Mantra Dalam Tradisi Pemanggil Hujan Di Situbondo: Kajian Struktur, Formula, Dan Fungsi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

MANTRA DALAM TRADISI PEMANGGIL HUJAN DI SITUBONDO:


KAJIAN STRUKTUR, FORMULA, DAN FUNGSI
MAGIC SPELL IN THE TRADITION OF THE RAIN CALLER IN SITUBONDO:
THE STUDY OF STRUCTURE, FORMULAS, AND FUNCTIONS

Laksari Lu’luil Maknuna, Sunarti Mustamar, Sri Ningsih.


Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
[email protected]

ABSTRAK
Tradisi lisan merupakan salah satu produk kebudayaan atau hasil kreasi kelompok etnik tertentu secara
berulang-ulang dan turun-temurun yang didominasi oleh unsur kelisanan dan membentuk sebuah
konvensi budaya. Tradisi pemanggil hujan termasuk dalam tradisi lisan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aspek struktur, formula, dan fungsi yang terdapat dalam mantra dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian ditemukan empat buah mantra di tempat yang berbeda
tetapi masih berada dalam satu kabupaten. Mantra tersebut ialah: Tembang Pamoji, Demmong, Esmo
Kerem, dan Bato’ Ondem.

Kata kunci: tradisi lisan, mantra, dan hujan

ABSTRACT
Oral tradition is one of the cultural product or the result of creation of a particular ethnic group
which is done repeatedly and hereditarily. This tradition is dominated by the element of orality and
from a cultural convention. The tradition of the rain caller is included to oral tradition. This study
aims to know the aspect of structure, formulas, and function in a magic spell by using the method of
qualitative research. The result of the research found that there are four magic spells stated in
different places of a district. There are Tembang Pamoji, Demmong, Esmo Kerem, and Bato' Ondem.

Key words: oral tradition, magic spell, and rain

1. Pendahuluan
Secara umum sastra merupakan sebuah Cerita rakyat merupakan unsur kebudayaan
karya seni yang bermediumkan bahasa, bersifat yang dimiliki suatu komunitas yang diwariskan
inovatif, dan unsur imajinatifnya menonjol. Sastra secara turun-temurun dalam versi yang berbeda,
dibagi menjadi dua bagian, sastra tulis dan sastra baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang
lisan. Sesuai dengan namanya, sastra tulis disertai dengan gerak isyarat (Danandjaja, 1984).
mengacu kepada sastra yang dinikmati dengan Cerita rakyat secara turun-temurun telah
membaca seperti novel, puisi, dan naskah drama. digunakan sebagai sarana untuk melibatkan
Sastra lisan merupakan kesusastraan yang masyarakat sacara langsung dalam berbagai
mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu kegiatan.
kebudayaan yang disebarkan secara turun temurun Perkembangan sastra lisan dalam masyarakat
secara lisan, dari mulut ke mulut. Tradisi lisan tumbuh pesat karena memiliki masyarakat yang
tidak dapat dipisahkan dari cerita rakyat karena menggunakannya dalam wadah yang bermacam-
sastra lisan merupakan bagian dari cerita rakyat. macam. Di Jawa Timur terdapat etnis: Using,

Fakultas Sastra Universitas Jember 1


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

Madura, dan Tengger. Etnis Madura tersebar di (Aeng Manes) menjadi obejk penelitian tradisi
daerah Jawa Timur terutama di wilayah Tapal Demmong. Desa Palangan menjadi objek
Kuda, meliputi Bondowoso, Situbondo, Jember, penelitian tradisi Esmo Kerem. Desa Bugeman
dan Banyuwangi. Komunitas masyarakat Madura menjadi objek penelitian tradisi Ojung.
di Kabupaten Situbondo adalah masyarakat Dalam melakukan penelitian ini,
migran asal Pulau Madura. Tradisi masyarakat digunakan dua buah sumber data yaitu sumber
migran mirip dengan tradisi masyarakat Madura. data primer dan sekunder. Sumber data primer
Kemiripan tersebut tampak pada bentuk rumah, diperoleh langsung dari informan yang berada di
suasana perkampungan, bahasa yang digunakan, lapangan. Informan dapat dibagi menjadi tiga
tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan mereka (Arifin bagian yaitu, informan pangkal; informan utama;
dalam Wibisono dan Sofyan, 2008:35). dan informan penunjang. Sumber data sekunder
Tradisi Pemanggil Hujan yang akan merupakan data penunjang seperti dokumen-
dibahas ada empat yaitu hodo, demmong, esmo dokumen maupun tulisan yang terkait dengan
kerem, dan ojung. Hodo merupakan tradisi tradisi tersebut yang membantu memberikan
pemanggil hujan yang terdapat di Dukuh Pariopo keterangan atau data pelengkap sebagai bahan
dalam tradisi tersebut terdapat mantra yang pembanding.
berjudul Tembang Pamoji. Tradisi pemanggil Teknik pengumpulan data menggunkan
hujan Demmong terdapat di daerah Agel. observasi-partisipasi, teknik perekaman (audio
Demmong berarti suara petir yang bergemuruh. dan audio visual), pemotretan, pengamatan secara
Tradisi pemanggil hujan Esmo Kerem terdapat di cermat, pencatatan dan wawancara
daerah Palangan. Frasa esmo kerem berasal dari (Sudikan,2001:173). Wawancara dilakukan baik
kata esmo atau asma yang berarti ‘nama’, dan dengan terarah maupun tidak terarah. Wawancara
kerem yang berarti ‘kirim’. Penggabungan frasa dilakukan terhadap informan utama (juru kunci
tersebut memiliki arti ‘nama pengirim’. Tradisi tradisi) serta informan penunjang (beberapa warga
pemanggil hujan Ojung terdapat mantra yang desa).
berjudul Bato’ Peter yang berada di daerah Dalam penelitian ini, data lapangan yang
Bugeman. Frasa bato’ peter terdiri atas kata bato’ telah dikumpulkan, kemudian di klasifikasi dan di
yang berarti ‘batuk’ dan kata peter yang berarti analisis menggunakan teori struktur, formula, dan
‘petir’. Keempat ritual tersebut memiliki fungsi fungsi. Analisis struktur dilakukan untuk
yang sama yaitu untuk menurunkan hujan. mengetahui pola-pola formula yang berupa frasa-
Keempat tradisi pemanggil hujan tersebut kurang frasa, klausa, dan kalimat yang terdapat dalam
diminati oleh masyarakat setempat karena zaman syair mantra pemanggil hujan. Analisi formula
modern. Oleh karena itu, upaya untuk dilakukan untuk mengetahui tentang variasi
melestarikan ritual tersebut dilakukan penelitian formula dan ekspresi formulaik yang terdapat
dengan harapan hasil penelitian tersebut dapat dalam mantra pemanggil hujan. Analisis fungsi
memberikan kontribusi terhadap kelestarian tradisi dilakukan untuk mengetahui fungsi-fungsi syair
pemanggil hujan. Tujuan penelitian ini untuk mantra pemanggil hujan bagi masyarakat
mengetahui aspek struktur, formula, dan fungsi pendukungnya.
yang terdapat dalam keempat mantra pemanggil
hujan. 2. Hasil dan Pembahasan
Di Situbondo terdapat beberapa wilayah Konsep struktur menjadi landasan dalam
yang memiliki khazanah tradisi lokal. Tradisi mengkaji mantra Tembang Pamoji, Demmong,
lokal yang dimaksud adalah hodo, demmong, Esmo Kerem, dan Bato’ Peter karena merupakan
esmo kerem, dan ojung. Keempat nama tradisi bentuk kalimat mantra. Mantra merupakan puisi
tersebut merupakan tradisi pemanggil hujan yang lama yang terlupakan (Saputra, 2007:1). Kajian
terdapat di kabupaten Situbondo. Lokasi kajian diarahkan pada unsur-unsur yang membentuk
tradisi pemanggil hujan terdapat di Dukuh struktur mantra pemanggil hujan yang utuh karena
Pariopo, Agel, Palangan, dan Bugeman. Tradisi menggunakan pendekatan struktural. Struktur
Hodo tersebut populer di kalangan masyarakat mantra disebut sebagai sastra lisan karena secara
khususnya daerah Dukuh Pariopo. Desa Agel tekstual hal tersebut termasuk dalam puisi lisan.

Fakultas Sastra Universitas Jember 2


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

Mantra pemanggil hujan merupakan puisi lirik 6) Pateppa’aghi cacca’anna


yang berisi tentang mistik dan terdapat
permohonan kepada Tuhan untuk mengabulkan (3) Mantra Esmo Kerem
permintaan menurunkan hujan. Berdasarkan hasil 1) Bismillahirrahmanirrahim
pengamatan dan wawancara dengan beberapa 2) Esmo kerem, Sang belujhi… Sang
narasumber di lokasi penelitian, diperoleh empat belujhi…
data mantra berbeda. Adapun teks mantra 3) Sang bidedderi pote
pemanggil hujan adalah sebagai berikut. 4) Aeng mata mondung nyapcap lekko
5) Ghembheng arjhun arjhuna
(1) Mantra Tembang Pamoji 6) Asompenga asompeng
1) Bismillahirrahmanirrahim 7) Ngarjhuk langngik manangis ondhem…
2) Tembang pamoji kaule dem… dem… dem…
3) Pamojina socce kalaben ate se pote
4) Kaangghuy ngadep ajunan Gusti (4) Mantra Bato’ Peter
5) Moge-moge karadduwe parnyo’onan ban 1) Bismillahirrahmanirrahim
partobeden 2) Ganeka’ ajina macan koneng
6) Son nak poto abibiden Nabi Adam 3) Abato’ peter guntor
7) Wekasane Nabi Muhammad 4) Abato’ peter kelap
8) Sengkok jenneng Alif, 5) Sabab aken, kabar’ tase’... sabab aken,
9) Alif igu popocogi kabar’ tase’...
10) Sang pangocap sapa liwepa 6) Mendet... mendet bias
11) Sengko’ makhlukka Allah 7) Ta’ kadie, ta’ ka enger
12) Mandhi... mandhi... mandhi... 8) Male die ta’ kannyar
13) Diye… 9) Atena oreng 1000 jagat
14) Tekka... tekka... tekka... 10) De’ ate insun
15) Diye…
16) Sendhit Jibril… sakeng Malaekat 1) Terjemahan Teks Mantra Tembang Pamoji
17) Ondem dateng... Ondem dateng... Ondem 1) Dengan nama Allah yang Maha Pengasih
dateng... dan Maha Penyayang
18) Mon geggere... Mon geggere... 2) Lagu puji-pujian saya
19) Amin… amin… amin… 3) Pujian saya suci bersama dengan hati yang
20) Lailaha illallah Muhammadurrasulullah putih
21) Dangdangkep sere kakep 4) Untuk menghadap Gusti (Tuhan)
22) Mon majid mara ngocap 5) Semoga dikabulkan permohonan dan
23) Mon manossa mara nyanggigep pertobatan
24) Somor bandung talage petteng 6) Anak cucu sejak Nabi Adam
25) Sabuhoni moge ondem 7) Pendahulu Nabi Muhammad
26) Petteng dateng 8) Nama saya Alif,
27) Malaekat papat tekka dateng 9) Alif itu sesungguhnya di bawah kuasa
28) Saksena para wali Allah
29) Wawalina Nabi Muhammad 10) Yang Maha Mengucap (Maha Memberi
30) Lailaha illallah Muhammadurrasulullah Wahyu)
11) saya makhluk Allah
(2) Mantra Demmong 12) Manjur... manjur... manjur...
1) Bismillahirrahmanirrahim 13) Di sini...
2) Ta’ demmong, 14) Datanglah... datanglah... datanglah...
3) Gerdem, 15) Di sini...
4) Kartem 16) Kata Jibril... dari Malaikat
5) E… minannaren... e… minannaren...e… 17) Mendung datang... mendung
minannaren... datang...mendung datang...

Fakultas Sastra Universitas Jember 3


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

18) Semoga cepat jatuh... semoga cepat jatuh... 9) Hatinya orang 1000 dunia
19) Amin... amin... amin... 10) Ke hati saya
20) Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Nabi
Muhammad adalah utusan Allah Mantra merupakan puisi purba yang terdiri
21) Daun sirih bersusun rapi atas baris-baris, dan tidak terdapat bait. Jumlah
22) Kalau mayat ayo bicara baris dalam mantra yang dianalisis berbeda-beda.
23) Kalau manusia ayo diam Keempat data tersebut oleh masyarakat lokal
24) Sumur bandung di lahan telaga yang gelap hanya digunakan dalam bentuk lisan sebagai
25) Mendung tidak disangka-sangka datang media hafalan agar memudahkan mengingat syair,
26) Gelap datang mediatulis digunakan oleh juru kunci untuk
27) Keempat malaikat sudah datang menyimpan data sebagai arsip agar data tersebut
28) Saksinya para wali tidak hilang dan dapat diturunkan kepada
29) Walinya Nabi Muhammad penerusnya. Pemilihan empat data tersebut
30) Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Nabi dimaksudkan untuk menjelaskan adanya empat
Muhammad adalah utusan Allah pola mantra yang berbeda dalam tradisi pemanggil
hujan yang terdapat di Kabupaten Situbondo. Data
2) Terjemahan Teks Mantra Demmong tersebut bersumber dari empat informan yang
1) Dengan nama Allah yang Maha Pengasih terdiri atas pelaku ritual dan masyarakat setempat.
dan Maha Penyayang
2) (tiruan bunyi) 2.1 Kajian Struktur
3) (tiruan bunyi) Struktur mantra pemanggil hujan meliputi:
4) (tiruan bunyi) unsur judul, unsur pembuka, unsur sugesti, unsur
5) Panas yang sangat menyengat... Panas tujuan, dan unsur penutup. Unsur-unsur yang
yang sangat menyengat... Panas yang membentuk struktur mantra pemanggil hujan
sangat menyengat... berjudul Tembang Pamoji, Demmong, Esmo
6) Betulkan gemburan tanahnya Kerem, dan Bato’ Peter, dapat disusun ke dalam
bentuk tabel berikut ini.
3) Terjemahan Teks Mantra Esmo Kerem
1) Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Tabel 1. Struktur Mantra Tembang Pamoji
dan Maha Penyayang Unsur Isi Unsur Struktur
2) Nama pengirim, Sang Pemurah Hati...Sang Struktur Mantra Pemanggil Hujan I
Pe-murah Hati... Unsur Tembang Pamoji
3) Sang bidadari putih Judul
4) Air mata ikan mondung menetes keruh Unsur 1) Bismillahirrahmanirrahim
5) Bunga arjhun Pembuka
6) Akan di-“sawer” Unsur 2) Tembang pamoji kaula
7) Menggugah langit untuk membuat Sugesti 3) Pamojina socce kalaban ate se
mendung menangis... pote
4) Kaangghuy ngadep ajunan
4) Terjemahan Teks Mantra Bato’ Peter Gusti
1) Dengan nama Allah yang Maha Pengasih 5) Moge-moge karadduwa
dan Maha Penyayang parnyo’onan ban partobadan
2) Inilah jurus macan kuning 6) Son nak poto abibidan Nabi
3) Mengeluarkan batuk petir guntur Adam
4) Mengeluarkan batuk cahaya petir 7) Wekasane Nabi Muhammad
5) Dikarenakan, ke arah barat laut... 8) Sengko’ jenneng alif,
dikarenakan ke arah barat laut... 9) Alif igu popocogi
6) Diam... diam saja 10) Sang pangocap sapa liwepa
7) Tidak kesini, tidak ramai 11) Sengko’ makhlukka Allah
8) Agar di sini tidak ramai

Fakultas Sastra Universitas Jember 4


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

Unsur 12) Mandi... Mandi... Mandi... Unsur Esmo kerem


Tujuan 13) Dhiya… judul
14) Tekka... tekka... tekka.. Unsur Bismillahirrahmanirrahim
15) Dhiya… pembuka
16) Sendhit Jibril… sakeng Unsur 2) Esmo kerem, sang belujhi…
Malaekat sugesti sang belujhi…
17) Ondhem dhateng... ondhem 3) Sang bidaddari pote
dhateng... ondhem dhateng 4) Aeng mata mondung nyapcap
18) Mon gaggara.. mon gaggara lekko
19) Amin… amin… amin… 5) Ghembheng arjhun arjhuna
Unsur 20) Lailaha illallah 6) Asompenga asompeng
Penutup Muhammadurrasulullah Unsur 7) Ngarjhuk langnge’ manangis
Unsur 21) Dangdangkep sere kakep tujuan ondhem… dem… dem… dem
Sugesti 22) Mon mayyit mara ngocap Unsur
23) Mon manossa mara penutup
nyanggigep
24) Somor bandung talaga Tabel 4. Struktur Mantra Bato’ Peter
petteng Unsur Isi unsur struktur
25) Sabuhoni moga ondhem struktur
26) Petteng dhateng Mantra pemanggil hujan IV
27) Malaekat papat tekka dhateng
28) Saksena para wali Unsur Bato’ Peter
29) Wawalina Nabi Muhammad judul
Unsur 30) Lailaha illallah Unsur 1) Bismillahirrahmanirrahim
Penutup Muhammadurrasulullah pembuka
Unsur 2) Ganeka’ ajina macan koneng
Tabel 2. Struktur Mantra Demmong Sugesti
Unsur Isi unsur srtuktur Unsur 3) Abato’ peter guntor
Struktur Tujuan 4) Abato’ peter kelap
Mantra pemanggil hujan II
Unsur 5) Sabab aken, kabar’ tase’.. kabar’
Unsur Demmong
Sugesti tase’..
judul
6) Mendet... mendet... bias
Unsur 1) Bismillahirrahmanirrahim
7) Ta’ kadie, ta’ ka enger
pembuka
8) Male die ta’ kannyar
Unsur 2) Ta’ demmong,
9) Atena oreng 1000 jagat
sugesti 3) Gerdem,
Unsur 10) De’ ate insun
4) Kartem
penutup
5) E… minannaren... e…
minannaren... e…
Unsur judul dalam mantra biasanya terdiri
minannaren...
atas kelompok kata yang mencerminkan tentang
tujuan mantra yang bersangkutan (Saputra,2007:
Unsur 6) Pateppa’aghi cacca’anna
147). Frasa tembang pamoji berasal dari kata
tujuan
tembang yang berarti ‘tembang atau lagu’, dan
Unsur
pamoji yang berarti ‘pemuji atau puji-pujian’.
penutup
Judul tersebut berkaitan dengan puji-pujian yang
dilakukan oleh seseorang. Puji-pujian tersebut
Tabel 3. Struktur Mantra Esmo Kerem menandakan adanya sebuah permintaan hamba
Unsur Isi unsur struktur kepada Tuhannya. Judul mantra pemanggil hujan
struktur Mantra pemanggil hujan III yang kedua adalah Demmong. Kata Demmong
diperkirakan mulai digunakan di awal munculnya

Fakultas Sastra Universitas Jember 5


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

tradisi ini. Jika dikaitkan dengan hujan, kata (disatukan seperti dalam keadaan bertepuk tangan)
demmong berkaitan dengan suara petir yang saat berdoa.
bergemuruh. Kata tersebut (dem) mendapatkan Ada dua nama nabi yang disebut dalam
sisipan mong, sehingga jika digabungkan akan unsur sugesti tersebut yaitu Nabi Adam dan Nabi
menjadi kata demmong. Jadi, arti kata demmong Muhammad. Dari 19 larik yang berisi tentang
tersebut jika dikaitkan dengan hujan merupakan unsur sugesti atau ungkapan analogi (persamaan)
suara petir yang bergemuruh. Pernyataan tersebut ada lima hal (lima larik) yang menjadi inti dan
diperkuat dengan pengertian kata gerdem sebagai saling berkaitan dengan eksistensi Tuhan dan para
tiruan bunyi dari petir yang menggelegar. nabi. Dua data yang berkaitan dengan eksistensi
Judul mantra yang ketiga adalah Esmo Tuhan adalah di larik ke-4 dan larik ke-8. Data
Kerem. Frasa esmo kerem berasal dari kata esmo tersebut menyatakan tentang bentuk metafora dari
atau asma yang berarti ‘nama’, dan kerem yang sengko’ (saya atau si subjek) yang menjadi
berarti ‘kirim’. Maksud dari pengertian tersebut makhluk ciptaan Tuhan (Allah). Dia mempercayai
adalah seseorang yang mengirim permintaan bahwa Allah yang menciptakan semua makhluk
untuk mendatangkan hujan yang mewakili dan seluruh jagad raya beserta isinya. Subjek
keinginan orang banyak. Judul mantra keempat percaya bahwa Allah yang mengabulkan semua
adalah Bato’ Peter dalam tradisi Ojung. Frasa permintaan-permintaan hambanya. Karena hanya
tersebut terdiri atas kata bato’ yang berarti ‘batuk’, dengan doa Allah dapat mendengar seluruh
dan peter yang berarti ‘petir’. Maksud pengertian permohonan makhluknya. Tiga data yang
tersebut adalah saat hujan bisa dikatakan bahwa berkaitan dengan nama-nama nabi terdapat dalam
mendung sering mengeluarkan batuknya, yaitu larik ke-6, ke-7, dan ke-29. Ketiga data tersebut
petir yang disertai dengan gemuruh guntur. berkaitan dengan nabi yang diturunkan pertama
Unsur pembuka yang digunakan dalam dan terakhir oleh Allah. Nabi Adam merupakan
pembahasan ini yaitu kalimat basmalah. Unsur nabi yang pertama kali diciptakan dan diturunkan
pembuka yang selalu digunakan oleh keempat ke bumi pertama kali oleh Allah. Selain itu, data
dukun yang terdapat di tempat berbeda yang berhubungan dengan Nabi Muhammad
menggunakan ucapan Bismillahirrahmanirrahim menyatakan tentang nabi terakhir yang diturunkan
yang berarti ‘dengan nama Allah yang Maha ke bumi oleh Allah untuk menjadi panutan bagi
Pengasih dan Maha Penyayang’. Mereka ber- umat Islam.
anggapan bahwa kalimat basmalah digunakan Unsur sugesti dalam mantra Demmong
untuk membuka suatu tindakan agar tindakan terdapat dalam empat data, yaitu larik ke-2 hingga
tersebut mendapat barokah dari Tuhan Yang Maha larik ke-5. Keempat data tersebut menerangkan
Esa. Unsur sugesti adalah unsur yang berisi tentang bunyi menggelegar yang diakibatkan
tentang metafora-metafora atau cerita-cerita yang hujan. Bunyi-bunyian tersebut berasal dari
dianggap memiliki daya atau perasaan tertentu gemuruh petir. Ta’ demmong, gerdem, dan
dalam membantu membangkitkan potensi gaib kartem tidak memiliki arti, ketiga kata tersebut
seseorang terhadap mantra tersebut. Dapat merupakan tiruan bunyi yang berhubungan dengan
dikatakan, bahwa seseorang yang ingin mencapai bunyi yang disebabkan oleh hujan. Sedangkan
inti dari sebuah mantra akan melewati satu bagian minannaren dalam bahasa Madura dapat dipecah
yang berisi tentang sugesti. Unsur sugesti pada menjadi beberapa bagian yaitu minnar yang
mantra Tembang Pamoji berkaitan dengan mendapat imbuhan aren. Minnar dalam bahasa
eksistensi Tuhan dan nabi. Hal tersebut terdapat Indonesia berarti panas yang sangat menyengat
pada larik ke-2 hingga larik ke-11; serta larik ke- dan dapat dihubungkan dengan panas matahari.
21 hingga larik ke-29 dalam mantra Tembang Kata minannaren dapat dikaji menggunakan
Pamoji. Larik ke-21 menjelaskan tentang daun bahasa Arab yang diambil dari kata minannar
sirih yang bersusun rapi. Susunan daun sirih berarti ‘neraka’. Islam mengajarkan bahwa
disebut setangkup atau dapat digambarkan dua sejelek-jeleknya tempat adalah neraka.
lembar sirih yang dikatupkan. Setangkup daun Keterkaitan keempat unsur tersebut adalah suatu
sirih tersebut memiliki makna semiotik, yaitu keadaan yang mengerikan yang dapat memotifasi
seperti dua buah tangan yang dikatupkan

Fakultas Sastra Universitas Jember 6


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

masyarakat setempat untuk lebih khusuk dalam Unsur tersebut terdapat dalam data Ngarjhuk
menjalankan ibadah kepada Allah Swt. langnge’ manangis ondhem… dhem… dhem…
Unsur sugesti yang terdapat dalam mantra dhem… ‘Menggugah langit untuk membuat
Esmo Kerem terdapat dalam larik ke-2 hingga ke- mendung menangis...’ dalam larik ke-7. Unsur
6. Kelima data tersebut menjelaskan si subjek tersebut bertujuan untuk menurunkan hujan,
(nama pengirim) yang berdoa kepada Tuhannya karena jika mendung mulai menangis tentu akan
untuk meminta awan untuk mendatangkan hujan. mulai menurunkan air hujan.
Awan, laut, dan matahari berperan penting dalam Unsur tujuan yang terdapat dalam mantra
siklus terjadinya hujan. Hal tersebut yang yang terakhir tidak dijelaskan secara langsung di
mendasari masyarakat setempat percaya terhadap dalam teks. Mantra tersebut awalnya hanya
mantra tersebut. Unsur sugesti yang terdapat bertujuan untuk menandai mulainya pertandingan
dalam mantra Bato’ Peter terdapat dalam larik ke- ojung yang digunakan oleh para pemain. Mantra
2 hingga larik ke-9. Harimau oleh masyarakat tersebut dalam pelaksanaannya diyakini dapat
setempat dijadikan sebagai simbol kekuatan. Jurus menurunkan hujan. Hal tersebut terbukti saat
tersebut digunakan oleh seseorang agar orang pertandingan ojung, di tempat tersebut selalu
tersebut mendapatkan titisan dari harimau turun hujan. Masyarakat yakin akan keampuhan
sehingga kekuatannya dapat menjadi luar biasa. mantra tersebut dalam menurunkan hujan.
Masyarakat setempat percaya bahwa dengan Unsur terakhir yang membangun struktur
membaca mantra tersebut dapat mengalahkan mantra adalah unsur penutup. Unsur penutup yang
lawan setangguh apapun. Pembahasan unsur terdapat dalam tiap mantra berbeda, tidak seperti
sugesti yang terdapat dalam ke empat mantra unsur pembuka lisan yang cenderung sama antar
tersebut menggambarkan tentang kepercayaan mantra satu dan yang lainnya. Mantra pertama
yang dapat membuat seseorang lebih khusuk dan atau Tembang Pamoji memiliki unsur penutup
bertawakkal kepada Tuhannya. lailahaillallah muhammadurrasulullah yang
Unsur tujuan merupakan kesimpulan atau berarti ‘tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan
intisari dari rangkaian unsur-unsur yang Muhammad adalah utusan Allah’ yang terdapat
membentuk struktur mantra. Dalam hal ini tujuan dalam larik ke-20 dan larik ke-30. Kalimat
antara mantra satu dengan yang lainnya memiliki tersebut juga menunjukkan keyakinan terhadap
kesamaan, yaitu sama-sama bertujuan untuk Allah Swt. dan Nabi Muhammad saw. adalah
meminta turunnya hujan. Dalam mantra Tembng utusan Allah Swt. Larik tersebut diucapkan dua
Pamoji terdapat dalam larik ke-12 hingga larik ke- kali dalam mantra, yaitu di tengah dalam larik ke-
19. Data tersebut menunjukkan tentang 20 dan di akhir larik ke-30. Perulangan kata
permohonan keinginan hamba agar hujan jatuh ke lailahaillallah muhammadurrasulullah
bumi khususnya ditempat yang diminta dan merupakan kalimat penegasan agar manusia
diinginkan oleh masyarakat yang ditutup dengan benar-benar yakin bahwa tidak ada Tuhan kecuali
kata amin (semoga Allah Swt. mengabulkan Allah SWT. Perulangan kata tersebut dipercaya
semua doa) agar keinginan masyarakat dapat agar mantra lebih manjur saat tradisi berlangsung.
dikabulkan oleh-Nya. Kata amin biasa diucapkan Mantra Demmong memiliki unsur penutup
setelah membaca doa agar doa yang dipanjatkan pateppa’agi cacca’anna yang memiliki arti
kepada-Nya diterima dan dikabulkan oleh-Nya. ‘betulkan gemburan tanahnya’ dalam larik ke-6.
Unsur tujuan yang terdapat dalam mantra Unsur penutup tersebut sama dengan unsur tujuan
Demmong terdapat dalam data Pateppa’aghi yang terdapat dalam mantra. Mantra Esmo Kerem
cacca’anna ‘Betulkan gemburan tanahnya’ dalam memiliki unsur penutup ngarjhuk langnge’
larik ke-6. Maksud data tersebut, jika hujan mulai manangis ondhem… dhem… dhem… dhem…
turun segeralah membetulkan tanah dengan cara yang berarti ‘menggugah langit untuk membuat
mencangkulnya agar gembur dan air hujan dapat mendung menangis’ dalam larik ke-7. Unsur
meresap dengan baik ke dalam tanah. Sehingga penutup yang terdapat dalam mantra kedua dan
tanah dapat menyerap air dengan baik. ketiga memiliki persamaan, kedua unsur
Unsur tujuan yang terdapat dalam mantra penutupnya sama dengan unsur tujuan.
Esmo Kerem hanya terdapat dalam satu larik saja.

Fakultas Sastra Universitas Jember 7


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

Mantra Bato’ Peter dalam tradisi Ojung epirofa merupakan formula yang berupa
memiliki unsur penutup de’ ate insun yang berarti perulangan kata atau frasa terakhir pada sebuah
‘ke hati saya’ dalam larik ke-10. Maksud unsur larik ke dalam posisi yang sama pada larik
penutup tersebut adalah, seluruh doa yang di berikutnya. Formula repetisi morfologis
ucapkan oleh subjek akan menjadi satu dengan merupakan pola repetisi yang berupa perulangan
dirinya dan dapat membuat kuat dan tahan kata atau frasa untuk menegaskan dan
terhadap sabetan rotan. menekankan ungkapan pikiran tertentu yang
dipentingkan. Formula repetisi yang bervariasi
2.2 Kajian Formula merupakan pola perulangan yang memuat seluruh
Formula dan ekspresi formulaik merupakan kata, sebagian kata, dan perulangan dengan
ciri-ciri utama puisi lisan. tidak ada puisi yang perubahan fonem. Formula fonemis adalah
tidak formulaik (Lord dalam Saputra, 2007:170). formula yang berupa perulangan fonem atau
Pembahasan dalam ciri-ciri kelisanan mantra bunyi. Formula repetisi anadiplosis adalah
pemanggil hujan hanya dibatasi pada unsur-unsur perulangan kata atau frasa terakhir dari suatu
kelisanan yang menonjol. Formula dapat klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa
membantu terbentuknya wacana ritmis sehingga ia pertama dari klausa atau kalimat berikutnya.
merupakan salah satu alat bantu untuk mengingat Formula repetisi mesodiplosis adalah repetisi di
kembali dengan mudah dan cepat (Saputra, tengah baris atau beberapa kalimat berturut-turut.
2003:148).
Secara teknis, analisis formula pada mantra 2.2.1 Formula Mantra Tembang Pamoji
pemanggil hujan dalam bentuk tabel yang Mantra Tembang Pamoji merupakan mantra
dilengkapi dengan tanda berupa garis bawah dan yang berisi tentang permintaan manusia dengan
garis putus-putus. Garis bawah menunjukkan menggunakan puji-pujian kepada Tuhannya.
tentang adanya pola formula, sedangkan garis Mantra tersebut memberikan gambaran tentang
bawah putus-putus menunjukkan adanya pola sekumpulan orang yang mewakili penduduk desa
ekspresi formulaik. Berdasarkan data yang untuk memintakan hujan kepada Allah melalui
diperoleh di lapangan, mantra pemanggil hujan ini tradisi Hodo. Berikut ini dilakukan analisis
terdiri atas empat mantra dari tempat yang formula terhadap mantra Tembang Pamoji
berbeda. Keempat mantra tersebut yaitu, mantra dengan mengutip teks-teks tersebut secara
Tembang Pamoji, Demmong, Esmo Kerem, dan berjajar dengan bentuk tabel.
Bato’ Peter. Keempat mantra tersebut akan
dianalisis menggunakan metode formula yaitu Tabel 5. Formula Mantra Tembang Pamoji
analisis dengan fokus pola perulangan dapat Formula Mantra Tembang Pamoji
berupa perulangan kata, frasa, maupun kalimat. 1) Bismillahirrahmanirrahim
Formula sintaksis adalah formula yang _
berupa perulangan kalimat (Saputra, 2007:175). ---------------------------------
Formula repetisi tautotes adalah perulangan 2) Tembang pamoji kaula
sebuah kata yang berulang-ulang dalam sebuah _ _ _
______
konstruksi (Keraf, 1996:127). Formula
------------------------------
konkatenasi yaitu pola repetisi kata atau frasa 3) Pamojina socce kalaban ate se pote
terakhir suatu larik ke dalam kata atau frasa awal _ _ _ _ _ _
atau tengah pada larik berikutnya (Saputra, ______
2007:183). Formula repetisi anafora adalah ----------------------------------------------
repetisi yang berwujud perulangan kata pertama 4) Kaangghuy ngadep ajunan Gusti
pada tiap baris atau kalimat berikutnya (Keraf, _ _ _ _
1996:127). Aliterasi adalah gaya bahasa yang -----------------------------------------
berwujud perulangan konsonan yang sama (Keraf, 5) Moga-moga karadduw parnyo’onan ban
1996:130). Formula paralelisme merupakan _ _ _ _
perulangan frasa pada sebuah larik ke dalam posisi __________
-----------------------------------------------------
yang sama pada larik berikutnya. Formula repetisi

Fakultas Sastra Universitas Jember 8


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

partobadan ------------------------
_ 18) Mon gaggara... mon gaggara
----------------- _ _ _ _
6) Son nak poto abibidn Nabi Adam ___________ ___________
_ _ _ _ _ _ --------------------------------------
____ 19) Amin… amin… amin…
-------------------------------------------- _ _ _
7) Wekasane Nabi Muhammad ____ ____ _____
_ _ _ ---------------------------
____ _________ 20) Lailaha illallah Muhammadurrasulullah
____ _ _ _
----------------------------------- _________________________________
8) Sengko’ jenneng alif, ---------------------------------------------------
_ _ 21) Dangdangkep sere kakep
___ _ _ _
-------------------------- --------------------------------
9) Alif igu popocogi 22) Mon mayyit mara ngocap
_ _ _ _ _ _ _
___ ___ ____
---------------------- --------------------------------
10) Sang pangocap sapa liwepa 23) Mon manossa mara nyanggigep
_ _ _ _ _ _ _ _
------------------------------------ ___ ____
-----------------------------------------
11) Sengko’ makhlukka Allah
_ _ 24) Somor bandung talaga petteng
-------------------------------- _ _ _ _
12) Mandi... mandi... mandi... _______
_ _ _ ----------------------------------------
______ ______ ______ 25) Sabuhoni moga ondhem
----------------------------------- _ _ _
13) Dhiya… _____
_ -------------------------------
_____ 26) Petteng dhateng
-------- _ _
14) Tekka... tekka... tekka... ______ ______
_ _ _ --------------------
_____ _____ _____ 27) Malaekat papat tekka dhateng
------------------------------ _ _ _ _
15) Dhiya… ______
_ --------------------------------------
_____ 28) Saksena para wali
--------- _ _ _
16) Sendhit Jibril… sakeng Malaekat ____
_ _ _ _ ------------------------
------------------------------------------- 29) Wawalina Nabi Muhammad
17) Ondhem dhateng... Ondhem dhateng... _ _ _
_ _ _ _ ____
______________ ______________ ___ __________
------------------------------------------------ ------------------------------------
Ondhem dhateng... 30) Lailaha illallah Muhammadurrasulullah
_ _ _ _ _
______________ _________________________________
_______ _______ ----------------------------------------------------

Fakultas Sastra Universitas Jember 9


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

Keterangan: Perulangan paralelisme terdapat larik ke-7


_____ : Formula (dengan berbegai variasinya) dan larik ke-29 berbunyi Nabi Muhammad.
-------- : ekspresi formulaik Perulangan frasa Nabi Muhammad diyakini oleh
masyarakat setempat sebagai peningkat nilai
Formula sintaksis terdapat pada larik ke- religius yang terdapat dalam hati setiap orang,
13, 15, 20, dan 30. Larik ke-13 dan larik ke-15 sehingga membuat masyarakat setempat semakin
berbunyi Dhiya ‘disini’. Pengertian data tersebut khusyuk dalam berdoa kepada Tuhan. Data yang
si subjek meminta turunnya hujan di tempat yang menunjukkan adanya pola repetisi epirofa terdapat
diminta. Larik ke-20 dan larik ke-30 berbunyi pada larik ke-26 dan larik ke-27 yang berbunyi
Lailaha illallah Muhammadurrasulullah ‘tidak dhateng ‘datang’. Perulangan tersebut selalu
ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah berada di posisi akhir sebuah larik secara
utusan Allah’. Selain terdapat dalam data berurutan di larik berikutnya. Formula repetisi
sebelumnya, formula repetisi tautotes terdapat morfologis terdapat dalam larik ke-6, 7, dan 29
dalam larik ke-12, 14, 17, 18, dan 19. Kelima berbunyi Nabi berarti ‘Nabi’. Larik ke-7, dan larik
data tersebut termasuk dalam formula repetisi ke-29 berbunyi Muhammad ‘Nabi Muhammad’.
tautotes karena per-ulangannya terjadi dalam satu Kedua data dalam larik yang sama tersebut
kontruksi atau baris yang sama. Sisipan di awal menekankan ungkapan pikiran yang dianggap
dan diakhir kata wali tersebut dapat merubah penting dalam mantra sehingga diulang sebanyak
makna dari kata dasar. Larik ke-29 mengalami dua kali. Larik ke-8 dan larik ke-11 berbunyi
perulangan dalam kata wawalina. Perulangan Sengko’ ‘saya’. Larik ke-16 dan larik ke-28
tersebut dalam kata walina yang mendapat berbunyi Malaekat ‘malaikat’. Data formula
imbuhan wa- diawal kata. Formula konkatenasi repetisi yang bervariasi berada di larik ke-5
terdapat dalam larik ke-8, 9, 24, 26, 28, dan 29. berbunyi Moga-moga ‘semoga’. Larik ke-22 dan
Larik ke-8 dan larik ke-9 mengalami perulangan larik ke-23 berbunyi mon...mara... berarti ‘kalau...
dalam kata Alif ‘nama seseorang’; petteng ‘gelap’; ayo...’, data tersebut memiliki pola yang sama
wali ‘wali’ yang mengalami perulangan menjadi tetapi ada variasi isi didalamnya.
wawalina berarti ‘walinya’. Formula repetisi
anafora yang terdapat dalam mantra Tembang ...
Pamoji pada larik ke-22 dan larik ke-23 dalam 22) Mon mayyit mara ngocap
kata mon ‘kalau’. Hal tersebut terjadi karena kata 23) Mon manossa mara nyanggigep
Mon diulang di awal kalimat dalam larik ...
selanjutnya sehingga berurutan. Formula aliterasi
terdapat dalam data larik ke-21, 22, 23, 26, dan Pola formula fonemis pada mantra Tembang
27. Data tersebut kemudian dibagi sesuai dengan Pamoji berupa perulangan fonem vokal (a), (i),
konsonan yang digunakan dalam mantra Tembang dan (e); sedangkan perulangan fonem konsonan
Pamoji. Untuk data tersebut sebagai berikut. (g), (n), (p), (m), (h), (d), (f), (t), dan (p). Variasi
tersebut berupa perulangan fonem vokal (a) yang
... terdapat dalam akhiran kata pamojina, sapa,
21) Dangdangkep sere kakep liwepa, makhlukka, tekka, mara, manossa,
22) Mon mayyit mara ngocap saksena, para, dan wawalina. Perulangan fonem
23) Mon manossa mara nyanggigep vokal (i) terdapat di akhir kata pamoji, Gusti,
... Nabi, popocogi, Sabuhoni, wali. Perulangan
26) Petteng dhateng fonem vokal (e) terdapat di akhir kata kaule,
27) Malaekat papat tekka dhateng socce, moge, karadduwe, wekasane, dhiye,
... gaggare, sere, dan talage. Perulangan fonem
konsonan (g) di akhir kata tembang, jenneng,
Data yang dicetak tebal merupakan pola sang, bandung, petteng, dan dhateng. Perulangan
perulangan yang terdapat di akhir kalimat. Kedua fonem konsonan (n) di akhir kata kalaban,
data tersebut mengalami perulangan konsonan di ajunan, parnyo’onan, ban, partobadan, son,
akhir kalimat. abibidan, mon, dan amin. Perulangan fonem

Fakultas Sastra Universitas Jember 10


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

konsonan (m) terdapat di akhir kata bismillahirrahmanir-rahim, gerdem, kartem,


bismillahirrahmanirrahim, Adam, dan ondhem. minannaren. Konsonan tersebut digunakan
Perulangan fonem konsonan (h) terdapat di akhir sebagai penekanan dalam mantra. Agar mantra
kata Allah, lailahaillallah , dan tersebut lebih hidup saat dibacakan. Perulangan
muhammadurrasulullah. Perulangan fonem fonem vokal (a) hanya terdapat dalam satu kalimat
konsonan (d) terdapat di akhir kata Muhammad. saja, perulangan tersebut terjadi di dalam satu
Perulangan fonem konsonan (f) terdapat di akhir kalimat di larik ke-6.
kata alif. Perulangan fonem konsonan (t) terdapat
di akhir kata sendhit, malaekat, mayyit, papat,
ngadep, pangocap, dangdangkep, kakep, ngocap, Tabel 7. Formula Mantra Esmo Kerem
dan nyanggigep. Formula Mantra Esmo Kerem
1)Bismillahirrahmanirrahim
Tabel 6. Formula Mantra Demmong _
---------------------------------
Formula Mantra Demmong
2)Esmo kerem, sang belujhi… sang belujhi…
1) Bismillahirrahmanirrahim
_ _ _ _ _ _
_
__________ __________
---------------------------------
____
2) Ta’ demmong
-------------------------------------------------------
----------------
3)Sang bidddri pote
3) Gerdhem
_ _
_
____
------------
--------------------------
4) Kartem
4)Aeng mata mondung nyapcap lekko
_
_ _ _ _
----------
---------------------------------------------
5) E… minannaren... e… minannaren...
5)Ghembhng arjhun arjhuna
_ _
_ _ _
----------------------------------------------
_____ ______
e… minannaren...
-----------------------------------
_
6)Asompenga asompeng
_____________
_ _
----------------------
________ ________
6) Pateppa’aghi cacca’anna
----------------------------
_ __ _ _ _ _
7)Ngarjhuk langnge’ manangis
---------------------------------
------------------------------------
ondhem…dhem…dhem… dhem...
_
Formula sintaksis berada dalam larik ke-5.
____ ____ ____ ____
Data tersebut berbunyi e… minannaren.
-------------------------------------------
Pengertian dalam bahasa Madura Minnar berarti
‘panas yang sangat menyengat’, dalam bahasa
Formula sintaksis berada dalam data pada
Arab kata tersebut berasal dari kata minannar
larik ke-2. Data pada larik ke-2 berbunyi Sang
yang berarti ‘neraka’. Keduanya memiliki
belujhi ‘Sang Pemurah Hati atau Maha Pemurah
persamaan yaitu sama-sama menyatakan tentang
Hati’. Pada data tersebut, peminta hujan (subjek)
panas yang menyengat. Perbedaannya terdapat
memanggil Tuhan dengan sebutan Sang Pemurah
dalam ketera-ngannya, dalam arti yang pertama
Hati, agar permintaannya terkabulkan. Selain itu,
tempatnya berada di bumi sedangkan dalam arti
pengucapan yang lebih dari satu kali di yakini
yang kedua tempatnya di akhirat. Perulangan
dapat membuat sebuah doa akan cepat
fonem konsonan (m) terdapat di akhir kata
terkabulkan.

Fakultas Sastra Universitas Jember 11


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

Data formula anadiplosis berbunyi Sang ‘Sang _


atau Maha’. Formula repetisi yang bervariasi ___________
terdapat dalam larik ke-6 berbunyi Asompenga _____
asompeng ‘Akan menyawer (memberikan uang; -------------------------
biasanya terjadi di acara dangdutan)’. Barang 5)Sabab aken, kabara’ tase’.. kabara’ tase’..
saweran yang digunakan juga berbeda, bukan uang _
melainkan makanan sesembahan seperti: tumpeng, ___________ ____________
buah-buahan, dsb. Selain data tersebut ada juga ------------------------------------------------------
data yang mengalami perulangan di larik ke-2 dan 6)Mendet... mendet bias
larik ke-3 yang berbunyi _ _
_______ __________
... -----------------------------
2) Esmo kerem, Sang belujhi... Sang belujhi... 7)Ta’ kadie, ta’ ka enger
3) Sang bidddri pote _ _ _
… -------------------------------
8)Male die ta’ kannyar
Data tersebut memiliki pola yang sama, yaitu _ _ _
memiliki kata “sang”. Kata yang bergaris bawah --------------------------
merupakan isi yang bervariasi dalam dua larik 9)Atena oreng 1000 jagat
tersebut. Formula repetisi mesodiplosis terdapat _ _ _
dalam data di larik ke-7 yang berbunyi dhem... -------------------------------
dhem... dhem.... Data tersebut berasal dari kata 10) De’ ate insun
ondhem ‘mendung’. Perulangan tersebut _ _
dilakukan dengan mengulang akhir kata ondhem. -----------------
Perulangan fonem konsonan terdapat di (m) dan
(g); sedangkan fonem vokal (o), (i), dan (a). Formula repetisi anafora adalah repetisi
Perulangan fonem konsonan (m) terdapat di akhir yang berwujud perulangan kata pertama pada tiap
kata bismillahirrahmanirrahim, kerem, dan baris atau kalimat berikutnya (Keraf, 1996:127).
ondhem. Perulangan fonem konsonan (g) terdapat Data formula repetisi anafora larik ke-3 dan larik
di akhir kata sang, aeng, mondung, ke-4, abato’‘sedang batuk’. Kata tersebut
gembhang,asompeng. Perulangan fonem vokal (o) mengalami perulangan diawal kalimat. Kedua data
terdapat di akhir kata esmo,lekko. Perulangan dalam larik ke-3 dan larik ke-4 berbunyi abato’
fonem vokal (i) di akhir kata belujhi, bidedderi. peter yang berarti ‘batuk petir’. kedua data
Perulangan fonem vokal (a) di akhir kata mata, mengalami penambahan kata ditiap kalimat yang
Arjhuna, asompenga. berbeda, yang kemudian diikuti dengan kata
guntor ‘guntur’ pada larik ke-3 dan kelap ‘kilat’
Tabel 8. Formula Mantra Bato’ Peter pada larik ke-4. Perulangan tersebut digunakan
untuk memberikan tekanan pada masing-masing
Formula Mantra Bato’ Peter
kalimat. Aliterasi tersebut berbunyi perulangan
1)Bismillahirrahmanirrahim
huruf “r” di akhir kalimat. Perulangan huruf
---------------------------------
konsonan tersebut digunakan untuk memberikan
2)Ganeka’, ajina Macan Koneng
keindahan dan penekanan dalam mantra.
_ _ _
----------------------------------------
...
3)Abato’ peter guntor
7) Ta’ kadie, ta’ ka enger
_ _
8) Male die ta’ kannyar
__________

_____
-----------------------
Repetisi tautotes adalah repetisi atas sebuah kata
4)Abato’ peter kelap
berulang-ulang dalam sebuah konstruksi

Fakultas Sastra Universitas Jember 12


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

(Keraf,1996:127). Formula repetisi tautotes hanya sebuah tontonan. Melainkan alat yang dapat
terdapat dalam larik ke-5 yang berbunyi kabara’ membuat pikiran dan perasaan masyarakat
tase’... kabara’ tase’... yang berarti ‘ke arah Barat menjadi lega. Isi mantra dapat memberikan
Laut... ke arah Barat Laut...’. Hal tersebut diulang penyegaran jiwa bagi pembaca mantra.
hingga dua kali karena menekankan dan Selain mantra, prosesi adalah hal yang
meyakinkan bahwa hujan akan mengarah ke Barat menonjol dan membuktikan bahwa ritual mantra
Laut sehingga dapat memberikan informasi pemanggil hujan Hodo sebagai bentuk hiburan.
kepada masyarakat setempat. Perulangan fonem Prosesi dalam ritual Hodo dilakukan dua kali yaitu
konsonan (n), (g), (r), dan (t), sedangkan ketika malam sebelum hari pelaksanaan ritual
perulangan fonem vokal (a) dan (e). Perulangan berlangsung serta upacara inti keesokan harinya.
fonem konsonan (n) terdapat di akhir kata macan,- Hal yang menarik dalam penyelenggaraan tradisi
aken, insun. Perulangan fonem vokal (g) terdapat Hodo adalah nyanyian dan tariannya. Awalnya
di akhir kata koneng, oreng. Perulangan fonem tarian dilakukan dengan posisi duduk, kemudian
konsonan (r) terdapat di akhir kata peter, guntor, berdiri dan mengelilingi tumpeng. Urutan tarian
enger, kannyar. Perulangan fonem konsonan (t) yang paling akhir, dilakukan dengan mengikut
terdapat dalam akhir kata mendet, jagat. sertakan penonton untuk menari bersama dalam
Perulangan fonem vokal (a) terdapat di akhir kata prosesi tradisi tersebut. Tarian tersebut dinamakan
ajina, ka, atena. Perulangan fonem vokal (e) tarian Suka Cita, karena menggambarkan tentang
terdapat di akhir kata kadie, male, die, ate. kegembiraan masyarakat saat permintaan terkabul
(hujan turun).
2.3 Fungsi Tradisi
Dalam memahami fungsi tradisi peneliti 2. Sebagai Alat Pengesahan Pranata-pranata
menggunakan teori yang dikembangkan oleh dan Lembaga-lembaga Kebudayaan
William R. Bascom. Menurutnya, ada empat Menurut Rahman (2004:101), setiap
fungsi sastra lisan, yaitu: lembaga kebudayaan memiliki ciri-ciri spesifik
1. sebagai bentuk hiburan; tersendiri. Konvensi di masyarakat tertentu
2. sebagai alat pengesahan pranata-pranata atau menjadi dasar terbentuknya lembaga tersebut.
lembaga-lembaga kebudayaan; Dalam masyarakat religi terdapat sistem sosial
3. sebagai alat pendidikan anak; budaya yang berlaku di dalam tata kehidupannya.
4. sebagai alat pemaksa dan pengawas agar Fungsi religi di dalam sistem sosial budaya
norma-norma masyarakat selalu dipatuh menjadi sangat penting dan melekat erat, seakan-
anggota kolektifnya. akan mustahil akan melemah tersisihkan dari
Analisis fungsi yang akan dibahas dibedakan struktur sistem tersebut secara keseluruhan.
menjadi dua, yaitu fungsi mantra dan fungsi ritual. Fungsi sebagai alat pengesahan pranata-pranata
Penerapan teori fungsi untuk menganalisis tradisi atau lembaga-lembaga kebudayaan adalah apabila
Hodo sebagai berikut. kegiatan tersebut rutin dilakukan dan dipentaskan
pada acara-acara tertentu. Tradisi Hodo,
1. Sebagai Bentuk Hiburan Demmong, Esmo Kerem dan Ojung memiliki
Sebagai sebuah tradisi yang turun-temurun, jadwal yang berbeda.
hiburan tradisi pemanggil hujan menjadi sebuah Tradisi Hodo diadakan setahun sekali antara
bentuk hiburan tersendiri bagi masyarakat bulan Oktober dan November. Hingga saat ini,
setempat. “hiburan” sifatnya langsung merangsang pelaksanaan ritual tersebut dilaksanakan setahun
panca-indra atau juga tubuh untuk mengikuti sekali dan sebulan sekali pada malam jumat
dengan gerak; mementingkan sifat glamur dan manis. Demmong hanya dilaksanakan sebulan
sensasional (Sedyawati, 2006:131). Tradisi Hodo sekali oleh warga setempat, tepatnya malam Jumat
memiliki keindahan tersendiri baik dari segi manis. Pelaksanaan ritual Demmong di sumber
mantra dan prosesi ketika menjalankan ritual. mata air Aeng Manes juga dilakukan dengan
Bagi masyarakat Kabupaten Situbondo, tradisi sederhana. Esmo Kerem biasanya dilaksanakan
tersebut merupakan bentuk kesenian yang setiap minggu ketiga dalam bulan ganjil, seperti
menghibur. Hiburan dalam konteks ini bukan Januari; Maret; Mei; Juli; September; dan

Fakultas Sastra Universitas Jember 13


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

November. Setiap pemain Ojung menggunakan seorang anak. Hal tersebut dapat dilihat dari cara
menggunakan mantra yang berbeda antara satu untuk mendapatkan sesuatu itu tidak gampang,
dan yang lainnya. Mereka menggunakan mantra memerlukan kerja keras serta rasa berserah diri
yang biasanya sudah menjadi warisan. Tradisi (tawakkal) kepada Allah.
tersebut dilaksanakan setiap hari Selasa dalam
minggu terakhir di bulan Ramadhan. 4. Sebagai Alat Pemaksa dan Pengawas Agar
Norma-norma Masyarakat Selalu Dipatuhi
Anggota Kolektifnya
3. Sebagai Alat Pendidikan Anak Hal yang paling melekat dan telah
Filsafat etika mengajarkan tentang apa yang mengakar dalam kehidupan masyarakat adalah
baik dan buruk. Ukuran bagi sesuatu yang baik norma-norma tertentu yang diturunkan dari
dan buruk adalah kata hati. Kata hati itu masyarakat terdahulu. Norma hukum yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor pembawaan, mengikat masyarakat untuk bertindak baik secara
lingkungan, agama, dan usia (Sulistyorini, individu maupun kolektifnya. Ikatan para pelaku
2008:75). Setiap individu anak dan orang dewasa tradisi terdapat pada rasa kewajiban untuk
selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu melestarikan dan mengenalkan tentang
(yang bersifat ritual, biologis, dan human atau kebudayaan pemanggil hujan. Tradisi tersebut
sosial kultural) untuk mempertahankan hidupnya. dilaksanakan untuk mengingatkan masyarakat
Demikian pula seorang anak, dia selalu berusaha untuk selalu tidak melupakan bersyukur dan
mengatasi semua hambatan dan menghilangkan berdoa kepada Sang Pencipta (Tuhan). Jika tradisi
ketegangan-ketegangan batinnya sebagai akibat tersebut tidak dilaksanakan, maka keimanan
belum terpenuhinya kebutuhan. Jika pemenuhan masyarakat setempat akan menurun.
kebutuhan itu sudah terlaksana, akan tercapai Ketika mantra pemanggil hujan mulai
keseimbangan batin dan kepuasan (Kartono, didengarkan, maka hal tersebut akan
1995:47). mengingatkan dan memaksa masyarakat untuk
Fungsi primer yang terpenting dari keluarga meresapi isi dari mantra tersebut. Tidak peduli
adalah pewarisan norma kebudayaan dari satu masyarakat tersebut termasuk dalam kategori
generasi ke generasi lainnya. Hal-hal religius orang yang berpendidikan atau tidak, mantra
sudah mulai diajarkan sejak kecil di lingkungan tersebut memaksa orang terhadap keyakinannya.
rumah tangga. Pendidikan ketuhanan akan Baik muda maupun tua, mereka tetap hanya bisa
mempertajam pandangan untuk melihat gejala- mengikuti dan tidak bisa menolak mantra tersebut.
gejala pertama dari perkembangan religius yang Mantra pemanggil hujan merupakan unsur
sebenarnya. pemaksa berdasarkan isi pada dua mantra
Tradisi Hodo memiliki fungsi sebagai alat pemanggil hujan yaitu dalam mantra Tembang
pendidik anak, baik dari segi mantra yang Pamoji dan Demmong. Kedua mantra tersebut
dinyanyikan maupun dari ritual tradisinya. memaksa penonton untuk menaati perintah
agama. Pemaksaan tersebut berupa anjuran dan
... ancaman yang ada di mantra pemanggil hujan.
30) Lailaha illallah Muhammadurrasulullah Masyarakat dihimbau untuk selalu berdoa dan
... meminta kepada Tuhan agar keinginannya
tercapai dan terhindar dari kemarau yang panjang.
Data tersebut memiliki arti ‘Tiada Tuhan Data yang menunjukkan hal tersebut sebagai
kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan berikut.
Allah’. Pengertian tersebut bertujuan agar anak
mengerti tentang siapa Tuhan mereka dan utusan- ...
utusan-Nya. Selain itu, anak juga akan mengerti 2) Tembang pamoji kaula
tentang bagaimana mencintai Allah dan Rosul- 3) Pamojina socce kalaban ate se pote
Nya. 4) Kaangghuy ngadep ajunan Gusti
Selain fungsi tersebut, fungsi agamis yang 5) Moge-moge karadduwe parnyo'onan
diberikan oleh tradisi ini cukup besar kepada ban partobadan

Fakultas Sastra Universitas Jember 14


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 1-15

… agar norma-norma masyarakat selalu dipatuhi oleh


anggota kolektifnya, Tradisi tersebut dilaksanakan
Mantra tersebut menyatakan tentang untuk mengingatkan masyarakat untuk selalu tidak
hamba yang menginginkan permohonan dan melupakan bersyukur dan berdoa kepada Sang
pertobatannya dikabulkan oleh Allah. Hamba Pencipta (Tuhan). Manfaatnya agar tradisi pe-
tersebut tidak henti-hentinya memohon doa agar manggil hujan menjadi pelajaran untuk dinikmati
permintaannya dapat dikabulkan. oleh penikmat karya sastra sebagai penambah ilmu
dan wawasan hidup beragama dalam bentuk
3. Kesimpulan ajaran spiritual yang mempunyai nilai tinggi.
Setelah melakukan analisis struktur, Tradisi Hodo memiliki ritual yang komplek dari
formula, dan fungsi terhadap mantra pemanggil awal hingga akhir, tradisi tersebut menjadi objek
hujan, peneliti menyimpulkan sebagai berikut. pertama dan menjadi tradisi yang komplek di
Analisis terhadap mantra pemanggil hujan antara tradisi yang lainnya.
merupakan analisis terhadap unsur-unsur struktur
yang meliputi: unsur judul, unsur pembuka, unsur Daftar Pustaka
sugesti, unsur tujuan, dan unsur penutup. Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia: Ilmu
Setelah menemukan unsur struktur mantra Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta:
pemanggil hujan, maka dilanjutkan dengan Grafiti Pers.
menganalisis unsur kelisanan pada mantra yaitu Wibisono, Bambang dan Sofyan, Akhmad. 2008.
formula dan ekspresi formulaik. Analisis mantra Perilaku Berbahasa Orang Madura.
Tembang Pamoji dapat diketahui adanya formula Sidoarjo: Balai Bahasa Surabaya.
sintaksis, formula konkatenasi, formula repetisi Sudikan, Setya Yuwana. 2001. Metode Penelitian
anafora, formula aliterasi, formula paralelisme, Sastra Lisan. Surabaya: Citra Wahana.
formula repetisi epirofa, formula repetisi tautotes, Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif
formula repetisi morfologis, formula repetisi Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
bervariasi, dan formula fonemis. Mantra
Saputra, Heru S. P. 2003. “Mantra Sabuk Mangir
Demmong diketahui adanya formula sintaksis dan
dan Jaran Goyang dalam Budaya Using,
formula fonemis. Mantra Esmo Kerem dapat
Banyuwangi”. Tidak Dipublikasikan. Tesis.
diketahui adanya formula sintaksis, formula
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
anadiplosis, formula repetisi yang bervariasi,
formula mesodiplosis, dan formula fonemis. Saputra, Heru S. P. 2007. Memuja Mantra.
Mantra Bato’ Peter dapat diketahui adanya Yogyakarta: lkis.
formula sintaksis, formula aliterasi, formula Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak: Psikologi
repetisi tautotes, dan formula fonemis. Formula- Perkembangan. Bandung: Mandar Maju.
formula tersebut membentuk ekspresi formulaik. Keraf, Gorys. 1996. Diksi dan Gaya Bahasa.
Mantra Tembang Pamoji yang terdapat Jakarta: PT Gramedia.
dalam tradisi Hodo dapat diketahui memiliki Sulistyorini, Latin. 2008. Perspektif Anak
empat fungsi. Pertama, sebagai sebuah bentuk Beserta Permasalahan yang Umum Terjadi
hiburan, tradisi Hodo merupakan sebuah tradisi pada Anak dan Remaja. Jember: UNEJ.
yang menghibur baik mantra yang digunakan
maupun ritual pelaksanaan. Kedua, sebagai alat
pengesahan pranata-pranata atau lembaga-
lembaga kebudayaan, keberadaan tradisi Hodo
merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh
masyarakat dan pemerintah setempat dengan
terjadwal. Ketiga, sebagai alat pendidikan anak,
tradisi Hodo digunakan oleh orang tua sebagai
pedoman dengan menerangkan kepada anak baik
mantra yang dinyanyikan maupun ritual tradisinya.
Keempat, sebagai alat pemaksa dan pengawas

Fakultas Sastra Universitas Jember 15

Anda mungkin juga menyukai