Makalah Charine
Makalah Charine
Makalah Charine
DISUSUN OLEH :
NAMA : CHARINE GIZELLA NOTANUBUN
NIM : 20210311138
MATKUL : MIKROBIOLOGI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Penyakit Infeksi Yang Disebabkan Oleh Bakteri Dan Jamur” tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pertemuan 10 dari bapak Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed, Apt. Selaku
dosen pengampu mata kuliah Mikrobiologi, Universitas Esa Unggul. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis mengenai penyakit apa saja yang disebabkan oleh bakteri dan
jamur dalam lingkup kesehatan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Maksum Radji,
M.Biomed, Apt. Selaku dosen pengampu mata kuliah Mikrobiologi, yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
saya terhadap Penyakit Infeksi Yang Disebabkan Oleh Bakteri Dan Jamur.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Terima kasih.
A. Latar Belakang
B. Idektifikasi Masalah
Indentifikasi masalah pada makalah ini, yaitu mengetauhi apa saja penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur, bagaimana penyebab dari suatu
penyakit tersebut, bagaimana mekanisme infeksi dan penularannya, dll.
Adapun penyakit yang disebabkan oleh bakteri, yaitu penyakit leptospirosis.
Penyakit ini merupakan masalah bagi seluruh tenaga farmasi di dunia,
khususnya pada negara yang beriklim tropis dan sub tropis yang memiliki curah
hujan yang tinggi. Penyakit leptospirosis sendiri retan kepada segala umur, hasil
penelitian menjabarkan bahwa penderita terbanyak berada di umur lebih 40
tahun. WHO (World Health Organization) tahun 2010 menyatakan bahwa
angka pelaporan kasus Leptospirosis di seluruh dunia sangat rendah. Penyebab
dari hal tersebut dikarenakan terdapatnya kesulitan dalam melakukan diagnosis
klinis dan ketidak tersediaan alat untuk mendiagnosis penyakit tersebut (WHO,
2013). Daerah tropik yang memiliki iklim lembab memiliki kejadian
Leptospirosis mencapai >10 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya. Daerah
di Indonesia yang ikut menjadi tempat persebaran penyakit ini adalah Pulau
Bali, Jawa, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kalimantan
Timur, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Barat (Kemenkes R1, 2018).
Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri patogen yang disebut leptospira
sp.
Adapun penyakit yang disebabkan oleh jamur, yaitu candidiasis.
Candidiasis merupakan penyakit infeksi jamur yang disebabkan oleh candida
albicans. yang menyebabkan septikemia, endocarditis atau meningitis.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan penyakit Leptospirosis?
2. Bakteri apa yang dapat menyebabkan penyakit Leptospirosis?
3. Bagaimana mekanisme penularan Leptospirosis?
4. Apa saja faktor risiko untuk penyakit Leptospirosis?
5. Apa yang di maksud dengan penyakit Candidiasis?
6. Apa saja gelaja atau tanda-tanda penyakit Candidiasis?
7. Apa saja faktor risiko penyakit Candidiasis?
8. Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan dari penyakit Candidiasis?
D. Tujuan Masalah
1. Mengetauhi apa sebenernya penyakit Leptospirosis tersebut.
2. Mengetauhi bakteri yang menyebabkan penyakit Leptospirosis.
3. Mengetauhi faktor risiko penyakit Leptospirosis.
4. Mengetauhi apa sebenarnya penyakit Candidiasis.
5. Mengetauhi apa saja gejala,faktor resiko, cara pengobatan,serta
pencegahan dari penyakit Candidiasis
BAB II
PEMBAHASAN
Bagian Klinis :
Beberapa faktor berikut dapat meningkatkan risiko terjadinya
candidiasis pada kulit dan area kelamin:
Cuaca yang hangat dan lembab
Kebiasaan jarang mengganti pakaian dalam
Kebiasaan menggunakan pakaian yang tidak menyerap keringat
Kebersihan pribadi yang buruk
AntiFungi Flukonazol
Flukonazol merupakan senyawa sintetik bis-triazol yang
mampu menghambat sintesis ergosterol melalui aktivitasnya
pada enzim yang tergantung sitokrom P-450, yaitu lanosterol 14
a-demethylase. Adanya deplesi pada ergosterol, sterol pada
membran sel jamur, dan akumulasi sterol yang termetilasi pada
membran menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi
membrane (Richardson and Warnock, 2003). Flukonazol
merupakan antifungi yang paling efektif pada spesies Candida,
Criptococcus neoformans, dan Criptococcus immitis. Namun
memiliki aktivitas yang terbatas terhadap Blastmyces
dermatitidis, Histoplasma capsulatum dan Sporothrix schenckii
sehingga digunakan sebagai antifungi lini kedua untuk
pengobatan terhadap infeksi oleh jamur-jamur tersebut.
Flukonazol aktif terhadap jamur dermatofit seperti
Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton tetapi tidak
terlalu efektif terhadap kapang seperti Aspergillus dan
Zygomycetes. Meskipun flukonazol efektif terhadap banyak
spesies Candida, namun C. krusei secara intrinsik resisten
terhadap flukonazol. Isolat C. glabrata juga diketahui kurang
sensitif terhadap flukonazol, dan 10% isolat Candida yang
diisolasi dari darah resisten terhadap flukonazol (Richardson
and Warnock, 2003). Flukonazol digunakan sebagai antifungi
utama untuk mengobati meningitis yang disebabkan oleh
Criptococus, kandisiasis esophageal vaginal, dan
oropharyngeal. Antifungi ini juga digunakan dalam terapi
profilaksis untuk menurunkan insidensi kandisiasis pada pasien
yang menerima kemoterapi atau radiasi yang bersifat sitotoksik.
Selain itu, flukonazol digunakan juga untuk pengobatan
beberapa infeksi dermatofit dan infeksi jamur lain yang tidak
merespon pengobatan topikal. Flukonazol termasasuk kelas
triazol yang pemberiaannya dapat melalui injeksi intravena,
suspensi oral, dan kapsul (El-Garhy, 2015). Beberapa laporan
telah menunjukkan perkembangan resistensi C. albicans atau C.
tropicalis selama pengobatan flukonazol jangka pendek untuk
pasien penderita Candidosis mukosa. Pada penderita AIDS
dengan infeksi oral atau oesophageal, strain C. albicans yang
resisten didapatkan setelah pengobatan berulang dengan
flukonazol dosis rendah. Banyak strain C. albicans yang
resisten terhadap flukonazol menunjukkan resistensi silang
dengan antifungi golongan azol lainnya (Richardson and
Warnock, 2003). Beberapa mekanisme molekuler yang
menjelaskan resistensi C. albicans terhadap antifungi azol telah
dilaporkan. Mekanisme tersebut meliputi adanya peningkatan
ekspresi sejumlah gen terkait transportasi zat seperti gen CDRl
dan CDR2, serta gen MDR1. Peningkatan ekspresi gen-gen
tersebut menyebabkan berkurangnya akumulasi obat pada strain
yang resisten. Mekanisme resistensi yang lain adalah adanya
mutasi pada gen ERG11 yang mengkode target enzim utama
obat, yaitu lanosterol 14 a-demethylase. Mutasi tersebut
menyebabkan perubahan struktur pada enzim dan menyebabkan
berkurangnya ikatan antara obat dengan antifungi azol.
Mekanisme resistensi selanjutnya adalah adanya peningkatan
ekspresi gen ERG11 yang menyebabkan peningkatan produksi
enzim target. Selain itu, adanya perubahan pada enzim yang
terlibat pada biosintesis ergosterol, seperti sterol desaturase juga
berkontribusi pada resistensi terhadap antifungi azol
(Richardson and Warnock, 2003). Flukonazol dapat digunakan
untuk pengobatan Kandidosis mukosa dan kutaneus, serta
efektif pada berbagai bentuk dermatofitosis dan Pityriasis
versicolor. Flukonazol juga efektif untuk pengobatan dalam
oleh infeksi yang disebabkan C. albicans, C. tropicalis dan C.
parapsilosis. Saat ini. dipandang bahwa flukonazol sebaiknya
digunakan untuk infeksi yang disebabkan C. glabrata, namun
sebaiknya tidak digunakan untuk pengobatan infeksi oleh C.
krusei. Flukonazol juga merupakan antifungi penting untuk
infeksi akut cryptococcal meningitis, namun sebaiknya tidak
digunakan sebagai pengobatan lini pertama pada pasien AIDS
kecuali untuk alasan tertentu seperti tidak dapat digunakannya
amphotericin B dalam pengobatan. Flukonazol lebih efektif dan
ditoleransi lebih baik dibandingkan dengan amphotericin B
untuk mencegah cryptococcosis berulang pada pasien AIDS
(Richardson and Warnock, 2003). Flukonazol juga diabsorpsi
dangan baik saat diberikan secara oral dan dapat berpenetrasi
sangat baik pada system saraf pusat (Kumar et al., 2016).
Di bagian klinisnya :
Pada keadaan normal, jamur Candida memang hidup di kulit
dan beberapa bagian tubuh, seperti mulut, tenggorokan, saluran
cerna, dan vagina, tanpa menyebabkan gangguan kesehatan.
Namun, jamur ini bisa membahayakan tubuh bila berkembang
biak tidak terkendali atau masuk ke aliran darah, ginjal, jantung,
dan otak.
Pertumbuhan dan perkembangan yang tidak terkendali dari
jamur Candida paling sering disebabkan oleh daya tahan tubuh
yang lemah. Beberapa faktor yang bisa melemahkan daya tahan
tubuh adalah:
Menderita diabetes, HIV/AIDS, kanker, atau
menjalani kemoterapi
Menggunakan obat kortikosteroid dalam jangka waktu yang
lama
Menggunakan antibiotik dalam jangka waktu yang lama
Menderita obesitas atau malnutrisi
2.7Pencegahan Candidiasis
Candidiasis dapat dicegah dengan menjaga kebersihan pribadi dan
daya tahan tubuh. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah:
Jaga kebersihan mulut dan gigi, dengan rutin menggosok gigi
dan melakukan pemeriksaan ke dokter gigi minimal 6 bulan
sekali.
Hentikan kebiasaan merokok.
Gunakan pakaian yang nyaman, tidak ketat, dan menyerap
keringat.
Ganti pakaian, pakaian dalam, dan kaos kaki, secara teratur.
Ganti pembalut secara rutin saat menstruasi.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang dan probiotik.
Bersihkan area vagina dengan air mengalir, serta hindari
penggunaan panty liner dan sabun pembersih kewanitaan tanpa
anjuran dokter.
Lakukan kontrol rutin ke dokter jika Anda menderita penyakit
yang bisa melemahkan daya tahan tubuh, seperti diabetes,
kanker, atau HIV/AIDS.
Lakukan kontrol rutin bila Anda menjalani kemoterapi atau
menggunakan obat kortikosteroid untuk waktu yang lama.
Jangan menggunakan obat kortikosteroid dan antibiotik di luar
anjuran dokter.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Leptospirosis merupakan penyakit yang ditularkan oleh bakteri
Leptospira baik kepada manusia maupun hewan. Penyakit ini terjadi
karena adanya interaksi yang kompleks antara pembawa penyakit, tuan
rumah/pejamu dan lingkungan. Bakteri Leptospira bersifat komensal
pada ginjal mamalia, termasuk tikus. Manusia dapat terkena leptospirosis
jika ada bakteri Leptospira yang masuk ke dalam tubuhnya melalui luka
pada kulit maupun mukosa tubuh. Lingkungan dengan sanitasi yang
buruk mendukung terjadinya leptospirosis. Pencegahan leptospirosis
dilakukan dengan meminimalisir masuknya bakteri ini ke tubuh manusia
dengan memiliki perilaku hidup bersih dan sehat dan juga menjaga
kesehatan lingkungan sekitar.
Candidiasis merupakan salah satu penyakit infeksi pada kulit, mulut,
serta kelamin. Pada penyakit ini menjaga kebersihan tubuh sangatlah
penting. Gejala candidas ada pada oral thrush, volvovaginal, dan
cutaneous candidiasis.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/chari/Downloads/174-Article%20Text-19483-1-10-
20200207%20(1).pdf
http://erepository.unsyiah.ac.id/JKS/article/viewFile/
5013/4444#:~:text=Kandidiasis%2Fyeast%20infection%20adalah
%20infeksi,muncul%20dalam%20jumlah%20yang%20kecil.
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/413/3/KTI%20Adi%20Darmada
%20027%20bab%202.pdf
https://www.google.com/search?
q=candida+albicans+dapat+menginfeksi+apa&sxsrf=ALiCzsZJPQL-
uyLhPyC08xyLvnfEvnLW4A
%3A1655649687127&ei=lzWvYtOKB9GhseMP9N6vgAE&ved=0ahUKEwiTs
uTb37n4AhXRUGwGHXTvCxAQ4dUDCA0&uact=5&oq=candida+albicans+
dapat+menginfeksi+apa&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBQghEKABMgUIIRCg
AToHCAAQRxCwAzoECCMQJzoGCAAQHhAWOgUIABCABDoICCEQHh
AWEB06BAghEBU6BwghEAoQoAFKBAhBGABKBAhGGABQdViLT2DlU
GgBcAF4AIABswGIAYoZkgEFMTkuMTOYAQCgAQHIAQjAAQE&sclient
=gws-wiz
http://repository2.unw.ac.id/1075/7/S1_020116A001_BAB%20I%20-
%20Abdul%20Khohar.pdf
file:///C:/Users/chari/Downloads/17187-Article%20Text-44409-2-10-
20180402.pdf
https://www.lifebuoy.co.id/semua-artikel/berita-kesehatan/waspada-inilah-
bakteri-bakteri-penyebab-diare.html
http://repository.unimus.ac.id/1264/3/BAB%20II.pdf
https://www.alodokter.com/candidiasis