Hakikat Dan Teori Kebenaran Dalam Konteks Pendidikan (Muhammad Hamdani)

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

HAKIKAT DAN TEORI

KEBENARAN DALAM
KONTEKS PENDIDIKAN

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Dosen Pengampu: Prof. Dr. Triyo Supriyatno, M.Ag

Disusun Oleh: Muhammad Hamdani


NIM: 210101210058
HAKIKAT KEBENARAN
Kata “Kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkrit
maupun abstrak. Menurut Purwadarminta kebenaran mengandung
beberapa arti, yakni;
• Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau
keadaan yang sesungguhnya); misal, kebenaran ini masih saya sangsikan
(ragu); kita harus berani membela kebenaran dan keadilan.
• Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul-betul demikian halnya
dan sebagainya); misal kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh agama.
• Kejujuran; kelurusan hati; misal tidak ada seorang pun sangsi akan
kebaikan dan kebenaran hati.
• Selalu izin; perkenanan; misal, dengan kebenaran yang dipertuan.
• Jalan kebetulan; misal, penjahat itu dapat dibekuk dengan secara
kebenaran saja.
JENIS-JENIS KEBENARAN
Telaah dalam filsafat ilmu, membawa orang kepada kebenaran dibagi
dalam tiga jenis. Menurut A.M.W. Pranaka tiga jenis kebenaran itu ialah:
• Kebenaran Epistimologikal adalah pengertian kebenaran dalam
hubungannya dengan pengetahuan manusia.
• Kebenaran Ontologikal Kebenaran dalam arti ontoligikal adalah
kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang
ada ataupun diadakan. Sifat dasar ini ada dalam objek pengetahuan.
• Kebenaran Semantikal adalah kebenaran yang terdapat serta melekat di
dalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran semantikal disebut juga
kebenaran moral.
CARA PENEMUAN KEBENARAN
Cara untuk menemukan kebenaran berbeda-beda. Dari berbagai cara untuk menemukan kebenaran dapat dilihat cara
yang ilmiah dan yang non ilmiah. Cara untuk menemukan kebenaran sebagaimana diuraikan oleh Hartono Kasmadi,
dkk., sebagai berikut:
• Penemuan Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan adalah penemuan yang berlangsung tanpa disengaja. Cara ini tidak dapat
diterima dalam metode keilmuan untuk menggali pengetahuan atau ilmu.
• Penemuan ‘Coba dan Ralat’ (Trial and Eror)
Penemuan coba dan ralat terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil atau tidak berhasil kebenaran yang dicari.
Penemuan ini mengandung unsur spekulatif atau ‘untung-untungan’. Cara coba dan ralat ini pun tidak dapat diterima
sebagai cara ilmiah dalam usaha untuk mengungkapkan kebenaran.
• Penemuan Melalui Otoritas atau Kewibawaan
Pendapat orang-orang yang memiliki kewibawaan, misalnya orang-orang yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan
sering diterima sebagai kebenaran meskipun pendapat itu tidak didasarkan pada pembuktian ilmiah.
• Penemuan Kebenaran Lewat Cara Berpikir Kritis dan Rasional
Dalam menghadapi masalah, manusia berusaha menganalisisnya berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki untuk sampai pada pemecahan yang tepat.
• Penemuan Kebenaran Melalui Penelitian Ilmiah
Cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah ialah yang dilakukan melalui penelitian. Penelitian adalah penyaluran
hasrat ingin tahu pada manusia dalam taraf keilmuan.
TEORI-TEORI KEBENARAN ILMIAH
• Kebenaran ilmiah maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya
menurut norma-norma keilmuan. Kebenaran ilmiah cenderung bersifat objektif, di
dalamnya terkandung sejumlah pengetahuan menurut sudut pandang yang berbeda-beda,
tetapi saling bersesuaian. Kebenaran ilmiah diperoleh secara mendalam berdasarkan proses
penelitian dan penalaran logika ilmiah.
• Kebenaran ilmiah tidak datang tiba-tiba, atau mendadak, kebenaran ilmiah akan muncul
setelah diproses dengan mekanisme ilmiah juga. Maka kebenaran ilmiah merupakan
kebenaran yang telah diuji keabsahannya, baik secara nalar maupun empirik (pengamatan),
sehingga memiliki landasan yang kuat untuk dianggap benar, selama tidak digugurkan oleh
kebenaran ilmiah lainnya yang lebih terandalkan.
• Banyak sekali para ahli yang berpendapat mengenai teori kebenaran. Teori kebenaran
ilmiah menurut Michael Williams. Menurutnya ada lima teori kebenaran, yaitu: 1)
kebenaran korespondensi, 2) kebenaran koherensi, 3) kebenaran pragmatis, 4) kebenaran
performatif, 5) kebenaran proporsi.
1. Teori Korespondensi
• Teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal
dan paling tua. Teori ini berpandangan bahwa suatu proporsi bernilai
benar apabila saling berkesesuaian dengan dunia kenyataan. Kebenaran
adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang berselaras dengan realitas,
yang serasi dengan situasi aktual (terjadi). Dengan demikian kebenaran
ini mencoba untuk membuktikan kemanunggalan antara subjek dan
objek.
• Contoh dari kebenaran ini adalah air akan menguap jika dipanasi sampai
100 derajat. Kebenaran ini akan dinyatakan benar apabila dilakukan uji
coba memanaskan air dengan suhu 100 derajat. Jika air tersebut tidak
menguap maka kebenaran tersebut dinyatakan salah. Jika menguap
berarti kebenaran tersebut dinyatakan benar.
2. Teori Koherensi
• Teori kebenaran koherensi ini biasa disebut juga dengan teori konsistensi. Pengertian
dari teori kebenaran koherensi ini adalah teori kebenaran yang mendasarkan suatu
kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan
lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.
Sederhananya dari teori ini adalah pernyataan dianggap benar apabila bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
• Contoh, “Ali bin Abu Thalib adalah menantu dari Rasulullah
shallallahu’alaihiwasallam”. Pernyataan ini kita ketahui dari “Sirah Nabawiyyah”. Maka
yang disebut koheren (sesuai) dengan pernyataan sebelumnya adalah: Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam telah menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai menantu
beliau, Ali bin Abi Thalib menikahi Fatimah, Fatimah adalah putri dari Rasulullah, dan
Ali bin Abi Thalib menikahi putri Rasulullah. Dari pernyataan ini, maka dinilai koheren
(sesuai) adanya, karena tidak terdapat pertentangan alias Kontradiksi. Karena apapun
yang kontradiksi tidaklah dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Teori Pragmatisme
• Perintis teori ini adalah Charles S. Pierce yang dikembangkan lebih
lanjut oleh William James dan John Dewey. Menurut William James
yang benar adalah yang konkrit (nyata), yang individual, dan yang
spesifik (khusus). Sementara menurut Dewey kebenaran pragmatis itu
kebenaran yang mempunyai kegunaan praktis.
• Contoh, di UIN Antasari, prinsip kepraktisan (practicality) dalam
memperoleh pekerjaan telah mempengaruhi jumlah mahasiswa baru
pada masing-masing Jurusan. Tarbiyah menjadi fovorit, karena
menurut masyarakat lulus dari Jurusan Tarbiyah bisa menjadi guru
dan mendapatkan sertifikasi guru.
4. Teori Performatif
• Menurut teori ini, suatu pernyataan kebenaran bukanlah kualitas atau
sifat sesuatu, tatapi sebuah tindakan (performatif). Untuk menyatakan
sesuatu itu benar, maka cukup melakukan tindakan konsesi
(setuju/menerima/membenarkan) terhadap gagasan yang telah
dinyatakan. Teori ini dianut oleh filsuf Frank Ramsey, John Austin dan
Peter Strawson.
• Contoh mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim di Indonesia
mengikuti fatwa atau keputusan MUI, sedangkan sebagian yang lain
mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu seperti
Muhammadiyah dll.
5. Teori Proporsi
• Menurut Aristoteles, proposisi (pernyataan) dikatakan benar apabila sesuai
dengan persyaratan formal suatu proposisi. Menurut teori ini, suatu pernyataan
disebut benar apabila sesuai dengan persyaratan materinya suatu proposisi,
bukan pada syarat formal proposisi. Kebenaran ini akan sangat tergantung pada
situasi dan kondisi yang melatarinya, pengalaman, kemampuan, dan usia
mempengaruhi kepemilikan epistimologi tentang kebenaran ini. Proposisi
adalah kalimat deklaratif (pernyataan) yang bernilai benar (true) atau salah
(false), tetapi tidak dapat sekaligus keduanya. Kebenaran atau kesalahan dari
sebuah kalimat disebut nilai kebenarannya (truth value).
• Contoh berikut ini dapat mengilustrasikan kalimat yang merupakan kebenaran
proposisi: 6 adalah bilangan genap, Soekarno adalah Presiden Indonesia yang
pertama, 2 + 2 = 4. Sementara contoh berikut adalah contoh yang salah: ibu
kota Kalimantan Selatan adalah Martapura, seharusnya ibu kota Kalimantan
Selatan adalah Banjarmasin.
AGAMA SEBAGAI TEORI KEBENARAN
• Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Salah satu cara untuk
menemukan suatu kebenaran adalah melalui agama. Agama dan
karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi
yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia, maupun
tentang Tuhan. Kalau teori yang lain mengutamakan akal, budi, rasio
manusia, dalam agama yang dikedepankan adalah wahyu yang bersumber
dari Tuhannya.
• Dalam mencapai ilmu pengetahuan yang benar dengan berfikir setelah
melakukan penyelidikan, pengalaman dan percobaan sebagai teori trial
and error. Sedangkan manusia mencari-cari dan menentukan kebenaran
sesuatu dalam agama dengan jalan mempertanyakan atau mencari
jawaban tentang berbagai masalah asasi kepada kitab Suci. Dengan
demikian sesuatu dianggap banar apabila sesuai dengan ajaran agama
atau sebagai wahyu sebagai penentu kebenaran yang mutlak.
DAFTAR PUSTAKA
• Abas Hamami, Sekitar Masalah Ilmu, (Surabaya: Bina Ilmu, 1980).
• A. Susanto, Filsafat Ilmu, Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistimologis, dan Aksiologis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013)
• Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011), cet. Ke-10.
• Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,
(Jakarta: Karya Uni Press, 1993).
• Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2010), cet. Ke-5.
• Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu, Telaah Sistematis Fungsional
Komparatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998)

Anda mungkin juga menyukai