(Studi Pada Kantor Moderamen GBKP Kabanjahe) : Universitas Sumatera Utara
(Studi Pada Kantor Moderamen GBKP Kabanjahe) : Universitas Sumatera Utara
(Studi Pada Kantor Moderamen GBKP Kabanjahe) : Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI
Pendidikan Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
120903129
2016
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 120903129
Judul : Peranan Moderamen GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) Dalam Perbaikan
Kualitas Hidup Korban Erupsi Gunung Sinabung (Studi Pada Kantor
Moderamen GBKP Kabanjahe)
Dekan
FISIP USU MEDAN
ii
Pertama-tama, puji dan syukur saya ucapkan kepada Yesus Kristus yang
hingga di tingkat perkuliahan saya tanpa mengenal putus asa dan selalu semangat
dalam membimbing saya terima kasih buat bapak saya Effendi Sitepu, S.Pi yang
selalu ada buat saya, selalu membimbing saya, yang selalu memperjuangkan saya
dan memberikan motivasi buat saya dan terima kasih juga buat mamak saya
Alemina br Tarigan wanita luar biasa dalam hidup saya, yang selalu memberikan
mengajarkan saya untuk selalu berserah kepada Yesus Kristus, untuk abang saya
Ferry Prayoga Sitepu dan adik saya Yoga Alvarizi Sitepu terima kasih untuk
selalu peduli kepada saya dan selalu mendukung saya dalam menyelesaikan
skripsi.
baik itu dari permasalahan penulisan redaksi maupun dari subtansi penulisan.
iii
penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bimbingan dan
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
M. Si.
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membimbing saya dan
6. Terima kasih kepada seluruh staff Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik khususnya Kak Mega dan Kak Dian yang telah banyak membantu
iv
S.Th, Pdt. Dormanis Pandia S.Th dan Pdt. Rehpelita Ginting, S.Th yang
mendoakan, Debi Sari Mita Ginting (sahabat yang paling cerewet dalam
segala hal, selalu nemenin aku ke mana aja, paling enak di ajak jalan,
Kaban (senina topku nih, teman curhat banget udah kalah psikologi dibuat
seninaku ini, suka marahi aku kalau malas kuliah haha) Jesika Tarigan
terakhir pengerjaan skripsi, paling enak diajak kerjasama dan bantu selama
perkuliahaan).
Mentari Tarigan, Laura Esterlita Sinuhaji, Tirza Ulina Tarigan, Ayu Elsa
Putri Depari, Bertha Ulina Ginting, Esi Agnes Pencawan yang selalu
10. Terima kasih buat PERMATA Timotius II GBKP Rg. Bambu Raya
Miralbi Barus, Yunus Tarigan dan Tryana Natalia Sembiring yang ikut
11. Terima kasih kepada pak uda Martin Singarimbun dan mak uda Anggun
12. Terima kasih untuk buat sahabat dalam segalanya yang selalu mendukung
13. Terima kasih untuk Benny Prananta Sebayang, Amd. yang selalu
selesai.
Terima kasih untuk setiap dukungan dan doa yang diberikan terkhusus
bagi nama-nama yang belum tercantumkan, tanpa kalian mungkin skripsi ini tidak
dapat terselesaikan.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penulis
Irene Joda Christina Sitepu
vi
vii
Judul...............………………………………………………………………….......i
Halaman Persetujuan..………………………………………………………….…ii
Halaman Pengesahan……………………………………………………………..iii
Abstrak.....................…………………………………….……………………..... iv
Kata Pengantar........................................................................................................ v
Daftar Isi................................................................................................................ ix
Daftar Gambar……………………………...……….……………………...….... xi
Daftar Tabel...……………………………………….…………………………....xi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
1.5 Kerangka Teori ........................................................................................ 7
1.5.1 Peranan ............................................................................................. 8
1.5.2 Organisai ......................................................................................... 9
1.5.3 Penanggulangan Bencana ............................................................. 10
1.5.3.1 Upaya Penanggulangan Bencana ......................................... 12
1.5.4 Manajemen Bencana ...................................................................... 16
1.5.5 Manajemen Tanggap Darurat/Kedaruratan .................................... 17
1.5.6 Kualitas Hidup..................................................................................19
1.5.6.1 Pengertian Kualitas........................................................... 19
1.5.6.2 Pengertian Kualitas Hidup................................................ 21
1.5.6.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup........ 23
1.5.6.4 Aspek-Aspek Kualitas Hidup........................................... 27
1.5.6.5 Dimensi Kualitas Hidup................................................... 27
1.5.7 Teori Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Basic Needs)................ 28
1.5.7.1 Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan...... 31
1.6 Defenisi Konsep ................................................................................... 33
1.7 Sistematika Penulisan ........................................................................... 35
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Pengungsi Posko GBKP per Juni 2014 ............................................. 5
Tabel 2 Data Informan Pengurus Moderamen GBKP ......................................... 70
Tabel 3 Data Informan Pengungsi Erupsi Gunung Sinabung ............................... 71
Tabel 4 Gedung GBKP Tempat Pengungsian........................................................90
Tabel 5 Penyaluran Insentif Pendidikan/Beasiswa................................................97
PENDAHULUAN
terkena bencana alam menghiasi surat kabar maupun berita-berita yang ada di
televisi, bencana alam tidak dapat dianggap sebagai masalah yang biasa saja. Dari
setiap bencana alam yang terjadi pasti menimbulkan kerugian yang besar dari
melindungi daratan.
lempeng tektonik yang saling bertabrakan yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo
rangkaian gunung api yang aktif. Setiap tahun ada saja gunung api di Indonesia
yang berpeluang meletus dengan tipe dan jenis letusan yang variatif. Dengan
demikian tingkat bahayanya pun bervariasi, tergantung tipe letusan yang terjadi
dan tingkat kepadatan penduduk di dekat lokasi gunung api. Hingga saat ini
tercatat ada sembilan letusan gunung api terhebat di Indonesia, antara lain Gunung
Samalas.1
Terdapat beberapa gunung di Sumatra Utara yang aktif maupun tidak aktif
Sumatera Utara tidak aktif. Dengan ketinggian 2457 mdlp, maka bila
Gunung Sinabung yang memiliki ketinggian 2460 mdlp, Gunung Toba (Pusuk
Buhit) Sumatra Utara terdiri dari beberapa wilayah, memiliki nilai-nilai yang
Samosir yang berada persis ditengah Danau Toba dengan status tidak aktif.
Gunung Sibayak merupakan salah satu gunung api aktif di Sumatera Utara yang
terletak di Kabupaten Karo tepatnya tidak jauh dari Kota Berastagi. Gunung ini
merupakan salah satu objek pariwisata kebanggaan Sumatera Utara, berada pada
titik puncak dengan ketinggian 2.460 meter diatas permukaan air laut dengan
status aktif.2
Di Tanah Karo sendiri terdapat dua gunung api yang masih aktif yaitu
dan Gunung Sinabung dengan ketinggian 2460 mdpl dan berada di Kecamatan
Simpang Empat. Salah satu hal yang menjadi perhatian utama masyarakat
1
http://simomot.com//2014/02/15/9-letusan-gunung-berapi-terdahsyatdiindonesia/9/.html,
pada tanggal 17 Maret 2015 pukul 17.00
2
http://anthonynh.blogspot.com/2012/07/5-gunung-di-sumatera-utara.html, pada tanggal 15
Juni 2014 pukul 15:23
akan meletus, seperti suhu sekitar gunung yang meningkat atau berpindahnya
Sebtember 2013 dini hari kemudian terjadi kembali pada sore harinya pada 17
Sebtember 2013, terjadi 2 kali letusan pada siang dan sore hari letusan ini
melepasakan awan panas dan debu vulkanik. Tidak ada tanda-tanda sebelum
siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama beberapa hari pada tanggal 29
3
Siburian, Sahat dan Deonal Sinaga, Kabar dari Tanah Karo Simalem, Kabanjahe, 2016, hal. 42.
mengelurkan luncuran awan panas dan hujan debu vulkanik yang menyelimuti
daerah sekitar Gunung Sinabung. Erupsi ini terjadi terus menerus hampir disetiap
hari, level dan status Gunung Sinabung juga tidak stabil karena proses erupsi
yang bervariasi. Tetapi pada 24 November 2013 pukul 10.00 WIB, status Gunung
Sinabung dinaikkan ke level tertinggi yaitu level 4 (Awas). Hal ini mengakibatkan
daerah yang lebih aman. Pada tahun 2013 menurut data BNPB, pengungsi
terbanyak terjadi tanggal 30 Desember 2013. Jumlahnya 19.126 orang atau 5.979
ini, salah satunya adalah mengevakuasi penduduk desa-desa yang dianggap rawan
terkena letusan Sinabung, memberikan bantuan logistik dan beasiswa bagi anak-
Swadaya Masyarakat, masyarakat sekitar dan para relawaan yang ikut turun
tangan dalam memberikan bantuan kepada korban erupsi Sinabung. Bantuan yang
diberikan yaitu posko dapur umum, aksi siaga sehat, aksi siaga gizi, penyaluran
makanan, obat-obatan, logistik, toilet portable, sanitasi dan trauma healing. Paket
bantuan beras, mie instan, gula, susu, telur, bantuan pendidikan untuk anak-anak
4
Siburian, Sahat dan Deonal Sinaga, Kabar dari Tanah Karo Simalem, Kabanjahe, 2016, hal. 43.
dihuni sedikitnya 100 atau bahkan ada yang jumlahnya mencapai ribuan jiwa.
masyarakat sekitar Gunung Sinabung yang terkena dampak yang masih berada di
Berastagi, GBKP Berastagi Kota, Kantor Klasis Kabanjahe, GBKP Tanjung, GBKP
Katepul, Losd Desa Katepul, GBKP Jalan Kota Cane, GBKP Kabanjahe Kota , GBKP
Peranan GBKP dalam perbaikan kualitas hidup korban erupsi Gunung Sinabung.
2. Bagi instansi terkait, sebagai bahan masukan dan evaluasi yang berkaitan
asumsi dan logika tertentu5. Menurut defenisi ini, teori mengandung tiga makna.
Kedua, teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara
1.5.1 Peranan
mereka merasa bahwa setiap kedudukan yang mereka tempati itu manimbulkan
Oleh karena itu Gross, Mason dan McEachern mendefinisikan peranan sebagai
norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan itu
5
Menurut Karlinger (1973: 9)
6
Gross, Mason dan McEachern, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta, 1995, hlm. 99.
hal yang diharapkan dimiliki dari tugas. Peranan Moderamen GBKP adalah
perbuatan atau hal yang diharapkan dimiliki dan menjadi tugas dari Moderamen
1.5.2 Organisasi
bekerja sama sangat rasional impersonal untuk mencapai beberapa tujuan spesifik
7
Victor A. Thompson pada Dimock dan Dimock, Administrasi Negara, Jakarta, 1992, hlm. 123
8
Chester Barnard sendirijuga pada Dimock dan Dimock, Administrasi Negara, Jakarta, 1992, hlm. 124
itu terdiri dari orang-orang yang harus dipimpin serta digerakkan dan yang
Moderamen GBKP menjadi salah satu yang berperan penting dalam perbaikan
kualitas hidup pengungsi yang terjadi pada erupsi Gunung Sinabung di Tanah
Karo.
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
10
sebagai berikut:
1. Ada peristiwa
3. Terjadi secara tiba-tiba (sudden) akan tetapi dapat juga terjadi secara
perlahan-lahan/bertahap (slow)
kedermawanan
11
dan bernegara
a. Kesiapsiagaan: keadaan siap setiap saat bagi orang, petugas serta institusi
bencana.
oleh alam maupun ulah manusia, termaksud dampak kerusakan yang meliputi
kecactan dan kematian pada saat terjadi bencana; mencegah atau mengurangi
fase sebelum terjadinya bencana, fase saat terjadinya bencana, dan fase sesudah
terjadinya bencana.
a. Sebelum Bencana
12
3. Perlindungan
4. Pengurusan pengungsi
1. Pencegahan
suatu wilayah
risiko. Kegiatan mitigasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu fisik dan non-fisik.
13
mengenai
pendidikan
e. Penanggulangan bencana
3. Kesiapsiagaan
berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Hal ini
bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi
4. Tanggap darurat
14
a. Evakuasi
darurat
5. Pemulihan
dan kehidupan masyarakat seperti semula atau lebih baik dibanding sebelum
6. Pembangunan berkelanjutan
15
menghindari ancaman atau bahaya dan memulihkan diri dari dampak bencana.
beserta segala aspek yang berkaitan dengan bencana, terutama resiko bencana dan
dinamis tentang bekerjanya fungsi-fungsi manajemen yang kita kenal selama ini
manajemen bencana adalah melalui kegiatan-kegiatan yang ada pada tiap kuadran/
siklus bidang kerja yaitu pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan, tanggap darurat
Nick Carter dalam buku The Disaster Management Cyle, digambarkan di bawah
ini.
16
tersebut memasuki fase tanggap darurat, kemudian fase pemulihan dan kemudian
terjadinya bencana di masa yang akan datang. Berdasarkan pemahaman ini, maka
atau spiral, di mana hilir tidak bertemu dengan hulu) dan bukan seperti siklus
dalam bentuk cicin (hilir akan bertemu atau kembali lagi ke hulu).
17
tahap siaga darurat dan saat terjadi bencana serta pada fase transisi dari darurat ke
bencana (pada tahap kesiapsiagaan darurat) sampai dengan transisi dari kondisi
9
(Nurjanah, dkk : 2012, hal:55)
18
hidup orang banyak, misalnya instalasi air minum, jaringan listrik, dan
jaringan telekomunikasi.
hak-hak kelompok retan (orang jompo, ibu hamil, balita, orang sakit,
karena bersifat abstrak, kualitas dapat digunakan untuk menilai atau menentukan
persyaratan atau spesifikasi itu terpenuhi berarti kualitas suatu hal yang dimaksud
19
berarti kualitas secara tidak langsung merupakan hasil rancangan yang tidak
Mutu sebenarnya tidak dapat diukur karena merupakan hal yang maya
(imaginer) jadi bukan suatu besaran yang terukur. Oleh sebab itu, perlu dibuat
indikator yang merupakan besaran yang terukur demi untuk menentukan kualitas
baik produk maupun jasa. Berbagai upaya dilakukan untuk membuat indikator
yang terukur dan cocok bagi masalah penentuan kualitas sedemikian rupa
terjamin terlaksananya.
meet the requirement of people who use them”11. Jadi suatu produk, apakah itu
bentuknya barang atau jasa, dikatakan bermutu bagi seseorang kalau produk
10
Fandy Tjiptono (2004:2)
11
Montgomery dan Supramto (2001),
20
kualitas hidup ini berbeda bagi orang sakit dan orang sehat 12. Menurut Cella, ada
dua komponen dasar dari kualitas hidup yaitu subjektivitas dan multidimensi.
Subjektivitas mengandung arti bahwa kualitas hidup hanya dapat ditentukan dari
sudut pandang pengungsi saja dan ini dapat diketahui dengan hanya bertanya
mempuyai pengertian yang bersifat subjektif dan individual, kualitas hidup terdiri
12
(Farquahar dan B owling, 1995 dalam Agustianti, 2006)
13
(Kinghorn dan Gamli, 2001 dalam Agustiati, 2006)
14
(Agustiana, 2006).
15
Stiglizt, Sen & Fitoussi (2011: 70-71)
21
tersebut. Dasar pendekatan kapabilitas ini memiliki akar kuat pada ide
politik dan tata kelola pemerintah, koneksi sosial, kondisi lingkungan, serta
ketidakamanan pribadi16.
16
Stiglizt, Sen & Fitoussi (2011: 70-71)
22
budaya dan sistem nilai dimana individu tinggal 17. Kualitas hidup bervariasi
antara individu yang tinggal di kota/wilayah satu dengan yang lain bergantung
pada konteks budaya, sistem, dan berbagai kondisi yang berlaku pada wilayah
positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria lebih terkait dengan aspek
2. Usia
17
WHOQOL (dalam Nofitri, 2003)
18
Fadda dan Jiron (1999)
19
Moons, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009)
20
dkk (2003) dalam (Nofitri, 2009)
21
dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009)
22
(1998) dalam (Nofitri, 2009)
23
kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia dewasa25. kontribusi dari faktor
3. Pendidikan
tidak banyak29.
4. Pekerjaan
5. Status Pernikahan
23
Moons, dkk (2004) dan Dalkey (2002) dalam (Nofitri, 2009)
24
Wagner, Abbot, & Lett (2004)
25
Ryff dan Singer (1998) dalam (Nofitri, 2009)
26
Rugerri, dkk (2001) dalam (Nofitri, 2009)
27
Moons, dkk (2004) dan Baxter (1998) dalam (Nofitri, 2009)
28
Wahl, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009)
29
Noghani, dkk (2007) dalam (Nofitri, 2009)
30
Moons, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009)
31
Wahl, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009)
24
yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu
menemukan bahwa baik pada pria maupun wanita, individu dengan status
6. Penghasilan
tidak banyak.
kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain terpenuhi, baik melalui
pernikahan, manusia akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik baik
32
Moons, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009)
33
Glenn dan Weaver (1981) dalam (Nofitri, 2009)
34
Wahl, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009)
35
Baxter, dkk (1998) dan Dalkey (2002) dalam (Nofitri, 2009)
36
Baxter, dkk (1998) dalam (Nofitri, 2009)
37
Kahneman, Diener, & Schwarz (1999) dalam (Nofitri, 2009)
25
subjektif38.
8. Standard referensi
diri individu dengan orang lain39. Hal ini sesuai dengan definisi kualitas
hidup bahwa kualitas hidup akan dipengaruhi oleh harapan, tujuan, dan
kualitas hidupnya.
Aspek dilihat dari seluruh kualitas hidup dan kesehatan secara umum42:
38
Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) dalam (Nofitri, 2009)
39
O’Connor (1993) dalam (Nofitri, 2009)
40
oleh WHOQoL (Power, 2003) dalam (Nofitri, 2009),
41
Glatzer dan Mohr (1987) dalam (Nofitri, 2009)
42
(WHOQOL Group, 1998)
26
lingkungan, transportasi
sosial43.
a. Kesejahteraan Fungsional
43
(Kinghorn dan Gamli, 2001 dalam Agustianti, 2006)
44
(Nies, 2001 dalam Agustianti, 2006)
27
b. Kesejahteraan Psikologis/Emosional
c. Kesejahteraan Sosial
Mungkin orang yang pertama yang mengemukakan basic needs adalah Mahbud ul
Haq dari Bank Dunia dan orang kedua adalah James Grant, presiden The Overseas
Development Council.
Paul Streeten dari Bank Dunia juga mendukung strategi basic needs. Dia
45
(Agustianti, 2006).
28
dalam kaitannya dengan keseluruhan sistem ekonomi dan sosial dari makanan dan
perbaikan gizi. Elemen utama dari sistem yang terlibat untuk pemenuhan basic
yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri.47
Oleh karena itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya.
Kebutuhan dasar manusia seperti makan ,air, keamanan dan cinta merupakan hal
berkembang menuju potensi yang lebih besar. Sebaliknya, jika proses pemenuhan
46
Fakih, Mansour, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta, 2001, hal. 64
47
Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin, Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik,
Jakarta, 2007, hal. 1
29
30
terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apapun.
keyakinan.
berarti, konsep diri, tahap perkembangan, dan struktur keluarga (Wahit Mubarak
kebutuhan tersebut.
31
terpenuhi atau tidak. Individu dengan konsep diri yang positif akan mudah
dalam hal struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, di dalam suatu
pola yang teratur dan dapat diprediksi, sebagai hasil dari proses
memuaskan kebutuhannya.
32
Moderamen GBKP.
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan non-
alam yang terdiri dari 3 fase yaitu: a) Sebelum bencana : kegiatan yang
48
Singarimbun ( 1993: 37)
33
bencana.
34
keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
penulisan.
penelitian.
Bab ini berisi tentang gamabaran umum tentang objek atau lokasi
dokumentasi.
35
Bab ini berisi tentang uraian data-data yang akan diperoleh setelah
melaksanakan penelitian.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran hasil penelitian yang dilakukan.
36
METODE PENELITIAN
sifat populasi atau daerah tersebut. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak
yang terjadi dilapangan dan melakukan analisis data untuk memberikan kebenaran
dan kejadian-kejadian, fakta-fakta dari data yang diperoleh sehingga peneliti dapat
49
Menurut Kirk dan Miller (dalam Moleong 2007: 4)
37
hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal
adanya populasi dan sampel.50 Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus
penelitian tidak ditentukan secara acak. Informan penelitian ini meliputi tiga
macam yaitu:
yang diteliti.
diteliti.51
strata, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap
50
Bangong Suyanto (2005: 171)
51
Hendrarso (dalam Suyanto, 2005: 171-172).
38
Pandia, S.Th)
sebagai berikut:
39
berikut:
buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan
instansi terkait.
analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
52
(dalam Moleong, 2013:248),
40
data yaitu53:
1. Reduksi Data
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
2. Penyajian Data
3. Penarikan Kesimpulan
sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini sebagai hipotesis, dan bila
53
Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009: 246)
41
42
Lintang Utara dan 97°55’- 98°38’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 km².
Kabupaten Karo terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar
wilayahnya merupakan dataran tinggi. Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah
berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Toba Samosir, sebelah Timur
dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun dan sebelah Barat
temperatur 16°- 27°. Curah hujan terbanyak adalah 315 hari/tahun. Dengan
temperatur seperti ini maka Kabanjahe termaksud daerah yang berhawa dingin.
Luas wilayah Kabanjahe adalah sekitar 44,65Km. Jarak Kabanjahe dengan ibu
54
www.karokab.go.id/in/index.php/gambaran-umum
43
meringankan tangan untuk membantu korban erupsi Sinabung tidak hanya berupa
bagi anak-anak yang orang tuanya terkena dampak erupsi Sinabung, dan tidak
Moderamen GBKP berasal dari berbagai desa dan kecamatan yang dianggap
pencerminan komitmen masa depan GBKP yang akan dipilih dan diwujudkan
pada periode 5 tahun. Visi dari GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) adalah
GBKP menjadi kawan sekerja Allah untuk menyatakan rahmat Allah kepada
mercy to the world (1 Korintus 3:9 dan I Petrus 2:9-10). Dalam bahasa Karo
diartikan sebagai “GBKP aron Dibata guna jadi pasu-pasu man isi doni”.
44
Misi merupakan maksud khas atau unik dan mendasar yang membedakan
instansi untuk dapat melakukan tugas dan fungsinya. Yang menjadi misi dari
a. Turut serta dalam karya penyelamatan Allah di dan bagi dunia dengan
masyarakat.
Protestan)
orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan setiap bagian dan tujuan
45
Ketua umum
Moderamen
Sekretaris Bendahara
Umum Umum
Wakil
Sekretaris
Umum
46
1. Bidang Marturia
tugas para pelayan khusus (pendeta, diaken, dan pertua). Sifat pekabaran
injil juga harus dilakukan dengan “bijak” dalam arti tidak memiliki potensi
47
pekabaran injil dan bersaksi terus menerus dilakukan baik pada wilayah
runggun, klasis dan sinode, namun pelayanan marturia oleh jemaat GBKP
hingga kini masih belum membudaya. Berbagai pola pekabaran injil telah
dicoba seperti pengadaan desa binaan, dialog antar iman dan lain-lain,
kompetensi. Di samping itu, GBKP juga belum memiliki sistem dan pola
yang ditandai dari kehidupan gereja dan jemaatnya sarat dengan kegiatan
48
dan layak ditiru, serta aktif dan proaktif dalam kegiatan-kegiatan marturia
GBKP.
pelatihan.
2. Bidang Koinonia
49
menunjukkan diri (gereja) sebagai keesaan dalam Tuhan secara lebih nyata
intensitas pelayanan.
50
3. Bidang Diakonia
51
diakonia. Hingga saat ini GBKP telah memiliki sejumlah unit yang
mendapat dukungan pemerintah. Badan pelayanan yang telah ada saat ini
dan satu yayasan: Yayasan Ate Keleng/Parpem GBKP (PT BPR Pijer Podi
Kekelengen, CU).
52
internasional.
yang ditandai dari kehidupan gereja dan jemaatnya yang kaya dengan
kemanusiaan lainnya
partisipasi yang aktif dan proaktif warga GBKP dalam berdiakonia di luar
53
kemanusiaan lainnya
lain-lain.
54
lain. Aktivitas produksi yang menjadi sumber dana GBKP antara lain Usaha
a) Kontribusi jemaat :
bagian dari kewajiban iman Hal ini terlihat dari rendahnya persentase jemaat
jemaat juga masih berada pada posisi kelompok ekonomi kurang mampu.
b) Usaha produksi :
55
efektif perlu diambil agar pencapaian visi sebagai bentuk tanggung jawab
dalam kegiatan produksi atau jasa yang digemari masyarakat luas dan
professional.
56
potensi
semua sektor usaha seperti pertanian, usaha industri, dan jasa melalui
berbagai sektor.
5. Bidang Pembinaan
57
wilayah global semakin tinggi pula peluang dan sekaligus ancaman yang
dihadapi oleh gereja tidak terkecuali GBKP. Oleh karena itu GBKP harus
menurut kebutuhan. Hingga saat ini GBKP belum memiliki sistem yang
58
perangkat gereja serta para jemaat sehingga mereka akan semakin mawas
59
ekonomi dan sosial yang berbasis pada data dan informasi yang
dan pembinaan.
60
GBKP baik secara individu maupun kelompok yang secara formal adalah
fisik tetapi jauh lebih luas yaitu mencakup seluruh potensi (pengetahuan,
61
a. Warga
b. Pertua / Diaken
62
berasal dari jemaat dan hidup, tinggal, dan bergaul bersama jemaat
jemaat. Hal ini merupakan peluang besar bagi Pertua dan Diaken
demikian belum terjadi. Para Pertua dan Diaken masih belum memiliki
atau menunjukkan sifat pelayan atau gembala bagi jemaat. Salah satu
butir tugas Pertua dan Diaken seperti tertera dalam Tata Gereja yaitu
dan Diaken juga bersumber dari faktor internal dan eksternal. Masalah
63
c. Pendeta
jemaat sangat menuntut agar para pendeta memiliki nilai lebih dari
atas, para pendeta GBKP masih dirasakan adanya kendala baik pada
64
d. Pegawai
65
lain.
pelayanan
lain)
66
kegiatan gereja.
dan, sinode)
daerah.
para diaken, pertua, dan pendeta dalam berbagai hal seperti organisasi dan
67
68
penyertaan dokumentasi.
Wawancara sebagai salah satu cara untuk memperoleh data primer dari
penelitian ini terdiri dari informan kunci, informan utama dan informan tambahan.
terdiri dari Ketua Bidang Diakonia dan Ketua Komisi Penanggulangan Bencana
69
dari pedoman wawancara yang penulis telah susun sebelumnya, namun dalam
peneliti membagi kedalam dua bagian, yaitu Pengurus Moderamen GBKP dan
Pendidikan
Purba GBKP
br Barus Diakonia
Pandia Penanggulangan
Bencana GBKP
70
Gunung Sinabung
Gunung Sinabung?
posko pengungsian sudah cukup terpenuhi. Seperti yang disampaikan oleh ibu
71
Maka secara umum jawaban dari para pengungsi ialah, Modramen GBKP
bekerja sama dengan seluruh Gereja Batak Karo Protestan di Indonesia maupun
gereja diluar GBKP dan diluar negeri untuk memberikan aksi diakonianya melalui
tiap posko pengungsi bencana Gunung Sinabung. Seperti yang dinyatakan oleh
Pendapat ini juga di dukung oleh oleh Pdt. Agustinus Purba,yang mengatakan.
“Bantuan kebutuhan makanan ini banyak dibantu oleh jemaat gereja baik
GBKP maupun gereja lain. Kebutuhan makanan ini tidak hanya datang
dari Sumatera saja tetapi juga di luar Sumatera seperti Jawa dan Papua
bahkan dari luar negri sekalipun. Selain jemaat gereja, bantuan makanan
ini juga ikut terlibat kelompok agama lain seperti Buddha, Hindu dan
Islam”. Selain jemaat gereja yang terlibat dalam bantuan makanan,
tentunya Pemerintah pun ikut terlibat untuk memberikan bantuan karena
itu menjadi salah satu tanggungjawab dan tugas pemerintah. Bantuan lain
yang ikut terlibat walapun tidak rutin seperti perusahaan-perusahaan
BUMN, bank (BRI dan BNI), dan bantuan dari penyumbang lainnya.”
72
pengungsian?
Dalam hal secara umum persediaan akan sarana dan prasaran ini sudah cukup baik
73
menyatakan
“Sarana dan prasarana sudah cukup lengkap dan dapur untuk memasak
sudah dibangun di tempat pengungsian yang sebelumnya dapur berada
dengan atap tenda dan berlantaikan tanah sudah dibangun dengan dapur
permanen. Dan sudah diresmikan oleh Moderamen GBKP, tinggal
pemindahan saja”
obatan memang sudah terpenuhi, namun obat-obatan yang tersedia hanya penyakit
ringan saja, tetapi kebutuhan obat-obatan untuk penyakit yang serius/ khusus tidak
ada tersedia di pengungsian maka jika pengungsi mengidap penyakip yang cukup
parah maka akan di rujuk ke rumah sakit. Pernyataan ini di bukung oleh ibu
74
yang harus dirawat inap, secara umum tidak ada disediakan di posko pengungsian
tempat untuk yang terkena penyakit khusus atau yang harus dirawat inap dan di
“Di posko tidak ada tersedia tempat untuk rawat inap tetapi dirujuk ke
rumah sakit, Moderamen GBKP bekerjasama dengan Rumah Sakit
Efarina Kabanjahe. Pihak rumah sakit menerima rujukan dari posko
GBKP melalui surat rujukan yang sudah di stempel oleh posko GBKP”.
Penyataan ini juga di setujui oleh oleh Pdt. Rosmalia br Barus yang mengatakan.
“Saya sangat senang karena Rumah Sakit Efarina dapat bekerjasama dengan
baik dan menerima rujukan dari posko, dengan jenis penyakit seberat apapun
pasti pihak rumah sakit dapat menerima baik itu di ICU dan UGD. Selain itu
Moderamen GBKP juga bekerjasama dengan Rumah Sakit Assan Korea Selatan,
sampai saat ini sudah ada tiga orang yang dibawa ke Korea untuk melakukan
operasi yaitu operasi tangan, kaki dan telinga.”
Lalu peneliti bertanya kembali sehubungan dengan sosialisasi tentang bahaya
narkoba dan HIV- AIDS yang dilakukan oleh Moderamen GBKP kepada
pengungsi khususnya untuk anak- anak pengungsi ?
75
Maka secara umum masyarakat menjawab tidak ada pengawasan khusus yang di
berikan oleh orang-orang tertentu, hal ini di perjelas oleh Pdt, Rosmalina, Br.
“Tidak adanya orang yang secara khusus datang untuk mengawasi hidup
sehat di pengungsian, di posko tersebut ada pengurus posko yang
mengawasi hidup sehat tetapi tidak pernah dilakukan secara formal hanya
sekedarnya saja dilakukan. Pengurus poskolah yang bertanggungjawab
dalam hal ini, dan ada peraturan yang berlaku yang dibuat untuk para
pengungsi.”
Lalu penulis kembali bertanya adakah peyuluhan yang dilakukan untuk pengungsi
gizi dan pelayanan kesehatan kurang dilakukan tetapi untuk lansia, ibu hamil, dan
balita lebih diprioritaskan. Lain halnya untuk masyarakat umum tidak ada
dilakukan penyuluhan soal kebutuhan gizi dan pelayanan kesehatan, apa yang ada
makanan untuk diolah di pengungsian itu yang mereka konsumsi tanpa melihat
nilai gizi dan yang hanya dilakukan bagaimana hidup bersih di pengumgsian.
76
penanganan dampak sosial psikologis untuk para pengungsi adakah hal yang
“untuk penanganan dampak sosial psikologis ini ada dilakukan dengan beberapa
kegiatan seperti pemutaran film yang hampir setiap malam minggu dilakukan di
posko, melalui diskusi juga salah satu kegiatan untuk dampak sosial psikologis
pengungsi dan tim konseling yang datang ke posko tetapi tidak secara rutin
datang ke pengungsian. Pernah juga dilakukan kegiatan dimana Vicaris datang
ke posko pada saat itu dan masing-masing tinggal di tenda ada sekitar 3-4 orang
satu tenda. Setiap seminggu sekali berkumpul dan menceritakan apa yang
menjadi pergumulan mereka. Ada juga kegiatan yang dibuat oleh jemaat GBKP,
membuat wadah khusus untuk orangtua laki-laki yang dinamakan Kaum Bapa.
Wadah Kaum Bapa ini disiapkan di setiap posko dengan kegiatan berkumpul
bersama dengan bercerita sambil minum kopi dan minum teh. Selain Kaum Bapa,
ada juga kegiatan yang dilakukan oleh pemuda, perempuan dan lansia. Kegiatan
yang dilakukan seperti membuat nyaman dan bahannya diberikan oleh
Moderamen GBKP dan hasil yang sudah jadi akan dijual dan hasilnya untuk
pengungsi itu sendiri. Karena di posko memiliki agama yang berbeda-beda
disiapkan ruangan untuk membangun spiritual mereka. Ada juga lembaga lain
77
Lalu peneliti kembali bertanya tentang persediaan air bersih untuk pengungsi
“untuk persediaan air bersih sudah cukup baik, kita memiliki dua sumur
bor, satu dibangun oleh Moderamen GBKP sendiri dan satu lagi dibangun
oleh PMI (Palang Merah Indonesia). Selain itu Dinas Sosial Tanah Karo
juga secara rutin mengantarkan air bersih ke posko.”
d) Bidang Pendidikan
umum disediakan oleh Moderamen GBKP dengan kerjasama dengan pihak dari
luar?
78
penyediaan alat-alat tulis, buku- buku, tas, seragam sekolah oleh Moderamen
79
80
Jika demikian lalu penulis bertanya lagi soal persediaan alat-alat bermain untuk
dilaksanakan modramen?
untuk yang beragama Kristen dan menyediakan Mushola untuk yang beragama
Islam.
81
Penulis bertanya kembali soal sosialisasi yang dibuat oleh Moderamen GBKP
pengungsi adalah.
82
Kemudian penulis bertanya kembali berbicara soal alokasi dana bantuan untuk
sebagainya?
Menurut pendapat Pdt. Dormanis Pandia yang mengatakan tidak ada alokasi dana
ini disediakan karena ini memang hal menjadi tanggungjawab dari pemerintah,
hanya saja apa yang dibutuhkan oleh pengungsi disediakan oleh Moderamen
GBKP.
“kita tidak menyediakan alokasi dana ini untuk pengungsi tetapi kita
berusaha untuk mencari jaringan dari luar untuk dapat bekerjasama apa
yang menjadi kebutuhan pengungsi. Seperti yang sudah dilakukan
kerjasama dengan GKI membangun saluran irigasi di Desa Kuta Mbaru
dan memberikan bibit kentang sesuai dengan permintaan dari pengungsi
itu sendiri.”
i) Penanggulangan Bencana
83
kepada Pemerintah. Tetapi jika ada kebutuhan yang tidak diberikan oleh
pendapat.”
Lalu kendala yang dihadapi dalam penanggulangan bencana, dari pendapat Ketua
sendiri mengatakan.
84
ANALISIS DATA
selanjutnya peneliti akan melakukan analisis data untuk dapat menjawab rumusan
masalah dari penelitian ini yang berhubungan tentang peranan moderamen GBKP
kepengurusan moderamen GBKP dalam hal ini peneliti akan menjawab rumusan
85
harapan tersebut merupakan imbalan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu
keluarga dan lain sebagainya. Bagi Moderamen GBKP sendiri hal ini merupakan
salah satu tugas pelayanan untuk merangkul pengungsi Gunung Sinabung dan
doing) yang sangat berharga tanpa melihat suku maupun agama karena bagi
sendiri, banyak kerjasama yang terjalin dengan Moderamen GBKP dari berbagai
86
perorangan. Sejak adanya letusan pertama di tahun 2010 pun Moderamen GBKP
sudah ikut berperan untuk pengungsi sampai saat ini, hal ini dapat dibuktikan
nasional dari BNPB yang menilai GBKP telah mendedikasikan jasa yang luar
orang, petugas serta institusi pelayanan untuk melaukan tindakan dan cara-cara
oleh alam maupun ulah manusia, termaksud dampak kerusakan yang meliputi
Agustus 2010, Moderamen GBKP membentuk tim GBKP. Tim ini mengemban
87
GBKP. Komposisi tim GBKP terdiri dari penanggung jawab, ketua, sekretaris,
juga membentuk kaum Asigana singkatan dari Anak Singuda Siaga Bencana,
wadah ini dibentuk pada tahun 2013 dengan maksud untuk semakin meneguhkan
khusus mereka yang selama ini telah bergabung dalam tim Asigana. Asigana ini
GBKP, antara lain Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, sebuah organisasi non-
pemerintahan (NGO) Jerman yang bernama The Johannitter, Badan Seacrh dan
Rescue Nasional (Basarnas) Medan, dan Palang Merah Indonesia (PMI) Medan.
sudah dalam keadaan siap setiap saat dalam menghadapi bencana baik sebelum,
sedang, maupun sesudah bencana dengan adanya Tim Pelayanan Bencana dan
wadah Asigana.
88
yang sebagaian besarnya kaum muda utusan jemaat-jemaat GBKP. Para relawan
ini tinggal bersama warga di tempat-tempat pengungsian. Tugas dari relawan ini
cukup beragam mulai dari membantu evakuasi dari zona merah rawan bencana,
tugas relawan ini tidak hanya terfokus pada satu tugas saja. Tugas relawan secara
diajak berpindah tempat yang lebih luas lagi. Hal tersebutlah yang dilakukan oleh
aspek yang berkaitan dengan bencana, terutama resiko bencana dan bagaimana
89
selama darurat, perlu diperhatikan hak-hak kelompok retan (orang jompo, ibu
hamil, balita, orang sakit, orang cacat, dan lansia). Dalam hal ini Moderamen
seperti PPWG GBKP, KWK Berastagi, Retret Center GBKP Sukamakmur, Alpa
Omega, Kantor Klasis, GBKP Kota Kabanjahe dan gedung serbaguna GBKP.
90
GBKP Sumbul
GBKP Perbesi
GBKP Siabang-abang
GBKP Kutabuluh
GBKP Singamanik
Dengan penyediaan tempat tinggal sementara selama erupsi terjadi menjadi salah
satu cara untuk mecegah bertambahnya jumlah korban karena desa tempat mereka
91
minimum. Melalui kegiatan ini para korban bencana dapat mempertahankan hidup
meskipun dalam kondisi minim, antara lain berupa bantuan pangan dan non-
pangan, layanan kesehatan dan hunian sementara, air bersih dan sanitasi. Dalam
posko, bahan pangan tersebut seperti ikan, beras, dan sayur-sayuran. Selain itu
kebutuhan non-pangan seperti minyak goreng, makanan cepat saji, minyak tanah,
halnya dengan penyakit yang berat maka aka dirujuk ke Rumah Sakit Efarina
Air bersih juga menjadi bagian yang penting di posko, yang sudah
disiapkan oleh Moderamen GBKP untuk pengungsi tetapi penyediaan air bersih
menjadi kendala karena jumlah pengungsi lebih besar daripada persediaan air
bersih. Maka upaya yang dilakukan Moderamen GBKP dalam hal ini membangun
sumur bor yang dibangun oleh Moderamen GBKP itu sendiri dan juga bantuan
92
menyiapkan tempat pembuangan air yang layak digunakan seperti toilet, selain itu
royong.
asset-asset yang terkait dengan hajat hidup orang banyak, misalnya instalansi air
tersebut Moderamen GBKP telah menyediakan air minum yang dimasak oleh
pengungsi di posko. Jaringan listrik juga disediakan oleh Moderamen GBKP dan
prasarana sarana dan fasilitas umum sosial serta rehabilitas psiko-sosial. Dalam
dalam bentuk program kerja dan rencana anggaran. Tim GBKP mendata dan
yang akan mengembangkan kapasitas korban bencana itu sendiri, setelah para
korban bencana punya kapasitas yang cukup mereka sendirilah yang menentukan
93
paket kebutuhan ini diberikan kepada setiap keluarga. Setelah sebagian warga
pulang ke desanya juga Tim GBKP tetap menyalurkan bantuan pangan ini kepada
karena lahan pertanian yang dulunya tidak bisa di pakai lagi, oleh karena itu Tim
GBKP berusaha membantu biaya sewa lahan tanpa harus dikembalikan. Tidak
hanya membantu penyediaan lahan tetapi tim GBKP juga memberikan bantuan
jemaat gereja seperti memutar film di posko dan bernayayi dengan diiringi gitar,
beban para pengungsi, berdiskusi bersama, adanya kagiatan anak ceria untuk
memotivasi daya kreasi dan percaya diri serta menghilangkan trauma dan
kejenuhan.
kelompok rentan. Hal ini sudah cukup baik yang dilakukan oleh Moderamen
berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang mereka minta. Selain itu untuk
94
yang bernama Dapur Baduta dimana kegitana ini berdiskusi untuk memenuhi gizi
balita dan membuat menu makanan berbasis gizi. Untuk orang sakit dan orang
cacat juga ditangani oleh Moderamen GBKP dengan bekerjasama dengan Rumah
Sakit Efarina Kabanjahe dan Rumah Sakit Assan Korea Selatan yang telah
membawa 3 orang sampai saat itu untuk operasi. Kebutuhan untuk lansia tidak
secara rutin tetapi selama mereka berkekurangan maka Moderamen GBKP akan
GBKP sudah terlaksana sebagia besarnya. Dan Moderamen GBKP akan terus
tetapi juga berperan dalam memperbaiki kualitas hidup pengungsi. Kualitas hidup
95
memperhatikan setiap kebutuhan dasar yang mengacu pada teori Paul Streeten.
Peran ini dilakukan oleh Moderamen GBKP untuk memenuhi kebutuhan dasar
setiap pengungsi.
bahan makanan di pengungsian setiap harinya dalam tiga kali sehari. Bantuan
makanan ini juga banyak yang berasal dari pihak luar seperti jemaat-jemaat
tidak hanya diberikan kepada pengungsi yang berada di posko tetapi bantuan
makanan tetap diberikan kepada korban erupsi Gnung Sinabung yang telah
dipenuhi oleh Moderamen GBKP, jika terdapat kekurangan bahan dasar di posko
maka akan segera dipenuhi oleh Moeramen GBKP, namun dalam hal mengelola
bahan makanan maka pengurus Moderamen menyerahkan kepada tiap tim yang
kendala yang dialami oleh Moderamen GBKP karena jumlah pengungsi tidak
96
Moderamen GBKP secara langsung untuk pengungsi tetapi kebutuhan pakaian ini
berasal dari bantuan dari luar dan akan disalurkan oleh Moderamen GBKP kepada
batuk dengan menghadiri Ramah Surbakti sebagai narasumber. Jika ada penyakit
pengungsi yang tidak dapat ditangani di klinik maka Moderamen GBKP akan
guru-guru dari sekolah asal mereka, buku-buku disediakan oleh Dinas Pendidikan.
Untuk mendukung proses belajar juga serta Moderamen GBKP juga menyediakan
97
untuk menyalurkan dana bantuan dan membuat surat keringanan yang berstatus
beasiswa dalam lima tahap sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tahap Jumlah
Penerima Bantuan
Moderamen GBKP juga mendirikan PAUD dan program rumah belajar. Selain itu
bantuan berupa buku tulis, seragam sekolah, alat-alat tulis dan sebagainya juga
diberikan oleh Moderamen GBKP dengan bantuan dari berbagai pihak luar. Bagi
Moderamen GBKP pendidikan merupakan hal yang penting dan investasi jangka
98
dalam hal ini Moderamen GBKP bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Tanah
Kerjasama ini dari berbagai bidang baik dalam kebutuhan pangan dan sandang,
kerjasama yang dilakukan oleh Moderamen GBKP dengan pihak luar maka
teori yang dikatakan oleh Paul Streeten maka Moderamen GBKP dapat memenuhi
Sinabung.
sangat berperan penting untuk dapat ikut berpartisipasi dalam menangani dan
melayani pengungsi. Dengan tugas pelayanan ini Moderamen GBKP tidak hanya
merangkul jemaat gereja saja tanpa melihat status, suku dan agama sekalipun.
dapat dilihat dengan dibentuknya Tim GBKP dan Asigana yang bertugas untuk
99
kualitas hidup korban erupsi Gunung Sinabung sudah berhasil seperti yang sudah
dijelaskan di atas menurut teori dan juga wawancara yang sudah dilakukan oleh
penulis.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
100
mereka tinggal.
lain sebagainya.
101
pengungsi.
6.2 Saran
102
DAFTAR PUSTAKA
103
104
Hidup makanan
pengungsi
(rawat inap)
105
13. Penyediaan alat- alat tulis, tas, seragam, 13. Wawancara dan
dokumentasi
buku untuk anak- anak pengungsi yang
masih bersekolah
17. Penyedian alat- alat bermain untuk anak- 17. Wawancara dan
dokumentasi
anak pengungsi
106
penanggulangan bencana
107
2. Siapa saja yang terlibat untuk melakukan kerjasama dengan Moderamen GBKP dalam
4. Bagaimana dengan persediaan sarana dan prasarana untuk mengolah bahan makanan di
pengungsian?
6. Apakah ada persediaan untuk pengungsi yang terkena penyakit khusus atau yang harus
dirawat inap?
108
7. Apakah ada sosialisasi tentang bahaya narkorba dan HIV-AIDS kepada pengungsi
9. Apakah ada penyuluhan yang dilakukan untuk pengungsi tentang kebutuhan gizi dan
pelayanan kesehatan?
10. Apakah ada penanganan dampak sosial psikologis untuk para pengungsi?
11. Bagaimana persediaan air bersih (untuk minum, masak, mandi) untuk pengungsi?
109
13. Apakah Moderamen GBKP menyediakan alat-alat tulis, buku-buku, tas, seragam sekolah,
14. Apakah ada penyediaan sarana pengangkut antar jemput dari tempat pengungsi ke
sekolah?
16. Bagaimana persediaan untuk kebutuhan kelompok rentan (balita, bayi, ibu hamil dan
menyusui, lansia)?
110
18. Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh Moderamen GBKP dalam membangun kebutuhan
rohani?
19. Apakah ada dorongan untuk pengungsi untuk dapat hidup saling bergotong royong?
20. Apakah ada sosialisasi yang dibuat oleh Moderamen GBKP dalam hal peningkatan
ekonomi keluarga?
kerajinan tengan dan persediaan kebutuhan sarana? Siapa dan darimana instruktur
pelatihnya?
22. Bagaimana dengan alokasi dana bantuan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan di sector
111
bencana?
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128