Laporan Praktikum Adsorpsi
Laporan Praktikum Adsorpsi
Laporan Praktikum Adsorpsi
KIMIA FISIKA
ADSORPSI
Disusun Oleh :
NIM : B2C017031
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kami kemudahan dan kelancaran sehingga “Laporan Praktikum Adsorpsi” ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan praktikum ini dengan baik.
Shalawat serta salam juga tak lupa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang kita nantikan bersama syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami berharap banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari
laporan praktikum ini. Pengetahuan mengenai adsorpsi ini juga diharapkan dapat
menjadi media yang efektif untuk mempelajari ilmu sains dan dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari – hari ditinjau dari kegunaannya bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
absorben sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada
permukaannya (Sukardjo, 1990).
2
Berdasarkan besarnya interaksi antara adsorben dan adsorbat, adsorpsi
dibedakan menjadi adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Salah satu perbedaannya
dilihat dari panas adsorpsinya. Dimana nilai yang lebih kecil dari 20 kJ/mol
dianggap menunjukkan adsorpsi fisika dengan interaksi yang terjadi antara
adsorben dan adsorbat adalah gaya van der walls, dimana ketika gaya tarik
molekul antara larutan dan permukaan media lebih besar daripada gaya tarik
substansi terlarut dan larutan makan substansi terlarut akan diadsorpsi oleh
permukaan media. Sedangkan nilai yang lebih besar dari 40 kJ/mol dianggap
menunjukkan adsorpsi kimia dengan terbentuknya ikatan kimia (bukan ikatan van
der walls) antara senyawa terlarut dalam larutan dengan molekul dalam media.
Adsorpsi kimia terjadi dengan diawali adsorpsi fisik, yaitu partikel adsorbat
tertarik ke permukaan adsorben melalui ikatan hidrogen. Dalam adsorpsi kimia
partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya
ikatan kovalen) dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan
koordinasi dengan substrat. (Atkins, 1994).
Menurut (Bahl et al, 1997 & Suryawan, Bambang 2004) daya adsorpsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Tekanan (P). Tekanan yang dimaksud adalah tekanan adsorbat. Kenaikan
tekanan adsorbat dapat menaikkan jumlah yang diadsorpsi.
2. Temperatur Absolut (T). Temperatur yang dimaksud adalah temperatur
adsorbat. Pada saat molekul – molekul gas atau adsorbat melekat pada
permukaan adsorben akan terjadi pembebasan sejumlah energi yang
dinamakan peristiwa eksotermis. Berkurangnya temperatur akan menambah
jumlah adsorbat yang teradsorpsi demikian juga untuk peristiwa sebaliknya.
3. Interaksi Potensial (E). Interaksi potensial antara adsorbat dengan dinding
adsorben sangat bervariasi tergantung dari sifat adsorbat dan adsorben.
4. Jenis adsorbat meliputi 2 karakteristik diantaranya ukuran molekul adsorbat
dan kepolaran zat.
5. Karakteristik adsorben diantaranya kemurnian adsorben dan luas permukaan
dan volume pori adsorben.
3
Model kinetika adsorpsi Langmuir ini berdasarkan pada asumsi sebagai
berikut: laju adsorpsi akan bergantung pada faktor ukuran dan struktur molekul
adsorbat, sifat pelarut dan porositas adsorben, situs pada permukaan yang
homogen dan adsorpsi terjadi secara monolayer. Proses adsorpsi heterogen
memiliki dua tahap, yaitu : (1) perpindahan adsorbat dari fasa larutan ke
permukaan adsorben dan (2) adsorpsi pada permukaan adsorben. Tahap pertama
akan bergantung pada sifat pelarut dan adsorbat yang terkontrol (Oscik,1982).
Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir tersebut dapat ditulis dalam bentuk
persamaan linier :
C 1 C
= +
m bK b
qe = Kf Ce 1/n
4
sedangkan isoterm BET akan lebih baik daripada isoterm Langmuir bila terapkan
untuk adsorpsi Fisika.
BAB II
ISI
5
Erlenmeyer Gelas Beaker
- Bahan
6
Buat 5 macam Titrasi masing - Masukkan masing
larutan asam asetat masing larutan - masing 30 mL
50 mL dengan dengan larutan larutan asam asetat
berbagai NaOH Standar 0.1 diatas ke dalam 5
konsentrasi N sebanyak 3 kali botol aqua
Tambahkan tiap -
tiap botol aqua
Timbang karbon
Diamkan larutan dengan satu
aktif 1 gram
selama 24 jam adsorben (karbon
sebanyak 5 buah
aktif 1 gram) dan
kocok secukupnya
Dari hasil titrasi yang dilakukan sebelum dan sesudah adsorpsi diperoleh data
sebagai berikut :
7
larutan larutan Asam larutan NaOH larutan Asam larutan NaOH
CH3COOH asetat (mL) 0.1 N asetat (mL) 0.1 N
8
Grafik C vs x/m
0.045
0.04
0.035
0.03
0.025
C
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0.094 0.065 0.044 0.034 0.016
x/m
-0.8
-1
-1.2
-1.4
-1.6
-1.8
-2
Log C
Perhitungan :
9
N1 . 10 = 0,1 . 7,45
N1 . 10 = 0,1 . 4,55
N1 = 0,0745
N1 = 0,0455
N1 . V1 = N2 . V2 N1 . V1 = N2 . V2
N1 . 10 = 0,1 . 4,95 N1 . 10 = 0,1 . 3,10
N1 = 0,0495 N1 = 0,0310
N1 . V1 = N2 . V2 N1 . V1 = N2 . V2
N1 . 10 = 0,1 . 2,45 N1 . 10 = 0,1 . 0,95
N1 = 0,0245 N1 = 0,0095
N1 . V1 = N2 . V2 N1 . V1 = N2 . V2
N1 . 10 = 0,1 . 0,95 N1 . 10 = 0,1 . 0,25
N1 = 0,0095 N1 = 0,0025
Jumlah zat yang teradsorpsi (X)
10
= (0,0095 – 0,0025) x 60 x 50/1000
= 0,007 x 60 x 0,05
= 0,021 gram
2.5 Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai adsorpsi. Adsorpsi secara
singkatnya merupakan proses pengumpulan zat terlarut dipermukaan media,
dalam proses adsorpsi ada zat yang terserap pada suatu permukaan zat lain yang
disebut adsorben. Pada praktikum ini digunakan adsorben berupa karbon aktif.
Karbon aktif dapat dikatakan sebagai adsorben karena memiliki ruang pori yang
sangat banyak dengan ukuran tertentu. Pori – pori inilah yang akan menangkap
partikel halus yang terjebak di dalamnya. Karbon aktif memiliki sifat yang sangat
aktif dan dapat menyerap apa saja yang melakukan kontak dengan karbon tersebut
baik di udara maupun di dalam air. Karbon aktif merupakan material grafit dan
kerangka c-aktif tersebut dari hubungan ineregular dari kristalit. Luas permukaan
spesifik c-aktif umumnya berada pada kisaran 500-1500 m 2/g yang
memungkinkan untuk adsorpsi. Pada praktikum ini juga menggunakan larutan
organik yaitu asam asetat glasial dengan 5 jenis konsentrasi yang berbeda. Asam
asetat dapat diserap oleh karbon aktif, hal ini memungkinkan terjadinya
penurunan konsentrasi dari asam asetat tersebut, yang semula konsentrasinya
tinggi menjadi lebih rendah karena zat – zat yang ikut dalam asam asetat terserap
oleh karbon aktif.
11
teradsorpsi. Penggunaan indikator fenolftalein bertujuan untuk mengetahui titik
akhir titrasi larutan yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan
menjadi merah muda. Alasan lain ialah karena titrasi yang dilakukan
menggunakan metode alkalimetri, yakni dititrasi dengan larutan standar basa
sehingga digunakan indikator fenolftalein yang mempunyai rentang pH 8,3 –
10,0. Volume NaOH yang dipakai pada setiap titrasi dicatat untuk menghitung
konsentrasi asam yang teradsorpsi. Pada proses ini titrasi dilakukan diplo.
12
Dari data pengamatan dan hasil perhitungan, konsentrasi CH3COOH
sebelum diadsorpsi lebih tinggi daripada setelah diadsorpsi. Hal ini terjadi karena
CH3COOH telah diadsorpsi oleh arang aktif. Grafik hubungan antara x/m dengan
C maupun hubungan antara log x/m dengan log C dapat dilihat pada gambar
diatas. Grafik merupakan grafik Isoterm Adsorpsi Freundlich. Dari persamaan
grafik tersebut jika dianalogikan dengan persamaan Freundlich maka akan didapat
nilai k dan n.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasil percobaan yang dilakukan merupakan adsorpsi fisika karena adanya
gaya van der waals antara adsorben dengan adsorbat yang digunakan sehingga
proses adsorpsi hanya terjadi pada permukaan larutan. Serta diketahui juga bahwa
semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi daya adsorpsinya dan semakin
banyak pula zat yang teradsorpsi. Pada percobaan ini juga dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi asam asetat maka semakin besar pula NaOH
yang dibutuhkan dalam titrasi.
3.2 Saran
13
yang ditimbulkan dari ketidaktelitian dapat merubah data yang lainnya. Selain itu
juga untuk praktikum selanjutnya sebaiknya menggunakan karbon aktif yang
sudah dihaluskan dengan tujuan untuk memperbesar luas permukaan sehingga
daya serapnya menjadi lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Lynam, M.M., Kilduff, J.E dan Weber, W.J. 1995. Adsorption of p-Nitrophenol
From Dilute Aqueous Solution, J. Chem. Educ., 72, 1, 80 – 84.
Atkins, P. W. 1994. Physical Chemistry. Edisi kelima. England: Oxford Univ Pr.
14
Bahl, B. S., Tuli, G. D., and Bahl, A. 1997. Essential of Physical Chemistry. S
Chand and Company Ltd. New Delhi.
Oscik, J. 1982. Adsorption. John Willey & Sons, Inc. New York.
LAMPIRAN
15
aqua.
16
Hasil titrasi larutan setelah adsorpsi
17