Ruptur Uter Iminens
Ruptur Uter Iminens
Ruptur Uter Iminens
Definisi
Ruptur uteri adalah robekan pada rahim sehingga rongga uterus dan rongga peritoneum
dapat berhubungan. Beberapa pendapat mengatakan bahwa ruptur uteri adalah adalah robekan
atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miometrium. Ruptur uteri
sendiri dapat di bedakan menjadi ruptur uteri komplit dan ruptur uteri inkomplit. Ruptur uteri
komplit adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi hubungan langsung
antara rongga amnion dan rongga peritoneum. Peritoneum viserale dan kantong ketuban
keduanya ikut ruptur dengan demikian janin sebagia atau seluruh tubuhnya telah keluar oleh
kontraksi terakhir rahim dan berada dalam kavum peritonei atau rongga abdomen. Pada ruptura
uteri inkomplit hubungan kedua rongga tersebut masih dibatasi oleh peritoneum viserale. Pada
5.2. Etiologi
Ruptur uteri dapat terjadi sebagai akibat cedera atau anomali yang sudah ada sebelumnya,
atau dapat menjadi komplikasi dalam persalinan dengan uterus yang sebelumnya tanpa parut.
Akhir-akhir ini, penyebab ruptur uteri yang paling sering adalah terpisahnya jaringan parut
akibat seksio sesarea sebelumnya dan peristiwa ini kemungkinan semakin sering terjadi
Faktor predisposisi ruptur uteri lain yang sering dijumpai adalah riwayat manipulasi atau
operasi traumatik, misalnya kuretase, perforasi, dan miomektomi. Stimulasi uterus yang
berlebihan atau tidak tepat dengan oksitosin juga dapat menjadi penyebabnya, meskipun hal ini
sekarang sudah sangat jarang terjadi. Umumnya, uterus yang sebelumnya tidak pernah
mengalami trauma dan persalinan berlangsung spontan, tidak akan terus berkontraksi
5.3. Klasifikasi
Yaitu bila ruptur uteri terjadi secara spontan pada uterus tanpa parut (utuh) dan tanpa
adanya manipulasi dari penolong. Faktor pokok disini ialah bahwa persalinan tidak maju
karena panggul sempit, hidrosepalus, janin dalam letak lintang dan sebagainya,sehingga segmen
bawah uterus makin lama makin meregang. Faktor yang merupakan predisposisi terhadap
terjadinya ruptur uteri adalah multiparitas, disini ditengah-tengah miometrium sudah terdapat
banyak jaringan ikat yang menyebabkan kekuatan dinding uterus menjadi kurang sehingga
Ruptur uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh, kecelakaan seperti
tabrakan dan sebagainya. Robekan demikian itu yang bisa terjadi pada setiap saat dalam
kehamilan, jarang terjadi karena rupanya otot uterus cukup tahan terhadap trauma dari luar. Yang
lebih sering terjadi adalah ruptur uteri yang dinamakan ruptur uteri violenta. Faktor utama
disebabkan oleh distosia sudah ada regangan segmen bawah uterus dan usaha vaginal untuk
melahirkan janin mengakibatkan timbulnya ruptur uteri. Hal itu misalnya terjadi pada versi
ekstraksi pada letak lintang yang dilakukan bertentangan dengan syarat-syarat untuk tindakan
tersebut. Kemungkinan besar yang lain ialah ketika melakukan embriotomi. Berhubung dengan
itu, setelah tindakan- tindakan tersebut diatas dan juga setelah ekstraksi dengan cunam yang
sukar perlu dilakukan pemeriksaan kavum uteri dengan tangan untuk mengetahui apakah terjadi
ruptur uteri. Gejala-gejala ruptur uteri violenta tidak berbeda dari rupture uteri spontan.
Ruptur uteri demikian ini terdapat paling sering pada parut bekas seksio sesarea,
peristiwa ini jarang timbul pada uterus yang telah dioperasi untuk mengangkat mioma
(miomektomi) dan lebih jarang lagi pada uterus dengan parut karena kerokan yang terlampau
dalam. Di antara parut-parut bekas seksio sesarea, parut yang terjadi sesudah seksio sesarea
klasik lebih sering menimbulkan ruptur uteri daripada parut bekas seksio sesarea profunda.
Perbandingannya ialah 4:1. Hal ini disebabkan oleh karena lukapada segmen bawah uterus yang
menyerupai daerah uterus yang lebih tenang dalam masa nifas dapat sembuh dengan lebih
baik, sehingga parut lebih kuat. Ruptur uteri pada bekas seksio bisa menimbulkan gejala-
gejalaseperti telah diuraikan lebih dahulu, akan tetapi bisa juga terjadi tanpa banyak
menimbulkan gejala. Dalam hal yang terakhir ini tidak terjadi robekan secara mendadak,
melainkan lambat laun jaringan disekitar bekasluka menipis untuk akhirnya terpisah sama sekali
dan terjadilah rupture uteri. Disini biasanya peritoneum tidak ikut serta, sehingga terdapat
rupturuteri inkompleta. Pada peristiwa ini ada kemungkinan arteria besar terbuka dan timbul
perdarahan yang untuk sebagian berkumpul di ligamentum latum dan untuk sebagian keluar.
Biasanya janin masih tinggal dalam uterus dan his kadang-kadang masih ada.
Sementara itu penderita merasa nyeri spontan atau nyeri pada perabaan tempat bekas
luka. Jika arteria besar luka, gejala-gejala perdarahan dengan anemia dan syok, janin dalam
uterus meninggal.
2. Menurut tingkat robekan :
a) Ruptur uteri komplit, bila robekan terjadi pada seluruh lapisan dinding uterus
b) Ruptur uteri inkomplit, bila robekan hanya sampai miometrium, disebut juga dehisensi.
c) Ruptur uteri imminens, bila baru ada gejala akan terjadi ruptur. Penderita merasa
kesakitan terus menerus baik waktu his maupun di luar his. Teraba ligamentum rotundum
menegang. Teraba cincin Bandle setinggi pusat. Segmen bawah rahim menipis. Urine
kateter kemerahan.
a) Ruptur Uteri Gravidarum, terjadi waktu sedang hamil, sering berlokasi pada korpus
b) Ruptur Uteri Durante Partum, Terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya sering
4. Menurut lokasi:
a) Korpus uteri, biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi, seperti
b) Segmen bawah rahim (SBR), biasanya pada partus sulit dan lama (tidak maju). SBR
tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur.
c) Servik uteri, biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forcep atau versi dan
• Pasien hamil yang pernah melahirkan sebelumnya melalui bedah seksio sesarea atau
• Pelaksanaan trial of labor terutama pada pasien bekas seksio sesarea, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, untuk pasien dengan panggul sempit atau bekas seksio sesarea klasik
berlaku “Once Sesarean Section always Sesarean Section”. Pada keadaan tertentu
seperti ini dapat dipilih elective cesarean section (ulangan) untuk mencegah ruputura
5.5. Patomekanisme
Saat his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi. Dengan demikian, dinding
korpus uteri atau segmen atas rahim menjadi lebih tebal dan volume korpus uteri menjadi lebih
kecil. Akibatnya tubuh janin yang menempati korpus uteri terdorong ke dalam segmen bawah
rahim. Segmen bawah rahim menjadi lebih lebar dan karenanya dindingnya menjadi lebih
tipis karena tertarik keatas oleh kontraksi segmen atas rahim yang kuat, berulang dan
sering sehingga lingkaran retraksi yang membatasi kedua segmen semakin bertambah tinggi.
Apabila bagian terbawah janin tidak dapat turun oleh karena suatu sebab (misalnya : panggul
sempit atau kepala besar) maka volume korpus yang bertambah mengecil pada waktu ada his
harus diimbangi perluasan segmen bawa rahim ke atas. Dengan demikian lingkaran
retraksi fisiologis semakin meninggi kearah pusat melewati batas fisiologis menjadi
patologis yang disebut lingkaran bandl (ring van bandl). Ini terjadi karena, rahim tertarik
terus menerus kearah proksimal tetapi tertahan dibagian distalnya oleh serviks yang dipegang
pada sisi kanan dan kiri (ligamentum cardinal) danpada sisi dasar kandung kemih
(ligamentum vesikouterina). Jika his berlangsung terus menerus kuat, tetapi bagian
terbawah janin tidak kunjung turun lebih ke bawah, maka lingkaran retraksi semakin lama
semakin tinggi dan segmen bawah rahim semakin tertarik ke atas dan dindingnya menjadi
sangat tipis. Ini menandakan telah terjadi ruptur uteri iminens dan rahim terancam robek. Pada
saat dinding segmen bawah rahim robek spontan dan his berikutnya datang, terjadilah
perdarahan yang banyak (rupture uteri spontanea). Ruptur uteri pada bekas seksio sesarea lebih
sering terjadi terutama pada parut pada bekas seksio sesarea klasik dibandingkan pada parut
bekas seksio sesarea profunda. Hal ini disebabkan oleh karena luka pada segmen bawah
uterus yang tenang pada saat nifas memiliki kemampuan sembuh lebih cepat sehingga parut
lebih kuat. Ruptur uteri pada bekas seksio klasik juga lebih sering terjadi pada kehamilan tua
sebelum persalinan dimulai sedangkan pada bekas seksio profunda lebih sering terjadi
saat persalinan. Rupture uteri biasanya terjadi lambat laun pada jaringan-jaringan di sekitar
luka yang menipis kemudian terpisah sama sekali. Disini biasanya peritoneum tidak ikut serta,
sehingga terjadi rupture uteri inkompleta. Pada peristiwa ini perdarahan banyak berkumpul di
Terlebih dahulu dan yang terpenting adalah mengenal betul gejala dari ruptur
uteri mengancam (threatened uterine rupture) sebab dalam hal ini kita dapat bertindak
secepatnya supaya tidak terjadi ruptur uteri yang sebenarnya.Gejala ruptur uteri
iminens/mengancam :
• Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan bahkan
• Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama yaitu mulut kering, lidah kering dan haus,
• His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.
• Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal dan keras
• Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan SBR teraba tipis
• Diantara korpus dan SBR nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan melintang yang
bertambah lama bertambah tinggi, menunjukan SBR yang semakin tipis dan teregang.
Sering lengkaran bandl ini dikelirukan dengan kandung kemih yang penuh, untuk itu
dilakukan kateterisasi kandung kemih. Dapat peregangan dan tipisnya SBR
terjadi di dinding belakang sehingga tidak dapat kita periksa, misalnya terjadi pada
• Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan teregang ke atas,
terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih, maka pada kateterisasi ada hematuri.
• Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi, seperti oedem
Bila ruptur uteri yang mengancam dibiarkan terus, maka suatu saat akan terjadilah ruptur
uteri sebenarnya.
o Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa, menjerit seolah-
olah perutnya sedang dirobekkemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar keringat
dinginsampai kolaps.
o Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tidak terukur.
o Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tak begitu banyak, lebih-lebih kalau bagian
terdepan atau kepala sudah jauh turun dan menyumbat jalan lahir.
o Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan dibahu.
o Kontraksi uterus biasanya hilang.
o Mula-mula terdapat defans muskulaer kemudian perut menjadi kembung dan meteoristis
(paralisis usus).
• Palpasi
o Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan.
o Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari pintu atas panggul.
o Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada di rongga perut, maka teraba
• Auskultasi
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit setelah ruptur,
apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk ke rongga perut.
• Pemeriksaan Dalam
o Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, denganmudah dapat didorong ke
atas dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak banyak.
o Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan padadinding rahim dan kalau jari
atau tangan kita dapat melaluirobekan tadi, maka dapat diraba usus, omentum dan
bagian-bagian janin. Kalau jari tangan kita yang didalam kita temukan dengan jari luar
maka terasa seperti dipisahkan oleh bagian yang tipis seklai dari dinding perut juga dapat
• Kateterisasi
5.7 Diagnosis
1. Anamnesis
d. Adanya riwayat operasi pada uterus (misalnya seksio sesaria, enukleasi mioma atau
2. Gambaran klinis
Gambaran klinis ruptur uteri didahului oleh gejala-gejala ruptur uteri yang
membakat, yaitu didahului his yang kuat dan terus menerus, rasa nyeri yang hebat di perut
bagian bawah, nyeri waktu ditekan, gelisah, nadi dan pernapasa cepat, segmen bawah uterus
tegang, nyeri apda perabaan lingkaran retraksi (Van Bandle Ring) meninggi sampai mendekati
pusat, dan ligamentum rotunda menegang. Pada saat terjadinya ruptur uteri penderita
sangat kesakitan dan seperti ada robek dalam perutnya. Keadaan umum penderita tidak baik,
b. Perdarahan percaginam
d. Pada palpasi bagian janin mudah diraba di bawah dinding perut ibu
e. Perut bagian bawah teraba uterus kira kira sebesar kepala bayi
meninggal)
h. Jika kejadian rupture uteri telah lama, maka akan timbul gejala gejala meteorismus
dan defans muscular yang menguat sehingga sulit untuk meraba bagian janin.
4. Pemeriksaan Dalam
b. Pada pemeriksaan pervaginal bagian bawah janin tidak teraba lagi atau teraba tinggi
dalam jalan lahir, selain itu kepala atau bagian terbawah janin dengan mudah dapat didorong ke
atas hal ini terjadikarena seringkali seluruh atau sebagian janin masuk ke dalam rongga perut
janin
5.8. Tatalaksana
b. Berikan antibiotika
c. Oksigen
denganncermat, khususnya pada persalinan dengan kemungkinan distosia, dan pada wanita
yang pernah mengalami sectio sesarea atau pembedahan lain pada uterus. Pada distosia harus
diamati terjadinya regangan segmen bawah rahim, bila ditemui tanda-tanda seperti itu,
persalinan harus segera diselesaikan. Keselamatan wanita yang mengalami ruptur uteri
paling sering bergantung pada kecepatan dan efisiensi dalam mengoreksi hipovolemia dan
mengendalikan perdarahan.
2. Laparotomi
Perlu ditekankan bahwa syok hipovolemik mungkin tidak bisa dipulihkan kembali dengan
cepat sebelum perdarahan arteri dapat dikendalikan, karena itu keterlambatan dalam memulai
pembedahan tidak akan bisa diterima. Bila keadaan umum penderita mulai membaik, selanjutnya
b. Repair uterus (histeorafi)yaitu tepi luka dieksidir lalu dijahit sebaik- baiknya.
Tindakan aman yang dipilih, tergantung dari beberapa faktor, antara lain:
• Keadaan umum
• Tempat luka
`Harapan hidup bagi janin sangat buruk. Angka mortalitas yang ditemukan dalam berbagai
penelitian berkisar dari 50 hingga 70 persen. Tetapi jika janin masih hidup pada saat terjadinya
peristiwa tersebut, satu- satunya harapan untuk mempertahankan nyawa janin adalah
dengan persalinan segera, yang paling sering dilakukan lewat laparotomi. Jika
mungkin pula karena infeksi yang terjadi kemudian, kendati penyembuhan spontan pernah
pula ditemukan pada kasus-kasus yang luar biasa. Diagnosis cepat, tindakan operasi segera,
ketersediaan darah dalam jumlah yang besar dan terapi antibiotik sudah menghasilkan perbaikan
prognosis yang sangat besar dan terapi antibiotik sudah menghasilkan perbaikan prognosis
yang sangat besar bagi wanita dengan ruptura pada uterus yang hamil.
Daftar Pustaka
Kedokteran. 2007.
ed. Appleton and Lange Business and Professional Group, Connecticut, USA, 1994 : 398
– 404.