WORD
WORD
WORD
ABSTRAK
Semua wanita akan mencapai usia 40 tahun dan seterusnya. Inilah masa-
masa dimana para wanita akan mengalami premenopause. Premenopause
adalah suatu kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki proses
penuaan yang ditandainya dengan menurunnya kadar hormonal estrogen dari
ovarium yang sangat berperan dalam reproduksi dan seksualitas. Sindrom pre
menopause dialami oleh banyak wanita hampir seluruh dunia, sekitar 70-80%
wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang
dan Indonesia. Penelitian Ini bertujuan untuk menguji secara empirik Pengaruh
Massage Endorphin Terhadap Kecemasan Ibu Premenopause/Menopause Di
Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun
2018.
Jenis yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian Quasi
Eksperiment dengan menggunakan rancangan Posttest Only Control Group
Design. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh wanita
premenopause/menopause yang ada Di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe
Desa Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun 2018 yang berjumlah 153 orang.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 orang yang diambil dengan
menggunakan Simple Random Sampling. Data tingkat kecemasan diperoleh
dengan kuesioner kecemasan (HARS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaruh Massage Endorphin
Terhadap kecemasan Ibu Premenopause dan Menopause dengan
menggunakan uji t independen sample test diperoleh hasil t hitung sebesar
5,298 dengan p value 0,000 (p value < 0,05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian massage
endorphin terhadap kecemasan ibu premenopause/ menopause. Diharapkan
bagi petugas kesehatan dapat meningkatkan perannya dalam memberikan
pembinaan dan penyuluhan tentang menopause.
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Massage Endorphin Terhadap Kecemasan Ibu
Premenopause/ Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa
Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun 2018”
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK. ...................................................................................................... i
ABSTRACT.................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR. ................................................................................... iii
DAFTAR ISI. .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL. ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN. .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
C.1 Tujuan umum ...................................................................... 3
C.2 Tujuan Khusus .................................................................... 4
D. Manfaat ....................................................................................... 4
D.1 Manfaat Teoritis.................................................................. 4
D.2 Manfaat Praktik .................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Defenisi Operasional......... ............................................................. 23
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden. .............................. 32
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kecemasan Ibu Premenopause/Menopause
Pada Kelompok Eksperimen .......................................................... 33
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kecemasan Ibu Premenopause/Menopause
Pada Kelompok Kontrol. ................................................................. 34
Tabel 4.4 Pengaruh Massage Endorphin Endorphin Terhadap Kecemasan
Ibu Premenopause/Menopause ..................................................... 35
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Rentang Respon Kecemasan. ................................................................... 12
2.2 Kerangka Teori........................................................................................... 22
2.3 Kerangka Konsep. ..................................................................................... 22
3.1 Desain Penelitian. ...................................................................................... 25
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lembar Kuesioner Penelitian. ...................................................................
2. SOP Endorphin Massage..........................................................................
3. Lembar Observasi Massage Endorphin....................................................
4. Surat Izin Melakukan Penelitian................................................................
5. Surat Balasan Melaksanakan Penelitian ..................................................
6. Lembar Permintaan Menjadi Responden. ................................................
7. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Inform Consent). ...................
8. Master Tabel..............................................................................................
9. Tabel Hasil Uji SPSS.................................................................................
10. Lembar Konsultasi Skripsi..........................................................................
11. Lembar Ethical Clearance..........................................................................
12. Lembar Pernyataan..................................................................................
13. Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Skripsi....................................
14. Daftar Riwayat Hidup.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
D.1 Manfaat Teoritis
E. Keaslian Penelitian
A. Premenopause/Menopause
A.1 Sindrom Premenopause/Menopause
Saat melalui fase premenopause dan menopause, wanita akan mengalami
beberapa perubahan pada tubuhnya. Beberapa perubahan tersebut diantaranya
adalah:
1. Gangguan vasomotor
Perasaan panas dari dada hingga wajah (Hot flush), wajah dan leher
menjadi berkeringat. Kulit menjadi kemerahan muncul di dada dan lengan
terasa panas (hot flushes) terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun
sebelum dan sesudah berhentinya menstruasi. Perasaan panas akibat
peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah wajah, leher, dada
dan punggung. Kulit menjadi merah dan hangat disertai keringat yang
berlebihan (keringat terutama pada malam hari). Hot flush dialami oleh
sekitar 75% wanita premenopause sampai menopause terjadi.
2. Keringat di malam hari (Night Sweat)
Keringat dingin dan gemetaran juga dapat terjadi selama 30 detik sampai
dengan 5 menit.
3. Kekeringan pada vagina (Dryness vaginal)
area genital yang kering dan bisa sebagai bahan perubahan kadar
estrogen.
4. Penurunan daya ingat dan mudah tersinggung
Penurunan kadar estrogen berpengaruh terhadap neurotransmiter yang
ada di otak. Neurotransmiter yang ada di otak antara lain dopamin,
serotonin, dan endorfin. Dopamin berfungsi untuk mempengaruhi emosi,
sistem kekebalan tubuh, dan seksual. Serotonin berfungdi untuk
mempengaruhi suasana hati dan aktivitas istirahat. Sedangkan endorfin
menjalakan menjalankan fungsi yang berhubungan dengan ingatan dan
perasaan seperti rasa nyeri, sakit.
5. Susah tidur (Insomnia)
Hot flush juga dapat menyebabkan perempuan terbangun dari tidur.
Selain itu kesulitan tidur dapat disebabkan karena rendahnya kadar
serotonin pada masa premenopause. Kadar serotonin dipengaruhi oleh
kadar endorfin.
6. Gejala akibat kelainan metabolik
Meliputi kelainan metabolisme lemak di hati. Penurunan kadar estrogen
menyebabkan meningkatnya kadar kolestrol LDL dan menurunnya
kolestrol HDL.
7. Depresi (rasa cemas)
Depresi ataupun stres sering terjadi pada wanita yang berada pada masa
premenopause. Hal ini terkait dengan penurunan hormon estrogen
sehingga menyebabkan wanita mengalami depresi ataupun stres.
8. Mudah Lelah (Fatigue)
Rasa lelah sering kali muncul ketika menjelang masa premenopause
karena terjadi perubahan hormonal pada wanita yaitu hormon estrogen.
9. Penurunan Libido
Hal tersebut terjadi karena terjadi perubahan pada vagina, seperti
kekeringan, yang membuat area genital sakit dan selain itu terjadi
perubahan hormonal sehingga dapat menurunkan gairah seks.
10. Inkotinensia Urin (beser)
Beberapa perempuan memiliki risiko lebih terhadap adanya infeksi
saluran urin. Masalah lain yang muncul adalah kesulitan untuk
menampung air seni yang cukup lama hingga dapat sampai dapat ke
kamar mandi (Proverawati, 2017).
1. Masalah Fisik
Secara fisik biologis keluhan yang sering diutarakan wanita yang
mengalami sindrom premenopause adalah perasaan panas (hot flush),
sakit kepala, cepat lelah, rematik, sakit pinggang, sesak napas, susah
tidur, dan osteoporosis. Keluhan lainnya adalah berkurangnya cairan
vagina sehingga timbul iritasi dan rasa nyeri saat berhubungan intim.
Dengan bertambahnya usia, tubuh membutuhkan lebih sedikit lemak dari
sebelumnya. Hal ini karena kemampuan tubuh untuk mengolah lemak
berkurang dan lemak memerlukan waktu lebih lama untuk masuk dalam
darah. Akibatnya pada masa premenopause wanita beresiko kelebihan
berat badan yang bisa berujung pada penyakit jantung koroner dan
penyempitan pembuluh darah.
Namun, diet bebas lemak bukan langkah yang tepat karena tubuh
masih memerlukan lemak jenis tertentu untuk membangun sel-sel baru,
mengembangbiakkan bakteri positif di pencernaan dan bahan pembentuk
estrogen secara alami. Beberapa Risiko penyakit yang dapat terjadi
adalah :
1. Risiko kanker Payudara
Pada studi yang dimuat di jurnal American Medical Association edisi
juli 2006, ditemukan wanita yang mengalami penambahan berat badan
10 kg atau lebih pasca menopause mengahadapi peningkatan risiko
kanker payudara sebanyak 18% sementara, wanita yang mengalami
kenaikan berat bdan 27 kg sejak usia 18 tahun sampai masa
premenopause menghadapi peningkatan risiko kanker payudara
hingga 45%. Menurunkan berat badan terbukti dapat membantu
mengurangi risiko terkena kanker payudara. Penurunan berat badan
setidaknya10 kg pada masa premenopause akan mengurangi risiko
kanker payudara sekitar 16%. Sementara penurunan setidaknya 10 kg
berat bdan setelah menopause akan mengurangi risikonya hingga
23%. Jika berat bdan ideal dapat dipertahankan pasca menopause
risiko akan berkurang hingga 57%.
2. Kanker leher rahim (serviks)
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang
mengenai organ reproduksi wanita. Setengah dari kejadian kanker
serviks terjadi pada wanita diantara umur 35 dan 55. Kanker biasanya
terjadi pada tahapan usia premenopause karena terjadi penurunan
hormon estrogen yang berfungsi mempertahankan fungsi tubuh.
Sehingga tubuh kurang dapat menghalau virus maupun mikroba yang
menyebabkan penyakit.
3. Risiko kanker rahim
Kanker rahim adalah tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim).
Kanker rahim biasanya terjadi setelah masa premenopause, paling
sering menyerang wanita berusia 50-60 tahun. Kanker bisa menyebar
secara lokal maupun ke berbagai bagian tubuh kanalis servikalis, tuba
fallopi, ovarium, daerah disekitar rahim, sistem getah bening atau ke
bagian tubuh lainnya melalui pembuluh arah.
4. Insomnia
Perubhan psikis yang terjadi pada masa premenopause dapat
menimbulkan sikap yang berbeda-beda, diantaranya yaitu banyak
kecemasan, insomnia atau tidak bisa tidur, karena sangat bingung dan
gelisah.
5. Risiko Osteoporosis
Berkurangnya kepadatan tulang karena penurunan kadar estrogen,
sehingga tulang menjadi rapuh. Osteoporosis umumnya terjadi pada
tulang berongga, yaitu tulang paha, panggul, dan lengan bawah.
6. Penyakit Jantung Koroner
Berkurangnya estrogen dapat menurunkan kadar kolestrol baik (High
Density Lipoprotein/HDL) dan meningkatkan kadar kolestrol jahat (Low
Density Lipoprotein/LDL) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung
koroner pada wanita (Proverawati, 2017).
2. Perubahan Psikologis
Selain fisik, perubahan psikis juga sangat memengaruhi kualitas hidup
seorang wanita dalam menjalani masa menopause. Pengaruh perubahan
psikis ini sangat bergantung pada pandangan masing-masing wanita
terhadap menopause. Pengetahuan yang cukup akan membantu mereka
memahami dan mempersiapkan dirinya menjalani masa ini dengan lebih
baik (Savitri, 2016).
Perubahan kejiwaan yang dialami seorng wanita menjelang
menopause meliputi merasa tua, tidak menarik lagi, rasa tertekan karena
takut menjadi tua, mudah tersinggung, mudah terkejut sehingga jantung
berdebar, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual suami, rasa takut
bahwa suami akan menyeleweng, keinginan seksual menurun dan sulit
mencapai kepuasan (orgasme).
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa tekanan psikis yang
timbul dari nilai sosial mengenai wanita menopause memberikan kontribusi
terhadap gejala fisik selama periode pre dan pasca menopause. Semua
gejala ini akan mengganggu kehidupan sosial juga memengaruhi
kemampuan kerja mereka sehari-hari (Intan dan Iwan, 2013).
A.3 Pencegahan Sindrom Premenopause/Menopuse
B. Pengertian Kecemasan
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lahan persepsinya. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan,
iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar,
motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Kecemasan ringan
mempunyai karakteristik:
1) Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.
2) Kewaspadaan meningkat.
3) Persepsi terhadap lingkungan meningkat.
4) Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.
5) Respon fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta
bergetar.
6) Respon kognitif: mampu menerima rangsangan yang kompleks,
konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan
terangsang untuk melakukan tindakan.
7) Respon prilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada
tangan, dan suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada
masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang
terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat,
kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot
meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit,
kemampuan konsentrasi menurun, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa,
marah dan menangis.
Kecemasan sedang mempunyai karakteristik:
1) Respon biologis: sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan
darah meningkat, mulut kering, konstipasi, sakit kepala, sering berkemih,
dan letih.
2) Respon Kognitif: memusatkan perhatian pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan
rangsangan dari luar tidak mampu diterima
3) Respon perilaku emosi: gerakan tersentak-tersentak, terlihat lebih tegas,
bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Manifestasi yang
muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur
(insomnia), sering kencing, lahan persepsi menyempit, berfokus pada dirinya
sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak
berdaya, bingung. Kecemasan berat mempunyai karakteristik:
1) Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal
yang lain.
2) Respon fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, serta tampak tegang.
3) Respon kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan
banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang persepsi menyempit.
d. Panik (sangat berat)
Panik berhubungan dengan terpengaruh, ketakutan dan teror karena
mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang
terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, pucat, tidak dapat berespon
terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan
delusi. Panik (kecemasan sangat berat) mempunyai karakteristik:
1) Respon fisiologis: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada,
pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.
2) Respon kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berpikir logis,
ketidakmampuan memahami situasi.
3) Respon prilaku dan emosi: mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-
teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri (aktivitas motorik tidak
menentu), perasaan terancam serta dapat berbuat sesuatu yang
membahayakan diri sendiri atau orang lain (Lestari, 2015).
Kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan yang disebut HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran
kecemasan yang didasarkan pada munculnya simptom pada individu yang
mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 simptomyang nampak
pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5
tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4. Skala HARS pertama kali digunakan
pada tahun 1959 yang diperkenalkan oleh Max Hamilton. Skala Hamilton Anxiety
Rating Scale (HARS) dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:
1. Gelisah, Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal
sendiri dan takut pada binatang besar.
4. Gangguan tidur sulit memulai tidur, terbagun pada malam hari, tidur tidak
pulas dan mimpi buruk.
5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
berkonsentrasi.
6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada
hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7. Gejala somatik : nyeri pada otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil
dan kedutan otot.
8. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah
dan pucat serta merasa lemah.
9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras
dan detak jantung hilang sekejap.
10. Gejala pernapasan : rasaterteka di dada, perasaan tercekik, sering
menraik nafas panjang dan merasa napas pendek.
11. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,
mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan,
perasaan panas di perut.
12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu
roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, nafas pendek dan
cepat.
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan
kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = ringan/ satu dari gejala yang ada
2 = sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/ lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat/ semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-
14 dengan hasil:
1) skor <14 = tidak ada kecemasan
2) skor 14-20 = kecemasan ringan
3) skor 21-27 = kecemasan sedang
4) skor 28-41 = kecemasan berat
5) skor 42-56 = panik/kecemasan sangat berat (Hawari, 2013).
C. Massage Endorphin
Secara keseluruhan, ada kurang lebih dua puluh jenis hormon
kebahagiaan. Meskipun cara kerja dan dampaknya berbeda-beda, efek
farmakologisnya sama. Di antara begitu banyak hormon kebahagiaan, hormon
endorfin paling berkhasiat kerjanya lima atau enam kali lebih kuat dibandingkan
hormon lainnya. Selain itu, hormon kebahagiaan berpengaruh positif terhadap
peningkatan daya ingat, terhadap semangat, daya tahan, dan kreativitas, serta
membuat tubuh menjadi sehat (Haruyama, 2015).
Pijat membebaskan endorfin-hormon tubuh yang setara dengan morfin ke
dalam sistem, dan hal ini mebuat klien mendambakan pemijatan lagi. Sementara
pijat ringan harian tidak berbahaya, segera setelah tubuh kuat dan sehat tidak
lebih dari dua kali penyembuhan setiap minggunya dianjurkan. Karena pijat yang
berlebihan adalah kontra-produktif. Klien yang kecanduan akhirnya dapat
berakhir dengan kerusakan otot-otot mereka, yang menjadi lembek. Pemijatan
akan berlangsung antara 15-30 menit. Bentuk pijatan ini menyentuh otot di
bawah permukaan dan menggunakan serangkaian gerakan sendiri. Gerakan
khas termasuk membentuk “V” antara jari dan ibu jari, atau mengunci kedua
jempol bersama-sama untuk menciptakan perasaan nyaman.
Teknik memegang lengan pada kemiringan 60 sampai 75 derajat dan bekerja
hanya dengan telapak tangan (Jane dan beers, 2013).
Endorphin massage merupakan sebuah terapi sentuhan atau pijatan ringan
untuk melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda rasa sakit dan
meningkatkan relaksasi dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan
kulit. Teknik sentuhan ringan juga membantu menormalkan denyut jantung dan
tekanan darah. Teknik sentuhan ini mencakup pemijatan yang sangat ringan
yang bisa membuat bulu-bulu halus di permukaan kulit berdiri. Penelitian
membuktikan bahwa teknik ini meningkatkan pelepasan hormon endorphin dan
oksitosin. Selama ini, endorphin sudah dikenal sebagai zat yang banyak
manfaatnya. Beberapa diantaranya adalah mengatur produksi hormon
pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap,
mengendalikan perasaan sters, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Endorphin dalam tubuh bisa dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti
pernapasan yang dalam dan relaksasi, serta meditasi (Kuswandi, 2013).
Menurut Aprillia 2013, Endorphin berasal dari kata Endogenous+Morphine,
molekul protein yang di produksi sel-sel dari sistem syaraf dan beberapa bagian
tubuh yang berguna untuk bekerja bersama reseptor sedativa untuk mengurangi
rasa sakit. Reseptor analgesik ini diproduksi di spinal cord (simpul saraf tulang
belakang hingga tulang ekor) dan ujung saraf.
Endorphin merupakan sejumlah polipeptida yang terdiri dari 30 unit asam
amino. Opioid-opioid hormon-hormon penghilang stress seperti kortikotrofin,
kortisol, dan katekolamin dihasilakan tubuh untuk mengurangi stress dan
menghilangkan rasa nyeri.
Tubuh menghasilkan sedikitnya 20 endorphin yang berbeda manfaat dan
kegunaannya. Beta-endorphin muncul sebagai endorphin yang berfungsi
memberikan pengaruh paling besar di otak dan tubuh selama latihan. Beta-
endorphin juga merupakan satu jenis hormon peptida yang dibentuk sebagian
besar oleh tyrosine, yaitu satu jenis asam amino. Para ilmuwan juga menemukan
bahwa Beta-endorphin dapat mengaktifkan NK (Natural Killer) cells pada tubuh
manusia dan mendorong sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel-sel kanker.
Struktur molekuler pada endorphin sangat serupa dengan yang ada pada
morphin, tapi dengan kekayaan kimia yang berbeda. Kegunaan dari endorphin
antara lain, mengendalikan rasa sakit yang persisten/menetap, mengendalikan
potensi kecanduan akan cokelat, mengendalikan perasaan frustasi dan stress,
mengatur produksi hormon pertumbuhan dan seksual,mengurangi gejala-gejala
akibat gangguan makan.
Endorphin adalah hormon alami yang diproduksi tubuh manusia, maka
endorphin adalah penghilang rasa sakit yag terbaik. Endorphin dapat diproduksi
tubuh secara alami saat tubuh melakukan aktivitas seperti meditasi, pernapasan
dalam, makan makanan pedas, atau menjalani akupuntur dan chiroproatic
(pengobatan alternatif). Tetapi endorphin dipercaya mampu memproduksi empat
kunci bagi tubuh dan pikiran, yaitu meningkatkan sistem kekebalan
tubuh/imunitas, mengurangi rasa sakit, mengurangi stress, dan memperlambat
proses penuaan (Aprillia, 2013).
Seorang ahli kebidanan, Coustance Palinsky, tergerak untuk menggunakan
endorphin untuk mengurangi atau meringankan rasa sakit pada ibu yang akan
melahirkan. Lalu diciptakanlah endorphin massage, yang merupakan teknik
sentuhan serta pemijatan ringan, yang dapat menormalkan denyut jantung dan
tekanan darah, serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh dengan memicu
perasaan nyaman melalui permukaan kulit.
Teknik endorphine massage dapat memberikan individu kontrol diri ketika
terjadi rasa ketidaknyamanan atau cemas, stress fisik dan emosi yang
disebabkan oleh kecemasan. teknik ini tidak hanya digunakan pada individu yang
mengalami rasa sakit dalam persalinan, tetapi bisa juga digunakan pada individu
yang sehat, karena pelaksanaan teknik relaksasi bisa berhasil jika pasien
kooperatif (Potter dan Perry, 2010).
Teori Kecemasan
a. Pandangan
Psikoanalitik
b. Pandangan Perilaku
Syndrom c. Kajian Keluarga
Premenopause/ d. Kajian Biologis
Menopause
Faktor Pencetus
a. Faktor Biologis
b. Faktor Psikologis
Penatalaksanaan Kecemasan
c. Faktor Sosial
E. Kerangka Konsep
Tabel 2.1
Defenisi Operasional
Variabel Depenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Dependen Kecemasan Kuesioner - Skor <14 = interval
Kecemasan merupakan keadaan Skala tidak ada
ibu perasaan afektif yang HARS kecemasan
Premenopa tidak menyenangkan - Skor 14-20 =
use dan yang disertai dengan kecemasan
menopause sensasi fisik yang ringan
memperingatkan - Skor 21-27 =
orang terhadap kecemasan
bahaya yang akan sedang
datang. Keadaan ini - Skor 28-41 =
sering dirasakan oleh kecemasan
ibu berat
premenopause/meno - Skor 42-56 =
pause panik
Independen Sebuah terapi -observasi -Dilakukan Nominal
Massage sentuhan atau pijatan massage massage
Endorphin ringan untuk endorphin endorphin
melepaskan senyawa -Tidak
endorphin yang dilakukan
merupakan pereda massage
rasa sakit dan dapat endorphin
menciptakan
perasaan nyaman.
G. Hipotesis
Perlakuan Posttest
Kelompok Eksperimen
X 01
02
Kelompok Kontrol
Keterangan :
n = Besar sampel
P1 = Proporsi paparan pada kelompok kasus
P2 = Proporsi paparan pada kelompok kontrol
P = Rata-rata P1 dan P2 (P1+P2)/2
= 96
Alat dan bahan pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang sudah baku, yaitu kuesioner HARS yang berisikan 14
pernyataan yang dapat mengukur adanya kecemasan yang dialami oleh
responden, yang dirumuskan dalam Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).
Skoring untuk jawaban dari masing-masing pernyataan diberi nilai 0: tidak ada
(tidak ada gejala sama sekali) 1: ringan (satu gejala dari pilihan yang ada) 2:
sedang (separuh dari gejala yang ada) 3: berat (lebih separuh dari gejala yang
ada) 4: sangat berat/panik (semua gejala ada). Peneliti juga menggunakan
lembar observasi massage endorphin untuk memberdayakan keluarga
terutama suami responden dalam partisipasinya melakukan metode massage
endorphin di rumah.
F. Prosedur Penelitian
4. Cleaning
Setelah semua data dari setiap responden selesai dimasukkan, peneliti
mengecek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan kode dan ketidaklengkapan, kemudian dilakukan pengkoreksian.
G.2 Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah analisa data
univariat dan bivariat.
1. Analisa Univariat
Analisa univriat dilakukan dengan menggunakan analisa analitik, untuk
melihat kecemasan ibu premenopause/menopause yang dilakukan
massage endorphin dan tidak dilakukan massage endorphin pada
masing-masing variabel. Analisa ini menunjukkan persentase atau
proporsi dari setiap variabel.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk menguji perbedaan dan menguji
hubungan antar dua variabel penelitian (kasus dan kontrol).
H. Etika Penelitian
A. Hasil Penelitian
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan
Kelompok
Kelompok Kontrol
Karakteristik Responden Eksperimen
f % F %
Umur
40 - 45 tahun 31 64,58 33 68,75
46 – 50 tahun 17 35,42 15 31,25
Jumlah 48 100 48 100
Pendidikan
SD 3 6,25 2 4,17
SMP 13 27,08 18 37,50
SMA 26 54,17 24 50,00
PT 6 12,50 4 8,33
Jumlah 48 100 48 100
Pekerjaan
IRT 32 66,67 35 72,92
Wiraswasta (Petani,
Pedagang), 12 25,00 10 20,83
PNS 4 8,33 3 6,25
Jumlah 48 100 48 100
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi Kecemasan Ibu Premenopause dan Menopause Pada
Kelompok Eksperimen (dilakukan Massage Endorphine)
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi Kecemasan Ibu Premenopause dan Menopause
Pada Kelompok Kontrol (Tidak dilakukan Massage Endorphine)
Total 48 48
Standar
Rata-rata Skor t-hitung p-value
deviasi
Kelompok
20,25 6,265
intervensi
5,298 0,000
Kelompok 27,38 6,896
kontrol
B. Pembahasan
B.1 Tingkat Kecemasan Ibu Premenopause/Menopause yang Dilakukan
Massage Endorphine Dan Tidak dilakukan Massage Endorphine
Berdasarkan tabel 4.2 hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kecemasan Ibu Premenopause dan Menopause pada kelompok eksperimen
(dilakukan massage endorphine) sebagian besar memiliki tingkat kecemasan
ringan sebanyak 25 orang (52,08%). dan 2 orang (4,17%) memiliki tingkat
kecemasan yang berat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Widiastini (2015),
menunjukkan bahwa terjadi perbedaan tingkat kecemasan antara sebelum dan
sesudah diberikan massage endorphin pada kelompok perlakuan. Sebelum
dilakukan massage tingkat kecemasan ibu masuk dalam kategori sedang
sedangkan setelah dilakukan massage endorphin tingkat kecemasan ibu masuk
dalam kategori ringan.
Penurunan tingkat kecemasan tersebut disebabkan karena adanya
pemberian massage endorphin dan relaksasi yang ibu dapatkan selama 8 kali
berturut-turut dalam empat minggu. Setidaknya setelah mereka mendapatkan
massage endorphin, sedikitnya dapat mengurangi kecemasan yang mereka
alami. Hal ini sesuai dengan manfaat dari endorphin massage yaitu mengatasi
kecemasan dan mengurangi dampak sindrom premopause/menopause dapat
dengan cara non farmakogenik yaitu dengan pendekatan-pendekatan psikologis
yang dilakukan oleh bidan, dokter dan orang-orang disekitarnya. Seorang ahli
kebidanan, tergerak untuk menggunakan massage endorphin untuk mengurangi
atau meringankan rasa cemas pada wanita premenopause/menopause.
Kecemasan dapat timbul karena berbagai faktor yang menekan
kehidupan. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai
wanita dan harus menghadapi masa tuanya. Wanita yang mengalami depresi
sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih
karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan
daya tarik (Hawari, 2013).
Sikap yang ditunjukkan dalam menjalani masa menopause sebagai
bagian dari kehidupan normal setiap wanita juga berpengaruh dalam mengurangi
atau mengatasi kecemasan yang dialaminya. Setiap individu yang memandang
suatu permasalahan dari sisi positif maka akan memberikan pengaruh positif
kepada dirinya dan individu yang memandang suatu permasalahan dari sisi
negatif maka akan memberikan pengaruh yang negatif pula kepada dirinya yang
nantinya hal ini akan mempengaruhi tindakannya. Tidak adanya pengalaman
sama sekali terhadap suatu masalah maka psikologis akan cenderung
membentuk sikap negatif terhadap masalah tersebut. Oleh karena itu sangat
diperlukan upaya untuk mengurangi atau mengatasi kecemasan tersebut. Hal ini
dapat diperoleh dengan mencari informasi tentang menopause dari berbagai
sumber sehingga wanita menopause akan lebih siap dan lebih tenang dalam
menghadapi masa menopause (Savitri, 2016).
Menurut asumsi peneliti, bahwa rata-rata Ibu Premenopause dan
Menopause yang melakukan massage endorphine secara rutin dan teratur pasti
memiliki tingkat kecemasan yang ringan. Peran suami dalam memberikan
massage endorphin kepada ibu yang menghadapi menopause sangat penting
dalam memberikan rileksasi pada ibu untuk mengurangi rasa kecemasan yang
ada dalam dirinya tentang bagaimana dalam menghadapi menopause.
Berdasarkan tabel 4.3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kecemasan Ibu Premenopause dan Menopause pada kelompok kontrol (tidak
dilakukan massage endorphine) sebagian besar memiliki tingkat kecemasan
sedang sebanyak 22 orang (45,83%). Selanjutnya sebanyak 18 orang (37,50%)
memiliki tingkat kecemasan berat, dan 8 orang (16,67%) memiliki tingkat
kecemasan yang ringan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Widiastini (2015),
menunjukkan bahwa terjadi perbedaan tingkat kecemasan antara sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan pada kelompok kontrol. Sebelum dilakukan
massage tingkat kecemasan ibu masuk dalam kategori sedang sedangkan
setelah 4 minggu dilakukan pemeriksaan tingkat kecemasan ibu tetap masuk
dalam kategori sedang.
Hasil penelitian yang didapat dari penelitian ini pada ibu premenopause/
menopause rata-rata mengalami kecemasan yang sedang dikarenakan masa
menopause merupakan masa perubahan hormon bagi wanita. Apalagi mereka
pernah mendengar bahwa menjelang menopause, terdapat beberapa indikasi
emosional serta fisik yang dapat dirasakan oleh seorang wanita. Perubahan yang
bisa terjadi pada wanita menopause antara lain gangguan vasomotor, keringat di
malam hari, kekeringan pada vagina, penurunan daya ingat dan mudah
tersinggung, susah tidur (insomnia), depresi, mudah lelah, penurunan libido dan
infeksi saluran urine (Proverawati, 2017).
Di Negara Amerika Serikat, mereka merekomendasikan terapi estrogen
bagi wanita yang telah mengalami menopause karena efektif meringankan gejala
yang menyertai sindrome premenopause. Pemberian terapi sulih hormon
dimaksudkan untuk menggantikan estrogen dan progesteron yang mengalami
penurunan. Keuntungan dari dari terapi sulih hormon ini bisa mengurangi gejala
hot flushes, mengurangi gejala-gejala vagina dan saluran kencing, melindungi
dari osteoporosis, menurunkan resiko penyakit jantung.
Menurut asumsi peneliti, bahwa tingkat kecemasan Ibu Premenopause
dan Menopause pada kelompok kontrol (tidak dilakukan massage endorphine)
rata-rata memiliki tingkat kecemasan yang sedang yaitu berada pada gejala
somatik/fisik dan gejala urogenital. Kecemasan tersebut merupakan penerimaan
masyarakat terhadap gejala menopause yang terjadi di masyarakat, karena ibu
premenopause dan menopause akan merasa lebih menikmati masa tuanya. Dan
perbedaan aspek budaya dengan negara luar yang sangat menolak terjadinya
menopause.
A. Kesimpulan
B. Saran
Jane, S dan Beers. 2013. Jamu Sakti. Jakarta: Ufuk Publishing House
Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kemenkes RI.
Tersedia dari: www.depkes.go.id. diakses tanggal 15 Maret 2018
PETUNJUK :
1. Koesioner ini memuat 14 pertanyaan tentang kecemasan
2. Berilah tanda Cheklish (√) pada salah satu jawaban yang sesuai menurut
Anda
3. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaanya.
Berilah tanda chek (√ ) pada kolom bagian yang sudah disediakan yang
sesuai dengan kondisi anda.
Jawaban
No Pertanyaan
0 1 2 3 4
Perasaan cemas :
a. Kecemasan
1 b. Firasat buruk,
c. Takut akan fikiran sendiri,
d. Mudah tersinggung.
Ketegangan :
2
a. Merasa tegang,
b. Lesu,
c. Tidak dapat istirahat tenang,
d. Mudah terkejut,
e. Gemetar.
Ketakutan :
a. Ketakutan pada gelap,
b. Ketakutan ditinggal sendiri,
3
c. Ketakutan pada orang asing,
d. Ketakutan pada binatang besar,
e. Ketakutan pada keramaian lalu lintas.
Gangguan tidur :
a. Sulit untuk tidur,
b. Terbangun malam hari,
4 c. Tidur tidak nyenyak,
d. Bangun dengan lesu,
e. Banyak mimpi-mimpi
f. Mimpi buruk.
Gangguan kecerdasan :
a. Sukar kosentrasi,
5
b. Daya ingat menurun,
c. Daya ingat buruk.
Perasaan depresi (murung) :
a. Kehilangan minat,
b. Kurangnya kesenangan pada hobi,
6
c. Sedih,
d. Bangun dini hari,
e. Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
Gejala somatik/fisik (otot):
a. Nyeri pada otot,
b. Kaku,
7
c. Kedutan otot,
d. Gigi gemerutuk,
e. Suara tidak stabil
Gejala somati/fisik (sensorik) :
8
a. Perasaan gelisah,
b. Penglihatan kabur,
c. Muka merah atau Pucat,
d. Merasa lemas
e. Perasaan ditusuk-tusuk
Gejala Kardiovaskuler :
a. Takikardi,
b. Nyeri didada,
9 c. Berdebar-debar,
d. Denyut nadi mengeras,
e. Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan,
f. Detak jantung berhenti sekejab.
Gejala pernapasan :
a. Rasa tertekan/sempit di dada,
10 b. Rasa tercekik,
c. Sering menarik napas panjang
d. Merasa napas pendek
Gejala pencernaan (gastrointestina) :
a. Sulit menelan,
b. Perut melilit,
c. Mual,
d. Nyeri sebelum dan sesudah makan,
11 e. Perasaan terbakar diperut,
f. Gangguan pencernaan,
g. Rasa penuh atau kembung,
h. Muntah,
i. Susah buang air besar,
j. Kehilangan berat badan
Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin :
a. Sering buang air kecil,
12
b. Tidak dapat menahan air kecil,
c. Menjadi dingin
Gejala autonom atau Vegetatif :
a. Mulut kering,
13
b. Muka merah,
c. Mudah berkeringat,
d. Kepala pusing,
e. Kepala terasa berat,
f. Kepala tersasa sakit,
g. Bulu-bulu berdiri.
Perilaku sewaktu wawancara :
a. Gelisah.
b. Tidak tenang,
c. Jari gemetar,
14 d. Kerut kening,
e. Muka tegang,
f. Otot tegang atau mengeras
g. Nafas pendek dan cepat,
h. Muka merah.
☺☺☺
SOP ENDORPHIN MASSAGE
NO PROSEDUR TINDAKAN
1 Pengertian Terapi sentuhan atau pijatan ringan untuk
melepaskan senyawa endorphin yang merupakan
pereda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan
nyaman
2 Tujuan Untuk mengatur produksi hormon pertumbuhan dan
seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang
menetap, mengendalikan perasaan sters, serta
meningkatkan sistem kekebalan tubuh
3 Indikasi Bagi Ibu Premenopause/Menopause yang
mengalami kecemasan
4 Kebijakan Prosedur ini membutuhkan bekerja sama dengan
tim sukses, suami dan keluarga dalam pemberian
terapi yang akan digunakan kepada ibu
premenopaue/menopause
5 Persiapan Pasien Inform consent kepada ibu dan keluarga tentang
pelaksanaan terapi massage endorphin
6 Persiapan Alat Lembar cheklist dan lembar observasi
7 Cara Kerja 1. Mengumpulkan ibu premenopause/menopause
2. Menganjurkan ibu untuk mengambil posisi
senyaman mungkin, bisa sambil duduk atau
berbaring
3. Anjurkan ibu untuk bernafas dalam sambil
memejamkan mata dengan lembut untuk
beberapa saat. Setelah itu, biarkan tim mulai
memijat dengan ringan dimulai dari tulang ekor
membentuk huruf “V” sampai ke leher terus turun
ke bahu sampai lengan bawah. Belaian ini
sangat lembut dan dilakukan dengan jari jemari
atau ujung-ujung jari.
4. Pemijatan akan berlangsung selama 15 menit
5. Anjurkan ibu untuk rileks dan merasakan
sensasinya.
6. Untuk memperkuat efek bisa sambil
mengucapkan kata-kata yang lembut. Misalnya,
“saat aku membelaimu biarkan tubuhmu menjadi
lemas dan santai” atau “saat kamu merasakan
setiap belaianku, bayangkan endorphin-
endorphin yang menghilangkan rasa sakit
dilepaskan dan mengalir keseluruh tubuhmu”
atau mengungkapkan kata-kata lainnya.
8 Referensi Aprillia, Y. 2013. Hipnostetri. Jakarta: Gagas Media
Kuswandi, L. 2013. Hypnobirthing. Jakarta: Pustaka
Bunda, Grup Puspa Swara, Anggota IKAPI
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Putri Hardianti Hasibuan
NIM : P07524517026
Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia dan tidak keberatan
menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Program
Studi DIV Kebidanan PoltekkesKemenkes Medan, dengan judul " Pengaruh
Massage Endorphin Terhadap Kecemasan Ibu Premenopause/Menopause Di
Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa Sidorejo Kab. Deli Serdang Tahun
2018”
Saya berharap penelitian ini tidak akan mempunyai dampak negatifserta
merugikan bagi saya dan keluarga saya, sehingga pertanyaan yang akan saya
jawab benar-benar dirahasiakan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan dari
pihak manapun untuk diperlukan sebagaimana mestinya.
( )
DATA DISTRIBUSI FREKUENSI
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 40-45 tahun 31 64,6 64,6 64,6
46-50 tahun 17 35,4 35,4 100,0
Total 48 100,0 100,0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 3 6,3 6,3 6,3
SMP 13 27,1 27,1 33,3
SMA 26 54,2 54,2 87,5
PT 6 12,5 12,5 100,0
Total 48 100,0 100,0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 32 66,7 66,7 66,7
Wiraswasta 12 25,0 25,0 91,7
PNS 4 8,3 8,3 100,0
Total 48 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 40-45 tahun 33 68,8 68,8 68,8
46-50 tahun 15 31,3 31,3 100,0
Total 48 100,0 100,0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 2 4,2 4,2 4,2
SMP 18 37,5 37,5 41,7
SMA 24 50,0 50,0 91,7
PT 4 8,3 8,3 100,0
Total 48 100,0 100,0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 35 72,9 72,9 72,9
Wiraswasta 10 20,8 20,8 93,8
PNS 3 6,3 6,3 100,0
Total 48 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Group Statistics
95%
Confidence
Interval of the
Kecemasan Equal variances ,241 ,624 5,298 94 ,000 7,125 1,345 9,795 4,455
Ibu assumed
Menopause Equal variances 5,298 93,148 ,000 7,125 1,345 9,796 4,454
not assumed
UJI NORMALITAS DATA
NPar Tests
Kelompok Kelompok
Intervensi Kontrol
N 48 48
Normal Parametersa,b Mean 20,2500 27,3750
Std. Deviation 6,26541 6,89627
Most Extreme Differences Absolute ,161 ,147
Positive ,161 ,147
Negative -,151 -,126
Kolmogorov-Smirnov Z 1,116 1,016
Asymp. Sig. (2-tailed) ,166 ,253
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut
dalam daftar pustaka.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : 31 Agustus 2018
Yang Menyatakan
A. DATA PRIBADI
Agama : Islam
Email : [email protected]
B. RIWAYAT PENDIDIKAN