WORD

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 77

SKRIPSI

PENGARUH MASSAGE ENDORPHIN TERHADAP KECEMASAN


IBU PREMENOPAUSE/MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NAMORAMBE DESA SUDIREJO
KAB. DELI SERDANGTAHUN 2018

PUTRI HARDIANTI HASIBUAN


P07524517026

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
SKRIPSI

PENGARUH MASSAGE ENDORPHIN TERHADAP KECEMASAN


IBU PREMENOPAUSE/MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NAMORAMBE DESA SUDIREJO
KAB. DELI SERDANGTAHUN 2018

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Diploma IV

PUTRI HARDIANTI HASIBUAN


P07524517026

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
POLITEKNIK KESAHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN DIV KEBIDANAN ALIH JENJANG
SKRIPSI, Agustus 2018

Putri Hardianti Hasibuan

Pengaruh Massage Endorphin Terhadap Kecemasan Ibu


Premenopause/Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa
Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun 2018

VII, 40 Halaman, 5 tabel, 8 lampiran

ABSTRAK

Semua wanita akan mencapai usia 40 tahun dan seterusnya. Inilah masa-
masa dimana para wanita akan mengalami premenopause. Premenopause
adalah suatu kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki proses
penuaan yang ditandainya dengan menurunnya kadar hormonal estrogen dari
ovarium yang sangat berperan dalam reproduksi dan seksualitas. Sindrom pre
menopause dialami oleh banyak wanita hampir seluruh dunia, sekitar 70-80%
wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang
dan Indonesia. Penelitian Ini bertujuan untuk menguji secara empirik Pengaruh
Massage Endorphin Terhadap Kecemasan Ibu Premenopause/Menopause Di
Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun
2018.
Jenis yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian Quasi
Eksperiment dengan menggunakan rancangan Posttest Only Control Group
Design. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh wanita
premenopause/menopause yang ada Di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe
Desa Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun 2018 yang berjumlah 153 orang.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 orang yang diambil dengan
menggunakan Simple Random Sampling. Data tingkat kecemasan diperoleh
dengan kuesioner kecemasan (HARS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaruh Massage Endorphin
Terhadap kecemasan Ibu Premenopause dan Menopause dengan
menggunakan uji t independen sample test diperoleh hasil t hitung sebesar
5,298 dengan p value 0,000 (p value < 0,05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian massage
endorphin terhadap kecemasan ibu premenopause/ menopause. Diharapkan
bagi petugas kesehatan dapat meningkatkan perannya dalam memberikan
pembinaan dan penyuluhan tentang menopause.

Kata kunci :Massage Endorphin, Premenopause/Menopause, Tingkat


Kecemasan
Daftar bacaan :22 (2010-2017)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Massage Endorphin Terhadap Kecemasan Ibu
Premenopause/ Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa
Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun 2018”

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan


dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada:

1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes


RI Medan.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan.
3. Melva Simatupang, SST, M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Medan dan kemudian dilanjutkan oleh Yusniar
Siregar, SST, M.Kes selaku Plt. Ketua Prodi D-IV Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan
4. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu dan kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi dan
bersedia memberikan masukan, kritik, dan saran dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Eva Mahayani Nasution, SST, M.Kes selaku Pembimbing Pendamping
sekaligus selaku penguji II yang telah meluangkan waktu dan kesempatan
bagi penulis untuk berkosultasi dan memberikan kritikan serta saran dalam
penulisan skripsi ini.
6. Tri Marini, S. N, SST, M.Keb selaku ketua penguji yang telah memberikan
kritikan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Kepala Puskesmas Namorambe yang telah memberi kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas Namorambe Desa
Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun 2018.
8. Hormat dan kasih sayang yang besar kepada kedua orangtua, ayahanda
tercinta Yusri Hasibuan dan ibunda tersayang Parida Hanum, yang selalu
menjadi alasan untuk menggapai cita. Terimakasih untuk cinta doa serta
dukungannya.
9. Rekan-rekan Mahasiswa Program studi D-IV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Medan yang telah berbagi pengalaman, masukan dan
memberikan dukungan moral terhadap penulis dalam pembuatan proposal
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi kebaikan skripsi ini. Semoga dapat bermanfaat baik bagi penulis
maupun bagi pembacanya.

Medan, Agustus 2018

Putri Hardianti Hasibuan


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK. ...................................................................................................... i
ABSTRACT.................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR. ................................................................................... iii
DAFTAR ISI. .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL. ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN. .................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
C.1 Tujuan umum ...................................................................... 3
C.2 Tujuan Khusus .................................................................... 4
D. Manfaat ....................................................................................... 4
D.1 Manfaat Teoritis.................................................................. 4
D.2 Manfaat Praktik .................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Premenopause/Menopause. ...................................................... 6
A.1 Sindrom premenopause/menopause................................... 6
A.2 Dampak Sindrom Premenopause/Menopause ................... 7
A.3 Pencegahan Sindrom Premenopause/Menopause........... 10
A.4 Faktor Gejala Premenopause/ Menopause ....................... 11
B. Pengertian Kecemasan. ........................................................... 11
B.1 Tanda Dan Gejala Kecemasan ......................................... 12
B.2 Rentang Respon Kecemasan ........................................... 12
B.3 Proses Terjadinya Kecemasan ........................................ 14
B.4 Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale ........... 16
B.5 Penatalaksanaan Kecemasan........................................... 17
B.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan .............. 19
C. Massage Endorphin.................................................................. 20
C.1 Cara Melakukan Massage Endorphin ............................... 22
D. Kerangka Teori. ....................................................................... 23
E. Kerangka Konsep .................................................................... 23
F. Definisi Operasional ................................................................. 24
G. Hipotesis. .................................................................................. 24

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian. .................................................. .25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian. .................................................. 25
B.1 Lokasi Penelitian................................................................ 25
B.2 Waktu Penelitian. ............................................................... 26
C. Populasi dan Sampel Penelitian. ........................................... 26
C.1 Populasi Penelitian. .......................................................... 26
C.2 Sampel Penelitian............................................................. 26
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data. ....................................... 27
D.1 Jenis Data. ....................................................................... 27
D.2 Pengumpulan Data. ......................................................... 28
E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian. ........................... 28
F. Prosedur Penelitian................................................................. 28
G. Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 29
G.1 Pengolahan Data.............................................................. 29
G.2 Analisis Data. ................................................................... 30
H. Etika Penelitian ....................................................................... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian. ...................................................................... 31
B Pembahasan. .......................................................................... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan. ............................................................................ 40
B. Saran....................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Defenisi Operasional......... ............................................................. 23
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden. .............................. 32
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kecemasan Ibu Premenopause/Menopause
Pada Kelompok Eksperimen .......................................................... 33
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kecemasan Ibu Premenopause/Menopause
Pada Kelompok Kontrol. ................................................................. 34
Tabel 4.4 Pengaruh Massage Endorphin Endorphin Terhadap Kecemasan
Ibu Premenopause/Menopause ..................................................... 35
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Rentang Respon Kecemasan. ................................................................... 12
2.2 Kerangka Teori........................................................................................... 22
2.3 Kerangka Konsep. ..................................................................................... 22
3.1 Desain Penelitian. ...................................................................................... 25
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Lembar Kuesioner Penelitian. ...................................................................
2. SOP Endorphin Massage..........................................................................
3. Lembar Observasi Massage Endorphin....................................................
4. Surat Izin Melakukan Penelitian................................................................
5. Surat Balasan Melaksanakan Penelitian ..................................................
6. Lembar Permintaan Menjadi Responden. ................................................
7. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Inform Consent). ...................
8. Master Tabel..............................................................................................
9. Tabel Hasil Uji SPSS.................................................................................
10. Lembar Konsultasi Skripsi..........................................................................
11. Lembar Ethical Clearance..........................................................................
12. Lembar Pernyataan..................................................................................
13. Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Skripsi....................................
14. Daftar Riwayat Hidup.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua wanita akan mencapai usia 40 tahun dan seterusnya. Inilah


masa-masa dimana para wanita akan mengalami premenopause.
Premenopause adalah suatu kondisi fisiologis pada wanita yang telah
memasuki proses penuaan yang ditandainya dengan menurunnya kadar
hormonal estrogen dari ovarium yang sangat berperan dalam reproduksi dan
seksualitas. Pada masa ini wanita mengalami perubahan endokrin, somatik,
dan psikis yang terjadi pada akhir masa subur atau reproduktif (Savitri,
2016). Dampaknya bagi wanita sangat bervariasi, tergantung pada banyak
faktor terutama lingkungan sosial dan keluarga.
Perubahan ini seringkali mempengaruhi keadaan psikis seorang
wanita. Keluhan psikis sifatnya sangat individual yang dipengaruhi oleh
sosial budaya, pendidikan, lingkungan dan ekonomi. Keluhan fisik maupun
psikis ini tentu saja akan mengganggu kesehatan wanita termasuk
perkembangan psikisnya. Gejala dan tanda psikologis dari sindrom
premenopause adalah daya ingat menurun, kecemasan, mudah tersinggung,
stress, dan depresi. Hal ini tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman dan dapat menyebabkan gangguan dalam
pekerjaan sehari-hari yang dapat menurunkan kualitas hidup. Kondisi yang
demikian tentunya memerlukan suatu penanganan yang tepat supaya siap
untuk menghadapi dan melakukan persiapan dengan semua keluhan yang
timbul.
Sindrom pre menopause dialami oleh banyak wanita hampir seluruh
dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18%
di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia. Keluhan yang menyertai sindrom
premenopause antara lain mood swings (suasana hati yang berubah-ubah),
rasa panas di dada (hot flushes), jantung berdebar-debar, sulit tidur, cemas
dan depresi, peningkatan berat badan, penurunan massa otot, berkurangnya
massa tulang, kelelahan, hasrat seksual menurun (Proverawati, 2017).
Setiap tahun sekitar 25 juta wanita diseluruh dunia diperkirakan
mengalami menopause. Eropa dan Amerika menjadi wilayah dengan jumlah
perempuan bergejala awal menopause tertinggi didunia. Menjelang tahun
2000, harapan hidup wanita indonesia meningkat menjadi 67,5 tahun dan
kelompok usia tua akan mencapai 8,2% dari seluruh populasi Indonesia.
Diperkirakan pada tahun 2010, usia harapan hidup wanita Indonesia akan
mencapai 70 tahun. Wanita indonesia yang memasuki masa menopause
saat ini sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan
meningkat menjadi 11% pada tahun 2005 dan naik lagi sebesar 14% pada
tahun 2015 (Meilaningtyas, 2015).
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016, jumlah
persentase menopause menurut umur 40-44 tahun 7,1%, 45-49 tahun 6,4%,
50-54 tahun 5,5% (Kemenkes, 2017). Begitu juga untuk Provinsi Sumatera
Utara, jumlah wanita menopause meningkat setiap tahun. Menurut Badan
Pusat Statistik 2016, tercatat 1.128.388 penduduk wanita di medan
meningkat dari tahun 2015 sebanyak 1.118.687 penduduk wanita.
Kecemasan pada menopause merupakan respon emosional dan
penilaian individu yang subjektif yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar,
pada umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa
waktu. Hal ini juga disebabkan penurunan hormon progesteron, hormon ini
adalah hormon yang mengatur dan mempengaruhi beberapa fungsi fisik dan
emosi. Tingkat kecemasan wanita premenopause terkait dengan banyak
aspek diantaranya umur, keadaan fisik, sosial budaya, tingkat pendidikan,
tingkat pengetahuan (Lestari, 2015).
Sebagian besar wanita premenopause mengalami keluhan akibat
perubahan hormon saat menopause. Kecemasan yang terjadi dapat diatasi
dengan cara berpikir positif dan merangsang hormon kebahagiaan keluar.
Hormon kebahagiaan ini adalah salah satunya hormon endorphin yang dapat
memberikan efek relaksasi, yang dapat merangsang tubuh untuk melepaskan
senyawa endorphin yang merupakan pereda rasa sakit dan dapat
menciptakan perasaan nyaman (Haruyama, 2015).
Massage Endorphin adalah sebuah terapi sentuhan atau pijatan
ringan yang merangsang endorphin agar keluar dari tubuh manusia.
Penggunaan massage endorphin selama ini banyak dijumpai untuk
mengurangi atau meringankan rasa sakit pada ibu yang akan melahirkan.
Selama ini, endorphin sudah dikenal sebagai zat yang banyak manfaatnya.
Beberapa diantaranya adalah mengatur produksi hormon pertumbuhan dan
seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan
perasaan stres, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Endorphin
dalam tubuh bisa dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti
pernapasan yang dalam dan relaksasi, serta meditasi (Kuswandi, 2013).
Dari hasil penelitian yang dilakukan Harprasyani di Kelurahan
Kedungwuni Timur Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tahun
2011 wanita usia 40-50 tahun , 16 orang (6,1%) tidak mengalami kecemasan
dalam menghadapi sindrom premenopause, 157 orang (59,7%) orang
mengalami kecemasan ringan, 62 orang (23,6%) mengalami kecemasan
sedang dan 28 orang (10,6%) mengalami kecemasan berat dalam
menghadapi sindrom premenopause.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti di Puskesmas
Namorambe dengan wawancara pada 15 wanita Premenopause/Menopause
didapatkan hasil bahwa 5 orang mengalami kecemasan antara lain, takut,
gelisah, mudah marah, dan 10 orang lainnya mengalami gejolak panas,
mudah lupa, berat badan bertambah serta libido menurun.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui apakah
ada “Pengaruh Massage Endorphin Terhadap Kecemasan Ibu
Premenopause/Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa
Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun 2018”

B. Rumusan Masalah

Apakah ada Pengaruh Massage Endorphin Terhadap Kecemasan Ibu


Premenopause/Menopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa
Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian Ini bertujuan untuk menguji secara empirik Pengaruh


Massage Endorphin Terhadap Kecemasan Ibu Premenopause/Menopause
Di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa Sudirejo Kab. Deli Serdang
Tahun 2018.

C.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Massage


Endorphin Terhadap Kecemasan Ibu Premenopause/Menopause Di Wilayah
Kerja Puskesmas Namorambe Desa Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun
2018.

C.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi kecemasan ibu premenopause/


menopause yang dilakukan massage endorphin
b. Untuk mengetahui distribusi kecemasan ibu premenopause/
menopause yang tidak dilakukan massage endorphin
c. Untuk mengetahui pengaruh massage endorphin terhadap kecemasan
ibu premenopause/menopause

D. Manfaat Penelitian
D.1 Manfaat Teoritis

Data atau informasi penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat


sebagai tambahan informasi bagi penunjang keilmuan ilmiah dan sebagai
acuan dalam menyusun skripsi selanjutnya.

D.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman nyata bagi


peneliti pemula dalam proses penelitian dan menambah pengetahuan
mengenai pengaruh massage endorphin terhadap kecemasan ibu
premenopause/menopause serta sebagai bahan masukan bagi masyarakat
dalam menangani kecemasan ibu premenopause/menopause. Dan untuk
menambah wawasan untuk para petugas kesehatan dan lahan praktik.

E. Keaslian Penelitian

1. Riadinata Shinta, jurnal dengan judul Pengaruh Pemberian Aromaterapi


dan Massage Endorphin Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan
Premenopause. Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperiment dengan
rancangan One Group Pre-test and Post-test Desain Without control
Group. Penelitian ini menggunakan 3 kelompok perlakuan. Setiap
kelompok dalam penelitian ini adalah 16 responden, sehingga total
seluruh sampel 48 responden. Uji yang digunakan adalah bivariat
idenpendent t-test dan paired t-test. Uji multivariate dengan one way
anova.
2. Lia Apriani dan Syajaratuddul Faiqah, jurnal dengan judul Pengaruh
Pijat Endorphin Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Nifas Di Wilayah
Kerja Gunung Sari Tahun 2017. Penelitian ini menggunakan Quasi
Eksperimental Design dengan Nonequivalent Control Kelompok Design.
Yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat
kecemasan pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah
kerja Puskesmas Gunung Sari pada bulan November 2016, dari 20
orang responden yang telah diuji terdapat 14 ibu nifas (70%) yang
mengalami kecemasan dalam menjalani masa nifasnya tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Premenopause/Menopause
A.1 Sindrom Premenopause/Menopause
Saat melalui fase premenopause dan menopause, wanita akan mengalami
beberapa perubahan pada tubuhnya. Beberapa perubahan tersebut diantaranya
adalah:
1. Gangguan vasomotor
Perasaan panas dari dada hingga wajah (Hot flush), wajah dan leher
menjadi berkeringat. Kulit menjadi kemerahan muncul di dada dan lengan
terasa panas (hot flushes) terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun
sebelum dan sesudah berhentinya menstruasi. Perasaan panas akibat
peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah wajah, leher, dada
dan punggung. Kulit menjadi merah dan hangat disertai keringat yang
berlebihan (keringat terutama pada malam hari). Hot flush dialami oleh
sekitar 75% wanita premenopause sampai menopause terjadi.
2. Keringat di malam hari (Night Sweat)
Keringat dingin dan gemetaran juga dapat terjadi selama 30 detik sampai
dengan 5 menit.
3. Kekeringan pada vagina (Dryness vaginal)
area genital yang kering dan bisa sebagai bahan perubahan kadar
estrogen.
4. Penurunan daya ingat dan mudah tersinggung
Penurunan kadar estrogen berpengaruh terhadap neurotransmiter yang
ada di otak. Neurotransmiter yang ada di otak antara lain dopamin,
serotonin, dan endorfin. Dopamin berfungsi untuk mempengaruhi emosi,
sistem kekebalan tubuh, dan seksual. Serotonin berfungdi untuk
mempengaruhi suasana hati dan aktivitas istirahat. Sedangkan endorfin
menjalakan menjalankan fungsi yang berhubungan dengan ingatan dan
perasaan seperti rasa nyeri, sakit.
5. Susah tidur (Insomnia)
Hot flush juga dapat menyebabkan perempuan terbangun dari tidur.
Selain itu kesulitan tidur dapat disebabkan karena rendahnya kadar
serotonin pada masa premenopause. Kadar serotonin dipengaruhi oleh
kadar endorfin.
6. Gejala akibat kelainan metabolik
Meliputi kelainan metabolisme lemak di hati. Penurunan kadar estrogen
menyebabkan meningkatnya kadar kolestrol LDL dan menurunnya
kolestrol HDL.
7. Depresi (rasa cemas)
Depresi ataupun stres sering terjadi pada wanita yang berada pada masa
premenopause. Hal ini terkait dengan penurunan hormon estrogen
sehingga menyebabkan wanita mengalami depresi ataupun stres.
8. Mudah Lelah (Fatigue)
Rasa lelah sering kali muncul ketika menjelang masa premenopause
karena terjadi perubahan hormonal pada wanita yaitu hormon estrogen.
9. Penurunan Libido
Hal tersebut terjadi karena terjadi perubahan pada vagina, seperti
kekeringan, yang membuat area genital sakit dan selain itu terjadi
perubahan hormonal sehingga dapat menurunkan gairah seks.
10. Inkotinensia Urin (beser)
Beberapa perempuan memiliki risiko lebih terhadap adanya infeksi
saluran urin. Masalah lain yang muncul adalah kesulitan untuk
menampung air seni yang cukup lama hingga dapat sampai dapat ke
kamar mandi (Proverawati, 2017).

A.2 Dampak Sindrom Premenopause/Menopause

1. Masalah Fisik
Secara fisik biologis keluhan yang sering diutarakan wanita yang
mengalami sindrom premenopause adalah perasaan panas (hot flush),
sakit kepala, cepat lelah, rematik, sakit pinggang, sesak napas, susah
tidur, dan osteoporosis. Keluhan lainnya adalah berkurangnya cairan
vagina sehingga timbul iritasi dan rasa nyeri saat berhubungan intim.
Dengan bertambahnya usia, tubuh membutuhkan lebih sedikit lemak dari
sebelumnya. Hal ini karena kemampuan tubuh untuk mengolah lemak
berkurang dan lemak memerlukan waktu lebih lama untuk masuk dalam
darah. Akibatnya pada masa premenopause wanita beresiko kelebihan
berat badan yang bisa berujung pada penyakit jantung koroner dan
penyempitan pembuluh darah.
Namun, diet bebas lemak bukan langkah yang tepat karena tubuh
masih memerlukan lemak jenis tertentu untuk membangun sel-sel baru,
mengembangbiakkan bakteri positif di pencernaan dan bahan pembentuk
estrogen secara alami. Beberapa Risiko penyakit yang dapat terjadi
adalah :
1. Risiko kanker Payudara
Pada studi yang dimuat di jurnal American Medical Association edisi
juli 2006, ditemukan wanita yang mengalami penambahan berat badan
10 kg atau lebih pasca menopause mengahadapi peningkatan risiko
kanker payudara sebanyak 18% sementara, wanita yang mengalami
kenaikan berat bdan 27 kg sejak usia 18 tahun sampai masa
premenopause menghadapi peningkatan risiko kanker payudara
hingga 45%. Menurunkan berat badan terbukti dapat membantu
mengurangi risiko terkena kanker payudara. Penurunan berat badan
setidaknya10 kg pada masa premenopause akan mengurangi risiko
kanker payudara sekitar 16%. Sementara penurunan setidaknya 10 kg
berat bdan setelah menopause akan mengurangi risikonya hingga
23%. Jika berat bdan ideal dapat dipertahankan pasca menopause
risiko akan berkurang hingga 57%.
2. Kanker leher rahim (serviks)
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang
mengenai organ reproduksi wanita. Setengah dari kejadian kanker
serviks terjadi pada wanita diantara umur 35 dan 55. Kanker biasanya
terjadi pada tahapan usia premenopause karena terjadi penurunan
hormon estrogen yang berfungsi mempertahankan fungsi tubuh.
Sehingga tubuh kurang dapat menghalau virus maupun mikroba yang
menyebabkan penyakit.
3. Risiko kanker rahim
Kanker rahim adalah tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim).
Kanker rahim biasanya terjadi setelah masa premenopause, paling
sering menyerang wanita berusia 50-60 tahun. Kanker bisa menyebar
secara lokal maupun ke berbagai bagian tubuh kanalis servikalis, tuba
fallopi, ovarium, daerah disekitar rahim, sistem getah bening atau ke
bagian tubuh lainnya melalui pembuluh arah.
4. Insomnia
Perubhan psikis yang terjadi pada masa premenopause dapat
menimbulkan sikap yang berbeda-beda, diantaranya yaitu banyak
kecemasan, insomnia atau tidak bisa tidur, karena sangat bingung dan
gelisah.
5. Risiko Osteoporosis
Berkurangnya kepadatan tulang karena penurunan kadar estrogen,
sehingga tulang menjadi rapuh. Osteoporosis umumnya terjadi pada
tulang berongga, yaitu tulang paha, panggul, dan lengan bawah.
6. Penyakit Jantung Koroner
Berkurangnya estrogen dapat menurunkan kadar kolestrol baik (High
Density Lipoprotein/HDL) dan meningkatkan kadar kolestrol jahat (Low
Density Lipoprotein/LDL) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung
koroner pada wanita (Proverawati, 2017).

2. Perubahan Psikologis
Selain fisik, perubahan psikis juga sangat memengaruhi kualitas hidup
seorang wanita dalam menjalani masa menopause. Pengaruh perubahan
psikis ini sangat bergantung pada pandangan masing-masing wanita
terhadap menopause. Pengetahuan yang cukup akan membantu mereka
memahami dan mempersiapkan dirinya menjalani masa ini dengan lebih
baik (Savitri, 2016).
Perubahan kejiwaan yang dialami seorng wanita menjelang
menopause meliputi merasa tua, tidak menarik lagi, rasa tertekan karena
takut menjadi tua, mudah tersinggung, mudah terkejut sehingga jantung
berdebar, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual suami, rasa takut
bahwa suami akan menyeleweng, keinginan seksual menurun dan sulit
mencapai kepuasan (orgasme).
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa tekanan psikis yang
timbul dari nilai sosial mengenai wanita menopause memberikan kontribusi
terhadap gejala fisik selama periode pre dan pasca menopause. Semua
gejala ini akan mengganggu kehidupan sosial juga memengaruhi
kemampuan kerja mereka sehari-hari (Intan dan Iwan, 2013).
A.3 Pencegahan Sindrom Premenopause/Menopuse

Upaya pencegahan terhadap keluhan/masalah premenopause/menopause


yang dapat dilakukan di tingkat dasar dengan cara seperti berikut :
1. Pemeriksaan alat kelamin
2. Pemeriksaaan alat kelamin wanita bagian luar , liang vagina , dan leher
rahim untuk melihat kelainan yang mungkin ada misalnya lecet,
keputihan, pertumbuhan abnormal, seperti benjolan atau tanda radang.
3. Pap smear
4. Pemeriksaan ini dapat dilakukan setahun sekali, untuk melihat adanya
tanda-tanda radang dan deteksi awal bagi kemungkinan adanya kanker
pada saluran reproduksi. Dengan demikian pengobatan terhadap
adanya kelainan dapat segera dilakukan
5. Perabaan payudara (sadari)
6. Ketidakseimbangan hormon yang terjadi akibat penurunan kadar
hormon estrogen dapat menimbulkan pembesaran atau tumor
payudara. Hal ini juga dapat terjadi pada pemberian hormon pengganti
untuk mengatasi masalah kesehatan akibat menopause. Perabaan
payudara sendiri atau yang disebut dengan sadari (periksa payudara
sendiri) dapat dilakukan untuk deteksi tumor payudara sedini mungkin.
7. Makan-makanan yang sehat, rendah lemak, tinggi serat, banyak
mengandung vitamin dan mineral, misalnya buah-buahan dan sayuran
berwarna hijau.
8. Penggunaan bahan makan yang mengandung unsur fitoestrogen
seperti kedelai, tahu, tempe, kecap, pepaya, dan semanggi merah.
9. Penggunaan bahan makan sumber kalsium susu, yogurt, keju, teri, dan
lain-lain.
10. Menghindari rokok, kopi, dan alkohol.
11. Pertahankan berat badan sehat.
12. Lakukan olahraga secara teratur (Intan dan Iwan, 2013).
A.4 Faktor Gejala Premenopause/Menopause

Adapun faktor yang berpengaruh terhadap gejala pre menopause dan


menopause adalah:
1. Faktor Psikis
Perubahan-perubahan psikologis maupun fisik ini berhubungan dengan
kadar estrogen, gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga dan
gairah, berkurangnya konsentrasi dan kemampuan akademik, timbulnya
perubahan emosi seperti mudah tersinggung, susah tidur, rasa
kekurangan, rasa sepi, ketakutan, keganasan, tidak sabar lagi, dan lain-
lain. Perubahan psikis ini berbeda-beda tergantung dari kemampuan si
wanita untuk menyesuaikan diri.
2. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan
pendidikan. Apabila faktor-faktor tersebut cukup baik, akan mengurangi
beban fisiologis, psikologis. Kesehatan akan faktor klimakterium sebagai
faktor fisiologis.
3. Budaya dan Lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat
mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri
dengan fase klimakterium dini.
4. Faktor Lain
Wanita yang belum menikah, wanita karier baik yang sudah atau belum
berumah tangga, menarch (menstruasi pertama) yang terlambat
berpengaruh terhadap keluhan-keluhan klimakterium yang ringan
(Mulyani, 2017).

B. Pengertian Kecemasan

Menurut Lestari 2015, Kecemasan merupakan keadaan perasaan afektif


yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang
memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang tidak
menyenagkan itu sering kabur dan sulit menunjukdengan tepat, tetapi
kecemasan itu sendiri selalu dirasakan.
B.1 Tanda Dan Gejala Kecemasan

Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami cemas


antara lain :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala (Priyoto,
2014).

B.2 Rentang Respon Kecemasan

Tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain :


Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan

a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lahan persepsinya. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan,
iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar,
motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Kecemasan ringan
mempunyai karakteristik:
1) Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.
2) Kewaspadaan meningkat.
3) Persepsi terhadap lingkungan meningkat.
4) Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.
5) Respon fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta
bergetar.
6) Respon kognitif: mampu menerima rangsangan yang kompleks,
konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan
terangsang untuk melakukan tindakan.
7) Respon prilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada
tangan, dan suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada
masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang
terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat,
kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot
meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit,
kemampuan konsentrasi menurun, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa,
marah dan menangis.
Kecemasan sedang mempunyai karakteristik:
1) Respon biologis: sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan
darah meningkat, mulut kering, konstipasi, sakit kepala, sering berkemih,
dan letih.
2) Respon Kognitif: memusatkan perhatian pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan
rangsangan dari luar tidak mampu diterima
3) Respon perilaku emosi: gerakan tersentak-tersentak, terlihat lebih tegas,
bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Manifestasi yang
muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur
(insomnia), sering kencing, lahan persepsi menyempit, berfokus pada dirinya
sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak
berdaya, bingung. Kecemasan berat mempunyai karakteristik:
1) Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal
yang lain.
2) Respon fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, serta tampak tegang.
3) Respon kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan
banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang persepsi menyempit.
d. Panik (sangat berat)
Panik berhubungan dengan terpengaruh, ketakutan dan teror karena
mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang
terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, pucat, tidak dapat berespon
terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan
delusi. Panik (kecemasan sangat berat) mempunyai karakteristik:
1) Respon fisiologis: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada,
pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.
2) Respon kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berpikir logis,
ketidakmampuan memahami situasi.
3) Respon prilaku dan emosi: mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-
teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri (aktivitas motorik tidak
menentu), perasaan terancam serta dapat berbuat sesuatu yang
membahayakan diri sendiri atau orang lain (Lestari, 2015).

B.3 Proses Terjadinya Kecemasan

1. Faktor predisposisi kecemasan


Penyebab kecemasan dapat dipahami melalui bebrapa teori yaitu:
a. Teori Psikoanalitik
Menurut freud, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara
dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi kecemasan adalah meningkatkan ego bahwa
ada bahaya.
b. Teori Tingkah Laku (Pribadi)
Teori ini berkaitan dengan pendapat bahwa kecemasan adalah hasil
frustasi, dimana segala sesuatu yang menghalangi terhadap kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan dapat menimbulkan
kecemasan. Selain itu kecemasan juga sebagai suatu dorongan untuk
belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
c. Teori Keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga dan juga terkait dengan tugas
perkembangan individu dalam keluarga.
d. Teori Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan.
Penghambat asam aminobutirik gamma neroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorfin.
Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan.
Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor (Hawari,
2013).

2. Faktor Presipitasi Kecemasan


Faktor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Ada
dua kategori faktor pencetus kecemasan, yaitu ancaman terhadap integritas fisik
dan terhadap sistem diri :
a. Ancaman terhadap integritas fisik
Ancaman pada kategori ini meliputi fisiologis yang akan datang atau
menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Sumber internal dapat berupa kegagalan mekanisme fisiologis seperti
jantung, sistem imun, regulasi temperatur, perubahan biologis yang
normal seperti penuaan. Sumber eksternal dapat berupa virus atau
bakteri, luka trauma. Kecemasan dapat timbul akibat kekhawatiran
terhadap tindakan yang mempengaruhi integritas tubuh secara
keseluruhan.
b. Ancaman terhadap sistem tubuh
Ancaman pada kategori inidapat membahayakan identitas, harga diri dan
fungsi sosial seseorang. Sumber internal dapat berupa kesulitan
melakukan hubungan interpersonal di rumah, di tempat kerja dan di
masyarakat. Sumber eksternal dapat berupa kehilangan pasangan,
orangtua, teman, perubahan status pekerjaan, dilema etik yang timbul
dari aspek religius seseorang, tekanan dari kelompok sosial atau budaya.
Ancaman terhadap sistem diri terjadi saat tindakan akan dilakukan
sehingga akan menghasilkan suatu kecemasan (Hawari, 2013).

B.4 Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan yang disebut HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran
kecemasan yang didasarkan pada munculnya simptom pada individu yang
mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 simptomyang nampak
pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5
tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4. Skala HARS pertama kali digunakan
pada tahun 1959 yang diperkenalkan oleh Max Hamilton. Skala Hamilton Anxiety
Rating Scale (HARS) dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:
1. Gelisah, Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal
sendiri dan takut pada binatang besar.
4. Gangguan tidur sulit memulai tidur, terbagun pada malam hari, tidur tidak
pulas dan mimpi buruk.
5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
berkonsentrasi.
6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada
hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7. Gejala somatik : nyeri pada otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil
dan kedutan otot.
8. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah
dan pucat serta merasa lemah.
9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras
dan detak jantung hilang sekejap.
10. Gejala pernapasan : rasaterteka di dada, perasaan tercekik, sering
menraik nafas panjang dan merasa napas pendek.
11. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,
mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan,
perasaan panas di perut.
12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu
roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, nafas pendek dan
cepat.
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan
kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = ringan/ satu dari gejala yang ada
2 = sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/ lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat/ semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-
14 dengan hasil:
1) skor <14 = tidak ada kecemasan
2) skor 14-20 = kecemasan ringan
3) skor 21-27 = kecemasan sedang
4) skor 28-41 = kecemasan berat
5) skor 42-56 = panik/kecemasan sangat berat (Hawari, 2013).

B.5 Penatalaksanaan Kecemasan

Penatalaksanaan pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu


metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
Selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1. upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. makan makan yang bergizi dan seimbang
b. tidur yang cukup
c. cukup olahraga
d. tidak merokok
e. tidak meminum-minuman keras
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai
obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCI,
meprobamate dan alprazolam.
3. Teori Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada
organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi
keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat sterssor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan
yang merupakan stressor psikososial (Lestari, 2015).

B.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah sebagai berikut :


1. Umur
Bahwa umur yang lebih muda lebih mudah menderita stress dari pada
umur tua.
2. Keadaan fisik
Penyakit adalah salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan.
Seseorang yang sedang menderita penyakit akan lebih mudah
mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang yang tidak sedang
menderita penyakit.
3. Sosial budaya
Cara hidup orang di masyarakat juga sangat memungkinkan timbulnya
stress. Individu yang mempunyai cara hidup teratur akan mempunyai
filsafat hidup yang jelas sehingga umumnya lebih sukar mengalami
stress. Demikian juga dengan seseorang yang keyakinan agamanya
rendah.
4. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang
yang akan mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang
lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah.
Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari. Dengan demikian
pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan.
5. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami
stress. Ketidaktahuan terhadap suatu hal dianggap sebagai tekanan yang
dapat mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemasan. Stress
dan kecemasan dapat terjadi pada individu dengan tingkat pengetahuan
yang rendah, disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh
(Priyoto, 2014).

C. Massage Endorphin
Secara keseluruhan, ada kurang lebih dua puluh jenis hormon
kebahagiaan. Meskipun cara kerja dan dampaknya berbeda-beda, efek
farmakologisnya sama. Di antara begitu banyak hormon kebahagiaan, hormon
endorfin paling berkhasiat kerjanya lima atau enam kali lebih kuat dibandingkan
hormon lainnya. Selain itu, hormon kebahagiaan berpengaruh positif terhadap
peningkatan daya ingat, terhadap semangat, daya tahan, dan kreativitas, serta
membuat tubuh menjadi sehat (Haruyama, 2015).
Pijat membebaskan endorfin-hormon tubuh yang setara dengan morfin ke
dalam sistem, dan hal ini mebuat klien mendambakan pemijatan lagi. Sementara
pijat ringan harian tidak berbahaya, segera setelah tubuh kuat dan sehat tidak
lebih dari dua kali penyembuhan setiap minggunya dianjurkan. Karena pijat yang
berlebihan adalah kontra-produktif. Klien yang kecanduan akhirnya dapat
berakhir dengan kerusakan otot-otot mereka, yang menjadi lembek. Pemijatan
akan berlangsung antara 15-30 menit. Bentuk pijatan ini menyentuh otot di
bawah permukaan dan menggunakan serangkaian gerakan sendiri. Gerakan
khas termasuk membentuk “V” antara jari dan ibu jari, atau mengunci kedua
jempol bersama-sama untuk menciptakan perasaan nyaman.
Teknik memegang lengan pada kemiringan 60 sampai 75 derajat dan bekerja
hanya dengan telapak tangan (Jane dan beers, 2013).
Endorphin massage merupakan sebuah terapi sentuhan atau pijatan ringan
untuk melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda rasa sakit dan
meningkatkan relaksasi dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan
kulit. Teknik sentuhan ringan juga membantu menormalkan denyut jantung dan
tekanan darah. Teknik sentuhan ini mencakup pemijatan yang sangat ringan
yang bisa membuat bulu-bulu halus di permukaan kulit berdiri. Penelitian
membuktikan bahwa teknik ini meningkatkan pelepasan hormon endorphin dan
oksitosin. Selama ini, endorphin sudah dikenal sebagai zat yang banyak
manfaatnya. Beberapa diantaranya adalah mengatur produksi hormon
pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap,
mengendalikan perasaan sters, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Endorphin dalam tubuh bisa dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti
pernapasan yang dalam dan relaksasi, serta meditasi (Kuswandi, 2013).
Menurut Aprillia 2013, Endorphin berasal dari kata Endogenous+Morphine,
molekul protein yang di produksi sel-sel dari sistem syaraf dan beberapa bagian
tubuh yang berguna untuk bekerja bersama reseptor sedativa untuk mengurangi
rasa sakit. Reseptor analgesik ini diproduksi di spinal cord (simpul saraf tulang
belakang hingga tulang ekor) dan ujung saraf.
Endorphin merupakan sejumlah polipeptida yang terdiri dari 30 unit asam
amino. Opioid-opioid hormon-hormon penghilang stress seperti kortikotrofin,
kortisol, dan katekolamin dihasilakan tubuh untuk mengurangi stress dan
menghilangkan rasa nyeri.
Tubuh menghasilkan sedikitnya 20 endorphin yang berbeda manfaat dan
kegunaannya. Beta-endorphin muncul sebagai endorphin yang berfungsi
memberikan pengaruh paling besar di otak dan tubuh selama latihan. Beta-
endorphin juga merupakan satu jenis hormon peptida yang dibentuk sebagian
besar oleh tyrosine, yaitu satu jenis asam amino. Para ilmuwan juga menemukan
bahwa Beta-endorphin dapat mengaktifkan NK (Natural Killer) cells pada tubuh
manusia dan mendorong sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel-sel kanker.
Struktur molekuler pada endorphin sangat serupa dengan yang ada pada
morphin, tapi dengan kekayaan kimia yang berbeda. Kegunaan dari endorphin
antara lain, mengendalikan rasa sakit yang persisten/menetap, mengendalikan
potensi kecanduan akan cokelat, mengendalikan perasaan frustasi dan stress,
mengatur produksi hormon pertumbuhan dan seksual,mengurangi gejala-gejala
akibat gangguan makan.
Endorphin adalah hormon alami yang diproduksi tubuh manusia, maka
endorphin adalah penghilang rasa sakit yag terbaik. Endorphin dapat diproduksi
tubuh secara alami saat tubuh melakukan aktivitas seperti meditasi, pernapasan
dalam, makan makanan pedas, atau menjalani akupuntur dan chiroproatic
(pengobatan alternatif). Tetapi endorphin dipercaya mampu memproduksi empat
kunci bagi tubuh dan pikiran, yaitu meningkatkan sistem kekebalan
tubuh/imunitas, mengurangi rasa sakit, mengurangi stress, dan memperlambat
proses penuaan (Aprillia, 2013).
Seorang ahli kebidanan, Coustance Palinsky, tergerak untuk menggunakan
endorphin untuk mengurangi atau meringankan rasa sakit pada ibu yang akan
melahirkan. Lalu diciptakanlah endorphin massage, yang merupakan teknik
sentuhan serta pemijatan ringan, yang dapat menormalkan denyut jantung dan
tekanan darah, serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh dengan memicu
perasaan nyaman melalui permukaan kulit.
Teknik endorphine massage dapat memberikan individu kontrol diri ketika
terjadi rasa ketidaknyamanan atau cemas, stress fisik dan emosi yang
disebabkan oleh kecemasan. teknik ini tidak hanya digunakan pada individu yang
mengalami rasa sakit dalam persalinan, tetapi bisa juga digunakan pada individu
yang sehat, karena pelaksanaan teknik relaksasi bisa berhasil jika pasien
kooperatif (Potter dan Perry, 2010).

C.1 Cara Melakukan Massage Endorphin


1. Cara Pertama
a. Ambil posisi senyaman mungkin, bisa dilakukan dengan duduk atau
berbaring miring.
b. Tarik nafas yang dalam, lalu hembuskan dengan lembut sambil menutup
mata. Kemudian, mengelus permukaan luar lengan mulai dari tangan
sampai lengan bawah.
c. Setelah sekitar 5 menit, pindahkan pijatan ke lengan/tangan yang lain.
d. Meski sentuhan ringan ini hanya dilakukan dikedua lengan, tetapi
dampaknya luar biasa menjadikan seluruh tubuh menjadi rileks dan
tenang.
2. Cara Kedua
a. Teknik sentuhan ini juga sangat efektif jika dilakukan dibagian
punggung.
b. Ambil posisi berbaring miring atau duduk. Jika memilih posisi duduk,
bisa di atas kursi, tempat tidur.
c. Kemudian mulai melakukan pijatan lembut dan ringan ke arah bahu kiri
dan kanan membentuk huruf V, ke arah tulang ekor.
d. Terus lakukan pijatan-pijatan ringan ini berulang-ulang.
e. Agar memperkuat efek pijatan lembut dan ringan ini bisa diselingi
dengan kata-kata yang menentramkan. Seperti, “saat aku membelai
lenganmu, biarkan tubuhmu menjadi rileks dan santai” (Kuswandi,
2013).
D. Kerangka Teori

Teori Kecemasan

a. Pandangan
Psikoanalitik
b. Pandangan Perilaku
Syndrom c. Kajian Keluarga
Premenopause/ d. Kajian Biologis
Menopause

Faktor Pencetus

a. Ancaman terhadap KECEMASAN


Integritas fisik
b. Ancaman terhadap
sistem tubuh
a. Massage Endorphin
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan

a. Faktor Biologis
b. Faktor Psikologis
Penatalaksanaan Kecemasan
c. Faktor Sosial

Gambar 2.2 Kerangka Teori

E. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Massage Endorphin Kecemasan Ibu


Premenopause/Menopause

Gambar 2.3 kerangka konsep


F. Defenisi Operasional

Tabel 2.1
Defenisi Operasional
Variabel Depenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Dependen Kecemasan Kuesioner - Skor <14 = interval
Kecemasan merupakan keadaan Skala tidak ada
ibu perasaan afektif yang HARS kecemasan
Premenopa tidak menyenangkan - Skor 14-20 =
use dan yang disertai dengan kecemasan
menopause sensasi fisik yang ringan
memperingatkan - Skor 21-27 =
orang terhadap kecemasan
bahaya yang akan sedang
datang. Keadaan ini - Skor 28-41 =
sering dirasakan oleh kecemasan
ibu berat
premenopause/meno - Skor 42-56 =
pause panik
Independen Sebuah terapi -observasi -Dilakukan Nominal
Massage sentuhan atau pijatan massage massage
Endorphin ringan untuk endorphin endorphin
melepaskan senyawa -Tidak
endorphin yang dilakukan
merupakan pereda massage
rasa sakit dan dapat endorphin
menciptakan
perasaan nyaman.

G. Hipotesis

Ada pengaruh kecemasan setelah dilakukan massage endorphin


terhadap ibu premenopause/menopause di Wilayah Kerja Puskesmas
Namorambe Desa Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun 2018.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian Quasi


Eksperiment dengan menggunakan rancangan Posttest Only Control Group
Design. Dalam rancangan ini, peneliti mengukur pengaruh perlakuan
(intervensi) pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan
kelompok tersebut dengan kelompok kontrol. Rancangan tersebut dapat di
gambarkan sebagai berikut:

Perlakuan Posttest
Kelompok Eksperimen
X 01

02
Kelompok Kontrol

(Gambar 3.1 Desain Penelitian)

Keterangan kel eksperimen :


X : Ibu premenopause/menopause yang dilakukan massage endorphin
01: Tingkat kecemasan ibu premenopause/menopause sesudah dilakukan
intervensi
Keterangan kel kontrol :
02: Posttest pada ibu premenopause/menopause dengan Lembar Cheklist
tanpa perlakuan

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


B.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan Di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa


Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun 2018. Lokasi ini dipilih dengan alasan
belum ada yang pernah melakukan massage endorphin terhadap kecemasan
ibu premenopause/menopause. Dan juga guna meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan.
B.2 Waktu Penelitian

Persiapan Penelitian dimulai Februari-Maret 2018. Penelitian ini dilakukan


mulai Juni 2018. Sampai dengan Penyusunan hasil laporan penelitian dan
sidang hasil.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


C.1 Populasi Penelitian

Populasi menggambarkan kumpulan/jumlah keseluruhan dari unit


sasaran. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh wanita
premenopause/menopause yang ada Di Wilayah Kerja Puskesmas
Namorambe Desa Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun 2018 yang berjumlah
153 orang.

C.2 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan rumus


Lameshow et al., 1990, dikutip Notoadmodjo, 2016, yakni :

Keterangan :
n = Besar sampel
P1 = Proporsi paparan pada kelompok kasus
P2 = Proporsi paparan pada kelompok kontrol
P = Rata-rata P1 dan P2 (P1+P2)/2

= Nilai Z pada derajat kemaknaan 1,96

= Nilai Z pada kekuatan uji power 0,84

P1 = 14/20 = 0,7 (70%)


P2 = 6/20 = 0,3 (30%)
P = 70 + 30 = 50

n= 1,96 2. 0,50 (1-0,50) + 0,84 0,81 (1-0,7) + 0,3 (1-0,3)]²


(P1- P2)²
= 0,3801
0,4

= 96

Jadi banyaknya sampel yang diperlukan adalah 96 orang.


Teknik pemilihan sampel dengan menggunakan Simple Random Sampling,
yaitu dengan mengundi anggota populasi atau teknik undian, dan dengan
menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number). Dengan
Kriteria Inklusif sebagai berikut :
1. Ibu dengan umur 40-50 tahun
2. Ibu dengan tidak disertai penyakit serius
3. Ibu yang bersedia menjadi responden
Kriteria Eksklusif sebagai berikut :
1. Ibu diluar umur 40-50 tahun
2. Ibu dengan penyakit serius
3. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


D.1 Jenis Data
1. Data Primer
Data primer berupa karateristik responden meliputi: nama, umur,
pendidikan, dan paritas dikumpulkan dengan wawancara kepada
responden dengan alat ukur kuesioner. Dan data mengenai tingkat
kecemasan ibu premenopause/menopause di Wilayah Kerja Puskesmas
Namorambe Desa Sudirejo diperoleh dengan kuesioner kecemasan
(HARS).
2. Data Sekunder
Data sekunder berupa gambaran umum Wilayah Kerja Puskesmas
Namorambe Desa Sudirejo melalui buku, catatan, yang telah ada atau
arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara
umum.

D.2 Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan terdiri atas identitas responden, lembar
kuesioners HARS dan lembar observasi massage endorphin. Data
dikumpulkan melalui intervensi pada saat pendataan ibu
premenopause/menopause sesuai kriteria inklusi, sebelumnya responden
diminta kesediaannya untuk menandatangani informed consent dan diberi
penjelasan agar dilakukan massage endorphin. Massage endorphin akan
dilakukan 2 kali seminggu dalam 1 bulan sebanyak 8 kali, selama 15 menit,
kemudian peneliti memantau setiap minggunya dengan lembar observasi
massage endorphin, dan mengingatkan responden agar tidak lupa melakukan
massage endorphin, peneliti juga bekerja sama dengan ibu kader. Setelah 4
minggu peneliti kembali mendatangi responden untuk mengetahui pengaruh
massage endorphin terhadap kecemasan ibu premenopause/menopause
dengan menggunakan kuesioners HARS.

E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang sudah baku, yaitu kuesioner HARS yang berisikan 14
pernyataan yang dapat mengukur adanya kecemasan yang dialami oleh
responden, yang dirumuskan dalam Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).
Skoring untuk jawaban dari masing-masing pernyataan diberi nilai 0: tidak ada
(tidak ada gejala sama sekali) 1: ringan (satu gejala dari pilihan yang ada) 2:
sedang (separuh dari gejala yang ada) 3: berat (lebih separuh dari gejala yang
ada) 4: sangat berat/panik (semua gejala ada). Peneliti juga menggunakan
lembar observasi massage endorphin untuk memberdayakan keluarga
terutama suami responden dalam partisipasinya melakukan metode massage
endorphin di rumah.

F. Prosedur Penelitian

Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 96 orang wanita


premenopause/ menopause yang di bagi menjadi 2 kelompok intervensi (yang
dilakukan massage endorphin) dan kelompok kontrol (yang tidak dilakukan
massage endorphin) sebanyak 48 orang. Kemudian peneliti dan tim
mengumpulkan ibu premenopause/menopause yang memenuhi kriteria inklusi
di suatu tempat, dan menjelaskan kepada ibu maksud dan tujuan serta
manfaat massage endorphin yang akan dilakukan. Setelah ibu paham dan
bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian, kemudian diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Sebelumnya peneliti
dan 3 orang tim sudah menyediakan 3 kamar untuk tempat melakukan
pemijatan pada ibu premenopause/menopause yang akan berlangsung
selama 15 menit. Massage endorphin ini akan dilakukan sebanyak 2 kali
seminggu dalam 1 bulan sebanyak 8 kali. Peneliti juga mengajarkan kepada
pihak keluarga suami atau anak tentang cara melakukan massage endorphin,
melalui gambar dan video. Selanjutnya ibu premenopause dan menopause
yang sudah dilakukan massage endorphin selama 4 minggu diberikan posttest
dan dibandingkan dengan kelompok kontrol.

G. Pengolahan dan Analisis Data


G.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan cara manual


dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pengeditan (Editing)
Peneliti mengumpulkan data kuesioner kemudian dilakukan editing untuk
mengecek kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data
sehingga validasi dapat terjamin.
2. Pengkodean (Coding)
Setelah peneliti melakukan pengeditan, dilanjutkan dengan pemberian
kode atau tanda pada data untuk memudahkan data dimasukkan kedalam
tabel.
3. Pentabulasian (Tabulating)
Selanjutnya Peneliti Membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan
penelitian, hal ini untuk mempermudah pengolahan data, data yang telah di
edit dan diberi kode kemudian dimasukkan kedalam master tabel dan
dimasukkan dalam program atau “software” komputer. Paket program yang
digunakan dalam penelitian ini adalah paket program SPSS for Windows.

4. Cleaning
Setelah semua data dari setiap responden selesai dimasukkan, peneliti
mengecek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan kode dan ketidaklengkapan, kemudian dilakukan pengkoreksian.
G.2 Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah analisa data
univariat dan bivariat.
1. Analisa Univariat
Analisa univriat dilakukan dengan menggunakan analisa analitik, untuk
melihat kecemasan ibu premenopause/menopause yang dilakukan
massage endorphin dan tidak dilakukan massage endorphin pada
masing-masing variabel. Analisa ini menunjukkan persentase atau
proporsi dari setiap variabel.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk menguji perbedaan dan menguji
hubungan antar dua variabel penelitian (kasus dan kontrol).

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian mengajukan permohonan ijin kepada


Kepala puskesmas Namorambe untuk mendapatkan persetujuan, kemudian
peneliti melakukan penelitian dengan menekankan pada aspek etika
penelitian yang meliputi :
1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (informed consent)
Lembar Pesetujuan kepada responden yang diteliti, sebelum ditanda
tangan oleh sampel penelitian, peneliti memberi informasi tentang tujuan
dan sifat keikutsertaan dalam penelitian.
2. Kerahasiaan (convidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset
sesuai dengan tujuan penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Desa


Sudirejo Kab. Deli Serdang. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 96
orang wanita premenopause/menopause yang dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok intervensi (yang dilakukan massage endorphin) sebanyak 48
orang dan kelompok kontrol (yang tidak dilakukan massage endorphin) sebanyak
48 orang. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan prosedur penelitian yang
terdapat pada Bab III. Penelitian ini menggunakan desain Postest only control
group yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian massage
endorphin terhadap kecemasan ibu premenopause/ menopause di Wilayah Kerja
Puskesmas Namorambe Desa Sudirejo Kab. Deli Serdang tahun 2018.

A.1 Gambar Umum Lokasi Penelitian

Desa Sudirejo merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan


Namorambe Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Desa Sudirejo
berada pada ketinggian 800 meter diatas permukaan laut dengan luas wilayah
110 Ha.
Desa Sudirejo berjarak ± 5 Km dari ibukota Kecamatan Namorambe, ± 38
Km dari ibukota Kabupaten Deli Serdang dan ± 13 Km dari Ibukota Provinsi
Sumatera Utara. Desa Sudirejo terdiri atas 3 Dusun. Secara administratif, Desa
Sudirejo mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Delitua/ Desa Kota Tualah


Sebelah Selatan : Desa Jati Kesuma/ Desa Jaban
Sebelah Barat : Desa Penjemuran/Desa Ujung Labuhan
Sebelah Timur : Desa Namo Mbelin

A.2 Analisis Data Univariat


1. Data Demografi Responden
Berdasarkan hasil penelitian mengenai data demografi responden
diketahui data karakteristik berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan ibu
premenopause/ menopause pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Data karakteristik responden berdasarkan umur, Pendidikan, Pekerjaan dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan

Kelompok
Kelompok Kontrol
Karakteristik Responden Eksperimen
f % F %
Umur
40 - 45 tahun 31 64,58 33 68,75
46 – 50 tahun 17 35,42 15 31,25
Jumlah 48 100 48 100
Pendidikan
SD 3 6,25 2 4,17
SMP 13 27,08 18 37,50
SMA 26 54,17 24 50,00
PT 6 12,50 4 8,33
Jumlah 48 100 48 100
Pekerjaan
IRT 32 66,67 35 72,92
Wiraswasta (Petani,
Pedagang), 12 25,00 10 20,83
PNS 4 8,33 3 6,25
Jumlah 48 100 48 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar umur responden


pada kelompok eksperimen (yang dilakukan massage endorphin) adalah berkisar
adalah 40-45 tahun sebanyak 31 orang (64,58%). Begitu juga dengan kelompok
kontrol (yang tidak dilakukan massage endorphin) yaitu berumur antara 40-45
tahun sebanyak 33 orang (68,75%).
Berdasarkan pendidikan responden, mayoritas responden pada kelompok
eksperimen (yang dilakukan massage endorphin) memiliki pendidikan terakhir
tamatan SMA sebanyak 26 orang (54,17%). Begitu juga dengan kelompok
kontrol (yang tidak dilakukan massage endorphin) yaitu pendidikan terakhir SMA
sebanyak 24 orang (50%).
Berdasarkan pekerjaan responden diketahui sebagian besar pekerjaan
responden pada kelompok eksperimen (yang dilakukan massage endorphin)
adalah sebagai IRT sebanyak 32 orang (66,67%). Begitu juga dengan pekerjaan
responden pada kelompok kontrol (yang tidak dilakukan massage endorphin)
yaitu sebagai IRT sebanyak 35 orang (72,92%).

2. Kecemasan Ibu Premenopause dan Menopause Pada Kelompok


Eksperimen (dilakukan Massage Endorphine)
Data tingkat kecemasan ibu premenopause dan menopause setelah
dilakukan Massage Endorphine pada kelompok eksperimen selama 8 kali dalam
4 minggu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi Kecemasan Ibu Premenopause dan Menopause Pada
Kelompok Eksperimen (dilakukan Massage Endorphine)

No. Tingkat Kecemasan Frekuensi %


1 Tidak ada kecemasan 4 8,33
2 Kecemasan ringan 25 52,08
3 Kecemasan sedang 17 35,42
4 KeKcemasan Berat 2 4,17
Total 48 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 48 orang Ibu Premenopause dan


Menopause pada kelompok eksperimen (dilakukan massage endorphine)
sebagian besar memiliki tingkat kecemasan ringan sebanyak 25 orang (52,08%)
dan 2 orang (4,17%) memiliki tingkat kecemasan yang berat.
3. Kecemasan Ibu Premenopause dan Menopause Pada Kelompok
Kontrol (Tidak dilakukan Massage Endorphine)
Data tingkat kecemasan ibu premenopause dan menopause yang tidak
dilakukan Massage Endorphine pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 4.3
Distribusi frekuensi Kecemasan Ibu Premenopause dan Menopause
Pada Kelompok Kontrol (Tidak dilakukan Massage Endorphine)

No. Tingkat Kecemasan Frekuensi %


1 Tidak ada kecemasan 0 0,00
2 Kecemasan ringan 8 16,67
3 Kecemasan sedang 22 45,83
4 Kecemasan Berat 18 37,50
Total 48 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 48 orang Ibu Premenopause dan


Menopause pada kelompok kontrol (tidak dilakukan massage endorphine)
sebagian besar memiliki tingkat kecemasan sedang sebanyak 22 orang
(45,83%). Selanjutnya sebanyak 18 orang (37,50%) memiliki tingkat kecemasan
berat.

A.3 Analisis Data Bivariat

Hasil analisis uji t independent sample test tingkat kecemasan ibu


premenopause/menopause antara kelompok yang dilakukan massage endorphin
dengan kelompok yang tidak dilakukan massage endorphin di Wilayah Kerja
Puskesmas Namorambe Desa Sudirejo Kab. Deli serdang tahun 2018 dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Pengaruh Massage Endorphin Terhadap Kecemasan Ibu
Premenopause/Menopause

Kelompok intervensi Kelompok kontrol


NO Tingkat Tingkat
Frek Frek
Kecemasan Kecemasan
0
1 Tidak ada kecemasan 4 Tidak ada kecemasan 8
2 Kecemasan ringan 25 Kecemasan ringan 22
3 Kecemasan sedang 17 Kecemasan sedang 18
4 Kecemasan berat 2 Kecemasan berat

Total 48 48
Standar
Rata-rata Skor t-hitung p-value
deviasi
Kelompok
20,25 6,265
intervensi
5,298 0,000
Kelompok 27,38 6,896
kontrol

Berdasarkan hasil analisis Pengaruh massage endorphin terhadap


kecemasan ibu premenopause/menopause dengan menggunakan uji t
independen sample test diperoleh hasil t hitung sebesar 5,298 dengan p value
0,000 (p value < 0,05) maka Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh pemberian massage endorphin terhadap penurunan kecemasan ibu
premenopause/menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa
Sudirejo Kab. Deli Serdang tahun 2018.

B. Pembahasan
B.1 Tingkat Kecemasan Ibu Premenopause/Menopause yang Dilakukan
Massage Endorphine Dan Tidak dilakukan Massage Endorphine
Berdasarkan tabel 4.2 hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kecemasan Ibu Premenopause dan Menopause pada kelompok eksperimen
(dilakukan massage endorphine) sebagian besar memiliki tingkat kecemasan
ringan sebanyak 25 orang (52,08%). dan 2 orang (4,17%) memiliki tingkat
kecemasan yang berat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Widiastini (2015),
menunjukkan bahwa terjadi perbedaan tingkat kecemasan antara sebelum dan
sesudah diberikan massage endorphin pada kelompok perlakuan. Sebelum
dilakukan massage tingkat kecemasan ibu masuk dalam kategori sedang
sedangkan setelah dilakukan massage endorphin tingkat kecemasan ibu masuk
dalam kategori ringan.
Penurunan tingkat kecemasan tersebut disebabkan karena adanya
pemberian massage endorphin dan relaksasi yang ibu dapatkan selama 8 kali
berturut-turut dalam empat minggu. Setidaknya setelah mereka mendapatkan
massage endorphin, sedikitnya dapat mengurangi kecemasan yang mereka
alami. Hal ini sesuai dengan manfaat dari endorphin massage yaitu mengatasi
kecemasan dan mengurangi dampak sindrom premopause/menopause dapat
dengan cara non farmakogenik yaitu dengan pendekatan-pendekatan psikologis
yang dilakukan oleh bidan, dokter dan orang-orang disekitarnya. Seorang ahli
kebidanan, tergerak untuk menggunakan massage endorphin untuk mengurangi
atau meringankan rasa cemas pada wanita premenopause/menopause.
Kecemasan dapat timbul karena berbagai faktor yang menekan
kehidupan. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai
wanita dan harus menghadapi masa tuanya. Wanita yang mengalami depresi
sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih
karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan
daya tarik (Hawari, 2013).
Sikap yang ditunjukkan dalam menjalani masa menopause sebagai
bagian dari kehidupan normal setiap wanita juga berpengaruh dalam mengurangi
atau mengatasi kecemasan yang dialaminya. Setiap individu yang memandang
suatu permasalahan dari sisi positif maka akan memberikan pengaruh positif
kepada dirinya dan individu yang memandang suatu permasalahan dari sisi
negatif maka akan memberikan pengaruh yang negatif pula kepada dirinya yang
nantinya hal ini akan mempengaruhi tindakannya. Tidak adanya pengalaman
sama sekali terhadap suatu masalah maka psikologis akan cenderung
membentuk sikap negatif terhadap masalah tersebut. Oleh karena itu sangat
diperlukan upaya untuk mengurangi atau mengatasi kecemasan tersebut. Hal ini
dapat diperoleh dengan mencari informasi tentang menopause dari berbagai
sumber sehingga wanita menopause akan lebih siap dan lebih tenang dalam
menghadapi masa menopause (Savitri, 2016).
Menurut asumsi peneliti, bahwa rata-rata Ibu Premenopause dan
Menopause yang melakukan massage endorphine secara rutin dan teratur pasti
memiliki tingkat kecemasan yang ringan. Peran suami dalam memberikan
massage endorphin kepada ibu yang menghadapi menopause sangat penting
dalam memberikan rileksasi pada ibu untuk mengurangi rasa kecemasan yang
ada dalam dirinya tentang bagaimana dalam menghadapi menopause.
Berdasarkan tabel 4.3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kecemasan Ibu Premenopause dan Menopause pada kelompok kontrol (tidak
dilakukan massage endorphine) sebagian besar memiliki tingkat kecemasan
sedang sebanyak 22 orang (45,83%). Selanjutnya sebanyak 18 orang (37,50%)
memiliki tingkat kecemasan berat, dan 8 orang (16,67%) memiliki tingkat
kecemasan yang ringan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Widiastini (2015),
menunjukkan bahwa terjadi perbedaan tingkat kecemasan antara sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan pada kelompok kontrol. Sebelum dilakukan
massage tingkat kecemasan ibu masuk dalam kategori sedang sedangkan
setelah 4 minggu dilakukan pemeriksaan tingkat kecemasan ibu tetap masuk
dalam kategori sedang.
Hasil penelitian yang didapat dari penelitian ini pada ibu premenopause/
menopause rata-rata mengalami kecemasan yang sedang dikarenakan masa
menopause merupakan masa perubahan hormon bagi wanita. Apalagi mereka
pernah mendengar bahwa menjelang menopause, terdapat beberapa indikasi
emosional serta fisik yang dapat dirasakan oleh seorang wanita. Perubahan yang
bisa terjadi pada wanita menopause antara lain gangguan vasomotor, keringat di
malam hari, kekeringan pada vagina, penurunan daya ingat dan mudah
tersinggung, susah tidur (insomnia), depresi, mudah lelah, penurunan libido dan
infeksi saluran urine (Proverawati, 2017).
Di Negara Amerika Serikat, mereka merekomendasikan terapi estrogen
bagi wanita yang telah mengalami menopause karena efektif meringankan gejala
yang menyertai sindrome premenopause. Pemberian terapi sulih hormon
dimaksudkan untuk menggantikan estrogen dan progesteron yang mengalami
penurunan. Keuntungan dari dari terapi sulih hormon ini bisa mengurangi gejala
hot flushes, mengurangi gejala-gejala vagina dan saluran kencing, melindungi
dari osteoporosis, menurunkan resiko penyakit jantung.
Menurut asumsi peneliti, bahwa tingkat kecemasan Ibu Premenopause
dan Menopause pada kelompok kontrol (tidak dilakukan massage endorphine)
rata-rata memiliki tingkat kecemasan yang sedang yaitu berada pada gejala
somatik/fisik dan gejala urogenital. Kecemasan tersebut merupakan penerimaan
masyarakat terhadap gejala menopause yang terjadi di masyarakat, karena ibu
premenopause dan menopause akan merasa lebih menikmati masa tuanya. Dan
perbedaan aspek budaya dengan negara luar yang sangat menolak terjadinya
menopause.

B.2 Pengaruh Massage Endorphine Terhadap Kecemasan Ibu


Premenopause/ Menopause
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian massage
endorphin terhadap penurunan kecemasan ibu premenopause/ menopause di
Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa Sudirejo Kab. Deli Serdang tahun
2018. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji t independen
sample test diperoleh hasil t hitung sebesar 6,656 dengan p value 0,000 (p value
< 0,05) maka Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian massage endorphin terhadap penurunan kecemasan ibu
premenopause/ menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa
Sudirejo Kab. Deli Serdang tahun 2018.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Shinta (2014), yang meneliti
tentang judul Pengaruh Pemberian Aromaterapi Dan Massage Endorphin
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Premenopause. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat kecemasan ibu premenopause sebelum dilakukan
endorphin massage memiliki tingkat kecemasan sedang, tingkat kecemasan
setelah dilakukan endorphin massage memiliki tingkat kecemasan ringan. Hal ini
menunjukkan bahwa teknik endorphin massage dapat memberikan individu
kontrol diri ketika terjadi rasa ketidaknyamanan atau cemas, stress fisik dan
emosi yang disebabkan oleh kecemasan. teknik ini tidak hanya digunakan pada
individu yang mengalami rasa sakit, tetapi bisa juga digunakan pada individu
yang sehat, karena pelaksanaan teknik relaksasi bisa berhasil jika pasien
kooperatif (Potter dan Perry, 2010).
Dari hasil penelitian yang diperoleh adalah responden yang tidak
diberikan perlakuan massage endorphine pada ibu premenopause/menopause
mengalami tingkat kecemasan sedang. Sedangkan pada responden yang
diberikan perlakuan massage endorphin selama 15 menit dalam 8 kali berturut-
turut dalam empat minggu mengalami tingkat kecemasan ringan dan tidak ada
kecemasan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa endorphin massage memberikan
pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan. Kecemasan,
ketegangan dan ketidaknyamanan yang dialami ibu premenopause/ menopause
akan dapat berkurang karena sentuhan atau massage endorphin memberi
pengaruh positif terhadap kesejahteraan fisik dan psikis ibu.
Menurut asumsi peneliti, bahwa pemberian massage endorphin sangat
memberikan efek positif dalam mengurangi kecemasan pada ibu yang
menghadapi menopause, terlebih lagi dengan adanya dukungan dari
pasangan/suami yang bersedia membantu dalam melakukan massage
endorphin kepada ibu secara rutin dan teratur.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh


pemberian massage endorphin terhadap kecemasan ibu premenopause/
menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa Sudirejo Kab. Deli
Serdang tahun 2018, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat kecemasan Ibu premenopause/menopause pada kelompok kontrol


(yang tidak dilakukan massage endorphine) mayoritas memiliki kecemasan
sedang sebanyak 22 orang (45,83%)
2. Tingkat kecemasan Ibu premenopause/menopause pada kelompok
eksperimen (dilakukan massage endorphine) mayoritas memiliki kecemasan
ringan sebanyak 25 orang (52,08%).
3. Ada pengaruh pemberian massage endorphin terhadap penurunan
kecemasan ibu premenopause/menopause di Wilayah Kerja Puskesmas
Namorambe Desa Sudirejo Kab. Deli Serdang tahun 2018, dimana nilai p
value 0,000 < 0,05.

B. Saran

1. Bagi Petugas Kesehatan


Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat meningkatkan peranannya
dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan tentang menopause, serta
melakukan pelatihan massage endorphin untuk ibu premenopause dan
menopause. Serta meningkatkan posyandu lansia untuk masyarakat seperti
senam lansia sehingga dalam mengahadapi menopause nantinya tidak akan
terjadi kecemasan yang dapat mengganggu kehidupan ibu maupun keluarga.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan pada penelitian selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut dengan dua variabel atau lebih, dengan metode penelitian yang berbeda
dengan populasi yang lebih banyak sehingga penelitian selanjutnya dapat
berkembang dan memperoleh hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Apriani, L. dan S. Faiqah. 2017. Jurnal Pengaruh Metode Pijat Endorphine


Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas
Gunung Sari. Jurnal Kedokteran Yarsi 25 (3): 163-171

Aprillia, Y. 2013. Hipnostetri. Jakarta: Gagas Media

Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Sumatera


Utara 2011-2016. Tersedia dari: www.sumut.bps.go.id. diakses tanggal 16
Maret 2016

Dahlan, M S. 2013. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta:


Salemba Medika

Haruyama, S. 2015. The Miracle Of Endorphin. Jakarta: Penerbit Qanita PT


Mizan Pustaka

Hawari, D. H. 2013. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Badan


Penerbit FKUI

Intan, K. dan Iwan. A. 2013. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika

Jane, S dan Beers. 2013. Jamu Sakti. Jakarta: Ufuk Publishing House

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kemenkes RI.
Tersedia dari: www.depkes.go.id. diakses tanggal 15 Maret 2018

Kuswandi, L. 2013. Hypnobirthing. Jakarta: Pustaka Bunda, Grup Puspa Swara,


Anggota IKAPI

Lestari, T. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.


Yogyakarta: Nuha Medika

Meilaningtyas, G. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause


Dengan Kecemasan Wanita Menjelang Menopause Di Desa Bowan
Delanggu Klaten. Naskah Publikasi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Aisyiyah. Yogyakarta

Mulyani, Nina Siti. 2017. Menopause. Yogyakarta: Nuha Medika

Notoadmodjo, S. 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta
Poltekkes Kemenkes Medan. 2016. Pedoman Penyusunan Skripsi Prodi: D-IV
Kebidanan Medan. Medan

Proverawati, A. 2017. Menopause dan Sindrome Premenopause. Yogyakarta:


Nuha Medika

Priyoto. 2014. Konsep Manajemen Stress. Yogyakarta: Nuha Medika

Potter, A dan Perry, A. G. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep,.Proses, Dan Praktik, edisi 4 Volume.2. Jakarta: EGC

Savitri, A. 2016. Waspadalah Masuk Usia 40 Ke Atas. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press

Shinta, R. et al., 2014. Jurnal Pengaruh Pemberian Aromaterapi Dan Massage


Endhorphin Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasn Premenopause Di
Wilayah Kerja Puskesmas Semarang Barat Kota Semarang. Jurusan
Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. I No 10, Juni 2014 : 586-591

Widiastini, 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Dengan


Tingkat Kecemasan Menghadapi Menopause Pada Wanita Menopause Di
Desa Gribig Kabupaten Kudus. jurnal kebidanan dan kesehatan. Akbid
Mardi Rahayu

Zuhana, N. et al., 2016. Jurnal Hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan


tingkat kecemasan wanita premenopause dalam menghadapi sindrom
premenopause. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK), Vol. IX No 1, Maret 2016:
ISSN 1978-3167
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH MASSAGE ENDORPHIN TERHADAP KECEMASAN
IBU PREMENOPAUSE/MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NAMORAMBE DESA SIDOREJO
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2018

DATA DIRI RESPONDEN :


Nama (inisial) :
Jenis Kelamin :
Umur :

PETUNJUK :
1. Koesioner ini memuat 14 pertanyaan tentang kecemasan
2. Berilah tanda Cheklish (√) pada salah satu jawaban yang sesuai menurut
Anda
3. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaanya.
Berilah tanda chek (√ ) pada kolom bagian yang sudah disediakan yang
sesuai dengan kondisi anda.

Skor Nol = tidak ada gejala sama sekali

Skor Satu = ringan (satu gejala ada)

Skor Dua =sedang (dua gejala ada)

Skor Tiga = berat (lebih dari dua gejala ada)

Skor Empat = sangat berat (semua gejala ada)

Jawaban
No Pertanyaan
0 1 2 3 4
Perasaan cemas :
a. Kecemasan
1 b. Firasat buruk,
c. Takut akan fikiran sendiri,
d. Mudah tersinggung.
Ketegangan :
2
a. Merasa tegang,
b. Lesu,
c. Tidak dapat istirahat tenang,
d. Mudah terkejut,
e. Gemetar.
Ketakutan :
a. Ketakutan pada gelap,
b. Ketakutan ditinggal sendiri,
3
c. Ketakutan pada orang asing,
d. Ketakutan pada binatang besar,
e. Ketakutan pada keramaian lalu lintas.
Gangguan tidur :
a. Sulit untuk tidur,
b. Terbangun malam hari,
4 c. Tidur tidak nyenyak,
d. Bangun dengan lesu,
e. Banyak mimpi-mimpi
f. Mimpi buruk.
Gangguan kecerdasan :
a. Sukar kosentrasi,
5
b. Daya ingat menurun,
c. Daya ingat buruk.
Perasaan depresi (murung) :
a. Kehilangan minat,
b. Kurangnya kesenangan pada hobi,
6
c. Sedih,
d. Bangun dini hari,
e. Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
Gejala somatik/fisik (otot):
a. Nyeri pada otot,
b. Kaku,
7
c. Kedutan otot,
d. Gigi gemerutuk,
e. Suara tidak stabil
Gejala somati/fisik (sensorik) :
8
a. Perasaan gelisah,
b. Penglihatan kabur,
c. Muka merah atau Pucat,
d. Merasa lemas
e. Perasaan ditusuk-tusuk
Gejala Kardiovaskuler :
a. Takikardi,
b. Nyeri didada,
9 c. Berdebar-debar,
d. Denyut nadi mengeras,
e. Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan,
f. Detak jantung berhenti sekejab.
Gejala pernapasan :
a. Rasa tertekan/sempit di dada,
10 b. Rasa tercekik,
c. Sering menarik napas panjang
d. Merasa napas pendek
Gejala pencernaan (gastrointestina) :
a. Sulit menelan,
b. Perut melilit,
c. Mual,
d. Nyeri sebelum dan sesudah makan,
11 e. Perasaan terbakar diperut,
f. Gangguan pencernaan,
g. Rasa penuh atau kembung,
h. Muntah,
i. Susah buang air besar,
j. Kehilangan berat badan
Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin :
a. Sering buang air kecil,
12
b. Tidak dapat menahan air kecil,
c. Menjadi dingin
Gejala autonom atau Vegetatif :
a. Mulut kering,
13
b. Muka merah,
c. Mudah berkeringat,
d. Kepala pusing,
e. Kepala terasa berat,
f. Kepala tersasa sakit,
g. Bulu-bulu berdiri.
Perilaku sewaktu wawancara :
a. Gelisah.
b. Tidak tenang,
c. Jari gemetar,
14 d. Kerut kening,
e. Muka tegang,
f. Otot tegang atau mengeras
g. Nafas pendek dan cepat,
h. Muka merah.

*Terima Kasih Banyak Atas Kerja Samanya *

☺☺☺
SOP ENDORPHIN MASSAGE

NO PROSEDUR TINDAKAN
1 Pengertian Terapi sentuhan atau pijatan ringan untuk
melepaskan senyawa endorphin yang merupakan
pereda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan
nyaman
2 Tujuan Untuk mengatur produksi hormon pertumbuhan dan
seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang
menetap, mengendalikan perasaan sters, serta
meningkatkan sistem kekebalan tubuh
3 Indikasi Bagi Ibu Premenopause/Menopause yang
mengalami kecemasan
4 Kebijakan Prosedur ini membutuhkan bekerja sama dengan
tim sukses, suami dan keluarga dalam pemberian
terapi yang akan digunakan kepada ibu
premenopaue/menopause
5 Persiapan Pasien Inform consent kepada ibu dan keluarga tentang
pelaksanaan terapi massage endorphin
6 Persiapan Alat Lembar cheklist dan lembar observasi
7 Cara Kerja 1. Mengumpulkan ibu premenopause/menopause
2. Menganjurkan ibu untuk mengambil posisi
senyaman mungkin, bisa sambil duduk atau
berbaring
3. Anjurkan ibu untuk bernafas dalam sambil
memejamkan mata dengan lembut untuk
beberapa saat. Setelah itu, biarkan tim mulai
memijat dengan ringan dimulai dari tulang ekor
membentuk huruf “V” sampai ke leher terus turun
ke bahu sampai lengan bawah. Belaian ini
sangat lembut dan dilakukan dengan jari jemari
atau ujung-ujung jari.
4. Pemijatan akan berlangsung selama 15 menit
5. Anjurkan ibu untuk rileks dan merasakan
sensasinya.
6. Untuk memperkuat efek bisa sambil
mengucapkan kata-kata yang lembut. Misalnya,
“saat aku membelaimu biarkan tubuhmu menjadi
lemas dan santai” atau “saat kamu merasakan
setiap belaianku, bayangkan endorphin-
endorphin yang menghilangkan rasa sakit
dilepaskan dan mengalir keseluruh tubuhmu”
atau mengungkapkan kata-kata lainnya.
8 Referensi Aprillia, Y. 2013. Hipnostetri. Jakarta: Gagas Media
Kuswandi, L. 2013. Hypnobirthing. Jakarta: Pustaka
Bunda, Grup Puspa Swara, Anggota IKAPI
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Putri Hardianti Hasibuan
NIM : P07524517026

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Massage


Endorphin Terhadap Kecemasan Ibu Premenopause/Menopause Di Wilayah
Kerja Puskesmas Namorambe Desa Sudirejo Kab. Deli Serdang Tahun 2018”
Penelitian tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi ibu sebagai
responden. Kerahasiaan semua informasi yang ibu berikan merupakan tanggung
jawab kami untuk menjaganya.
Jika ibu bersedia maupun menolaknya menjadi responden maka tidak
akan ada ancaman bagi ibu dan keluarga. Jika selama menjadi responden ibu
merasa dirugikan maka ibu diperbolehkan mengundurkan diri dan tidak
berpartisipasi dalam penelitian ini.
Demikian surat permintaan ini kami buat, jika ibu telah menyetujui
permintaan kami untuk menjadi responden, maka saya sebagai peneliti sangat
mengharapkan kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan untuk
menjadi responden dan kuesioner Ceklis kemudian bersedia melakukan
massage endorphin.

Medan, Maret 2018


Peneliti,

(Putri Hardianti Hasibuan)


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORM CONCENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia dan tidak keberatan
menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Program
Studi DIV Kebidanan PoltekkesKemenkes Medan, dengan judul " Pengaruh
Massage Endorphin Terhadap Kecemasan Ibu Premenopause/Menopause Di
Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Desa Sidorejo Kab. Deli Serdang Tahun
2018”
Saya berharap penelitian ini tidak akan mempunyai dampak negatifserta
merugikan bagi saya dan keluarga saya, sehingga pertanyaan yang akan saya
jawab benar-benar dirahasiakan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan dari
pihak manapun untuk diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Maret 2018


Responden

( )
DATA DISTRIBUSI FREKUENSI

DATA PADA KELOMPOK EKSPERIMEN

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 40-45 tahun 31 64,6 64,6 64,6
46-50 tahun 17 35,4 35,4 100,0
Total 48 100,0 100,0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 3 6,3 6,3 6,3
SMP 13 27,1 27,1 33,3
SMA 26 54,2 54,2 87,5
PT 6 12,5 12,5 100,0
Total 48 100,0 100,0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 32 66,7 66,7 66,7
Wiraswasta 12 25,0 25,0 91,7
PNS 4 8,3 8,3 100,0
Total 48 100,0 100,0

Data Kecemasan Responden yang Dilakukan Massage Endorphin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak ada Kecemasan 4 8,3 8,3 8,3

Kecemasan ringan 25 52,1 52,1 60,4

Kecemasan Sedang 17 35,4 35,4 95,8

Kecemasan Berat 2 4,2 4,2 100,0

Total 48 100,0 100,0


DATA PADA KELOMPOK KONTROL

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 40-45 tahun 33 68,8 68,8 68,8
46-50 tahun 15 31,3 31,3 100,0
Total 48 100,0 100,0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 2 4,2 4,2 4,2
SMP 18 37,5 37,5 41,7
SMA 24 50,0 50,0 91,7
PT 4 8,3 8,3 100,0
Total 48 100,0 100,0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 35 72,9 72,9 72,9
Wiraswasta 10 20,8 20,8 93,8
PNS 3 6,3 6,3 100,0
Total 48 100,0 100,0

Tidak dilakukan Massage Endorphine

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kecemasan ringan 8 16,7 16,7 16,7

Kecemasan Sedang 22 45,8 45,8 62,5

Kecemasan Berat 18 37,5 37,5 100,0

Total 48 100,0 100,0


HASIL UJI STATISTIK

Group Statistics

Massage Endorphin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kecemasan Dilakukan Massage Endorphin 48 20,25 6,265 ,904


Ibu Tidak dilakukan Massage 48 27,38 6,896 ,995
Menopause Endorphin

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95%
Confidence
Interval of the

Sig. (2- Mean Std. Error Difference

F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

Kecemasan Equal variances ,241 ,624 5,298 94 ,000 7,125 1,345 9,795 4,455
Ibu assumed
Menopause Equal variances 5,298 93,148 ,000 7,125 1,345 9,796 4,454
not assumed
UJI NORMALITAS DATA

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kelompok Kelompok
Intervensi Kontrol

N 48 48
Normal Parametersa,b Mean 20,2500 27,3750
Std. Deviation 6,26541 6,89627
Most Extreme Differences Absolute ,161 ,147
Positive ,161 ,147
Negative -,151 -,126
Kolmogorov-Smirnov Z 1,116 1,016
Asymp. Sig. (2-tailed) ,166 ,253

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
PERNYATAAN

PENGARUH MASSAGE ENDORPHIN TERHADAP KECEMASAN


IBU PREMENOPAUSE/MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NAMORAMBE DESA SUDIREJO
KAB. DELI SERDANG TAHUN 2018

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut
dalam daftar pustaka.

Medan, 31 Agustus 2018


Peneliti

Putri Hardianti Hasibuan


P07524517026
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes Medan, saya yang bertanda


tangan dibawah ini:

Nama : Putri Hardianti Hasibuan


NIM : P07524517 026
Program Studi : D-IV Kebidanan
Jurusan : Kebidanan Medan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekkes Kemenkes Medan Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas Skripsi saya yang berjudul:
PENGARUH MASSAGE ENDORPHIN TERHADAP KECEMASAN IBU
PREMENOPAUSE/MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NAMORAMBE DESA SUDIREJO KAB. DELI SERDANGTAHUN 2018
Beserta Perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Medan berhak menyimpan mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : 31 Agustus 2018

Yang Menyatakan

(Putri Hardianti Hasibuan)


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : Putri Hardianti Hasibuan

Tempat/Tanggal lahir : Sungai Korang, 31 Oktober 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Sungai Korang, Kec. Hutaraja Tinggi Kab. Padang


Lawas

Email : [email protected]

Nama Orang Tua

Ayah : Yusri Hasibuan

Ibu : Parida Hanum

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

No Jenjang Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun Lulus


SD Negeri 0704 Sungai
1 SD 2007
Korang
2 MTS MTS Al-Khoir Mananti 2010
SMA Muhammadiyah 01
3 SMA 2013
Pekanbaru
4 D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau 2016

5 D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan 2018

Anda mungkin juga menyukai