CBD Tumor Payudara
CBD Tumor Payudara
CBD Tumor Payudara
Pembimbing
dr. Haris Tiyanto, Sp.B
Disusun oleh :
Rizki Jatiningrum (01.208.5772)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2 Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor yang biasa terjadi pada populasi wanita. Biasa
terjadi pada wanita berumur 20-30 tahun. Teraba sebagai massa kenyal, lobulasi,
berbatas tegas, sangat mobil. Pada wanita postmenopausal, fibroadenoma dapat
berinvolusi, hyalinisasi atau mengkalsifikasi dan pada mamografi kalsifikasinya tebal
atau gambaran seperti popcorn.
Fibrodenoma biasanya tumbuh dengan diamater 1-2 cm dan stabil, walaupun dapat
berkembang lebih besar. Fibroadenoma kecil (1 cm atau kurang) dianggap normal,
walaupun fibroadenoma yang lebih besar (hingga 3 cm) dianggap kelainan (disorder)
dan giant fibroadenoma (lebih dari 3 cm) dianggap penyakit (disease).
2.2.3 Adenoma
Adenoma tubular dan lactatinal adalah lesi yang secara histologis jinak
berhubungan dengan FAM. Cirinya adalah struktur glandular dengan sedikit atau tanpa
struktur stroma. Secara klinis dan Radiologi, mirip dengan FAM. Lactation
adenoma terjadi selama kehamilan dan laktasi, membesar saat dipengaruhi hormon
gestational, dan diferensiasi sekresi saat analisis PA. Sekali lagi biopsi adalah
diagnostik dan terapi
2.2.7 Kista
Jika gambaran kista dapat diduga melalui pemeriksaan klinis ataupun gambaran
sonografi, maka FNA merupakan tindakan diagnostik dan terapi. Kista dapat
diklasifikasikan sebagai simplex dan komplex berdasarkan gamabran sonografinya.
Kista simplex berupa struktur bulat, berbatas tegas, berdinding halus yang
hipoechoic, tanpa internal echo. Kista komplex memiliki septasi sentral, batas yang
tidak tegas, atau internal echo. Kista asimptomatik, simpleks ditemukan secara
insidentil saat evaluasi. Kista simplex yang besar, nyeri dan gambaran radologis yang
tidak jelas harus diaspirasi. Kista komplex harus diaspirasi untuk mengkonfirmasi
diagnosis.
Area abnormal harus diidentifikasi dengan jelas jika sewaktu-waktu biopsi
eksisional diperlukan setelah aspirasi kista. Indikasi untuk biopsi eksisi setelah aspirasi
kista bila ditemukan cairan kemerahan yang banyak, residual massa post ispirasi, atau
reakumulasi kista pada tempat yang sama setelah 2-3 kali aspirasi. Sehingga,
pemeriksaan lanjuttan harus dilakukan 4-6 minggu post aspirasi. Analisis sitologi pada
cairan jernih berwarna kemerahan tidak diperlukan; namun jika penampakan cairan
tidak biasa, harus dilakukan analisis sitologi.
2.3.4 Diagnosis
2.3.4.1 Inspeksi
Ahli bedah akan melakukan inspeksi pada payudara wanita. Simetri, ukuran dan
bentuk payudara dinilai, adanya edema (peau d’orange), retraksi papilla mammae,
eritema (Schwartz’s, 2006).
Gambar 6. Inspeksi dan Palpasi mammae
2.3.4.2 Palpasi
Sebagai bagian dari pemeriksaan fisik, payudara dipalpasi secara hati-hati.
Pemeriksaan pasien dalam posisi berbaring merupakan posisi yang terbaik. Ahli
bedah akan melakukan palpasi secara lembut dari sisi ipsilateral, memeriksa seluruh
kuadran payudara dari sternum bagian lateral sampai m. Latissimus dorsi, dan dari
clavicula inferior sampai rectus bagian atas. Secara sistematis mencari pembesaran
KGB
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
Pada penyakit yang terlokalisasi tidak didapatkan kelainan hasil pemeriksaan
laboratorium. Kenaikan kadar alkali fosfatase serum dapat menujukkan adanya
metastasis pada hepar. Pada keganasan yang lanjut dapat terjadi hiperkalemia.
Pemeriksaan laboratorium lain meliputi:
· Kadar CEA (Carcino Embryonic Antigen)
· MCA (Mucinoid-like Carcino Antigen)
· CA 15-3 (Carbohydrat Antigen), Antigen dari globulus lemak susu
· BRCA1 pada kromosom 17q (tahun 1990 oleh Mary Claire King- didukung
ole The Breast Cancer Linkage Consortium) dari BRCA2 dari kromosom 13
(tahun 1994 oleh Michael Stratton dan college-Sutton, dipetakan secara
lengkap tahun 1996)
· Gen AM (ataxia-telangiectasia) : ditemukan gen ini pada pasien bias sebagai
predisposisi timbulnya Ca mammae
B. Radiologi
· X-foto thorax dapat membantu mengetahui adanya keganasan dan mendeteksi
adanya metastase ke paru-paru
· Mammografi
Dapat membantu menegakkan diagnosis apakah lesi tersebut ganas atau
tidak. Dengan mammografi dapat melihat massa yang kecil sekalipun yang secara
palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Adanya
proses keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer
berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan
rontgenologis dan adanya mikrokalsifikasi.
Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya
vascularisasi,Nperubahan posisi papilla dan areola, adanya bridge of tumor, keadaan
daerah tunika dan jaringan fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi jaringan lunak
belakang mammae dan adanya metastasis ke kelenjar.
· USG (Ultrasonografi)
Dengan USG selain dapat membedakan tumor padat atau kistik, juga dapat
membantu untuk membedakan suatu tumor jinak atau ganas. Ca mammae yang
klasik pada USG akan tampak gambaran suatu lesi padat, batas ireguler, tekstur tidak
homogen. Posterior dari tumor ganas mammae terdapat suatu Shadowing. Selain itu
USG juga dapat membantu staging tumor ganas mammae dengan mencari dan
mendeteksi penyebaran lokal (infiltrasi) atau metastasis ke tempat lain, antara lain ke
KGB regional atau ke organ lainnya (misalnya hepar).
· Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
FNAB dilanjutkan dengan FNAC (Fine Needle Aspiration Cytology) merupakan
teknik pmeriksaan sitologi dimana bahan pemeriksaan diperoleh dari hasil punksi
jarum terhadap lesi dengan maupun tanpa guiding USG. FNAB sekarang lebih
banyak digunakan dibandingkan dengan cutting needle biopsy karena cara ini lebih
tidak nyeri, kurang traumatic, tidak menimbulkan hematoma dan lebih cepat
menghasilkan diagnosis. Cara pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi, namun tidak dapat memastikan tidak adanya keganasan. Hasil negatif
pada pemeriksaan ini dapat berarti bahwa jarum biopsi tidak mengenai daerah
keganasan sehingga biopsy
eksisi tetap diperlukan untuk konfirmasi hasil negative tersebut
2.3.7 Terapi
Terapi untuk Kelainan dan Penyakit Mammae Jinak
Kista: investigasi awal dari massa yang terpalpasi adalah biopsi jarum, yang
dapat mendiagnosis kista sejak awal. Sebuah 21-gauge needle dengan syringe 10 mL
ditusukkan secara langsung ke massa, yang difiksasi dengan tangan yang tidak
dominant. Volume dari kista tipikal adalah 5-10 mL, tapi dapat mencapai 75 mL atau
lebih. Jika cairan yang teraspirasi tidak mengandung darah, makan dilakukan aspirasi
hingga kering, lalu jarum ditarik, lalu dilakukan pemeriksaan sitologi. Setelah aspirasi,
mammae dipalpasi lagi untuk menentukan adanya massa residual. Jika ada, dilakukan
USG untuk menyingkirkan adanya kista persisten, dan dapat dilakukan reaspirasi. Bila
masa solid, dilakukan pengambilang spesimen jaringan. Bila pada aspirasi ditemukan
darah, makan diambil 2 mL untuk dilakukan pemeriksaan sitologi.
Massa kemudian dilihat dengan USG dan adanya area solid pada dinding kista
dilakukan biopsi jarum. Adanya darah biasanya dapat terlihat jelas, tetapi kista dengan
cairan yang gelap perlu dilakukan occult blood test atau pemeriksaaN mikroskopis
untuk memastikan. Dua aturan kardinal dari aspirasi kista yang aman, yaitu (1) massa
harus hilang secara komplit setelah aspirasi, (2) cairan harusnya tidak mengandung
darah. Jika salah satu dari ketentuan tersebut tidak ditemukan, makan USG, biopsi
jarum, dan mungkin biopsi eksisi direkomendasikan.
Nipple inversion: lebih banyak wanita yang meminta koreksi dari congenital
nipple inversion daripada nipple inversion sekunder dari duct ectasia. Walaupun
biasanya hasilnya memuaskan, wanita yang melakukannya untuk alasan kosmetik
harus selalu diberitahukan mengenai komplikasi operasi yaitu perubahan sensasi
puting, nekrosis puting, dan fibrosis postoperative dengan retraksi puting. Oleh karena
nipple inversion disebabkan oleh pemendekan duktus subareolar, pemisahan komplit
dari duktus-duktus ini cukup untuk memberikan koreksi permanen dari kelainan ini.
B. Total Mastectomy
Total mastectomy kadang disebut juga dengan simple mastectomy yang
mencakup operasi pengangkatan seluruh mammae, axillary tail dan fascia
pectoralis. Total mastectomy tidak mencakup diseksi axilla dan sering
dikombinasi dengan terapi radiasi post operasi. Prosedur ini didasarkan pada teori
bahwa KGB merupakan sumber suatu barrier terhadap sel-sel Ca mammae dan
seharusnya tidak diangkat, juga ada alasan bahwa terapi radiasi akan dapat
menahan penyebaran sel-sel ganas sebagai akibat trauma operasi
C. Segmental Mastectomy
Berdasarkan cara operasinya, prosedur ini dibagi dalam 3 cara:
· Eksisi terbatas hanya mengangkat seluruh tumornya saja. Cara ini tidak
dianjurkan untuk Ca mammae
· Eksisi seluruh tumor beserta jaringan mammae yang melekat pada tumor
untuk meyakinkan batas jaringan bebas tumor.
· Eksisi seluruh tumor beserta seluruh quadrant mammae yang mengandung
tumor dan kulit yang menutupinya
Sebagian besar ahli bedah membatasi segmental mastectomy pada pasienpasien
dengan tumor yang kecil (<4cm atau dalam beberapa kasus <2 cm).
Mastectomy segmental harus dilanjutkan dengan terapi radiasi karena tanpa
radiasi resiko kekambuhannya tinggi
D. Hormonal terapi
30-40 % Ca mammae adalah hormon dependen. Hormonal terapi adalah terapi
utama pada stadium IV disamping khemoterapi. Untuk wanita premenopause
terapi hormonal berupa terapi ablasi yaitu bilateral oophorectomy. Untuk post
menopause terapinya berupa pemberian obat anti esterogen, dan untuk 1-5 tahun
menopause jenis terapi tergantung dari aktivitas efek esterogen. Efek esterogen
positif dilakukan terapi ablasi, efek esterogen negative dilakukan pemberian obat-
obatan anti esterogen
E. Chemoterapy
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan pada
Ca mammae yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan pada Ca
mammae yang sudah dilakukan mastectomy bersifat terapi adjuvant. Biasanya
diberikan kombinasi CMF (Cyclophosphamide, Methotrexate, Fluorouracil).
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah
pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini
menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita.
Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan
kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinaran, obat-obat
tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di
mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.
Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa
ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah
kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis
kemoterapi yang digunakan dan penderita. Selama beberapa bulan, penderita juga
menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek
samping tersebut akan menghilang.
F. Neoadjuvant chemoterapy
Kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan bedah ataupun terapi radiasi.
Dengan adanya terapi ini, maka ahli bedah dapat melakukan terapi bedah
konservatif pada Ca mammae stadium lanjut. Tujuan dari terapi ini adalah untuk
menyusutkan tumor yang besar sehingga dapat dilakukan bedah konservatif untuk
mengangkat tumor Tindakan bedah konservatif adalah yang dikenal dengan nama
Breast Conserving Treatment yaitu tindakan bedah dengan hanya mengangkat
tumor yang diikuti diseksi axilla dan radiasi kuratif.
H. Radiation therapy
Diberikan secara teratur selama beberapa minggu setelah dilakukan lumpectomy
atau partial mastectomy dengan tujuan untuk membunuh sel tumor yang tersisa
yang terdapat di dekat area tumor. Radiasi dilakukan tergantung dari besar tumor,
jumlah KGB axilla yang terkena. Kadang terapi radiasi diberikan sebelum
tindakan bedah untuk menyusutkan ukuran tumor yang besar sehingga mudah
untuk diangkat.
Terapi radiasi sangat efektif mengurangi terjadinya rekurensi Ca mammae pada
kedua mammae dan dinding thorax. Tipe terapi radiasi yang paling banyak
digunakan untuk Ca mammae adalah terapi radiasi yang diberikan dari sumber
yang berada diluar tubuh yang dikenal dengan nama external-beam radiation
therapy. Terapi radiasi juga dapat diberikan dengan cara menanamkan pil ke
dalam area tumor
2.3.8 Prognosis
5-year survival rate untuk stadium I yaitu 94%, untuk stadium IIa yaitu 85%, untuk
stadium IIb yaitu 70%, sedangkan untuk stadium IIIa yaitu 52%, stadium IIIb yaitu
48% dan untuk stadium IV yaitu 18%.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. Wagiatun
Umur : 40 tahun
Alamat : patebon
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 13 Agustus 2013
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Bangsal : R. Kenanga
I. ANAMNESIS
Autoanamnesa : 13 Agustus 2013
Keluhan Utama : Benjolan pada payudara kiri
RIWAYAT SOSEK :
Pasien adalah ibu rumah tangga
Biaya pengobatan ditanggung dengan menggunakan SKTM. Kesan sosial ekonomi :
kurang.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 74 x /menit, reguler, isi normal, tegangan normal
- Suhu : 36,4º C aksila
- Pernafasan : 20 x/menit, reguler, tipe pernapasan torako-
abdominal, kedalaman pernafasan normal
- BB : 68 kg
- TB : 155 cm
- BMI : 28,33
Kepala : Bentuk Normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam distribusi
merata, tidak mudah dicabut, tidak mudah patah.
Mata : Bentuk Normal, palpebra superior et inferior tidak cekung,
kedudukan bola mata simetris, konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), refleks cahaya N/N
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, serumen -/-, nyeri tarik
aurikula -/-, nyeri tekan tragus -/-
Hidung : Bentuk normal, sekret -/-
Mulut : Bentuk normal, bibir tidak kering, tidak sianosis, lidah tidak
kotor, tonsil T1 – T1 tenang, faring tidak hiperemis, arkus faring
simetris, uvula ditengah.
Leher : Bentuk normal. KGB tidak teraba membesar.
Thorax :
- Paru-paru
- Inspeksi : Tampak simetris dalam diam dan pergerakan napas
- Palpasi : Stemfremitus kanan dan kiri sama kuat, nyeri tekan (-/-)
- Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
- Jantung
- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
- Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis pada ICS V linea mid
clavicula sinister
- Perkusi : Redup
- Batas kanan atas ICS II Linea Parasternal dexter
- Batas kanan bawah ICS IV Linea Parasternal dexter
- Batas kiri atas ICS II Linea Parasternal sinister
- Batas kiri bawah ICS V 2 cm medial Linea mid
clavicula sinister
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Meteorismus (-), massa (-).
Palpasi :Supel, nyeri tekan (-). Hepar dan lien tidak teraba
membesar,.
Perkusi : Timpani, tidak ada pembesaran hepar dan lien.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Ekstremitas
Akral dingin : Superior -/- Inferior -/-
Akral sianosis : Superior -/- Inferior -/-
Oedem : Superior -/- Inferior -/-
KESIMPULAN
Bari data-data anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosa yang mungkin adalah
tumor mamae sinister curiga jinak, tetapi hasil extirpasi tumor menunjukkan isi tuor
berupa masa putih dengan konsistensi kenyal keras, masih mungkin keganasan. Maka,
dilakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk memastikan sifat tumor.