Diajukangunamelengkapitugas Dan Memenuhisyarat Gunamencapaigelarsarjanapendidikan (S.PD) Pada Program Studibimbingankonseling

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 100

PENDEKATAN KONSELING BEHAVIOR THERAPY UNTUK

MENGURANGI KEBIASAAN NGELEM PADA SISWA


KELAS IX SMP HARAPAN MEKAR
TAHUN AJARAN 2017/2018

SKRIPSI

DiajukanGunaMelengkapiTugas Dan MemenuhiSyarat


GunaMencapaiGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) Pada
Program StudiBimbinganKonseling

OLEH :

WIDYA FURI
NPM. 1402080207

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITASMUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

1
ABSTRAK
Widya Furi , 1402080207. Pendekatan Konseling Behavior Therapy Untuk
Mengurangi Kebiasaan Ngelem Pada Siswa Kelas IX SMP HARAPAN
MEKAR Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana Pendekatan Konseling Behavior Therapy dengan Layanan Konseling
Individual untuk mengurangi kebiasaan ngelem Pada Siswa Kelas IX SMP
HARAPAN MEKAR Tahun Ajaran 2017/2018. Tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk Mengembangkan Pendekatan Konseling Behavior Therapy Untuk
Mengurangi Kebiasaan Mengelem Pada Siswa Kelas IX SMP HARAPAN
MEKAR Tahun Ajaran 2017/2018.
Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IXyang berjumlah 4 orang
siswa yang memiliki kebiasaan ngelem. Insrument yang digunakan adalah
observasi dan wawancara. Observasi untuk melihat bagaimna sikap siswa tersebut
terhadap guru dan teman-temannya dan apa yang mendasari mereka memiliki
kebiasaan ngelem. Instrumen diberikan sebelum dan setelah pemberian layanan
konseling individual. Wawancara untuk melihat sejauh mana guru bimbingan
konseling memberikan layanan konseling individual sesuai kebutuhan siswa.
Pendekatan Konseling Behavior Therapy dengan menggunakan Pemberian
Layanan Konseling Individual untuk mengurangi kebiasaan ngelem pada siswa
awalnya mengobservasi siswa terlebih dahulu setelah itu melakukan wawancara
kepada siswa, guru dan wali kelasnya untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan. Pemberin Layanan Konseling Individual diberikan sebanyak 2 kali
kepada siswa.
Dari hasil Pemberian Layanan Konseling Individu dan Wawancara
tersebut terdapat perubahan yang dialami siswa yaitu mengurangi kebiasaan
ngelemnya dan dapat lebih sopan kepada orangtua, guru dan teman-temannya.
Maka Pendekatan Konseling Behavior Therapy Untuk Mengurangi Kebiasaan
Mengelem Pada Siswa Kelas IX SMP HARAPAN MEKAR dapat diterima.
Kata Kunci : Pendekatan Konseling Behavior Therapy, Mengurangi
Kebiasaan Ngelem.

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Pertama-tama peneliti ucapkan segala puji dan syukuratas kehadirat Allah

SWT yang mana telah memberikan nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat

kesehatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah berupa skripsi

guna melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Dan tak lupa pula peneliti sampaikan shalawat berangkaikan salam kepada

baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatNya

sekalian yang telah membawa kita semua dari zaman kegelapan ke zaman yang

terang benderang seperti sekarang ini.

Alhamdulillah, peneliti sangat bersyukur akhirnya dapat menyelesaikan

skripsi ini walaupun ada beberapa hal masalah namun tetap semuanya bisa

dilewati dan Alhamdulillah dapat diselesaikan dengan lancar. Selama menulis

skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan, motivasi, serta bimbingan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan yang utama dan pertama kepada orangtua peneliti Bapak Ngandiran

dan IbuTUKINIyang telah melahirkan saya kedunia ini, membesarkan saya

setulus hati dan menjadi Bapak dan Mamak yang tiada lelah memberikan kasih
sayangnya, dukungan baik moril maupun materil yang memotivasi peneliti untuk

menjadi manusia yang berguna untuk Agama dan Bangsa. Tak lupa saya ucapkan

terima kasih kepada dua abang peneliti yaitu Fauzan Hakim ST dan Firman

AlamaArif kepada ke dua kakak saya Qori Muhzana S.Pd dan Sri Suparti S.Pd

beserta kedua adik saya Davit maulana dan Gali Wardanayang telah

memberikan do’a, dukungan untuk menyelesaikan sekripsi ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan banyak- banyak terima kasih

kepada pihak- pihak yang telah berperan dan membantu dalam penyelesaian

skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya

kepada :

1. Bapak Dr. Agussani, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Elfrianto Nasution, S.Pd, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

3. Ibunda Dra. Jamila, M.Pd selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ayahanda Drs. Zaharuddin Nur, M.M selaku Sekertaris Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


5. Ibunda Dra. Khairtati Purnama Nst, M.Psi. sebagai Dosen Pembimbing

saya yang telah banyak memberikan ilmu dan wawasannya kepada peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6.Ayahanda Kusnadi Ragil Iman S.Pd,i yang telah menjadi guru pamong saat

saya melaksanakan PPL di SMP Harapan Mekar Medan.

7. Semua dosen FKIP yang telah memberikan Ilmu Pengetahuannya pada saya

yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

8. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Siswa- siswi kelas IXC SMP

Harapan Mekar Medan yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini.

9. Keluarga Besar peneliti yang telah memberikan do’a dan dukungannya.

10. Teman seperjuangan dan seangkatan peneliti Anisyah Fitri, Ariyanti,Uke

Lovia Anggraini, Imelda Sari Harahap, Rina Indriyani, Khairana Marini dan Putri

Febriani yang telah memberikan doa dan dukungannya.

11. Terimakasih kepada teman-teman PPL di SMP Harapan Mekar Medan

Lusiana soleha, Yana Inda Sari, Fatma, Dewi, Zia, Kiki, Nur Hasana, Mimi,

Retno, dan Inka.

12. Terima kasih kepada kakak Junia Puspita S.Pd yang telah membantu dan

memberi dukungannya.

13. Seluruh teman- teman Bimbingan dan Konseling stambuk 2014, terkhusus di

Kelas B Sore. Semoga persaudaraan kita selalu terjalin sampai akhir.


Akhir kata peneliti ucapakan terimakasih banyak untuk semua pihak yang

telah membantu dan hanya Allah yang dapat membalasnya. Amiin

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Medan, Maret 2018

Peneliti

Widya Furi
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DATAR TABEL ............................................................................................. ix

DATAR LAMPIRAN .................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A.Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B.Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6

C.Batasan Masalah .......................................................................................... 7

D.Rumusan Masalah ....................................................................................... 7

E.Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

F.Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORITIS .................................................................. 9

A. Kerangka Teoritis ........................................................................................ 9

1. Pendekatan Konseling Behavior Terapy ................................................ 9

1.1. Pengertian Pendekatan Konseling Behavior Terapy ....................... 9

1.2. PandanganTentang Sifat Manusia ................................................... 11

1.3. Tujuan Terapy Behavioristik ........................................................... 12

1.4. Peran Dan Pungsi Konselor ............................................................. 12

1.5. Teknik Terapy Behavioristik ........................................................... 13

1.5.1.Teknik Tingkah Laku Umum ................................................. 13

1.5.2 Teknik-Teknik Spesifik .......................................................... 14


2. Ngelem .................................................................................................... 15

2.1. Pengertian Ngelem ......................................................................... 15

2.2. Jenis-Jenis Nglem (Inhalansia) ........................................................ 15

2.3. Dampak Prilaku Ngelem ................................................................. 16

2.4. Upaya Pencegahan Ngelem ............................................................. 18

2.4.1 Faktor Keperibadian ............................................................... 18

2.4.2Faktor Keluarga ....................................................................... 19

2.4.3. Faktor Teman Sebaya ............................................................ 19

3.Layanan Konseling Individual ................................................................. 19

3.1. Pengertian Layanan Konseling Individual ...................................... 19

3.2. Tujuam Dan Fungsi Layanan Konseling Individual ........................ 21

3.3. Proses Layanan Konseling Individual ............................................. 22

B. Kerangka Konseptual .................................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 31

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ..................................................................... 31

B. Subjek Dan Objek Penelitian .................................................................... 32

C. Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 33

D. Instrumen Penelitian .................................................................................... 34

E. Teknik Analisis Data ................................................................................... 41

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN.............................. 44

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................................... 44

B. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................................... 49

C. Pembahasan Penelitian .............................................................................. 70


D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 73

A. Kesimpulan ............................................................................................... 73

B. Saran .. ..................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1KerangkaKonseptual ..............................................................................30

Tabel 3.1 Jadwal Waktu Penelitian ..................................................................... 31

Tabel 3.2 Subjek Penelitian................................................................................. 32

Tabel 3.3Objek Penelitian ................................................................................... 33

Tabel 3.4 Pedoman Observasi ............................................................................. 35

Tabel 3.5 Pedoman Wawancara Guru Bimbingan Konseling ............................ 36

Tabel 3.6 Pedoman Wawancara Siswa ............................................................... 38

Tabel 3.7 Pedoman Wawancara Wali Kelas .........................................................39

Tabel 4.1Struktur Organisasi Sekolah SMP Harapan Mekar Medan ................. 46

Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMP Harapan Mekar Medan ....................................... 47

Tabel 4.3 Daftar Nama-nama Guru SMP Harapan Mekar Medan...................... 48


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Pedoman Observasi Dengan Siswa


Daftar Pedoman Wawancara Dengan Guru Bimbingan dan Konseling

Daftar Pedoman Wawancara Dengan Siswa

Daftar Pedoman Wawancara Dengan Wali Kelas

Pedoman Observasi Dengan Siswa Setelah Melaksanakan

Pendekatan Konseling Behavior Therapy Untuk Mengurangi Kebiasaan


Mengelem
Daftar Pedoman Wawancara Dengan Siswa Setelah Melaksanakan Pendekatan
Konseling Behavior Therapy Melalui Pemberian Layanan Konseling
Lampiran RPL
Lampiran Dokumentasi
Lampiran K1
Lampiran K2
Lampiran K3
Perubahan Judul Skripsi
Lampiran Berita Acara Bimbingan Proposal
Lampiran Berita Acara Seminar Proposal
Lampiran Pengesahan Hasil seminar Proposal
Lampiran Surat Pernyataan Tidak Plagiat
Lampiran Surat Riset
Lampiran Surat Balasan Riset dari Sekolah
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi didrinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengengendalian

diri, kpribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

dirinya dan masyarakat. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat.

Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun dan di manapun ia

berada. Pendidikan sangat penting artinya tanpa pendidikan manusia sulit

berkembang bahkan akan terbelakang. Pendidikan di arahkan untuk menghasilkan

manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di samping memiliki budi pekerti

yang luhur dan moral yang baik.

Pendidikan dapat diperoleh baik secara formal dan non formal.

Pendidikan secara formal di peroleh dengan mengikuti program-program yang

telah direncanakan, terstruktur oleh suatu institusi, departemen atau kementrian

suatu Negara sedangkan pendidikan non formal adalah pengetahuan yang di

peroleh dari kehidupan sehari-hari dari berbagai pengalaman baik yang di alami

atau di pelajari dari orang lain.

Dalam dunia Pendidikan pemberian informasi digarap oleh program

bimbingan dan konseling, bimbingan dan konseling merupakan bagian integral

dari proses pendidikan dan memiliki kontribusi terhadap keberhasilan atas proses
pendidikan di sekolah, hal ini berarti proses pendidikan dan pembelajaran di

sekolah tidak akan memperoleh hasil yang optimal tanpa dukungan layanan

bimbingan dan konseling. Untuk itu kegiatan bimbingan dan konseling harus

dilaksanakan oleh seorang yang profesional.

Dalam bimbingan dan konseling memiliki beberapa pendekatan

diantaranya ialah, pendektan psikoanalisis, pendekatan clint-centered, pendekatan

gestalt, pendekatan behavioristik, pendekatan krisis, pendekatan remedial,

pendekatan preventif, pendekatan perkembangan, pendekatan belajar, pendekatan

tradisional, pendekatan development, pendekatan keluarga, pendekatan emotif,

pendekatan fitrah, dan pendekatan scientific. Dan dalam penelitian ini peneliti

menggunkan pendekatan behavioristik.

Pendekatan behavioristik adalah sikap atau tingkah laku seseorang dalam

kehidupan sehari-hari, sikap dan tingkah laku seseorang dapat dibentuk dari latar

belakang keluarga, pendidikan, media yang kita konsumsi namun behavior juga

merupakan ekspresi dari karakter seseorang, dan behavior therapy yaitu

psikoterapi yang berusaha mengubah pola perilaku abnormal atau maladatif

dengan menggunakan proses operant conditionin. Jadi semua gangguan perilaku

diasumsikan merupakan akibat dan kontingensi yang kurang menguntungkan

dalam kehidupan individu. Pada dasarnya, terapi tingkah laku diarahkan pada

tujuan-tujuan alam memperoleh tingkah laku baru. Penghapusan tingkah laku

maladaptive, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang

diinginkan.
Para ahli mendefinisikan layanan bimbingan itu dengan cara yang

bervariasi, namun selalu menunjukan kepada hakikat, tujuan dan prosedur yang

serupa, yang secara ringkasnya dapat dijelaskan. Pertama, Layanan bimbingan

(guidance services) merupakan bantuan yang di berikan kepada individu. Kedua,

layanan bimbingan bertujuan agar yang bersangkutan dapat mencapai tarap

perkembangan dan kebahagian secara optimal. Ketiga, dengan layanan bimbingan

kita dapat menjalani proses pengenalan, pemahaman, penerimaan, pengarahan,

perwujudan, serta penyesuaian diri baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap

lingkunganya. Layanan bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian

bantuan yang di berikan kepada siswa secara terus-menerus agar tercapai

kemandirian dalam pemahaman diri, sehingga siswa sanggup mengarahkan

dirinya sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan

masyarakat. Dengan adanya bimbingan dan konseling di harapkan dapat

memberikan solusi bagi peserta didik di sekolah. Agar peserta didik menjadi lebih

baik dari segi perilakunya. Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian

integral dari pendidikan di Indonesia dalam upaya membantu siswa agar mencapai

perkembangan yang optimal, sesuai dengan potensinya.

Dalam bimbingan konseling memiliki beberapa jenis layanan layanan

yaitu layanan orientasi, layanan informasi,layanan penempatan dan penyaluran,

layanan penguasaan konten, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan

kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, layanan mediasi, dan

layanan advokasi. Agar setiap layanan bimbingan konseling tersebut dapat

mencapai tujuannya dengan baik, maka dapat dilaksanakan dengan rutin sesuai
kebutuhan siswa. Dan untuk penelitian saya menggunakan salah satu layanan

yaitu layanan konseling individual.

Layanan konseling individual adalah layanan yang diselenggarakan oleh

seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah

pribadi klien. Dalam konseling individual. Pemberian bantuan dilakukan secara

face to face relationship antara konselor dengan konseli. Dalam konseling ini teori

digunakan adalah konseling berpusat pada person yaitu yang memandang klien

sebagai partner dan perlu adanya keserasian pengalan baik pada klien maupun

konselor dan keduanya perlu mengemukakan pengalamannya pada saat hubungan

konseling berlangsung. Secara ideal konseling yang berpusat pada person tidak

terbatas oleh tercapainya pribadi yang kongruensi saja. Dalam layanan konseling

individu konselor memberikan ruangan dan suasana yang memungkinkan klien

membuka diri setransparan mungkin.

Menurut Hurlock (edV:208), istilah adolescence atau remaja berasal dari

kata latin odolescene yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja

mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan

sesudahnya, masa remaja sebagai masa pencari identitas, yaitu penyesuaian diri

dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting bagi remaja dari pada

individualitas, dan apabila tidak menyesuaikan kelompok maka remaja tersebut

akan terusir dari kelompoknya.

Menurut James W. Van Der Zeden Perilaku menyimpang adalah perilaku

yang oleh sejumlah besar orang di anggap sebagai hal yang tercela dan di luar
batas toleransi. Sedangkan menurut Paul B. Horton penyimpangan sosial adalah

setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma

kelompok atau masyarakat.

Di sekolah SMP HARAPAN MEKAR Kelas IX penyimpangan perilaku

masih sering terjadi terutama di kelas IX sebagian kecil dari mereka masih sering

melakukan perilaku menyimpang seperti “Ngelem” (Inhalansia).

Menurut Badan Narkotika Nasional (2004), Narkoba di bagi menjadi 3

jenis, salah satunya adalah jenis adiktif lainya seperti lem. Penyalagunaan lem

merupakan bentuk perilaku menyimpang. Lem yang merupakan bahan untuk

perekat suatu benda, di salahgunakan oleh siswa untuk perbuatan yang melanggar

norma dan nilai tertentu. Menghisap lem adalah menghirup uap yang ada dalam

kandungan lem tujuanya untuk mendapatkan sensasi tersendiri ini sangat

berdampak buruk bagi siswa karena “Ngelem atau Inhalansia “dapat

menyebabkan siswa pusing, halusinasi ringan mual, muntah ganguan paru bahkan

liver dan jantuh hingga mencapai kematian.

Ngelem merupakan perilaku menghirup uap lem atau zat sejenisnya yang

terdapat dalam kandungan lem dengan tujuannya mendapatkan sensai “high” atau

mabuk. Untuk mendapatkan kenikmatan sesaat dari lem atau inhalansia ini

berbagi cara dapat dilakukan oleh pecandunya seperti menghirup langsung

(sniffing) dari kotak lem, menyemprotkan ke hidung atau mulut.

Peneliti mendapatkan informasi dari guru BK ada seorang siswa yang

memiliki perilaku menyimpang yaitu sering memakai narkoba jenis ngelem

(inhalansia) peserta didik yang mengkonsumsi ngelem tersebut duduk di kelas IX.
Setelah peneliti mengobservasi di SMP HARAPAN MEKAR ada peserta

didik yang menggunakan narkoba jenis ngelem (inhalansia) perilaku peserta didik

yang mengkonsumsi tersebut sangat berbeda dengan teman yang lainnya. Peserta

didik tersebut lebih agresif, bergembira berlebihan dan ketika waktu belajar

peserta didik tersebut mudah lelah dan sering tertidur dan siswa tersebut sering

membuat masalah kepada teman-temannya.

Berdasarkan latar belakang fenomena dilapangan, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian di SMP HARAPAN MEKAR, dengan judul penelitian :

“Pendekatan Konseling Behavior Therapy Untuk Mengurangi Kebiasaan

Ngelem Pada Siswa Kelas IX SMP HARAPAN MEKAR Tahun Ajaran

2017/2018”.

B. Identifikasi Masalah

Persoalan yang mengitari penelitian ini dapat di identifikasi sebagai

berikut:

a. Kurangnya jumlah guru bimbingan konseling di sekolah dibandingkan

banyaknya jumlah siswa disekolah

b. Kurangnya upaya guru bimbingan dan konseling dalam memperhatikan

kegiatan siswa

c. Kurangnya perhatian orang tua yang mengakibatkan siswa berperilaku

menyimpang (ngelem)
d. Kurangnya kesadaran siswa terhadap konsekuensi jangka panjang dari

aktifitas ngelem yang berdampak pada kesehatan fisik, psikologi dan

ekonomi.

e. Kurangnya mengontrol diri sehingga mudah terpengaruh dari teman

(pergaulan)

C. Batasan Masalah

Karena banyaknya persoalan-persoalan yang mengitari kajian ini, maka

penulis membatasi masalah yang akan diteliti dengan Menggunakan Layanan

Konseling Individual Pada Siswa Kelas IX SMP HARAPAN MEKAR Tahun

Ajaran 2017/2018”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan dalam

penelitian ini yaitu “Bagaimana Pendekatan Konseling Behavior Therapy dengan

Layanan Konseling Individual untuk mengurangi kebiasaan ngelem Pada Siswa

Kelas IX SMP HARAPAN MEKAR Tahun Ajaran 2017/2018?”.

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah disebutkan diatas , maka tujuan dari

penelitian ini adalah “Untuk Mengembangkan Pendekatan Konseling Behavior

Therapy Untuk Mengurangi Kebiasaan ngelem Pada Siswa Kelas IX SMP

HARAPAN MEKAR Tahun Ajaran 2017/2018”.


F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak,

diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rujukan, refrensi ataupun

sumbangan ilmiah untuk memperluas dan meningkatkan kualitas ilmu pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi :

a. Bagi penulis, sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu

(S1) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan dan

Konseling Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

b. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan informasi tentang pentingnya

konseling behavior therapy untuk menghilangkan kebiasaan ngelem pada

siswa

c. Bagi siswa, sebagai bahan masukan informasi akan konseling behavior

therapy untuk menghilangkan kebiasaan ngelem pada siswa


BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Kerangka Teoritis

1. Pendekatan Konseling Behavior Therapy

Dalam bimbingan dan konseling memiliki beberapa pendekatan diantaranya

ialah, pendektan psikoanalisis, pendekatan clint-centered, pendekatan gestalt,

pendekatan behavioristik, pendekatan krisis, pendekatan remedial, pendekatan

preventif, pendekatan perkembangan, pendekatan belajar, pendekatan tradisonal,

pendekatan development, pendekatan keluarga, pendekatan emotif, pendekatan

fitrah, dan pendekatan scientific. Dan dalam penelitian ini peneliti menggunkan

pendekatan behavioristik.

1.1 PengertianPendekatan Konseling Behavior Terapy

Menurut willis (2009 : 67) “terapy tingkahlaku bersasal dari dua konsep

yang di tuangkan oleh Ivan Pavlov dan B.F.Skiner. tetapi latipun (2009 : 67)

menambahkan nama J.B.Watson setelah Pavlov dan B.F.Skiner sebagai tokoh

yang mengembangkan dan menyempurnakan prinsip-prinsip behavioristik”.

Pendiri behavioristik sendiri adalah J.B.Watson yang mengesampingkan

nilai kesadaran dan unsure positif manusia laninya.

Adapun aspek penting dari terapy behabioristik adalah bahwa perilaku

dapat di devinisikan secara oprasional, diamati, dan di ukur. Parah ahli

behavioristik memandang bahwa gangguan tingkah laku adalah akibat dari proses

belajar yang salah.


Menurut Corey (2013: 198) menyebutkan ciri khas terapy behavioristik

sebagai berikut:

a. Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik

b. Cermat dan jelas dalam menguraikan tritmen

c. Perumusan prosedur tritmen di lakukan secara spesifik dan sesuai dengan

masalah klien

d. Penapsiran hasil-hasil terapy di lakukan secara objektif

Glandding (di kutip dari Lesmana, 2005) mengatakan bahwa terapy

behavioritik mengatakan pilihan utama bagi konselor untuk menangani klien yang

menghadapi masalah sepesifik seperti gangguan makan, penyalagunaan obat, dan

disfungsi fisikoseksual. Selain itu,juga dapat digunakan untuk klien dengan

gangguan yang dihubungakan dengan kecemasan, stres, arsertifitas, dan menjalin

interaksi sosial.

Menurut Roberd Gibson “(2011: 192 )” Pendekatan behavioral di


kembangkan secara sistematis prinsip-prinsipnya di sempurnakan sehingga
teori ini bisa menjadi populer seperti sekrang. Kaum behavioristik melihat
perilaku sebagai perangkat sebuah respon yang di pelajari terhadap
pelajarn, pengalan,peristiwa atau stimulus dalam hidup seseorang”.
Berdasarkan uraian di atas behavior adalahteknik konseling yang

menekankan aspek pemikiran individu mengenai tindakan untuk membantu

mengambil langka yang jelas dan bertujuan mengajak individu untuk belajar

mengubah perilaku, berfikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang

tepat. dalam mengubah tingkah laku individu sebab tingkah laku manusia dapat di

pelajari dan tingkah laku lama dapat di ubah dengan tingkah laku baru.
1.2Pandangan Tentang Sifat Manusia

Pendekatan behavior di dasarkan pada pandangan ilmia tentang tingkah laku

manusia yang menekankan pada pentingnya pendekatan sistematik dan struktur

pada konseling, pendekatan behavior berpandangan bahwa setiap tingkah laku

lama dapat diganti dengan tingkah laku baru. Manusia mampu melakukan repleksi

atas tingkah lakunya sendiri, dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan

dapat belajar tingkah lakunya baru atau dapat mempengaruhi orang lain.

W.S Winkel dan Sri Hastuti (2004:420) konseling behavior berpengaruh


pada beberapa keyakinan tentang mertabat manusia yangs sebagian
bersifat falsafah dan sebagian lagi bercocok psikologi yaitu: 1) manusia
pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, tepat ata salah, berdsarkan
bekal keturunan dan lingkungan, terbentuknya aneka pola tingkah laku
yang terjadi sutu cirri khas pada kepribadiannya . 2) manusia mampu
untuk berefleksi atas tingakah lakunya sendiri, merangkap apa yang
dilakukannya, dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri. 3)
manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri tingkah laku
yang baru melalui proses belajar. Kalau pola yang lama dahulu dibentuk
melalui belajar, pola itu dapat pula diganti melalui usaha belaar yang baru.
4) manusia dapat mempengaruhi peirilaku orang lain dan dirinya
sendiripun dipengaruhi oleh orang lain.
Pandangan pada behavioris tentang manusia sering kali di distrorisi oleh
penguraian yang terlampau menyederhanakan tentang individu sebagai
bidak nasib yang tak berdaya yang semata-mata ditentukan oleh pengaruh
lingkungan dan keturunan. Menurut B.F Skinner (dalam Gerald
Corey:2013:195) “menyebutkan bahwa para behaviorist radikal
menekankan manusia sebagai kendali oleh kondisi-kondisi lingkungan”.
Pendirian deterministic mereka yang kuat berkaitan erat dengan komitmen
terhadap pencarian pola-pola perilaku yang diamati. Mereka menjabarkan
melalalui spesifik sebagai factor yang dapat diamati yang dipengaruhi
belajar seta membuat argument bahwa manusia dikedalikan oleh kekuatan-
kekuatan eksternal.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa behaviorisme

radikal menekankan manusia sebagai dikndalikan kondisi-kondisi lingkungan.

Melalui rincian spesifik berbagai factor yang dapat diamati untuk mempengaruhi
belajar serta memnbuat argument bahwa manusia dikendalikan oleh kekuatan-

kekuatan eksternal.

1.3 Tujuan Terapi Behavioristik

George dan kristiani (dikutip dari latipun, 2001) “mengatakan bahwa


konselor harus cermat dan jelas dalam menentukan tujuan konseling.
Kecermatan dalam menemukan tujuan akan membantu konselor
menemukan teknik dan prosedur perlakuan yang tepat sekaligus
mempermudah pada saat mengevaluasi tingkat keberhasilan konseling”.
Menurut Winkel dan Sri hastuti (2004:438-439) “ Menyatakan tujuan

konseling behavior adalah membantu konseli dalam membuat keputusan atas

alternative pilihan yang berkaitan dengan diinginkan.

Gerald Corey (2005:199) “ tujuan umum terapy tingkah laku atau behavior
adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar” dasar
alasannya ialah bahwa segena tingkah laku adalah dipelajari termasuk
tingkah laku yang maladaptive. Jika tingkah laku neoritik learnert, maka ia
bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri ata proses
penghapusan hasil belajar yang tidak adaptive dan pemberian pengalaman-
pengalamanbelajar yang didalamnya terdapat respon-respon yang layak, namun
belum dipelajari”.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendekatan behavior adalah bantuan yang

diberikan secara khusus pada seseorang yang berpilaku maladaptive atau

menyimpang, sehingga dirinya dapat berupaya untuk memperbaiki tingkah laku

agar sesuai dengan norma yang beralaku dilingkungan.

1.4 Peran dan Fungsi Konselor

“Konselor dalam behavioristik memegang peranan aktif dan direkif dalam


pelaksanaan proses konseling dalam hal ini konselor harus mencari
pemecahan masalah klien. Fungsi utama konselor adalah bertindak sebagai
guru, pengarah, penasehat, konsultan, pemberian dukungan, fasilitator, dan
mendiagnosis tingkah laku maladaptive klien dan mengubahnya menjadi
tingkah laku adaktif” (Corey, 2009).
Menurut B.F Skinner (Gerald Corey 2013.202) “terapy tingkah laku secara

khas berfungsi sebagai guru, pengarah dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku

yang maladaptive dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang

diharapkan, mengarah pada tingkah laku yang baru.

Menurut Krasner (Gerald Corey 2013.202) “mengajuka argument bahwa

peran seorang terapy terlepas dari aliansi teoritis, sesungguhnya adalah mesin

perkuatan. Adapun yang dilakukannya, terapis pada dasarnya terlihat dalam

penguatan-penguatan sosial baik yang posif maupun negative.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peran dan fungsi

konselor adalah sebagai model bagi klien menunjukkan bahwa sebagaian besar

proses belajar yang muncul melalui pengalaman langsung juga bisa diperoleh

melalui pengamatan terhadap tingkah laku orang lain.

1.5 Teknik Terapi Behavioristik

Lesmana (2005: 11) membagi teknik terapi behavioristik dalam dua bagian

yaitu :

1.5.1 Teknik – teknik Tingkah Laku Umum

a. Skedul penguatan adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien

ketika tingkah laku baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien.

Misalnya : klien yang mengalami kesulitan membaca akan diberikan

pujian secara terus – menerus bila berhasil membaca. Tetapi setelah ia

dapat membaca, pemberian pujian harus dikurangi


b. Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah

laku baru secara bertahap. Konselor dapat membagi – bagi tingkah laku

yang ingin dicapai dalam beberapa unit, kemudian mempelajarinya

dalam unit – unit kecil.

c. Ekstingsi adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar

tingkah laku maladaptive tidak berulang. Ini didasarkan pada pandangan

bahwa individu tidak akan bersedia melakukan sesuatu apabila tidak

mendapatkan keuntungan.

1.5.2 Teknik – teknik Spesifik

a. Desensitiasi sistematik adalah teknik yang paling sering digunakan.

Teknik ini diarahkan kepada klien untuk menampilkan respon yang tidak

konsisten dengan kecemasan. Desensitiasi sistematik melibatkan teknik

relaksasi di mana klien diminta untuk meggambarkan situasi yang paling

menimbulkan kecemasan sampai titik dimana klien tidak merasa cemas.

b. Pelatihan asetivitas adalah teknik yang mengajarkan klien untuk

membedakan tingkah laku agresif, pasif dan asertif. Teknik ini dapat

membantu klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan atau

menegaskan diri di hadapan orang lain.

c. Time Out merupakan teknik averszif yang sangat ringan. Apabila tingkah

laku yang tidak diharapkan muncul, maka klien akan dipisahkan dari

penguatan positif. Time out akan lebih efektif bila dilakykan dalam

waktu singkat.
d. Implosion dan flooding. Teknik implosion mengarahkan klien untuk

membayangkan situasi stimulus yang mengancam secara berulang –

ulang. Sementara flooding, menurut Corey (2009) merupakan teknik

dimana terjadi pemunculan stimulus yang menghasilkan kecemasan

secara berulang – ulang tanpa pemberian penguatan.

2. Ngelem

2.1 Pengertian Ngelem

Weni Rahayu (2009 : 11) Ngelem adalah zat adaktif yang disalahgunakan
dengan cara dihirup melalui hidung. Cara penggunaan seperi ini disebut
inhalansia masyarakat awam meneyebutnya dengan istilah ngelem.
Inhalansia biasanya dilepaskan kedalam paru-paru dengan menggunakan
suatu tabung atau alat bantu lainnya. Inhalansia biasanya digunakan dalam
produk-produk untuk keperluan sehari-hari. Cara mendapatkannya cukup
mudah karena dijual secara legal dengan harga yang tidak mahal.oleh
sebab itu jenis ini banyak digunakan oleh kalangan sosial ekonomi rendah.
Umumnya digunakan oleh anak dibawah umur.

Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulakan bahwa Ngelem adalah

zat yang berbahaya yang di salahgunakan dengan cara di hirup melalui hidung

dengan menggunakan plastik.

2.2 Jenis-jenis Ngelem (Inhalansia)

Menurut Weni Rahayu (2009 :12) Zat inhalansia (Ngelem) dapat

dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu:

1. Volatile solven

Banyak digunakan pada bahan bakar dan cat seperti gas, korek gas, cat

premik, lem, tinner, semir sepatu, semen karet, spidol, pembersih senapan,
pernis, pengapus noda, propane, cat kuku, pengapus cat kuku, dan cairan

pembersih.

2. Aerosol

Banyak ditemukan dalam alat-alat keperluan rumah tangga, seperti

haispray, deodorant, semprot, penyegar rungan, preon, pembersih computer,

dan asthma inhaler.

3. Nitrite

Memiliki nama jalanan seperti popper dan snaper, awalnya zat

digunakan sebagai resep untuk penyakit jantung, namun kemudian juga dijual

sebagai pengharum ruangan dan obat perangsang. Bahkan sekarang banyak

dijual dalam botol kecil dengan label head video, pengharum ruangan,

pembersih kulit, cairan pengharum Anesthetic diantaranya adalah nitrous

oxide (N2O) yang biasa digunaan oleh dokter gigi. Dengan menghirup zat

inhalansia orang akan mendapat kesenangan sesat namun bahaya dapat

berlangsung sepanjang hayat.

2.3 Dampak Perilaku Ngelem

Ngelem akan mengalami gangguan mental dan perilaku sebagai akibat

terganggunya system neorotrasmiter pada susunan saraf di otak. Gangguan pada

system neorotrasmiter tadi mengakibatkan teranggunya fungsi kognitif (alam

pikiran,alam perasaan/mood/emosi) dan psikomotor (perilaku.

Menurut (Wirman, 2007: 21-23) Orang yang mengkonsumsi lem akan

memperlihatkan perubahan-perubahan mental dan perilaku sebagai berikut:


1. Gejala Psikologi

a. Agistai Psikomotor. Yang bersagkutan berprilaku hiperaktif, tidak dapat

diam selalu bergerak.

b. Rasa gembira (elation). Yang bersangkutan dalam suasana gembira yang

berlebihan (euphoria) sering kali lepas kendali dan melakukan tindakan-

tindakan hal ini terjadi karna lem.

c. Harga diri meningkat (grandio).

d. Banyak bicara tau melantur

e. Kewaspadaan meningkat (Paranoid)

f. Halusinasi penglihatan (melihat sesuatu/bayangan yang sebenarnya tidak

ada)

2. Gejala Fisik

a. Jantung berdebar-debar (Palpitasi)

b. Pupil mata melebar

c. Tekanan darah menaik

d. Keringat berlebihan atau kedinginan

e. Mual dan muntah

f. Sakit kepala dan mimisan

g. Kerusakan saraf yang memicu hilangnya kemampuan mencium bau dan

mendengar suara

h. Toksis pada hepar, otak, jantung dan ginjal

i. Cepat lelah

j. Kulit membiru
k. Kematian mendadak jika sampai melewati batas ambang toleransi tubuh

3. Tingkah laku maladaptive seperti perkelahian, gangguan daya nilai realitas

gangguan dalam fungsi pergaulan dalam belajar

4. Gangguan dilusi (waham) amphetamine yang ditandai dengan gejala-gejala :

a. Wabah kearan yaitu ketakutan yang tidak rasional (paranoid), yang

bersangkutan yakni bahwa dirinya terancam karena ada orang mengejar ingi

mencelakakan dirinya

b. Kecurigaan terhadap lingkungan sekitar yang menyangkut dirinya sendiri

(ideans of reference). Yang bersangkutan yakni bahwa pembicaraan orang

ataupun berita serta peristiwa yang diterjadi ditujukan terhadap dirinya.

c. Agresivitas an sikap bermusuhkan

Kecemasan dan kelegisahan

d. Agitasi psikomotor (tidak dapat diam, tidak dapat tenang dengan mudah

terpsovokasi)

2.4 Upaya Pencegahan Ngelem

2.4.1 Faktor kepribadian

Menurut (Wirman 2007: 35 ) orang dengan kepribadian dan konsisi

kejiwaan tertentu atau dengan kata lain kepribadian yang rawan (ponirable

personality), cenderung menggunakan inhalansia jenis zat tertentu pula dari pada

zat lainnya.
2.4.2 Faktor Keluarga

Wirman (2007 : 37) bahwa penyalahgunaan/ ketergantungan ngelem

seringberkaitan dengan kelainan system keluarga, yang dicerminakan

adanya(psikopatalogi) dari satu atau lebih anggota keluaraga.

Rutter (1980) “melakukan penelitian terhadap perkembangan anak yang


dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengalami disfungsi keluarga (tidak
kondusif). Dinyatakan bahwa anak tersebut mempunyai resiko menjadi anak
dengan gangguan kepribadian dan perilaku menyimpang yang lebih tinggi.
Apabila disbanding dengan anak yang diesarkan dalam keluarga tanpa disfungsi
(tidak kondusif)”.
2.4.3 Faktor Teman Sebaya

Menurut Wirman (2007: 40) terdapat penyalahgunaan ketergantungan

ngeem yang kambuh menyatakan bahwa mereka kembali bertemu dan bergaul.

Kondisi pergaulan sosial dalam lingkungan yang seperti ini merupakan kondisi

yang berkambu.

3. Layanan Konseling Individual

3.1 Pengertian Layanan Konseling Individual

Willis S. Sofyan (2007:18) Konseling adalah suaru proses yang terjadi

dalam hubungan seseorang dengan seseorang yaitu individu yang mengalami

masalah yang tak dapat diatasinya dengan seorang petugas profesional yang telah

memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu agar klien memecahkan

kesulitanya.

Hellen (2005:84) Konseling individual yaitu layanan bimbingan dan

konseling yang memungkinkan peserta didik atau konseli mendapatkan layanan


langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka

pembahasan pengentasan masalah pribadi yang di derita konseli.

Prayitno, Erman Amti (2004:105) Konseling individual adalah proses

pemberian bantuan yang dialakukan melalui wawancara konseling oleh seorang

ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien)

yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Konseling individual merupakan “jantung hatinya” pelayanan bimbingan

secara menyeluruh. Hal ini berarti apabila layanan konseling telah memberikan

jasanya, maka masalah konseli akan teratasi secara efektif dan upaya-upaya

bimbingan lainya tinggal mengikuti atau berperan sebagai pendamping. Implikasi

lain pengertian “ jantung hati” ialah apabila seorang konselor telah menguasai

dengan sebaik-baiknya apa, mengapa, dan bagaimana konseling itu.

Holipah(2014)Konseling individual adalah kunci semua kegiatan


bimbingan dan konseling. Karena jika menguasai teknik konseling
individual berarti akan mudah menjalankan proses konseling yang lain.
Proses konseling individu berpengaruh besar terhadap peningkatan klien
karena pada konseling individu konselor berusaha meningkatkan sikap
siswa dengan cara berinteraksi selama jangka waktu tertentu dengan cara
beratatap muka secara langsung untuk menghasilkan peningkatan-
peningkatan pada diri klien, baik cara berpikir, berperasaan, sikap, dan
perilaku.
Bimo Walgito (2005 : 24-25)Dasar dari pelaksanaan konseling di sekolah
tidak dapat terlepas dari dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan
di sekolah pada khususnya dan dasar dari pendidikan itu berbeda, dasar
dari pendidikan dan pengajaran di indonesia dapat dilihat sebagaimana
dalam UU. No. 12/1945 Bab III pasal 4 “pendidikan dan pengajaran
berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam pasal UUD Negara
Republik Indonesia dan atas kebudayaan Indonesia”.
3.2 Tujuan dan Fungsi Layanan Konseling Individual

Prayitno (2005 : 52 ) “Tujuan umum konseling individu adalah


membantu klien menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari
life style serta mengurangi penilaian negatif terhadap dirinya sendiri
serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dalam
mengoreksi presepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa
mengarahkan tingkah laku serta mengembangkan kembali minat
sosialnya. Lebih lanjut prayitno mengemukakan tujuan khusus
konseling individu dalam 5 hal. Yakni, fungsi pemahaman, fungsi
pengentasan, fungsi mengembangan atau pemeliharaan, fungsi
pencegahan, dan fungsi advokasi”.

Hibana Rahman S, (2003 : 85 )Menurut Gibson, Mitchell dan Basile ada

sembilan tujuan dari konseling perorangan, yakni :

1. Tujuan perkembangan yakni klien dibantu dalam proses pertumbuhan dan

perkembanganya serta mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi pada proses

tersebut (seperti perkembangan kehidupan sosial, pribadi,emosional, kognitif,

fisik, dan sebagainya).

2. Tujuan pencegahan yakni konselor membantu klien menghindari hasil-hasil

yang tidak diinginkan.

3. Tujuan perbaikan yakni konseli dibantu mengatasi dan menghilangkan

perkembangan yang tidak diinginkan.

4. Tujuan penyelidikan yakni menguji kelayakan tujuan untuk memeriksa pilihan-

pilihan, pengetesan keterampilan, dan mencoba aktivitas baru dan sebagainya.

5. Tujuan penguatan yakni membantu konseli untuk menyadari apa yang

dilakukan, difikirkan, dan dirasakan sudah baik

6. Tujuan kognitif yakni menghasilkan fondasi dasar pembelajaran dan

keterampilan kognitif.
7. Tujuan fisiologis yakni menghasilkan pemahaman dasar dan kebiasaan untuk

hidup sehat.

8. Tujuan psikologis yakni membantu mengembangkan keterampilan sosial yang

baik, belajar mengontrol emosi, dan mengembangkan konsep diri positif dan

sebagainya.

3.3 Proses Layanan Konseling Individu

Willis S. Sofyan (2007 : 50 )Proses konseling terlaksana karena hubungan

konseling berjalan dengan baik. Menurut Brammer (1979) proses konseling

adalah peristiwa yang telah berlangsung dan memberi makna bagi peserta

konseling tersebut (konselor dan klien).

Willis S. Sofyan (2007:50) “Setiap tahapan proses konseling individu


membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus. Namun keterampilan-
keterampilan itu bukanlah yang utama jika hubungan konseling individu
tidak mencapai raport. Dengan demikian proses konseling individu ini
tidak dirasakan oleh peserta konseling (konselor klien) sebagai hal yang
menjemukan. Akibatnya keterlibatan mereka dalam proses konseling sejak
awal hingga akhir dirasakan sangat bermakna dan berguna.Secara umum
proses konseling individu dibagi atas tiga tahapan” :
Menurut Tohirin (2007 : 164) :

1. Tahap awal konseling

Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor hingga berjalan proses

konseling sampai konselor dan klien menemukan definisi masalah klien

atas dasar isu, kepedulian, atau masalah klien. Adapun proses konseling

tahap awal sebagai berikut :

a. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien,hubungan

konseling bermakna ialah jika klien terlibat berdiskusi dengan konselor.


Hubungan tersebut dinamakan a working realitionship, yakni hubungan

yang berfungsi, bermakna,dan berguna. Keberhasilan proses konseling

individu amat ditentukan oleh keberhasilan pada tahap awal ini. Kunci

keberhasilan terletak pada: (pertama) keterbukaan konselor. (kedua)

keterbukaan klien, artinya dia dengan jujur mengungkapkan isi hati,

perasaan, harapan, dan sebagainya. Namun, keterbukaan ditentukan oleh

faktor konselor yakni dapat dipercayai klien karena dia tidak berpura-

pura, akan tetapi jujur, asli, mengerti, dan menghargai. (ketiga) konselor

mampu melibatkan klien terus menerus dalam proses konseling. Karena

dengan demikian, maka proses konseling individu akan lancar dan segera

dapat mencapai tujuan konseling individu.

b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah

Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik dimana klien telah

melibatkan diri, berarti kerjasama antara konselor dengan klien akan

dapat mengangkat isu, kepedulian, atau masalah yang ada pada klien.

Sering klien tidak begitu mudah menjelaskan masalahnya, walaupun

mungkin dia hanya mengetahui gejala-gejala yang dialaminya. Karena itu

amatlah penting peran konselor untuk membantu memperjelas masalah

klien. Demikian pula klien tidak memahami potensi apa yang

dimilikinya., maka tugas konselor lah untuk membantu mengembangkan

potensi, memperjelas masalah, dan membantu mendefinisikan

masalahnya bersama-sama.
c. Membuat penafsiran dan penjajakan

Konselor berusaha menjajaki atau menaksir kemungkinan

mengembangkan isu atau masalah, dan merancang bantuan yang

mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien,

dan di prosesmenentukan berbagai alternatif yang sesuai bagi antisipasi

masalah.

d. Menegosiasikan kontrak

Kontrak artinya perjanjian antara konselor dengan klien. Hal itu berisi :

(1) kontrak waktu, artinya berapa lama diinginkan waktu pertemuan oleh

klien dan apakah konselor tidak keberatan. Kontrak tugas, artinya

konselor apakonselor. Artinya mengandung makna bahwa konseling

adalah urusan yang saling ditunjak, dan bukan pekerjaan konselor

sebagai ahli. Disamping itu juga mengandung makna tanggung jawab

klien, dan ajakan untuk kerja sama dalam proses konseling.

2. Tahap Pertengahan ( Tahap Kerja )

Berangkat dari definisi masalah klien yang disepakati pada tahap awal,

kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada : (1) penjelajahan masalah klien;

(2) bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang

telah dijelajah tentang masalah klien.

Menilai kembali masalah klien akan membantu klien memperolah prespektif

baru, alternatif baru, yang mungkin berbeda dari sebelumnya, dalam rangka

mengambil keputusan dan tindakan. Dengan adanya prespektif baru, berarti ada
dinamika pada diri klien menuju perubahan. Tanpa prespektif maka klien sulit

untuk berubah. Adapun tujuan-tujuan dari tahap pertengahan ini yaitu :

a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu, dan kepedulian klien lebih

jauh. Dengan penjelajahan ini, konselor berusaha agar klienya mempunyai

prespektif dan alternatif baru terhadap masalahnya. Konselor mengadakan

reassesment (penilaian kembali) dengan melibatkan klien, artinya masalah itu

dinilai bersama-sama. Jika klien bersemangat, berarti dia sudah begitu terlibat

dan terbuka. Dia akan melihat masalahnya dari prepektif atau pandangan

yang lain yang lebih objektif dan mungkin pula berbagai alternatif.

b. Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara

Hal ini bisa terjadi jika : pertama, klien merasa senang terlibat dalam

pembicaraan atau wawancara konseling, serta menampakkan kebutuhan

untuk mengembangkan potensi diri dan memecahkan masalahnya. Kedua,

konselor berupaya kreatif dengan keterampilan yang bervariasi, serta

memelihara keramahan, empati, kejujuran, keikhlasan dalam memberi

bantuan. Kreativitas konselor dituntut pula untuk membantu klien

menemukan berbagai alternatif sebagai upaya untuk menyusun rencana bagi

penyelesaian masalah dan pengembangan diri.

c. Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak

Kontrak dinegoisasikan agar betul-betul memperlancar proses konseling.

Karena itu konselor dan klien agar selalu menjaga perjanjian dan selalu

mengingat dalam pikirannya. Pada tahap pertengahan konseling ada lagi

beberapa strategi yang perlu digunakan konselor yaitu: pertama,


mengkomunikasikan nilai-nilai inti, yakni agar klien selalu jujur dan terbuka,

dan menggali lebih dalam masalahnya. Karena kondisi sudah amat kondusif,

maka klien sudah merasa aman, dekat, terundang dan tertantang untuk

memecahkan masalahnya. Kedua, menantang klien sehingga dia mempunyai

strategi baru dan rencana baru, melalui pilihan dari beberapa alternatif, untuk

meningkatkan dirinya.

3. Tahap Akhir Konseling ( Tahap Tindakan )

Pada tahap akhir konseling ditandai beberapa hal yaitu :

a. Menurunya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor

menanyakan keadaan kecemasanya.

b. Adanya perubahan perilaku lien kearah yang lebih positif, sehat, dan

dinamis.

c. Terjadinya perubahan sikap positif, yaitu mulai dapat mengoreksi diri dan

meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua,

guru, teman, keadaan tidak menguntungkan dan sebagainya. Jadi klien

sudah berfikir realistik dan percaya diri.

Tujuan-tujuan tahap akhir adalah sebagai berikut :

a. Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadahi Klien dapat

melakukan keputusan tersebut karena dia sejak awal sudah menciptakan

berbagai alternatif dan mendiskusikanya dengan konselor, lalu dia

putuskan alternatif mana yang terbaik. Pertimbangan keputusan itu

tentunya berdasarkan kondisi objektif yang ada pada diri dan di luar diri.
Saat ini dia sudah berpikir realistik dan dia tahu keputusan yang mungkin

dapat dilaksanakan sesuai tujuan utama yang ia inginkan.

b. Terjadinya transfer of learning pada diri klien

Klien belajar dari proses konseling mengenai perilakunya dan hal-hal yang

membuatnya terbuka untuk mengubah perilakunya diluar proses

konseling. Artinya, klien mengambil makna dari hubungan konseling

untuk kebutuhan akan suatu perubahan.

c. Melaksanakan perubahan perilaku

Pada akhir konseling klien sadar akan perubahan sikap dan perilakunya.

Sebab ia datang minta bantuan adalah atas kesadaran akan perlunya

perubahan pada dirinya.

d. Mengakhiri hubungan konseling

Mengakhiri konseling harus atas persetujuan klien. Sebelum ditutup ada

beberapa tugas klien yaitu : pertama, membuat kesimpulan-

kesimpulanmengenai hasil proses konseling; kedua, mengevaluasi jalanya

proses konseling; ketiga, membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

4. Beberapa indikator keberhasilan konseling adalah :

a. Menurunya kecemasan klien

b. Mempunyai rencana hidup yang praktis,pragmatis, dan berguna

c. Harus ada perjanjian kapan rencananya akan dilaksanakan sehingga pada

pertemuan berikutnya konselor sudah berhasil mengecek hasil rencananya.

Mengenai evaluasi, terdiri dari beberapa hal yaitu :

a. Klien menilai rencana perilaku yang akan dibuatnya


b. Klien menilai perubahan perilaku yang telah terjadi pada dirinya

c. Klien menilai proses dan tujuan konseling.

5. Kegiatan Pendukung Konseling Individu

Menurut Tohirin (2007, 164) Sebagaimana layanan-layanan lain, konseling

individu juga memerlukan kegiatan pendukung. Adapun kegiatan-kegiatan

pendukung layanan konseling individu adalah : aplikasi instrumentasi, himpunan

data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus

Pertama, aplikasi instrumentasi. Dalam layanan konseling individu, hasil

instrumentasi baik berupa tes maupun non tes dapat digunakan secara langsung

maupun tidak langsung dalam layanan. Hasil tes, hasil ujian, hasil AUM (Alat

Ungkap Masalah), sosiometri, angket dan lain sebagainya dapat dijadiakan konten

(isi) yang diwacanakan dalam proses layanan konseling individu.

Kedua, himpunan data. Seperti halnya hasil instrumentasi, data yang

tercantum dalam himpunan data selain dapat dijadikan pertimbangan untuk

memanggil siswa juga dapat dijadikan konten yang diwacanakan dalam layanan

konseling individu. Selanjutnya, data proses dan hasil layanan harus

didokumentasikan di dalam himpunan data.

Ketiga, konferensi kasus. Seperti dalam layanan-layanan yang lain,

konferensi kasus bertujuan untuk memperoleh data tambahan tentang klien untuk

memperoleh dukungan serta kerja sama dari berbagai pihak terutama pihak yang

diundang dalam konferensi kasus untuk pengentasan masalah klien. Konferensi

kasus bisa dilaksanakan sebelum dan sesudah dilaksanakanya layanan konseling

individu. Pelaksanaan konferensi kasus setelah layanan konseling individu


dilakukan untuk tindak lanjut layanan. Kapanpun konferensi kasus dilaksanakan,

rahasia pribadi klien harus tetap terjaga dengan ketat.

Keempat, kunjungan rumah. Bertujuan untuk memperoleh data tambahan

tambahan tentang klien. Selain itu juga untuk memperoleh dukungan dan kerja

sama dari orang tua dalam rangka mengentaskan masalah klien. Kunjungan rumah

juga bisa dilaksanakan sebelum dan sesudah layanan konseling individu.

Kelima, alih tangan kasus. Tidak semua masalah yang dialami individu

menjadi kewenangan konselor.

B. Kerangka Konseptual

Pendekatan konseling behavior terapy suatu teknik konseling yang

menekankan aspek pemikiran individu mengenai tindakan untuk membantu

mengambil langka yang jelas dan bertujuan mengajak individu untuk belajar

mengubah perilaku, berfikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang

tepat. dalam mengubah tingkah laku individu sebab tingkah laku manusia dapat di

pelajari dan tingkah laku lama dapat di ubah dengan tingkah laku baru.

Siswa diarahkan agar yakin terhadap kemampuanya mengatur dan

melaksanakan tindakan untuk mengendalikan kebiasaan Ngelem dimana individu

yakin mampu untuk menghadapi segala tantangan untuk berhenti Ngelem dan

mampu memprediksi seberapa besar usaha yang di butuhkan untuk dapat berhenti

Ngelem.

Dalam kehidupan di sekolah, lingkungan kususnya teman sebaya sangat

berpengaruh besar terhadap perilaku siswa, pergeseran nilai-nilai kehidupan yang

sedemikian rupa menjadi perilaku Ngelem sudah menjadi hal yang biasa di
kalangan siswa. Disinilah, pemahaman siswa sangat berperan penting dalam

mengontrol pikiran, perasaan dan perilakunya untuk dapat bersikap positif

terhadap perilaku berhenti Ngelem dan memilih hal-hal yang sesuai dengan

dirinya dan lingkunganya.

Dalam hal ini, peneliti akan akan melakukan proses bantuan kepada siswa

yang memiliki kebiasaan Ngelem untuk lebih mempertegas pentingnya keyakinan

diri untuk berhenti Ngelem, serta membantu siswa meningkatkan keyakinan diri

berhenti Ngelem baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Dengan

demikian siswa dapat lebih mengendalikan dan bersikap positif terhadap perilku

berhenti Ngelem.

Tabel 2.1

Kerangka Konseptual

RPL(RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN)

LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

KONSELING BEHAVIOR THERAPY

MENGURANGI KEBIASAAN NGELEM


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP HARAPAN MEKAR MEDAN yang

beralamat di Jl. Marelan Raya No. 77 . Telp/Fax : (061) 6854514 MEDAN 20255.

2. Waktu Penelitian

Adapun pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober

sampai februari, untuk lebih jelas tentang rincian waktu penelitian dapat di lihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1
Jadwal Waktu Penelitian
Okt Nov Des Jan Feb Mar
No Jenis Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan judul
2. Bimbingan
proposal
3. Seminar
proposal
4. Pengumpulan
Data Riset
5. Bimbingan
Skripsi
6. Sidang Meja
Hijau
B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian kualitatif adalah mereka para responden atau informan

yang dijadikan sebagai narasumber untuk menggali yang dibutukan peneliti.Maka

dalam penelitian ini di temukan subjek peneliti yaitu wali kelas dan guru

bimbingan konseling yang dapat memberikan saran serta informasi mengenai

siswa yang mengalami kebiasaan Ngelem di SMP HARAPAN MEKAR

MEDAN.

Tabel 3.2 Subjek Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa


1 IX A 40
2 IX B 38
3 IX C 35
4 IX D 35

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang

tujuanya untuk menganalisis fenomena atau kejadian, maka pengambilan

samplenya dengan hasil wawancara guru BK dan Wali Kelas, dan siswa.. Menurut

Suharsini Arikunto (2009:15) “Objek penelitian yaitu sesuatu yang merupakan

inti dari problematika penelitian. Sedangkan benda, hal atau orang tempat data

untuk variable penelitian melekat dan di permasalahkan disebut objek”. Oleh

sebab itu peneliti mengabil 4 orang siswa dari kelas IX SMP HARAPAN
MEKAR MEDAN untuk menjadi sample atau objek dalam penelitian ini dengan

kriteria ciri-ciri siswa yang memiliki kebiasaan ngelem

Tabel 3.3 Objek Penelitian

No Kelas Jumlah Objek


1 IX C 4
Jumlah 4

C. Defenisi Operasional Variabel

Setelah mengidentifikasi variabel penelitian, maka dapat dirumuskan

definisi oprasional variabel penelitian sebagai berikut:

Pendekatan Konseling Behavior adalahteknik konseling yang menekankan

aspek pemikiran individu mengenai tindakan untuk membantu mengambil

langkah yang jelas dan bertujuan mengajak individu untuk belajar mengubah

perilaku, berfikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang tepat. dalam

mengubah tingkah laku individu sebab tingkah laku manusia dapat di pelajari dan

tingkah laku lama dapat di ubah dengan tingkah laku baru.

Ngelem adalah zat adaktif yang disalahgunakan dengan cara dihirup melalui

hidung. Cara penggunaan seperi ini disebut inhalansia masyarakat awam

meneyebutnya dengan istilah ngelem. Inhalansia biasanya dilepaskan kedalam

paru-paru dengan menggunakan suatu tabung atau alat bantu lainnya. Inhalansia

biasanya digunakan dalam produk-produk untuk keperluan sehari-hari. Cara

mendapatkannya cukup mudah karena dijual secara legal dengan harga yang tidak
mahal.oleh sebab itu jenis ini banyak digunakan oleh kalangan sosial ekonomi

rendah. Umumnya digunakan oleh anak dibawah umur.

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan penelitian ini digunakan alat

atau disebut juga sebagai instrumen dalam penelitian meliputi.

1. Observasi

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengobservasi siswa untuk melihat

permasalahan yang ada pada siswa. Pada kegiatan penelitian, peneliti

mengobservasi kegiatan siswa yang direkomendasikan menjadi sampel penelitian

guna mengetahui bagaimana kebiasaan ngelem siswa.

Menurut Sugiyono (2010:166) “Observasi sebagai teknik pengumpulan data

yang mempunyai ciri spesifik bila dibandingkandengan teknik yang lain, yaitu

wawancara dengan pertanyaan secara tertulis”.Dalam penelitian ini yang akan

diobservasi adalah siswa kelas IX C Medan. Adapun pedoman observasi yang

digunakan sebagai berikut.


Tabel 3.4
Pedoman Observasi di SMP HARAPAN MEKAR Medan
Tahun Pelajarn 2017/2018
Observasi :

Kelas :

Tempat Observasi :

Hal yang diobservasi :

Indikator Jawaban

No
Ya Tidak

1. Tingkahlaku siswa yang tidak bisa

diam dan selalu bergerak

2. Apakah siswa mampu menyerap

pelajaran dengan baik

3. Siswa banyak bicara dan ngelantur

4. Siswa sering berhalusinasi

5 Siswa mudah lelah dan gampang

terpancing emosi

6. Siswa selalu berkeringat berlebihan

bahkan kediginan

7 Apakah sering terjadi perkelahian

di dalam kelas baik saat

pembelajaran berlangsung atau

sebaliknya
2. Wawancara

Peneliti mewawancara pihak-pihak yang berkompeten yang dianggap

mampu memberikan gambaran dan informasi yang digunakan untuk menjawab

permasalahan yang ada didalam penelitian adalah guru bimbingan konseling dan

siswa kelas IX C SMP HARAPAN MEKAR MEDAN.

Menurut Sugiyono (2010:157) “Wawancara digunakan sebaga teknik

pengumpula data apabila ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

masalah yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal

dari responden yang lebih mendalam dan juga responden sedikit atau kecil”.

Dalam penelitian ini yang akan diwawancarai oleh peneliti adalah Guru

Bimbingan dan Konseling dan Siswa Kelas IX C SMP HARAPAN MEKAR

MEDAN. Adapun pedoman wawancara yang digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.5
Pedoman Wawancara Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah
SMP Harapan Mekar 1 Medan
Tahun Pelajaran 2017/2018
No Pertanyaan Hasil Wawancara

1 Sudah Berapa Lama Bapak

Bertugas Memberikan

Pengajaran Mengenai Bimbingan

dan Konseling di SMP Harapan

Mekar Medan ?
2 Apakah Latar Belakang Pendidikan

Yang Bapak Miliki danBerapa

Jumlah Siswa Bapak di SMP

Harapan Mekar Medan ?

3 Layanan Apa Saja Yang

Bapak Berikan Dalam

Kegiatan Bimbingan dan Konseling

diSMP Harapan Mekar Medan ?

4 Bagaimana Pelaksanaan

Kegiatan Bimbingan dan Konseling

Yang Bapak Lakukan di SMP

Harapan Mekar Medan ?

5 Apa Saja Tugas bapak Sebagai

Guru Bimbingan dan Konseling

diSekolah SMP Harapan Mekar

Medan?

6 Apakah Bapak Pernah

Melakukan Pendekatan Konseling

Behavior Therapy dengan

menggunakan Layanan Konseling

Individual di SMP Harapan Mekar


Medan?

7 Menurut bapak apa penyebab siswa

melakukan kebiasaan ngelem ?

8 Bagaimana Bapak Mengatasi

Permasalahan terhadap siswa

yang memiliki kebiasaan ngelem ?

9 Apakah Bapak melibatkan guru -

guru lain dalam mengatasi

masalah siswa yang memiliki

kebiasaan ngelem di sekolah SMP

Harapan Mekar Medan ?

Tabel 3.6
Pedoman Wawancara Siswa Kelas IX C SMP HARAPAN MEKAR
MEDAN Tahun Pelajaran 2017/2018
No Pertanyaan Hasil Wawancara

1 Apakah Ananda

MemahamiPengertian dan Fungsi

Bimbingandan Konseling ?

2 Apakah ananda tahu yang dimakud


dengan lem/ngelem ?

3 Apa yang mendasari ananda

memakai/menggunakan lem ?

4 Apa hanya karena factor itu ananda

memakai/menngunakan lem ?

5 Apakah keluarga ananda ada yang

menggunakan seperti yang ananda

konsumsi ?

6 Apa orangtua ananda mengetahui

bahwa ananda mengkonsumsi ini ?

7 Lalu apa tanggapan orangtua

ananda ?

Tabel 3.7
Pedoman Wawancara Wali Kelas SMP HARAPAN MEKAR
MEDAN Tahun Pelajaran 2017/2018
No Pertanyaan Hasil Wawancara

1 Adakah Keterlibatan Wali

Kelas Dalam Pelaksanaan

Program Bimbingan dan

Konseling ?

2 Bagaimana Kerja Sama


Yang Dilakukan Antara Wali

Kelas Dengan Guru BK di

Sekolah ?

3 Bagaimana Usaha Wali

Kelas Agar Pelaksanaan

Program Bimbingan dan

Konseling Dapat Berjalan Lancar

4 Bagaimana Respon Siswa Dalam

Mengikuti Proses Pembelajaran ?

5 Bagaimana Tingkah Laku

SiswaKetika Mengikuti Proses

Pembelajaran di Dalam

Kelas Maupun Pada Saat Jam

Istirahat di Sekolah ?

6 Bagaimana Cara Wali

Kelas Dalam Mengatasi Siswa

Yang Memiliki Kebiasaan ngelem

terrsebut ?

7 Bagaimana Pola Interaksi Siswa

dengan Guru - Guru di SMP


Harapan Mekar Medan ?

8 Bagaimana Pola Interaksi

Antar Siswa di SMP Harapan

Mekar Medan?

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah kumpulan dari dokumen-dokumen data yang

memberikan keterangan atau bukti yang berkaitan dengan proses pengumpulan

dan pengelolaan dokumen secara sistematis serta menyebarluaskan kepada

pemakai informasi tersebut. Dalam penelitian ini dokumentasinya iyalah hasil dari

wawancara.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian dalam melakukan penelitian. Dalam

penelitian kualitatif, analisis data dilaksanakan secara intensif sejak awal

pengumpulan data lapanagn sampai akhir data terkumpul semua. Analisis data

dipakai untuk memberikan arti dari kata-kata yang telah dikumpulkan.

Analisis data merupakan proses mengatur uruan data, mengorganisasikan

dalam suatu pola dan ukuran untuk dijadikan suatu kesimpulan. Jadi, analisis

berdasarkan pola data yang telah diperoleh dari penilaian yang sifatnya terbuka.

Menurut Sugiyono (2010:246) “Aktifitas dalam analisi data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas


sehingga datanya sudah jelas. Aktifitas dalam analisis data yaitu reduksi data, data

penyajian, data kesimpulan/verifikasi.

a. Mereduksi Data

Mereduksi data adalah proses pemilihan, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari pola dan temanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas

dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan

elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek

tertentu.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah proses pemberian sekumpulan informasi yang disusun

dan memungkinkan untuk penarikan kesimpulan. Jadi penyajian data ini

merupkan gambaran secara keseluruhan dari sekelompok data yang diperoleh agar

mudah dibaca secara menyeluruh.

c. Kesimpulan

Pada mulanya data berwujud dari kata-kata, tulisan dan tingkah

lakupembuatan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini diperoleh melalui

hasil observasi, wawancara dan studi dokumenteR, sebenarnya sudah dapat

memberikan kesimpulan secara sirkuler bersama reduksi dan penyajian, maka

kesimpulan merupakan konfigurasi yang utuh.


Data yang diperoleh melalui hasil wawancara di analisi dengan cara

mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal ini diberikan kode agar

sumber datanya tetap dapat ditelusuri. Sehingga diperoleh gambaran secara

lengkap apakah ada pengaruh pendekatan konseling behavior terapy untuk

menghilangkan kebiasaan Ngelem pada siswa kelas IX SMP HARAPAN

MEKAR MEDAN Tahun Pelajaran 2017/2018.


BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMP HARAPAN MEKAR MEDAN terletak di jalan Marelan Raya

NO.77 kec.Medan- Marelan kel. Renggas Pulau. Sekolah ini merupakan salah

satu kawasankondusif di Marelan, Sumatera Utara dikarenakan terletak di sekitar

lingkungan pendidikan (banyak sekolah-sekolah yang berdampingan)

1. Profil Sekolah

Nama Sekolah : SMP HARAPAN MEKAR MEDAN

Alamat Sekolah

Jalan dan Nomor : Jalan Marelan No.77

Pemerintahan Kota : Medan

Kecamatan : Medan Marelan

Desa/Kelurahan : Renggas Pulau

No. Telepon : 061-6841638

No. Statistik/NDS/NPSN : 204076011424/2007120316/10210039

Jenjang Akreditasi :A

Status Sekolah : Swasta

Penerbit SK : No. 2 Tahun1988

Tahun Didirikan : 1988

Tahun Beroperasi : 1988


2. Visi dan Misi SMP Harapan Mekar

a. Visi Sekolah

Berprestasi disertai Iman dan Taqwa

b. Misi Sekolah

1. Mewujudkan pemerataan dan perluasan layanan

2. Mewujudkan standar isi kurikulum

3. Mewujudkan standar proses pendidikan

4. Mewujudkan standar kelulusan

5. Mewujudkan standar tenaga pendidik

6. Mewujudkan standar sarana dan prasarana

7. Mewujudkan standar penilaian

8. Mewujudkan standar pembiayaan

3. Struktur Organisasi

Organisasi dapat diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok

fungsional yang terdiri dari sekelompok orang yang mana bekerja sama untuk

mencapai tujuan tertentu. Struktur organisasi ini sendiri mewujudkan kerangka

dan susunan perwujudan pola tetap hubungan antara fungsi, bagian ataupun

posisi, maupun orang yang mewujudkan kedudukan, tugas dan wewenang serta

tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi di sekolah.

Adapun struktur organisasi yang digunakan oleh Sekolah SMP

HARAPAN MEKAR MEDAN garis dan staff yang dibuat sesuai dengan keadaan

yang ada yang berkaitan dengan kebutuhan bagi kelanjutan jalannya pada roda

organisasi.
Adapun gambar pada struktur organisasi pada Sekolah SMP HARAPAN

MEKAR MEDAN dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.1

Struktur Organisasi Sekolah SMP Harapan Mekar Medan

Ketua Yayasan

Kepala Sekolah

BENDAHARA
PKS 1 PKS III KTU

DEWAN GURU

4. Sarana dan Prasarana Sekolah di SMP HARAPAN MEKAR Medan

a. Gedung sekolah

b. Laboratorium

c. Ruang Kelas Siswa

d. Ruang Guru

e. Ruang BK
f. Ruang Kepala Sekolah

g. Kamar Mandi

h. Musholla

i. Ruang Koperasi

j. Parkir

k. Kantin

5. Keadaan dan Jumlah Siswa Siswi

Siswa adalah unsur yang paling utama dalam proses belajar mengajar

disebabkan karena siswa merupakan objek utama yang dididik dan belajar agar

terbentuknya manusia yang berilmu dan berpendidikan serta bertingkah laku

sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Tabel 4.2
Jumlah Siswa kelas IX
No Perincian Kelas IX Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 IX A 20 20 40
2 IX B 18 20 38
3 IX C 15 20 35
4 IX D 15 20 35
Jumlah Keseluruhan 68 80 148

6. Data Keadaan Guru dan Pegawai

Guru merupakan salah satu unsur pendidik dalam pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar di sekolah. Efektifitas dan efisien belajar siswa di sekolah sangat

bergantung kepada peran guru. Bukan hanya sebatas mengajar, guru juga harus
bisa mendidik, melatih dan membimbing siswa kearah tujuan yang ditetapkan.

Guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan

pendidikan yang memiliki tanggung jawab yang sangat strategis sejak dari

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di

Sekolah SMP Harapan Mekar Medan.

Berikut ini daftar guru dan pegawai sekolah SMP HARAPAN MEKAR

Medan Tahun Ajaran 2017/2018.

Tabel 4.3
Daftar Nama-nama Guru SMP Harapan Mekar Medan
No Nama guru dan pegawai L/P Jabatan Mata Pelajaran
1. ABDUL RASYID LUBIS S.Pd L Kepsek PPKN
2. Dra. NURBAITI P Wakasek IPS
Kurikulum
3. HARYANTO, ST L Wakasek TIK
Kesiswaan
4. NINING SURANDANI, S.Pd P Bendahara B. INDONESIA
5. KUSNADI, S.Pdi L Bp/Bk AGAMA ISLAM
6. Dra. HUSNIATI P Guru KETERAMPILAN
7. ANDRI A. DESA, ST L Guru KETERAMPILAN
8. KHAIRINA, S.Pd P Guru SENI BUDAYA
9. NURHIJJAH NASUTION, P Guru IPA
S.Pd
10. SUDARSINI, S.Pd P Guru IPS
11. KHAIRANI DEWI, S.Pd P Guru PPKN
12. YUSRI ARPAH, S.Pd P Guru IPA
13. BENI S. IRAWAN, S.Pd L Guru B. INDONESIA
14. SRIWATI NASUTION, S.Pd P Guru MM
15. AGUS SUTIONO, BA L Guru MM
16. UTAMI DISTI HANDARI, P Guru B. INGGRIS
S.Pd
17. HALIMATUSSAKDIAH, SS P Guru B. INGGRIS
18. MAHZURA ULFA, S.Pd P Guru B. INDONESIA
19. WINDA MARYUNAINI P Guru MATEMATIKA
SIREGAR, S.Pd
20. WENDI ARMANSYAH, S.Pd L Guru PENJAS
21. ROMAITO SIREGAR P Tata Usaha -

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini di lakukan di smp Harapan Mekar Medandengan judul

penelitin yaitu Pendekatan Konseling Behavior Therapy Untuk Mengurangi

Kebiasaan Ngelem Pada Siswa. Rencana Pelaksanaan Layanan ini dibuat agar

proses konseling individu lebih terarah, dalam pelaksanaan layanan, jadwal

pelaksanaan pemberian konseling individual disesuaikan dengan jadwal yang di

sepakati oleh wali kelas dan guru bimbingan dan konseling, dimana siswa

yangberjumlah 35 orang dan terdapat 4 orang siswa yang mengalami kebiasaan

ngelem. Dalam satu kali pertemuan diberi waktu 45 menit, hal ini dilakukan agar

tidak mengganggu proses belajar siswa dalam kelas.

Objek penelitian mendapatkan rekomendasi dari guru BK, Wali Kelas, Guru

mata pelajaran pelajaran dan siswa dengan menggunakan wawancara dan dilanjut

dengan observasi kepada siswa. Selanjutnya untuk mengetahui apakah siswa

tersebut memiliki kebiasaan ngelem dilakukan proses wawancara dan observasi


kepada 4 siswa tersebut. Diantara ke empat siswa tersebut semua memiliki

masalah pada kebiasaan ngelem. Diantara pertanyaannya yaitu sebagai berikut

No Nama Permasalahan

1 MR Memiliki masalah pada kebiasaan ngelem yang di


sebabkan :

1. Klien tidak merasa nyaman di rumah di


karenakan orang tua yang selalu bertengkar
2 RI Memiliki masalah pada kebiasaan ngelem yang di
sebabkan :

1. Pengaruh teman yang ada di sekitar lingkungan


rumahnya.
3 RS Memiliki masalah pada kebiasaan ngelem yang di
sebabkan :

1. Kurangnya perhatian dari orang tua dan keluarga


4 FA Memiliki masalah pada kebiasaan ngelem yang di
sebabkan :

1. Orang tua yang bercerai

1. Pelaksanaan Konseling Individu di SMP Harapan Mekar Medan

a. Hasil Observasi

Layanan konseling individu merupakan salah satu layanan dalam bimbingan

dan konseling. Yang mana konseling individu ini merupakan jantung hati dari

layanan-layanan bimbingan dan konseling.


Penerapan layanan konseling individu dilaksanakan bertujuan untuk

membantu siswa dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi, dengan

memberikan solusi terhadap permasalahannya, baik terkait permasalahan di

lingkungan sekolah, khususnya dalam hal masalah kurang meningkatkan

kemandirian siswa dalam belajar dan bergaul dengan teman-teman lainnya. .

Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMP Harapan Mekar Medan ini

penerapan konseling individual jarang dilaksanaan. Layanan yang sering

dilakukan di SMP Harapan Mekar Medan Layanan Mediasi.n

Layanan mediasi dilakukukan untuk menengahkan anak-anak yang

berkelahi di sekolah SMP Harapan Mekar Medan.

b. Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan dengan Guru Bimbingan Konseling Bapak Kusnadi

Ragil Iman S.Pdi, pada Tanggal 29 Januari 2018, selaku Guru Bimbingan dan

Konseling di SMP Harapan Mekar Medan saat peneliti melakukan wawancara

beliau mengatakan bahwa guru bimbingan konseling kurang optimal dalam

melakukan pemberian layanan kepada siswa di dalam kelas karena tidak adanya

jam yang diberikan kepada guru bimbingan konseling sehingga kurang memahami

masalah yang ada pada diri siswa lebih dalam.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan guru bimbingan konseling

diatas dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sudah memenuhi kelengkapan

fasilitas bimbingan dan konseling proses pelaksanaan bimbingan dan konseling

disekolah SMP HarapanMekar Medan dengan baik tapi belum optimal.


Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Bapak Agus

Setiono, BA selaku wali kelas kelas IX-C, pada tanggal 19 Januari 2018 di

ruangan Bimbingan dan Konseling mengenai pelaksanaan layanan bimbingan dan

konseling kurang optimal terutama mengenai layanan konseling individu.

Sehingga siswa yang memiliki masalah tidak dapat menyelesaikannya.

2. Kebiasaan Ngelem Pada Siswa di SMP Harapan Mekar Medan

a. Hasil Observasi

Masa remaja merupakan masa-masa yang sangat istimewa bagi setiap

individu, yang dimana terjadinya peralihan dari masa anak-anak menuju masa

dewasa yang mengalami perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis

yang membuat setiap individu dalam perkembangannya menuju kearah

kematangan atau kemandirian.

Siswa sebagai seorang individu yang saat ini sedang berada dalam proses

berkembang atau menjadi individu yang matang dan mandiri. Sehingga semua

situasi yang dikiranya dapat mengancam perkembangan individu dapat

menimbulkan suatu masalah pada dirinya. Seperti hasil observasi yang dilakukan

peneliti di SMP Harapan Mekar Medan ini ada terdapat beberapa siswa yang

memiliki masalah kebiasan ngelem. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu

diadakannya layanan konseling individu untuk membantu siswa mengatasi

permasalahan yang sedang dialaminya yaitu tentang mengurangi kebiasaan

ngelem dan memperbaiki pergaulan dengan teman-temannya.


b. Hasil Wawancara

Klien yang mengalami kebisaan ngelem memiliki sikap dan sifat

yangtidak memiliki sopan santun. Sikap dan sifat tersebut terjadi pada 4 klien

peneliti yang menjadi subjek.

Hal ini terlihat pada wawancara yang peneliti lakukan kepada Bapak Agus

Sutiono S.Pd selaku Wali Kelas, beliau sudah berulang kali mengingatkan kepada

siswa yang memiliki kebiasaan ngelem namun siswa tersebut selalu mengabaikan

perkataan wali kelasnya. Dan faktor yang membuat mereka memiliki kebiasaan

ngelem tersebut juga berasal dari masalah keluarga yang mengalami masalah

broken home, kurang perhatiandari orangtua. Masalah itu juga yang membuat

mereka menjadi keiasaan ngelem.

Selanjutnya wawancara pada tanggal 24 Januari 2018 kepada siswa yang

memiliki kebiasaan ngelem : ( MR ) menyatakan kebisaan ngelemnya karena

terikut-ikut temannya yang sering mengkonsumsi lem dan juga karena kurangnya

perhatian dari keluarga. Selanjutnya siswa(RI) menyatakan kebiasaan ngelamnya

karena lingkungan disdkitar rumahnya hamper rata-rata anak seusianya

mengkonsumsi lem dan juga karena kurangnya perhatian dari keluarga.

Selanjutnya siswa (RS) menyatakan kebiasaan ngelemnya karena ikut-ikutan

teman dan juga karena kurangnya perhatian dari keluarga. Selanjutnya siswa

(FA) menyatakan kebiasaan ngelemnya karena penasaran dan ingin coba-coba.

Dan pada akhirnya menjadi kebiasaan.


3. Pendekatan Konseling Behavior Therapy untuk Mengurangi Kebiasan

Ngelem Pada Siswa Kelas IX SMP Harapan Mekar Medan

a. Hasil Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti diketahui bahwa

mengurangi kebiasaan ngelem melalui konseling individu pada siswa SMP

Harapan Mekar Medan belum terlaksana dengan baik khususnya di kelas IX-C hal

ini dikarenakan keterbatasan waktu. Padahal layanan konseling individu

merupakan layanan yang diberikan kepada siswa/ klien untuk membantu dalam

hal menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, agar siswa mampu mencari

solusi dalam penyelesaian masalahnya. Yang mana konseling individu ini

merupakan salah satu layanan yang terdapat dalam bimbingan konseling yang

bertujuan untuk membantu siswa dalam menghadapi kecemasan-kecemasan

ataupun masalah-masalah yang dapat mengganggu perkembangannya dalam

kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga maupun dilingkungan sekolah.

Sehingga pelaksanaan layanan konseling individu sangat penting diterapkan, hal

ini agar guru BK bisa mengidentifikasi apa sebenarnya yang menyebabkan siswa

mengalami gangguan ataupun kecemasan yang membuat siswa kurang mandiri

dalam mengeluarkan pendapat-pendapatnya saat belajar dan dalam bergaul

dengan teman sekolahnya. Namun didalam pelaksanaan layanan konseling

individu seorang guru BK harus bisa membuat siswanya atau kliennya percaya

dan yakin terhadap dirinya. Dan guru BK juga harus bisa menjaga kerahasiaan

dari permasalahan yang dialami oleh siswa ataupun klien, karena didalam

bimbingan dan konseling itu sendiri mempunyai asas-asas yang mendasarinya.


b. Hasil Wawancara

Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Kusnadi Ragil Iman S.Pdi pada

tanggal 29 Januari 2018 selaku guru bimbingan dan konseling terdapat 4 orang

siswa yangterlihat memiliki kebiasaan ngelem. Ada beberapa hal yang terlihat

dari perilaku siswa tersebut dikarenakan pengaruh orang tua atau keluarga,

lingkungan rumah, teman sekelas, faktor pengalaman yang di dapatkannya pada

waktu kecil atau duduk di bangku SD, dan SMP maupun lainnya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh

peneliti terdapat 4 siswa yang memiliki kebiasaan ngelem.

Selanjutnya wawancara dilakukan dengan Bapak Kusnadi Ragil Iman

S.Pdi pada tanggal 29 Januari 2018 selaku guru bimbingan dan konseling di SMP

Harapan MekarMedan, mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam

pendekatan konseling behavior therapy untuk mengurangi kebiasaan ngelem

siswa sudah dilaksanakan namun belum maksimal dan masih ada sebagian siswa

yang masih memiliki kebiasaan ngelem, dengan saran dan arahan dari guru

bimbingandan konseling peneliti diarahkan untuk melakukan konseling kepada

beberapa siswa yang memiliki kebiasaan ngelem.

c. Pelaksanaan layanan konseling individual

Setelah guru BK memanggil siswa yang memiliki masalah kebiasaan

ngelem dan memberikan waktu pada peneliti, selanjutnya peneliti memberikan

konseling kepada 4 siswa yaitu (MR,RI,RS,FA) Sebagai langkah awal yang

dilakukan oleh peneliti dengan mengidentifikasi masalah siswa tentang kebiasaan


ngelem yaitu masalah yang di sebbabkan iaklien melalukan kebiasaan ngelem

karena oarng tua yang selalu bertengkar dan memvuat klien tidak nyaman berada

di rumah.

Berdasarkan hasil konseling yang peneliti lakukan pada tanggal 24 Januari

2018 kepada siswa yang bernama MR pada tahap awal yang dilakukan peneliti

terhadap siswa yaitu konselor dengan tangan terbuka menerima klien dan

mempersilahkan siswa untuk masuk dan mempersilahkan duduk kemudian siswa

pun langsung duduk dan sambut oleh konselor, konselor mulai menanyakan kabar

siswa untuk membuat siswa merasa nyaman ketika melakukan konseling

individual, dengan mengatakan : bagaimana kabarnya hari ini nak, kamu terlihat

sangat rapi hari ini ? klien menjawab terimakasih bu baik dan mulai merasa

nyamanu, lalu peneliti juga memberikan pertanyaan untuk dapat mencairkan

suasana agar siswa tidak merasa takut ketika diberikan konseling individual

dengan pertanyaan, tadi masuk matapelajaran apa nak ? klien menjawab

pelajaran pelajaran matematika bu, peneliti juga memberikan pengetahuan

tentang asas-asas yang ada didalam konseling individual agar siswa dapat lebih

percaya dan yakin kepada peneliti untuk dapat menceritakan masalahnya,

konselor mengatakan : jadi nak, dalam konseling individual ini ada beberapa

asas, taitu ada asas kerahasiaan, dimana ibu akan merahasiakan semua yang

kamu ceritakan kepada ibu, yang kedua asas kesukarelaan, dimana kamu datang

untuk menceritakan permasalahan kamu tanpa ada keterpaksaan atau dipaksa

oleh pihak siapa pun ya nak, dan yang terakhir ada asas keterbukaan dimana

kamu harus terbuka dengan permasalahan yang kamu miliki, kamu tidak perlu
takut karena ibu akan merahasiakan semua permasalahanmu nak. Siswa pun

menjawab : oh begitu bu, iya bu. tidak lupa juga peneliti memberitahu kepada

siswa tentang waktu untuk mengkonseling selama 45 menit dalam satu kali

pertemuan, konselor mengatakan : pada konseling kali ini di berikan waktu 1 X 45

menit ya nak?klien menjawab : iya bu. Kemudian jika siswa sudah merasakan

kenyamanan dan sudah mulai terbuka peneliti mulai membantu siswa memahami

permasalahannya dan merancang bantuan yang akan diberikan oleh peneliti

kepada siswa yang memiliki masalah.

Setelah tahap awal berjalan dengan baik dan siswa terlihan percaya kepada

konselor, selanjutnya peneliti masuk kedalam tahap inti dimana siswa konselor

mulai bertanya tentang permasalahan yang dialami oleh siswa dan siswa juga

menjelaskan permasalahannya tentang penyebab kenapa siswa itu terbiasa

ngelem, konselor mengatakan : apa masalah yang kamu alami ? klien menjawab :

klien menjelaskan masalah yang saya hadapi ialah bahwa saya mengalami

kebiasan ngelem bu, kemudian peneliti bertanya kembali, apa yang kamu rasakan

setelah kamu mengkomsumsinya , dan klien menjawab: saya merasa legahsetelah

mengkomsumsi lem bu ketika saya ada masalah di rumah dan saya pergi dari

rumah kemudian saya mengkomsusi lem itu karena setalh saya mengkomsumsi

lem itu rasanya saya merasa puas dan masalah jadi hilang bu, setelah siswa

menceritakan permasalahannya peneliti memberikan teknik penyegaran dan

memberikan motivasi agar klien tidak mengkomsumsi lem dan harus berfikir

kedepannya bahwa lem itu sangat berbahaya efek kedepanya bahkan sampai

menuju kematian karena kebiasaan mengelem juga sama dampaknya seperti


mengkomsumsi narkotika. Klien menjawab : oh begitu ya bu, jadi saya harus

berhenti mengkonsumsi lem agar saya terhindar dari hal-hal yang merusak diri

saya dan masa depan saya, konselor menjawab : iya nak. Selanjutnya setelah

konselor mendiagnosa bahwa ngelem itu sangat berbahaya bagi dirinya dan masa

depanya nanti, hingga ia harus benar-benar menghingkan kebiasaan ngelem

tersebut, untuk dapat mengurai kebiasaan mengelem peneliti memberikan

penilaian kembali untuk dapat meninjau lagi permasalahan yang dimiliki oleh

klien dalam hal untuk mengurangi kebiasaan ngelem. Peneliti harus dengan ikhlas

dan tangan terbuka untuk membantu permasalahan pada siswa agar siswa merasa

nyaman dan aman ketika melakukan konseling.

Selanjutnya langkah awal yang dilakukan oleh peneliti dengan

mengidentifikasi masalah siswa yang mengalami kebiasaan ngelem yang di

sebabkan karena lingkungan sekitar rumahnya hamper semua anak-anak

seusianya mengkonsumsi lem, berdasarkan hasil konseling yang peneliti lakukan

pada tanggal 27 Januari 2018 kepada siswa yang bernama RI pada tahap awal

yang dilakukan peneliti terhadap siswa yaitu konselor dengan tangan terbuka

menerima klien dan mempersilahkan siswa untuk masuk dan mempersilahkan

duduk konselor mengatakan : silahkan duduk nak dan klien langsung duduk di

tempat yang telah disediakan dengan wajah ketakutan dank lien kurang mersa

nyaman ketika duduk , kemudian konselor mulai menanyakan kabar siswa untuk

membuat siswa merasa nyaman dan mencoba membuat klien percaya bahwa

ketika ia berada di ruangan konseling itu ia buka untuk di introgasi tetapi iang

ingin di bantu, ketika melakukan konseling individual, konselor mengatakan :


bagaimana kabarnya hari ini nak, tampaknya hari ini kamu sangat bergairah ?

lalu klien menjawab dan tersenyum pelit sehat bu sambil tertawa, peneliti juga

memberikan pertanyaan untuk dapat mencairkan suasana agar siswa tidak merasa

takut ketika diberikan konseling individual, konselor mengatakan : tadi masuk

pelajaran apa nak ? klien menjawab : pelajaran IPS bu, dan konselor bertanya

untuk membuat klien nyaman di dalam ruangan konseling, wow berarti kamu

sedang memegang dunia dong sekarang, klien menjawab,hehehe sable tersenyum

ibu ini bisa aja, siswa mulai merasa nyaman berada di dalam ruangan konseli,

peneliti juga memberikan pengetahuan tentang asas-asas yang ada didalam

konseling individual agar siswa dapat lebih percaya dan yakin kepada peneliti

untuk dapat menceritakan masalahnya, konselor mengatakan : jadi nak, dalam

konseling individual ini ada beberapa asas, yaitu ada asas kerahasiaan, dimana

ibu akan merahasiakan semua yang kamu ceritakan kepada ibu, yang kedua asas

kesukarelaan, dimana kamu datang untuk menceritakan permasalahan kamu

tanpa ada keterpaksaan atau dipaksa oleh pihak siapa pun ya ank, dan yang

terakhir ada asas keterbukaan dimana kamu harus terbuka dengan permasalahan

yang kamu miliki, kamu tidak perlu takut karena ibu akan merahasiakan semua

permasalahanmu nak. Siswa pun menjawab : oh begitu bu, iya bu. tidak lupa

juga peneliti memberitahu kepada siswa tentang waktu untuk mengkonseling

selama 1 X 45 menit dalam satu kali pertemuan, konselor mengatakan : pada

konseling kali ini di berikan waktu 45 menit ya nak?klien menjawab : iya bu.

Kemudian jika siswa sudah merasakan kenyamanan dan sudah mulai terbuka
peneliti mulai membantu siswa memahami permasalahannya dan merancang

bantuan yang akan diberikan oleh peneliti kepada siswa yang memiliki masalah

Setelah tahap awal berjalan dengan baik dan memiliki kesan yang

mendalam, selanjutnya peneliti masuk kedalam tahap inti dimana konselor mulai

bertanya tentang permasalahan yang dialami oleh siswa dengan mengatakan : apa

masalah yang kamu alami nak ? dan siswa juga menjelaskan permasalahannya

tentang kebiasaan ngelem : saya juga tidak tahu bu, rasanya ketika saya

mengkonsumsi lem saya merasakan kepuasan tersendiri dan merasa keren seperti

teman-teman saya yang lain bu, Setelah siswa menceritakan permasalahannya

tentang kebiasaan ngelem, peneliti memberikan teknik penyegaran dan

memberikan motivasi dengan mengatakan : stelah kamu merasa puas melakukan

lem apa kamu tidak takut kedepanya itu akan berdampak buruk bagi diri kamu

dan masa depan kamu nak, memiliki kebiasaan ngelem adalah hal yang sangat

tidak bagus karena ngelem itu bisa berujung hingga kematian nak, lem itu sangat

berahaya bisa merusak organ-organ tubuh kamu dn sraf-sraf tubuh kamu dan

juga bisa membuat kita menjadi gila jika suda ketergantungan mengkonsumsinya:

oh begitu ya bu, kalau begitu saya akan mencoba untuk mengurai kebiasaan

ngelem saya dan saya akan berusahaan untuk berhenti ngelem bu karena dampak

dari ngelem itu ternyata sangat berbahaya hingga sampai kematian. Selanjutnya

setelah konselor mendiagnosa bahwa klien harus dapat berhentii mengkonsumsi

lem dan siswa sudah memhamai dampak bahayanya dari kebiasaan lem dan

setelah siswa melaksanakan untuk mengurai dan mencoba menghilangkan

kebiasaan ngelem nya peneliti memberikan penilaian kembali untuk dapat


meninjau lagi permasalahan yang dimiliki oleh klien dalam hal untuk mengurangi

kebiasaan ngelem. Peneliti harus dengan ikhlas dan tangan terbuka untuk

membantu permasalahan pada siswa agar siswa merasa nyaman dan aman ketika

melakukan konseling dan harus membuat siswa percaya dalam kesan pertama

proses konseling .

Selanjutnya langkah awal yang dilakukan oleh peneliti dengan

mengidentifikasi masalah siswa tentang kebiasaan ngelem yang selalu ia lakukan

ketika pulang sekolah bersama teman-temanya, berdasarkan hasil konseling yang

peneliti lakukan pada tanggal 02 Februari 2018 kepada siswa yang bernama RS

pada tahap awal yang dilakukan peneliti terhadap siswa yaitu konselor dengan

tangan terbuka menerima klien dan mempersilahkan siswa untuk masuk dan

mempersilahkan duduk, di kesan pertama konselor harus terliat rama di peracai

dan membuat nyman, konselor mengatakan : silahkan duduk nak dan klien

langsung duduk di tempat yang telah disediakan, konselor mulai menanyakan

kabar siswa untuk membuat siswa merasa nyaman ketika melakukan konseling

individual, konselor mengatakan : bagaimana kabarnya hari ini nak, sepertinya

ibu lihat kamu sangat senang ? lalu klien menjawab alhamdulillah sehat bu,

peneliti juga memberikan pertanyaan untuk dapat mencairkan suasana agar siswa

tidak merasa takut ketika diberikan konseling individual, konselor mengatakan :

tadi masuk pelajaran apa nak ? klien menjawab : pelajaran agama islam bu,

peneliti juga memberikan pengetahuan tentang asas-asas yang ada didalam

konseling individual agar siswa dapat lebih percaya dan yakin kepada peneliti

untuk dapat menceritakan masalahnya, konselor mengatakan : jadi nak, dalam


konseling individual ini ada beberapa asas, taitu ada asas kerahasiaan, dimana

ibu akan merahasiakan semua yang kamu ceritakan kepada ibu, yang kedua asas

kesukarelaan, dimana kamu datang untuk menceritakan permasalahan kamu

tanpa ada keterpaksaan atau dipaksa oleh pihak siapa pun ya ank, dan yang

terakhir ada asas keterbukaan dimana kamu harus terbuka dengan permasalahan

yang kamu miliki, kamu tidak perlu takut karena ibu akan merahasiakan semua

permasalahanmu nak. Siswa pun menjawab : oh begitu bu, saya baru tahu bu.

tidak lupa juga peneliti memberitahu kepada siswa tentang waktu untuk

mengkonseling selama 1 X 45 menit dalam satu kali pertemuan, konselor

mengatakan : pada konseling kali ini di berikan waktu 45 menit ya nak?klien

menjawab : iya bu. Kemudian jika siswa sudah merasakan kenyamanan dan sudah

mulai terbuka peneliti mulai membantu siswa memahami permasalahannya dan

merancang bantuan yang akan diberikan oleh peneliti kepada siswa yang memiliki

masalah

Setelah tahap awal berjalan dengan baik, selanjutnya peneliti masuk

kedalam tahap inti dimana konselor mulai bertanya tentang permasalahan yang

dialami oleh siswa dengan mengatakan : apa yang membuat kamu mengalami

kebiasan ngelem nak ? dan siswa juga menjelaskan permasalahannya

tentangkebiasaan ngelem dengan mengatakan : ketika saya berada di rumah

kedua orang tua saya sibuk dengan urusanya masing-masing bu, mereka tidak

perna memperdulikan saya bu, saya tidak perna di perhatikan oleh orang tua

saya, mereka hanya sibuk dengan pekerjaanya. Setelah siswa menceritakan

permasalahannya tentang kedua orang tua yang tidak perna memperhatikanya ,


peneliti memberikan teknik penyegaran dan memberikan motivasi dengan

mengatakan : kamu harus berfikir fositif nak, mungkin kedua orang tua kamu itu

sibuk dengan urusanya karena mencari uang untuk kamu agar bisa sekolah, coba

untuk berfikir dari sisi pandang ayah dan ibu kamu, mereka mencari uang agar

kamu bisa terus mengenakan baju yang bagus, ngumpul bareng teman-teman,

jadi kamu itu harus mencoba mengurai kebiasaan ngelem kamu karena ngelem

itu sangat berbahaya hingga sampai mematikan jika kita biasa mengkonsumsi

lem, dan lem itu sangat berbahaya bagi tubuh kita dan dapat merusak syarf-syaf

tubuh dan akhirnya merusak masa depan kamu. Klien menjawab : iya bu, saya

akan berubah dan akan lebih mengerti kesibukan kedua orang tua itu karena

ingin saya supaya tidak susah, saya akan mencoba menghilangkan kebiasaan

ngelem dan mulai sekarang saya ingin mengikuti kegiatan sekoah yang lebih

bermanfaat dan saya akan menjadi lebih baik bu. Selanjutnya setelah konselor

mendiagnosa bahwa klien harus dapat mengurai kebiasaan ngelem dan siswa

sudah memhamai tentang permasalahannya dan setelah siswa melaksanakan untuk

dapat beradaptasi didalam kelas peneliti memberikan penilaian kembali untuk

dapat meninjau lagi permasalahan yang dimiliki oleh klien dalam hal untuk

mengurangi kebiasaan ngelemnya. Peneliti harus dengan ikhlas dan tangan

terbuka untuk membantu permasalahan pada siswa agar siswa merasa nyaman dan

aman ketika melakukan konseling.

Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti dengan mengidentifikasi

masalah siswa tentang kebiasaan ngelem yang di alami oleh siswa, berdasarkan

hasil konseling yang peneliti lakukan pada tanggal 5 Februari 2018 kepada siswa
yang bernama FA pada tahap awal yang dilakukan peneliti terhadap siswa yaitu

konselor dengan tangan terbuka menerima klien dan mempersilahkan siswa untuk

masuk dan mempersilahkan duduk konselor mengatakan : silahkan duduk nak

dan klien langsung duduk di tempat yang telah disediakan, konselor mulai

menanyakan kabar siswa untuk membuat siswa merasa nyaman ketika melakukan

konseling individual, konselor mengatakan : bagaimana kabarnya hari ini nak,

sepertinya sangat bersemngat hari ni nak? lalu klien menjawab alhamdulillah

sehat bu, dengan senyum pelit siswa menjawab ah masak bu,, peneliti juga

memberikan pertanyaan untuk dapat mencairkan suasana agar siswa tidak merasa

takut ketika diberikan konseling individual, konselor mengatakan : tadi masuk

pelajaran apa nak ? klien menjawab : pelajaran ipa bu , konselor menanyai

kembali ohh pasti cita-cita kamu jadi dokter ya, klien menjawab: kok tau bu

konselor menjawab: tau dong ibu kan dukun, sambil tersenyum dan siswa mulai

merasa nyaman berada di ruangan konseling peneliti juga memberikan

pengetahuan tentang asas-asas yang ada didalam konseling individual agar siswa

dapat lebih percaya dan yakin kepada peneliti untuk dapat menceritakan

masalahnya, konselor mengatakan : jadi nak, dalam konseling individual ini ada

beberapa asas, taitu ada asas kerahasiaan, dimana ibu akan merahasiakan semua

yang kamu ceritakan kepada ibu, yang kedua asas kesukarelaan, dimana kamu

datang untuk menceritakan permasalahan kamu tanpa ada keterpaksaan atau

dipaksa oleh pihak siapa pun ya ank, dan yang terakhir ada asas keterbukaan

dimana kamu harus terbuka dengan permasalahan yang kamu miliki, kamu tidak

perlu takut karena ibu akan merahasiakan semua permasalahanmu nak. Siswa
pun menjawab : iya bu. tidak lupa juga peneliti memberitahu kepada siswa tentang

waktu untuk mengkonseling selama 45 menit dalam satu kali pertemuan, konselor

mengatakan : pada konseling kali ini di berikan waktu 45 menit ya nak?klien

menjawab : oh begitu bu. Kemudian jika siswa sudah merasakan kenyamanan dan

sudah mulai terbuka peneliti mulai membantu siswa memahami permasalahannya

dan merancang bantuan yang akan diberikan oleh peneliti kepada siswa yang

memiliki masalah.

Setelah tahap awal berjalan dengan baik, selanjutnya peneliti masuk

kedalam tahap inti dimana konselor mulai bertanya tentang permasalahan yang

dialami oleh siswa dengan mengatakan : apa yang menyebabkan kamu terjerumus

mengalami kebiasaan ngelem nak? dan siswa juga menjelaskan permasalahannya

kebiasaan ngelem dan siswa mengatakan : siswa diam sesaat dan menghela nafas

kemudian iang mengatakan hemmm kedua orang tua saya bercerai u, saya

tinggal dengan nenek saya itu pun nenek uda tua dan sakit-sakitan saya marah

dengan kedua orang tua saya jadi saya melampiaskanya dengan bergaul dengan

teman-teman yang membuat saya terjerumus dalam kebiasaan ngelem. Setelah

siswa menceritakan permasalahannya tentang tidak nyaman ketika belajar didalam

kelas, peneliti memberikan teknik penyegaran dan memberikan motivasi dengan

mengatakan : konselor mengepuk-ngepuk bahu klien dan konselor mengatakan

coba berfikir ulang nak kasian nenek kamu jika kamu terus-terusan

mengkonsumsi lem, siapa yang akan menjaga nenak, soal kedua orang tua kamu

ambil sisi fositifnya mungkin meraka suda tidak coocok dan suda tidak

sepemikiran, nak lem itu sangat berbahaya bagi tubuh kamu karena lem itu bisa
mematikan jika kita terbiasa mengkonsumsinya, Klien menjawab : klien menangis

dan mulai berfikir secara jerni, iya buk yang ibu ucapkan tadi sangat benar mulai

sekarang saya akan mencoba untuk mengurangi kebiasaan ngelem saya dan saya

akan lebih berfikir kembali untuk melakukan hal-hal yang negative yang

merugikan diri saya. Selanjutnya setelah konselor mendiagnosa bahwa klien

harus dapat menghilangkan kebiaaan ngelem dan siswa sudah memhamai tentang

permasalahannya dan setelah siswa melaksanakan untuk tidak ngelem lagi peneliti

memberikan penilaian kembali untuk dapat meninjau lagi permasalahan yang

dimiliki oleh klien dalam hal untuk mengurangi kebiasaan ngelem. Peneliti harus

dengan ikhlas dan tangan terbuka untuk membantu permasalahan pada siswa agar

siswa merasa nyaman dan aman ketika melakukan konseling.

d. Penilaian Layanan

Penilaian layanan dilakukan dengan teknik observasi yaitu sebagai berikut :

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa yang memiliki

masalah pada kebiasan ngelem. Pada tanggal 24 Januari2018 peneliti melakukan

observasi terhadap siswa yang memiliki masalah kebiasaan ngelem dengan cara

melihatnya dari kejauhan saat siswa pulang dari sekolah. Dari observasi yang

peneliti lakukan terhadap siswa MR yang awalnya selalu merasa tidak nyaman di

rumah karena kedua orang tua yang selalu bertengkar. Namun setelah melakukan

konseling individual MR sudah tampak ada perubahan yaitu MR sudah bisa

mengurangi kebiasaan ngelem karena setelah pulang sekolah Mr mengikuti

kegiatan fositi yang ada d sekolah seperti Pengajian, hal ini dapat dilihat dari cara

MR yang sudah lebih aktif melakukan hal-hal yang fositif dari pada yang negatif.
Perubahan ini sudah tampakketika MR mengurangi kebiasaan ngelemnya

walaupun masih 55%-75% ia mengurangi kebiasaan ngelem jika ia terus terbiasa

tidak mengelem lagi dan menjauhi lem maka kemungkinan besar iya akan

sembuh dan tidak lagi mengkonsumsi lem.

Pada siswa kedua yang bernama RI pada tanggal 27 Januari 2018 yang

memiliki masalah kebiasaan ngelem yang di sebabkan karena lingkungan sekitar

rumahnya dan anak seusianya juga banyak yang mengkonsumsi lem, namun

setelah melakukan konseling individual RI sudah mulai mengurangi kebiasan

ngelemnya yaitu siswa mulai menjahui teman-teman yang mengkonsumsi lem, hal

ini dapat dilihat dari RI yang sudah terlihat lebih aktif dan mampuh memili teman-

teman yang lebih baik agar tidak terjerumus lagi ke dalam kebiasaan ngelem

Perubahan ini sudah tampak dalam mengurangi kebiasaan ngelemnya walaupun

belum 100% yaitu masih berkisar 55%-75% jika siswa terus dapat berfikir positi

dan tida mudah terpengaruh dan terus berfikir dua kali jika ingin melakukanya

maka klien akan sembuh dan mampuh menghilangkan kebiasaan ngelemnya.

Selanjutnya observasi yang dilakukan pada tanggal 02 februari 2018 siswa

yang bernama RS memiliki masalah pada kebiasaan ngelem yang di sebabkan

karena tidak perna di perhatiakn oleh kedua orang tuanya RS merasa jika kedua

orang tuanya, bernyanyi, bahkan mengganggu teman-temdak menyannginya maka

itu ia terjerumus kedalam kebiasaan ngelem, namun setelah melakukan konseling

individual RS mulai lebih baik dan mengerti pekerjaan orang tuanya itu karena

ingin ia tidak kesusahan dan kekurangan apapun. Perubahan ini tampak dalam

mengurangi kebiasan ngelemnya walaupun belum sepenuhnya, hanya berkisar


55%-75% namun itu suda cukup baik setidaknya RS mau mencoba untuk lebih

baik lagi.

Berikutnya observasi dilakukan pada tangga 05 februari 2018 kepada siswa

yang bernama FA yang memiliki masalah pada kebiasaan ngelm yang di sebabkan

kerna kedua orangtuanya bercerai FA selalu merasa jika kedua oaring tuanya tidak

peduli lagi padanya namun stelah dilakukan konseling individual FA mengalami

perubahan pada kebiasaan ngelemnya, yaitu FA mulai lebih sering mrmbantu

neneknya yang sakit-sakitan dan ia melakukan hal-hal yang fositi seperti kegiatan

ekstarkulikuler di sekolah. Perubahan ini tampak dalam mengurangi kebiasan

ngelamnya mencapai 55%-75%.

e. Refleksi Hasil Layanan

Dari pengamatan/observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap

keadaansiswa setelah diberikan layanan individual untuk mengurangi kebiasaan

ngelem di SMP Harapan Mekar Medan dapat dilihat bahwa siswa - siswi sudah

mengalami perubahan tidak lagi terbiasa dalam sifat kebiasaan ngelem dan sudah

dapat berfikir dua kali bila ingin melakukannya lagi karena sudah mengetahui

dampaknya.

Dari hasil pendekatan konseling behavior therapy melalui pemberian

layanan individual kepada siswa oleh peneliti dapat mengatasi masalah kebiasaan

ngelem yang di alami olehsiswa disekolah SMP Harapan Mekar Medan. Siswa

yang memiliki sifat kebiasaan ngelem sudah bisa mengurangi dan mengatasinya

. Selanjutnya peneliti membuat kesimpulan mengenai hasil konseling yang

dilakukan oleh peneliti dengan pemahaman siswa yang bernama MR terkait


mengurangi kebiasaan ngelem, siswa mulai menunjukkan ke fokusannya dalam

menjahui lem walaupun belum 100% fokus mengurangi lem. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya pengurangan pada kebiasanya mengkonsumsi lem.

Selanjutnya siswa yang berinisial RI, yang mengatakan kepada peneliti

penyebabnya terjerumus ke dalam kebiasan lem karena bergaul dengan teman-

teman sekita rumah nya dan setelah dilakukan konseling individual siswa tersebut

sudah mulai nyaman ketika berada di dalamrumah dan mulai memili dan memila

teman yang baik dn teman yang tidak baik walaupun siswa tersebut belum

sepenuhnya dapat bmenghilangkan kebiasan ngelemnya namun sudah ada

perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa ada perubahan dalam dirinya untuk tidak

menyentu lem lagi. Berikutnya siswa yang berinisial RS terkait dalam mengurangi

kebiasan ngelem yang di sebabkan karena orang tua yang sibuk dan kurang

perhatian, siswa mulai memandang dari sisi kedua orang tuanya jika mereka itu

sibuk di karenakan agar siswa tersebut tidak merasa kekurangan. Hal ini

menunjukkan bahwa ada perubahan dari kebiasaan ngelem siswa. Yang terakhir

siswa yang berinisial FA, terkait dengan mengurangi kebiasaan ngelemyang di

sebabkan kedua orang tuanya bercerai.

Dari hasil mengurangi kebiasan ngelam kepada siswa oleh peneliti dapat

mengatasi masalah kebiasan ngelam yang dialami oleh siswa kelas IX C di SMP

Harapan Mekar Medan. Siswa yang memiliki masalah dengan kebiasan ngelam

kini sudah dapat mengatasi masalahnya dalam mengurangi kebiasan ngelam. Hal

ini sesuai pendapat tentang ngelam yang sangat berbahaya menurut Wirman

(2007 :21-23) adalah orang yang mengkonsumsi lem akan memperlihatkan


perubahan –perubahangejala psikologis, gejalafisik, tingkahlaku maladavtif dan

gangguan dilusi, dan factor utama terjerumusnya oaring ke dalam kebiasan

ngelam ialah, factor kepribadian,factor keluarga,factor teman sebaya . Siswa dapat

menentukan sendiri pilihan hidupnya uantuk terjerumus ke hal negative atau

fositif itu semua kembali kepda diri siswa tersebut.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendekatan

konseling behavior therapy untuk mengurangi kebiasaan ngelem pada siswa

kelas IX SMP Harapan MekarMedan tahun ajaran 2017-2018.

Pendekatan konseling behavior therapy melalui konseling layanan

individual yang diberikan kepada siswa yang memiliki kebiasan ngelem, peneliti

melakukan kegiatan pendekatan konseling behavior therapy melalui layanan

individual kepada siswa dikontrol dan diarahkan oleh guru bimbingan

dankonseling.

Dalam pelaksanaan layanan peneliti menemukan siswa yang kebiasaan

ngelem, peneliti melakukan pendekatan konseling behavior therapy melalui

layanan individual untuk mengurangi kebiasaan ngelem. Dalam keadaan ini

peneliti membatu siswa untuk mengurangi kebiasaan ngelem yang dimilikinya.

Hal diatas didukung pula oleh Willis (2004:35-38) dalam melaksanakan

konseling individual ada sembilan asas yang perlu diaplikasikan meliputi (a) Asas

kerahasiaan (b) asas keskarelaan (c) Asas keterbukaan (d) Asas kekinian (e) Asas
kemandirian (f) asas kegiatan (g) asas kedinamisan (h) asas keterpaduan (i) asas

kenormatifan (j) asas keahlian.

Dari hasil pendekatan konseling behavior therapy melalui layanan

individual yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu dengan arahan dan dukungan

guru bimbingan dan konseling siswa sudah mengalami perubahan atau

peningkatan, siswa sudah mampu mengurangi kebiasaan ngelem yang dimilikinya

sedikit demi sedikit, nampak terjadi perbedaan dari sebelum diberikan layanan

sampai sesudah diberikan pendekatan konseling behavior therapy melalui

pemberian layanan individual terhadap siswa.

D. Keterbatasan Penelitian

Sebagai manusia biasa peneliti tidak terlepas dari kekhilafan dan kesalahan

yang diberikan dari keterbatasan berbagai faktor yang ada pada peneliti

a) Keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti baik moril maupun

materil dariawal proses pembuatan proposal, pelaksanaan penelitian

hingga pengolahan data.

b) Sulit mengukur secara akurat penelitian pendekatan konseling behavior

therapy untuk mengurangi kebiasaan ngelem pada siswa kelas IX SMP

Harapan Mekar Medan karena alatyang digunakan adalah wawancara.

Keterbatasannya adalah banyak individu yang memberikan jawaban tidak

sesuai dengan apa yang mereka alami ataurasakan.

c) Terbatasnya waktu untuk melakukan riset lebih lanjut pada siswa kelas IX

SMP Harapan Mekar Medan tahun ajaran 2017-2018.


Selain keterbatasan diatas, peneliti juga menyadari bahwa kegunaan

wawasan penulis dalam membuat daftar wawancara yang baik dan baku ditambah

dengan kurangnya buku pedoman wawancara secara baik, merupakan

keterbatasan peneliti yang tidak dapat dihindari, oleh karena itu dengan tangan

terbuka, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan tulisan tulisan dimasa mendatang.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai

pendekatan konseling behavior therapy untuk mengurangi kebiasaan ngelem pada

siswa kelas IX SMP Harapan Mekar Medan tahun ajaran 2017-2018, peneliti

menemukan beberapa kesimpulan sebagai berikut yakni :

Pendekatan konseling behavior therapy melalui pemberian layanan

individual di SMP Harapan Mekar Medan sudah dilakukan dengan menggunakan

topik pembahasan “ Mengurangi kebiasaan Ngelem ”. Dari hasil observasi

diantaranya berdasarkan peneliti menemukan 4 siswa yang memiliki kebiasaan

mengelem, dan 2 orang berdasarkan ikut-ikutan.

Hasil penelitian pendekatan konseling behavior therapy untuk mengurangi

kebiasaan ngelem pada siswa kelas IX SMP Harapan Mekar Medan tahun ajaran

2017-2018 cukup efektif dan efisien dilihat dari sampel penelitian yang berjumlah

4 orang siswa,objek penelitian ini meningkat 70 – 80 % dalam mengurangi

kebiasaan ngelem danmengalami peningkatan yang cukup memuaskan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan

maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada guru bimbingan dan konseling yang sangat berperan

dalam mengarahkan, membantu dan membimbing para siswa dalam hal


yang bidang masalah yang di alami siswa dan lebih memperhatiakan

siswa-siswa yang mengalami masalah serius seperti Ngelem.

2. Di harapkan kepada sekolah SMP HARAPAN MEKAR MEDAN untuk

mempekerjakan Guru BK yang memang lulusan dari BK agar pelayanan

yang di berikan Guru Bk maksimal.


LAMPIRAN

PEDOMAN OBSERVASI DENGAN SISWA

DI SMP HARAPAN MEKAR MEDAN TAHUN AJARAN 2017/2018

Observasi : WidyaFuri

Kelas : IX C

TempatObservasi : SMP HARAPAN MEKAR

Hal Yang di Observasi :PendekatanKonseling Behavior Therapy dengan

Layanan Konseling Individual untuk mengurangi kebiasaan ngelem Pada Siswa

Kelas IX SMP HARAPAN MEKAR Tahun Ajaran 2017/2018

Indikator Observasi Analisa

No

1. Masalah Yang Dialami Siswa Masalah yang dialami siswa adalah

diSekolah memiliki kebiasaan ngelem, dan

siswa melalukan itu bersama tema-

temannya. Dalam 1 kelas ada 4

siswa yang

mengkonsumsi/menggunakan lem

2. Perilaku Siswa Berada Didalam Perilaku siswa kurang sopan dan

tidak bisa dinasehati, membantah


Kelas Mupun Lingkungan
perkataan guru
Sekolah
3. Antusias dan Motivasi Siswa Mereka sangat antusias dan

menyukai kegiatan Pendekatan


Dalam Mengikuti Kegiatan
Konseling Behavior Therapy dan
Pendekatan Konseling Behavior
Individual
Therapy dan Individual

4. Interaksi Siswa Dengan Guru dan Kurang baik dan tidak sopan

santun, dan kurang bergaul dengan


Teman-temannya di Sekolah
teman yang lain kecuali teman-

teman 1 gengnya yang

menggunakan/mengkonsumsi lem
LAMPIRAN

Daftar Pedoman Wawancara Dengan Guru Bimbingan dan Konseling

SMP Harapan Mekar MEDAN T.P 2017 - 2018

WaktuWawancara : 29 Januari 2018

TempatWawancara :Ruang Guru

No Pertanyaan Hasil Wawancara

1 Sudah Berapa Lama Saya bekerja disekolah ini mulai dari tahun 2013

Bapak Bertugas sampai sekarang dan berarti sudah sekitar ± 5

Memberikan tahun lebih saya bekerja sebagai guru bimbingan

Pengajaran Mengenai dan konseling di sekolah ini.

Bimbingan dan Konseli

ng di SMP Harapan

MekarMedan ?

2 Apakah Latar Belakang Latar belakang pendidikan bapak strata satu (S1)

Pendidikan Yang Pendidikan Agama Islam,dan jumlah siswa yang

Bapak Miliki dan bapak tangani di SMP Harapan Mekar Medan ini

Berapa Jumlah Siswa berjumlah 420 siswa.

Bapak di SMP Harapan

Mekar Medan ?

3 Layanan Apa Saja Saya sudah memberikan layanan orientasi,

Yang BapakBerikan layanan informasi,layanan mediasi, dan


Dalam Kegiatan layanan konsultasi.

Bimbingan dan

Konseling di SMP

Harapan Mekar Medan

4 Bagaimana Menurut saya pelaksanaan pelayanan

Pelaksanaan Kegiatan
bimbingan dan konseling yang saya
Bimbingan dan
lakukan sudah baik, tetapi masih ada
Konseling Yang Bapak

Lakukan di SMP kekurangan - kekurangan dalam

Harapan Mekar Medan pelaksanaan bimbingan dan konseling


?
yang saya lakukan.

5 Apa Saja Tugas bapak Tugas saya adalah membuat program

Sebagai
bimbingan dan konseling, membuat
Guru Bimbingan dan
laporan kegiatan bimbingan dankonseling yang
Konseling diSekolah
saya lakukan,memantau siswa - siswa
SMP
yang bermasalah dan membantu siswa dalam
Harapan Mekar Medan
memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
?

6 Apakah Bapak Pernah Saya tidak pernah menerapkan Pendekatan

Melakukan Pendekatan Konseling Behavior Therapy


Konseling Behavior dengan menggunakan Layanan Konseling

Therapy Individual di SMP Harapan Mekar Medan, tetapi

layanan
dengan menggunakan

Layanan Konseling konseling individual dengan layanan –

Individual di SMP
layanan yang pernah saya lakukan.
Harapan Mekar Medan

7 Menurut bapak apa Menurut saya penyebabnya yaitu rasa

penyebab siswa ingincoba-coba yang pada akhirnya menjadi

melakukan kebiasaan ketagihan, ada juga yang fator ikut-ikutan teman

ngelem ? dan juga factor keluarga.

8 Bagaimana Bapak Saya sudah pernah memberikan layanan

Mengatasi informasi, sudah memperingati siswa-siswa

Permasalahan terhadap tersebut, dan bahkan saya sudah memanggil

siswa yang memiliki orangtua mereka kesekolah.

kebiasaan ngelem ?

9 Apakah ibu melibatkan Iya, saya melibatkan wali kelas untuk

guru - mengurangi kebiasaan ngelem pada siswa

tersebut.
guru lain dalam

mengatasi

masalah siswa yang


memiliki

kebiasaan ngelem di

sekolah SMP Harapan

Mekar Medan ?
LAMPIRAN

Daftar Pedoman Wawancara Dengan Siswa

SMP Harapan Mekar MEDAN T.P 2017 - 2018

WaktuWawancara : 24 Januari 2018

TempatWawancara :RuangKelas

No Pertanyaan Hasil Wawancara

1 Apakah Ananda Memahami Iya, saya sedikit memahami pengertian

Pengertian dan Fungsi dan fungsi bimbingan dan konseling.

Bimbingan dan Konseling ?

2 Apakah ananda tahu yang Saya Tau buk

dimaksud dengan lem/ngelem ?

3 Apa yang mendasari ananda Awalnya coba-coba, seterusnya saya

memakai/menggunakan lem ? ketagihan dan pada akhirnya saya terus

menerus menggunakannya.

4 Apa hanya karena factor itu Saya menggunakannya juga karena factor

ananda memakai/menngunakan keluarga saya, saya anak dari keluarga

lem ? broken home buk.

5 Apakah keluarga ananda ada Tidakbu, hanyateman-teman saya yang

yang menggunakan seperti yang menggunakannya buk, makanya saya

ananda konsumsi ? ikut-ikutan


6 Apa orangtua ananda Yaaa tau buk, orangtua saya juga pernah

mengetahui bahwa ananda dipanggil ke sekolah

mengkonsumsi ini ?

7 Lalu apa tanggapan orangtua Mereka marah buk, tapi gimana buk saya

ananda ? diam-diamlah buk. Karena dengan begitu

saya merasa lebih tenang buk. Apalagi

kalau gabung sama temen-temen.


LAMPIRAN

Daftar Pedoman Wawancara Dengan WaliKelas

SMP Harapan Mekar MEDAN T.P 2017 - 2018

WaktuWawancara : 4 Februari 2018

TempatWawancara :Ruang Guru

No Pertanyaan Hasil Wawancara

1 Adakah Keterlibatan Iya, jika diperlukan terkadang saya juga

Wali Kelas Dalam


terlibat langsung dalam pelaksanaan program
Pelaksanaan Program
bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan

Konseling ?

2 Bagaimana Kerja Kerja sama kami dalam membantu Mengurangi

Sama Yang Dilakukan kebiasaan ngelem pada 4 siswa yang ada di

Antara Wali Kelas kelas IX C.

Dengan Guru BK di

Sekolah ?

3 Bagaimana Usaha Usaha yang saya lakukan adalah memberikan

Wali Kelas Agar pengarahan kepada siswa agar siswa tidak sukar

Pelaksanaan Program untuk keruangan BK ketika ada masalah

Bimbingan dan yangsedang mereka hadapi, dan memeberikan

Konseling Dapat arahan kepada siswa untuk mau bersukarela


Berjalan Lancar ? dalam mengikuti kegiatan – kegiatan bimbingan

dan konseling.

4 Bagaimana Respon Mereka sering merasa ngantuk, lambat berfikir

Siswa Dalam dan lama merespon dari guru-guru dengan

Mengikuti Proses materi pelajaran yang diberikan.

Pembelajaran ?

5 Bagaimana Tingkah Tingkah laku siswa tersebut kurang sopan dan

Laku Siswa Ketika tidak baik.

Mengikuti Proses

Pembelajaran di

Dalam Kelas Maupun

Pada Saat Jam

Istirahat di Sekolah ?

6 Bagaimana Cara Wali Saya sudah terus menerus menasehatinya,

KelasDalam menjelaskan bahwa itu tidak baik, dan saya juga

Mengatasi Siswa sudah memanggil orangtuanya datang kesekolah

YangMemiliki tapi tetap belum ada perubahan.

Kebiasaan ngelem

tersebut ?

7 Bagaimana Pola Kurang baik dan tidak sopan.

Interaksi Siswa

dengan Guru - Guru di


SMP Harapan Mekar

Medan ?

8 Bagaimana Pola Dari yang saya lihat mereka kurang bergaul

Interaksi Antar Siswa hanya lebih sring bergabung dengan 4 orang itu

di SMP Harapan saja kemana-mana.

Mekar Medan?
LAMPIRAN

Pedoman Observasi Dengan Siswa Setelah Melaksanakan

Pendekatan Konseling Behavior Therapy Untuk Mengurangi Kebiasaan

Mengelem

PadaSiswaKelas IX SMP HARAPAN MEKAR TahunAjaran 2017/2018

Observasi : WidyaFuri

TempatObservasi : SMP HARAPAN MEKAR

Hal Yang di Observasi : Pendekatan Konseling Behavior Therapy dengan

Layanan Konseling Individual untuk mengurangi kebiasaan ngelem Pada Siswa

Kelas IX SMP HARAPAN MEKAR TahunAjaran 2017/2018

IndikatorObservasi Analisa

No

1. Masalah Yang Dialami Siswa Masalah yang dialami siswa adalah

diSekolah memiliki kebiasaan ngelem, dan

siswa melalukan itu bersama tema-

temannya. Dalam 1 kelas ada 4

siswa yang menggkonsumsi /

menggunakan lem

2. Perilaku Siswa Berada Didalam Perilaku siswa kurang sopan dan

tidak bisa dinasehati, membantah


Kelas Mupun Lingkungan perkataan guru

Sekolah

3. Antusias dan Motivasi Siswa Mereka sangat antusias dan

menyukai kegiatan Pendekatan


Dalam Mengikuti Kegiatan
Konseling Behavior Therapy dan
Pendekatan Konseling Behavior
Individual
Therapy dan Individual

4. Interaksi Siswa Dengan Guru dan Kurang baik dan tidak sopan

santun, dan kurang bergaul dengan


Teman-temannya di Sekolah
teman yang lain kecuali teman-

teman 1 geng nya yang

menggunakan/mengkonsumsi lem
LAMPIRAN

Daftar Pedoman Wawancara Dengan Siswa Setelah Melaksanakan

Pendekatan Konseling Behavior Therapy Melalui Pemberian Layanan

Konseling Individual Pada Siswa Kelas IX SMP HARAPAN MEKAR Tahun

Ajaran 2017/2018

Waktu Wawancara : 24 Januari 2017

Tempat Wawancara : RuangKelas

Pertanyaan Jawaban

No

1. Apakah materi yang disampaikan Ya saya memahami buk, saya dapat

ketika kegiatan Pendekatan memahami apa itu pengertian lem /

Konseling Behavior Therapy ngelem, jenis – jenis

Melalui Pemberian Layanan lem/ngelem,dampak ngelem dan

Konseling Individual ananda sudah memahami bagaimana cara

mengatasi kebiasaan ngelem


memahami ?

2. Bagaiamana sifat ananda Pada saat di sekolah saya lebih

senang sendiri atau gabung dengan


Di lingkungan sekolah ataupun di
1 geng saya. Dan pada saat dirumah
rumah ?
saya lebih banyak menghabiskan
waktu di dalam kamar atau bertemu

dengan teman-teman

mengkonsumsi / menggunakan lem.

3. Menurut ananda apakah sudah ada Sudah buk, saya sudah mau

mengerti dan mendengarkan


peningkatan disekolah ataupun di
naseihat dari teman, guru dan
rumah dalam sifat yang ananda
orangtua saya.

miliki ?

4. Apa harapan ananda kedepannya Harapan saya buk, saya ingin

menjadi lebih baik lagi kedepannya


setelah ananda mengikuti
dan tidak lagi mengkonsumsi lem
pendekatan konseling behavior
karena saya tidak mau uterus
therapy dengan layanan konseling
menerus begini.
individual telah dapat mengurangi

kebiasaan ngelem ?

Anda mungkin juga menyukai