LP Kompre KPD Kel. Ponek Rev 1
LP Kompre KPD Kel. Ponek Rev 1
LP Kompre KPD Kel. Ponek Rev 1
Disusun Oleh :
Devira Natalia P17312215070
Emaniar Arta Nugraha P17312215071
Rona Septania P17312215072
Amelia Septiani B P17312215090
Reki Lintang Nastiti P17312215085
Meilina Anggita P17312215091
Menyetujui,
Menjadikan lulusan Profesi Bidan yang beradab, berdaya saing global, serta unggul
dalam pemberdayaan perempuan di bidang kesehatan ibu dan anak di keluarga dan
masyarakat
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator dalam
derajat kesehatan masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan
jumlah wanita yang meninggal, salah satunya pada saat proses persalinan
(Depkes RI,2012). Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi dan
merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan, hal ini
menunjukkan derajat kesehatan masyarakat dan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Menuruthasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
sepanjang tahun 2007-2012 kasus kematian ibu melonjak cukup tajam, pada
tahun 2012, AKI mencapai 359/100.000 kelahiran hidup atau meningkat 57%
bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, yang hanya 228/100.000
kelahiran hidup,yang dimana AKI pada tahun 2007 menurun dari tahun 2002
yang mencapai 307/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2015 AKI
kembali menunjukkan penurunan menjadi 305/100.000 kelahiran hidup.
Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan
37 minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS atau Respiratory
Disterss Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi
akan meningkat prematuritas, asfiksia, dan hipoksia, prolapse (keluarnya tali
pusat), resiko kecacatan, dan hypoplasia paru janin pada aterm. Hampir semua
KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan
terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85%
morbiditas dan mortalitas perinatal ini disebabkan oleh prematuritas akibat
dari ketuban pecah dini.
1.3.4 Telaah jurnal, melakukan telaah pada satu artikel ilmiah sesuai kasus
dan membandingkan antara kasus, teori, dan telaah jurnal yang sesuai
dengan kasus
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
2.2 ETIOLOGI
2.3 PREDISPOSISI
2.5 PATOFISIOLOGI
2.6 KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang terjadi karena KPD terhadap ibu dan janin
yaitu:
1. Prognosis Ibu
2. Prognosis Janin
2.8 PENATALAKSANAAN
1) Penanganan dirawat di RS
a). Diberikan antibiotika : Ampicilin 4 x 500 mg selama 7 hari
b). Untuk merangsang maturase paru diberikan
kortikosteroid (untuk UK < 35 minggu) : Deksametason 5
mg setiap 6 jam
2) Observasi di kamar bersalin :
a). Tirah baring selama 24 jam, selanjutnya dirawat di ruang
obstetric
b). Dilakukan observasi temperature rektal tiap 3 jam, bila ada
kecenderungan meningkat lebih atau sama dengan 37,6 C,
segera dilakukan terminasi.
3) Di ruang obstetri :
a). Temperatur rektal diperiksa tiap 6 jam
b). Dilakukan pemeriksaan laboratorium : leukosit dan laju
endap darah (LED) setiap 3 hari
4) Tata cara perawatan konservatif :
a). Dilakukan sampai janin viable
b). Selama perawatan konservatif, tidak dianjurkan
melakukan pemeriksaan dalam
c). Dalam observasi 1 minggu, dilakukan pemeriksaan USG
untuk menilai air ketuban, bila air ketuban cukup,
kehamilan diteruskan, dan bila air ketuban kurang
(oligohidramnion) dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan.
d). Pada perawatan konservatif, pasien dipulangkan hari ke 7
dengan saran tidak boleh koitus, tidak boleh melakukan
manipulasi vagina, dan segera kembali ke RS bila ada
keluar air ketuban lagi
e). Bila masih keluar air, perawatan konservatif
dipertimbangkan dengan melihat pemeriksaan
laboratorium. Bila terdapat leukositosis dan oeningkatan
LED, lakukan terminas (Prawirohardjo, 2014).
3. Terminasi kehamilan
1) Induksi persalinan dengan drip oksitosin
2) Seksio sesaria bila prasyarat drip oksitosin tidak terpenuhi atau
bila drip oksitosin gagal
3) Bila skor pelvik jelek, dilakukan pematangan dan induksi
persalinan dengan Misoprostol 50µ gr oral tiap 6 jam,
maksimal 4 kali pemberian (Prawirohardjo, 2014).
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Subyektif
3.1.1 Identitas Klien
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. Y
Umur : 30 th Umur : 32 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan: SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ngadisimo 003/004 Kecamatan Kota, Kota Kediri
3.1.2 Alasan Datang
Ibu datang rujukan dari bidan dengan keluhan mengeluarkan cairan merembes
dari jalan lahir sejak pukul 11.00 WIB tanggal 10-05-2022.
3.1.3 Keluhan Utama
Ibu merasakan perutnya kenceng-kenceng sejak kemarin malam pukul 23.00
WIB
3.1.4 Riwayat Kesehatan Lalu
Ibu mengatakan tidak memilik riwayat penyakit darah tinggi, asma, paru-paru,
hepatitis dan penyakit menular lainnya. Ibu juga tidak memiliki riwayat alergi
obat, cuaca, dan makanan. Ibu tidak pernah dirawat di rumah sakit
1.1.4 Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak merasa pusing, tangan dan kaki tidak bengkak dan saat
ini sedang tidak sesak
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti hipertensi,
jantung, asma, dan TBC.
3.1.6 Riwayat Menstruasi
HPHT : 10-08-2021
TP : 17-05-2022
3.1.7 Riwayat Obstetri
Komplikasi Anak
Hamil Penyulit Jenis Tempat Persalinan Bayi Hidup/
Penolong
ke- Kehamilan persalinan persalinan Mati/Usia
bayi Ibu BB/ IM
PB D
1 - Spontan RS Bidan - - 3300/4 Ya Hidup/10 th
8 Cowok
2 - Spontan RS Bidan - - 2900/4 Ya Hidup/5th
8 Cewek
3 HAMIL INI
3.2 Obyektif
3.1.11 Pemeriksaan Fisik Terfokus
- Tanda-Tanda Vital :
KU : Baik Kesadaran: Composmentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Suhu : 36,3°C
Nadi : 82x/menit SPO2: 98%
RR : 24x/menit Lila : 30 cm
BB : 75 kg TB : 155cm
IMT: 32,25
Pemeriksaan Fisik :
Muka : tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran
vena jugularis
Payudara : Simetris, areola hiperpigmentasi, puting menonjol, tidak
teraba benjolan, kolostrum belum keluar
Abdomen : terdapat line nigra dan stria gravidarum , tidak ada bekas luka
operasi
- Leopold I : pada bagian fundus teraba lunak, tidak melenting
(bokong)
- TFU Mc Donald : 30 cm
- Leopold II : pada sisi kanan ibu teraba keras, datar, dan
memanjang (punggung), pada sisi kiri ibu teraba bagian kecil
janin.
- Leopold III : pada bagian bawah teraba keras, melenting
(kepala), dan susah digoyangkan kepala sudah masuk PAP
- Leopold IV: sebagian bagian janin sudah masuk panggul
(sejajar)
- Taksiran berat janin : (30-12) x 155 : 2790 gram
- DJJ : 146 x/menit, irama jantungnya reguler.
- His : 1x10’x10”
Genetalia : vulva vagina tidak ada kelainan, tidak ada oedema dan
varises, tidak ada pembesaran kelenjar scene dan bartolini, tidak ada
cairan yang abnormal, tidak ada hemoroid.
Terdapat cairan merembes dari jalan lahir
VT : 1 cm eff 25% ,ketuban (+) merembes jernih, hodge 1
Ekstremitas : tidak ada oedema dan varises, refleks patella positif.
/+
+
3.3 Assessment
G3P2002 UK 39 Minggu Inpartu Kala I Fase Laten dengan Ketuban Pecah
Dini (KPD) jam 11.00 WIB tanggal 10-5-2022
Janin tunggal hidup intrauterine
3.4 Penatalaksanaan
1. Menginformasikan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu
dan janin, namun ketuban ibu sudah merembes, ibu mengerti dan
memahami kondisinya
2. Menganjurkan kepada ibu untuk rawat inap dikarenakan ketuban sudah
pecah agar ibu dapat penanganan lebih lanjut, ibu bersedia untuk
dilakukan rawat inap
3. Melakukan informed consent untuk dilakukan Rapid Antigen, Ibu
bersedia dilakukan Rapid Antigen
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter umum untuk memeriksa keadaan
umum ibu, kolaborasi telah dilakukn dengan hasil keadaan umum baik
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG :
- Pemasangan infus RL 20 tpm
- Pemeriksaan darah lengkap, urin lengkap, faal ginjal, glukosa darah,
golongan darah, HIV, dan HbSAg (hasil terlampir di lampiran)
- Injeksi cefotaxime 1 gram 3x1 secara IV
6. Melakukan pemasangan infus RL 20/tpm pada ibu yang bertujuan untuk
pemberian cairan dan asupan tambahan melalui pembuluh darah pada ibu ,
ibu bersedia dan infus sudah terpasang
7. Melakukan skintest cefotaxime pada ibu pukul 13.55, hasil tidak ada
alergi
8. Memberikan injeksi cefotaxime pada ibu 3x1 secara IV 15 menit setelah
dilakukan skintest , obat sudah disuntikan secara IV pada ibu
9. Melakukan observasi TTV, DJJ, pembukaan dan his yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi ibu dan janin, observasi sudah dilakukan kondisi ibu
dan janin baik
10. Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan lab lengkap ,
kolaborasi telah dilakukan hasil lab dalam proses pengerjaan
11. Menganjurkan dan mendampingi ibu untuk melakukn aktivitas di tempat
tidur yang bertujuan mengurangi pengeluaran cairan ketuban dan agar
ketuban tetap stabil, ibu memahami dan bersedia melakukan saran yang
telah diberikan
12. Menjelaskan dan melakukan observasi kepada ibu adanya tanda-tanda
infeksi yang diakibat oleh ketuban pecah dini seperti demam, nyeri perut,
detak jantung janin cepat, ibu mengeri dengan penjelasan yang telah
diberikan
13. Melakukan pendokumentasian di lembar observasi
BAB IV
ANALISIS KEBUTUHAN KOLABORASI ANTAR PROFESI
N Profesi yang Alasan Bentuk Tujuan Rencana
o diperlukan melakukan Kolaborasi Kolaborasi Implementasi
. untuk Kolaborasi yang yang Kolaborasi
Berkolaborasi Diperlukan diharapkan
1. Petugas Untuk - Melakukan swab Mendeteksi Tidak ada
laboratorium meminimalisir antigen gannguan rencana tindak
11-05-2022 penyebaran -Melakukan kesehatan lanjut
13.35 WIB covid 19 di RS pemeriksaan pada ibu agar
Untuk darah lengkap kesehatan
mengetahui dan urine ibu tetap
kondisi lengkap terpantau
kesehatan ibu dengan baik
secara
keseluruhan
2. Dokter Spesialis Untuk Memberikan infus Bertujuan Dalam
Kandungan pemantauan RL 500mg dan agar janin pemantauan
11-05-2022 kesehatan ibu injeksi cefotaxime dapat dokter
13.40 WIB dan janinnya dilahirkan kandungan
dengan
selamat dan
kondisi ibu
tetap sehat
dan tidak
terjadi
infeksi
3. Dokter Umum Untuk Dilakukan cek Bertujuan Tidak ada
11-05-2022 pemantauan keadaan umum untuk rencana tindak
13.45 WIB kesehatan ibu seperti mengetahui lanjut
pernapasan, kondisi
wheezimg, ronchi umum
dan kesehatan kesehatan ibu
jantung
BAB V
TELAAH ARTIKEL ILMIAH
7.1 Kesimpulan
Pada pengkajian tanggal 11 Mei 2022 pukul 13.32 Ny. N telah mengeluarkan
cairan merembes dari jalan lahir sejak pukul 11.00 WIB tanggal 10-05-2022.
Pada data obyektif diperoleh TTV dalam batas normal, sehingga diperoleh
diagnose GIII P2002 Usia Kehamilan 39 Minggu Inpartu Kala I Fase Laten
Tunggal Hidup Intrauterin Letak Kepala Dengan Ketuban Pecah Dini. Maka dari
tinjauan teori dan tinjauan kasus dapat disimpulkan :
Herawati, H., & Damayanti, M. (2020). Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan
Metti, E. (2021). Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Ketuban Pecah Dini
Nem.
Syafii, I. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Post Partum Spontan Atas Indikasi
Tahir, S. (2021). Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini. Media Sains Indonesia.
Negara, K. S., Mulyana, R. S., & Pangkahila, E. S. (2017). Buku Ajar Ketuban
Pecah
Dini.
Sunarti. 2017. “Manajemen Askeb Intranatal Pada Ny ‘R’ Gestasi 37-38 Minggu
dengan KPD.” Ketuban Pecah Dini: 156.
Lampiran. Hasil Laboratorium
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Keterangan
Rujukan
Darah
Lengkap
11,8 gr/dl
Hb
12.300 sel/cmm
Lekosit
42,6% %
Hematokrit
137.000 sel/cmm
Trombosit
Non Reaktif Non Reaktif
HbsAg
Non Reaktif Non Reaktif
HIV
Urin Lengkap
PH 6.0 5,0-7,0
Faal Ginjal