Laporan Pendahuluan Eksaserbasi Asma (Maryna Octavia Sanggo 201FK04036)
Laporan Pendahuluan Eksaserbasi Asma (Maryna Octavia Sanggo 201FK04036)
Laporan Pendahuluan Eksaserbasi Asma (Maryna Octavia Sanggo 201FK04036)
Eksaserbasi Asma
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis
B. Etiologi
1) Faktor imunologis
Pada beberapa penderita yang disebut asma ekstrinsik atau alergik,
eksaserbasi terjadi setelah pemaparan terhadap faktor lingkungan seperti
debu rumah, tepungsari, dan ketombe. Bentuk asma adanya instrinsik dan
ekstrinsik. Perbedaan intrinsik dan ekstrinsik ada hal buatan (artifisial),
karena dasar imun pada jejas mukosa akibat mediator pada kedua
kelompok tersebut. Asma ekstrinsik dihubungkan dengan lebih mudahnya
mengenali rangsangan pelepasan mediator daripada asma instrinsik.
2) Faktor endokrin
Asma dapat lebih buruk dalam hubungannya dengan kehamilan dan
menstruasi, terutama premenstruasi, atau dapat timbul pada saat wanita
menopause. Asma membaik pada beberapa anak saat pubertas.
3) Faktor psikologis
Faktor emosi dapat memicu gejala-gejala pada beberapa anak dan
dewasa yang berpenyakit asma, tetapi “penyimpangan” emosional atau
sifat-sifat perilaku yang dijumpai pada anak asma tidak lebih sering
daripada anak dengan penyakit cacat kronis yang lain.(Nelson, 2013).
C. Manisfetasi Klinis
Berikut ini adalah tanda dan gejala asma, menurut Zullies (2016), tanda
dan gejala pada penderita asma dibagi menjadi 2, yakni :
1. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga,
c. sifatnya hilang timbul
d. Wheezing belum ada
e. Belum ada kelainana bentuk thorak
f. Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE
g. Blood Gas Analysis (BGA) belum patologis
D. Klasifikasi
Perlu dibedakan antara asma berat dengan asma tidak terkontrol. Asma
yang tidak terkontrol biasanya disebabkan karena teknik inhalasi yang kurang
tepat, kurangnya kepatuhan, paparan alergen yang berlebih, atau ada
komorbiditas. Asma yang tidak terkontrol relatif bisa membaik dengan
pengobatan. Sedangkan asma berat merujuk pada kondisi asma yang
walaupun mendapatkan pengobatan yang adekuat tetapi sulit mencapai
kontrol yang baik.
E. Patofisiologi
Penyempitan Suplai O2 ke
proksimal dan Koma
otak menurun
brokus pada Hipokalemia
tahap ekspirasi
dan inspirasi
Penyempitan
jalan nafas Penurunan Tekanan darah
curah jantung menurun
Kelemahan
Peningkatan dan keletihan
kerja otot Hiperventilasi Kebutuhan O2
pernafasan meningkat
Retensi O2 Intolerasi
aktivitas
G. Penatalaksanaan
H. Komplikasi
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka akan
terjadi emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk toraks, yaitu toraks
menbungkuk ke depan dan memanjang. Pada foto rontgen toraks terlihat
diafragma letaknya rendah, gambaran jantung menyempit, corakan hilus kiri
dan kanan bertambah. Pada asma kronik dan berat dapat terjadi bentuk dada
burung dara dan tampak sulkus Harrison. Bila sekret banyak dan kental, salah
satu bronkus dapat tersumbat sehingga dapat terjadi atelektasis pada
lobussegmen yang sesuai. Mediastinum tertarik ke arah atelektasis. Bila
atelektasis berlangsung lama dapat berubah menjadi bronkietasis, dan bila ada
infeksi akan terjadi bronkopneumonia. Serangan asma yang terus menerus
dan berlangsung beberapa hari serta berat dan tidak dapat diatasi dengan
obat-obat yang biasa disebut status asmatikus. Bila tidak ditolong dengan
semestinya dapat menyebabkan kematian, kegagalan pernafasan dan
kegagalan jantung
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Intervensi
A : masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
Penurunan curah jantung 1. Mencatat tanda dan S : Pasien mengaku sesak
nafasnya berkurang
berhubungan dengan gejala penurunan
kontakbilitas dan volume curah jantung O : Td : 110/90mmhg,
hasil EKG baik, RR
sekuncup jantung 2. Memonitor EKG
16x/mnt
3. Mengevaluasi
A : masalah teratasi
perubahan tekanan
sebagian
darah P : Intervensi
dilanjutkan
4. Memonitor sesak,
kelelahan, takipnea
Intoleransi aktivitas 1. Meningkatkan S : Pasien mengaku
berhubungan dengan istirahat, batasi sudah bisa bernapas
aktifitas dan berikan normal saat beraktivitas
antara suplai dan
aktifitas senggang
kebutuhan oksigen yang tidak berat O : RR 16x/menit
(hipoksia) kelemahan
2. Menganjurkan klien A : masalah teratasi total
untuk menghindari
peningkatan tekanan P : intervensi dihentikan
pernapasan
3. Mempertahankan
rentang gerak pasif
selama sakit kritis
4. Mencatat frekuensi
dan irama jantung
serta perubahab
tekanan darah selama
dan sesudah aktifitas
5.
Mengevaluasi tanda
vital saat kemajuan
aktifitas terjadi
Ketidakseimbangan 1) Menganjurkan pasien S: Kebutuhan nutrisi
nutrisi kurang dari makan dalam posisi pasien tercukupi dan
duduk atau sudah tidak lemas
kebutuhan tubuh
semiflower
berhubungan dengan laju O : BB naik
metabolic, dispnea saat
A : Nasalah teratasi total
makan, kelemahan otot
2) Memberitahukan
penguyah klien makan porsi P : Intevensi di hentikan
sedikit tapi sering
dengan porsi 3x
sehari
3) Memberikan diet
sesuai selera pasien
tapi tidak
kontraindikasi
4) Menciptakan
lingkungan yang
nyaman dan kondusif
5) Memberi motivasi
pada pasien
6) Melakukan
perawatan oral,
buang sekret, berikan
wadah khusus untuk
sekali pakai
7) Memberikan oksigen
tambahan selama
makan sesuai
indikasi
8) Menyajikan asupan
makanan yang cukup
9) Memberikan
vitamin, suplemen,
dan anti mual.
Ansietas berhubungan 1.Menciptakan atmosfer S : Pasien mengaku
sudah sedikit rileks
dengan penyakit yang rasa aman
dengan mengetahui
diderita 2.Menginstruksikan klien penyakitnya
untuk menggunakan
O : RR 16x/menit, Td :
teknik relaksasi 110/90mmhg, klien
terlihat rileksm taka da
3.Mengkaji untuk tanda
tanda kecemasan, tingkat
verbal dan non verbal kecemasan menurun
kecemasan
A : masalah teratasi
4.Meminta keluarga sebagian
untuk mendampingi P : Intervensi
dilanjutkan
klien
J. Daftar Pustaka