Integrating Technology and Media Into Instruction

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

INTEGRATING TECHNOLOGY AND MEDIA INTO INSTRUCTION:

THE ASSURE MODEL


(Mengintegrasi Teknologi Dan Media Ke Dalam Instruksi: Model Assure)
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Media Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Agus Maimun, M.Pd

Disusun Oleh :
Nurmiswari (210101210006)

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt, karena berkat
limpahan Rahmat dan Kharunia-Nya, penulis mampu menulis dan menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktu yang ditentukan. Dalam penyusunan makalah ini,
penulis banyak mendapatkan hambatan akan tetapi lewat berbagai bantuan,
hambatan tersebut bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu dan semoga diberikan balasan
yang setimpal oleh Allah swt.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna baik dalam
faktor penyusunan dan materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan
penulis untuk menyempurnakan makalah ini dan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Malang, 30 Maret 2022

Nurmiswari
NIM: 210101210006
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas pembelajaran perlu dirancang sebelumnya agar dapat
memeberikan output atau hasil sebagaimana yang diharapkan. Upaya untuk
merancang aktivitas pembelajaran disebut dengan istilah desain pembelajaran.
Menurut Gagnon dan Collay dalam Benny (2011:24) istilah desain mempunyai
makna adanya suatu kesuluruhan, struktur, kerangka, atau outline, dan urutan
atau sistematika kegiatan.Mendesain aktivitas pembelajaran dapat diartikan
sebagai upaya untuk membuat aktivitas pembelajaran menjadi terstruktur dan
sistematis. Dalam merancang aktivitas pembelajaran kita perlu mengetahui
tujuan yang akan dicapai, kompetensi yang pertlu dimiliki oleh individu yang
belajar atau learner. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran kita
memerlukan sebuah kendaraan.Dalam konteks pembelajaran, kendaraan yang
digunakan adalah metode, media, dan materi pembelajaran yang diperlukan
untuk membantu siswa dalam mencapai kompetensi yang diinginkan.
Beberapa model desain pembelajaran telah banyak dikemukakan oleh
sejumlah pakar. Namun dalam makalah ini kami mengambil model desain
pembelajaran ASSURE yang dikembangkan oleh Sharon Smaldino, Robert
Henich, James Rusell dan Miichael Molenda (2011) dalam buku “Instructional
Technology and Media for Learning”. Model ASSURE merupakan satu desain
model pembelajaran yang sederhana yang dapat digunakan untuk menciptakan
sebuah pembelajaran sukses.
Model desain pembelajaran ASSURE sesuai untuk digunakan dalam
aktivitas pembelajaran yang berskala mikro seperti pembelajaran yang
berlangsung di dalam kelas dan program pelatihan. Oleh karena itu, sebagai
calon guru sangat penting untuk mengetahui berbagai model desain
pembelajaran, diantaranya yang akan kami paparkan dalam makalah ini yaitu
model ASSURE.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang penulisan makalah di atas,
penulis merumuskan, rumusan masalah sebagaimana dibawah ini:
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Assure?
2. Apakah manfaat model Assure dalam pembelajaran?
3. Apa saja komponen-komponen dalam model desain pembelajaran
ASSURE?
4. Bagaimana kekurangan dan kelebihan model desain pembelajaran
ASSURE?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakan penulisan makalah ini,
peneliti memiliki tujuan pada makalah ini yakni:
1. Untuk memberikan penjelasan tentang model pembelajaran Assure
2. Untuk menjelaskan manfaat model Assure dalam pembelajaran.
3. Untuk menjelaskan komponen-komponen dalam model desain
pembelajaran Assure.
4. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan model desain
pembelajaran ASSURE.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Assure


Model ASSURE merupakan akronim dari: (analyze learners, state
objectives, select methods media andmaterials, utilize media and materials,
require learner participation, evaluate andreview) Pribadi (2011:29). ASSURE
merupakan sebuah prosedur panduan untuk mendesain perencanaan dan
bimbinganpembelajaran yang mengkombinasikan antara materi, metode dan
media. Dimanasetiap melakukan kegiatan belajar mengajar disamping guru
memberikan materi, gurujuga harus menyertakan metode dan media yang
dibutuhkan. Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah
formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model
berorientasi kelas. Perencanaan pembelajaran model ASSURE dikemukakan
oleh Sharon E. Maldino, Deborah L. Lowther dan James D. Russell dalam
bukunya edisi 9 yang berjudul Instructional Technology & Media For
Learning.
Model ASSURE merupakan salah satu model pembelajaran yang
secara efektif memberikan petunjuk dan perencanaan yang bisa membantu
untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi, menentukan tujuan,
memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Media pembelajaran merupakan
salah satu bagian yang menjadi bahan pertimbangan ketika menggunkan model
ASSURE untuk pembelajaran. Model pembelajaran ini lebih berorientasi
kepada pemanfaatan media dan teknologi dalam menciptakan proses dan
aktifitas pembelajaran yang diinginkan. Pemanfaatan model desain
pembelajaran ASSURE perlu dilakukan tahap demi tahap(sistematik) dan
menyeluruh (holistik) agar dapat memberikan hasil yang dioptimalkan yaitu
terciptanya pembelajaran sukses.
Model ASSURE memadukan berbagai aktivitas dalam pembelajaran.
Molenda (2005:35) mengatakan Model ASSURE merupakan sebuah
prosedurpanduan untuk perencanaan dan bimbingan pembelajaran yang
mengkombinasikanantara materi, metode dan media. Selanjutnya dikatakan
bahwa: "The ASSURE Model, on the other hand, is mean for the individual
instructor to use when planing classroom use of media and technology". Model
ASSURE dilain pihak berartikebutuhan guru yang merencanakan penggunaan
media dan teknologi di dalam kelas. Heinich, dkk dalam Arsyad (2010:67)
mengajukan Model Assure dalamproses kegiatan belajar mengajar agar proses
belajar mengajar lebih efektif dengan alasan model desain pembelajaran ini
menekankan pada faktor pemanfaatan media dan bahan ajar yang direncanakan
dengan baik, yang membuat siswa belajar dengan aktif serta menciptakan
program pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik.
Sebagian besar orang beranggapan bahwa kegiatan pembelajaran
akanmaju setelah melalui beberapa tahapan Gagne dalam Molenda (2005:34)
mengartikan tahapan itu adalah pada saat proses pembelajaran terjadi.
Hasilpenelitian Gagne mengungkapkan bahwa desain materi belajar di mulai
denganmembangkitkan rasa keingintahuan siswa dan juga rasa keingintahuan
pada materimateriyang baru. Mendorong serta melatih siswa dengan umpan
balik, menilaipemahaman siswa, dan mendorong siswa untuk melanjutkan
aktivitas yang ingindiketahuinya. Dari berbagai pendapat yang dijelaskan diatas
dapat disimpulkan bahwa model desain pembelajaran Assure adalah model
desain sistem pembelajaran yang bersifat praktis dan mudah diimplementasikan
untuk mendesain aktivitas pembelajaran, baik yang bersifat individual maupun
klasikal. Langkah analisis karakteristik siswa akan memudahkan metode, media
dan strategi pembelajaran yang tepat digunakan dalam menciptakan aktivitas
pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Demikian pula halnya dengan
langkah evaluasi dan revisi yang dapat dimanfaatka untuk menjamin kualitas
proses yang diciptakan.
B. Manfaat Pembelajaran Model ASSURE
Model ASSURE dicetuskan oleh Heinich, dkk. Sejak tahun 1980-an,
dan terus dikembangkan oleh Smaldino, dkk. Hingga sekarang (Dewi Salma
Prawiradilaga, 2007). Satu hal yang perlu dicermati dari model ASSURE ini,
walaupun berorientasi pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), model ini tidak
menyebutkan strategi pembelajaran secara eksplisit. Strategi pembelajaran
dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar,
serta peran serta peserta didik di kelas.
Model pembelajaran ASSURE sangat membantu dalam merancang
program dengan menggunakan berbagai jenis media. Model ini menggunakan
beberapa langkah, yaitu analyze learners, state objectives, select methods,
media and materials, utilize media and materials, require learner participation,
dan evaluate and revise. Kesemua langkah itu berfokus untuk menekankan
pengajaran kepada peserta didik dengan berbagai gaya belajar, dan
konstruktivis belajar dimana peserta didik diwajibkan untuk berinteraksi
dengan lingkungan mereka dan tidak secara pasif menerima informasi.
Secara sederhana manfaat dari model ASSURE Sederhana, relatif
mudah untuk diterapkan, sebagai berikut:
1. Karena sederhana, maka dapat dikembangkan sendiri oleh pengajar.
2. Komponen KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) lengkap.
3. Peserta didik dapat dilibatkan dalam persiapan untuk KBM.
C. Langkah-langkah Model Pembelajaran ASSURE
Pembelajaran dengan menggunakan Model ASSURE mempunyai
beberapa tahapan yang dapat membantu terwujudnya pembelajaran yang efektif
dan bermakan bagi peserta didik. Tahapan tersebut menurut Smaldino
merupakan penjabaran dari ASSURE Model, adalah sebagai berikut:
1. Menganalisa Siswa (Analyze Learners)
Langkah pertama dalam perencanaan ini adalah menganalisa siswa.
Dalamlangkah ini harus mengetahui siswa untuk menentukan media yang
terbaikuntuk mencapai tujuan belajar. Analisis pembelajar meliputi tiga
faktor kunci dari diri pembelajar yang meliputi :
a. General Characteristics (Karakteristik Umum)
Karakteristik umum siswa dapat ditemukan melalui variable
yang konstan, seperti, jenis kelamin, umur, tingkat perkembangan,
budaya dan faktor sosial ekonomi serta etnik. Semua variabel
konstan tersebut, menjadi patokan dalam merumuskan strategi dan
media yang tepat dalam menyampaikan bahan pelajaran.
b. Specific Entry Competencies (Mendiagnosis kemampuan awal
pembelajar)
Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa pengetahuan
awal siswa merupakan sebuah subyek patokan yang berpengaruh
dalam bagaimana dan apa yang dapat mereka pelajari lebih banyak
sesuai dengan perkembangan psikologi siswa (Smaldino dari Dick,
carey & Camp; carey, 2001). Hal ini akan memudahkan dalam
merancang suatu pembelajaran agar penyamapain materi pelajaran
dapat diserap dengan optimal oleh peserta didik sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
c. Learning Style (Gaya Belajar)
Gaya belajar yang dimiliki setiap pembelajar berbeda-beda
dan mengantarkan peserta didik dalam pemaknaan pengetahuan
termasuk di dalamnya interaksi dengan dan merespon dengan emosi
ketertarikan terhadap pembelajaran. Terdapat tiga macam gaya
belajar yang dimiliki peserta didik, yaitu: 1. Gaya belajar visual
(melihat) yaitu dengan lebih banyak melihat seperti membaca. 2.
Gaya belajar audio (mendengarkan), yaitu belajar akan lebih
bermakna oleh peserta didik jika pelajarannya tersebut didengarkan
dengan serius, 3. Gaya belajar kinestetik (melakukan), yaitu
pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik jika dia
sudah mempraktekkan sendiri.
2. Menentukan Tujuan Pembelajaran (State Objectives)
Langkah kedua adalah menentukan tujuan pembelajaran secara
spesifik,sesuai dengan kondisi siswa. Tujuan pembelajaran dapat diambil
dari silabus,pokok bahasan dari buku teks, panduan kurikulum, atau
dikembangkan olehguru. Dalam menentukan tujuan pembelajaran harus
disesuaikan dengan waktu, apakah siswa mampu menyelesaikan tugas yang
harus dilakukan sesuai dengan hasil yang ingin dicapai dari tujuan
pembelajaran. Kondisi minimal yang akan dicapai siswa dalam
melaksanakan tugasnya dan tingkat kemampuan menerima tugas yang
diberikan perlu dipertimbangkan.
Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam
merancang suatu program pembelajaran seperti yang dijelaskan oleh Wina
Sanjaya (2008: 122- 123) berikut ini :
a. Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi
efektifitas keberhasilan proses pembelajaran.
b. Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan
panduan kegiatan belajar siswa
c. Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem
pembelajaran
d. Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam
menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran.
Menurut Smaldino,dkk.,setiap rumusan tujuan pembelajaran ini
haruslah lengkap. Kejelasan dan kelengkapan ini sangat membantu dalam
menentukan model belajar, pemanfaatan media dan sumber belajar berikut
asesmen dalam KBM. Rumusan baku ABCD tadi dijabarkan sebagai
berikut:
a. A (audience)
Pembelajar atau peserta didik dengan segala karakterisktiknya.
Siapa pun peserta didik, apa pun latar belakangnya, jenjang
belajarnya, serta kemampuan prasyaratnya sebaiknya jelas dan rinci.
b. B (behavior)
Perilaku belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran. Perlaku
belajar mewakili kompetensi, tercermin dalam penggunaan kata
kerja. Kata kerja yang digunakan biasanya kata kerja yang terukur
dan dapat diamati.
c. C (conditions)
Situasi kondisi atau lingkungan yang memungkinkan bagi pebelajar
dapat belajar dengan baik. Penggunaan media dan metode serta
sumber belajar menjadi bagian dari kondisi belajar ini. Kondisi ini
sebenarnya menunjuk pada istilah strategi pembelajaran tertentu
yang diterapkan selama proses belajar mengajar berlangsung.
d. D (degree)
Persyaratan khusus atau kriteria yang dirumuskan sebagai dibaku
sebagai bukti bahwa pencapaian tujuan pembelajaran dan proses
belajar berhasil. Kriteria ini dapat dinyatakan dalam presentase
benar (%), menggunakan kata-kata seperti tepat/benar, waktu yang
harus dipenuhi, kelengkapan persyaratan yang dianggap dapat
mengukur pencapaian kompetensi. Ada empat kategori
pembelajaran.
3. Memilih Strategi Media dan Materi (Select Strategies, Media, and
Materials)
Setelah melakukan analisis siswa (kemampuan awal siswa,
keterampilan dan kebiasaan belajar siswa) serta menentukan tujuan
pembelajaran, langkahketiga adalah memilih metode, media dan materi.
Materi yang akan diberikan kepada siswa dapat diperoleh melalui 3 cara,
yaitu:
a. Memilih strategi pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan standar dan
tujuan pembelajaran. Selain itu juga memperhatikan gaya belajar
dan motivasi siswa yang nantinya dapat mendukung pembelajaran.
Strategi pembelajaran dapat mengandung ARCS model (Smaldino
dari Keller, 1987). ARCS model dapat membantu strategi mana
yang dapat membangun Attention (perhatian) siswa, pembelajaran
berhubungan yang Relevant dengan keutuhan dan tujuan, Convident
, desain pembelajaran dapat membantu pemaknaan pengetahuan
oleh siswa dan Satisfaction dari usaha belajar siswa.
b. Memilih teknologi dan media pembelajaran yang sesuai dengan
materi pembelajaran
Kata Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai
perantara atau pengantar. Menurut Lesle J.Brigges dalam Sanjaya
(2008:204) menyatakan bahwa media adalah alat untuk perangsang
bagi peserta didik dalam proses Selanjutnya Rossi dan Breidle
dalam Sanjaya (2008:204) mengemukakan bahwa media
pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai
untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah
dan sebagainya. Sedangkan menurut Gerlach, media bukan hanya
berupa alat atau bahan saja, tetapi hal-hal lain yang memungkinkan
siswa dapat memperoleh pengetahuan. Media itu meliputi orang,
bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
Bentuk media adalah bentuk fisik dimana sebuah pesan
digabungkan dan ditampilkan. Bentuk media meliputi, sebagai
contoh, diagram (gambar diam dan teks) slide ( gambar diam lewat
proyektor) video (gambar bergerak dalam TV), dan multimedia
komputer (grafik, teks, dan barang bergerak dalam TV) Setiap
media itu mempunyai kekuatan dan batasan dalam bentuk tipe dari
pesan yang bisa direkam dan ditampilkan. Memilih sebuah bentuk
media bisa menjadi sebuah tugas yang kompleks-merujuk kepada
cakupan yang luas dari media yang tersedia, keanekaragaman siswa
dan banyak tujuan yang akan dicapai.
c. Memilih, mengubah dan merancang materi
1) Memilih Materi yang tersedia
 Melibatkan Spesialis Teknologi/Media
 Menyurvei Panduan Referensi Sumber dan Media
2) Mengubah Materi yang ada
3) Merancang Materi Baru
4. Menggunakan Media dan Materi (Utilize Media and Materials)
Langkah keernpat adalah merencanakan penggunaan media, materi
danteknologi yang akan diterapkan pada metode yang akan dipakai. Mula-
mulamelakukan pengecekan kembali materi yang akan diberikan dan
melakukanuji coba media yang akan digunakan. Kemudian menyiapkan
kelas, perlengkapan serta prasarana lainnya. Siswa secara individu mungkin
telahterbiasamenggunakan media dan bahan materi secara bersama, seperti
padabelajar mandiri atau dalam kelompok-kelompok kecil seperti
dalampembelajaran kooperatif. Siswa sudah biasa dalam menggunakan
media cetakseperti buku atau teknologi berbasis computer seperti internet.
Sebelum memanfaatkan media dan bahan yang ada, sebaiknya
mengikuti langkah-langkah seperti dibawah ini, yaitu:
a. mengecek bahan (masih layak pakai atau tidak)
b. mempersiapkan bahan
c. mempersiapkan lingkungan belajar
d. mempersiapkan pembelajar
e. menyediakan pengalaman belajar (terpusat pada pengajar atau
pembelajar)
Hal ini sesuaidengan pendapat Arsyad (2010:69) bahwa diperlukan
persiapan bagaimanadan berapa banyak waktu yang diperlukan untuk
menggunakannya.Disamping praktik danlatihan menggunakannya,
persiapan ruangan jugadiperlukan seperti tata letak tempat duduk siswa,
fasilitas yang diperlukanseperti meja peralatan, listrik, layar dan lain-lain
harus dipersiapkan sebelumpenyajian. Apabila semuanya sudah
dipersiapkan dengan matang maka akandidapat hasil yang optimal.
5. Mendorong Partisipasi Siswa (Require Learner Participation)
Langkah ke lima adalah mendorong partisipasi siswa. Supaya
pembelajaranberjalan efektif, harus ada partisipasi aktif dari siswa dalam
prosespembelajaran. Harus ada keadaan yang mendukung siswa untuk
berlatihtentang pengetahuan atau ketrampilan dan menerima umpan balik
sebelumdinilai secara formal. Latihan dengan menciptakan keadaan yang
diperlukansiswa untuk menilai diri sendiri, melalui pembelajaran lewat
computer, internet atau permainan kelompok. Umpan balik dapat dilakukan
oleh guru, komputer, siswa yang lain atau evaluasi diri sendiri.
Selanjutnya menurut Arsyar (2011:69) guru sebaiknya mendorong
siswauntuk memberikan respon dan umpan balik mengenai keefektifan
prosesbelajar mengajar. Respon siswa dapat bermacam-macam, seperti
mengulangifakta-fakta, menghitung ikhtisar, rangkuman pelajaran
menganalisis alternatifpemecahan masalah atau kasus. Dengan demikian
siswa akan menampakkanpartisipasi yang lebih besar.
6. Evaluasi dan Perbaikan (Evaluate and Review)
Setelah proses pembelajaran, perlu dilakukan evaluasi dampak dari
prosespembelajaran dengan mengetahui keefektifan dan menilai hasil
belajar siswa.Untuk mengetahui gambaran umum perlu mengevaluasi
keseluruhan prosesbelajar. Apakah tujuan belajar sudah tercapai? Apakah
metode, media danteknologi yang dipakai sudah efektif dalam mencapai
tujuan pembelajaran? Apakah siswa sudah menguasai materi sesuai dengan
tujuan belajar? Walaupun ada perbedaan antara hasil yang dicapai dengan
yang harusnyatercapai, perlu memperbaiki perencanaan pada waktu yang
akan datang.Tujuan utama evaluasi disini adalah untuk mengetahui tingkat
pencapaiansiswa mengenai tujuan pembelajaran, keefektifan media,
pendekatan, danguru sendiri (Arsyar, 2011:69).
D. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ASSURE
Model pembelajaran ASSURE memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan, menurut Berry Meranda (2011) dalam jurnal elektronik
mengatakan bahwa kelebihan model pembelajaran ASSURE yaitu:
1. Lebih banyak komponennya dibandingkan dengan model materi lain.
Komponen tersebut diantaranya analisis pembelajaran, rumusan tujuan
pembelajaran, strategi pembelajaran, system penyampaian, penilaian
proses belajar dan penilaian belajar.
2. Sering diadakan pengulangan kegiatan dengan tujuan Evaluate and
Review. Selain itu model ini mengedepankan pembelajar, ditinjau dari
proses belajar, tipe belajar, kemampuan prasyarat.
3. Turut mengutamakan partisipasi pembelajar dalam Poin Require Learner
Participation, sehingga diadakan pengelompokanpengelomokan kecil
seperti pengelompokan pembelajar menjadi belajar mandiri dan belajar
tim dll. Serta penugasan yang bertujuan untuk memicu keaktifan peserta
didik.
4. Menyiratkan untuk para guru untuk menyampaikan materi dan
mengelola kegiatan kelas.
5. Pada poin Select Methods Media and Materials serta Utilize Media and
Materials membuat guru atau pendidik aktif untuk menemukan dan
memanfaatkan bahan dan media yang tepat dan memanfaatkan secara
optimal media yang telah ada.
6. Model ini dapat diterapkan sendiri oleh guru.
Adapun kekurangan dari model pembelajaran ASSURE yaitu:
1. Tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu.
2. Walaupun komponen relative banyak, namun tidak semua komponen
desain pembelajaran termasuk didalamnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan bahasan makalah di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa dalam merancang pembelajaran pada mata pelajaran di sekolah dapat
dirancang dengan menggunakan model pembelajaran ASSURE. Karena model
ASSURE dapat membantu pendidik tahap demi tahap dalam merencanakan
kegiatan pembelajaran seperti menganalisis pembelajar, membantu bagaimana
menentukan tujuan, memilih media-teknologi-strategi-materi, menggunakan
media- teknologi-strategi-materi, bagaimana membuat pebelajar berpartisipasi
aktif sampai menilai dan merevisi kegiatan yang telah berlangsung.
B. Saran
ASSURE dapat membantu pendidik tahap demi tahap dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran seperti menganalisis pembelajar,
membantu bagaimana menentukan tujuan, memilih media-teknologi-strategi-
materi, menggunakan media-teknologi-strategi-materi, bagaimana membuat
pebelajar berpartisipasi aktif sampai menilai dan merevisi kegiatan yang telah
berlangsung. Maka dari itu tidak ada salahnya jika guru disekolah menerapkan
model ini dalam proses pembelajaran dikelasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Asyhar, H.R, 2011. Kreatif Mengembangkan Media pembelajaran. Jakarta, Gaung


Persada (GP) Press Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Berry, C., Jachcinski, K., Block, M., Paczkowski, L., Bernhard, E., & Matejczyk,
N. (2011). Opinions about Anti-Tobacco Marketing Strategies from the
Undergraduate Student Perspective.
Dick, W., & Carey, L. (1996). The Systematic Design of Instruction (4th Ed.). New
York: Haper Collins College Publishers.
Dick, W. (2006). The dick and carey model: Will it survive the decade?
Educational Technology Research and Development, 44(3), 1042-1629
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Bandung:
Prenada Media Group
Smaldino, Sharon E, Lowther, Deborah L., dan Russell, James D. 2014.
Instructional Technology and Media for Learning. Versi Terj. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group
Prawiradilaga, D. S. (2015). Prinsip desain pembelajaran. Kencana.
Trianto, (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Kencana

Anda mungkin juga menyukai