Komunikasi Pemasaran Pariwisata Kabupaten Purbalingga (Studi Pada Analisis Komunikasi Pariwisata Berbasis Digital)
Komunikasi Pemasaran Pariwisata Kabupaten Purbalingga (Studi Pada Analisis Komunikasi Pariwisata Berbasis Digital)
Komunikasi Pemasaran Pariwisata Kabupaten Purbalingga (Studi Pada Analisis Komunikasi Pariwisata Berbasis Digital)
Muhammad Sulthan
Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
e-mail: [email protected]
Abstrak
Jumlah objek wisata di Kabupaten Purbalingga menarik untuk diketahui dan dapat
menjadi destinasi bagi kita semua. Sehingga, berbagai obyek wisata tersebut perlu
diinformasikan untuk menarik minat wisatawan. Penyebaran informasi objek wisata
pada wisatawan dapat terjadi dengan berbagai cara, salah satunya yang sangat populer
adalah penggunaan media internet/digital. Hal tersebut karena bisa menjangkau
penonton lebih luas. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penentuan
informan menggunakan purposive sampling, yaitu representatif. Terdapat dua jenis
sumber data yaitu sumber data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data
adalah wawancara mendalam, observasi, dokumentasi. Cara menganalisis data adalah
pemilahan data, penyajian data dan pencacahan terpadu. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa komunikasi pemasaran pariwisata berbasis digital sangat efektif dan efisien.
Media sosial sangat membantu dalam menyebarkan informasi wisata di Purbalingga,
dan juga komunitas masyarakat wisata Purbalingga secara intensif mempromosikan
obyek wisata Purbalingga. Secara teoritis, strategi pemasaran pariwisata Purbalingga
berbasis komunikasi digital yang digunakan adalah teori Kotler dan Keller. Beberapa
unsur-unsurnya yaitu iklan, promosi penjualan, event dan pengalaman, hubungan
masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung, pemasaran interaktif, pemasaran dari
mulut ke mulut, dan promosi penjualan. Elemen-elemen komunikasi tersebut didukung
oleh internet.
Kata kunci: komunikasi pemasaran, pariwisata, digital
Abstract
The number of tourism objects in Purbalingga that are worth to be known and to be
visited by all of us. Therefore, the tourism objects are very necessary to be informed to
attract as much as possible potential tourists. Spreading information of tourism objects
for tourist can happen in various ways, one of them that now very popular is the usage
of internet/digital media. Because it can reach audience more widely. Methodology of
this research is descriptive qualitative. Determination of informants are using purposive
sampling, which is representative. There are two types of data source: which are
primary data source and secondary data. The techniques of collecting data are in-depth
interviews, observation, and documentation. The way of analyzing data are reduction,
data presentation and integrated conclusion drawing. The results showed that the
communication of tourism objects by using digital-based are very effective and efficient.
Sosial media is also very helpful in disseminating tourist information in Purbalingga,
and also Purbalingga tourism community that is intensively promoting Purbalingga
tourism objects. Theoretically, Purbalingga tourism marketing strategy based on digital
communication that is used is Kotler and Keller's theory. The elements are
advertisement, sales promotion, events and experiences, public relations and publicity,
direct marketing, interactive marketing, word of mouth marketing, sales personnel.
Those elements of communication are supported by the internet.
Keywords: marketing communication, tourism, digital
Pendahuluan
Pemerintahan era Jokowi sat ini sektor pariwisata menjadi satu prioritas di
Kabinet Kerja dan sudah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019. Hal ini dapat dibuktikan dengan dengan melihat di
dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016, Kemenpar mendapat Rp
5,4 triliun secara total atau naik dua kali lipat dari 2015 yang hanya Rp 2,4 triliun.
Tahun 2017 ini, Indoensia sudah mengungguli "Amazing Thailand" yang ada di
peringkat 83 dan "Malaysia Truly Asia" di posisi 96. Demikian yang di ungkapkan oleh
Kemenpar yang dikutip dari http://travel.tribunnews.com.
Kenaikan agaran sektor pariwisata yang diusulkan oleh Presiden Jokowi cukup
beralasan, karena melihat potensi pariwisata Indonesia sangat potensial untuk bisa
dikembangkan. Termasuk potensi wisata Purbalingga sangat banyak untuk bisa
dikembangkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Pembangunan pariwisata akan
membawa banyak pengaruh lain seperti perubahan aktivitas masyarakat sekitar dalam
hal ekonomi, sosial, dan budaya. Pembangunan pariwisata sangat luas kaitannya dengan
sektor lainnya , demikian pula sangat erat kaitannya dengan pelestarian dan
pengembangan budaya daerah.
Keseriusan Presiden Jokowi untuk mengembangkan sektor pariwisata seharusnya
didukung sepenuhnya pemerintahan di bawahnya, tetapi nampaknya gayung kurang
disambut secara serius oleh pemeritah daerah termasuk camat dan lurahnya, walaupun
ada juga pemerintah daerah yang Banjarnegara serius untuk mengembangkan pariwisata
di daerahnya, kelihatan hasilnya penduduk di sekitar daerah wisata ekonomi lebih baik,
lapangan kerja terbuka mulai dari tukang parkir sampai tukang pijat kecipratan rejeki.
Tetapi pemeritah daerah yang belum menerjemahkan secara cerdas keinginan Presiden
Jokowi masih setengah hati mengikuti maka hasilnya juga setengah-setengah.
Diperlukan pemimpin daerah yang visioner tentang pariwisata dalam mendukung
program pariwisata ―Wonderful Indonesia‖ yang merupakan tagline brand pariwisata
Indonesia. Itulah sebabnya mengapa banyak tempat pariwisata di Purbalingga yang
belum dikelola secara semestinya karena pemerintah belum melihat peluang pasar yang
luas, peluang kerja, wadah untuk mengembangkan dan memperkenalkan budaya
lokal/kearifan lokal.
Berdasarkan data Kementrian Pariwisata Indonesia pada tahun 2016, angka
pertumbuhan pariwisata di Indonesia mencapai 7,2 persen per tahun, angka tersebut
lebih tinggi dari angka rata-rata dunia yang hanya 4,7 persen per tahunnya. Dengan
tumbuhnya sektor pariwisata di Indonesia tentunya akan mempengarui pertumbuhan
sektor-sektor lain seperti pada industri perhubungan, kerajinan dan industri kreatif
karena industri pariwisata sangat erat hubungannya dengan ketiga industri tersebut.
Pemasaran pariwisata yang dulunya cukup memanfaatkan media cetak dan elektronik
belum dapat menjangkau publik secara luas. Penetrasi internet telah mengubah pola
distribusi informasi dan komunikasi antara perusahaan dan konsumen dalam sektor
pariwisata. Perkembangan teknologi informasi di dalam industri pariwisata telah
Tinjauan Pustaka
A. Komunikasi Pemasaran
Pemasaran (bukan manajemen pemasaran) dan komunikasi pemasaran adalah
dua hal yang berbeda tetapi saling beririsan dan melengkapi satu sama lainnya. Penulis
memaknai awal dari pemasaran itu adalah pendistribusian agar produknya tersebar luas
sehingga produk tersebut mudah didapatkan. Karena persaingan pasar yang semakin
banyak maka perlu ada strategi khusus agar produk yang dipasarkan itu lebih dikenal
Metode
Metodologinya kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pemilihan informan
dengan menggunakan purposive sampling, yang representative, artinya peneliti memilih
informan yang dianggap tahu banyak dan banyak tahu serta dapat dipercaya sebagai
sumber data yang mengetahui masalah yang sedang diteliti secara dalam. Jenis sumber
data yang yaitu sumber data primer dan data sekunder. Sementara teknik pengumpulan
data wawancara mendalam, observasi, dokumentasi. Analisis data dengan reduksi data,
sajian data dan penarikan simpulan secara terintegrasi.
Simpulan
Agar objek wisata suatu daerah tersebar luas dan lebih dikenal maka objek
wisata tersebut haruslah dipasarkan. Ada yang jauh lebih penting dari sekedar
pemasaran yaitu di komunikasikan/diinformasikan secara massif. Coba kita fikirkan
bersama sebuah produk dipasarkan tetapi tidak dikomunikasikan, berhasilkan
pemasaran itu? Tentu tidak akan berhasil karena orang tidak tahu karena tidak
dikomunikasikan. Oleh karena itu sinergi antara pemasaran dengan komunikasi yang
dinamakan dengan komunikasi pemasaran terasa sangat urgen sifatnya dan mendesak
Komunikasi pemasaran pariwisata era sekarang disebut dengan komunikasi
pemasaran pariwisata berbasis digital atau digitalisasi komunikasi pemasaran. Adapun
strategi komunikasi pemasaran pariwisata Kabupaten Purbalingga yang digunakan
Kotler dan Keller yang terdiri atas, 1). Iklan, 2). Promosi penjualan, 3). Acara dan
pengalaman, 4). Hubungan masyarakat dan publisitas, 5). Pemasaran langsung, 6).
Pemasaran interaktif, 7). Pemasaran dari mulut ke mulut, 8). Penjualan personel.
Elemen-elemen komunikasi tersebut di dukung oleh internet. Kemudian dibantu dengan
media sosial.
Saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan objek wisata di Kabupaten
Purbalingga, antara lain ,
1. Banyaknya objek wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Purbalingga
tetapi nampaknya pemerintah setempat (pemda, camat, lurah) belum optimal
mengelola objek wisata tersebut. Padahal pemberdayaan masyarakat yang berbasis
pariwisata bisa meningkatkan ekonomi kerakyatan yang melibatkan banyak rakyat
dan banyak sektor.
2. Komunikasi pemasaran pariwisata lebih massif diadakan agar masyarakat lebih
mengetahui berbagai macam objek wisata dan budaya lokal di Kabupaten
Purbalingga di antaranya dengan lebih banyak mengadakan event-event di berbagai
lokasi wisata di Kabupaten Purbalingga, selain itu juga lebih aktif dalam mengikuti
maupun menyelenggarakan pameran wisata baik skala regional maupun skala
nasional.
3. Diperlukan kerjasama yang lebih baik dari Pemkab Purbalingga, dinas-dinas
terkait, pihak-pihak swasta dan lainnya sehingga terjalin komunikasi yang lebih
harmonis.
4. Website yang sudah agar dibenahi perwajahannya supaya lebih menarik dan selalu
diperbaharui informasinya sedetail mungkin tentang pariwisata di Kabupaten
Purbalingga dan fasilitas yang tersedia, serta aksesibilitas menuju objek wisata
tersebut.
5. Perlunya ditambah tenaga ahli digitalisasi komunikasi pemasaran secara
keseluruhan yang diperlukan untuk mengoperasikan media digital komunikasi
pemasran termasuk media sosial
Daftar Pustaka
Sutisna. (2001). Perilaku konsumen dan komunikasi pemasaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.