RMK Organisasi Sektor Publik Di Indonesia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN MATERI KULIAH

ORGANISASI SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA


EKA215/B5

Dosen Pengampu :
Dr. Dra. Gayatri., M.Si., Ak., CA., ACPA

Disusun Oleh:
Made Widananda Vira Suksma Paramachintya (2107531256)
Anasthasia Regina Sukma (2107531263)
I Gede Yogadita Widiana Darma (2107531263)
I Gusti Ayu Padma Widyari (2107531299)
I Wayan Renaldi Bayu Permana (2107531300)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
A. Pengertian Organisasi Sektor Publik
Sektor publik merupakan istilah yang lebih berfokus pada sektor negara, usaha-usaha
negara, dan organisasi nirlaba negara (Joedono: 2000). Abdullah (1996) menyatakan bahwa
sektor publik merupakan pemerintah dan unit-unit organisasinya, yaitu unit-unit yang
dikelola pemerintah dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak atau pelayanan
masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Maka dengan demikian, cukup
beralasan bahwa istilah sektor publik dapat berkonotasi perpajakan, birokrasi, atau
pemerintah.
Jones dan Pendlebury (1996: 1) menyatakan bahwa istilah sektor publik dapat dipahami
lebih jelas bila dihubungkan dengan istilah akuntan publik. Pada Amerika Serikat, istilah ini
adalah untuk akuntan swasta yang berpraktik untuk masyarakat. Sedangkan di Inggris
(Eropa), istilah ini adalah untuk akuntan yang bekerja di organisasi pemerintah.Pada
kesimpulannya, maka istilah sektor publik merupakan akuntansi untuk organisasi pemerintah.
Menurut Stephen P. Robbins, organisasi publik merupakan kesatuan sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang
bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai tujuan bersama atau
sekelompok tujuan. Pengertian organisasi publik berkenaan dengan proses pengorganisasian.
Menurut Handoko (2011) Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur
organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan
lingkungan yang melingkupinya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah stuktur
organisasi, berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara
implentasi kebijakan publik. Tantangannya adalah bagaimana agar tidak terjadi bureaucratic
fragmentation karena struktur ini menjadikan proses implementasi menjadi jauh dari efektif.
Organisasi publik adalah salah suatu wadah yang menjamin penyediaan pelayanan
publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk
memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan
wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan publik, dilandasi dengan pengaturan hukum
yang mendukungnya.
B. Karakteristik Organissi Sektor Publik
Menurut Ulum (2008:9) karakteristik organisasi sektor publik atau organisasi yang
tidak bertujuan untuk memupuk keuntungan adalah sebagai berikut:
a. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembalai atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
b. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri
atau pemilik entitas tersebut.
c. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus
kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan 14 proporsi pembagian sumber
daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.
Menurut Nordiawan (2006:2) organisasi publik menjadi berbeda dan unik karena
memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan financial
b. Dimiliki secara kolektif oleh pihak public
c. Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham yang
diperjualbelikan
d. Keputusan-kepuusan yang terkait kebijakan operasi didasarkan pada consensus

C. Value for Money


Value for Money merupakan sebuah konsep dalam pengukuran kinerja. Value for
Money yaitu indikator kinerja sebuah sektor publik yang memberikan informasi apakah
anggaran (dana) yang dibelanjakan menghasilkan suatu nilai tertentu bagi masyarakatnya.
Indikator yang dimaksud adalah ekonomi, efisien, dan efektif.
1. Ekonomi terkait analisis sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input
resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak
produktif.
2. Efisiens merupakan perbandingan output input yang dikaitkan dengan standar kinerja
atau target yang telah ditetapkan. Pencapaian output yang maksimum dengan input yang
terendah menunjukkan efisiensi
3. Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.

Terdapat 3 faktor utama yang dapat mendorong peningkatan Value for Money, yaitu:
1. Alokasi risiko
Adanya alokasi risiko dalam skema pengadaan PPP, adalah faktor utama yang
menjadikan PPP memiliki VfM lebih tinggi dari pengadaan konvensional. Nilai VfM
akan bertambah tinggi apabila biaya risiko dialokasikan dengan tepat tantara Pemerintah
dan Swasta.
2. Spesifikasi output
Pihak swasta diyakini memiliki kemampuan dan pengetahuan yang lebih baik untuk
melakukan inovasi dalam rangka mencapai spesifikasi output, sehingga dengan inovasi
tersebut spesifikasi output dapat dicapai dengan biaya yang lebih efisien.
3. Kontrak berbasis kinerja
Kinerja dalam PPP berfokus pada kualitas pelayanan di masa operasi dan bukan pada
target penyelesaian konstruksi seperti di pengadaan konvensional. Dengan adanya
mekanisme berbasis kinerja, Swasta diberi insentif untuk mempertahankan kualitas
kinerja mereka selama masa konsesi dan dengan demikian meningkatkan VfM.
Implementasi analisis Value for Money diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas sektor
publik dan memperbaiki kinerja sektor publik. Manfaat implementasi konsep Value for
Money pada organisasi sektor publik antara lain sebagai berikut ini.
1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat
sasaran.
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik.
3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya
penghematan dalam penggunaan input.
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik bukan golongan atau
kelompok tertentu, dan
5. Meningkatkan kesadaran akan dana publik (public cost awareness) sebagai akar
pelaksanaan akuntabilitas publik.

D. Perbedaan dan Persamaan Organisasi Sektor Publik dan Sektor Privat


Organisasi sektor publik adalah sebuah entitas ekonomi yang menyediakan barang dan/
atau jasa publik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bukan untuk mencari
keuntungan (Deddi N. dan Ayuningtyas H., 2014). Di bawah ini adalah persamaan dan
perbedaan organisasi sektor publik dan sektor privat/komersial
1. Persamaan
a. Keduanya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem ekonomi
nasional yang secara bersama-sama menggunakan sumber daya dalam sistem
ekonomi, seperti sumber daya finansial, modal maupun manusia
b. Sama-sama menghadapi sumber daya ekonomi yang terbatas untuk mencapai
tujuannya.
c. Mempunyai pola manajemen keuangan yang sama yang dimulai dari perencanaan
hingga pengendalian
2. Perbedaan
a. Organisasi sektor publik tidak memiliki tujuan mencari keuntungan (non laba),
sedangkan sektor privat/komersial bertujuan mendapatkan keuntungan/laba
b. Organisasi Sektor Publik memiliki karakteristik yang sangat kompleks, multi
fungsional. Sedangkan sektor privat/komersial lebih spesifik, pembagian fungsinya
lebih jelas.
c. Organisasi sektor publik harus melakukan aktivitasnya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Bagi sektor privat/komersial bisa memilih aktivitas yang
akan dilakukan berdasarkan laba atau ruginya.
d. OSP bersumber dana dari sumbangan publik. Sedangkan sektor privat/komersial
berasal dari dana pemilik, kreditor, investor.

E. Tujuan Akuntansi Sektor Publik


1. Berguna untuk menunjukkan kepemilikan transaksi dan kesesuaian transaksi tersebut
dengan aturan, hukum, dan regulasi yang ada.
2. Mengukur kinerja sektor publik saat ini dan memberi informasi untuk mengendalikan
manajemen operasi pemerintah yang efisien dan efektif.
3. Melakukan perencanaan operasi di masa depan dan menilai efisiensi dan efektivitas
pihak yang berwenang.
4. Memastikan legalitas transaksi serta kesesuaiannya dengan UU, peraturan, dan norma
yang berlaku.
5. Membantu perencanaan dan pengendalian serta membantu melakukan laporan yang tepat
waktu dan objektif.
6. Seorang akuntan sektor publik juga harus membantu organisasi dalam memberikan dasar
dalam mengambil keputusan penting.
7. Memberikan solusi jika ada masalah dalam organisasi tersebut serta meningkatkan
efisiensi manajemen.

F. Perkembangan Akuntansi Sektor Publik


Berbagai kritik mengenai peran organisasi sector public dalam perkambangannya telah
mengalami perubahan yang sangat pesat. Pada tahun 1950-an dan 1960-an sector public
memainkan peran utama sebagai pembuat dan pelaksana strategi pembangunan. Kemudian
istilah “Sektor Publik” mulai dipakai pertama kali pada tahun 1952. Organisasi Sektor Publik
di Indonesia juga banyak mengalami perkembangan, hal tersebut dimulai dari tahun 1959,
saat itu pemerintah melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan asing di Indonesia. Makin
meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan pendidikan akuntansi-
seperti pembukaan jurusan akuntansi di beberapa Universitas dan Institut di Indonesia dan
mendorong pergantian praktik akuntansi model Belanda dengan model Amerika pada tahun
1960. Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem akuntansi
model Amerika. Namun pada masa orde lama organisasi sector public tidak dikelola dengan
baik disebabkan oleh banyaknya campur tangan pemerintah sehingga proses penerapan
akuntansi belum berjalan secara maksimal. Kondisi yang demikian terus berjalan hingga
masa orde baru, sampai akhirnya pada pertengahan tahun 1980 muncul kaum tehnokrat
(/téknokrat/ n cendekiawan yang berkiprah dalam pemerintahan) dan memiliki kepedulian
terhadap reformasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok tersebut berusaha untuk menciptakan
ekonomi yang lebih kompetitif dan lebih berorientasi pada pasar-dengan dukungan praktik
akuntansi yang baik. Krisis ekonomi yang berlangsung pada tahun 1997-1998 membuat nilai
rupiah menjadi jatuh yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin
melambat. Pada tahun 1998 masyarakat menuntut adanya reformasi pemerintahan. Pada era
reformasi ini, masyarakat di sebagian besar wilayah Indonesia, baik di propinsi, kota maupun
kabupaten mulai membahas laporan pertanggungjawaban kepala daerah masing-masing
dengan lebih seksama. Dari peristiwa tersebut mulai berkembanglah konsep Sektor Publik
yang lebih baik.
Hingga pada akhirnya di tahun 1999 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.22
tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana para Kepala Daerah diharuskan untuk
membuat sebuah laporan yang memuat bagaimana mereka menyelenggarakan
Pemerintahannya. Dengan kata lain para Eksekutif Daerah harus membuat sebuah laporan
untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya setiap tahun dalam hal penyelenggaraan
Pemerintahan. Melalui peraturan-peraturan tersebut akuntansi sektor publik, mengalami
perkembangan-perkembangan dan mulai menunjukkan titik terang serta memberikan
pedoman bagaimana sistim dan prosedur Akuntansi dan Keuangan Pemerintahan bisa dibuat.
Pada tahun 2001 pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia memunculkan jenis akuntabilitas
baru, sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999.
Dalam hal ini terdapat tiga jenis pertanggungjawaban keuangan daerah yaitu:
1. Pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan dekonsentrasi
2. Pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan pembantuan
3. Pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Seiring berjaannya waktu, adanya pelaksanaan otonomi daerah juga menuntut adanya
perubahan pada basis pencatatan yang digunakan dalam akuntansi sector public. Perubahan
ini yaitu perubahan basis dari basis kas menuju basis akrual dilakukan secara bertahap. Hal
ini mengacu kepada praktik akuntansi di berbagai negara yang sudah mengarah kepada
akuntansi berbasis akrual.
Reformasi Akuntansi Sektor Publik yang telah dilakukan dari tahun 1980 yang artinya
sudah hampir sekitar dua dawawarsa dapat disimpulakan bahwa, telah terjadi perkembangan
akuntansi sektor publik yang pesat. Sehingga dalam pesatnya pertumbuhan yang juga dipicu
oleh adanya otonomi daerah, memunculkan istilah-istilah yang terkait dengan akuntansi
sektor publik saat ini yaitu: akuntabilitas publik, value for money, reformasi sektor publik,
privatisasi, dan good public governance, yang dapat dengan cepat masuk ke dalam kamus
sektor publik.
Hal-hal yang erat kaitannya dengan Perkembangan Terkini Akuntansi Sektor Publik
a. Akuntansi Sektor publik dan Good Governance
Good Governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik. Jika
mengacu pada World Bank, maka dapat didefinisikan bahwa good governance adalah
suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang bertanggungjawab yang sejalan
dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,penghindaran dalam alokasi dan
investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif. Dalam
prinsip good governance terdapat 3 hal yang ditekankan yaitu: penciptaan transparansi,
akuntabilitas publik, dan value of money. Untuk mewujudkan good governance maka
diperlukan serangkaian reformasi di sektor publik. Dimensi reformasi sektor publik
tersebut tidak saja sekedar perubahan format lembaga, akan tetapi mencakup
pembaharuan alat-alat yang digunakan untuk mendukung jalannya lembaga-lembaga
publik tersebut secara ekonomis, efisien, efektif transparan dan akuntabel. Tuntutan
pembaharuan sistem keuangan tersebut adalah agar pengelolaan uang rakyat dapat
dilkukan secara trasnparan sehingga terciptanya akuntabilitas publik.
b. Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk
membuat pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah
yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Akuntabilitas terdiri dari dua macam yaitu:
1. Akuntabilitas vertikal, adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
otoritas yang lebih tinggi.
2. Akuntabilitas horizontal, adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Dalam mewujudkan akuntabilitas publik, terdapat empat dimensi yang harus
dipenuhi oleh organisasi sektor publik yaitu:
1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum, artinya dalam perkambangannya
saat ini organisasi sektor publik diharapkan dapat melakukan penghindaran
penyalahgunaan jabatan, dan adanya keptuhan terhadap hukum dan peraturan.
2. Akutabilitas proses, yaitu terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam
tugas sudah cukup baik dalam hal proses melayani publik.
3. Akuntabilitas program, yaitu terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif
program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas Kebijakan, yaitu terkait dengan pertanggungjawaban kebijakan yang
telah dibuat baik pemerintah baik pusat maupun daerah.
c. Privatisasi
Privatisasi merupakan salah satu upaya mereformasi perusahaan publik untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan-perusahaan publik. Privatisasi artinya
melakukan pelibatan modal swasta dalam struktur modal perusahaan publik sehingga
kinerja finansial dapat dipengaruhi secara langsung oleh investor melalui mekanisme
pasar uang.
d. Otonomi Daerah
Perkembangan Akuntansi Sektor Publik khususnya di Indonesia semakin pesat
seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan sesentralisasi
fiskal. Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor public adalah bahwa
pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan
informasi keuangan kepada publik, DPRD, dan pihak-pihak lain yang menjadi
stakeholder pemerintah daerah

G. Akuntabilitas Sektor Publik


Berikut ini yang dapat anda diamati di dalam pengembangan sektor publik ialah
meningkatnya tuntutan pada pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi publik seperti:
otoritas pusat dan daerah, unit kerja pemerintah, kementerian dan lembaga pemerintah)
Permintaan akuntabilitas ini termasuk dengan kebutuhan transparansi dan informasi untuk
publik untuk memenuhi hak-hak publik.
Pengertian akuntabilitas publik ialah wewenang administrator (agen) untuk
memberikan tanggung jawab, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan semua kegiatan
– kegiatan yang merupakan tanggung jawab manajer (kepala sekolah) yang memiliki hak dan
kewajiban untuk memegang tanggung jawab tersebut.
Tanggung jawab terdiri dari dua jenis: tanggung jawab vertikal dan tanggung jawab
horisontal. Akuntabilitas vertikal adalah tanggung jawab mengelola dana kepada otoritas
yang lebih tinggi, seperti tanggung jawab unit kerja resmi kepada pemerintah daerah,
tanggung jawab pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada
MPR. Sedangkan akuntabilitas horisontal adalah pertanggungjawaban bagi masyarakat luas.
Akuntabilitas publik yang harus dilaksanakan oleh organisasi sektor publik terdiri dari
beberapa dimensi:
1. Kejujuran dan tanggung jawab hukum
Tanggung jawab untuk kejujuran terkait dengan menghindari penyalahgunaan jabatan,
sementara tanggung jawab hukum terkait dengan memastikan kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan lain yang diperlukan untuk penggunaan sumber pendanaan
publik.
2. Memproses tanggung jawab
Tanggung jawab proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan untuk
melakukan tugas cukup baik sehubungan dengan informasi akuntansi yang cukup,
sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi. Tanggung jawab proses
terbukti melalui penyediaan layanan publik yang cepat, responsif, dan murah.
Pemantauan dan peninjauan tanggung jawab proses dapat dilakukan melalui ada atau
tidak adanya biaya tambahan dan biaya lain di luar yang ditentukan dan limbah yang
menyebabkan limbah membuat biaya layanan publik menjadi mahal dan keterlambatan
dalam layanan. Serta pemantauan dan inspeksi proyek tender untuk melaksanakan
proyek publik.
3. Tanggung Jawab Program
Tanggung jawab program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan
dapat tercapai atau tidak dan apakah mereka telah mempertimbangkan program
alternatif yang memberikan hasil optimal dengan biaya minimal.
4. Kebijakan pertanggungjawaban
Tanggung jawab politik terkait dengan tanggung jawab pemerintah, baik pusat maupun
daerah untuk kebijakan yang telah diambil pemerintah terhadap DPR / DPRD dan
masyarakat luas.
Akuntansi sektor publik tidak dapat menghindari dampak kecenderungan untuk
memperkuat persyaratan administrasi publik. Akuntansi sektor publik diperlukan untuk
menjadi cara yang efektif dan efisien dalam perencanaan dan pengendalian organisasi sektor
publik dan memfasilitasi pencapaian akuntabilitas publik.
Di Indonesia, masih banyak BUMN dan BUMD yang berjalan tidak efisien. Inefisiensi
yang dialami adalah karena intervensi politik, sentralisasi, dan tata kelola yang buruk. Di era
globalisasi, BUMN dan BUMD menghadapi beberapa tekanan dan tuntutan, termasuk:
Regulation & Political Pressure Social Pressure Rent Seeking Behaviaour Economic &
Efficiency Privatisasi adalah upaya untuk mereformasi perusahaan publik untuk
meningkatkan efisiensi perusahaan publik. Privatisasi berarti bahwa modal swasta terlibat
dalam struktur modal perusahaan publik sehingga hasil keuangan dapat secara langsung
dipengaruhi oleh investor melalui mekanisme pasar uang.

H. Akuntansi Sektor Publik dalam Otonomi daerah


Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia, semakin cepat dengan
era baru dalam penerapan otonomi daerah dan desentralisasi keuangan. Desentralisasi tidak
hanya berarti pengalihan wewenang dari pemerintah pusat ke daerah tetapi pengalihan
sebagian wewenang ke sektor swasta dalam bentuk privatisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Sakti, D. olehZ., Zein SaktiOrang yang mencari peruntungan di dunia blogging, Sakti, Z.,
& Orang yang mencari peruntungan di dunia blogging. (n.d.). Pengertian
Organisasi Publik, Karakteristik, Dan Tujuannya. awalilmu.com. Retrieved
September 9, 2022, from https://www.awalilmu.com/2019/02/pengertian-organisasi-
publik.html
Kementrian Keuangan, K. P. B. U. – K. P. D. B. U. (n.d.). Kerjasama Pemerintah Dengan
Badan Usaha. KPBU. Retrieved September 9, 2022, from
https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/21-18/pjpk/persyaratan-proyek/value-for-money
vfm#:~:text=Value%20for%20Money%20yaitu%20indikator,ekonomi%2C%20efisie
n%2C%20dan%20efektif.
Kompasiana.com. (2019, November 30). Mengetahui Perbedaan Dan Persamaan organisasi
Sektor Publik Dan Sektor Privat. KOMPASIANA. Retrieved September 9, 2022, from
https://www.kompasiana.com/dindacitra4915/5de1de26d541df6ac60c31d3/mengetahui
-perbedaan-dan-persamaan-organisasi-sektor-publik-dan-sektor-privat-
komersial?page=all#section1
Sia, V. (2022, August 11). Akuntansi Sektor Publik: Pengertian, Tujuan, jenis. Mekari Jurnal.
Retrieved September 9, 2022, from https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-akuntansi-
sektor-publik-adalah/#Tujuan_Akuntansi_Sektor_Publik
Perkembangan Akuntansi Sektor publik di indonesia - mata kuliah isu kontemporer akuntansi
sektor. StuDocu. (n.d.). Retrieved September 9, 2022, from
https://www.studocu.com/id/document/universitas-brawijaya/isu-kontemporer-sekor-
publik/perkembangan-akuntansi-sektor-publik-di-indonesia/7815441
Prastha, R. (2022, September 8). Akuntansi. GuruAkuntansi.co.id. Retrieved September 9,
2022, from https://guruakuntansi.co.id/category/akuntansi/

Anda mungkin juga menyukai