Aliran Muatazillah Dan Syi'ah
Aliran Muatazillah Dan Syi'ah
Aliran Muatazillah Dan Syi'ah
Dosen pembimbing:
Irwan Idris. MPD,
Disusun Oleh :
Kelompok : 6
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, oleh karena berkat
izin-Nya, karunia-Nya, dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, tetapi karena adanya niat dan usaha serta tujuan untuk membangun diri
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan saran
dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan dalam penulisan makalah
selanjutnya.
Akhirnya, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada dosen mata
kuliah ini yang telah memberikan petunjuk untuk mengerjakan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1 Mu’tazilah................................................................................................................6
2.2 Usulul Khamsah.................................................................................................9
2.3 Syi’ah...............................................................................................................12
2.4 Masalah Khalifah...................................................................................................12
BAB III............................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan......................................................................................................16
3.2 Saran................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ajaran Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan sunnah Nabi, diyakini
oleh umat Islam dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang diproduksi oleh
perputaran zaman. Pada dasarnya Islam itu satu, tetapi pada kenyataanya bahwa
tampilan Islam itu beragam, karena lokasi penampilannya mempunyai budaya
yang beragam serta pandangan oleh beberapa tokoh yang membuat statemen
tentang apa itu islam.
4
4. Apa sajakah bentuk pemikiran dari aliran-aliran tersebut ?
1.3 Tujuan
1. Dapat memahami dan mengerti apa yang di maksud aliran Mu’tazilah dan
aliran Syi’ah.
2. Dapat mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan aliran
Mu’tazilah dan Syi’ah.
3. Dapat mengetahui pokok-pokok dasar Pemikiran Mu’tazilah dan Syi’ah
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mu’tazilah
Kata Mu’tazilah berasal dari kata I’tizal yang artinya memisahkan diri.
Sedangkan Mu’tazilah adalah orang-orang yang memisahkan diri. Mu’tazilah
yang lahir abad ke-2 Hijrah membawa dimensi baru dalam pemikiran Islam. Ia
membawa masalah-masalah teologi lebih mendalam bila dibanding dengan
teologi lain. Pembahasan teologis yang dilakukan Mu’tazilah lebih banyak
menggunakan rasional, karena kaum Mu’tazilah lebih banyak menggunakan akal
dalam pembahasannya. Jika arti ayat yang tidak dapat ditangkap oleh akal, maka
mereka melakukan ta’wil hingga ada kesejajaran antara arti ayat Al-Quran dengan
akal. Sehingga golongan ini disebut dengan “Kaum rasionalis Islam”(Harun
Nasution,1972:36).
Aliran ini lahir kurang lebih tahun 120 H, di kota Basrah. Aliran
Mu’tazilah pernah menjadi mazhab penguasa pada beberapa masa, yakni pada
zaman khalifah Al-Ma’mun dan Mu’tazim.
Nama Mu’tazilah adalah suatu nama yang di berikan oleh orang di luar
golongan Mu’tazilah karena orang-orang Mu’tazilah mengklaim dirinya dengan
sebutan Ahlut Tauhid wal’Adl. Istilah Mu’tazilah menunjuk pada dua golongan.
6
Golongan kedua (selanjutnya disebut Mu’tazilah II) muncul sebagai
respon persoalan teologis yang berkembang di kalangan Khawariz dan Murjiah
akibat adanya peristiwa takhim. Golongan ini muncul karena mereka berbeda
pendapat dengan golongan Khawarij dan Murjiah tentang pemberian kasus kafir
kepada orang yang berbuat dosa besar. Berikut ini adalah penjelasan mengapa
mereka dinamai dengan sebutan Mu’tazilah.
Ketiga, ada juga yang menyatakan bahwa ini adalah kaum yang suka
memakai pakaian jelek-jelek dan kasar-kasar yang hidupnya minta-minta
(Darawisy) dan bertempat tinggal jauh dari keramaian orang.
7
Adapun para tokoh aliran Mu’tazilah dan pemikiran-pemikirannya adalah
sebagai berikut:
Wasil bin ‘Ata termasuk murid yang pandai, cerdas tekun belajar. Ia berani
mengeluarkan pendapatnya yang berbeda dengan gurunya sehingga ia kemudian
bersama pengikutnya dinamakan golongan Mu’tazilah.
Tentang sifat Allah, Wasil menolak paham bahwa Tuhan memiliki sifat.
Menurut Wasil, Tuhan tidak mempunyai sifat. Apa yang dianggap orang sebagai
sifat tidak lain Zat Allah SWT itu sendiri. Tuhan mengetahui dengan
pengetahuan-Nya, dan pengetahuan-Nya itu adalah Zat-Nya. Tuhan mendengar
dengan pendengaan-Nya, dan seterusnya. Jadi, Tuhan mendengar bukan dengan
sifat sama-Nya, Tuhan melihat bukan dengan dengan sifat bashar-Nya, dan
seterusnya; tapi dengan Zat-Nya.
8
filsafat dan ilmu-ilmu lain dari Yunani telah berkembang pesat di bagian dunia
Arab. Ia wafat tahun 235 H/849 M.
c. Al –Jubai
Ia mempunyai nama Abu Ali bin Muhammad bin Abdul Wahab yang lahir
tahun 25 H/849 M di Jubai. Al-Jubai berguru kepada Al-Syahham, salah seorang
murid Abu Huzailah.
Ia hidup dam situasi yang kedaan politiknya tidak stabil. Namun demikian,
ilmu pengetahuan tetap berkembang pesat karena para ilmuwan tidak banyak tutur
campur dalam pergolakan politik yang waktu itu terjadi. Ia wafat pada tahun 303
H/915 M di Basrah.
d. Az-Zamakhsyari
Az-Zamakhsyari lahir pada tahun 467 H. Ia belajar di beberapa negeri. Az-
Zamakhsyari pernah bermukin di tanah suci dalam rangka belajar agama.
9
karena mereka berusaha semaksimal mungkin mempertahankan prinsip
ketauhidannya dari serangan Syi’ah Rafidiyah yang menggambarkan Tuhan dalam
bentuk Jisim dan bisa menghindari juga dari serangan agama Dualisme dan
Trinitas.
10
Posisi diantara 2 posisi dalam arti posisi menengah. Menurut ajaran ini,
orang yang berdosa besar bukan kafir bukan pula mukmin. Kata mu’min dalam
pendapat Wasil, merupakan sifat baik dan nama pujian yang tak dapat diberikan
kepada orang fasik, dengan dosa besarnya. Tetapi predikat kafir tak pula dapat
diberikan kepadanya, karena dibalik dosa besar dia masih mengucapkan syahadat
dan mengerjakan perbuatan-perbuatan baik. Orang serupa ini jika meninggal
tanpa tobat, akan kekal dalam neraka, hanya siksaan yang di terimanya lebih
ringan dari siksaan orang kafir.
11
2.3 Syi’ah
Syi’ah dilihat dari bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau
kelompok, sedangkan secara terminologis adalah sebagian kaum muslim yang
dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi
Muhammad SAW, atau orang yang disebut sebagai ahl al-bait. Poin penting
dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama itu
bersumber dari ahl bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para
sahabat yang bukan ahl-al-bait atau para pengikutnya (Sahilun A Nasir,2010:77).
12
Maka tatkala nyata-nyata beliau wafat, pada hari itu juga sahabat-sahabat
terkemuka dari kalangan Muhajirin dan Anshar berkumpul di Saqifah Bani
Sa’idah, suatu balai pertemuan untuk bermusyawarah tentang khalifah.
Memang Sayyidina Ali dan istrinya Fatimah Zahroh binti Rasulullah SAW
sedikit kurang enak terhadap musyawarah di Saqifah Bani Sa’idah. Karena
menurut pendapatnya, pengurusan jenazah Nabi SAW (pemakaman) harus
didahulukan daripada musyawarah pemilihan khalifah. Sedangkan sahabat-
sahabat lain berpendapat bahwa pemilihan khalifah harus didahulukan, karena
menyangkut kepentingan umum. Namun pada akhirnya Sayyidina Ali juga ikut
membaiat (A Rozak, R Anwar,2001:82).
13
Sayyidina Umar bin Khattab berkuasa selama 10 tahun 6 bulan (13-23
H/634-644 M). Dia meninggal 16 Dzul Qa’dah dibunuh oleh Abu Lu’lu’, seorang
sahaya dari Persia, yang amat dendam melihat kerajaan Persia ditaklukan (16
H/636 M). Sebelum wafat, dia telah menunjuk sebuah panitia untuk memilih
khalifah penggantinya, terdiri dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Sayyidina
Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurahman nin
‘Auf, Thalhah bin Ubaidillah, dan Abdullah bin Umar. Sayyidina Umar berpesan
agar panitia ini nanti memilih khalifah dan jangan memilih Abdullah bin Umar
putranya sendiri.
14
3. Golongan yang dipimpin oleh Siti Aisyah ra. dan diikuti oleh Thalhah bin
Ubaidillah dan Zubair bin Awwam, tidak mengakui khalifah Ali, karena
baiatnya secara terpaksa, karena pedang terhunus di atas kepala mereka.
4. Golongan yang dipimpin oleh Abdullah bin Umar, didukung oleh antara
lain Muhammad bin Salamah, Utsman bin Zaid, Sa’ad bin Abi Waqas,
Hasan bin Tsabit, Abdullah bin Salam. Golongan ini bersikap pasif, tidak
ikut mengangkat khalifah Ali, tidak ikut menyalahkannya dalam peristiwa
pembunuhan terhadap khalifah Utsman dan juga tidak ikut menyokong
Mu’awiyah yang menyatakan diri sebagai khalifah di Syiria. Mereka tidak
ingin terlibat masalah-masalah politik.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Golongan Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan
persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-
persoalan yang dibawa kaum Khawarij dan Murji’ah. Dalam pembahasan mereka
banyak memakai akal sehingga mereka mendapat nama “ Kaum Rasionalitas
Islam”.
Adapun doktrin-doktrin Aliran Mu’tazilah ada 5 yang disebut dengan Al-
Usul Al-Khomsah atau pancasila Mu’tazilah yaitu at-Tauhid, al-‘Adl, al-wa’d
wa al-wa’id, al-Manzilah bainal Manzilatain dan al-Ma’ruf wa an-Nahi Munkar.
Syi’ah secara bahasa berarti “pengikut”, “pendukung”, “partai”, atau
“kelompok”, sedangkan secara terminologis istilah ini dikaitkan dengan sebagian
kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaan merujuk pada
keturunan Nabi Muhammad SAW. Atau di sebut sebagai Ahl al-bait. Poin penting
dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama bersumber
dari Ahl al-bait . mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat
yang bukan Ahl al-bait atau para pengikutnya.
3.2 Saran
Perkembangan aliran-aliran seperti Mu’tazilah maupun Syi’ah menuntut
kita untuk selalu berhati-hati serta mengantisipasi atas adanya doktrin keras yang
mungkin berkembang, atau bahkan telah begitu pesat dalam penyebarluasannya
ke negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti di
Indonesia. Oleh karena itu, sebagai umat Islam kita harus selalu cermat serta
berhati-hati dalam meyakini dan mempelajari suatu aliran baik itu Syi’ah maupun
aliran pemikiran yang lain.
16
DAFTAR PUSTAKA
17