Makalah Teori Pembelajaran Humanisme
Makalah Teori Pembelajaran Humanisme
Makalah Teori Pembelajaran Humanisme
Pembelajaran PAI
Disusun Oleh :
Muhammad Hilal
Asep Heri Hermawan
Agus Romli
Novianti
Depi Wulansari
Reni Nurjannah
Nazla Nahida
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Pembelajaran PAI.
Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, semua itu karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I ( PENDAHULUAN )
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
3
2.2 Prinsip Teori Pembelajaran Humanisme
4
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh
dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik
dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang
penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus
terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai
proses perubahan itu.
1. Kolb
Pada tahap awal para peserta didik hanya sekedar mengikuti suatu kejadian,
tanpa mengetahui untuk apa dan mengapa kejadian itu terjadi. Pada tahap
kedua, para peserta didik mulai memikirkan dan memahami kejadian
tersebut. Tahap selanjutnya peserta didik mulai bisa memahami sesuatu hal
atau kejadian tersebut dengan mulai bisa memberikan contoh mengenai
kejadian tersebut. Pada tahap terakhir, para peserta didik sudah mampu
mengaplikasikan kejadian atau sesuatu hal tersebut.1
1
Dr.H.A.Wahab Jufri, M.Sc, Belajar dan Pembelajaran Sains, Pustaka Reka Cipta, Jakarta, 2013,
hlm.26.
2. Honey, Mumford, dan Hobermas
3. Habermas
a. Technical Learning ( Belajar Teknis )
Siswa belajar berinteraksi dan berusaha menguasai dan mempelajari alam
sekelilingnya.
b. Practical Learning ( Belajar Praktis )
Siswa berinterksi dengan orang-orang di sekelilingnya.
c. Emancipatory Learning ( Belajar Emansipatoris )
Siswa berusaha mencapai pemahaman dan kesadaran yang sebaik
mungkin tentang perubahan cultural dari suatu lingkungan.3
4. Carl Rogers
a. Hasrat untuk belajar : disebabkan adanya hasrat ingin tahu manusia yang
terus-menerus terhadap dunia sekelilingnya.
b. Belajar bermakna : seseorang yang beraktivitas akan selalu menimbang-
nimbang apakah aktivitas tersebut mempunyai makna bagi dirinya.
2
Ibid., hlm. 27
3
Dra.Eveline Siregar, M.Pd, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. Hlm.36.
c. Bellajar tanpa hukuman : belajar yang bebas dari ancaman hukuman akan
membuat anak bebas melakukan apa saja, mengadakan eksperimentasi
hingga menemukan sesuatu yang baru.
d. Belajar dengan inisiatif sendiri : menyiratkan tingginya motivasi internal
yang dimiliki.
e. Belajar dan perubahan : siswa harus belajar untuk dapat menghadapi
43
kondisi dan situasi yang terus berubah.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan
guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan
siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi
siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri
yang bersifat negatif.
4
Dra.Eveline Siregar, M.Pd, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. Hlm.37.
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan
kebutuhan segera dari siswa)
7. Tersenyum pada siswa
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Namun kelemahan dari teori ini adalah sulitnya menerapkan teori ini
dalam proses pembelajaran. Padahal teori ini sangatlah ideal, dengan pemahaman
ini para pendidik dapat lebih memahami hakikat jiwa manusia dan dapat
membantu para pendidik menentukan strategi belajar yang tepat secara lebih
terarah dan tidak semata-mata hanya berdasarkan keinginannya sendiri.
3.2 Saran
Pendidik harus bisa mendorong peserta didik untuk belajar atas inisiatif
sendiri bukan karena suatu paksaan, pendidik juga harus memahami jalan pikiran
peserta didik dan menerima apa adanya. Pendidik harus mampu mendorong
peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara
mandiri.
9
DAFTAR PUSTAKA
Jufri, Wahab. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Jakarta : Pustaka Reka Cipta.
Siregar, Eveline. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia.
10