Makalah Sosiologi Xii

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SOSIOLOGI

“Perubahan Sosial dan Dampaknya terhadap Kehidupan Masyarakat”


KLS XII IPS

Nama Kelompok :

 Ahmad Al-Arobi (03)


 Amirotun Nabila (07)
 Dwi Rizki Safitri (08)
 M. Firdaus Ferdiansyah (19)
 Nur Rohmatul Muslim (26)
 Salsabila Amanda Putri (27)

Guru Pembimbing :
Husni Mubarok S.Pd

Yayasan Pondok Pesantren Assa’idiyah


Tanggulrejo Manyar Gresik Tahun Pelajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul  “Perubahan Sosial dan Dampaknya
terhadap Kehidupan Masyarakat” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sosiologi. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Perubahan Sosial dan Dampaknya
terhadap Kehidupan Masyarakat bagi para pembaca dan juga penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Husni Mubarok S.Pd selaku guru
Mata Pelajaran Sosiologi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Gresik, 24 Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Perubahan Sosial........................................................................................2
B. Ciri-Ciri Perubahan Sosial.......................................................................................5
C. Teori-teori Perubahan Sosial...................................................................................5
D. Faktor-faktor yang Memengaruhi Terjadinya Perubahan Sosial........................................12
E. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial...................................................................................17

BAB III PENUTUP


A. Analisis....................................................................................................................21
B. Kesimpulan..............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinamika peradaban manusia dalam sejarahnya selalu tumbuh dan berkembang
secara dinamis. Sebagai makhluk yang terus mencari dan menyempurnakan dirinya,
manusia senantiasa berusaha dan berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya untuk tetap eksis
dan “survive” di tengah kebersamaannya di tengah manusia lainnya. Perjuangan memenuhi
kebutuhan hidup ini telah memotivasi manusia untuk menggunakan akal budinya secara
maksimal di manapun manusia itu berada. Ruang hidup manusia tidak saja terbatas di mana
ia dilahirkan dan dibesarkan, tetapi juga di tempat dan waktu lain, di mana menurut dia
segala kebutuhannya bisa terpenuhi (Jelamu,1988).
Proses perpindahan sekelompok manusia dari satu tempat ke tempat lain adalah
dinamika manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya dalam koridor pemenuhan
kebutuhan naluriahnya. Kemajuan komunikasi, transportasi, keterbukaan wilayah,
kelancaran arus informasi dan sebagainya berhasil “mendekatkan” kota-desa dalam segala
aspek perubahannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah-masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari perubahan sosial.
2. Apa saja ciri-ciri perubahan sosial.
3. Apa saja teori-teori perubahan sosial.
4. Apa saja faktor penyebab terjadinya perubahan sosial.
5. Apa saja bentuk-bentuk perubahan sosial.
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Menjelaskan pengertian perubahan sosial menurut para ahli.
2. Menyebutkan ciri-ciri perubahan sosial.
3. Menyebutkan dan menjelaskan teori-teori perubahan sosial.
4. Menyebutkan faktor penyebab terjadinya perubahan sosial.
5. Menyebutkan dan menjelaskan bentuk-bentuk perubahan sosial.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Perubahan Sosial


Teori perubahan sosial dikemukakan oleh para ahli dengan aksentuasi yang berbeda-
beda, sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing. Terlepas dari perbedaan
pandangannya, yang jelas, para ahli sepakat bahwa perubahan sosial terkait dengan
masyarakat dan kebudayaan serta dinamika dari keduanya.
Ogburn tidak memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial, melainkan
memberikan pengertian tertentu tentang perubahan-perubahan sosial itu. Dia mengemukakan
bahwa ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang
material maupun yang non-material. Yang ditekankannya adalah pengaruh besar unsur-unsur
kebudayaan material terhadap unsur-unsur non-material (Soekanto, 1990).
Perubahan pola pikir, pola sikap dan pola tingkah laku manusia (yang bersifat rohaniah)
lebih besar dipengaruhi oleh perubahan-perubahan kebudayaan yang bersifat material. Misalnya
kondisi-kondisi ekonomis, geografis, atau biologis (unsur-unsur kebudayaan material)
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya (pola
pikir, pola sikap, dan pola tingkah laku).
1. Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial secara umum diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau
berubahnya tatanan/struktur didalam masyarakat, yang meliputi pola pikir, sikap serta
kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Berikut
pandangan para ahli tentang perubahan sosial antara lain:
a. Parsudi Suparlan
Perubahan sosial adalah perubahan dalam strukur sosial dan pola-pola
hubungan sosial yang mencakup sistem status, hubungan keluarga, sistem politik
dan kekuasaan, maupun penduduk.
b. J.P. Gillin dan J.L. Gillin (1957)
Perubahan sosial dianggap sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang
telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, komposisi penduduk,
kebudayaan materiil, ideologi, maupun karena adanya difusi atau penemuan baru
dalam masyarakat.
Pengertian yang dikemukakan oleh Gillin dan Gillin ini menunjuk pada
dinamika masyarakat dan reaksinya terhadap lingkungan sosialnya baik
menyangkut tentang cara ia hidup, kondisi alam, cara ia berkebudayaan, dinamika
2
kependudukan maupun filsafat hidup yang dianutnya setelah ia menemukan hal-hal
baru dalam kehidupannya.
Pendapat Gillin dan Gillin ini tidak berbeda jauh dengan pendapat Koenig
yang mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi
yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
c. Kingsley Davis (1960)
Perubahan sosial adalah proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi masyarakat. Misalnya, adanya perubahan dalam hubungan antyara buruh
dengan majikan.
d. Hans Garth dan C. Wright Mills
Perubahan sosial adalah apa pun yang terjadi (baik itu kemunculan,
perkembangan, ataupun kemunduran), dalam kuru waktu tertentu terhadap peran,
lembaga, atau tatanan yang meliputi struktur sosial.
e. Mac Iver (1961)
Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial
atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium).
f. Selo Soemardjan (1928)
Perubahan sosial sebagai perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.
g. Hawley
Perubahan sosial merupaklan setiap perubahan yang tidak terulang dari
sistem sosial sebagai suatu kesatuan.
h. Munandar
Perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
dari bentuk-bentuk masyarakat.
i. Moore (1998)
Perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial, yaitu pola-
pola perilaku dan interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat.
j. Macionis
Perubahan sosial merupakan transformasi dari organisasi masyarakat dalam
pola piker dan perilaku dalam waktu tertentu.
3
k. Ritzer
Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antarindividu, kelompok,
organisasi, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu.
l. Lauer
Perubahan sosial dimaknai sebagai perubahan fenomena sosial di berbagai
tingkat kehidupan manusia, mulai dari tingkat individu sampai tingkat dunia.
m. Harper (1989)
Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan yang signifikan mengenai
struktur sosial dalam kurun waktu tertentu. Menurut Harper, perubahan tersebut
mengandung beberapa perubahan struktur sosial sebagai berikut.
1) Perubahan dalam personal yang berhubungan dengan perubahan-perubahan
peran dan indovidu-individu baru dalam sejarah kehidupan manusia. Misalnya,
perempuan hanya menjadi ibu rumah tangga, tetapi sekarang banyak dijumpai
perempuan yang juga bekerja di luar. Hal ini terjadi perubahan peran dan
fungsi perempuan dalam masyarakat.
2) Perubahan dalam cara berhubungan antarbagian struktur sosial. Misalnya, pada
masa lalu dalam kantor pemerintah menggunakan tenaga manusia, tetapi saat
ini sudah dikenal layanan yang lebih modern dengan sistem online.
3) Perubahan dalam fungsi-fungsi struktur yang berkaitan dengan apa yang
dilakukan masyarakat dan bagaimana melakukannya. Misalnya, pada zaman
dulu keluarga menjadi sarana pendidikan tingkah laku atau sikap dan ilmu
pengetahuan lainnya bagi anak. Namun, saat ini sudah dikenal sekolah sebagai
media memperoleh Pendidikan.
Belajar dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian perubahan sosial,
dapat disimpulkan bahwa tidak semua perubahan sosial yang terjadi dalam struktur
sosial masyarakat mengalami kemajuan, bahkan dapat dikatakan mengalami
kemunduran. Maka dari itu perubahan sosial yang dibahas di sini adalah perubahan
sosial berdasarkan penyebabnya yakni perubahan sosial yang direncanakan dan
perubahan sosial yang tidak direncanakan. Contoh perubahan sosial yang direncanakan
seperti adanya rencana pemerintah dalam program pembangunan masyarakat melalui
sistem KB (Keluarga Berencana). Sedangkan perubahan sosial yang tidak direncanakan
seperti peristiwa peperangan, bencana alam dan lain sebagainya.

4
Menurut pendapat Weber bahwa tindakan sosial atau aksi sosial tidak bisa
dipisahkan dari proses berpikir rasional dan tujuan yang akan dicapai oleh pelaku (Max
Weber dalam Berger 2004, 27). Tindakan sosial dilihat dari segi motifnya terdapat
empat tindakan yakni, (1) tindakan untuk mencapai satu tujuan tertentu, (2) tindakan
berdasar atas adanya satu nilai tertentu, (3) tindakan emosional, (4) tindakan yang
didasarkan atas adat istiadat tertentu (tradisi).
B. Ciri-ciri Perubahan Sosial
Berdasarkan definisi perubahan sosial yang telah diuraikan oleh beberapa tokoh di
atas, dapat disimpulkan perubahanj sosial adalah suatu proses di mana terjadi perubahan
struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Unsur-unsur yang mengalami perubahan dalam
masyarakat, biasanya mengenai nilai-nilai sosial, pola perilaku, organisasi, stratifikasi sosial,
kebiasaan, dan lain sebagainya.
Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dapat mencakup berbagai aspek
kehidupan, seperti Pendidikan, ekonomi, hukum, sosial, teknologi, dan sebagainya.
Terjadinya perubahan sosial dapat diketahui melalui ciri-ciri berikut ini.
1. Tidak ada masyarakat yang stagnan, karena setiap manusia mengalami perubahan-
perubahan, baik terjadi secara lambat maupun cepat.
2. Perubahan yang terjadi di masyarakat tidak dapat diisolasikan di bidang kebendaan atau
spiritual saja.
3. Perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang
sifatnya sementara dalam proses penyesuaian diri.
4. Perubahan yang terjadi pada Lembaga sosial akan diikuti dengan perubahan pada
lembaga lainnya.
Berdasarkan ciri-ciri di atas menunjukkan bahwa perubahan sosial dapat dilihat dari
fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Salah satunya adalah fenomena kerukunan
antarumat beragama di masyarakat. Perubahan sosial tidak selalu bersifat kebendaan saja
tetapi menyangkut semua fenomena yang terjadi di masyarakat. Selain itu, perubahan sosial
juga tidak terlalu bersifat positif, tetapi juga dapat bersifat negatif. Oleh karena itu, kita
harus berhati-hati terhadap berbagai perubahan yang terjadi.
C. Teori-teori Perubahan Sosial
Ilmu sosiologi banyak dipengaruhi oleh berbagai ilmu pengetahuan lainnya seperti
biologi, geologi, dan masih banyak lagi. Dengan demikian tidak heran jika beberapa teori
perubahan sosial yang akan dijelaskan menyebutkan beberapa pemikiran yang bukan orang
sosiologi bahkan orang yang bukan dari latar belakang ilmu pengetahuan sosial. Maka
5
dengan ini perubahan sosial terjadi karena ada faktor dari dalam maupun dari luar. Adapun
faktor dari dalam yang menyebabkan perubahan sosial seperti keadaan ekonomi, teknologi,
ilmu pengetahuan, agama dan sebagainya. Sedangkan faktor dari luar yang menyebabkan
perubahan sosial seperti bencana alam, perang, gunung meletus, tsunami dan sebagainya.
Konsep perubahan sosial yang mau diangkat dalam tulisan ini adalah soal perubahan
sosial ekonomi dan perubahan sosial budaya. Karl Max dalam konsep economic structure
berpendapat bahwa penggerak perubahan yang akan memimpin perubahan adalah termasuk
proses perubahan sosial dan lingkungan ekonomi menjadi dasar segala perilaku masyarakat.
Marx dalam Salim berpendapat bahwa, “siapa yang menguasai ekonomi, akan juga
menguasai aspek lainya (Salim 2014, 30).” Hal ini berarti ekonomi menjadi dasar dari
perubahan sosial. Pendapat yang sama ditulis oleh Damsar ketika ekonomi dalam hal ini
adalah materi masyarakat berkembang dengan baik, maka akan mempengaruhi perilaku
sosial atau sosio budaya masyarakat, seperti cara berpikir, bertindak, gaya hidup,
pertemanan atau ideologi (Damsar 2015, 70).
Khomsan mengatakan bahwa ekonomi masyarakat menunjukkan ekonomi yang
sangat rendah atau dikategorikan miskin (Khosman 2015, 3). Miskin menurut Chambers dan
Nasikun (Nasikun 2001, 3) tergolong dalam 4 bentuk, yaitu:
1. Kemiskinan absolut, bila pendapatan berada di bawah garis kemiskinan untuk
memenuhi kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan
untuk bisa hidup dan bekerja.
2. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang
belum menjangkau semua masyarakat.
3. Kemiskinan kultural, persoalan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang
disebabkan oleh faktor budaya, misalnya malas, pemboros, tidak kreatif.
4. Kemiskinan struktural, situasi miskin karena rendahnya akses terhadap sumber daya
yang terjadi dalam suatu sistem sosial dan kerap menyuburkan kemiskinan.
Dari keempat kategori yang sudah dijelaskan di atas menggambarkan situasi
masyarakat dalam kemiskinan. Kemiskinan yang paling utama adalah kemiskinan absolut.
Kebutuhan dasar ini sangat mempengaruhi budaya masyarakat. Budaya mereka tidak bisa
berkembang karena situasi dan kondisi mereka yang hidup dalam kemiskinan.
Perubahan ekonomi dan perubahan budaya dapat berkembang atau berubah tentu
saja banyak mengalami konflik dalam struktur masyarakat. Maka, pendekatan konflik lebih
cocok untuk melihat suatu perubahan dalam segi ekonomi dan budaya. Pendekatan konflik
ini dilihat dari teori pendekatan konflik klasik dan teori pendekatan modern. Arisandi

6
menulis teori konflik berdasarkan teori pendekatan konflik klasik berdasarkan pemikiran
Karl Max (Arisandi 2015a, 48).
Max dalam teori perubahan sosialnya sering digolongkan ke dalam pendekatan
konflik karena menekankan aspek struktur atau klasifikasi dalam perubahan ekonomi. Hal
ini yang mendorong Karl Max menggolongkan masyarakat ke dalam dua golongan atau
kelas, yakni golongan utama yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja
(proletar). Kedua kelas ini senantiasa berada dalam posisi berhadapan sesuai dengan
kepentingan ekonominya masing-masing.
Teori pendekatan konflik modern yang diuraikan di sini adalah teori konflik menurut
Ralf Dahrendorf, sekitar tahun 1960. Arisandi menguraikan pendapat Dahrendorf mengenai
proses konflik sosial yang mendorong terjadinya perubahan sosial, adalah pada setiap
masyarakat, terdapat dua kelompok yang masing-masing menampilkan peran positif dan
peran negatif (Arisandi 2015b, 175). Kelompok yang berkepentingan untuk
mempertahankan keadaan yang sekarang disebut status quo, dianggap menampilkan peranan
positif, sedangkan kelompok yang berkepentingan untuk mengadakan perubahan dalam
masyarakat secara progresif, dianggap menampilkan peranan negatif. Konflik yang terus
menerus terjadi diantara kedua kelompok ini akan membawa masyarakat ke dalam
perubahan sosial. Cepat atau lambat, besar atau kecil ukuran atau skala perubahan sosial
yang terjadi, tergantung pada faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya dan politik.
Dengan demikian kelompok yang menang atau berhasil dalam konflik menurut teori
ini adalah kelompok yang mendapat otoritas atau kewenangan untuk menguasai atau
menekan orang lain sehingga stabilitas masyarakat dapat berjalan. Otoritas menurut
pandangan Dahrendorf bukan terletak pada individu, melainkan terletak pada posisi,
sehingga tidak bersifat statis. Perubahan sosial dapat terjadi dalam teori ini melalui
konsensus.
Konsensus adalah pendapat atau gagasan yang kemudian diadopsi oleh sebuah
kelompok kepada kelompok yang lebih besar karena berdasarkan kepentingan (seringkali
dengan melalui sebuah fasilitasi) hingga dapat mencapai pada tingkat keputusan yang
dikembangkan. Konsensus yang dimaksudkan di sini adalah secara tidak langsung,
masyarakat akan tunduk pada proses perubahan yang kebijakannya ditetapkan otoritas saat
itu. Masyarakat akan tumbuh dan tunduk di dalam sistem sosial yang dibentuk oleh otoritas
yang berwenang atau yang berkuasa.
Soetomo menulis bahwa semua warga masyarakat tentu mempunyai cita-cita yang
sama yaitu hidup sejahtera (Soetomo 2016, 340). Hidup sejahtera yang dimaksud adalah

7
sejahtera secara jasmani dan spiritual termasuk dari segi ekonomi. kebutuhan dasar
terpenuhi sehingga perubahan sosial dalam bidang lain akan terpenuhi juga. Jika ekonomi
belum terpenuhi, maka hal ini juga menyebabkan sumber daya manusia yang meliputi; cara
berpikir, bertindak, bertutur kata atau gaya hidup, budaya, cara bersosialisasi sangat berbeda
dengan masyarakat pada umumnya yang hidup layak dari segi ekonomi.
Menurut Weber problem ekonomi dan sumber daya manusia ini bisa dipecahkan
dengan menggunakan sistem otoritas legal atau kepemimpinana legal. Pemikiran Marx
Weber hampir sama dengan pemikiran Dahrendorf tetapi Weber lebih melihat otoritas
kepemimpinan, lebih dalam pengertian kemampuan untuk mempengaruhi tindakan dan
pikiran.
Weber berpendapat bahwa kepemimpinan otoritas legal merupakan kepemimpinan
yang didasarkan pada aturan tertulis atau ada sistem yang jelas dan baku, yang dalam hal ini
disebut birokrasi. Sistem kepemimpinana birokrasi ini bisa sangat memaksa dan terstruktur
dengan baik sehingga sangat kuat, rasional, serta paling dapat diandalkan untuk menjaga
sebuah otoritas berjalan dengan baik. Berikut ada beberapa teori perubahan sosial yang
berkaitan dengan apa yang sudah dibahas di atas. Teori-teori tersebut antara lain:
1. Teori Evolusi (Evolution Theory)
Teori evolusi mungkin sering kita dengar dalam ilmu Biologi dan secara garis
besar, kalian juga pasti mengetahui inti dari teori ini. Penjelasan Teori Evolusi dalam
ilmu sosial juga tidak jauh berbeda. Teori evolusi menjelaskan bahwa perubahan sosial
terjadi secara lambat untuk waktu yang lama di dalam sistem masyarakat.
Menurut teori ini, perubahan sosial terjadi karena perubahan pada cara
pengorganisasian masyarakat, sistem kerja, pola pemikiran, dan perkembangan sosial.
Perubahan sosial dalam teori evolusi jarang menimbulkan konflik karena perubahannya
berlangsung lambat dan cenderung tidak disadari. Menurut Soerjono Soekanto terdapat
tiga teori utama dalam evolusi:
a. Teori Evolusi Uniliniear.
Teori ini menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan
yang sesuai dengan tahap-tahap tertentu. Perubahan ini membuat masyarakat
berkembang dari yang sederhana menjadi tahapan yang lebih kompleks.
b. Teori Evolusi Universal
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahapan
tertentu yang tetap karena menurut teori ini kebudayaan manusia telah mengikuti
suatu garis evolusi tertentu.

8
c. Teori Evolusi Multiliniear
Teori ini menyatakan bahwa perubahan sosial dapat terjadi dalam beberapa cara,
tetapi cara tersebut akan mengarah ke arah yang sama, yaitu membentuk masyrakat
yang lebih baik.

2. Teori Konflik (Conflict Theory)


Perspektif ini menjelaskan bahwa pertentangan atau konfik bermula dari
pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan
kelompok yang tertindas secara materirel sehingga akan mengarah pada perubahan
sosial.
Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik sosial,
bukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah akibat dari adanya konflik tersebut.
Karena konflik berangsur terus menerus, perubaha juga akan mengikutinya. Dua tokoh
yang pemikirannya menjadi pedoman dalam teori konflik ini adalah Karl Max dan Ralf
Dahrendorf.
Dalam teori perubahan sosial ini tentu saja memandang konflik sebagai sumber
terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Teori ini melihat masyarakat dalam dua
kelompok atau kelas yang saling berkonflik yaitu kelas borjuis dan kelas proletar.
Kedua kelompok sosial dalam masyarakat ini dapat dianggap sebagai majikan dan
pembantunya. Dengan kepemilikan harta dan hak atas hidup yang lebih banyak oleh
kaum borjuis dan minimnya bagi kaum proletar akan memicu konflik dalam masyarakat
sehingga terjadi revolusi sosial yang berakibat pada terjadinya perubahan sosial.
Secara lebih rinci, pandangan teori konflik lebih menitikberatkan pada hal
berikut:
a. Setiap masyarakat terus-menerus berubah.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya berada daam ketegangan dan konflik.

9
d. Kestabian sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yanag satu oleh
golongan yang lainnya.
3. Teori Fungsional (Functional Theory)
Teori fungsional berusaha melacak penyebab perubahan sosial sampai pada
ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi memengaruhi
mereka. Teori ini berhasil menjelaskan perubahan sosial yang tingkatnya moderat.
Konsep kejutan budaya menurut William F. Ogburn berusaha menjelaskan
perubahan sosial dalam kerangka fungsional. Menurutnya, meskipun usnsur-unsur
masyarakat saling berhubungan satu sama lain, beberapa unsurnya bisa saja berubah
dengan sangat cepat, sementara unsur lainnya tidak. Ketertinggalan tersebut menjadikan
kesenjangan sosial dan budaya di antara unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan
unsur yang berubah lambat. Secara lebih ringkas, pandangan teori fungsionalis sebagai
berikut:
a. Setiap masyrakat relatif bersifat stabil.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di
kalangan anggota kelmpok masyarakat.
4. Teori Siklis (Cyclical Theory)
Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial tidak dapat
dikendalikan sepenuhnya oleh siapa pun dan oleh apa pun. Karena dalam setiap
masyarakat terdapat perputaran atau siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini,
kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan hal
yang wajar dan tidak dapat dihindari.
Bagaimanapun seseorang berusaha untuk mencegah terjadinya perubahan sosial
mereka tidak akan mampu, karena perubahan sosial sudah seperti sifat alami yang
dimiliki setiap lingkungan masyarakat. Sementara itu, beberapa bentuk teori siklis
sebagai berikut:
a. Teori Oswald Splenger (1880-136)
Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan, yaitu anak-
anak, remaja, dewasa, dan tua. Penahapan tersebut oleh Splenger digunakan untuk
menjelaskan perkembangan masyarakat bahwa setiap peradaban besar mengalami

10
proses kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu
sekitar seribu tahun.
b. Teori Pritim A. Sorokin (1889-1968)
Sorokin berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga
sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem kebudayaan ini
adalah kebudayaan ideasional, idealistis, dan sensasi.
1) Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilai-nilai dan
keprcayaan terhadap kekuatan supranatural.
2) Kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan dimana keprcayaan terhadap unsur
adikodrati (supranatural) dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung
dalam menciptakan masyrakat yang ideal.
3) Kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan dimana sensasi merupakan tolak ukur
dari kenyataan dan tujuan hidup.
c. Teori Arnold Toynbee (1889-1975)
Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran,
pertumbuhan, keruntuhan, dan akhirnya kematian. Beberapa peradaban besar
menurut Toynbee telah mengalami kepunahan kecuali peradaban Barat, yang
dewasa ini beralih menuju ke tahap kepunahannya.

5. Teori Perubahan Sosial Dahrendorf


Teori perubahan sosial oleh Dahrendorf berisi tentang hubungan stabilitas
struktural sosial dan adanya perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam struktur kelas sosial akan berakibat pada nilai. Kepentingan dalam
hal ini dapat menjadi nilai serta realitas dalam masyarakat. Kepentingan merupakan
elemen dasar dalam kehidupan sosial. Apabila kepentingan itu saling bertabrakan, maka
sudah tentu akan terjadi konflik. Dari segi ekonomi, misalnya kepentingan buruh tani
dan pekerja pabrik tuntutan kenaikan upah agar dapat mempertahankan hidupnya.

11
D. Faktor-faktor yang Memengaruhi Terjadinya Perubahan Sosial
Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat bersumber dari dalam masyarakat itu
sendiri dan dapat pula dari luar. Meskipun demikian, perubahan sosial dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berasal dari luar, tetapi masyarakatlah yang akan melaksanakan
perubahan. Oleh karena itu, perubahan sosial dapat terjadi karena adanya faktor yang saling
memengaruhi, baik dari masyarakat sendiri maupun dari masyarakat lain. Dengan kata lain,
masyarakatlah yang menerima dan melaksanakan perubahan tersebut.
Pada umumnya, perubahan sosial tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor;
diantaranya faktor penyebab, faktor pendorong, serta faktor penghambat.
1. Faktor Penyebab Perubahan Sosial
Pada dasarnya, perubahan sosial terjadi karena anggota masyarakatnya pada
waktu tertentu merasa tidak puas dengan kehidupan yang lama. Oleh karena itu, mereka
melakukan perubahan untuk memperbaiki kehidupannya. Perubahan dalam masyarakat
disebabkan oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri
maupun dari luar masyarakat.
a. Perubahan yang Terjadi dari Dalam Masyarakat
Faktor penyebab perubahan sosial yang terjadi dari dalam masyarakat
adalah sebagai berikut.
1) Berkembangnya Ilmu Pengetahuan
Berkembangnya pengetahuan menjadikan manusia semakin memiliki
pengetahuan yang luas dan menghasilkan teknologi canggih. Selain itu, adanya
pengetahuan mendorong manusia untuk mencari penemuan baru yang dapat
membantu aktivitas manusia dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Sumber: https://www.pioneer.com/web/site/indonesia/Berita
9 Setember 2020, 21.00 WIB
Gambar 2.1: Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

12
2) Jumlah Penduduk
Selain ilmu pengetahuan, jumlah penduduk yang setiap tahun selalu meningkat
juga menjadi faktor penyebab terjadinya perubahan sosial. Pulau Jawa yang
memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi dapat menimbulkan masalah di
masyarakat. Hal ini yang kemudian memicu terjadinya urbanisasi. Adanya
perubahan jumlah penduduk menjadi salah satu factor penyebab perubahan
sosial. Denghan bertambahnya jumlah penduduk di suatu daerah, maka dapat
mengakibatkan perubahan dalam struktur masyarakat, terutama mengenai
Lembaga kemasyarakatan.
3) Pertentangan dan Pemberontakan
Dalam masyarakat pasti pernah terjadi konflik, baik secara individu maupun
kelompok. Konflik sosial dapat terjadi karena adanya perbedaan kepentingan
atau adanya ketimpangan sosial. Konflik yang terjadi baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat menghasilkan sebuah perubahan sosial, misalnya
pergantian penguasa, adanya kesepakatan baru, maupun akomodasi dari pihak-
pihak yang berkonflik.

Sumber: https://tugassekolah.co.id/2020/03/faktor-internal-dan-eksternal-penyebab.html
9 September 2020, 21.00 WIB
Gambar 2.3.: Pertentangan dalam Masyarakat
b. Perubahan yang Terjadi dari Luar Masyarakat
Selain faktor dari dalam masyarakat, perubahan sosial juga dipengaruhi oleh
factor dari luar masyarakat. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
masyarakat dengan masyarakat lain yang berbeda dapat ditanggapi dengan berbagai
macam reaksi. Bisa diterima ataupun ditolak oleh masyarakat.
1) Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Luar
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya
dengan karakteristik yang berbeda-beda. Adanya interaksi yang terjalin antara

13
satu masyarakat dengan masyarakat lain yang berbeda budaya dapat saling
memengaruhi. Pertemuan dua budaya yang berbeda dapat ditanggapi dengan
berbagai macam reaksi, seperti:
a) Demonstration effect (pengaruh kebudayaan dapat diterima tanpa adanya
paksaan); dan
b) Cultural animosity (saling menolak adanya pertemuan budaya).
2) Peperangan
Peristiwa peperangan yang terjadi, baik perang saudara maupun perang
antarnegara dapat menimbulkan perubahan sosial. Perubahan sosial ini terjadi
dalam sistem birokrasi, dimana pihak yang menang biasanya akan memaksa
pihak yang kalah untuk melakukan ideologinya.
3) Terjadinya Bencana Alam
Kerusakan alam biasanya oleh ulah manusia sendiri. Sebagai contoh
penebangan hutan secara sembarangan dapat menyebabkan banjir, tanah
longsor, dan lain sebagainya. Hal ini mendorong manusia untuk pindah dan
mencari tempat yang baru. Kemudian mereka membangun pemukiman dan
Lembaga-lembaga yang baru. Mereka akan berpindah tempat karena merasa
tidak aman dan tidak nyaman dari tempat sebelumnya.

Sumber: https://www.greeners.co/berita,9 September 2020, 21.00 WIB


Gambar 2.4: Bencana Alam
2. Faktor Pendorong Perubahan Sosial
Menurut Soekanto (2012), faktor-faktor pendorong perubahan sosial adalah
sebagai berikut:
a. Kontak Dengan Kebudayaan Lain
Awal proses perubahan sosial adalah adanya kontak dari seseorang atau
kelompok kepada orang atau kelompok lain. Melalui kontak sosial terjadilah proses
penyampaian informasi tentang gagasan, ide, keyakinan, dan hasil-hasil budaya
yang berupa fisik. Dua kebudayaan yang saling bertemu akan saling memengaruhi

14
yang akhirnya membawa perubahan. Dengan demikian, berhubungan dengan
budaya lain dapat mendorong munculnya perubahan sosial budaya. Sebagai
contohnya, unsur-unsur kebudayaan asing yang dibawah oleh para pedagang
dengan cara damai dan tanpa adanya paksaan. Selain itu, ada beberapa ulama yang
melakukan perubahan melalui penyiaran agama.
b. Sikap Saling Menghargai Hasil Karya Orang Lain dan Adanya Keinginan
untuk Maju
Sikap menghargai hasil karya mendorong seorang individu akan
memunculkan penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Wujud sikap
menghargai hasil karya seseorang dapat berupa pemberian Nobel atau penghargaan.
Selain itu, adanya keinginan untuk maju dalam diri seseorang memicu munculnya
perubahan-perubahan sosial budaya. Perubahan sosial budaya terjadi karena ada
rasa tidak puas terhadap situasi dan kondisi saat itu. Keinginan untuk mengadakan
suatu kemajuan mendorong seseorang melakukan perubahan terhadap situasi dan
kondisi yang ada.
c. Sistem Pendidikan yang Maju
Pendidikan formal adalah pendidikan yang ditempuh melalui jenjang-
jenjang pendidikan di sekolah. Pendidikan formal mengajarkan bermacam-macam
kemampuan, seperti menguasai ilmu-ilmu pengetahuan, kerajinan tangan, hidup
mandiri, olahraga, dan kesenian. Dengan mengikuti pendidikan di sekolah, seorang
individu mempelajari suatu nilai-nilai tertentu yang dapat membuka pikirannya
dalam menerima hal-hal baru. Selain itu, pendidikan sekolah mengajarkan manusia
untuk dapat berpikir secara ilmiah dan objektif. Dengan pengetahuan itu, seorang
individu dapat menilai apakah kebudayaan masyarakatnya mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak. Berbekal pengetahuan itulah seseorang
melakukan perubahan. Oleh karena itu, perubahan sering terjadi di kalangan
masyarakat yang berpendidikan tinggi.
d. Toleransi
Sikap toleransi yang dimaksud di sini ialah sikap toleransi terhadap adanya
pengaruh dari luar. Adanya pengaruh dari luar yang tidak melanggar hukum dapat
menjadi cikal bakal dari perubahan sosial. Oleh karena itu, dengan adanya sikap
toleransi dapat menciptakan hal-hal baru yang kreatif.

15
e. Sistem Terbuka Lapisan Masyarakat
Adanya open stratification dalam masyarakat memungkinkan terjadinya
gerak sosial vertikal. Situasi kondisi ini memberi kesempatan seseorang untuk
menempati strata yang lebih tinggi. Melalui kerja keras dan melakukan perubahan-
perubahan seorang individu mencapai kemajuan diri guna meningkatkan strata.
Jadi, semakin terbuka sistem lapisan masyarakat semakin besar peluang untuk
melakukan perubahan-perubahan yang tentunya menuju ke arah yang lebih baik.
f. Ketidakpuasan Masyarakat Terhadap Bidang-Bidang Kehidupan Tertentu
Adanya perubahan dilatarbelakangi oleh rasa ketidakpuasan terhadap situasi
dan kondisi saat itu. Apabila perasaan itu terjadi dalam waktu yang lama akan
menimbulkan tekanan-tekanan yang disertai dengan kekecewaan hingga pada suatu
waktu memunculkan revolusi dalam tubuh masyarakat tersebut. Hal ini dapat
dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi di Indonesia. Perubahan-perubahan
timbul karena adanya ketidakpuasan terhadap cara kerja pemerintah.
g. Adanya Orientasi ke Masa Depan
Keadaan yang selalu mengalami kemajuan mendorong seseorang untuk
melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap perkembangan zaman. Adanya
orientasi ke masa depan akan mendorong masyarakat untuk selalu berpikir maju
dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan
perkembangan zaman.
3. Faktor Penghambat Perubahan Sosial
Selain faktor-faktor yang dapat mendorong suatu perubahan sosial, terdapat pula
beberapa faktor yang dapat menghambat terjadinya perubahan sosial. Beberapa faktor
yang dinilai menghambat terjadinya suatu perubahan sosial antara lain sebagai berikut.
a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Manusia tidak pernah lepas dari hubungan dengan manusia atau masyarakat
lain dalam suatu pergaulan. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
mengakibatkan suatu masyarakat menjadi terasing dari pergaulan hidup dengan
masyarakat lainnya. Akibatnya mereka tidak mengetahui kemajuan atau
perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain. Apabila pergaulan saja sangat
terbatas, maka yang terjadi adalah keterbatasan pemikiran sehingga keinginan
untuk berubahpun juga sangat minim.

16
b. Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Terlambat
Dengan adanya keterbatasan dalam pergaulan, dapat dipastikan
perkembangan ilmu pengetahuan juga akan terlambat. Sebab dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dapat ditempuh di antaranya dengan metode learning by doing. Tidak
adanya keinginan untuk menambah wawasan di bidang ilmu pengetahuan akan
mengakibatkan pola pikir yang terbelakang dan ketinggalan zaman, sehingga
muncul sebuah pandangan negatif (stigma) adanya kelompok masyarakat yang sulit
untuk berubah.
c. Sikap Masyarakat Tradisional yang Konservatif
Sikap konservatif atau sulit untuk melakukan perubahan akan membawa
mentalitas yang tidak baik dalam sebuah kemajuan. Karena itu sikap tersebut harus
dihindari apabila seseorang hendak melakukan suatu perubahan.
D. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial
Masyarakat merupakan kelompok individu yang dinamis. Banyak faktor yang dapat
mendorong terjadinya perubahan pada masyarakat, baik itu ideologi, kebijakan pemerintah,
maupun gerakan massa. Perubahan yang berdampak pada interaksi sosial, norma (aturan),
dan unsur kebudayaan yang dikenal dengan perubahan sosial budaya.
1. Perubahan Lambat (Evolusi) dan Perubahan Cepat (Revolusi)
a. Perubahan Lambat (Evolusi)
Kalian pasti pernah mendengar istilah evolusi yang dikemukakan oleh
Darwin. Menurut Bohannan, evolusi merupakan perubahan yang lama dengan
rentetan perubahan yang saling mengikuti dengan lambat (Basrowi,2014). Dalam
evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa direncana, karena adanya usaha-
usaha dari masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dan kondisi yang
baru. Evolusi terdiri dari rentetan perubahan kecil, sehingga kita seringkali tidak
merasakannya. Contohnya dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern.
Inkeles dalam Basrowi (2014), menggolongkan teori evolusi menjadi tiga
bentuk. Bentuk tersebut adalah sebagai berikut.
1) Unilinear Theory of Evolution
Teori ini menjelaskan bahwa manusia dan masyarakat mengalami
perkembangan sesuai tahapan-tahapan tertentu. Tahapan tersebut berawal dari
yang paling sederhana, kompleks, dan sempurna. Tokoh-tokoh yang menjadi
pelopor dari teori ini ialah August Comte dan Herbert Spencer. Salah satu
pendukung teori ini ialah Pitirim A. Sorokin yang berpendapat bahwa
17
masyarakat berkembang melalui tahap-tahap yang didasarkan pada suatu
kebenaran.
2) Universal Theory of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu
melalui tahap tertentu yang tetap. Menurut Herbert Spencer, masyarakat
merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok
heterogen, baik sifat maupun susunannya.
3) Multilined Theories of Evolution
Teori ini memfokuskan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap
atau fenomena-fenomena perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat.
Sebagai contohnya, penelitian tentang pengaruh perubahan sistem mata
pencaharian dari berburu ke pertanian, terhadap sistem kekeluargaan dalam
masyarakat yang bersangkutan.
b. Perubahan Cepat (Revolusi)
Jenis perubahan sosial selain terjadi secara lambat juga ada yang terjadi
secara cepat (revolusi). Kamu mungkin pernah mendengar istilah revolusi? Seperti
Revolusi Prancis, Revolusi Industri, maupun revolusi lainnya. Dapatkah kamu
menguraikan definisi revolusi itu? Kata revolusi muncul pertama kali dalam teks
politik di Italia pada abad ke-14 yang artinya penggulingan pemerintahan. Dalam
Ensiklopedi Nasional Indonesia (2004) revolusi diartikan sebagai suatu perubahan
yang terjadi secara cepat atau mendadak. Perubahan tersebut dianngap revolusi
karena mengubah sendi-sendi pokok dari kehidupan masyarakat seperti sistem
kekeluargaan, hubungan sosial dan lain sebagainya. Revolusi ini sering diawali
dengan ketegangan dalam masyarakat yang bersangkutan.
Secara sosiologi, agar revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa
syarat, diantaranya adalah:
1) Harus adanya keinginan untuk mengadakan suatu perubahan.
2) Adanya seorang pemimpin yang dapat memimpin dalam masyarakat.
3) Adanya pemimpin yang dapat menampung keinginan masyarakat agar terjadi
pergerakan menuju perubahan.
4) Seorang pemimpin harus menunjuk-kan suatu tujuan pada masyarakat.
5) Adanya momentum untuk memulai suatu gerakan.

18
2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
a. Perubahan Kecil
Perubahan kecil ialah perubahan yang terjadi namun unsur struktur sosial
yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contohnya:
perubahan model pakaian, rambut, sepatu, dan lain-lain yang tidak berpengaruh
signifikan terhadap masyarakat keseluruhan sebab tidak menimbulkan perubahan
pada lembaga kemasyarakatan.
b. Perubahan Besar
Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur
sosial yang memberi pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contohnya:
Pengelolaan pertanian dengan pemakaian alat pertanian dan mesin (traktor) pada
masyarakat agraris.

Sumber : https://www.kompasiana.com
9 September 2020, 13.00 WIB.
Gambar 1.3: Penggunaan mesin tractor dalam pertanian
3. Perubahan yang Dikehendaki dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki
a. Perubahan yang Dikehendaki
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang
diperkirakan (telah direncanakan) terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak
mengadakan perubahan dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki suatu
perubahan biasanya menyebut para perencana sosial, yakni seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin
satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Dengan demikian, dalam
konteks perubahan yang dikehendaki maka pada perencana sosial inilah yang akan
memimpin masyarakat dalam merubah sistem sosialnya. Dalam melaksanakan
tugasnya, langsung terjun langsung untuk mengadakan perubahan, bahkan mungkin
menyebabkan perubahan-perubahan pula pada lembaga-lembaga kemasyarakatan

19
lainnya. Selain itu, suatu perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan,
selalu berada di bawah pengendalian serta pengawasan dari perencanaan sosial
tersebut. Dalam ilmu sosiologi, cara-cara untuk mempengaruhi masyarakat dengan
sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu sebagaimana dijelaskan di
atas, dinamakan social planning (perencanaan sosial) atau sering dinamakan pula
dengan istilah social engineering (perekayasaan sosial).
b. Perubahan yang Tidak Dikehendaki
Sementara sebaliknya, perubahan-perubahan sosial budaya yang tidak
dikehendaki atau yang tidak direncanakan, merupakan perubahan-perubahan yang
terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung di luar jangkauan pengawasan
masyarakat, serta dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak
diharapkan oleh masyarakat. Sedangkan apabila perubahan-perubahan yang tidak
dikehendaki tersebut berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang
dikehendaki, maka perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang
demikian besarnya terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki, sehingga
keadaan tersebut tidak mungkin dirubah tanpa mendapat halangan-halangan dari
masyarakat itu sendiri. Atau dengan perkataan lain, perubahan yang dikehendaki
diterima oleh masyarakat dengan cara mengadakan perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah ada, atau dengan cara membentuk
yang baru. Seringkali pula terjadi bahwa perubahan yang dikehendaki bekerjasama
(saling menerima) dengan perubahan yang tidak dikehendaki dan kedua proses
tersebut akhirnya saling pengaruh-memengaruhi.

20

Anda mungkin juga menyukai