SMK Boarding School With Cover Page v2
SMK Boarding School With Cover Page v2
SMK Boarding School With Cover Page v2
Orient asi organisasi Hambat an Lembaga MANAJEMEN ST RAT EJIK Berwawasan ke depan Sinerjis Par…
Herjuna Aji Arohmah
Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Boarding School Berbasis Keungulan Lokal
Dr. Johar Maknun, M.Si (JPTA FPTK UPI)
A. Pendahuluan
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah ditegaskan negara
berkewajiban mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang dalam hal
ini salah satunya dapat dilaksanakan melalui pendidikan. Selanjutnya dalam
Undang-Undang Sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengembangan kemampuan serta
pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat di tengah persaingan
zaman.
Pendidikan nasional memiliki tujuan mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Konsep Pendidikan hakikatnya merupakan proses pembentukan pribadi
agar diperoleh kemampuan yang berlebih dari sebelumnya. Sasaran
pembentukannya menyangkut seluruh aspek, intelektual, sikap, dan keterampilan.
Pendidikan memiliki peran penting dalam aktivitas pemerintahan.
Mengingat pendidikan berbeda dengan pengajaran, pendidikan
mempunyai arti yang lebih luas lagi. Pendidikan dapat berlangsung di masyarakat,
di keluarga, di tempat bekerja dan tempat lainnya sementara pengajaran dalam
prosesnya harus berlangsung secara terorganisir melalui institusi (formal)
persekolahan termasuk di perguruan tinggi dengan menumbuhkan nilai-nilai
positif yang bermanfaat di kemudian hari. Siswa perlu diajarkan dan dikenalkan
secara dini dalam sistem pendidikan (nasional) agar pada saat dibutuhkan mereka
telah memiliki kapasitas dan akseptabilitas yang memadai untuk bekerja pada
bidang tertentu. Pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting dan telah
menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi dalam upaya
memberdayakan masyarakat agar dari masyarakat yang sudah terbedayakan ini
akan lahir generasi yang mumpunyi secara intelektual, sikap, dan keterampilan.
1
Dari permasalahan dan tuntutan yang sedemikian penting, maka untuk
mencetak generasi masa depan diperlukan intuisi-intuisi pendidikan yang dapat
memberikan jawaban atas permasalahan dari konsekuensi-konsekuensi diatas.
Faktor penentu keberhasilan pendidikan tidak bisa lepas dari empat unsur berikut
yaitu potensi atau kemampuan siswa, guru yang profesional, fasilitas sekolah, dan
sentuhan-sentuhan manajemen, khususnya pada aspek model penyelenggaraan
pendidikan ataupun dengan sentuhan manajemen dengan membuat model
penyelenggaraan pendidikan yang inovatif seperti pembelajaran full day, boarding
school, kelas Internasional, program akselerasi, dan berbagai model pembelajaran
yang berorientasi pada peningkatan kualitas peserta didik.
Makalah ini akan menguraikan mengenai pengembangan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) boarding school berbasis keunggulan lokal. Secara
rinci akan diuraikan mengenai tujuan penulisan, landasan teoritis, studi banding,
konsep SMK boarding school berbasis keunggulan lokal, dan penutup.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menemukan konsep Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) boarding school berbasis keunggulan lokal.
C. Landasan Teoritis
1. Sistem Manajemen Sekolah Bermutu
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur atau mengelola proses
pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber-sumber lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen pendidikan
adalah pengorganisasian unsur pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sedangkan manajemen sekolah adalah pengorganisasian unsur-unsur pendidikan
di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Fungsi manajemen antara lain
adalah planning, organizing, actuating, controlling.
Sebagai dasar pengembangan sistem manajemen pendidikan nasional
melalui penyelenggaraan sekolah yang beorientasi kepada mutu dan ciri khas
telah ditegaskan dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 dalam pasal
5 ayat (1) dan ayat (4) sebagai berikut: Ayat (1) Setiap warga negara mempunyai
2
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Ayat (4) Warga
negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus.
Ruang lingkup manajemen sekolah: 1) Manajemen kurikulum/pengajaran;
2) Manajemen peserta didik; 3) Manajemen ketenagaan/kepegawaian; 4)
Manajemen keuangan; 5) Manajemen perlengkapan/sarana-prasarana; 6)
Manajemen ketatausahaan/persuaratan; 7) Manajemen perpustakaan dan
laboratorium; 8) Manajemen asrama; 9) Manajemen hubungan sekolah dengan
masyarakat.
a. Manajemen kurikulum/pengajaran
Pada prinsipnya kurikulum sekolah berorientasi kepada mutu dan ciri khas
adalah mengikuti kurikulum nasional (sekarang kurikulum tingkat satuan
pendidikan, KTSP), namun di tambah dan diperkaya dengan kekhasan yang
efektif dan fungsional membawa visi dan misi sekolah.
Ward (1994) menyatakan bahwa untuk melayani kebutuhan pendidikan anak
yang berorientasi mutu, perlu diusahakan suatu pendidikan yang berdiferensiasi,
yaitu yang memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan
kemampuan peserta didik. Dalam kaitan ini bahwa kurikulum berdiferensiasi
merupakan kerangka berpikir konsepsional dalam memberikan pelayanan secara
khusus kepada anak.
Pengembangan dan inovasi kurikulum berdiferensiasi adalah bagian integral
dari lingkungan belajar peserta didik, yang memberikan layanan unggul kepada
semua peserta didik. Sehingga peserta didik dapat diberikan layanan pendidikan
yang optimal dan setelah melalui proses yang diharapkan dapat melahirkan
lulusan yang bermutu.
Konsep pengembangan dan inovasi kurikulum harus mampu
mengembangkan kreativitas yang mencakup integrasi dari kondisi empat ranah,
kognitif, afektif, psikomotorik dan intuitif. Keunggulan adalah merupakan
perkembangan optimal dari kreativitas.
Isi kurikulum memusatkan dan mengkoordinasikan ide dan masalah serta
tema yang lebih luas, rumit dan mendalam. Selain itu, juga mengintegrasikan ilmu
3
pengetahuan secara melintang dengan sistem pemikiran, namun tidak terlepas dari
kurikulum yang berlaku (KTSP) serta harus tetap memiliki kesesuaian dan
kesepadanan. Hal ini berarti, materi harus digali dari berbagai sumber untuk
memberikan kedalaman dan keasyikan dalam penelaahannya. Sehinga, dapat
memberikan gairah untuk menjelajahi ilmu pengetahuan dan kemungkinan untuk
mengahayati getaran penemuan dalam pengalaman belajar, memacu kepada cita-
cita yang lebih tinggi.
4
4) Mengatur kehadiran, ketidakhadiran peserta didik di sekolah. Termasuk di
dalamnya adalah : peserta didik yang membolos, terlambat datang dan
meninggalkan sekolah sebelum waktunya.
5) Mengatur pengelompokan peserta didik baik yang berdasarkan fungsi
persamaan maupun yang berdasarkan fungsi perbedaan.
6) Mengatur evaluasai peserta didik, baik dalam rangka memperbaiki proses
belajar mengajar, bimbingan dan penyuluhan maupun untuk kepentingan
promosi peserta didik.
7) Mengatur kenaikan tingkat peserta didik.
8) Mengatur peserta didik yang mutasi dan drop out.
9) Mengatur kode etik, pengadilan dan peningkatan disiplin peserta didik.
10) Mengatur layanan peserta didik
5
Pengawas (supervisor)
Pengasuh asrama
6
4) Tes kesehatan, untuk mengetahui apakah calon tenaga kependidikan terbebas
dari penyakit menular dan tidak memiliki penyakit berat.
Kendatipun telah dilakukan seleksi secara ketat, namun berdasarkan
pengalaman, dalam prakteknya mungkin sering dialami kesulitan untuk
mendapatkan SDM kependidikan dengan standar kriteria tersebut.
7
2. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan
kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Pasal 15 UUSPN, merupakan
pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja
dalam bidang tertentu. Tujuan tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi
tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum Sekolah Menengah Kejuruan adalah :
a. Menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak;
b. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik;
c. Menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan
bertanggung jawab;
d. Menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman
budaya bangsa Indonesia, dan
e. Menyiapkan peserta didik agar dapat menerapkan dan memelihara hidup
sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni.
Tujuan khusus Sekolah Menengah Kejuruan adalah :
a. Menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau
mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri
sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan program
keahlian yang diminati;
b. Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam
berkompetisi, dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam bidang
keahlian yang diminatinya, dan
c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu
mengembangkan diri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Kompetensi sebagai substansi/materi pendidikan dan pelatihan (Diklat)
diorganisasi dan dikelompokkan menjadi berbagai mata Diklat/substansi/ materi
Diklat. Jenis mata Diklat yang telah dirumuskan, dalam pelaksanaannya dipilah
menjadi program normatif, adaptif dan produktif.
a. Program normatif
Yaitu kelompok mata Diklat yang berfungsi membentuk peserta didik
sebagai pribadi yang utuh, pribadi yang memiliki norma-norma sebagai makhluk
8
individu maupun makhluk sosial (anggota masyarakat), sebagai warga negara
Indonesia maupun sebagai warga dunia. Program normatif diberikan agar peserta
didik bisa hidup dan berkembang selaras dalam kehidupan sosialnya. Program
normatif dijabarkan menjadi mata Diklat yang memuat kompetensi-kompetensi
tentang norma, sikap, dan perilaku yang harus diajarkan dan dilatihkan pada
peserta didik.
b. Program adaptif
Yaitu kelompok mata Diklat yang berfungsi membentuk peserta didik
sebagai individu agar memiliki dasar yang kuat untuk berkembang dan mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan. Program adaptif memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip dasar
keilmuan yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan atau melandasi
suatu kompetensi untuk bekerja.
Program adaptif diberikan agar peserta didik tidak hanya memahami dan
menguasai “apa” dan “bagaimana” suatu pekerjaan dilakukan, tetapi memberi
juga pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa” hal tersebut harus
dilakukan. Program adaptif berupa mata Diklat yang berfungsi membentuk
kemampuan untuk berkembang dan beradaptasi sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta dasar-dasar kejuruan yang berkaitan
dengan program keahlian yang dipelajarinya.
c. Program produktif
Yaitu kelompok mata Diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar
memiliki kompetensi standar atau kemampuan produktif pada suatu
pekerjaan/keahlian tertentu yang relevan dengan tuntutan dan permintaan pasar
kerja.
3. Boarding School
Ada dua fenomena menarik dalam dunia pendidikan di Indonesia yakni
munculnya sekolah-sekolah terpadu (mulai tingkat dasar hingga menengah); dan
penyelenggaraan sekolah bermutu yang sering disebut dengan boarding school.
Nama lain dari istilah boarding school adalah sekolah berasrama. Para murid
mengikuti pendidikan reguler dari pagi hingga siang di sekolah kemudian
9
dilanjutkan dengan pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus di malam
hari. Selama 24 jam anak didik berada di bawah pendidikan dan pengawasan para
guru pembimbing.
Sesungguhnya term boarding school bukan sesuatu yang baru dalam konteks
pendidikan di Indonesia. Karena sudah sejak lama lembaga-lembaga pendidikan
di Indonesia menghadirkan konsep pendidikan boarding school yang diberi nama
“Pondok Pesantren” . Pondok Pesantren ini adalah cikal bakal boarding school di
Indonesia. Dalam lembaga ini diajarkan secara intensif ilmu-ilmu keagamaan
dengan tingkat tertentu sehingga produknya bisa menjadi “Kiyai atau Ustadz”
yang nantinya akan bergerak dalam bidang dakwah keagamaan dalam masyarakat.
Di Indonesia terdapat ribuan pondok pesantren dari yang tradisional sampai yang
memberikan nama pondok pesantren modern.
Di lingkungan sekolah ini mereka dipacu untuk menguasai ilmu dan
teknologi secara intensif sedangkan selama di lingkungan asrama mereka ditempa
untuk menerapkan ajaran agama atau nilai-nilai khusus serta mengekspresikan
rasa seni dan ketrampilan hidup di hari libur. Hari-hari mereka adalah hari-hari
berinteraksi dengan teman sebaya dan para guru. Rutinitas kegiatan tersebut
berlangsung dari pagi hingga malam sampai bertemu pagi lagi. Mereka
menghadapi makhluk hidup yang sama, orang yang sama, lingkungan yang sama,
dinamika dan romantika yang seperti itu pula.
Sistem pendidikan seperti itu secara tradisional jejaknya dapat kita selami
dalam dinamika kehidupan pesantren, pendidikan gereja, bahkan di bangsal-
bangsal tentara. Pendidikan berasrama telah banyak melahirkan tokoh besar dan
mengukir sejarah kehidupan umat manusia mulai dari Filosof Plato hingga
cendekiawan Nurcholish Madjid. Yang perlu menjadi catatan adalah bahwa
mereka memang orang-orang yang bercikal bakal menjadi the great man and
indigenous people. Apakah boarding school memang bukan untuk pendidikan
orang biasa? Atau sekolah ini khusus melahirkan calon-calon orang besar?
Kehadiran boarding school adalah suatu keniscayaan zaman kini.
Keberadaannya adalah suatu konsekuennsi logis dari perubahan lingkungan sosial
dan keadaan ekonomi serta cara pandang religiusitas masyarakat. Lingkungan
sosial kita kini telah banyak berubah terutama di kota-kota besar. Sebagian besar
10
penduduk tidak lagi tinggal dalam suasana masyarakat yang homogen, kebiasaan
lama bertempat tinggal dengan keluarga besar satu klan atau marga telah lama
bergeser kearah masyarakat yang heterogen, majemuk, dan plural. Hal ini
berimbas pada pola perilaku masyarakat yang berbeda karena berada dalam
pengaruh nilai-nilai yang berbeda pula. Oleh karena itu, sebagian besar
masyarakat yang terdidik dengan baik menganggap bahwa lingkungan sosial
seperti itu sudah tidak lagi kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan
intelektual dan moralitas anak.
Dari banyak sekolah-sekolah boarding di Indonesia, terdapat 3 corak yaitu
bercorak agama, nasionalis-religius, dan ada yang nasionalis. Untuk yang
bercorak agama terbagi dalam banyak corak ada yang fundamentalis, moderat
sampai yang agak liberal. Hal ini lebih merupakan representasi dari corak
keberagamaan di Indonesia yang umumnya mengambil tiga bentuk tersebut. Yang
bercorak militer karena ingin memindahkan pola pendidikan kedisiplinan di
militer kedalam pendidikan disekolah boarding. Sedangkan corak nasionalis-
religius mengambil posisi pada pendidikan semi militer yang dipadu dengan
nuansa agama dalam pembinaannya di sekolah.
11
2). Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari fasilitas
sekolah yaitu kelas belajar yang baik (AC, 24 siswa, smart board, mini library,
camera), laboratorium, klinik, sarana olah raga semua cabang olah raga,
perpustakaan, kebun dan taman hijau. Sementara di asrama fasilitasnya adalah
kamar (telepon, TV, AC, Pengering Rambut, tempat handuk, karpet diseluruh
ruangan, tempat cuci tangan, lemari kamar mandi, gantungan pakaian dan lemari
cuci, area belajar pribadi, lemari es, detektor kebakaran, jam dinding, lampu meja,
cermin besar, rak-rak yang luas, pintu darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan
fasilitas dapur terdiri dari: meja dan kursi yang besar, perlengkapan makan dan
pecah belah yang lengkap, microwave, lemari es, ketel otomatis, pembuat roti
sandwich, dua toaster listrik, tempat sampah, perlengkapan masak memasak
lengkap, dan kursi yang nyaman.
12
ketika kita mengajarkan tertib bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai
tukang sapu sampai kepala sekolah berbahasa asing.
13
kursus dan lain-lain. Sekolah-sekolah berasrama dapat melakukan treatment
individual, sehingga setiap siswa dapat melejikan bakat dan potensi individunya.
14
3). Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku
Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama adalah
kurikulum pengasuhannya. Kalau bicara kurikulum akademiknya dapat dipastikan
hampir sedikit perbedaannya. Semuanya mengacu kepada kurikulum KTSP
produk DEPDIKNAS dengan ditambah pengayaan atau suplemen kurikulum
international dan muatan lokal. Tapi kalau bicara tentang pola pengasuhan sangat
beragam, dari yang sangat militer (disiplin habis) sampai ada yang terlalu lunak.
Kedua-duanya mempunyai efek negatif, pola militer melahirkan siswa yang
berwatak kemiliter-militeran dan terlalu lunak menimbulkan watak licik yang bisa
mengantar sang siswa mempermainkan peraturan.
15
Keteladanan secara personality dapat membangun kepercayaan diri untuk
dapat berkomunikasi secara internal personality. Dan akan tercipta tanpa si anak
merasa asing dengan kemampuan yang mereka miliki dalam menyampaikan pesan
atau ide-ide pemikirannya kepada orang lain. Apakah itu dalam bentuk verbal
maupun nonverbal, seperti menentukan sikap dan tingkah laku keseharian mereka.
Keteladanan, ketulusan, kongkruensi, dan kesiapsiagaan guru mereka 1×24 jam
akan memberdayakan dan mengilhami siswa untuk membebaskan potensi mereka
sebagai pelajar. Hal itu akan mempercepat pertumbuhan kecerdasan
emosionalnya. Jika metode pembelajarannya diberdayakan secara maksimal,
maka kesuksesan para pelajar akan lebih mudah untuk direalisasikan. Pencapaian
itu bisa dilakukan kalau senantiasa terjadi interaksi yang merangsang
pertumbuhan sikap mental. Namun untuk itu dibutuhkan seorang quantum teacher
yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Digabungkan dengan
rancangan pengajaran yang efektif, harmonisasi keduanya akan memberikan
pengalaman belajar yang dinamis bagi siswa
Guru-guru sekolah berasrama harus banyak “diproduksi” oleh universitas-
universitas yang selama ini melahirkan banyak guru-guru mata pelajaran. Guru
sekolah berasrama adalah guru yang mengemban amanah lebih jika dibandingkan
dengan guru sekolah konvensional. Dia tidak hanya pintar mengajar, tapi juga
pintar berteman, pintar memberi pengayoman, pintar bercerita, mempunyai energi
psikis yang banyak, selalu berkembang dan terus berkembang. Karena yang dia
hadapi adalah siswa atau peserta didik yang terus berkembang, terus belajar, dan
terus berubah. Bagaimana kita melahirkan peserta didik yang hebat, visioner,
responsif, kalau gurunya adalah orang-orang yang tidak cinta ilmu, tidak terus
belajar, dan tidak terus berkembang.
Dalam pola pengasuhan perlu diterapkan pola pengasuhan yang dapat
menyiasati dua kutub yang ekstrem (disiplin militer dan longgar habis) agar siswa
bisa memiliki watak dan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan juga
terhadap lingkungan masyarakat.
16
D. Studi Banding
Pada bagian ini diuraikan beberapa Sekolah Menengah Kejuruan yang
telah melaksanakan konsep sekolah berasrama (boarding school). Sekolah-sekolah
tersebut antara lain.
VISI:
" Menyiapkan SDM yang Terampil, Berkualitas, Unggul, Cerdas Emosional dan
Spritual, Disiplin Tinggi, Berwawasan IPTEK dan Berakhlakul Karimah. "
MISI:
Membina dan mendidik siswa yang cerdas serta terampil di bidang intelektual,
emosional dan spritual.
Menyelenggarakan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang unggul
dalam kualitas dan terdepan dalam berkarya.
Membina dan mendidik siswa menjadi tenaga kerja yang siap terjun kedunia kerja
dan atau mampu menciptakan lapangan kerja, berdisiplin tinggi dan berakhlakul
karimah serta kemampuan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan
bermutu.
17
Pada penerapan KTSP ini, fokusnya pada siswa sedangkan guru lebih
sebagai fasilitator. Penekanan pada KTSP adalah "Wajib" tuntasnya materi yang
telah didapatkan siswa sesuai tuntutan kurikulum. Perumpamaan penerapan KTSP
ini seperti telah diterapkan oleh pesantren-pesantren selama ini, yakni bimbingan
terhadap santri secara individu hingga tamat sebuah kitab yang diajarkan.
Sekolah ini menggunakan KTSP Plus yang dimodifikasi sesuai dengan
visi dan misi sekolah, sehingga sekolah mampu mengantarkan siswa kejenjang
pendidikan menengah atas yang favorit.
SARANA PENDIDIKAN
Salah satu keunggulan SMK Plus Melati Samarinda adalah memiliki
sarana dan prasarana belajar yang sangat lengkap. Setiap Jurusan dan Program
Studi memiliki fasilitas alat dan bahan praktek super lengkap dibandingkan
dengan sekolah-sekolah kejuruan yang lain, sehingga mampu menghasilkan
siswa-siswi yang kompeten dan unggul di bidangnya masing-masing.
Kegiatan pembelajaran ditunjang dengan Laboratorium Komputer dasar
untuk semua Jurusan dan Program Studi, dengan harapan semua siswa SMK Plus
Melati “melek” Teknologi Informasi yang menjadi tuntutan hidup di era
globalisasi informasi dan komunikasi.Gedung baru dalam kampus terpadu dengan
SMA Plus dan SMP Plus diatas tanah seluas 16 Ha yang dilengkapi dengan
berbagai fasilitas diantaranya :
o Ruang Belajar (maksimum 30 siswa)
o Laboratorium IPA
o Laboratorium Bahasa
o Laboratorium Komputer
o Ruang Media Pembelajaran
o Ruang Internet / Hotspot
o Ruang Musik
o Perpustakaan
o Sarana Ibadah
o Gedung dan Sarana Olah Raga
o Asrama
18
2. SMK Plus Bina Teknik
SMK Plus Bina Teknik YLPI Kota Sukabumi merupakan pusat
pendidikan menengah kejuruan plus pendidikan yang memadukan antara ilmu
pengetahuan (IPTEK) dan pendidikan akhlaq (IMTAQ), mengembangkan
kecerdasan dan keterampilan dengan pendidikan keimanan, didirikan pada tahun
1998 oleh Yayasan Lembaga Pendidikan Islam.
Dalam usianya yang ke-9 SMK Plus Bina Teknik telah melahirkan peserta
didik yang tersebar di berbagai perusahaan di dalam maupun di luar negeri.
Dalam Negeri Antara lain :
• PT. LG
• PT. POLYTRON
• PT. HIT
• PT. ASTRA INDONESIA
Luar Negeri Antara lain :
o IMM Jepang
19
Jurusan Teknik Audio Video :
Menyiapkan tenaga profesional yang memahami dan mampu
mengembangkan serta mengaplikasikan permasalahan Elektronik. Nilai tambah
yang diperoleh siswa adalah di samping dibekali dengan teori dan praktek di
sekolah juga dibekali dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yaitu sistem
pendidikan yang diselenggarakan secara bersama antara Sekolah dengan
Perusahaan terkait, sehingga mampu bekerja sebagai tenaga siap pakai yang
profesional. secara khusus di dunia usaha melalui kegiatan analisis, perancangan,
serta troubleshooting perangkat audio video dan home elektronic equipmen.
20
Tujuannya jelas, yaitu menyiapkan generasi muslim yang beraqidah lurus,
beribadah benar, berakhlaq mulia, dan memahami teknologi informasi dan
komunikasi secara komprehensif serta dapat mengaplikasikannya untuk
kemaslahatan umat.
21
Bidang Kebahasaan
o Aktif berbahasa Arab.
o Menguasai Bahasa Inggris minimal 450 kosa-kata
4. SMKN 3 Tenggarong
SMK Negeri 3 Tenggarong dengan program keahlian Agrobisnis, berada
di bawah pengawasan Dinas Pendidikan Nasional, dan terakreditasi pada
pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, merupakan komitmen pemerintah
daerah dalam meningkatkan SDM diwujudkan dengan menempatkan program
spesifik di bidang pendidikan dan pelatihan yang berorientasi dalam
mensukseskan program Gerbang Dayaku tahap II, yaitu meningkatkan
pengembangan dunia pendidikan dan pelatihan di bidang Perkebunan, Perikanan
dan Peternakan dalam memenuhi kebutuhan daerah saat ini dan masa yang akan
datang.
SMK Negeri 3 Tenggarong adalah sekolah berasrama (Boarding School)
dalam arti siswa tinggal di asrama. Hal ini ditujukan agar pendidikan lebih
terintegrasi antara penambahan pengetahuan, perubahan kepribadian (attitude) dan
untuk peningkatan ketrampilan (Skill). Dengan demikian diharapkan sekolah
menghasilkan tenaga-tenaga terampil yang lulusannya siap memasuki dunia
usaha, dunia kerja serta dapat mandiri dan dapat melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi.
SMK Negeri 3 Tenggarong dirancang oleh dinas pendidikan kabupaten
Kutai Kartanegeara yang didukung berbagai instansi pemerintah dan swasta
meliputi:
o Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara
o Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Kartanegara
o Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Kartanegara
o Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Kartanegara
o Dinas Peternakan Kabupaten Kutai Kartanegara
o Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kutai Kartanegara
o Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Kartanegara
o Dewan Perwakilan Rakyat Tingkat I dan II
22
o Dunia usaha dan dunia industri
o Gabungan pengusaha kelapa sawit (GAPKI) Kalimantan Timur
Program pendidikan sistem ganda (PSG) atau praktek kerja industri
(Prakerin), yaitu langsung bekerja sama dengan dunia usaha/ dunia industri dan
instansi terkait dalam membina siswa langsung terjun ke lapangan dengan
keahlian dan ketrampilan yang sudah didapat di sekolah.
Visi
Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan perkebunan, perikanan dan peternakan
yang mampu berperan sebagai faktor unggulan Kabupaten Kutai Kartanegara
dalam membangun SDM yang cerdas, produktif dan berbudi luhur.
Misi
o Menyelenggrakan program keahlian melalui pendidikan sistem ganda bekerja
sama dengan dunia usaha industri dan tetap mengacu pada SMK berstandar
nasional.
o Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi keahlian sesuai dibidangnya
yang siap terjun ke dunia usaha/ industri serta dapat melanjutkan keperguruan
tinggi.
o Menyelenggarakan unit produksi sebagai perusahaan sekolah yang
diselenggarakan siswa dan sekolah dan membuka bursa kerja.
Keunggulan
o Memiliki gedung sekolah sendiri
o Memiliki areal perkebunan yang luas
o Guru-guru yang berkompeten di bidangnya
o Sistem pembelajaran yang menyenangkan
o Didukung oleh dunia usaha dan industri dan instansi terkait
o Memiliki jaringan dan mitra dengan perusahaan
o Sekolah memfasilitasi siswa dan alumni magang dan training kerja serta
disalurkan ke perusahaan dan industri
o Semua siswa diusulkan memperoleh beasiswa keahlian khusus
23
o Semua siswa dididik untuk memiliki kemampuan untuk hidup manndiri sesuai
dengan keahlian sesuai dengan keahlian dan kompetensi yang diberikan.
24
samping dipengaruhi oleh sumber daya yang tersedia, proses dan realisasi
keunggulan lokal juga harus memperhatikan kondisi pasar, para pesaing,
substitusi (bahan pengganti) dan perkembangan IPTEK, khususnya perkembangan
teknologi. Proses dan realisasi tersebut akan menghasilkan produk akhir sebagai
keunggulan lokal yang mungkin berbentuk produk (barang/jasa) dan atau budaya
yang bernilai tinggi, memiliki keunggulan komparatif, dan unik. Prosedur
pengembangan keunggulan lokal tertera pada bagan berikut ini.
PENGEMBANGAN
KEUNGGULAN LOKAL
SUMBERDAYA
(7 M)
SUMBER
INSPIRASI PROSES REALISASI PRODUK AKHIR
LINGKUNGAN SIFAT
1. Pasar 1. Nilai Tinggi
2. Pesaing 2. Unggul Komparatif
3. Substitusi 3. Unik
4. IPTEK
Catatan 7 M adalah:
a Man,
b Money,
c Machine,
d Management,
e Methode,
f Material, dan
g Market.
25
Dari pengertian keunggulan lokal tersebut diatas maka Pendidikan
Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMK adalah pendidikan/program
pembelajaran yang diselenggarakan pada SMK sesuai dengan kebutuhan daerah,
dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam, sumber daya manusia,
geografis, budaya, historis dan potensi daerah lainnya yang bermanfaat dalam
proses pengembangan kompetensi sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta
didik.
Salah satu pilar kebijakan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)
adalah Perluasan dan Pemerataan Akses untuk memperoleh pendidikan pada
semua jenis dan jenjang pendidikan. Pada Rencana Strategis Depdiknas,
peningkatan Akses pendidikan di tingkat sekolah menengah akan lebih ditekankan
pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dimana pada tahun 2009/2010
perbandingan SMK-SMA adalah 50:50. Berangkat dari kebijakan tersebut,
kebijakan-kebijakan Direktorat Pembinaan SMK berorientasi pada peningkatan
akses SMK yang salah satunya adalah SMK Boarding School.
Program dimaksud untuk memfasilitasi komunitas masyarakat agar dapat
belajar sambil bekerja dan belajar sepanjang hari bagi masyarakat yang bertempat
tinggal relatif jauh dari SMK. Program ini menekankan pendekatan partisipasi
masyarakat dengan memberdayakan komunitas-komunitas seperti pondok
pesantren yang membutuhkan layanan pendidikan SMK.
Program SMK Boarding School Berbasis Komunitas, diharapkan mampu
mensinergikan seluruh sumberdaya yang tersedia di dalam masyarakat terutama
komunitas-komunitas yang ada, sehingga terjadi efisiensi dalam pendayagunaan
sumber-sumber belajar. Program tersebut dirancang untuk meningkatkan daya
tampung tamatan SLTP/MTs agar dengan mudah mendapat layanan pendidikan
tingkat SMK di daerahnya.
Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003, diamanatkan setiap Kabupaten/ Kota memiliki sekurang-kurangnya 1(satu)
sekolah yang penyelenggaraan pembelajarannya berbasis keunggulan lokal
daerahnya. Karena itu Program Imbal Swadaya SMK Keunggulan Lokal
diharapkan dapat menjadi pemicu Pemda khususnya Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota untuk mewujudkan amanat undang-undang tersebut.
26
SMK berbasis Keunggulan Lokal merupakan sekolah yang menerapkan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan dan pemberdayaan potensi
unggulan lokal daerahnya. Dengan demikian pembekalan kompetensi siswa
dilaksanakan sesuai dengan kearifan lokal daerahnya dan relevan dengan
kebutuhan pasar kerja.
27
b. Potensi Sumber Daya Manusia (SDM)
c. Potensi Geografis
d. Potensi Budaya
e. Potensi Historis
2. Penelusuran bakat/minat dan kebutuhan peserta didik yang bermanfaat bagi
pengembangan kompetensi peserta didik
3. Pengkajian jenis pendidikan berbasis keunggulan lokal yang dapat
dilaksanakan oleh sekolah
4. Penjajagan lembaga formal/non formal lain yang dapat menjadi mitra dalam
pelaksanaan program pendidikan berbasis keunggulan lokal
Kegiatan identifikasi kondisi dan kebutuhan daerah dilakukan untuk
mendata dan menelaah berbagai kondisi dan kebutuhan daerah. Data dapat
diperoleh dari berbagai pihak yang terkait seperti Pemerintah Daerah tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, dan Dunia Usaha/Industri. Kondisi
daerah dapat ditinjau dari potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi,
budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:
1. Rencana pembangunan daerah, termasuk prioritas pembangunan daerah, baik
pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun
pembangunan berkelanjutan (sustainable development);
2. Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis-jenis kemampuan dan
keterampilan yang diperlukan;
3. Aspirasi masyarakat mengenai konservasi alam dan pengembangan daerah.
Pengumpulan data untuk identifikasi kondisi dan kebutuhan daerah dapat
dilakukan melalui wawancara atau pemberian kuesioner kepada responden.
Data yang dikumpulkan oleh sekolah meliputi :
1. Kondisi sosial (hubungan kemasyarakatan antar-penduduk, kerukunan
antarumat beragama, dsb.);
2. Kondisi ekonomi (mata pencaharian penduduk, rata-rata penghasilan, dsb.)
3. Aspek budaya (etika sopan santun, kesenian daerah, bahasa yang banyak
digunakan, dsb.);
4. Kekayaan alam (pertambangan, perikanan, perkebunan, dsb.)
28
5. Makanan khas daerah (gado-gado Jakarta, asinan Bogor, gudeg Yogya,
rendang Padang, dsb.);
6. Prioritas pembangunan daerah (pendidikan, kesehatan, pertanian, perkebunan,
pengentasan kemiskinan, dsb.);
7. Kepedulian masyarakat akan konservasi dan pengembangan daerah;
8. Jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang
kebutuhan daerah (sebagai kota jasa, kota perdagangan, dan kota pariwisata),
seperti kemampuan berbahasa asing, keterampilan komputer, dll.
F. Penutup
Sekolah Berasrama adalah alternatif terbaik buat para orang tua
menyekolahkan anak mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup
dalam pemantauan dan kontrol yang total dari pengelola, guru, dan pengasuh di
seklolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul dipersiapkan untuk masuk kedalam
dunia nyata dengan modal yang cukup, tidak hanya kompetensi akademis, tapi
skill-skill lainnya dipersiapkan sehingga mereka mempunyai senjata yang ampuh
untuk memasuki dan manaklukan dunia ini. Di sekolah berasrama anak dituntut
untuk dapat menjadi manusia yang berkontribusi besar bagi kemanusiaan. Mereka
tidak hanya hidup untuk dirinya dan keluarganya tapi juga harus berbuat untuk
bangsa dan Negara. Oleh sebab itu dukungan fasilitas terbaik, tenaga pengajar
berkualitas, dan lingkungan yang kondusif harus didorong untuk dapat mencapai
cita-cita tersebut.
Pengembangan SMK boarding school berbasis keunggulan lokal okal
diinspirasikan dari berbagai potensi, yaitu potensi sumber daya alam (SDA),
sumber daya manusia (SDM), geografis, budaya dan historis. Pengembangan
SMK boarding school berbasis keunggulan lokal okal berupaya meningkatkan
mutu hasil pembelajaran yang relevan dengan keunggulan daerahnya, memiliki
daya saing kuat dan mampu mengisi kesempatan kerja yang ditawarkan oleh pasar
kerja nasional/internasional.
29
DAFTAR PUSTAKA
Maulwi Saelan. 1997. Sekolah yang Berorientasi Kepada Mutu dan Ciri Chas.
Jakarta : Depdiknas.
30