, seperti pasca operasi atau radioterapi. Gejala yang muncul dapat
berupa nyeri kepala, mual dan muntah, perburukan gejala neurologis, dan
penurunan kesadaran.
serebri dan memperbaiki gejala yang disebabkan oleh edema serebri, yang
efeknya sudah dapat terlihat dalam 24-36 jam. Agen yang direkomendasikan
33
situasi yang berat, seperti pascaoperasi. Efek samping pemberian steroid yakni
efek samping, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian steroid yakni
sebesar 25- 50% dari dosis awal tiap 3-5 hari, tergantung dari klinis pasien.
2. Pembedahan
operabel. Kanker otak yang terletak jauh di dalam dapat diterapi dengan
sebagian tulang tengkorak dan selaput otak pada lokasi tumor. Tumor
34
patologi anatomi untuk diperiksa jenis tumor. Biopsi stereotaktik dapat
dengan komputer dan secara tiga dimensi (3D scanning). Pasien akan
Berdasarkan data ini, pada saat operasi akan dibuat sayatan kecil pada kulit
kepala dan dibuat satu lubang (burrhole) pada tulang tengkorak. Kemudian
sebagian besar kasus, atau sedasi dalam dikombinasikan dengan blok kulit
3. Radioterapi
adjuvan pasca operasi, atau pada kasus rekuren yang sebelumnya telah
IMRT. Pada glioma derajat rendah (derajat I dan II), volume tumor ditentukan
35
dengan menggunakan pencitraan pra- dan pascaoperasi, menggunakan MRI
(T2 dan FLAIR) untuk gross tumor volume (GTV). Clinical target volume
(CTV) = GTV ditambah margin 1-2 cm, mendapatkan dosis 45-54 Gy dengan
1,8 – 2 Gy/fraksi. Pada glioma derajat tinggi (derajat III dan IV) volume
menggunakan MRI (T1 dan FLAIR/T2) untuk gross tumor volume (GTV).
tumor yang subdiagnostik. Pada glioma derajat tinggi, lapangan radiasi dibagi
Gy/fraksi atau 59.4 Gy dengan 1,8 Gy/fraksi, dosis yang sedikit lebih kecil
seperti 55,8 – 59,4 Gy dengan 1,8 Gy/fraksi atau 57 Gy dengan 1,9 Gy/fraksi
dapat dilakukan jika volume tumor terlalu besar (gliomatosis) atau untuk
astrositoma grade III. Pada pasien dengan KPS yang buruk atau pada pasien
merupakan tipe yang bersifat kemoresisten, namun 2 tahun terakhir ini sedang
36
pada glioblastoma. Sebelum menggunakan agen-agen diatas, harus dilakukan
radioterapi.
5. Kemoterapi Intratekal
salah satu upaya untuk memberikan agen antikanker langsung pada susunan
dan limfoma. Tindakan ini dilakukan melalui prosedur lumbal pungsi atau
6. Tatalaksana Nyeri
Pada kanker otak, nyeri yang muncul biasanya adalah nyeri kepala.
kanker pada umumnya. Nyeri kepala akibat kanker otak bisa disebabkan
klinis nyeri biasanya bersifat lokal atau radikular ke sekitarnya, yang disebut
37
nyeri neuropatik. Pada kasus ini pilihan obat nyeri adalah analgesik yang tidak
menimbulkan efek sedasi atau muntah karena dapat mirip dengan gejala
kanker otak pada umumnya. Oleh karena itu dapat diberikan parasetamol
dengan dosis 20mg/berat badan per kali dengan dosis maksimal 4000 mg/hari,
baik secara oral maupun intravena sesuai dengan beratnya nyeri. Jika
7. Tatalaksana Kejang
kanker otak. Tiga puluh persen pasien akan mengalami kejang sebagai
manifestasi awal. Bentuk bangkitan yang paling sering pada pasien ini adalah
bangkitan fokal dengan atau tanpa perubahan menjadi umum sekunder. Oleh
karena tingginya tingkat rekurensi, maka seluruh pasien kanker otak yang
dan biaya. Obat antikonvulsan yang sering diberikan seperti fenitoin dan
38
obatan, seperti deksamethason dan kemoterapi. Alternatif lain mencakup
efek samping yang lebih baik dengan dosis antara 20-40 mg/kgBB, serta dapat
malnutrition screening tool (MST), bila skor ≥3 (rawat inap), atau skor MST
memenuhi 75-100% dari kebutuhan lalu dilakukan konseling gizi. Bila asupan
support.
9. Psikiatri
hingga 78%, baik bersifat organik akibat tumornya atau fungsional yang
39
berupa gangguan penyesuaian, depresi, dan ansietas. Hal ini dapat
keadaan pasien (breaking the bad news) melalui pertemuan keluarga (family
diberikan psikoterapi suportif dan relaksasi yang akan membantu pasien dan
K. Komplikasi
rehabilitasi. Kerusakan populasi dan struktur sel yang rentan adalah komplikasi
L. Prognosis
Tingkat kelangsungan hidup lima tahun untuk tumor otak primer adalah
33,4%, Walaupun angka ini sangat bervariasi di antara jenis tumor spesifik:
100% untuk astrositoma pilosit, 58% untuk astrositoma tingkat rendah, 11%
yang terkait dengan hasil yang lebih baik pada glioma tingkat rendah termasuk
usia lebih muda dari 40 tahun, tumor yang kurang dari 6 cm pada diameter
terbesarnya, tumor yang tidak melintasi garis tengah otak, subtipe histologi
(oligodendroglioma atau tipe campuran) memiliki hasil yang lebih baik daripada
40
astrositoma), dan tidak ada defisit neurologis sebelum operasi. Faktor prognostik
yang terkait dengan hasil yang lebih baik pada glioma bermutu tinggi termasuk
kelas tumor yang lebih rendah, usia lebih muda, status fungsional yang lebih
baik, tingkat reseksi yang lebih besar, dan hipermetilasi promotor gen MGMT.8
41
BAB III
A. RESUME
Pasien perempuan umur 62 tahun rujukan dari puskesmas datang ke IGD RS
SMS BERJAYA dengan keluhan kelemahan separuh badan sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit, Awalnya pasien mengeluhkan nyeri kepala sejak kurang lebih
3 bulan dan memberat 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan lain riwayat
penurunan kesadaran (+), mual (-), muntah (2x), sesak nafas (-), nyeri uluhati (-),
BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat pengobatan pasien meminum obat bodrex 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Riwayat penyakit hipertensi(-), riwayat penyakit stroke sebelumnya
(-), riwayat penyakit DM (-), riwayat penyakit jantung (-), tuberkulosis (-),
peningkatan kadar kolesterol (-). Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga(-).
Kebiasaan Merokok (-), Kebiasaan minum minuman beralkohol (-), kebiasaan
olahraga (-).
Pada pemeriksaan penunjang darah rutin didapatkan peningkatan kadar
leukosit 19,22 mg/dl, dan penurunan Hematokrit 34,1 mg/dl. Pada pasien ini
ditatalaksana dengan, IVFD Nacl 0,9 % 16 tetes per menit, Dexametasone 2 Amp
bolus, dilanjutkan 1 Amp / 6 Jam / IV ( Tapering off ), Omeprazole 1 Amp / 24
Jam, Injeksi Citicoline ampul 250 mg/12 jam/ IV.
42
B. ANALISIS KASUS
KASUS TEORI
Pasien perempuan umur 62 Pada pasien dengan kemungkinan adanya
tahun rujukan dari puskesmas massa pada intracranial dapt terjadi 4 gejala klinis
datang ke IGD RS SMS yang umum berkaitan yaitu :
BERJAYA dengan keluhan 1. Perubahan status mental
kelemahan separuh badan sejak 1 Gejala dini dapat samar. Ketidakmampuan
hari sebelum masuk rumah sakit, pelaksanaan tugas sehari-hari, lekas marah,
Awalnya pasien mengeluhkan emosi yang labil, inersia mental, gangguan
nyeri kepala sejak kurang lebih 3 konsentrasi, bahkan psikosis. Fungsi
bulan dan memberat 2 hari kognitif merupakan keluhan yang sering
sebelum masuk rumah sakit. disampaikan oleh pasien kanker dengan
Keluhan lain riwayat penurunan berbagai bentuk, mulai dari disfungsi
kesadaran (+), mual (-), muntah memori ringan dan kesulitan berkonsentrasi
(2x), sesak nafas (-), nyeri uluhati hinggga disorientasi, halusinasi, atau
(-), BAB dan BAK dalam batas letargi.
normal. 2. Nyeri kepala
Nyeri kepala merupakan gejala dini tumor
intrakranial pada kira-kira 20%
penderita.Sifat nyeri kepalanya berdenyut-
denyut atau rasa penuh di kepala seolah-
olah mau meledak. Awalnya nyeri dapat
ringan, tumpul dan episodik, kemudian
bertambah berat, tumpul atau tajam dan
juga intermiten. Nyeri juga dapat
disebabkan efek samping dari obat
kemoterapi. Nyeri ini lebih hebat pada pagi
43
hari dan dapat diperberat oleh batuk,
mengejan, Lokasi nyeri yang unilateral
dapat sesuai dengan lokasi tumornya
sendiri.Tumor di fossa kranii posterior
biasanya menyebabkan nyeri kepala
retroaurikuler ipsilateral. Tumor di
supratentorial menyebabkan nyeri kepala
pada sisi tumor, di frontal orbita, temporal
atau parietal.
3. Muntah
Muntah ini juga sering timbul pada pagi
hari dan tidak berhubungan dengan
makanan. Dimana muntah ini khas yaitu
proyektil dan tidak didahului oleh mual.
Keadaan ini lebih sering dijumpai pada
tumor di fossa posterior.
4. Kejang
Kejang fokal merupakan manifestasi lain
yang biasa ditemukan pada 14-15%
penderita tumor otak.7 20-50% pasien
tumor otak menunjukan gejala kejang.
Kejang yang timbul pertama kali pada usia
dewasa mengindikasikan adanya tumor di
otak. Kejang berkaitan tumor otak ini
awalnya berupa kejang fokal seperti pada
meningioma, kemudian dapat menjadi
kejang umum yang terutama merupakan
manifestasi dari glioblastoma multiforme.
44
Kejang biasanya paroxysmal, akibat defek
neurologis pada korteks serebri. Kejang
parsial akibat penekanan area fokal pada
otak dan menifestasi pada lokal ekstrimitas
tersebut, sedangkan kejang umum terjadi
jika tumor luas pada kedua hemisfer
serebri.
Pada pasien ini didapatkan adanya nyeri yang
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu yang memberat
sejak 2 hari terakhir dan disertai muntah sebanyak
2x sebelum masuk rumah sakit.
45
dapat memperburuk termasuk disfungsi otot,
penurunan kekuatan otot,ritme jalan normal yang
disebut ataksia,dan kelumpuhan.Gejala dapat
menyebar diberbagai bagian tubuh ketika tumor
satu atau lebih meluas ke beberapa bagian dari
medulla spinalis.
Pada pasien ini ditatalaksana Pemberian kortikosteroid sangat efektif
dengan Dexametasone 2 Amp untuk mengurangi edema serebri dan memperbaiki
bolus, dilanjutkan 1 Amp / 6 Jam / gejala yang disebabkan oleh edema serebri, yang
IV ( Tapering off ) efeknya sudah dapat terlihat dalam 24-36 jam.
Agen yang direkomendasikan adalah
deksametason dengan dosis bolus intravena 10 mg
dilanjutkan dosis rumatan 16-20mg/hari intravena
lalu tappering off 2-16 mg (dalam dosis terbagi)
bergantung pada klinis.
Pada kasus pasien dirujuk ke Pemeriksaan radiologis yang perlu
Makassar dikarenakan tidak dilakukan antara lain CT scan dengan kontras;
tersedianya CT scan dan MRI di MRI dengan kontras, MRS, dan DWI; serta PET
rumah sakit SMS Berjaya. CT (atas indikasi). Pemeriksaan radiologi standar
adalah CT scan dan MRI dengan kontras. CT scan
berguna untuk melihat adanya tumor pada langkah
awal penegakkan diagnosis dan sangat baik untuk
melihat kalsifikasi, lesi erosi/destruksi pada tulang
tengkorak. MRI dapat melihat gambaran jaringan
lunak dengan lebih jelas dan sangat baik untuk
tumor infratentorial, namun mempunyai
keterbatasan dalam hal menilai kalsifikasi.
Pemeriksaan fungsional MRI seperti MRS sangat
46
baik untuk menentukan daerah nekrosis dengan
tumor yang masih viabel sehingga baik digunakan
sebagai penuntun biopsi serta untuk
menyingkirkan diagnosis banding
47
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Y., Mesran., Suginam., Fadlina. 2017. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis
Silalahi, L.M.M.V., Rahmi, E., Sutarni, S. Tumor Otak Metastasis Dari Kanker
Nurwati, s., Prasetya, R.I. 2017. Kajian Medis Pemanfaatan Teknologi Nuklir
Bnct Untuk Tumor Otak Jenis Glioma. Prosiding Pertemuan dan Presentasi !
Netter, F.H. 2013. Atlas Of Human Anatomy. Edisi Ke-6. Elsevier. Philadelphia.
Putri, A. 2018. Wanita 31 Tahun dengan Tumor Otak. Jurnal Medila Unila 4(3):
1-5.
Strong, M.J., dkk. 2018. Brain Tumors: Epidemiology and Current Trends in
treatment of children with brain tumors. J Pediatr Rehabil Med 4(1): 31–36.
Bruce, J. 2018. Understanding Brain Tumours A guide for people with brain or
spinal cord tumours, their families and friends. Cancer Council Australia.
Sidney.
48
49