Perawatan Paliatif Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK)
Perawatan Paliatif Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK)
Perawatan Paliatif Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK)
DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
judul “Perawatan paliatif pada pasien dengan Gangguan Ginjal Kronis (GGK) Program
Studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binalita Sudama Medan
kepada:.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binalita Sudama Medan, yang telah membimbing
2. Terimakasih kepada Ayah dan Ibu yang tidak terhingga penulis ucapkan,
akan tetapi kata-kata yang pernah disampaikan menjadi motivasi penulis untuk
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan makalah
ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya profesi keperawatan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 2 Pembahasan
2.1 Konsep teori ..................................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian ............................................................................................. 4
2.1.2 Etiologi ................................................................................................. 5
2.1.3 Patofisiologi .......................................................................................... 5
2.1.4 Manifestasi Klinis ................................................................................. 6
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang......................................................................... 8
2.1.6 Penatalaksanaan .................................................................................... 8
2.1.7 Komplikasi ........................................................................................... 9
2.2 Perawatan Paliatif … … … . ............................................................................ 10
BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 12
3.2 Saran ................................................................................................................ 12
Daftar pustaka ............................................................................................................ 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Perawatan paliatif (palliative care) merupakan salah satu pendekatan untuk
meningkatkan kualitas hidup. Pendekatan ini ditujukan kepada keluarga dan pasien
yang mengalami masalah terkait penyakit terminal atau yang mengancam kehidupan.
Salah satu penyakit kronik yang memerlukan perawatan paliatif adalah penyakit gagal
ginjal kronik (GGK) (World Health Organization, 2018).
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perubahan kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik dengan tindakan hemodialisis. Pasien GGK dengan
frekuensi HD yang sering akan terjadi perubahan secara ekonomi, keluarga,
kebebasan, pekerjaan dan kehidupan sosial yang akan berpengaruh pada kualitas hidup
pasien (Imelda, Susalit, Marbun, & Rumende, 2017). Faktor lain seperti lama
hemodialisa, frekuensi dan mekanisme koping ikut berperan dalam memengaruhi
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani HD dengan p value <0,05
(Indanah, Sukarmin, & Rusnoto, 2018).
Mekanisme coping ikut berperan dalam memengaruhi perubahan kualitas hidup
pasien. Pasien yang memiliki coping adaptif tidak akan menimbulkan masalah akan
hal ini, namun apabila pasien memiliki coping maladaptif akan terjadi dampak
yang tidak diinginkan. Penyakit GGK secara tidak langsung akan meningkatkan
tekanan emosional serta tekanan spiritual pasien. Fokus utama pelayanan bukan hanya
berfokus terkait pengelolaan penyakitnya saja tetapi perlunya menjaga keseimbangan
di segala aspek baik fisik-psiko-sosio-spiritual contohnya dengan menerapkan
pelayanan perawatan paliatif (Al-Mahrezi& Al-Mandhari, 2016). Dimana salah satu
bidang dari perawatan paliatif adalah dimensi spiritual.
Penelitian pada pasien dengan penyakit terminal di salah satu RS di Bandung
menunjukkan bahwa semua dimensi kebutuhan spiritual sangat dibutuhkan oleh
responden, dan kebutuhan religi merupakan kebutuhan yang paling banyak dipilih dan
dirasakan paling dibutuhkan (Nuraeni, Nurhidayah, Hidayati, Windani Mambang Sari,
& Mirwanti, 2015). Berdasarkan dari tinjauan literatur didapatkan hasil bahwa
pentingnya aspek spiritualitas dan kebutuhan spiritual bagi pasien gagal ginjal kronik
karena merupakan salah satu cara meningkatkan makna dan harapan hidup,
memperbaiki kualitas hidup, dan meningkatkan kepercayaan diri serta dapat
mengurangi kecemasan pasien (Muzaenah & Makiyah, 2018). Selain itu penelitian lain
mengenai pengalaman pasien dalam melakukan manajemen psikososial dan spiritual
terhadap dirinya sendiri didapatkan hasil bahwa dukungan sosial merupakan
2
pendukung utama dalam pengelolaan masalah yang dihadapi pasien, dimana salah
satu dari dukungan sosial tersebut berasal dari tenaga kesehatan yaitu perawat
(Armiyati, Wuryanto, & Sukraeny, 2016).
Menaruh kepercayaan dan keyakinan kuat kepada Tuhan dipercayai dapat menjadi
faktor yang dapat membantu kesembuhan penyakit pasien. Perawat juga penting
berperan dalam membantu mewujudukan kesejahteraan pasien, salah satunya dengan
praktik pelayanan spiritual dengan memberikan rasa aman dan hubungan saling
percaya di mana perawat mempercayai keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki
pasien. Maka dari itu keyakinan dan praktik spiritual perawat dapat menjadi sumber
kenyamanan dalam mengurangi tekanan spiritual yang dialami pasien (Ismail,
Hatthakit, & Chinawong, 2015). Careful nursing spiritual value dapat digunakan
sebagai model caring spiritual dalam pelayanan praktik keperawatan dengan penerapan
nilai spiritual didalamnya (Oktaviana, Dwiantoro, & Warsito, 2019).
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perawatan paliatif pada pasien Gagal Ginjal Kronis dan
dapat mengaplikasikan tatacara perawatn paliatif pada pasien GGK
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Sumber : National Kidney Foundation. (2002)
2.1.2. Etiologi
Menurut Black dan Hawks (2005) penyebab gagal ginjal kronik adalah
glomerulonefritis kronik, GGA, penyakit ginjal Polycistic, Obstruksi ginjal,
pyelonephritis yang berulang, dan nephrotoxin; penyakit-penyakit sistemik
juga menyumbang terjadinya GGK, seperti diabetes melitus, hipertensi, lupus
erythematous, polyarthritis, penyakit sickle cell dan amiloidosis.
2.1.3. Patofisiologi
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan kedalam urin)tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialysis ( Smeltzer & Bare, 2002).
Gangguan klirens renal,banyak masalah muncul pada gagal ginjal
sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang
menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang seharusnya
dibersihkan oleh ginjal. Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat
dideteksi dengan mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens
kreatinin.
Retensi cairan dan natrium. Ginjal juga tidak mampu untuk
mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit
ginjal tahap akhir;respons ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan
cairan dan elektrolit sehari-hari,tidak terjadi.
Asidosis. Dengan semakin berkembangnya penyakit renal,terjadi
asidosis metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan
muatan asam (H+) yang berlebihan.
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang
tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik
pasien,terutama dari saluruan gastroenstestinal.
5
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat. Abnormalitas utama yang lain
pada gagal ginjal kronis adalah gangguuan metabolisme kalsium dan fosfat.
6
Gangguan sistem yang terjadi pada sistem gastrointestinaladalah
setiap bagian gastrointestinal terpengaruh sebagai akibat peradangan pada
mukosa oleh urea yang berlebihan.
Ulcerase mukosa ditemukan sepanjang gastrointestinal tract, disebabkan oleh
peningkatan amonia yang dihasilkan oleh pemecahan urea oleh bakteri.
Stomatitis dengan exudat dan ulcersi, rasa metalik pada mulut, dan bau urin
pada pernafasan. Umumnya ditemukan anoreksia, mual, muntah, penurunan
BB.
Gangguan sistem yang terjadi pada system neurological adalah depresi
umum sistem saraf pusat (CNS) mengakibatkan letargi, apatis, kemampuan
konsentrasi menurun, fatique dan gangguan kemampuan mental. Convulsive,
coma terjadi akibat hipertensi encevalopati dan peningkatan BUN yang
ekstrim.
Gangguan sistem yang terjadi pada system muskuloskeletal adalah
osteodystrophy ginjal adalah suatu gejala gangguan skeletal yang ditemukan
pada gagal ginjal kronik. Ini berkaitan dengan perubahan metabolisme
calsium fosfat. Secara normal ratio calcium fosfat mempertahankan elektrolit
dalam keadaan tidak dapat dilarutkan dalam air.
Gangguan sistem yang terjadi pada system integumen adalah perubahan
ini sehubungan dengan penyerapan dan retensi chromogens urinari yang
normalnya memberi karakteristik warna urin. Kulit juga tampak pucat sebagai
akibat anemia dan kering, bersisik karena kegiatan kelenjar minyak berkurang.
Berkurangnya keringat akibat menurunnya ukuran kelenjar keringat. Pruritus
paling lazim akibat campuran dari kulit kering, pengendapan, Ca Phosphate
pada kulit dan sensori neurophaty. Pasien bisa merasa sangat gatal yang dapat
mengarah ke perdarahan atau infeksi karena garukan. Pruritus juga bisa
disebabkan oleh lapisan uremic, akibat kristalisasi urea pada kulit.
Gangguan Sistem yang terjadi pada system reproduksi adalah wanita
bisasnya mempunyai kadar estrogen, progresteron, dan hormon luteinizing
yang menurun, menyebabkan anvolusi dan perubahan menstruasi (biasanya
amenorrhea). Laki-laki mengalami hilangnya kemampuan testis, menurunnya
kadar testosteron, dan spermanya sedikit.
Gangguan sistem yang terjadi pada Sistem endokrin adalah semua pasien
dengan gagal ginjal kronik menunjukan beberapa manifestasi klinik
7
hipotiroidisme. Test fungsi tiroid hasilnya rendah dibawah kadar normal untuk
serum trioidthyronine (T3) dan thyroxine (T4).
pasien dengan gagal ginjal kronik menunjukan beberapa manifestasi klinik
hipotiroidisme. Test fungsi tiroid hasilnya rendah dibawah kadar normal untuk
serum trioidthyronine (T3) dan thyroxine (T4).
Gangguan sistem yang terjadi pada perubahan psikososial adalah
perubahan-perubahan personality dan perilaku, emosional labil, menarik diri
dan depresi merupakan perubahan yang bisa diobservasi/diamati.
2) Radiology
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya
batu atau adanya suatu obstruksi). Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi
akan memperburuk fungsi ginjal, Pielografi Intra-Vena (PIV) untuk menilai
system pelviokalisis dan ureter, USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal,
tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system
8
pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih Dan prostat, EKG
untuk melihat kemungkinan hipertropiventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit, Pemeriksaan Pielografi Retrograd
dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel, Pemeriksaan Foto
Dada untuk melihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid
overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikardial. Tak jarang
ditemukan juga infeksi spesifik oleh karena imunitas tubuh yangmenurun,
Pemeriksaan radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama tulang
jari), dan klasifikasimetastatik
9
dekarnoat/deca durobilin) untuk perempuan, androgen (depo- testoteron)
untuk pria, transfuse Packet RedCell/PRC.
6. Cuci darah (dialisis) yaitu dengan hemodialisa maupun peritonealdialisa.
7. Transplantasi ginjal.
10
5. Memberi sistim dukungan untuk mengusahakan pasien sedapat mungkin tetap
aktif sampai kematiannya.
6. Memberi sistim dukungan untuk menolong keluarga pasien melalui masa sakit
pasien, dan sewaktu masa perkabungan
3. Perawatan aktif, total bagi pasien yang menderita penyakit yang tidak dapat
disembuhkan
4. Pendekatan holistik : fisik, mental, spiritual, sosial.
5. Pendekatan multi-disipliner : medis, non-medis, keluarga.
11
4. Berikan dukungan bagi keluarga, anak, petugas sosial yang memberikan perawatan.
5. Hormati dan terapkan nilai-nilai budaya setempat, kepercayaan / agama, dan adat
istiadat.
4.1 Kesimpulan
Perawatan Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Perawatan paliatif
untuk mencegah, memperbaiki, mengurangi gejala-gejala suatu penyakit, namun bukan
berupaya penyembuhan. Suatu pendekatan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien
dan keluarganya dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, melalui
pencegahan, penilaian, pengobatan nyeri dan masalah-masalah fisik lain, juga
masalah psikologis dan spiritual lainnya.
4.2 Saran
Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa,
sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai penyakit gagal ginjal kronis
menjadi bekalkan dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami
bahas ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3.Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
proses Penyakit.Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC Supartondo. ( 2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta Balai
Penerbit FKUI
13