Masa Iddah Bab 2
Masa Iddah Bab 2
Masa Iddah Bab 2
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Pernikahan
yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang
diridhai Allah.2
1
YayasanPenyelenggaraPenterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur‟an dan
Terjemahannya, (Jakarta: PT. Bumi Resti, 1971) hal 549
2
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (UII Press, Yogyakarta, 2000), Hal. 14
12
13
penciptaan ala mini, sedangkan sunnah Rasul berarti suatu tradisi yang
telah ditetapkan oleh Rasul untuk dirinya sendiri dan untuk umatnya.4
yang menyangkut dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi
3
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006).
Hal. 40-41
4
Ibid. hal 41
14
tertinggal. Artinya, pernikahan tidak sah bila keduanya tidak ada atau
tidak lengkap. Perbedaan rukun dan syarat adalah jika rukun itu harus ada
dalam satu amalan dan merupakan bagian yang hakiki dari amalan
tersebut. Sementara syarat adalah sesuatu yang harus ada dalam satu
a) Rukun Pernikahan
Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan
Akad nikah dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya
tersebut.
4) Sighat akad nikah, yaitu ijab qabul yang diucapan oleh wali atau
laki-laki.5
5
Ghozali, Fiqih Munakahat…., hal. 46
15
6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini
berlaku sepanjang hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan
lain.6
lagi pada satu hal, yaitu pernikahan itu telah terlepas dari segala hal yang
pernikahan.
dalam arti sampai kapan pun dan dalam keadaan apapun laki – laki dan
Hubungan persemandaan)
arti larangan itu berlaku dalam keadaan dan waktu tertentu; suatu
ketika bila keadaan dan waktu tertentu itu sudah berubah ia sudah tidak
6
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
17
pernikahan)7
pernikahan itu dilarang untuk dilamar, baik dalam ucapan terus terang
iddah ini. Lalau ketika islam datang kebiasaan itu diakui dan dijalankan
makna iddah itu sendiri sehingga pemahaman mengenai istilah iddah ini
7
Amir , Hukum Perkawinan Islam di Indonesia …, hal. 109
8
Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,…, hal. 126
9
Slamet Abidin, Aminuddin, Fiqh Munakahat II, (Bandung: CV Pustaka Setia, cet I,
1999), hal 121.
18
merupakan bentuk mashdar dari kata kerja „adda – ya‟uddu yang artinya
menanti kesucian seorang istri yang ditinggal mati atau diceraikan oleh
tertentu seorang laki-laki juga memiliki masa tunggu, tidak halal menikah
ِٳ َْأ
Artinya : “Iddah merupakan suatu nama bagi masa tunggu yang wajib di
anaknya, atau beberapa kali suci / haid, atau beberapa bulan tertentu.”
sebagai berikut :
10
Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: cv Pustaka Setia, 2000), hal 193
11
Amiur Nurrudin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2004), hal 240
12
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Munakahat II,( Jakarta: Amzah, 2009), hal 318
19
pengaruh-pengaruh perkawinan.”13
salah satu sumber keteraturan hidup. Yang antara lain adalah, penegasan
apakah dalam rahim wanita itu telah terkandung benih janin atau tidak,
barang kali suami mau rujuk kembali pada isterinya dan sadar dari
nampak betapa belas kasih Tuhan kepada umat manusia, karena dalam
menunggu idaah itu orang akan tau betapa nikmatnya bersuami atau
13
Departemen Agama, Ilmu Fiqh, jilid II, ( Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan
sarana Perguruan Tinggi Agama, cet II, 1985), hal 274
14
Anshori Umar, Fiqh Wanita, (Semarang: cv Asy-Syifa’, 1981), hal 435.
20
(1) Bagi seorang istri yang putus perkawinannya berlaku waktu tunggu
atau iddah, kecuali qobla al dhukul dan perkawinannya putus bukan
karena kematian suami.
(2) Waktu tunggu bagi seorang janda ditentukan sebagai berikut :
(a) Apabila perkawinan putus karena kematian walaupun qobla al
dhukul, waktu tunggu ditetapkan 130 (seratus tiga puluh) hari.
(b) Apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu yang
masih berdatang bulan ditetapkan 3 (tiga) kali suci dengan
sekurang-kurangnya 90 (sembilan puluh) hari;
(c) Apabila perkawinan putus karena perceraian sedang janda dalam
keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan;
(d) Apabila perkawinan putus karena kematian, sedang janda dalam
keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan;
(3) Tidak ada waktu tunggu bagi yang putus perkawinan karena perceraian
sedang antara janda tersebut dengan bekas suaminya qobla al dhukul;
15
Amiur Nurrudin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2004), hal 253
21
(4) Bagi perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu tunggu
dihitung sejak jatuhnya ptusan Pengadilan Agama yang mempunyai
kekuatan hukum tetap, sedangkan bagi perkawinan yang putus karena
kematian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak kematian suami.
(5) Waktu tunggu bagi istri yang pernah haid sedang pada waktu
menjalani iddah tidak haid karena menyusui, maka iddahnya tiga kali
waktu suci;
(6) Dalam hal keadaan dalam ayat (5) bukan karna menyusui, maka iddah
selama satu tahun, akan tetapi dalam waktu satu tahun tersebut ia
berhaid kembali, maka iddahnya menjadi tiga kali wakyu suci.16
Pasal 154
Pasal 155
a) Al-Qur’an
16
Ibid...254
17
Ibid...255
22
istri.
18
YayasanPenyelenggaraPenterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur‟an dan
Terjemahannya, (Jakarta: PT. BumiResti, 1971) hal 55
19
Ibid..hal 57
23
20
YayasanPenyelenggaraPenterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur‟an dan
Terjemahannya, (Jakarta: PT. Bumi Resti, 1971) hal 675
21
Ibid..Hal 946
24
b) Hadist
َٲ
َٲ
ٲ َٲ
ٲ
22
Bukhari, Shahih Bukhari, juz V,( Beirut: Drul Kutub Al Ilmiyyah, 1992), hal 520.
23
Ibid. Hal 521
25
3. Macam-Macam Iddah
24
Ibid. Hal 521
25
Anshori Umar, Fiqh Wanita, (Semarang: cv Asy-Syifa’, 1981), hal 437
26
26
YayasanPenyelenggaraPenterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur‟an dan
Terjemahannya, (Jakarta: PT. Bumi Resti, 1971) hal 675
27
bulan), maka iddahnya ialah tiga kali quru’, yakni tiga kali suci
234.27
4. Tujuan Iddah
27
Departemen Agama, Ilmu Fiqh, jilid II, (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan
sarana Perguruan Tinggi Agama, cet II, 1985), hal 280
28
dalam hidup manusia dan merupakan jalan yang sah untuk memenuhi
hasrat naluri hidup serta dalam waktu yang sama merupakan salah satu
bercerai.
b. Peristiwa yang demikian penting dalam dalam hidup manusia itu harus
diusahakan agar kekal. Dalam hal ini terpaksa terjadi perceraian pun,
kesempatan suami istri kembali lagi hidup berumah tangga, tanpa akad
nikah baru.
d. Bagi perceraian yang terjadi antara suami dan istri yang pernah
28
Ahmad azhar, Hukum Perkawinan Islam,( Yogyakarta : UII ress, 1999), hal 95
29
5. Hikmah Iddah
Sebagai peraturan yang dibuat oleh Allah SWT, aturan tentang iddah pasti
dapat langsung kita rasakan, namun acapkali baru kita rasakan setelah
atau karena kematian suami. Kalau tidak ada syari’at tentang iddah, si
mantan istri) dalam kasus talak raj’i. Masa tenggang waktu yang relatif
c. Masa berkabung bagi istri yang ditinggal mati suami digunakan untuk
d. Suatu masa yang harus dipergunakan oleh calon terutama suami yang
Oleh karena itu, wanita yang telah ditalak suaminya, selama dalam masa
iddah tetap dipandang sebagai istri dari suaminya yang memiliki hak dan
29
Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: cv Pustaka Setia, 2000), hal 202
31
bidang tafsir dan hadis, ayat inilah yang menjadi pegangan ulama’ dalam
membagi talak menjadi dua, yakni talak sunah dan talak bid’ah. Talak
sunnah (sunnah) adalah talak yang dibolehkan yaitu Talak yang dijatuhan
terhadap istri yang sedang suci dan tidak di campuridalam waktu suci
talak yang dilarang yaitu talak yang dijatuhkan pada waktu istri dalam
keadaan haid, atau istri dalam keadaan suci, tapi sudah dicampuri pada
waktu tersebut.
30
YayasanPenyelenggaraPenterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur‟an dan
Terjemahannya, (Jakarta: PT. Bumi Resti, 1971) hal 946
31
YayasanPenyelenggaraPenterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur‟an dan
Terjemahannya, (Jakarta: PT. Bumi Resti, 1971) hal 947
32
istri yang ditalak suaminya. Ayat ini merupakan dasar bagi suami untuk
memberikan tempat tinggal bagi istri-istri yang ditalaknya, bahkan ayat ini
anaknya.32
Wanita yang beriddah talak raj‟i (setelah talak boleh rujuk kembali), para
tinggal dan nafkah dari suaminya. Sedangkan isteri wajib tinggal bersama
suami.33
Para fuqaha berselisih pendapat tentang nafkah dan tempat tinggal bagi
wanita yang ditalak ba‟in, tetapi tidak dalam keadaan hamil. Para ulama
Wanita itu mempunyai hak nafkah dan tempat tinggal seperti yang ditalak
raj‟i karena dia wajib menghabiskan masa iddah itu di rumah suaminya.
Nafkahnya ini dianggap sebagai hutang yang resmi sejak jatuhnya talak
32
Amiur Nurrudin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2004), hal 246
33
Ibid,, hal 247
33
pengadilan. Hutang ini tidak dapat dihapuskan kecuali sudah dibayar lunas
atau dibebaskan.34
bahwa ia tidak berhak nafkah dan tempat tinggal sekalipun hamil. Alasan
mereka, nafkah dan tempat tinggal diwajibkan sebagai imbalan hak rujuk
bagi suami, sedangkan dalam talak ba‟in suami tidak punya hak rujuk.
Oleh karena itu, tidak ada nafkah dan tempat tinggal bagi wanita tersebut,
sebagaimana Hadits yang diriwayatkan dari Fatimah binti Qais yang telah
ditalak suaminya untuk yang ketiga kalinya, bahwa Nabi SAW tidak
tuanya. Namun, jika pada saat dia menerima berita duka berada di rumah
kewajiban :
34
Ibid., hal 248
35
Ibid.. hal 249
34
Sebab, wanita itu tidak boleh menikah untuk menjaga hak suami
yang pertama.
selanjutnya.
Syafi’iyyah.
36
Muhammad Thalib, Manajemen Keluarga Sakinah,(Yogyakarta: Pro U, cet. II, 2008),
hal. 348.
35
hari.
wanita itu harus beriddah dengan dua iddah secara bersamaan. Misalnya,
37
Ibid.. hal 350
36
tersebut menjalani sisa iddah dari suami yang pertama kemudian beriddah
Larangan menikah pada saat masa iddah ini, juga terdapat dalam
38
http://muslimah.or.id/fikih/talak-bagian-8-iddah.html. didownload pada tanggal 28 Mei
2014 Pkl 22:21. WIB
39
YayasanPenyelenggaraPenterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur‟an dan
Terjemahannya, (Jakarta: PT. Bumi Resti, 1971) hal 57