RESUMEMOOC
RESUMEMOOC
RESUMEMOOC
NAMA : UMYANAH, SS
NIP : 196904012022212002
MATA PELATIHAN : AGENDA 1 (SIKAP BELA NEGARA), AGENDA 2 (NILAI-NILAI DASAR
PNS), AGENDA 3 (KEDUDUKAN DAN PERAN PNS)
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda
Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan
identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi
cerminan kedaulatan negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan
menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian, bendera, bahasa, dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekadar merupakan
pengakuan atas Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi simbol
atau lambang negara yang dihormati dan dibanggakan warga negara Indonesia.
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia menjadi
kekuatan yang sanggup menghimpun serpihan sejarah Nusantara yang beragam
sebagai bangsa besar dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia
bahkan cenderung berkembang menjadi bahasa perhubungan luas. Penggunaannya
oleh bangsa lain yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu menjadi
kebanggaan bangsa Indonesia.
2. BELA NEGARA
1. Pengertian Bela Negara
Secara ontologis bela Negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku
serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif,
secara epistemologis fakta- fakta sejarah membuktikan bahwa bela Negara
terbukti mampu menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sementara
secara aksiologis bela Negara diharapkan dapat menjamin kelangsungan
hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
Konsep bela negara modern itu sendiri bukanlah sebuah konsep
baru yang berseberangan dengan pakem yang sudah dibuat, namun di
dalam konsep itu didefinisikan kembali apa itu bela negara masa kini dan
bagaimana menghadapi ancaman per ancaman secara rinci, dan apabila
perlu dijelaskan pula lingkungan strategis dan konteks politik yang menjadi
latar belakang ancaman itu, dan bagaimana ancaman bisa masuk dengan
mudah ke tubuh bangsa dan negara Indonesia. Sebab apabila ancaman itu
telah berhasil diidentifikasi, maka negara akan dengan cepat, tanggap, dan
senyap dalam melakukan pengawasan dan tindakan, sertaantisipasi.
6. NASIONALISME
Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri
secara berlebihan sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya,
nasionalisme ini disebut juga nasionalisme yang chauvinisme, contoh
Jerman pada masa Hitler.
Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara
sendiri dan menggap semua bangsa sama derajatnya.
Ada tiga hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme
Indonesia:
1. Mengembangkan persamaan diantara suku-suku bangsa penghuni
nusantara
2. Mengembangka sikap toleransi
3. Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan diantara sesama bangsa
Indonesia
7. PATRIOTISME
Sikap patriotisme adalah sikap sudi berkorban segala-galanya termasuk
nyawa sekalipun untuk mempertahankan dan kejayaan negara. Ciri-ciri
patriotisme adalah:
1. Cinta tanah air.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan
pribadi dangolongan.
4. Berjiwa pembaharu.
5. Tidak kenal menyerah dan putus asa.
10. Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara
Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai ASN. Pegawai ASN
diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan,
dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan dengan
memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan Pegawai ASN.
Adapun tugas pemerintahan dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan
fungsi umum pemerintahan yang meliputi pendayagunaan kelembagaan,
kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Sedangkan dalam rangka pelaksanaan tugas
pembangunan tertentu dilakukan melalui pembangunan bangsa (cultural and
political development) serta melalui pembangunan ekonomi dan sosial (economic
and social development) yang diarahkan meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran seluruh masyarakat.
1. KORUPSI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “korupsi” diartikan sebagai
penyelewengan atau penyalahgunaan uang Negara (perusahaan) untuk keuntungan
pribadi atau orang lain.
Pada dasarnya sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain:
a. Faktor Individu
sifat tamak,
moral yang lemah menghadapi godaan,
gaya hidup konsumtif,
b. Faktor Lingkungan
Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Aspek ekonomi,
Aspek Politis
Aspek Organisasi
Gratifikasi
Pasal 12B UU No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, "gratifikasi" dalam ayat
ini adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi diartikan sebagai pemberian dalam arti luas dan tidak
termasuk “janji”. Gratifikasi dapat dianggap sebagai suap, apabila
berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya.
Dampak Korupsi
Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat. Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara, mulai dari bidang sosial budaya, ekonomi
serta psikologi masyarakat.
Berikut ini adalah jenis tindak pidana korupsi dan setiap bentuk
tindakan korupsi diancam dengan sanksi sebagaimana diatur di dalam UU No. 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 20 Tahun
2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, yaitu bentuk tindakan:
1) Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian negara (Pasal 2)
2) Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan / kedudukan yang dapat merugikan
keuangan / kedudukan yang dapat merugikan keuangan / perekonomian Negara (
Pasal 3 )
3) Penyuapan (Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 11)
4) Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10)
5) Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12)
6) Berkaitan dengan pemborongan (Pasal 7 )
7) Gratifikasi (Pasal 12B dan Pasal 12C)
2. NARKOBA
Di kalangan masyarakat luas atau secara umum dikenal istilah Narkoba atau Napza,
dimana keduanya istilah tersebut mempunyai kandungan makna yang sama. Kedua
istilah tersebut sama-sama digunakan dalam dunia obat-obatan atau untuk
menyebutkan suatu hal yang bersifat adiktif, yaitu dapat mengakibatkan
ketergantungan (addiction) apabila disalahgunakan atau
penggunaannya tidak sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter. Narkoba adalah
merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.
Penggolongan Narkoba
- Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk
pengobatan dan sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan.
Contoh 1. Opiat: morfin, heroin, petidin, candu. 2. Ganja atau kanabis,
marijuana, hashis. 3. Kokain: serbuk kokain, pasta kokain, daun koka;
- Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan
berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan
petidin; serta
- Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan
serta berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh kodein.
ritalin;
- Golongan III berkhasiat pengobatan dan pelayanan kesehatan serta
berpotensi sedang mengakibatkan ketergantungan. Contoh
pentobarbital, flunitrazepam;
- Golongan IV berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan untuk
pelayanan kesehatan serta berpotensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh diazepam, bromazepam, fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam.
Golongan Psikotropika
- Golongan I hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak
untuk terapi serta sangat berpotensi mengakibatkan ketergantungan. Contoh
ekstasi, LSD;
- Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta
berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh amfetamin,
shabu, metilfenidat atau ritalin;
- Golongan III berkhasiat pengobatan dan pelayanan kesehatan serta
berpotensi sedang mengakibatkan ketergantungan. Contoh pentobarbital,
flunitrazepam;
- Golongan IV berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan untuk pelayanan
kesehatan serta berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh
diazepam, bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, dan
nitrazepam.
Zat adiktif lainnya adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika dan
psikotropika meliputi:
- Minuman beralkohol, mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan saraf pusat;
- Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan
rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin, yang sering
disalahginakan seperti lem, thinner, cat kuku dll;
- Tembakau, dan lain-lain
4. MONEY LAUNDERING
Dalam Bahasa Indonesia terminologi money laundering ini sering
juga dimaknai dengan istilah “pemutihan uang” atau “pencucian uang”.
Kata launder dalam Bahasa Inggris berarti “mencuci”. Oleh karena itu
sehari-hari dikenal kata “laundry” yang berarti cucian. Dengan demikian
uang ataupun harta kekayaan yang diputihkan atau dicuci tersebut
adalah uang/harta kekayaan yang berasal dari hasil kejahatan, sehingga
diharapkan setelah pemutihan atau pencucian tersebut, uang/harta
kekayaan tadi tidak terdeteksi lagi sebagai uang hasil kejahatan
melainkan telah menjadi uang/harta kekayaan yang halal seperti uang-
uang bersih ataupun aset-aset berupa harta kekayaan bersih lainnya.
Untuk itu yang utama dilakukan dalam kegiatan money laundering
adalah upaya menyamarkan, menyembunyikan, menghilangkan atau
menghapuskan jejak dan asal-usul uang dan/atau harta kekayaan yang
diperoleh dari hasil tindak pidana tersebut. Dengan proses kegiatan
money laundering ini, uang yang semula merupakan uang haram (dirty
money) diproses dengan pola karakteristik tertentu sehingga seolah-
olah menghasilkan uang bersih (clean money) atau uang halal
(legitimate money). Secara sederhana definisi pencucian uang adalah
suatu perbuatan kejahatan yang melibatkan upaya untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta
kekayaan dari hasil tindak pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan
tersebut seolah-olah berasal dari aktivitas yang sah.
1. KESEHATAN MENTAL
a. PENGERTIAN KESEHATAN MENTAL
Inti dari suatu kesehatan mental adalah sistem kendali diri yang bagus.
Itu sebabnya, salah satu cara mendapatkan kendali diri yang baik adalah
dengan memelihara kesehatan otak (healthy brain) lebih dari sekadar
kenormalan otak (normal brain). Dengan mempertimbangkan sifat
neuroplastisitas otak—dimana otak dan lingkungan bisa saling pengaruh
memengaruhi—maka kesehatan otak dapat dibangun melalui kesehatan
jasmani, mental, sosial dan spiritual.
b. SISTEM BERPIKIR
Hubungan kesehatan jasmani, mental, sosial dan spiritual, dilakukan
secara neurobiologis oleh 2 (dua) sistem yaitu sistem 1 dan sistem 2.
Sistem 1
Jika sistem 1 yang bekerja, maka bagian otak bernama limbik lah yang
mendominasi kinerja otak. Limbik dikelompokkan sebagai salah satu
komponen “otak tua” (paleocortex). Ini bagian otak yang lebih dulu ada dalam
otak manusia dan dimiliki semua mahluk dengan bentuk yang berbeda,
terutama dimiliki reptil. Limbik dan batang otak kadang disebut bersama
sebagai reptilian-mammalian brain. Limbik diciptakan oleh Tuhan untuk
membantu manusia merespon sebuah kejadian yang membutuhkan
keputusan cepat.
Sistem 2
Sistem 2 bekerja lambat, penuh usaha, analitis dan rasional. Komponen otak
yang bekerja adalah cortex prefrontal yang dikelompokkan sebagai Neocortex
(“otak baru”) karena secara evolusi ia muncul lebih belakangan pada primata
dan terutama manusia. Disinilah, data dianalisis, dicocokkan dengan memori,
dan diracik kesimpulan yang logis. Karena urut-urutan ini, maka prosesnya
lambat dan lama. Namun, dengan tingkat akurasi dan presisi yang jauh lebih
baik. sistem berpikir-2 ini ciri khas manusia yang membuat pengambilan
keputusan menjadi sesuatu yang sangat rumit, tetapi umumnya tepat. Akurasi
dan validitas data menjadi salah satu komponen pentingnya. Lalu, analisis
yang tajam dan berakhir pada kesimpulan yang pas. Pada mereka yang
terlatih dengan baik sistem 2 ini dapat bekerja lebih cepat dari sistem 1 dengan
akurasi dan presisi kesimpulan yang tepat.
c. KESEHATAN BERPIKIR
Dengan menghindari pikiran yang menyimpang (distorted thinking)
tersebut, maka seseorang akan terpelihara dari kesesatan berpikir (fallacy).
Selain itu, keputusan-keputusan yang dibuat adalah keputusan yang berbasis
pada pikiran yang sehat. Membuat keputusan (decision making) adalah salah
satu kemampuan penting manusia yang bertumpu pada pikiran-pikiran yang
sehat.
Makin mendalam pikiran kita terhadap suatu masalah, makin baik
keputusan yang akan dihasilkan. Dengan kata lain, keputusan yang diambil
dengan pertimbangan rasional akan lebih baik dari keputusan yang diambil
secara impulsif karena dorongan emosional.
Dinamika berpikir sehat adalah hubungan saling pengaruh
memengaruhi antara bagian cortex prefrontalis yang terletak di bagian depan
otak, dan system limbic yang tersembunyi dan tertanam di bagian dalam otak.
Berpikir sehat akan berkaitan dengan kendali diri yang bagus. Inilah inti dari
kesehatan mental.
e. MANAJEMEN STRES
Peneliti stress Hans Selye mendefenisikan stres sebagai
‘ketidakmampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan
yang terjadi pada dirinya maupun terhadap lingkungannya’ atau ‘respon tidak
spesifik dari tubuh atas pelbagai hal yang dikenai padanya’ (Greenberg, 2011:
4).
Dengan defenisi ini, stres bisa bersifat positif (disebut eustress),
misalnya kenaikan jabatan yang membuat seseorang harus beradaptasi; atau
bisa juga bersifat buruk (disebut distress), misalnya kematian seseorang yang
dicintai. Baik eustress maupun distress menggunakan mekanisme fisiologis
yang sama.
Lima tanda berikut ini menunjukkan bahwa pikiran kita sedang
bekerja secara berlebihan dan kemungkinan besar sedang stres (mind is
stressed) (Elkin, 2013 : 233):
a. Pikiran menjadi sangat cepat, seperti sedang balap.
b. Kontrol terhadap pikiran tersebut menjadi sangat sulit.
c. Menjadi cemas, mudah terangsang dan bingung.
d. Lebih sering dan konsentrasi makin sulit.
e. Menjadi sulit tidur atau sulit tidur kembali.
Tiga cara berikut ini dapat dilakukan untuk mengelola stress (Elkin,
2013 : 244., Adamson, 2002 : 71-124)
Mengelola sumber stress (stressor)
Mengubah cara berpikir, cara merespon stress (changing the
thought)
Mengelola respon stress tubuh (stress response)
f. EMOSI POSITIF
Emosi Positif merupakan Manifestasi spiritualitas berupa kemampuan
mengelola pikiran dan perasaan dalam hubungan intrapersonal sehingga
seseorang memiliki nilai-nilai kehidupan yang mendasari kemampuan
bersikap dengan tepat. Kata kunci: syukur (atas sesuatu yang given, yang
sudah diberikan oleh Tuhan tanpa melalui usaha sendiri. Syukur bila diberi
keberhasilan setelah melakukan usaha adalah syukur yang lebih rendah
nilainya dibandingkan bersyukur atas sesuatu yang diberikan tanpa ada usaha
sama sekali), sabar (membuat segala sesuatu yang pahit dan tidak nyaman
berada di bawah kontrol diri.
g. MAKNA HIDUP
Makna hidup terdiri dari sejumlah komponen berikut ini (Pasiak, 2012):
1. Menolong dengan spontan
2. Memegang teguh janji
3. Memaafkan (diri dan orang lain).
4. Berperilaku jujur.
5. Menjadi teladan bagi orang lain.
6. Mengutamakan keselarasan dan kebersamaan
3) Tahap-tahap latihan:
a) Warm up selama 5 menit; Menaikan denyut nadi perlahan-lahan
sampai training zone.
b) Latihan selama 15 – 25 menit; Denyut nadi dipertahankan dalam
Training Zone sampai tercapai waktu latihan. Denyut nadi selalu
diukur dan disesuaikan dengan intensitas latihan.
c) Coolling down selama 5 menit; Menurunkan denyut nadi sampai
lebih kurang 60% dari denyut nadi maksimal.
2. KESIAPSIAGAAN MENTAL
a. Pengertian Kesiapsiagaan Mental
Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan
memahami kondisi mental, perkembangan mental, dan proses
menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan
perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik tuntutan dalam diri
sendiri maupun luar dirinya sendiri, seperti menyesuaikan diri dengan
lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat.
Di bawah ini terdapat beberapa gejala yang umum bagi seseorang
yang terganggu kesiapsiagaan mentalnya, gejala tersebut dapat dilihat
dalam beberapa segi, antara lain pada segi:
1) Perasaan :
2) Pikiran :
3) Sikap Perilaku :
4) Kesehatan Jasmani:
d. KECERDASAN EMOSIONAL
Menurut Devies dan rekan-rekannya, bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya
sendiri dan orang lain, dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun
proses berpikir serta perilaku seseorang. Adapun Eko Maulana Ali Suroso
(2004:127) mengatakan, bahwa kecerdasan emosional adalah sebagai
serangkaian kecakapan untuk memahami bahwa pengendalian emosi dapat
melapangkan jalan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.
Jadi, kecerdasan emosional adalah gabungan dari semua emosional dan
kemampuan sosial untuk menghadapi seluruh aspek kehidupan manusia.
Kemampuan emosional meliputi, sadar akan kemampuan emosi diri sendiri,
kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan
menyatakan perasaan orang lain, dan pandai menjalin hubungan dengan
orang lain.
6) Etiket Berbicara
Dalam berbicara maupun pada saat terlibat dalam
percakapan, ada baiknya untuk memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a) Sikap tenang;
b) Kontak mata;
c) Jangan suka memotong pembicaraan;
d) Jangan cepat memberi pernyataan; salah, bukan begitu;
e) Jangan bertanya kepada seorang wanita terutama orang asing
mengenai: usia, status menikah atau anak;
f) Percakapan yang menarik yaitu; musik, hobby, peristiwa aktual,
olahraga;
g) Jangan bergosip;
h) Pujian dengan senyum dan terima kasih;
i) Jangan menguraikan kesulitan pribadi atau mengeluh tentang
penyakit;
j) Bila lawan bicara pemalu, buka pembicaraan tentang hobby,
keluarga atau hal yang menarik;
k) Tiga kalimat ajaib (Three Magic Words) yaitu tolong, terima
kasih, dan maaf.
l) Kunci sukses kita dapat pergaulan dan menjadi pembicara yang
baik seperti nyaman dipandang, suara dan intonasi yang sopan,
dan erpihan dalam berbusana.
c. MORAL
Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan
istilah dari bahasa Latin. Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal
kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-
masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan
dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata
‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,
adat.
Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka
rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa
Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin (Kanter dalam Agoes dan Ardana, 2011).
d. KEARIFAN LOKAL
1. Konsep Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh
manusia di tempat ia hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk
memperoleh kebaikan. Kearifan Lokal dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja,
alat, bahan dan perlengkapan yang dibuat manusia setempat untuk menjalani
hidup di berbagai bidang kehidupan manusia. Kemudian Kearifan Lokal pun
dapat berupa karya terbarukan yang dihasilkan dari pelajaran warga setempat
terhadap bangsa lain di luar daerahnya.
1. Tahap Pertama.
Tahapan ini dilakukan pada saat On Campus, dimana masing-masing peserta
Latsar CPNS dapat menyusun Rencana Aksi-nya yang terkait dengan seluruh
rangkaian kegiatan dan tidak terlepas dari Nilai-nilai Dasar Bela Negara dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan siklus yang dialami selama pembelajaran di
dalam lingkungan penyelenggaraan diklat (On Campus) selama 21 Hari sejak hari
pertama memasuki lembaga diklat (tempat penyelenggaraan Latsar CPNS).
Penyusunan Rencana Aksi Bela Negara Tahap Pertama bagi peserta Pelatihan
Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS) ini dilaksanakan pada saat setelah
selesai mengikuti kegiatan pembelajaran pada Modul I, Modul II, dan Modul III
pada Agenda I Sikap Perilaku Bela Negara dan sebelum memasuki kegiatan
pembelajaran pada Agenda selanjutnya.
2. Tahap Kedua.
Tahapan ini dilakukan pada saat Off Campus, dimana masing-masing peserta
Latsar CPNS saat kembali ke instansinya masing-masing dalam kurun waktu dan
tempat sesuai dengan situasi dan kondisi di lingkungan kerja masing- masing
selama 30 Hari, terhitung sejak Off Campus sampai On Campus kembali kedua
kalinya. Dalam penyusunan Rencana Aksi ini tidak terlepas dari Nilai-nilai Dasar
Bela Negara dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta Latsar CPNS.
11. Tata cara periksa kerapian biasa dan parade dilaksanakan dengan
urutan sebagai berikut:
a) Saat aba-aba “MULAI” melaksanakan sikap sempurna.
b) Badan dibungkukkan 90 derajat ke depan, kaki lurus.
c) Kedua tangan tergantung lurus kebawah, kelima jari dibuka.
d) Selanjutnya merapihkan bagian bawah secara berurutan.
e) Dimulai dari kaki kiri dan kaki kanan (bagian tali sepatu).
f) Dilanjutkan merapihkan saku celana bagian lutut sebelah kiri dan
kanan (bila menggunakan PDL).
g) Berikutnya menarik ujung baju bagian bawah depan.
h) Menarik ujung baju bagian bawah belakang.
i) Merapihkan lidah/tutup saku dada bagian kiri dan kanan.
j) Merapihkan kerah baju bagian kiri dan kanan.
k) Membetulkan tutup kepala (topi/baret).
l) Selanjutnya tangan kembali ke sikap sempurna.
m) Setelah ada aba-aba pelaksanaan “SELESAI” kembali ke
sikap istirahat.
15. Tata cara lencang kanan dan atau lencang kiri diatur dengan ketentuan
sebagai berikut :
a) Dilaksanakan pada saat pasukan dalam formasi bersaf.
b) Pada aba-aba pelaksanaan saf paling depan mengangkat lurus lengan
kanan/kiri mengambil jarak satu lengan sampai tangan menyentuh
bahu orang yang berada di
sebelahnya. Jari-jari tangan mengenggam dan kepala dipalingkan ke
kanan/kiri dengan tidak terpaksa.
c) Penjuru saf tengah dan belakang, melaksanakan lencang depan 1 lengan
ditambah 2 kepal, setelah lurus menurunkan tangan secara bersama-
sama kemudian ikut memalingkan muka ke samping kanan/kiri
dengan tidak mengangkat tangan.
d) Masing-masing saf meluruskan diri hingga dapat melihat dada orang-
orang yang berada disebelah kanan/kiri sampai kepada penjuru
kanan/kirinya.
e) Penjuru kanan/kiri tidak berubah tempat.
f) Setelah lurus aba-aba “TEGAK = GERAK”.
g) Kepala dipalingkan kembali ke depan bersamaan tangan kanan
kembali ke sikap sempurna.
16. Tata cara setengah lengan lencang kanan dan atau setengah lengan
lencang kiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Secara umum pelaksanannya sama seperti lencang kanan/kiri.
b) b. Tangan kanan/kiri diletakkan dipinggang (bertolak pinggang)
dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri disebelah
kanan/kirinya, pergelangan tangan lurus, ibu jari disebelah belakang
dan empat jari lainnya rapat disebelah depan.
c) Pada aba-aba “TEGAK = GERAK” semua serentak menurunkan lengan
memalingkan muka kembali ke depan dan berdiri dalam sikap
sempurna.
17. Tata cara lencang depan diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Dilaksanakan pada saat pasukan dalam formasi berbanjar.
b) Penjuru tetap sikap sempurna sedangkan banjar kanan nomor dua dan
seterusnya meluruskan ke depan dengan mengangkat tangan jari-jari
tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas jarak 1
lengan ditambah 2 kepal orang yang di depannya.
c) Banjar dua dan tiga saf terdepan mengambil antara satu lengan/
setengah lengan disamping kanan, setelah lurus menurunkan tangan,
serta menegakkan kepala kembali dengan serentak.
d) Pada aba-aba “TEGAK = GERAK” banjar kanan kecuali penjuru secara
serentak menurunkan lengan dan berdiri dalam sikap sempurna.
19. Urutan kegiatan hadap kanan diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Aba-aba “HADAP KANAN = GERAK”.
b) Saat aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan melintang di depan kaki
kanan dengan lekukan kaki kiri berada di ujung kaki kanan, berat
badan berpindah ke kaki kananpandangan mata tetap lurus kedepan.
c) Tumit kaki kanan dan badan diputar ke kanan 90 º
dengan poros tumit kaki kanan.
d) Kaki kiri dirapatkan kembali ke kaki kanan seperti dalam keadaan
sikap sempurna.
20. Urutan kegiatan hadap kiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Aba-aba “HADAP KIRI = GERAK”.
b) Saat aba-aba pelaksanaan kaki kanandiajukan melintang di depan kaki
kiri dengan lekukan kaki kanan berada di ujung kaki kiri, berat badan
berpindah ke kaki kiripandangan mata tetap lurus kedepan.
c) Tumit kaki kiridan badan diputar ke kiri 90º dengan poros tumit kaki
kiri.
d) Kaki kanan dirapatkan kembali ke kaki kiri seperti dalam keadaan
sikap sempurna.
21. Urutan kegiatan hadap serong kanan diatur dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Aba-aba “HADAP SERONG KANAN = GERAK”.
b) Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri digeser sejajar dengan kaki kanan,
berjarak ± 20 cm atau selebar bahu, posisi badan dan pandangan mata
tetap lurus kedepan.
c) Kaki kanan dan badan diputar ke kanan 45º dengan poros tumit kaki
kanan.
d) Tumit kaki kiri dirapatkan ke tumit kaki kanan dengan tidak diangkat.
22. Urutan kegiatan hadap serong kiri diatur dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) Aba-aba “HADAP SERONG KIRI = GERAK”
b) Pada aba-aba pelaksanaan kaki kanan digeser sejajar dengan kaki kiri,
berjarak ± 20 cm atau selebar bahu, posisi badan dan pandangan mata
tetap lurus kedepan.
c) Kaki kiri dan badan diputar ke kiri 45º dengan poros tumit kaki kiri.
d) Tumit kaki kanan dirapatkan ke tumit kaki kiridengan tidak diangkat.
25. Gerakan jalan ditempat. Ketentuan umum jalan ditempat diawali dari
posisi berdiri sikap sempurna. Aba-aba jalan ditempat adalah “JALAN DI
TEMPAT = GERAK”. Urutan pelaksanaan jalan di tempat :
a) Saat aba-aba pelaksanaan kaki kiri dan kanan diangkat secara
bergantian dimulai dengan kaki kiri.
b) Posisi lutut dan badan membentuk sudut 90º
(horizontal).
c) Ujung kaki menuju kebawah.
d) Tempo langkah sama dengan langkah biasa.
e) Badan tegak pandangan mata lurus ke depan.
f) Lengan lurus dirapatkan pada badan dengan tidak dilenggangkan.
30. LangkahTegap.
a) Dari sikap sempurna.
b) Aba-aba : “LANGKAH TEGAP MAJU = JALAN”.
c) Pelaksanaan.
1) Langkah pertama kaki kiri dihentakkan, lutut lurus, telapak kaki
rata dan sejajar dengan tanah, diangkat
± 20 cm, bersamaan itu lengan kanan dilenggangkan lurus ke depan
membentuk sudut 90º sejajar dengan bahu, punggung ibu jari
menghadap ke atas, lengan kiri dilenggangkan ke belakang dengan
sudut 30º.
2) Langkah selanjutnya dilakukan secara bergantian, kaki kanan
dihentakkan, lutut lurus, telapak kaki menghadap ke depan
diangkat ± 20 cm, bersamaan itu lengan kiri dilenggangkan lurus ke
depan membentuk sudut 90º sejajar dengan bahu, punggung ibu
jari menghadap ke atas, lengan kiri dilenggangkan ke belakang
dengan sudut 30º.
B. KEPROTOKOLAN
1. KONSEP KEPROTOKOLAN
keprotokolan adalah pengaturan yang berisi norma-norma atau aturan-aturan
atau kebiasaan-kebiasaan mengenai tata cara agar suatu tujuan yang telah
disepakati dapat dicapai. Dengan kata lain protokol dapat diartikan sebagai tata
cara untuk menyelenggarakan suatu acara agar berjalan tertib, hikmat, rapi,
lancar dan teratur serta memperhatikan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku,
baik secara nasional maupun internasional. Dengan meningkatnya hubungan
antar bangsa, lambat laun orang mulai mencari suatu tatanan yang dapat
mendekatkan satu bangsa dengan bangsa lainnya dan dapat diterima secara
merata oleh semua pihak.
c. Kelengkapan Upacara
Mengingat pentingnya upacara dengan cakupan serta tanggugjawab yang
besar di lapangan, maka kelengkapan upacara yang diatur sesuai, antara
lain:
1. Perwira upacara.
2. Komandan upacara.
3. Inspektur upacara.
4. Pejabat lain sesuai dengan kebutuhan, misalnya perlengkapan, keamanan dan
lain-lain sesuai dengan kebutuhan
4. TATA PENGHORMATAN
Tata penghormatan meliputi tata cara pemberian penghormatan dan
penyediaan kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk tercapainya
kelancaran upacara.
Dalam acara resmi, pejabat negara, pejabat pemerintah, dan tokoh masyarakat
tertentu mendapat penghormatan berupa:
a) pemberian tata tempat;
b) penghormatan bendera negara;
c) penghormatan lagu kebangsaan;
d) penghormatan jenazah bila meninggal dunia;
e) pemberian bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan.
1. Uraian Materi.
Apel adalah salah satu praktek dari materi kegiatan belajar dalam
bagian modul ini. Pelaksanaan kegiatan apel sangat diperlukan baik
ditempat pekerjaan maupun di lingkungan Diklat. Apel adalah suatu
kegiatan berkumpul untuk mengetahui kehadiran dan kondisi
personil dari suatu instansi perkantoran atau lembaga pendidikan
yang dilaksanakan secara terus menerus (rutin). Apel yang biasa
dilakukan adalah apel pagi (masuk kerja/belajar) dan apel siang
(selesai kerja/belajar), apel pada umumnya dilaksanakan di lapangan
dengan tertib dan khidmat serta sunguh- sungguh.
6. ETIKA KEPROTOKOLAN
Secara khusus, materi ini dimaksudkan memiliki beberapa
manfaat utama bagi setiap CPNS sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan pemahaman dan kompetensi peserta Latsar
dalam memberikan pelayanan terbaik dan profesional kepada
seluruh pejabat negara/pemerintahan, tokoh masyarakat, tamu asing,
dan masyarakat pada saat melaksanakan tugas keprotokolan sehari-
hari;
b. Untuk membantu peserta Latsar memahami secara kognitif konsep
etika, etiket, dan pengembangan kepribadian secara umum, dalam
pelaksanaan tugas kedinasan baik secara lingkup nasional dan juga
internasional;
c. Mengasah kemampuan afektif dalam mengelola perasaan, emosi serta
nilai-nilai internalisasi diri yang dapat menjadi pegangan dan kontrol
diri dalam berhubungan dengan orang lain baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam pelaksanaan tugas kedinasan sebagai petugas
protokol;
d. Memberikan bekal kemampuan teknis psikomotor mengenai aspek
etika yang dapat diterapkan dalam tata laku (tindakan) dan tata bicara
(tutur kata) yang pantas dan baik yang dapat diterapkan dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai petugas protokol dalam
berbagai Acara Resmi dan/atau Kenegaraan, formal maupun
informal, secara nasional maupun internasional;
a. Etika Keprotokolan
Menurut Erawanto (2013) Etika Keprotokolan dapat disimpulkan sebagai
suatu bentuk tutur, sikap, dan perbuatan yang baik dan benar
berdasarkan kaidah norma universal yang dilakukan secara sadar dalam
tata pergaulan yang berlaku pada tempat, waktu, dan ruang lingkup serta
situasi tertentu, untuk menciptakan komunikasi dan hubungan kerja
sama yang positif dan harmonis baik antar individu, kelompok
masyarakat, dan lembaga/organisasi, maupun antar bangsa dan negara.
Etika tersebut diimplementasikan melalui sikap dan perilaku yang
beretiket yang mencerminkan nilai moral dan budi luhur Indonesia dan
ketimuran. Aplikasi etika dan turunannya melalui aplikasi etiket inilah
yang harus dimiliki oleh setiap CPNS dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
di msayarakat.
b. Komunikasi Efektif dalam Keprotokolan
Komunikasi dapat menjadi efektif apabila terjadi dan berlangsung
dalam iklim dan semangat yang benar- benar komunikatif. Suatu
komunikasi dapat dikatakan efektif apabila terjadinya interaksi timbal
balik (two ways) anata komunikator (pengirim pesan) dan komunikan
(penerima pesan) dimana pesan yang disampaikan dapat
diinterpretasikan dengan tepat tanpa adanya kesalahpahaman.
Selain itu, untuk mencapai tujuan komunikasi yang baik dan positif,
maka perlu juga untuk menghindari hal-hal yang kiranya dapat
menghambat dan merusak (noise) proses penyampaian pesan yang
diinginkan. Adapun beberapa hal yang diperlukan untuk dapat berbicara
secara efektif:
a. Berbicara dengan rasa percaya diri yang kuat;
b. Mempunyai persepsi yang tepat terhadap keadaan lingkungan dan
individu yang terlibat dalam interaksi tersebut;
c. Dapat menguasai situasi dan memilih topik pembicaraan yang
menarik;
d. Mengetahui hasil yang diharapkan dari interaksi/perbincangan;
e. Menghindari memotong/menyela pembicaraan orang lain;
Ruang lingkup
Ruang lingkup Intelijen Negara meliputi :
1. Intelijen dalam negeri dan luar negeri;
2. Intelijen pertahanan dan/atau militer;
3. Intelijen kepolisian dan Intelijen penegakan hukum; dan
4. Intelijen kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian.
RESUME AGENDA 2
MODUL1
BERORIENTASI PELAYANAN
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN,
yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan
yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan
dan/atau diterima oleh penerima layanan.
A. Uraian Materi
1. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
Sebagaimana kita ketahui, ASN sebagai suatu profesiberlandaskan pada
prinsip sebagai berikut:
a. nilai dasar;
b. kode etik dan kode perilaku;
c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan
publik;
d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. kualifikasi akademik;
f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
g. profesionalitas jabatan.
Dari berbagai sumber, definisi nilai dasar sendiri adalah kondisi ideal
atau kewajiban moral tertentu yang diharapkan dari ASN untuk mewujudkan
pelaksanaan tugas instansi atau unit kerjanya. Sedangkan kode etik adalah
pedoman mengenai kewajiban moral ASN yang ditunjukkan dalam sikap atau
perilaku terhadap apa yang dianggap/dinilai baik atau tidak baik, pantas atau
tidak pantas baik dalam melaksanakan tugas maupun dalam pergaulan hidup
sehari-hari. Adapun kode perilaku adalah pedoman mengenai sikap, tingkah
laku, perbuatan, tulisan, dan ucapan ASN dalam melaksanakan tugasnya dan
pergaulan hidup sehari-hari yang merujuk pada kode etik.
Penjabaran berikut ini akan mengulas mengenai panduan
perilaku/kode etik dari nilai Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi
para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, yaitu:
a. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan
perilaku Berorientasi Pelayanan yang pertama ini diantaranya:
1) mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
2) menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
3) membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian; dan
4) menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
b. Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan
dengan panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang kedua ini
diantaranya:
1) memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
2) memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah; dan
3) memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
c. Melakukan Perbaikan Tiada Henti
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan
perilaku Berorientasi Pelayanan yang ketiga ini diantaranya:
1) mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanyakepada publik
2) mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
MODUL2
AKUNTABILITAS
KONSEP AKUNTABILITAS
A. Uraian Materi
1. Pengertian Akuntabilitas
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep
tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban
untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai.
2. Pentingnya Akuntabilitas
3. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
Akuntabilitas Individu
AkuntabilitasOrganisasi
akuntabilitas organisasi
Akuntabilitas Stakeholder
3. Mekanisme Akuntabilitas
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri.
Mekanisme ini dapat diartikan secara berbeda- beda dari setiap
anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang berbeda-beda
pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem
penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem
pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software untuk memonitor
pegawai menggunakan komputer atau website yang dikunjungi).
4. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan secara umum adalah suatu keadaan sewaktu
seseorang pada posisi yang diberi kewenangan dan kekuasaan untuk
mencapai tugas dari perusahaan atau organisasi yang memberi penugasan,
sehingga orang tersebut memiliki kepentingan profesional dan pribadi yang
bersinggungan.
Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi dapat
membantu pembangunan budaya akuntabel dan integritas di lingkungan kerja.
Akuntabilias dan integritas dapat menjadi faktor yang kuat dalam membangun
pola pikir dan budaya antikorupsi.
B. Disrupsi Teknologi
Loyal:
Perlakuan yang adil dan objektif tersebut di atas meliputi seluruh unsur dalam
siklus manajemen ASN, yaitu:
a. Melakukan perencanaan, rekrutmen, seleksi, berdasarkan kesesuaian
kualifikasi dan kompetensi yang bersifat terbuka dankompetitif;
b. Memperlakukan ASN secara adil dan setara untuk seluruh kegiatan
pengelolaan ASN lainnya; dan
c. Memberikan remunerasi setara untuk pekerjaan-pekerjaan yang juga
setara, dengan menghargai kinerja yang tinggi.
C. Karakter ASN
Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam
menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik
tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT
dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship. Kedelapan
karakteristik ini disebut sebagai smart ASN
MODUL3
KOMPETEN
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
A. Konsepsi Kompetensi
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill), dan sikap (attitude) yang terindikasikan dalam kemampuan
dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan
dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2)
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola
unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan
terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral,
emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk
memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
PERILAKU KOMPETEN
1. Berkinerja dan BerAkhlak
Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja.
Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.
Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku
BerAkhlak.
1) Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah hal- hal yang benar-
benar baru, dan lakukan secara terus- menerus. Proses belajar ini dilakukan
dimana pun, dalam peran apa apun, sudah barang tentu termasuk di tempat
pekerjaannya masing-masing.
MODUL4
HARMONIS
KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504
pulau. Dari Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di tanah Papua, Indonesia terdiri
dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras),
Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda namun tetap
satu"), bermakna keberagaman sosial-budaya yang membentuk satu
kesatuan/negara. Selain memiliki populasi penduduk yang padat dan wilayah yang
luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman
hayati terbesar kedua di dunia 30 juta jiwa.
Keanekaragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena kondisi
letak geografis Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan samudra. Hal
tersebut mengakibatkan terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan
budaya yang membuat beragamnya suku bangsa dan budaya diseluruh indonesia.
Keanekaragaman suku bangsa dan budaya membawa dampak terhadap kehidupan
yang meliputi aspek aspek sebagai berikut:
1. Kesenian
2. Religi
3. Sistem Pengetahuan
4. Organisasi social
5. Sistem ekonomi
6. Sistem teknologi
7. Bahasa.
2. Budaya Harmonis
Dalam dunia nyata upaya mewujudkan suasana harmonis tidak
mudah. Realita lingkungan selalu mengalami perubahan sehingga
situasi dan kondisi juga mengikutinya. Ibarat baterai yang
digunakan untuk menggerakkan motor atau mesin suatu masa akan
kehabisan energi dan perlu di ‘charge’ ulang. Upaya menciptalkan
dan menjaga suasana harmonis dilakukan secara terus menerus.
Mulai dari mengenalkan kepada seluruh personil ASN dari jenjang
terbawah sampai yang paling tinggi, memelihara suasana harmonis,
menjaga diantara personil dan stake holder. Kemudian yang tidak
boleh lupa untuk selalu menyeseuaikan dan meningkatkan usaha
tersebut, sehingga menjadi habit/kebiasaan dan menjadi budaya
hidup harmonis di kalangan ASN dan seluruh pemangku
kepentingannya.
MODUL5
LOYAL
KONSEP LOYAL
A. Uraian Materi
1. Urgensi Loyalitas ASN
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government), pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN
BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal”
dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus
dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh
faktor penyebab internal dan eksternal.
2. Makna Loyal dan Loyalitas
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal
dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan
lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas
pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
c. Meningkatkan Nasionalisme
Setiap pegawai ASN harus memiliki Nasionalisme dan Wawasan
Kebangsaan yang kuat sebagai wujud loyalitasnya kepada bangsa dan negara
dan mampu mengaktualisasikannya dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan
pemersatu bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, setiap pegawai ASN memiliki
orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara.
A. Uraian Materi
1. Panduan Perilaku Loyal
a. Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta
Pemerintahan yang Sah
Sebagaimana tertuang Dalam UU ASN juga disebutkan
bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode
perilaku sebagaimana tertuang dalam Pasal 5, Ayat 2 UU ASN. Kode etik
dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku
Loyal yang pertama ini diantaranya:
1) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan; dan
3) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien.
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan
negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai
Dasar Bela Negara dalamkehidupan sehari-harinya, yaitu:
3. Cinta Tanah Air
4. Sadar Berbangsa dan Bernegara
5. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
6. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
7. Kemampuan Awal Bela Negara
MODUL6
ADATIF
MEMAHAMI ADAPTIF
A. Uraian Materi
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup.Organisasi dan
individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup,
untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kebutuhan kemampuan
beradaptasi ini juga berlaku juga bagi individu dan organisasi dalam menjalankan
fungsinya.
C. Organisasi Adaptif
A. Uraian Materi
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai
tujuan – baik individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu
tantangan membangun atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif
tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity).
Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi
complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
KONSEP KOLABORASI
A. Definisi Kolaborasi
2. Pengertian WoG
SMART ASN
KEGIATAN BELAJAR: LITERASI DIGITAL
1. Uraian Materi
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan
kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan
kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak
sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital terdiri dari
kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics. Kerangka
kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode pengukuran tingkat
kompetensikognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus
dijalankan, yaitu:
Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor- sektor strategis, baik
di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor
kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudahdibicarakan.
Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukansecepat-cepatnya
2. Konsep Literasi Digital
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana
menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian secara
daring. Literasi digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber
informasI, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia merepresentasikan
realita di dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini terkait
dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.
Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses,
mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan
menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk
pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang
secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan
literasi media.
Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh para peserta CPNS
yang terdiri dari etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital.
1. Uraian Materi
Kerangka kerja literasi digital merupakan dasar perancangan program serta
kurikulum literasi digital Indonesia 2020-2024. Oleh sebab itu, pada bagian ini, akan
dipelajari tentang empat pilar literasi digital yang terdiri dari etika, keamanan,
budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital. Dalam hal ini, Digital Ethics (Etika
Bermedia Digital) sebagai panduan berperilaku terbaik di ruang digital membawa
individu untuk bisa menjadi bagian masyarakat digital, berada di domain ‘kolektif,
informal’; Digital Culture (Budaya Bermedia Digital) sebagai wujud
kewarganegaraan digital dalam konteks keindonesiaan berada pada domain
‘kolektif, formal’ di mana kompetensi digital individu difungsikan agar mampu
berperan sebagai warganegara dalam batas-batas formal yang berkaitan dengan
hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam ruang ‘negara’; Digital Safety (Aman
Bermedia Digital) sebagai panduan bagi individu agar dapat menjaga keselamatan
dirinya berada pada domain ‘single, formal’ karena sudah menyentuh instrumen-
instrumen hukum positif; dam Digital Skills (Cakap Bermedia Digital) merupakan
dasar dari kompetensi literasi digital, berada di domain ‘single, informal’. Keempat
pilar tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kompetensi kognitif dan afektif
masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Partisipasi
Partisipasi merupakan proses terlibat aktif dalam berbagi data dan
informasi yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kompetensi ini
mengajak peserta untuk berperan aktif dalam berbagi informasi yang baik
dan etis melalui media sosial maupun kegiatan komunikasi daring lainnya
(Kurnia, 2020).
Kolaborasi
Kolaborasi merupakan proses kerjasama antar pengguna untuk
memecahkan masalah bersama (Monggilo, 2020). Kompetensi ini mengajak
peserta untuk berinisiatif dan mendistribusikan informasi yang jujur, akurat,
dan etis dengan bekerja sama dengan kelompok masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya (Kurnia, 2020).
Transaksi Elektronik
Transaksi elektronik atau dikenal sebagai transaksi daring adalah
transaksi atau pertukaran barang/jasa atau jual beli yang berlangsung di
ranah digital. Berdasarkan UU ITE No 11 tahun 2008, transaksi elektronik
adalah dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan media
elektronik lainnya. Berdasarkan UU ITE persyaratan para pihak yang
bertransaksi elektronik harus dilakukan dengan sistem elektronik yang
disepakati oleh para pihak. Transaksi elektronik terjadi pada saat penawaran
transaksi yang dikirim oleh pengirim telah diterima dan disetujui oleh
penerima. Alat transaksi daring adalah metode pembayaran saat kita
melakukan pembelanjaan daring. Jenis pembayaran atau transaksi daring
diantaranya ialah transfer bank, dompet digital/e-money, COD (Cash on
Delivery) atau pembayaran di tempat, pembayaran luring, kartu debit, kartu
kredit.
Penipuan Digital
Modus penipuan digital lebih mengarah pada penipuan yang menimbulkan kerugian
secara finansial. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah penipuan produk secara
daring. Modus penipuan digital dilakukan dengan target awal adalah melakukan pencurian
data digital, sehingga perlindungan terhadap identitas digital dan data pribadi menjadi
bagian yang penting pada berbagai dunia (Sammons & Cross, 2017). Penipuan digital ini
marak terjadi melalui media sosial. Modusnyapun berbeda-beda, mulai dari rekayasa sosial
(social engineering), menjual produk di bawah harga pasar hingga membatasi komentar
pada unggahan terkait.
KEGIATAN BELAJAR
Kegiatan Belajar I : Kedudukan, Peran, Hak danKewajiban, dan Kode Etik ASN
1. Kedudukan ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
1. Uraian Materi
A. Uraian Materi
Pengelolaan atau manajemen ASN pada dasarnya adalah kebijakan dan
praktek dalam mengelola aspek manusia atau sumber daya manusia dalam
organisasi termasuk dalam hal ini adalah pengadaan, penempatan, mutasi, promosi,
pengembangan, penilaian dan penghargaan. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen
PNS dan Manajemen PPPK
a. Manajemen PNS
Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan,
pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi,
mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensiun dan hari tua, dan perlindungan
b. Manajemen PPPK
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan;
penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi;
pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja;
dan perlindungan.
2. Organisasi
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga
kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps
ASN sebagai pemersatu bangsa.
4. Penyelesaian Sengketa
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya
administratif terdiri dari keberatan dan banding administrative