7 DMF

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Modul 7.

DMF Bahan Jalan & Jembatan

Modul 7

Perencanaan Campuran Beraspal Panas


(DMF)

1. Teori Umum
Pembuatan rancangan campuran harus mengikuti ketentuan spesifikasi untuk
menjamin agar kadar aspal, rongga udara, stabilitas, kelenturan, dan keawetan dapat
dipenuhi. Perlu diperhatikan bahwa metode perencanaan campuran beraspal yang
direncanakan pada ketentuan kepadatan agregat maksimum umumnya tidak akan
menghasilkan campuran yang memenuhi persyaratan dalam spesifikasi. Pengujian
campuran di laboratorium harus dilaksanakan dalam tiga (3) langkah dasar yaitu:
1. Memperoleh gradasi agregat yang sesuai;
2. Membuat campuran rencana;
3. Memperoleh persetujuan campuran rencana sebagai rencana campuran kerja.
Beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk memenuhi proses perencanaan
campuran beraspal panas adalah sebagai berikut:
1. Data-data hasil pengujian;
2. Spesifikasi campuran;
3. Penyesuaian gradasi campuran dengan spesifikasi;
4. Penentuan Gradasi agregat gabungan;
5. Perkiraan kadar aspal rencana (Pb).

2. Penggabungan Agregat
Penggabungan agregat adalah pencampuran dari agregat halus dan kasar yang
mempunyai sifat berbeda sehingga menjadi suatu campuran homogen dan mempunyai
susunan butir sesuai yang kita rencanakan ataupun sesuai dengan standar yang kita
inginkan. Penggabungan agregat yang digunakan dalam percobaan penelitian ini adalah
dengan cara penggabungan diagonal.
Cara diagonal bukan satu-satunya cara dalam penyelesaian untuk penggabungan
agregat. Masih banyak cara atau alternative yang dipilih antara lain cara matriks
ataupun cara grafis. Cara-cara tersebut hanyalah merupakan alat bantu dan untuk
penyesuainnya dilakukan dengan cara Trial and Error. Tujuan dari penggabungan ini
adalah untuk mencampur semua bahan agregat dan aspal yang mempunyai sifat-sifat

D-IV TPJJ Teknik Sipil Polmed 1


Modul 7. DMF Bahan Jalan & Jembatan

berbeda menjadi satu campuran yang homogen dan susunan butirannya sesuai dengan
spesifikasi campuran.

3. Perhitungan Kadar Aspal Rencana Campuran


Kadar aspal total dalam campuran adalah kadar aspal efektif untuk melapisi
butir-butir agregat, mengisi pori antara agregat serta ditambah aspal yang akan terserap
masuk kedalam pori masing-masing butir agregat. Kadar aspal dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus dan persamaan yang dikenal dengan istilah perkiraan kadar aspal
rencana (Pb).
Pb = 0,035 ( %CA) + 0,045 ( %FA) + 0,18 ( %FF ) + k
dimana :
Pb = Kadar Aspal rencana awal, adalah % terhadap berat campuran
CA = Agregat kasar, adalah % terhadap agregat kasar
FA = Agregat halus, adalah % terhadap agregat halus
FF = Bahan pengisi (Filler)
k = konstanta, untuk Laston 0,5 – 1,0 dan Lataston 2,0 – 3,0

4. Perencanaan Kebutuhan Bahan Campuran


Perencanaan campuran adalah prosedur kegiatan untuk menentukan proporsi
(dalam batas-batas spesifikasi) material yang merupakan toleransi campuran agar
tercapai kinerja campuran yang optimum. Prosedur mix design termasuk
mempertimbangkan faktor ekonomi dan lingkungan. Metode rancangan yang paling
banyak digunakan di Indonesia adalah metode rancang campuran berdasarkan pengujian
empiris dengan menggunakan alat uji Marshall (Marshall Test). Sasaran dan tujuan dari
perencanaan campuran aspal adalah :
1. Kandungan aspal cukup, untuk menjamin tahan terhadap durability;
2. Stabilitas cukup, untuk menjamin ketahanan terhadap deformasi akibat beban
kendaraan;
3. kandungan rongga cukup, untuk memberi kesempatan pemadatan akibat beban
kendaraan tanpa terjadi Flushing, Bledding atau Loss of Stablity;
4. Cukup mudah dikerjakan, sehingga efektif saat dihamparkan tanpa terjadi
segregasi.
Perencanaan campuran dilakukan setelah penggabungan agregat baik secara
diagonal, cara matriks ataupun dengan cara Trial and Error, maka komposisi bahan
D-IV TPJJ Teknik Sipil Polmed 2
Modul 7. DMF Bahan Jalan & Jembatan

campuran seperti CA, MA, FA, tempurung kemiri dan aspal yang akan digunakan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
 Berat Aspal Terhadap Campuran
Kadar aspal total = % Aspal terhadap campuran x berat sampel

 Berat Aggregat = x berat aggregate

Rumus untuk mencari berat agregat dalam campuran dihitung berdasarkan


persentase masing-masing agregat dalam campuran tersebut berdasarkan penggabungan
agregat baik secara diagonal, matriks atau cara trial and error.

 Berat aspal terhadap aggregat = Berat kering x

5. Pembuatan Benda Uji Marshall


 Peralatan Pembuatan Benda Uji Marshall
1) Dua buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan
tinggi 7,62 cm lengkap dengan plat alas;
2) Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan :
 Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk
silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm;
 Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (Jati atau yang sejenis)
berukuran 20,32 x 20,32 x 45,72 cm dilapisi dengan pelat baja berukuran
30,48 x 30,48 x 2,54 cm dan dijangkarkan pada lantai beton di keempat
bagian sudutnya;
3) Alat pengeluaran benda uji :
Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan
benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm;
4) Alat marshall lengkap dengan:
 Kepala penekan (Breaking head) berbentuk lengkung;
 Cincin penguji (Proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg,
dilengkapi arloji (Dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm;

D-IV TPJJ Teknik Sipil Polmed 3


Modul 7. DMF Bahan Jalan & Jembatan

 Arloji pengukur alir (Flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta


perlengkapannya;
5) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi
sampai 200˚C (± 3˚C );
6) Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20 –
60˚C (±1˚C);
7) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2
Kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg
dengan ketelitian 1 gram;
8) Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250˚C dan
100˚C dengan ketelitian 1% dari kapasitas;
9) Perlengkapan lain:
 Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal;
 Sendok pengaduk dan spatula;
 Kompor atau pemanas (Hot Plate);
 Sarung tangan dari asbes; sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan (Masker)
 Bahan Pembuatan Benda Uji
1) Aspal Penetrasi 60/70
2) Agregat CA, MA, FA
3) Tempurung kemiri
4) Gas elpiji atau minyak tanah
5) Filter yang terbuat dari kertas dengan ukuran diameter dalam cetakan
 Persiapan Benda Uji
Persiapan benda uji meliputi :
1) Keringkan agregat pada suhu 105°C – 110°C minimum selama 4 jam,
keluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap;
2) Pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan cara
penyaringan;
3) Panaskan aspal sampai mencapai tingkat kekentalan (viscositas) yang
disyaratkan baik untuk pekerjaan pencampuran maupun pemadatan seperti
tabel berikut;

D-IV TPJJ Teknik Sipil Polmed 4


Modul 7. DMF Bahan Jalan & Jembatan

Tabel 1. Tingkat kekentalan (viscositas) aspal Untuk aspal padat dan aspal cair
Pencampuran Pemadatan

Alat Aspal Aspal Aspal Aspal


Satuan Satuan
padat cair padat cair

Kinematik
170±20 170±20 C.ST 280±30 280±30 C.ST
Viscosimeter

Say Bolt
Furol 85±10 85±10 DET.SF 140±15 140±15 DET.SF
Viscosimeter

 Pencampuran dilakukan sebagai berikut :


1) Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram sehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm ± 1,27 mm
2) Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28˚C di atas suhu
pencampuran untuk aspal padat; bila menggunakan aspal cair pemanasan
sampai 14 ˚C di atas suhu pencampuran
3) Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti Tabel 1
sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut
kemudian aduklah dengan cepat pada suhu sesuai sampai agregat terselimuti
aspal secara merata
 Pemadatan, dilakukan sebagai berikut :
1) Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk
dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3 ˚C – 148,9˚C
2) Letakkan cetakan di atas landasan pemadat tahan dengan pemegang
cetakan
3) Letakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting
menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan

D-IV TPJJ Teknik Sipil Polmed 5


Modul 7. DMF Bahan Jalan & Jembatan

4) Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran


keras-keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali keliling
pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya
5) Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak :
 75 Kali tumbukkan untuk Lalu lintas Berat
 50 Kali tumbukkan untuk Lalu lintas Sedang
 35 Kali tumbukkan untuk Lalu lintas Ringan
6) Tinggi jatuh 457,2 mm selama pemadatan harus diperhatikan agar sumbu
palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan
7) Pelat alas berikut leher sambung dilepas dari cetakan benda uji, kemudian
cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat alas
berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi terhadap
permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini tumbulah dengan jumlah
tumbukkan yang sama, sesuai
8) Sesudah pemadatan, lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda
uji pada permukaan ujung ini
9) Kemudian dengan hati-hati keluarkan dan letakan benda uji di atas permukaan
yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang
10) Bila diperlukan pendinginan yang lebih cepat dapat dipergunakan kipas angin
ataupun meja
6. Pemeriksaan Volumetrik
 Peralatan Analisis Volumetrik
1) Jangka sorong untuk mengukur tebal benda uji
2) Timbangan digital yang dilengkapi dengan penggatung benda uji kapasitas
2kg
3) Keranjang kawat dan wadah untuk menampung air
4) Kian Lap
 Bahan Analisis Volumetrik
1) Benda uji yang telah didinginkan pada suu ruang selama ± 24 jam
2) Air
 Pelaksanaan Analisis Volumetrik
1) Benda uji dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan kuas

D-IV TPJJ Teknik Sipil Polmed 6


Modul 7. DMF Bahan Jalan & Jembatan

2) Tebal benda uji diukur dengan menggunakan jangka sorong, minimal


pengukuran adalah dengan melakukan pengukuran dengan 3 titik
pengukuran kemudian diambil rata-ratanya
3) Benda uji ditimbang dengan menggunakan timbangan digital untuk
mendapatkan berat kering benda uji
4) Benda uji direndam dengan menggunakan wadah air selama kira-kira 24 jam
pada suhu ruang
5) Benda uji diangkat dari dalam wadah perendaman
6) Benda uji ditimbang dalam air dengan menggunakan timbangan digital yang
dilengkapi dengan penggantung, keranjang kawat dan wadah penampungan.
Tujuan dari penimbangan ini adalah untuk mendapatkan berat benda uji
dalam air
7) Permukaan benda uji di Lap dengan kain sampai permukaannya jenuh
8) Benda uji ditimbang, untuk memperoleh berat SSD dari benda uji
9) Benda uji yang sudah dianalisis volumetriknya diletakan pada permukaan
yang rata.
7. Pengujian Marshall
 Peralatan Uji Marshall
1) Satu set alat Uji Marshall
2) Pemanas air (Water bath) yang dilengkapi dengan pengatur temperatur,
temperatur pemanasan pemanasan adalah 60˚C ± 1˚C
 Benda Uji Marshall
1) Benda uji Marshall
2) Oli
 Pelaksanaan pengujian Marshall
1) Water bath dihidupkan kemudian atur temperatur pemanasan pada water
bath dengan suhu tetap 60˚C
2) Masukan benda uji secara berurutan sesuai dengan kadar aspal ataupun
variasi bahan tambah campuran kedalam water bath kira-kira selama 30
menit
Catatan: Sebaiknya sewaktu memasukan benda uji kedalam water bath tidak
dilakukan secara serentak / bersamaan, melainkan diberi selang
waktu antara 3 – 5 menit untuk lebih memudahkan dan koreksi
terhadap lamanya proses perendaman
D-IV TPJJ Teknik Sipil Polmed 7
Modul 7. DMF Bahan Jalan & Jembatan

3) Benda uji dikeluarkan dari water bath, kemudian dilap dengan kain
4) Oleskan oli pada permukaan alat penekan uji marshall (Marshall Test)
dengan menggunakan kuas
5) Letakan benda uji tersebut pada bagian bawah alat penekan Uji Marshall
(Marshall Test)
6) Pasang bagian atas alat penekan marshall diatas benda uji dan letakan
seluruh alat uji marshall beserta benda uji yang akan di Tes Marshall pada
mesin uji marshall
7) Pasang arloji pengukur kelelehan (flow) pada kedudukannya diatas salah satu
batang penuntun
8) Kepala penekan bersama benda uji dinaikan hingga menyentuh alas cincin
penguji
9) Atur kedudukan jarum arloji stabilitas dan arloji kelelehan (flow) ke posisi
angka nol
10) Berikan pembebanan hingga jarum jam stabilitas berputar searah jarum jam
11) Pembacaan stabilitas dan kelelehan dibaca secara bersamaan saat jarum
stabilitas mulai bergerak melawan arah jarum jam
12) Catatlah hasil pembacaan stabilitas dan kelelehannya
13) Kemudian turunkan dongkrak pembebanan, benda uji yang sudah diuji
dengan alat marshall dikeluarkan.
1 2 3

D-IV TPJJ Teknik Sipil Polmed 8


Modul 7. DMF Bahan Jalan & Jembatan

4 5 6 7
Gambar 1. Perlatan Pengujian Marshall (Marshall Test)

Catatan :
1. Gambar 1, Alat Mesin Penumbuk
2. Gambar 2, Cetakan Benda Uji
3. Gambar 3, Alat Pengeluaran Benda Uji
4. Gambar 4, Alat Marshall
5. Gambar 5, Alat Pengukur Alir
6. Gambar 6, Bak Perendam (Water Bath)
7. Gambar 7, Kepala Penekan
8. Analisis Data Parameter Campuran Lapisan Aspal Beton Konvensional
8.1. Analisis Berat Jenis Agregat Gabungan
8.1.1. Bj Efektif Agregat Gabungan
BJ efektif aggregat gabungan = (% CA x Bj Efektif CA) + %MA total [(% MA x
Bj Efektif MA) + (% CK x Bj Efektif CK)] +
(% FA x Bj Efektif FA
8.1.2. Bj Bulk Agregat Gabungan

D-IV TPJJ Teknik Sipil Polmed 9


Modul 7. DMF Bahan Jalan & Jembatan

BJ Bulk aggregat gabungan = (% CA x Bj Bulk CA) + %MA total [(% MA x Bj


Bulk MA) + (% CK x Bj Bulk CK)] + (% FA x
Bj Bulk FA

8.2. Analisis Parameter-parameter Campuran Lapis Aspal Beton Konvensional


Ada beberapa parameter campuran yang diatur dalam Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 378/KPTS/1987 yaitu campuran Lapis Aspal Beton
konvensional. Parameter tersebut merupakan parameter dalam pengujian Marshall.
Parameter-parameter tersebut antara lain adalah:
a = % Aspal terhadap agregat
b = % Aspal terhadap campuran
c = Berat contoh kering (gram)
d = Berat contoh keadaan jenuh (gram)
e = Berat contoh dalam air (gram)
f = Isi contoh ( d-e) =
g = Berat isi contoh (c/f)

h = Berat jenis maks. campuran (teoritis) =

i = Volume aspal = VIM = bxg


Bj aspal
j = Volume agregat = (100-b) g
Bj bulk agregat
k = Volume rongga = 100-i-j

l = %Rongga diantara agregat (VMA) =

m = Persen rongga terisi aspal (VFA) =

n = Persen rongga terhadap campuran =

o = Pembacaan arloji stabilitas


p = 1 x Kalibrasi Proving Ring

D-IV TPJJ Teknik Sipil Polmed 10


Modul 7. DMF Bahan Jalan & Jembatan

q = m x Koreksi benda uji


Rumus untuk menentukan koreksi ketebalan benda uji adalah

Y = (stabilitas x tebal benda uji x

Dimana: Y = koreksi ketebalan benda uji dengan menggunakan tabel.


9. Pengertian dari beberapa parameter.
9.1. Stabilitas
Stabilitas adalah kemampuan lapis perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa
terjadi perubahan bentuk. Nilai stabilitas menggambarkan kemampuan dari lapisan
perkerasan meneruma beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan tetap seperti gelombang,
alur dan bleeding. Dalam pengujian stabilitas, benda uji dikondisikan dalam keadaan
panas ± 60˚C, pembacaan dinyatakan dalam satuan (Kg). Untuk campuran lapis aspal
beton konvensional dengan beban lalu lintas berat, stabilitas dibatasi minimal 550 kg.
9.2. Flow (Kelelehan Plastis)
Kelelehan plastis (flow) menunjukan tingkat kelenturan plastis lapisan
perkerasan. Nilai flow besar, akibatnya apabila pada konstruksi terjadi pembebanan lalu
lintas maka badan jalan akan melendut. Nilai flow dinyatakan dalam millimeter (mm),
berdasarkan hasil pembacaan dari jarum arloji pembaca nilai flow (kelelehan) pada saat
pengujian Marshall.
9.3. VIM (Rongga terhadap campuran)
VIM adalah volume total udara yang berada diantara partikel agregat yang
terselimuti aspal dalam suatu campuran yang telah dipadatkan. VIM dinyatakan dalam
persen (%). Nilai VIM dipengaruhi oleh berat jenis bahan agregat ( CA, MA, FA) yang
digunakan dalam campuran tersebut. Nilai VIM diperoleh melalui persamaan (10) dari
parameter di atas.
9.4. VFA (Rongga terisi Aspal)
VFA adalah bagian dari rongga yang berada diantara mineral agregat (VMA)
yang terisi kandungan aspal efektif dan dinyatakan dalam persen terhadap VMA. VFA
tidak termasuk aspal yang terserap agregat. Nilai VFA dipengaruhi oleh bentuk butiran
agregat yang digunakan, karena akan mempengaruhi jumlah rongga yang akan diisi
oleh aspal. Nilai VFA diperoleh dengan persamaan (14) dari parameter di atas.
9.5. VMA (Rongga terhadap Agregat)
VMA adalah rongga antara partikel agregat pada campuran padat beraspal yang
telah dipadatkan. VMA dinyatakan dalam persen terhadap volume total. VMA dihitung

D-IV TPJJ Teknik Sipil Polmed 11


Modul 7. DMF Bahan Jalan & Jembatan

berdasarkan berat jenis agregat curah (bulk) dan dinyatakan dalam persentase dari
volume curah campuran padat. Nilai VMA dapat dihitung berdasarkan persamaan (13)
dari parameter di atas.
9.6. Marshall Quotient (MQ)
Marshall Quotient merupakan hasil bagi stabilitas dengan flow (kelelehan) yang
menunjukan kekakuan campuran. Untuk campuran aspal beton konvensional dengan
lalu lintas padat, marshall quotient dibatasi dari 220 kg/mm – 350 kg/mm. Nilai MQ
diperoleh berdasarkan persamaan berikut:

Marshall Quotient (MQ) =

Tabel 2. Persyaratan sifat campuran lapis aspal beton konvensional


LL Berat LL Sedang LL Ringan
(2 x 75 (2 x 50 (2 x 35
Sifat Campuran
tumbukan) tumbukan) tumbukan)
Min Maks Min Maks Min Maks
Stabilitas (kg) 550 - 450 - 350 -
Kelelehan (mm) 2.0 4.0 2.0 4.5 2.0 5.0
Marshall Qoutient (kg/mm) 220 350 200 350 200 350
Rongga dlm Campuran/VIM (%) 3 5 3 5 3 5
Rongga dlm Aggregat/ VMA
14.0 -        
(%)
Indeks Perendaman 75 - 75 - 75 -

D-IV TPJJ Teknik Sipil Polmed 12

Anda mungkin juga menyukai