Iit Kel 1 Pgmi-D4
Iit Kel 1 Pgmi-D4
Iit Kel 1 Pgmi-D4
Disusun oleh:
1. Nico Khoirun Ni’am (1810310121)
2. Moh. Anif Riyanto (1810310138)
3. Umi Fathiyatur Rohmaniyah (1810310144)
4. Dewi Fajriyatunniya (1810310156)
1
memang sudah tumbuh dalam masyarakat umat Islam. Berbagai
pemikiran, gerakan dan kelompok organisasi telah berkembang dibeberapa
kawasan, namun hasil yang tercapai belum maksimal.
Jika terdapat perbedaan prestasi keberagaman antara islam masa
Rasulallah dengan Islam masa kini, adapun faktor penyebabnya dapat
ditemukan dalam dua unsur. Unsur pertama adalah materi ajaran yang
disampaikan kepada umat, dan unsur yang kedua adalah ilmu tentang cara
untuk melaksanakannya dalam kehidupan praktis. Metode pelaksanaan
yang dilakukan oleh Rosulallah merupakan wahyu dari Tuhan, atas dasar
pernyataan bahwa semua yang disampaikan Rasulallah sebagai wahyu-
nya. Oleh Karena itu letak permasalahanya harus dicari dalam produk
pikiran manusia, baik tentang isi wahyu ataupun tentang cara untuk
melaksanakanya. Jika alur argumentasi yang dilalui, maka proses
penyimpulannya akan sampai pada karakter ilmu islam, sebagai produk
pikiran untuk memahami ajaran, dan cara melaksanakannya, serta sifat
dari masalah yang dihadapi oleh islam masa kini, sebagai faktor
penghambat yang membatasi keberhasilan. Oleh karena itu, untuk
mengamalkan karakter ilmu, cara yang paling mudah adalah menemukan
paradigma yang mendasarinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka munculah
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Pengertian Paradigma dan Ilmu Islam Terapan ?
2. Bagaimana Penejelasan Mengenai Paradigma Ahkami, Falsafi, dan
Wijdani ?
3. Bagaimana Prinsip dalam Paradigma Ilmu Islam Terapan ?
2
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian paradigma dan ilmu islam terapan.
2. Untuk mengetahui prinsip dalam paradigm ilmu islam terapan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
sesuai dengan Alur berfikir seseorang, alur berfikir seseorang terbentuk
karena pengalaman dan pilihan-pilihan dan disesuaikan berdasarkan
sumber hukum seperti Al- Qur’an dan Hadits. Suatu kebijakan memang
harus dianalisis dikarenakan, Pertama, karena biasanya ada beberapa
faktor kebijakan yang menjadi lemah. Kedua, karena masyarakat
mempunyai fungsi kontrol. Ketiga, faktor pandangan hidup. Keempat,
faktor tradisi. Al-Qur’an sebagai paradigma pengembangan ilmu
pengetahuan yaitu: sumber ilmu, aqidah, akhlak, sosial, ekonomi, politik,
science, ibadah, sejarah dan hukum-hukum. Al-Qur’an sebagai paradigma
yaitu dengan cara menjadikan Al-Qur’an sebagai paradigma keilmuan
Islam sekaligus sebagai ideologi.
5
Dalam ilmu ini, pokok bahasan bukan hanya norma seperti dalam
paradigma ahkami, namun sudah bergeser ke pelaksanaan ajaran. Akan
tetapi, berbeda dengan paradiqma falsafi, pokok bahsan yang mewarnai
bahasannya bukan pola pemikiran atau pemahaman orang beriman
tentang keberagaman, melainkan pelaksaannya.
Paradigma wijdani merupakan materi pengalaman keagamaan
yang menjadi bidang kegiatan tasawuf lazim. Unsur ini dapat ditegaskan
adalah lingkup pelaksanaan ajaran yang terbatas pada pengalaman
tasawuf, seperti dapat diperhatikan dalam rumusan tujuan yang hendak
dicapai3.
3
Muslim A. Kadir, Op.Cit, hlm. 14-24.
6
2. Tawazun (berkesimbangan), yaitu pemahaman dan pengmalan
agama secara seimbang yang meliputi semua aspek kehidupan,
baik duniawi maupun ukhrawi, tegas dalam menyatakan prinsip
yang dapat membedakan antara inhiraf (penyimpangan) dan
ikhtilaf (perbedaan)
3. I’tidal (lurus dan tegas), yaitu menempatkan sesuatu pada
tempatnya, melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban dan
tanggung jawab secara proposional bersikpa tegas dan berpegang
teguh pada prinsip,
4. Tasamuh (toleransi), yaitu mengakui dan menghormati perbedaan
baik dalam aspek kegamaan dan berbagai aspek kehidupan lainnya
dan oleh karena itu wasatiyat menuntut sikap fair dan berada diatas
semua kelompok atau golongan.
5. Musawah (egaliter), yaitu tidak bersikap diskriminatif pada yang
lain desebabkan perbedaan keyakinan, status sosial ekonomi,
tradisi asal-usul seseorang dan atau gender.
6. Syura (musyawarah), yaitu menyelesaikan persoalan dengan jalan
musyawarah untuk mencapai mufakat dengan prinsip
menempatkan kemaslahatan diatas segalanya.
7. Islah (reformasi), yaitu mengutamakan prinsip reformatif untuk
mencapai kedaan lebih baik yang mengakomodasi perubahan dan
kemajuan zaman dengan berpijak pada kemaslahatan umum
(maslahah amah) dengan tetap berpegang pada prinsip Al-
Muhafazah Ala Al Qodimi Al Salih Wa Al Akhdzu Bi Al Jaddid
Al Aslah.
8. Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), yaitu kemampuan
mengidentifikasi hal ihwal yang lebih penting harus diutamakan
untuk di implementasikan dibandingkan dengan yang kepentingan
lebih rendah.
9. Tatawwur Wa Ibtikar (dimais dan inovatis), yaitu selalu terbuka
melakukan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman serta
7
menciptakan hal baru untuk kemaslahatan dan kemajuan umat
manusia.
10. Tahadhdhur (berkeadaban), yaitu menjungjung tinggi akhlakul
karimah, karakter, identitas, dan integritas sebagai khair ummah
dalam keidupan kemanusiaan dan peradaban.
11. Wathaniah wa muwathanah, yaitu penerimaan eksistansi negara-
bangsa (nation state) dimanapun berada dengan mengedeepankan
orientasi kewarganegaraan.
12. Qudwatiyah, yaitu melakukan kepeloporan dalam prakarsa
prakarsa kebaiakn demi kemaslahatan hidup manusia (common
good and well-being) dan dengan demikian umat islam yang
mengamalkan wasatiyat memberikan kesaksian atau syahadah4.
4
Kantor Utusan Khusus Presiden RI Untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan
Peradaban, Wasatiyat Islam: Konsepsi dan Impelementasi (Usulan Indonesia Pada Konsultasi
Tingkat Tinggi Tokoh Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia Mengenai Wasatiyat islam),
Bogor, 2018, hlm. 11-12.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian paradigma dan ilmu islam terapan yaitu, paradigma
adalah suatu citra fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu.
Sedangkan ilmu Islam Terapan yaitu menggagas paradigma amali
(paradigma yang menitik beratkan bidikanya pada dimensi praktis dalam
kehidupan konkret pelakunya) dalam agama islam. Paradigma merupakan
cara masing-masing orang memandang dunia, dan memandang persoalan.
Prinsip-prinsip dalam paradigma ilmu islam terapan yaitu: (1)
Tawasuth (mengambil jalan tengah), (2) Tawazun (berkesimbangan), (3)
I’tidal (lurus dan tegas), (4) Tasamuh (toleransi), (5) Musawah (egaliter),
(6) Syura (musyawarah), (7) Islah (reformasi), (8) Aulawiyah
(mendahulukan yang prioritas), yaitu kemampuan mengidentifikasi hal
ihwal yang lebih penting harus diutamakan untuk di implementasikan
dibandingkan dengan yang kepentingan lebih rendah. (9) Tatawwur Wa
Ibtikar (dimais dan inovatis), (10) Tahadhdhur (berkeadaban), (11)
Wathaniah wa muwathanah, dan (12) Qudwatiyah.
B. Saran
Kita sebagai umat islam harus selalu menuntut ilmu pengetahuan
yang berguna bagi diri sendiei maupun orang lain dan mengaplikasikan
ilmu yang telah di peroleh untuk kepentingan dan kemaslahatan umat
manusia, serta menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman
dan pegangan hidup karena keduanya merupakan sumber dari segala
sumber yang paling utama.
9
DAFTAR PUSTAKA
10