Alkaloid

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 18, No. 1, (2021).

e-ISSN 2685-5062
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon

Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Daun Sungkai


(Peronema canescens Jack) Pada Mencit Putih Jantan

Antihyperuricemia Activity of Ethanol Extract of Sungkai Leaves-


(Peronema canescens Jack) in Male White Mice
Madyawati Latief1*, Indra Lasmana Tarigan1, Putri Maya Sari2, Fiolita Etsa Aurora2
1
Program Studi Kimia, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, FST, Universitas Jambi
2
Program Studi Farmasi, Jurusan Farmasi, FKIK, Universitas Jambi
Jl. Jambi Ma. Bulian, KM.15, Muaro Jambi, Indonesia
*Corresponding author: [email protected]

Received: 10 Desember 2020; Accepted: 17 Juni 2021; Published: 30 Juni 2021

Abstrak
Hiperurisemia merupakan penyakit yang diakibatkan peningkatan kadar asam urat dalam darah. Dewasa
ini dikembangkan berbagai pengobatan dengan menggunakan bahan alam sebagai salah satu
antihiperurisemia. Salah satu bahan alam yang dapat dijadikan sebagai pengobatan antihiperurisemia yaitu
daun sungkai (Peronema canescens Jack.). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas anti-
hiperurisemia ekstrak etanol daun Sungkai. Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit
putih jantan galur Wistar. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 kelompok
yang terdiri dari kontrol negatif (Na CMC 0,5%) kontrol positif (allopurinol 10 mg/kgBB), perlakuan 1
(ekstrak 125 mg/kgBB), perlakuan 2 (ekstrak 250 mg/kgBB) dan perlakuan 3 (ekstrak 500 mg/kgBB).
Parameter yang dilihat adalah kadar asam urat yang diukur dengan menggunakan metode POCT (Point of
Care Test) serta dianalisis menggunakan analisis statistik One Way Anova dan uji lanjut Duncan. Hasil
penelitian menunjukkan kelompok perlakuan dosis 125-500 mg/kgBB dapat menurunkan kadar asam urat
pada mencit dan dosis yang paling baik dalam menurunkan kadar asam urat mencit adalah dosis 500
mg/KgBB dengan persen penurunan 38,66% .
Kata Kunci: Antihiperurisemia, Ekstrak Etanol, Sungkai (P. canescens Jack)

Abstract
Hyperuricemia is a disease caused by an increase in uric acid levels in the blood. Currently, various
treatments are developed by utilizing natural ingredients as an anti-hyperuricemia. Sungkai (Peronema
canescens Jack) is one of the plants that contain a natural compound that can use as an anti-hyperuricemia
treatment is the leaves of sungkai (Peronema canescens Jack.). The aim of this study to determine the anti-
hyperuricemia activity of the ethanol extract of Sungkai leaves. The test animals used in this study were male
white mice Wistar strain. This study used a completely randomized design (CRD) with 5 groups consisting of
negative control (Na CMC 0.5%) positive control (allopurinol 10 mg / kg BW), treatment 1 (extract 125 mg /
kg BW), treatment 2 (extract 250 mg / kg BW) and treatment 3 (extract 500 mg / kg BW). The parameters seen
were uric acid levels measured using the POCT (Point of Care Test) method and analyzed using One Way
Anova statistical analysis and Duncan's continued test. Our results showed that the treatment group with a
dose of 125-500 mg / Kg BW reduce uric acid levels in mice. The best dose was a dose of 500 mg / Kg BW in
reducing uric acid levels in mice with percent decline of 38.66%.
Keywords: Antihyperuricemia, Ethanol Extract, Sungkai (P. canescens Jack)

PENDAHULUAN peningkatan seiring dengan meningkatnya


Prevalensi hiperurisemia (asam urat) pada saat usia (Krisyanella et al., 2019). Global Burden
ini mengalami peningkatan di seluruh dunia of Diseases (GBD) melaporkan tingkat
dan di Indonesia (Hardian dkk., 2014). prevalensi hiperurisemia di Indonesia
Indonesia diketahui memiliki tingkat mencapai 18% (Kristiani dkk., 2013; Kusuma
prevalensi penyakit gout mencapai 6- dkk., 2014). Hiperurisemia merupakan produk
13,6/100.000 orang, dan terus mengalami akhir (ekskresi) dalam tubuh terhadap proses

23
degradasi purin, sebagai produk buangan dan manfaat dalam pencegahan maupun
tidak memiliki fungsi fisiologis. Proses pengobatan suatu penyakit. Salah satu bahan
terjadinya hiperurisemia dapat dilihat melalui alam yang sering dimanfaatkan sebagai obat
profil darah, adanya peningkatan kadar asam tradisional yaitu daun sungkai (Peronema
urat di dalam darah dan melebihi kadar canescens Jack.) (Soetisna, 2005; Imelda et
normalnya (pria di atas 7,0 mg/dL dan pada al., 2007; Ahmad and Ibrahim, 2013; Pada et
wanita di atas 6,0 mg/dL). Perilaku konsumsi al., 2013). Tumbuhan P. canescens
menjadi salah satu faktor penyebab merupakan salah satu tumbuhan etnobotani
hiperurisemia, seperti konsumsi lemak, yang digunakan sebagai sumber obat
margarin, santan, mentega, dan beberapa tradisional masyarakat, dan bersifat khas
buah-buahan yang diketahui mengandung (endemik) Indonesia. P. canescens dapat
kadar lemak yang tinggi (durian dan alpukat) ditemukan di Sumatera dan Kalimantan.
juga berpengaruh terhadap pengeluaran asam Potensi P. canescens dapat dikembangkan
urat (Suhendi et al., 2011; Dwitiyanti dkk., sebagai obat antihiperurisemia. Secara
2019). tradisional masyarakat masih sebatas
Penumpukan asam urat dalam jaringan memanfaatkan sebagai pengobatan pada
tubuh dapat terjadi akibat akumulasi asam urat malaria dan demam, tetapi eksplorasi
yang meningkat dalam tubuh secara kandungan senyawa bioaktifnya masih belum
berkelanjutan, kemudian membentuk kristal dilakukan.
urat yang ujungnya tajam seperti jarum. Hasil penelitian sebelumnya melaporkan
Kondisi ini memacu terjadinya respon bahwa terdapat senyawa bioaktif dari ekstrak
inflamasi dan diteruskan dengan serangan P. cannescens golongan flavonoid, alkaloid,
gout. Selain itu adanya penumpukan asam urat steroid, fenolik, tanin, dan saponin. Senyawa
akan menimbulkan kerusakan hebat pada flavonoid diketahui dapat menurunkan kadar
sendi dan jaringan lunak dan dapat asam lemak dengan menghambat aktivitas
menyebabkan nefrolithiasis urat (batu ginjal) enzim XO (Fitri dkk., 2017; Roumeliotis et
dengan disertai penyakit ginjal kronis jika al., 2019). Senyawa novel flavonoid sungkai
tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan diduga memiliki aktivitas sebagai
segera (Fitrya and Muharni, 2014; Hardian antihiperurisemia. Penelitian sebelumnya
dkk., 2014; Wahyuningsih et al., 2016). yang dilakukan pada tumbuhan satu famili
Umumnya upaya pengobatan dengan tumbuhan sungkai yaitu tanaman
hiperurisemia menggunakan obat sintetik kumis kucing (Orthosiphon stamineus)
seperti allopurinol, dengan menghambat menunjukkan bahwa senyawa flavonoid
aktivitas enzim xantin oksidase. (XO) ekstrak kumis kucing menurunkan kadar asam
Selanjutnya, enzim XO akan mengubah urat dalam darah pada dosis 0,5 g/kgBB
hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya (Arafat et al., 2008).
diubah menjadi asam urat (Hardian dkk., Penelitan mengenai eksplorasi senyawa
2014; Alpiansyah, 2015). Masyarakat yang bioaktif dari tanaman P. cannescens masih
semakin mengetahui efek samping yang jarang dilakukan, sehingga dalam penelitian
berbahaya dari penggunaan obat sintetik, ini dilakukan pengujian aktivitas
menyebabkan masyarakat mencari alternatif antihiperurisemia ekstrak etanol daun P.
obat berbasis bahan alam (terutama cannescens terhadap mencit putih jantan (Mus
tumbuhan) yang relatif lebih aman dan efek musculus) terinduksi asam urat menggunakan
sampingnya rendah. kalium oksanat dan jus hati ayam.
Indonesia merupakan negara yang
memiliki kekayaan alam yang melimpah, METODE PENELITIAN
banyak tumbuhan endemik disetiap daerah di Bahan dan Peralatan
Indonesia yang diketahui memiliki banyak

24
Beberapa alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah botol minum mencit, Ekstrak Etanol Daun Sungkai
sonde (alat infus minuman melalui oral), Proses ekstrak dilakukan menggunakan
waterbath, timbangan, alat-alat gelas, rotary serbuk kering simplisia daun dengan metode
evaporator (Eyela), tabung reaksi (Pyrex), maserasi menggunakan pelarut EtOH 70%.
oven, grinder (HX-20), blender, neraca Maserasi dilakukan dengan menambahkan
analitik (O’haus), alat pengukur kadar asam satu bagian simplisia ke dalam maserator
urat (MultiCheck), test strip uric acid dengan sepuluh bagian pelarut (1:10).
(MultiCheck). Inkubasi dilakukan selama 6 jam (direndam).
Bahan yang digunakan berupa ekstrak etanol Maserat yang didapat lalu dipisahkan dengan
daun sungkai (Peronema canescens Jack.), filtrasi dengan menggunakan corong Buchner
Kalium Oksonat (pa), hati ayam, Na-CMC, untuk mempercepat penyaringan. Proses
Allopurinol (pa), Aquadest, Ethanol (70%), maserasi diulangi dua kali dengan
N-heksan (pa), Etil asetat (pa), eter (pa), menggunakan jumlah dan jenis pelarut yang
FeCl3, Mg, pereaksi Dragendorf, pereaksi sama. Maserat dikumpulkan dan diuapkan
Meyer, pereaksi Wagner, amonia, H2SO4, HCl menggunakan rotary evavorator untuk
2N, CHCl3 dan mencit putih jantan (Mus menghasilkan ekstrak kental. Selanjutnya
musculus) galur wistar berumur 3-4 bulan ditentukan nilai randemen yang diperoleh,
dengan bobot antara 20-30 gram. persen bobot (b/b) antara hasil dengan
simplisia.
Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan 45 ekor mencit, Partisi Ekstrak Menggunakan n-heksan
dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, Proses partisi dilakukan dengan melarutkan
masing-masing 3 ekor dan dilakukan ekstrak kental ke dalam etanol (9:1).
pengulangan sebanyak 3 kali. Hewan Selanjutnya dimasukkan ke dalam corong
percobaan diaklimatisasi selama 7 hari dengan pisah dan ditambahkan n-heksan dengan
tujuan untuk mengadaptasikan mencit pada jumlah sebanding dengan jumlah air-etanol
lingkungan dan perlakuan yang baru, serta yang ditambahkan ke dalam ekstrak etanol
tidak terjadi perubahan berat badan sampai (1:1). Fraksi n-heksan (lapisan atas)
dengan 10% (BPOM, 2014). dipisahkan dari fraksi etanol, dan shake
kembali dengan pelarut n-heksan hingga
Metode Penelitian fraksi n-heksan jernih. Selanjutnya dilakukan
Pembuatan Simplisia Daun Sungkai pemekatan terhadap fraksi n-heksan
Sampel yang digunakan adalah daun sungkai, menggunakan rotary evaporator pada suhu 45
diambil dari Kecamatan kumpeh, Kabupaten °C selama 1-2 jam.
Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Daun sungkai
segar diambil sebanyak 4,5 Kg langsung dari Standarisasi Ekstrak
pohonnya di perkebunan masyarakat. Identifikasi dilakukan dengan mendeterminasi
Selanjutnya daun sungkai segar dilakukan nama tumbuhan, bagian tumbuhan, dan nama
pembersihan dengan sortasi basah. ekstrak di Herbarium Laboratorium Biologi,
Uji determinasi dilakukan di Universitas FMIPA Universitas Andalas. Sedangkan sifat
Andalas. Daun sungkai dibersihkan, organoleptis ekstrak dilakukan menggunakan
dikeringkan, dan haluskan menggunakan panca indera dengan mendeskripsikan bau
grinder, dan disaring untuk menghasilkan pada ekstrak, bentuk, rasa dan warnanya
simplisia (Muadifah et al., 2019a; Tarigan et (DEPKES RI, 2000).
al., 2020). Simplisia yang dihasilkan
kemudian ditentukan randemen, parameter Parameter Non Spesifik
spesifik dan non-spesifik. Susut pengeringan

25
Penentuan susut pengeringan dengan cara busa lalu ditambahkan HCl 1 N, dan busa
menimbang 1 gram ekstrak, dimasukkan ke yang terbentuk bertahan selama 1 menit
dalam kurs porselin tertutup yang pada suhu dengan ketinggian 1 cm. Skrining senyawa
105C, selama 30 menit. Ekstrak diratakan steroid dilakukan dengan menggunakan
dalam porselin, kurs digoyangkan hingga pereaksi Liebermann-Bouchard (asam asetat
membentuk lapisan setebal 5–10 mm, anhidrat-H2SO4).
kemudian dimasukkan ke dalam oven,
dikeringkan pada suhu 1050C hingga bobot Penentuan Dosis
tetap dan ditimbang. Hasilnya kemudian Pembuatan Sediaan Suspensi
didinginkan dalam eksikator. Pengujian Terlebih dahulu dilakukan pembuatan sediaan
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali suspensi Na-CMC, kemudian ditentukan dosis
kemudian dihitung persentasenya dengan allopurinol. Dosis yang diberikan pada hewan
membandingkan berat hasil pengeringan uji adalah 10 mg/kg BB. Allopurinol
dengan berat basah (DEPKES RI, 2000). digunakan sebagai kontrol positif (Hardian,
Sulistriarini and Rijai, 2014).
Kadar Abu dan Air
Kadar abu ditentukan dengan menimbang 1 Pembuatan Induktor
gram ekstrak, kemudian dimasukkan ke dalam Kalium Oksonat: Kalium oksonat digunakan
kurs porselin. Ekstrak dipijar menggunakan sebagai induktor hiperurisemia mencit dengan
oven hingga mendapatkan bobot konstan dosis 250 mg/kg BB (Suhendi et al, 2011).
(Suryadini, 2019). Sedangkan kadar air Preparasi dilakukan dengan mensuspensi
dihitung dengan cara destilasi toluene. kalium oksanat pada larutan Na-CMC 0.5%,
Toluene terlebih dahulu dijenuhkan dengan kemudian diberikan jus hati ayam secara oral
air. Sebanyak 2 gram ekstrak dimasukkan ke untuk menginduksi hiperurisemia 0.5
dalam labu alas bulat dan ditambah toluene mL/20gBB (Cendrianti dkk., 2014).
jenuh, dipanaskan selama 15 menit sampah
mendidih. Setelah toluene mendidih dilakukan Dosis untuk Hewan Uji: Hewan uji yang
penyulingan dengan laju 2 tetes/detik dan 4 gunakan 45 ekor mencit, dibagi menjadi 5
tetes/detik. Setelah itu dilakukan pemanasan kelompok dan dilakukan 3 kali pengulangan.
selama 5 menit. Kemudian hasilnya Masing-masing ulangan menggunakan tiga
didinginkan pada suhu kamar. Volume air ekor mencit, dengan pembagian kelompok
dibaca sesudah toluene dan air memisah pada Tabel 1.
secara sempurna. Pengujian dilakukan
pengulangan sebanyak tiga kali kemudian Aktivitas Antihiperursemia
dihitung persentasenya (DEPKES RI, 2000). Metode pengambilan darah mengacu pada
penelitian sebelumnya keluar (Amir and
Uji Skrining Fitokimia Purukan, 2018). Bagian ekor mencit
Pemeriksaan senyawa metabolit sekunder dibersihkan menggunakan EtOH 70%,
ekstrak dilakukan dengan mengacu kepada digunting 0,2 cm dari ujung ekor, dan dipijat
penelitian sebelumnya. Pengujian dilakukan untuk mengeluarkan darah. Kadar asam urat
terhadap senyawa alkaloid (pereaksi Meyer), diukur mengikuti metode penelitian
steroid dan triterpenoid (Liebermann- sebelumnya. Hewan mencit dipuasakan
Burchard), flavonoid (Mg dan amil alkohol), makan selama ± 18 jam. Semua mencit diukur
saponin (uji busa), tanin (FeCl3) (Tarigan et kadar asam urat darah sebagai akdar awal
al., 2020). Skrining fitokimia terhadap (normal) (Kristiani dkk., 2013). Setelah itu
senyawa saponin dilakukan dengan mencit dibuat agar mengalami hiperurisemia,
menambahkan air (1:1), dikocok selama 1 diinduksi dengan 250 mg/KgBB kalium
menit, pada pengujian ekstrak menimbulkan oksonat secara intraperitonial dan 2

26
mL/200grBB jus hati ayam secara oral selama hewan percobaan. Pengukuran aktifitas
enam hari. Pada hari ke 7 darah mencit dilakukan pada hari ke 7 dan 14. Pada saat
diambil untuk dianalisis kadar kenaikan asam perlakukan dosis obat, masing-masing hewan
urat darah setelah induksi. Mencit mengalami percobaan diberikan induksi jus hati ayam dan
hiperurisemia bila kadar asam uratnya sebesar sediaan diberikan dengan frekuensi 1x sehari
1,7-3,0 mg/dL, adapun kadar asam urat dan diberikan satu jam setelah induksi di pagi
normal pada mencit adalah 0,5–1,4 mg/dL. hari. Setelah 2 jam induksi sampel darah
Hari ke-tujuh dihitung sebagai hari ke 1 mencit diambil (Yulion dkk., 2017; Sonia
pemberian perlakuan pada masing-masing dkk., 2020)

Tabel 1. Kelompok perlakuan uji aktivitas antihiperurisemia

Kelompok Perlakuan
1 Kontrol positif, diinduksi dengan kalium oksonat dengan dosis 250
(K+) mg/kgBB, jus hati ayam dan pemberian allopurinol 10 mg/kgBB.
2 Kontrol negatif, diinduksi dengan kalium oksonat 250 mg/kgBB, jus
(K-) hati ayam tanpa pemberian ekstrak daun sungkai.
3 diinduksi dengan kalium oksonat dengan dosis 250 mg/kgBB, jus hati
(P1) ayam dan pemberian ekstrak etanol daun sungkai 250 mg/kgBB
4 diinduksi dengan kalium oksonat dengan dosis 250 mg/kgBB, jus hati
(P2) ayam dan pemberian ekstrak etanol daun sungkai 500 mg/kgBB
5 diinduksi dengan kalium oksonat dengan dosis 750 mg/kgBB, jus hati
(P3) ayam dan pemberian ekstrak etanol daun sungkai 500 mg/kgBB

Kadar Asam Urat Darah


Kadar sama urat darah diukur menggunakan kadar (−) − kadar (p)
%P = x 100%
metode POCT, menggunakan strip test. kadar (−)
Ket:
Prinsipsnya, darah akan diabsorbsi dan Kadar (p): kadar asam urat darah kelompok uji
menyebabkan area target berubah warna Kadar (-): kadar asam urat darah kelompok kontrol
menjadi merah. Hasil akan tampak pada layar negatif
alat pengukur setelah 20 detik. Persentase
penurunan kadar asam urat darah (%P)
dianalisis menggunakan persamaan berikut:
Analisa Data daun sungkai dilakukan di Herbarium
Analisa data yang digunakan untuk melihat Universitas Andalas Jurusan Biologi FMIPA
aktivitas dari pemberian ekstrak daun sungkai Universitas Andalas dengan nomor: 109/K-
ialah dengan menggunakan metode analisa ID/ANDA/III/2019. Hasil determinasi
variansi (ANOVA). Bila ada perbedaan antar menunjukan bahwa sampel daun sungkai
perlakuan, akan dilanjurkan dengan uji yang digunakan adalah benar merupakan
DUNCAN. Kandungan kualitatif metabolit daun sungkai (P. canescens Jack.) dari famili
sekunder dianalis secara deksriptif (Apriani Lamiaceae (Imelda et al., 2007; Wahyudi
dkk., 2016). dkk., 2016).

HASIL DAN PEMBAHASAN Simplisia Daun P. canescens Jack.


Determinasi Daun Sungkai Sampel yang digunakan pada penelitian ini
Daun P. canescens dideterminasi untuk adalah daun sungkai yang telah dipreparasi
verifikasi sampel yang digunakan, apakah terlebih dahulu (Latief et al., 2020). Setelah
benar merupakan daun sungkai. Determinasi itu dilakukan perajangan untuk memperluas

27
permukaan sampel agar sampel dapat kering kandungan senyawa flavonoid yang diketahui
dengan merata dengan lebar daun ±2 cm. dapat beraktivitas sebagai antihiperurisemia,
Pengeringan dilakukan pada suhu 40-450C selain itu diketahui bahwa untuk ekstraksi
menggunkan oven selama 3-4 hari untuk suatu bahan yang akan digunakan sebagai
dapat mengurangi kadar air sehingga dapat bahan obat sebaiknya menggunakan etanol
mempertahakan mutu dari sampel dan karena etanol cukup aman. Ekstrak kental
dibatasi pada suhu tersebut agar tidak etanol 70% yang didapatkan yaitu sebanyak
merusak senyawa kandungan kimia yang ada 85 gram, dan nilai rendemen yang diperoleh
pada simplisi (Arel dkk., 2016; Andriani dkk., adalah 8,5 %
2017). Selanjutnya dilakukan partisi pada
Pada penelitian ini didapatkan serbuk ekstrak kental etanol dengan menggunakan
simplisia yang sudah kering sebanyak 1 Kg, pelarut n-heksan, partisi dilakukan dengan
selanjutnya diekstrak, dan diuji kadar abu tujuan untuk memisahkan analit yang dituju
pada ekstrak. Kadar abu suatu bahan dari penganggu dengan cara melakukan
berkaitan dengan kandungan mineral bahan partisi sampel antar pelarut yang tidak saling
yang dapat berupa garam-garam organik campur. Salah satu fasenya seringkali berupa
maupun garam-garam anorganik atau sebagai air dan fase yang lain adalah pelarut organik.
senyawa komplek yang bersifat organis, dan Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan
batas kadar abu total yaitu 10%. Dari ditemukan di dalam fase air, sementara
penelitian yang dilakukan, persentase kadar senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik
abu sebesar 7,23%, hal ini berarti simplisia akan masuk pada pelarut organik. Hasil
daun sungkai yang digunakan sebagai sampel ekstrak kental etanol daun sungkai yang telah
tidak melebihi batas syarat yang ditentukan. dilakukan partisi dengan menggunakan n-
Selanjutnya dilakukan penentuan terhadap heksan yaitu sebanyak 35 gram, dengan nilai
kandungan air simplisia, hal ini bertujuan rendemen yaitu 41,17 %, dibanding total
untuk menghindari cepatnya pertumbuhan ekstrak. Sejalan dengan itu, bahwa nilai
jamur dalam ekstrak. Batasan kadar air rendemen yang tinggi menunjukkan
maksimal yang diperbolehkan terkandung banyaknya komponen bioaktif yang
dalam simplisia adalah 10%. Persentase kadar terkandung di dalamnya.
air yang dihasilkan pada pengujian yang telah
dilakukan yaitu sebesar 7,63%, hal ini berarti Ekstrak Daun P. canescens Jack
kadar air yang terkandung di dalam simplisia Parameter Non Spesifik
daun sungkai tidak melebihi batas syarat yang Parameter non fisik merupakan parameter
ditentukan. Adapun hasil perhitungan dari aspek kimia, mikrobiologi, dan fisis yang
nilai rendemen simplisia daun sungkai yaitu mempengaruhi keamanan konsumen dan
sebesar 22,22% (DepkesRI, 2000). stabilitas. Hasil dari pengujian parameter non
spesifk yang dilakukan tercantumkan dalam
Rendemen Ekstrak Daun Sungkai Tabel 2 (Saifuddin, 2011).
Ekstraksi dilakukan dengan
menggunakan serbuk simplisia daun sungkai Tabel 2. Hasil uji parameter non spesifik
sebanyak 0,99 kg dan menggunakan pelarut Parameter (%) Hasil (%)
organik etanol 70%, diketahui bahwa etanol Kadar Air 1,98%,
dengan konsentrasi 70% bersifat magic Kadar Abu 0,94%,
Susut Pengeringan 1,13%,
solvent karena dapat bereaksi dengan bahan
Rendemen 41,17%
yang bersifat polar, semi polar maupun non
polar sehingga penggunaan etanol diharapkan
Uji non spesifik ekstrak daun sungkai
dapat menarik semua kandungan senyawa
seperti terlihat pada Tabel 2 meliputi, uji
kimia pada simplisia daun sungkai, terutama
kadar abu, kadar air dan susut pengeringan.

28
Uji kadar abu bertujuan untuk mendapatkan standar yang ditetapkan oleh Depkes RI
gambaran mineral yang terkandung dalam (2008) yaitu menyatakan bahwa susut
sampel, berasal dari proses awal sampai pengeringan yang baik adalah <10%.
terbentuknya ekstrak. Pada prinsipnya Persentase susut pengeringan dari ekstrak
pengujian kadar abu dilakukan aitu dengan etanol daun sungkai yaitu 1,13%, ini
memanaskan ekstrak pada temperatur saat menunjukkan bahwa susut pengeringan
senyawa organik dan turunannya terdestruksi sampel ekstrak masih memenuhi standar yang
dan menguap sehingga tinggal unsur mineral ditentukan.
dan anorganik. Abu adalah zat anorganik atau
hasil pembakaran suatu bahan organik. Kadar Parameter Spesifik
abu suatu bahan berkaitan dengan kandungan Ekstrak kental yang diperoleh
mineral bahan yang dapat berupa garam- selanjutnya dilakukan uji parameter standar
garam organik maupun garam-garam ekstrak. Penentuan parameter spesifik adalah
anorganik atau sebagai senyawa komplek aspek kandungan kimia kualitatif dan aspek
yang bersifat organis. kadar abu total ekstrak kuantitatif kadar senyawa kimia yang
kental yaitu <8%). Persentase kadar abu bertanggung jawab langsung terhadap
ekstrak etanol 70% daun sungkai yang sudah aktivitas farmakologis tertentu. Uji parameter
dilakukan partisi dengan pelarut n-heksan spesifik seperti pada Tabel 3 meliputi,
ialah sebesar 0,94%. Hasil menunjukkan identifikasi terhadap bentuk, warna, bau, dan
kadar abu pada sampel daun sungkai yang rasa ekstrak (DepkesRI, 2000).
digunakan tidak lebih besar dari standar yang Senyawa Metabolit Sekunder
ditentukan (DepkesRI, 2000. Skrining fitokimia dilakukan untuk
Penentuan kadar air bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit
menghindari cepatnya pertumbuhan jamur sekunder di dalam daun sungkai. Pengujian
dalam ekstrak. Batas kadar air ekstrak yang dilakukan dengan cara menambahkan ekstrak
memenuhi syarat adalah < 10% (DepkesRI, kedalam tabung reaksi dan menambahkan
2000). Persentase kadar air yang dihasilkan reagen–reagen yang sesuai untuk pengujian
pada pengujian yang telah dilakukan yaitu pada masing-masing senyawa yang akan
sebesar 1,98% pada ekstrak kering, hal ini diamati, lalu dilihat perubahan atau kimia
berarti kadar air yang tekandung di dalam yang terbentuk setelah menambahkan reagen
ekstrak etanol daun sungkai tidak melebihi pada ekstrak mengacu pada penelitian
batas yang ditentukan sehingga ekstrak dapat sebelumnya (Muadifah et al., 2019b; Tarigan
lebih tahan lama dan terhindar dari reaksi et al., 2020).
enzimatis selama penyimpanan. Hasil uji fitokimia pada ekstrak etanol
Uji parameter susut pengeringan daun P. cannescens positif mengandung
dilakukan untuk memperlihatkan berapa senyawa golongan flavonoid, alkaloid,
banyak senyawa yang terkandung pada fenolik, steroid, saponin, dan tannin (Table 4).
ekstrak dan hilang atau mudah menguap pada Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
proses pengeringan. Bobot penyusutan atau (Pada et al., 2013; Ahmad et al., 2017;
susut pengeringan menjadi parameter suatu Fransisca, Kahanjak and Frethernety, 2020)
ekstrak untuk menjaga kualitas agar terhindar
dari pertumbuhan jamur (Safitri, 2008).
Tabel 3. Hasil uji parameter spesifik
Parameter Ekstrak Hasil
Identitas Ekstrak
Nama Ekstrak Peronema canescens Jack. Extractum
Nama Latin Tumbuhan Peronema canescens Jack.

29
Bagian Tumbuhan yang Daun
digunakan
Nama Indonesia Tanaman Sungkai
Nama Lokal Jati Sabrang, Longkai
Organoleptis Ekstrak
Bentuk Kental
Warna Hijau
Bau Aaromatik
Rasa Kelat, Pahit

Tabel 4. Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol terdahulu, potasium oxonate merupakan
daun P. cannescens inhibitor enzim urikasi yang efektif secara
Jenis senyawa Hasil
invivo (Ibrahim et al., 2020).
Alkaloid +
Flavonoid + Selain menggunakan kalium oksonat,
Saponin + penelitian ini menggunakan jus hati ayam
Steroid + digunakan sebagai agen penginduksi
Triterpenoid - hiperurisemia, dengan mengandung kadar
Fenolik + purin yang tinggi mencapai 150-1000 mg
tanin +
Keterangan :
/100 gram bahan makanan (Murugaiyah and
(+)= Positif mengandung metabilit sekunder Chan, 2009; Krisyanella et al., 2019). Kadar
(-) = Negatif mengandung metabolit sekunder purin yang tinggi pada makanan akan
berperan dalam meningkatkan kadar asam
Aktivitas Antihiperurisemia
urat. Secara umum, peningkatan asam urat
Aktivitas antihiperurisemia ekkstrak
dalam darah disebabkan oleh basa purin baik
dianalisis dengan menggunakan mencit putih
adenin ataupun guanin. Adenin dapat diubah
jantan (Mus musculus) dengan berat badan
menjadi hypoxantine, sedangkan guanine
sekitar 25-35 gram yang telah dibuat
dirubah menjadi xantine. Hypoxantine
hiperurisemia. Mencit uji diadaptasikan
selanjutnya dikonversi menjadi xanthine oleh
terlebih dahulu selama tujuh hari pada kondisi
enzim xanthine oxydase dan menjadi asam
laboratorium dan ditimbang berat badan
urat.
untuk melihat bahwa tidak terjadi perubahan
Penelitian ini menggunakan allopurinol
sampai dengan 10% (BPOM, 2014). Salah
sebagai kontrol positif (K+), karena telah
satu alasan penggunaan mencit putih karena
digunakan secara umum sebagai obat asam
karakteristik genetik, biologi, dan perilaku
urat. Allopurinol merupakan derivat asam
relatif mirip dengan manusia.
nukleat dan memiliki kemampuan
Kondisi hiperurisemia mencit diinduksi
menghambat proses sintesis asam urat.
dengan 250 mg/KgBB kalium oksonat, yang
Allopurinol adalah inhibitor yang spesifik dan
berperan sebagai inhibitor enzim urikase.
substrat untuk enzim xantin oksidase.
Enzim urikase dapat mencegah asam urat
Allopurinol tergolong sebagai senyawa
menjadi allantoin sehingga akan
analog purin yang dimetabolisme oleh xantin
meningkatkan kadar asam urat.
oksidase menjadi oksipurinol (alloxantin)
Penghambatan enzim urikase oleh kalium
yang dapat menghambat aktivitas enzim
oksonat menyebabkan asam urat akan
xantin oksidase.
tertumpuk dan tidak tereliminasi dalam
Kelompok kontrol negatif hanya diberikan
bentuk urin (Hidayah et al., 2018). Inhibitor
Na-CMC dengan konsentrasi 0,5%, sebagai
enzim bersifat irreversible non-kompetititf
pembanding digunakan kontrol negatif
dan tidak bersifat toksik. Menurut penelitian
terhadap mencit tanpa diberi obat dengan

30
kadar asam urat darah hewan uji yang mg/dL (Hardian, Sulistriarini and Rijai,
diberikan obat sintetik dan ekstrak daun 2014). Hasil pengambilan darah setelah
sungkai, karena Na-CMC diketahui tidak dilakukan induksi selama enam hari berturut-
memiliki efek farmakologis sehingga tidak turut dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil
berpengaruh terhadap penurunan kadar asam penelitian kami menunjukan adanya
urat darah hewan uji. Pada penelitian ini peningkatan kadar asam urat darah hewan uji
digunakan beberapa dosis ekstrak daun sampai lebih dari 50% peningkatan, dengan
sungkai yang berbeda pada setiap kelompok rata-rata kadar asam urat setelah diinduksi
perlakuan, dimana kelompok perlakuan 1 berkisar 8.73 mg/dl. Menurut penelitian
(P1) menggunakan dosis 125 mg/KgBB, sebelumnya, bahwa apabila kadar asam urat
kelompok perlakuan 2 (P2) menggunakan >4.38 mg/dL, maka mencit dikategorikan
dosis 250 mg/KgBB, dan kelompok mengalami hiperurisemia. Pengukuran darah
perlakuan 3 (P3) menggunakan dosis 500 mencit pasca pemberian allopurinol pada hari
mg/KgBB. ke-14 menunjukkan rata-rata nilai penurunan
Hasil pengukuran penurunan kadar asam asam urat mencapai 3,98 mg/dL (Tabel 6).
urat pada darah mencit berdasarkan kelompok Persen penurunan kadar asam urat pada
uji dapat dilihat pada Tabel 5. Pada kelompok kelompok K+ sampai dengan 40,16%.
kontrol positif hasil data rata-rata kadar darah
awal hewan uji yaitu 3,31 mg/dL. Umumnya
kadar normal asam urat mencit adalah 0,5-3,3

Tabel 5. Kadar asam urat darah pada mencit


Kelompok Kadar asam urat
Perlakuan
Hari ke- 7 Hari ke- 14
K+ 8,73a±0,44 3,98a±0,24
K- 8,71a±0,45 6,66c±0,06
P1 8,84a±0,42 5,35b±0,20
P2 7,51a±0,33 4,97b±0,25
P3 8,52a±0,53 4,08a±0,20

Keterangan: Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05).

Data aktivitas antihiperurisemia yaitu sebesar 3,53 mg/dL, setelah diberikan


selanjutnya dianalisis secara statistik induksi selama 6 hari kadar asam urat naik
menggunakan uji One-Way ANOVA dengan menjadi 8,71 mg/dl, hal ini berarti induksi
taraf kepercayaan 95%. Hasil dari uji One berhasil meningkatkan kadar asam urat
Way ANOVA menunjukkan p=0,000 yang sampai lebih dari 50%, setelah diinduksi
berarti nilai p<0,05. Selanjutnya diuji lanjutan hewan uji hanya diberikan Na CMC dengan
dengan menggunakan uji Duncan. Hasil dari konsentrasi 0,5% setiap hari sampai hari ke
uji Duncan menunjukkan bahwa pada tabel 14. Selanjutnya dilakukan uji statistik seperti
penurunan kadar asam urat pada kelompok pada K+, pada uji lanjut menggunakan
K+ menunjukkan ada pengaruh perlakuan metode Duncan dilihat pada tabel penurunan
terhadap penurunan kadar asam urat darah kadar asam urat K- memiliki nilai p>0,05, hal
hewan uji. ini berarti K- memiliki pengaruh terhadap
Pada kelompok kontrol negatif, kadar asam urat hewan uji, namun K- berbeda
pengukuran kadar asam urat awal hewan uji nyata dengan K+.

Tabel 6. Persentase penurunan kadar asam urat darah pada mencit.

31
Kelompok Kadar asam urat hari ke- Persentase (%)
Perlakuan
Hari ke- 7 Hari ke- 14
K+ 8,73a±0,44 3,98a±0,24 40,16%
a b
P1 8,84 ±0,42 5,35 ±0,20 25,33%
a b
P2 7,51 ±0,33 4,97 ±0,25 19,66%
a a
P3 8,52 ±0,53 4,08 ±0,20 38,66%
Keterangan: Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05).
urat darah hewan uji adalah 7,51 mg/dL
Pada P1 menggunakan dosis ekstrak daun (hiperurisemia). Selanjutnya diberikan
sungkai 125 mg/KgBB, hasil data pengukuran ekstrak selama 14 hari, data pengukuran kadar
kadar darah awal hewan uji adalah 3,45 asam urat adalah 4,97 mg/dL, hal ini berarti
mg/dL. Selanjutnya dilakukan pengambilan ekstrak daun sungkai beraktivitas
darah setelah induksi, hasil pengambilan menurunkan kadar asam urat mencapai
darah menunjukkan terjadi peningkatan kadar 25,33% (penurunan).
asam urat darah mencit lebih dari 50% Analisis data secara statistik dengan uji
peningkatan, dengan rata-rata kadar asam urat One Way ANOVA dan uji lanjut dengan
hewan uji setelah induksi adalah 8,84 mg/dL. metode Duncan menunjukkan data P2
Hal ini berarti penginduksian dapat dikatakan memiliki nilai p>0.5, kelompok P2 berbeda
berhasil. Hasil data setelah pemberian ekstrak nyata dengan K+, K-, dan P3, tetapi tidak
etanol daun P. cannescens sampai hari ke 14 signifikan berbeda dengan P1. P2 memiliki
adalah 5,355 mg/dL. Dari hasil yang efektivitas lebih tinggi dibanding P1, tetapi
didapatkan, diketahui bahwa setelah 14 hari tidak sama dengan efektivitas kelompok P3.
pemberian ekstrak P. cannescens menunjukan Hal ini dikarenakan dosis ekstrak daun
bahwa adanya aktivitas antihiperurisemia sungkai pada kelompok P2 lebih besar
ekstrak dengan menurunkan kadar asam urat dibandingkan pada kelompok P1. Senyawa
darah sebesar 19,66%. Hasil uji One Way flavonoid mampu menurunkan kadar asam
ANOVA dan uji lanjut dengan metode urat dengan menghambat aktivitas XO pada
Duncan, menunjukkan bahwa kelompok P1 basa purin. Selain senyawa flavonoid,
memiliki nilai p>0,05. Aktivitas diketahui bahwa senyawa lain, seperti
antihiperurisemia P1 berbeda nyata dengan alkaloid yang terkandung di dalam daun
K+, K-, dan P3, tetapi tidak berbeda sungkai juga beraktivitas menurunkan kadar
signifikan dengan kelompok P2, persentase asam urat darah dengan cara menginhibisi
menunjukkan penurunan kadar asam urat xantin oksidase, menghambat sintesis asam
pada P1 tidak sebesar pada P2 dan P3 namun urat, serta sebagai antiinflamasi (Cendrianti
pada dosis 125 mg/KgBB ekstrak daun dkk., 2014; Ahmad et al., 2017; Fransisca
sungkai terbukti dapat menurunkan kadar dkk., 2020)
asam urat darah, hal ini terjadi dikarenakan Pada kelompok P3 yang menggunakan
adanya senyawa flavonoid yang terkandung dosis ekstrak daun sungkai 500 mg/KgBB,
di dalam ekstrak daun sungkai. Senyawa kadar asam urat darah awal mencit adalah
flavonoid ditemukan memiliki aktivitas 3,34 mg/dL, dan mencapai 8,52 mg/dL
antihiperurisemia dan menghambat aktivitas setelah diinduksi. Induksi berhasil
enzim XO dan menurunkan kadar asam urat meningkatkan kadar asam urat darah sehingga
darah. menjadi keadaan hiperurisemia, selanjutnya
Pada kelompok P2 menggunakan dosis diberikan ekstrak daun sungkai selama 14
ekstrak daun sungkai 250 mg/KgBB, data hari, data pengukuran darah setelah diberikan
kadar asam urat darah awal adalah 3,33 ekstrak daun sungkai adalah 4,08 mg/dL, hal
mg/dL, setelah dilakukan induksi kadar asam ini berarti daun sungkai beraktivitas

32
menurunkan kadar asam urat darah, adapun dikatakan aktif bila memiliki nilai IC50 kurang
persen penurunan pada kelompok P3 hampir dari 100 μg/mL. Senyawa flavonoid memiliki
mendekati persen penurunan pada kelompok beberapa potensi sebagai senyawa obat
K+ yaitu sebesar 38,66%. Selanjutnya data terhadap penyakit iskemik dan gout dengan
dianalisis statistik dengan uji One Way menurunkan konsentrasi asam urat dan
ANOVA dan uji lanjutan metode Duncan. penangkapan aktivitas superoksida pada
Hasil uji menyatakan bahwa P3 dapat jaringan manusia. Senyawa bioaktif lain yang
menurunkan kadar asam urat darah pada uji terdapat pada daun sungkai yang juga
Duncan memiliki nilai p>0,5, yang memiliki aktivitas antihiperurisemia ialah
menunjukkan kelompok P3 berbeda nyata alkaloid. Senyawa alkaloid mampu
dengan kelompok K-, kelompok P1, dan P2, menghambat aktivitas enzim XO, sehingga
namun tidak berbeda signifikan dengan menghambat sintesis asam urat. Selain itu
kelompok K+. Hal ini berarti bahwa senyawa alkaloid daun Sungkai juga memiliki
kelompok P3 hampir mendekati efektivitas aktivitas anti-inflamasi. Kolkisin merupakan
yang sama seperti pada kelompok K+ salah satu senyawa golongan alkaloid yang
menurunkan kadar asam urat darah. Sehingga bersifat antihiperurisemia. Sebagai anti-
dapat dikatakan bahwa kelompok P3 yang inflamasi senyawa kolkisin berperan dalam
menggunakan dosis 500 mg/KgBB dapat menghambat kemotaksis sel radang dalam
memberikan aktivitas penurunan kadar asam penyembuhan pada radang akibat adanya
urat paling efektif dibandingkan dengan konsentrasi asam urat yang berlebih dalam
kelompok P1 yang menggunakan dosis 125 darah. Selain itu juga dapat menyebabkan
mg/KgBB dan kelompok P2 yang aktivitas enzim XO dalam proses degradasi
menggunakan dosis 250 mg/KgBB, hal ini hipoxantin dan xantin menjadi asam urat
diduga karena jumlah kandungan senyawa terhambat (Murugaiyah and Chan, 2009; Li et
aktif pada kelompok P3 lebih banyak al., 2017; Song et al., 2018; Bernardes et al.,
dibandingkan P1 dan P2. 2019). Selain itu juga diketahui bahwa
Penelitian sebelumnya melaporkan senyawa rhombifolin golongan alkaloid
tumbuhan yang satu famili P. cannescens diduga dapat berperan sebagai inhibitor enzim
yaitu daun kumis kucing (Orthosiphon XO dan XDH (Xantin dehidrognase),
stamineus Benth.). Senyawa flavonoid sehingga dapat mencegah hiperurisemia hati
ekstrak Orthosiphon stamineus dapat secara in vivo.
menurunkan kadar asam urat darah. Hasil Senyawa polifenol pada daun sungkai
yang sama ditemukan dalam penelitian ini, juga diketahui dapat menurunkan resiko
senyawa flavonoid daun sungkai dapat terjadinya penyakitt gout, dengan
menurunkan kadar asam urat darah mencit. menurunkan kadar asam urat darah dalam
Dosis paling efektif yang digunakan dari plasma Polifenol sebagai antioksidan dapat
ekstrak Orthosiphon stamineus adalah 500 berpengaruh terhadap penyembuhan penyakit
mg/KgBB. Pada penelitian ini digunakan asam urat. Sedangkan senyawa golongan
dosis ekstrak etanol P. cannescens yang tannin dari secara umum diketahui memiliki
paling tinggi kemampuannya dalam aktivitas sebagai antioksidan dan dapat
menurunkan kadar asam urat darah adalah mengikat senyawa radikal bebas pada reaksi
dosis 500 mg/KgBB. Dalam penelitian biosintesis asam urat dari purin. Selain itu
lainnya dilaporkan daun kumis kucing telah tannin juga bersifat astrigensi, menciutkan
terbukti memberikan daya hambat terhadap selaput lender. Tannin merupakan derivate
xantin oksidase karena diketahui memiliki dari saponin, yang juga dapat berperan
nilai IC50 sebesar 92,14 ug/mL. Aktivitas daya sebagai antihiperurisemia dengan
hambat enzim XO senyawa bioaktif menghambat enzim XO. Eksplorasi secara
didasarkan pada nilai IC50. Senyawa spesifik peran senyawa yang terlibat dan

33
efektivitasnya masih perlu dilakukan untuk cannescens. Ekstrak etanol P. cannescens
mendapatkan studi yang lebih komprehensif. memiliki aktivitas antihiperurisemia dengan
menurunkan kadar asam urat darah mencit.
KESIMPULAN Selain itu pada penelitian ini diketahui pada
dosis 500 mg/KgBB memberikan aktivitas
Dalam penelitian ini kami berhasil yang paling baik dalam menurunkan kadar
mengekstrak senyawa bioaktif dari daun P. asam urat darah mencit hiperurisemia.

Daftar Pustaka

Ahmad, I. 2017. Pharmacognostic and cytotoxicity evaluation of indonesia native plant of


Piper acre blume leaves (Piperaceae), Pharmacognosy Journal, 9(3), pp. 400–404. doi:
10.5530/pj.2017.3.68.
Ahmad, I. and Ibrahim, A. 2013. Bioaktivitas ekstrak metanol dan fraksi n-heksan daun
sungkai (Peronema canescens . Jack) terhadap larva udang (Artemia salina Leach),
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
Alpiansyah, A. 2015. Antihyperuricemia potential of Sida rhombifolial. as a treatment for
gout’, J Majority |, 4(9), pp. 9–13.
Amir, M., and Purukan, J.I.A. 2018. Uji efektifitas ekstras etanol buah naga putih (Hylocereus
undatus) terhadap penurunan kadar asam urat darah pada mencit (Mus musculus), Jurnal
Ilmu Kefarmasian Indonesia, 16(2), p. 166. doi: 10.35814/jifi.v16i2.536.
Apriani, A. A., Prabowo, W. C. and Ibrahim, A. 2016. Efek antihiperurisemia ekstrak etanol
daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl.) pada mencit putih (Mus
musculus), Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia Ke-50, (April 2016),
pp. 68–70.
Arafat, O.M, 2008. Studies on diuretic and hypouricemic effects of Orthosiphon stamineus
methanol extracts in rats, Journal of Ethnopharmacology, 118(3), pp. 354–360. doi:
10.1016/j.jep.2008.04.015.
Arel, A., Dira, D. and Setiawati, A. 2016. Isolasi Senyawa utama kulit batang tumbuhan pinus
dari ekstrak etil asetat, Jurnal Ilmiah Farmasi, 12(2), pp. 60–65. Available at:
http://journal.uii.ac.id/index.php/JIF.
Bernardes, A.C.F.P.F. 2019. In vivo anti-hyperuricemic activity of sesquiterpene lactones from
Lychnophora species, Revista Brasileira de Farmacognosia, 29(2), pp. 241–245. doi:
10.1016/j.bjp.2018.12.008.
BPOM. 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo. Edited
by BPOM. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Cendrianti, F., Muslichah, S. and Ulfa, E.U. 2014. Uji Aktivitas antihiperurisemia ekstrak n-
heksana , etil asetat , dan etanol 70 % daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) pada mencit
jantan hiperurisemia, e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 2(2), pp. 205–210.
Depkes RI. 2000. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat, Direktorat Jenderal
Pengawas Obat dan Makanan. Edited by Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

34
Depkes RI. 2000. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawas Obat dan Makanan, Depkes RI.
Dwitiyanti, Dewanti, E. and Rachmania, R.A. 2019. Anti-hyperuricemia effect of water
fraction cinnamon (Cinnamomum burmannii (Ness & T. Ness) Blume) on white male
rats, Proceeding of the 1st Muhammadiyah International Conference on Health and
Pharmaceutical Development (MICH-PhD), 1(1), pp. 102–106. doi:
10.5220/0008240101020106.
Fenny, A., Sundaryono, A., and Nurhamidah. 2017. Uji Aktivitas antiplasmodium fraksi n-
heksana daun Peronema canescens terhadap Mus musculus, Alotrop: Jurnal Pendidikan
dan Ilmu Kimia, 1(1), pp. 33–38.
Fitri, R.A., Sumarmin, R. and Yuniarti, E. 2017. Effect of mangosteen skin extract (Garcinia
mangostana L.) on males mice (Mus musculus L. Swiss Webster) uric acid level,
BioSciences, 1(2), pp. 53–61. doi: https://doi.org/10.24036/bsc.v1i2.7718.
Fitrya and Muharni. 2014. An antihyperuricemia effect of ethanol extract of tunjuk langit
rhizome (Helmynthostachys zaylanica Linn Hook ) on Swiss male mice, Tradisional
Medicine Journal, 19(1), pp. 14–18.
Fransisca, D., Kahanjak, D. N. and Frethernety, A. 2020. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun sungkai (Peronema canescens Jack) terhadap pertumbuhan Escherichia coli dengan
metode difusi cakram Kirby-Bauer, Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan
(Journal of Environmental Sustainability Management), 4(1), pp. 460–470. doi:
10.36813/jplb.4.1.460-470.
Hardian, Sulistriani, R., and Rijai, L. 2014. Aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol daun
lada (Piper ningrium L) pada mencit (Mus musculus L.), J. Trop. Pharm. Chem., 2(5),
pp. 219–232.
Hidayah, N. 2018. Uji efektifitas antihiperurisemia ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum
Wight) terhadap mencit jantan yang diinduksi jus hati ayam dan kalium oksonat, Jurnal
Saintika, 18(1), pp. 24–31.
Ibrahim, N. 2020. Phytochemical analysis and antihyperuricemic activity of ethanolic extract
of Moringa oleifera seeds, Pharmacognosy Journal, 12(6), pp. 1698–1704. doi:
10.5530/pj.2020.12.229.
Imelda, M. 2007. Keseragaman genetik bibit sungkai (Peronema canescens Jack ) hasil kultur
jaringan tissue culture’, 8, pp. 54–57.
Kristiani, R. D., Rahayu, D. dan Subarnas, A. 2013. Aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol
akar pakis tangkur (Polypodium feei) pada mencit jantan, Bionatura-Jurnal Ilmu-Ilmu
Hayati dan Fisik, 15(3), pp. 156–159.
Kusuma, A., Mahardian, Wahyuningrum, R. and Wisyati, T. 2014. Aktivitas antihiperurisemia
ekstrak etanol herba pegagan pada mencit jantan dengan induksi kafein, Pharmacy,
11(01), pp. 62–74.
Latief, M. 2020. Potential tracking of cytotoxic activities of mangrove perepate (Sonneratia
alba) root extract as an anti-cancer candidate, Pharmacology and Clinical Pharmacy
Research, 5(2), pp. 48–55. doi: 10.15416/pcpr.v5i2.26790.

35
Li, L. 2017. Anti-gouty arthritis and antihyperuricemia effects of sunflower (Helianthus
annuus) head extract in gouty and hyperuricemia animal models, BioMed Research
International, 2017. doi: 10.1155/2017/5852076.
Muadifah, A. 2019a. Studi aktivitas ekstrak etanol dan sediaan gel daun melinjo (Gnetum
gnemon L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Chempublish Journal
Vol. 4 No. 2 (2019) 89 - 100, 4(2), pp. 89–100.
Murugaiyah, V. and Chan, K.L. 2009. Mechanisms of antihyperuricemic effect of Phyllanthus
niruri and its lignan constituents, Journal of Ethnopharmacology, 124(2), pp. 233–239.
doi: 10.1016/j.jep.2009.04.026.
Pada, I. 2013. The potential test of sungkai young leaves (Peronema canescens) to maintain
goodhealth (immunity) in mice (Mus musculus), Seminar Nasional XI Pendidikan
Biologi FKIP UNS Biologi, Sains , Lingkungan, dan Pembelajarannya, pp. 245–250.
Roumeliotis, S. 2019. Dietary antioxidant supplements and uric acid in chronic kidney disease:
a review, Nutrients, 11(8), pp. 1–18. doi: 10.3390/nu11081911.
Saifuddin, A. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soetisna, U. 2005. Study on seed anatomy of sungkai (Peronema canescens Jack); a viability
perspective, Biodiversitas, Journal of Biological Diversity, 6(4), pp. 288–291. doi:
10.13057/biodiv/d060416.
Song, S.H. 2018. Ethanol extract of Cudrania tricuspidata leaf ameliorates hyperuricemia in
mice via inhibition of hepatic and serum xanthine oxidase activity, Evidence-based
Complementary and Alternative Medicine, 2018. doi: 10.1155/2018/8037925.
Sonia, R., Yusnelti, Y. and Fitrianingsih, F. 2020. Efektivitas ekstrak etanol daun durian (Durio
zibethinus (Linn.)) sebagai antihiperurisemia, Jurnal Kefarmasian Indonesia, 10(2), pp.
130–139. doi: 10.22435/jki.v10i2.2148.
Suhendi, A. 2011. Aktivitas antihiperurisemia ekstrak air jinten hitam (Coleus ambonicus
Lour) pada mencit jantan galur balb-c dan standardisasinya, Majalah Farmasi Indonesia,
22(2), pp. 77–84.

Suryadini, H. 2019. Uji parameter standar dan penapisan fitokimia pada daun steril kelakai
(Stenochlaena palustris (Burm . f .) Bedd), Jurnal Ilmiah Farmasi Famasyifa, 2(1), pp.
40–51.
Tarigan, I.L. 2020. Phytochemical screening and quantitative analysis of coleus
arthropurpureus ethyl acetate fraction and antibacterial activity agains Staphylococcus
aureus, ALKIMIA : Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan, 4(1), pp. 17–23. doi:
10.19109/alkimia.v4i1.5123.
Wahyudi, Mojiol, A., and Muttaqin, Z. 2016. Growth and yield analysis of sungkai (Peronema
canescens Jack.) in Kalimantan Indonesia, Borneo Science, 37(March), pp. 72–81.
Wahyuningsih, S. 2016. Antihyperuricemia activity of the ethanol extract of Roselle calyx and
its fraction (Hibiscus sabdariffa Linn) on male wistar rats, International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 8(3), pp. 278–280.

36
Yulion, R., Suhatri and Arifin, H. 2017. Pengaruh hasil fraksinasi ekstrak etanol daun lado-
lado (litsea cubeba Pers) terhadap kadar asam urat serum darah mencit putih jantan tinggi
asam urat, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 19(1).

37

Anda mungkin juga menyukai